Novita R.L Hutabarat-Laprak MOPI
Novita R.L Hutabarat-Laprak MOPI
DISUSUN OLEH :
NOVITA R.L HUTABARAT
E1E021020
PSP-B
Disusun Oleh :
NOVITA R.L HUTABARAT
E1E021020
Diterima Oleh :
Dosen Pengampu Mata Kuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan
Prodi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Jurusan Perikanan
Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas anugerahnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Lapangan Manajemen Operasi Penangkapan Ikan Di Pelabuhan Perikanan
Samudera Bungus Sumatera Barat. Dalam laporan praktikum lapangan ini,
kami membahas pengalaman dalam mengamati dan mempelajari operasi
penangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus, Sumatera
Barat. Tujuan dari laporan ini adalah untuk memberikan pemahaman yang
lebih dalam tentang proses operasi penangkapan ikan di pelabuhan tersebut,
termasuk manajemen operasi, faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan operasi, alat tangkap yang digunakan, jenis hasil tangkapan
dan proses penangkapan serta bongkar muat hasil tangkapan.
Adapun laporan ini kami susun sebagai bagian mata kuliah MOPI oleh
karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Terlebih
Dosen pengampu Mata Kuliah MOPI, Laporan ini diharapkan dapat
memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran bagi para pembaca
sehingga dapat membuka wawasan dan minat pembaca dalam menemukan
kesempatan serta peluang besar dalam melakukan penelitian serta ilmu baru
yang di dapat di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus, Sumatera Barat.
Kami selaku penulis menyadari bahwa Lapoaran ini belum bisa
dikatakan sempurna, bahkan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar tugas maupun
laporan selanjutnya dapat lebih baik kedepannya.
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih. Semoga laporan
praktikum lapangan kami dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
● Link (mata rantai) yaitu pelabuhan merupakan salah satu mata rantai
proses transportasi dari tempat asal barang ke tempat tujuan.
● Interface (titik temu) yaitu pelabuhan sebagai tempat pertemuan dua
mode transportasi, misalnya transportasi laut dan transportasi darat.
1
● Gateway (pintu gerbang) yaitu pelabuhan sebagai pintu gerbang suatu
negara, dimana setiap kapal yang berkunjung harus mematuhi peraturan
dan prosedur yang berlaku di daerah dimana pelabuhan tersebut berada.
2
Pangkalan Pendaratan Ikan atau biasa disebut PPI adalah pelabuhan
perikanan kelas D, yang skala layanannya sekurang-kurangnya mencakup
kegiatan usaha perikanan diwilayah perairan pedalaman, kepulauan.
Nelayan yang melakukan penangkapan ikan di wilayah perairan Indonesia
akan mendaratkan ikannya di PPI. Pelabuhan perikanan Pantai memiliki
fungsi untuk melayani kapal dengan ukuran sekurangnya 5 GT. Wilayah
pengelolaan pelabuhan mencapai 1 ha. Dengan kedalaman kolam mencapai
1 m dan panjang dermaga sekurangnya 50 m.
3
1.2 Tujuan Praktikum
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian yaitu:
1. Mengetahui jenis, ukuran dan jumlah kapal yang ada di PPS Bungus
2. Mengetahui jenis alat bantu penangkapan ikan yang digunakan nelayan di
PPS Bungus
3. Mengetahui jenis dan hasil tangkapan nelayan yang ada di PPS Bungus
4. Mengetahui lokasi daerah penangkapan ikan
5. Mengetahui bagaimana cara penentuan daerah penangkapan ikan
6. Mengetahui bagaimana nelayan melakukan perawatan pada kapalnya
7. Mengetahui organisasi pada kapal yang ada di PPS Bungus
8. Mengetahui berapa jumlah pendapatan nelayan yang ada di PPS Bungus
9. Mengetahui distribusi hasil tangkapan yang ada di PPS Bungus
Wawancara:
4
● Menentukan responden yang relevan seperti nelayan, pemilik kapal,
pengelola pelabuhan, dan pihak-pihak terkait lainnya.
● Mengajukan pertanyaan yang relevan dan terstruktur, dengan tujuan
memperoleh informasi tentang operasi penangkapan ikan, permasalahan
yang dihadapi, dan upaya penanggulangannya.
● Mencatat semua informasi yang diperoleh dari responden.
5
BAB II
6
Nusantara Bungus berdasarkan SK. Mentan Nomor : 558/Kpts/OT.210/8/90
tanggal 4 Agustus 1990 (Vide Persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur
negara Nomor : B.590/I/90 tanggal 2 Juli 1990) dengan status eselon III/b.
Perkembangan selanjutnya terhitung mulai tanggal 1 Mei 2001
Pelabuhan Perikanan Nusantara Bungus ditingkatkan statusnya menjadi
eselon II/b dengan klasifikasi Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus
(PPSB) berdasarkan SK. Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : 26.I/MEN/
TAHUN 2001 (Vide Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor : 86/M.PAN/4/2001 tanggal 4 April 2001).
7
Pengertian Pelabuhan perikanan yang tertuang dalam PERMEN
Kpnomor 8 Tahun 2012 adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan
dinsekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai
tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan
yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang perikanan.
Menurut Yusrizal dalam Thahir (2003) ,pendayagunaan pembangunan
prasarana (fasilitas) pelabuhan perikanan sangat bergantung pada
kemampuan menggerakkan unsurunsur yang terkait pada pemanfaatan
fasilitas yang dapat memperlancar kegiatan operasional pelabuhan.
fasilitas pokok antara lain:
Fasilitas Perlindungan
8
Gambar 2 Revetment (Pelindung pantai dari abrasi dan erosi)
3. Groin (Meningkatkan perlindungan pasir pantai)
Gambar 3 Dermaga
2. Fender (Peredam benturan)
9
Fender merupakan sebagai bantalan yang di tempatkan di depan
dermaga, sehingga fender tersebut akan berfungsi menyerap energi
benturan antara kapal dan dermaga.
Gambar 4 Fender
3. Trestle (akses jalan dari dermaga menuju darat)
Gambar 5 Trestle
4. Bolder (perangkat untuk tambat dan mengikat tali kapal)
Gambar 6 Bolder
Fasilitas Perairan
1. Muara Pelabuhan
10
Muara sungai, atau ringkasnya muara adalah wilayah badan air
tempat masuknya satu atau lebih sungai ke laut, samudra, danau,
bendungan, atau bahkan sungai lain yang lebih besar.
2. Alur pelayaran
Alur pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan
bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk
dilayari oleh kapal di laut, sungai atau danau. Alur pelayaran dicantumkan
dalam peta laut dan buku petunjuk-pelayaran serta diumumkan oleh
instansi yang berwenang.
3. Kolam Pelabuhan
A. Fasilitas Fungsional
1. Fasilitas transpostasi
11
perahu atau kapal yang digunakan untuk menangkap ikan di laut, danau,
atau sungai. Berbagai jenis kapal laut digunakan dalam penangkapan
ikan komersial, olahraga, maupun rekreasi.
12
4. Fasilitas penanganan dan pengolahan hasil perikanan
13
Fasilitas pengolahan limbah adalah fasilitas yang memproses
menghilangkan/menguraikan polutan yang ada dalam air limbah sehingga
hilang sifat-sifat dari polutan tersebut yang meliputi proses fisika, kimia
dan biologi.
B. Fasilitas Penunjang
1. Pembinaan Nelayan]
- Balai pertemuan nelayan
14
Mess operator adalah tempat perkumpulan nelayan-nelayan untuk
beristirahat dan sebagai tempat pertemuan dengan pegawai
pelabuhan.
15
3. Sosial dan Umum
- Tempat ibadah
- Mck
Gambar 18 Mck
- Penyelenggaraan Fungsi Pemerintah
16
Gambar 19 Penyelenggaraan Fungsi Pemerintah
- Kantin/ kios/ toko
17
BAB III
No Kuisioner Nelayan
1.Ega 2 Hardito 3.Pendra 4 Belry 5 Arben
18
ng
6 Permasalaha Cuaca Susahny Cuaca Cuaca Ombak
n dan cara dan a buruk besar
menghadapi singgah mendapa dan
dipulau tkan singgah
umpan ke pulau
yang
sesuai
7 Trip per bulan 2 kali 2-3 kali 1-2 kali 2 kali 2 kali
8 Lama waktu 15-20 1 minggu 20-30 15-20 15 hari
1 kali trip hari hari hari
9 Lokasi Padang Pinggir Padang Padang Padang
daerah mentawai pantai mentawai mentawai mentaw
penangkapan ai
10 Cara Menggun Menggun Haluan, Satelit, Melalui
penentuan akan akan kompas GPS dan GPS
daerah GPS, satelit dan GPS. kompas
penagkapan kompas
dan
satelit
11 Persiapan Lengkap Lengkap Lengkap Lengkap Lengka
perlengkapan p
melaut dan
dokumen
12 Waktu 3 bulan Tidak 1/ Tahun 3 bulan -
perawatan sekali menentu sekali
kapal dan
alat tangkap
13 Organisasi
diatas kapal
Nahkoda 1 1 1 1 1
Juru mudi 1 1 - 1 1
Juru masak 1 1 1 1 1
Mualim1-4 - 1 - - 1
Kepala kamar 1 1 1 1 1
mesin
19
Masinis 1-4 - 1 - 1 -
Markonis - 1 - 1 -
14 Pendapatan 15-20 33 juta/ 0,5-1 ton 1 ton 1,5 ton
per trip ekor Trip
15 Distribusi Pengepul Ekspor PT PT Medan
hasil ke
tangkapan Jepang
Lanjutan
No Kuisioner Nelayan
20
5 Hasil Kakap Tuna Tongkol Tuna Madidi
tangkapan hang,
tuna
6 Permasalaha Cuaca dan Cuaca , Cuaca, kebocora Cuaca
n dan cara singgah arus gelomb n Singga
menghadapi dipulau ang h
dipulau
7 Trip per bulan - 2 kali 5 kali 3 kali 2 kali
8 Lama waktu 15 hari 15 hari 1 9 hari 12-13
1 kali trip minggu hari
9 Lokasi Padang 120 mill Padang Kep. Padan
daerah mentawai dari mentaw mentawai g
penangkapan pinggir ai menta
pantai wai
10 Cara Tidak ada Lintang, Adanya GPS dan Melalui
penentuan penentuan bujur, burung Tradision GPS
daerah tertentu dan peta camar al dan
penagkapan jarak 60 kompa
mil s
11 Persiapan Sk dek, sk Surat izin Lengka SKK 60 BBM,
perlengkapan mesin, p mil es dan
melaut dan surat kapal dokum
dokumen en
surat
izin.
12 Waktu 6 bulan Sekali 3 bulan Setiap Sekali
perawatan sekali setahun sekali hari 6
kapal dan Alat bulan
alat tangkap tangkap
setiap trip
diganti
13 Organisasi
diatas kapal
Nahkoda 1 1 1 1 1
Juru mudi 1 1 1 1 1
Juru masak 1 1 - 1 1
21
Mualim1-4 1 - - - -
Kepala kamar 1 1 - 1 1
mesin
Masinis 1-4 1 - - - -
Markonis - - - - -
14 Pendapatan 15-30 juta 1,5 ton 400-500 3-4 15-20
per trip kg kwintal ekor
15 Distribusi Tenaga Ekspor PT PT. L. PT.
hasil surya ke Samuder Dempo
tangkapan Jepang a
dan
korea
Lanjutan
No Kuisioner Nelayan
22
navigasi dan Giro satelit
Alat bantu Ganco, Sonar, Yoka - Ump
pengoperasia Roll Yoka an,
n hidup
(cumi
)
Jumlah ABK 7 orang 7 orang 6 orang 6 orang 3
orang
5 Hasil Cumi, Tuna Tuna Tuna Madi
tangkapan tuna, layur dihan
g,
tuna
6 Permasalaha Cuaca, Mengejar Badai, Badai Cuac
n dan cara dengan posisi ikan, gelomb a
menghadapi cara pindah ang, Singg
berkomuni tempat angin, ah
kasi pengkapan hujan. dipul
. au
7 Trip per bulan 2 kali 2 kali 2 kali 2 kali 2 kali
8 Lama waktu 10 hari 7 hari 15 hari 8 jam 12-13
1 kali trip (lama hari
perjalanan
12 jam
9 Lokasi Padang Mentawai Padang 60 mil Pada
daerah mentawai mentaw ng
penangkapan ai ment
awai
10 Cara Firasat Mengguna Adanya GPS, Melal
penentuan (melihat kan burung, tradisiona ui
daerah tanda pengindera feeling, l GPS
penagkapan alam) an satelit. satelit. dan
komp
as
11 Persiapan Siup, Sipi, ciup Lengka Es, solar, BBM,
perlengkapan kelayakan p makanan es
melaut dan kapal, sio, (ransum). dan
23
dokumen sipi, surat doku
uk kapal, men
syahbanda surat
r izin.
12 Waktu Sekali Sekali Setahun Sekali 6 Sekal
perawatan setahun setahun sekali bulan i 6
kapal dan bulan
alat tangkap
13 Organisasi -
diatas kapal
Nahkoda 1 1 1 1 1
Juru mudi 1 1 1 - 1
Juru masak 1 - 1 1 1
Mualim1-4 - 1 - 1 -
Kepala kamar 1 1 1 1 1
mesin
Masinis 1-4 1 1 - - -
Markonis - -
14 Pendapatan 20 juta 50 juta 2 ton 4 ton
per trip
15 Distribusi Distribusi Langsung PT perusaha
hasil langsung ekspor ke an
tangkapan ke PT Jepang.
No Kuisioner Jumlah
1 Jenis kapal
kapal Hand Line 9
Kapal rawai Tuna 4
Kapal pompong 1
Kapal Tonda 1
2 Ukuran Kapal
Pompong 10,5 GT 1
24
Tonda 11 GT 1
Hand Line 11GT 1
Hand Line 17 GT 1
Hand Line 19 GT 1
Hand Line 22 GT 2
Hand Line 23 GT 3
Hand Line 30 GT 1
Rawai Tuna 22 GT 1
Rawai Tuna 26 GT 1
Rawai Tuna 28 GT 1
Rawai Tuna 30 GT 1
10
0
Hand line Rawai Tuna Tonda Pompong
25
3
0
Hand Line Rawai Tuna Tonda Pompong
Pada armada pancing ulur ukuran kapal dan lama fishing trip
berpengaruh terhadap jumlah BBM yang dibawa. Jumlah hasil tangkapan
dan fishing trip berpengaruh terhadap jumlah es yang dibawa. Begitu juga
dengan jumlah ABK dan fishing trip berpengaruh terhadap jumlah air bersih
yang dibawa.
No Kuisioner Jumlah
1 Jenis alat bantu Komunikasi
26
Radio 15
2 Jenis alat bantu penginderaan
Sonar 5
Lampu 3
Fishfinder 3
Satelit 2
Tanda alam 1
3 Jenis alat bantu Navigasi
GPS 7
Kompas 4
Peta laut 1
Garmin 1
4 Jenis alat bantu Pengoperasian
Genset 1
Gancu 5
Yoka 2
Parasut 2
Pancing 2
Umpan hidup 1
16
Radio
14 Sonar
12 Lampu
Fishfinder
10
Satelit
8 Tanda alam
GPS
6
Peta Laut
4 Kompas
Garmin
2
Genset
0 Gancu
Komunikasi Penginderaan Navigasi Pengoperasian
27
merupakan salah satu upaya untuk mendukung peningkatan keselamatan
pelayaran kapal . Ketersediaan dan kemampuan menggunakan peralatan
keselamatan merupakan bagian penting dalam upaya penurunan angka
kecelakaan pada kapal penangkap ikan.
Alat bantu penangkapan ikan adalah alat yang paling penting dan
paling dibutuhkan pada saat melakukan penangkapan ikan, mulai dari alat
bantu komunikasi, alat bantu penginderaan, alat bantu navigasi, dan alat
bantu pengoperasian, namun terdapat alat bantu yang banyak dan sedikit
digunakan.
28
3.4 Hasil Tangkapan
Table 4 Jenis alat bantu penangkapan Ikan
No Kuisioner Jumlah
Jenis Ikan
Tuna 13
Madidihang 2
Kakap 1
Tongkol 1
Cumi 1
Layur 1
Chart Title
14
12
10
Axis Title
0
Tuna Madidihang Layur Tongkol Cumi Kakap
Axis Title
29
oleh para nelayan, yaitu tuna, madidihang, tongkol, layur, kakap, dan cumi-
cumi.
Dari keseluruhan produk ikan yang didaratkan di Pelabuhan
Perikanan Samudera Bungus mayoritas didominasi oleh jenis ikan tuna.
Dari data yang diperoleh hasil tangkapan yang lebih banyak yaitu ikan tuna
Jenis ikan tuna segar dan olahan dipasarkan keluar negeri (ekspor). Ikan
tuna merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia dalam
meningkatkan pendapatan ekonomi dan pembangunan perikanan (Yusuf,
2018; Ridwan et al., 2018)
Salah satu jenis ikan yang populer di seluruh , yaitu tuna, juga menjadi
hasil tangkapan yang paling sering dijumpai di perairan Pelabuhan
Samudera Bungus. Selain karena dagingnya yang lezat dan serbaguna, ikan
ini juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Di samping itu, terdapat pula ikan-
ikan lain seperti madidihang, tongkol, layur, kakap, dan cumi, yang
mempunyai keunikan dan ciri khas tersendiri.
Para nelayan di Pelabuhan Samudera Bungus dengan keahlian dan
pengalaman yang dimiliki, mampu menangkap ikan-ikan tersebut dengan
teknik yang tepat. Tak hanya itu, pencatatan hasil tangkapan juga menjadi
bagian penting dalam menjaga keberlangsungan populasi ikan di perairan
tersebut. Adanya berbagai spesies ikan yang dapat ditangkap, menjadikan
Pelabuhan Samudera Bungus sebagai tempat yang strategis bagi para
nelayan untuk mencari penghidupan dan tempat yang menarik bagi pecinta
kuliner dan olahraga memancing.
30
Bungus (PPSB) umumnya datar, kecuali kawasan bagian utara dengan
kondisi cukup terjal dengan ketinggian sampai 6 m dari permukaan laut.
Pernyataan tersebut dijelaskan tentang wilayah perairan PPS bungus
Analisis intervensi adalah proses identifikasi aktor-aktor yang ada dalam
fakta lapangan yang akan menjadi rujukan, serta peran mereka dalam fakta
lapangan.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa para nelayan di Pelabuhan
Perikanan Samudera Bungus menggunakan dua cara untuk menentukan
daerah penangkapan ikan, yaitu cara tradisional dengan memperhatikan
tanda alam seperti arah angin dan arus laut, serta cara modern dengan
menggunakan alat seperti fish finder yang membantu mengetahui
keberadaan ikan di bawah permukaan laut. Kedua cara tersebut digunakan
untuk memaksimalkan hasil tangkapan ikan dan memudahkan para nelayan
dalam menentukan daerah penangkapan yang tepat.
Upaya penentuan daerah penangkapan ikan yang dilakukan oleh
nelayan pada umumnya masih bersifat tradisional, sehingga kurang efektif.
Penentuan daerah penangkapan ikan hanya berdasarkan pengalaman turun-
temurun dari zaman dahulu hingga sekarang dengan melihat tanda-tanda
alam, seperti ada tidaknya kawanan burung di permukaan laut, buih-buih di
permukaan laut dan lain-lain.
31
Dikarenakan para nelayan belum mengetahui lokasi yang potensial
untuk menangkap ikan-ikan tersebut menyebabkan ketidakpastian hasil
tangkapan, sehingga para nelayan tersebut harus menjelajah dan mencari
tandatanda alam, namun biaya operasional penangkapan menjadi lebih
tinggi karena tingginya biaya bahan bakar kapal (Muchlisin et al. 2012 dalam
Demena et al. 2017).
32
sehingga kapal memiliki performa yang baik sesuai dengan standart yang
ada.
1. Menjamin kualitas kapal agar siap berlayar.
2. Menjaga nilai harga dari kapal.
3. Menjaga produktivitas sebuah kapal.
4. Menghindari terjadinya keadaan darurat atau ketidaksesuaian pada
kapal.
5. Mengurangi biaya premi dari asuransi perlindungan.
6. Meningkatkan efisiensi dalam kegiatan operasional kapal.
7. Memperpanjang seumur hidup atau umur kapal.
8. Menjamin kesiapan peralatan ketika terjadi keadaan darurat di laut.
9. Menjamin keselamatan crew kapal ketika berlayar.
33
3.9 Pendapatan
Table 5 Pendapatan Nelayan
No Kuisioner Pendapatan
1 Riski Tanjung 500 kg – 1 Ton
2 Nur Rahman 4 Ton
3 Usman 2 Ton
4 Herman Rp. 50 Juta
5 Idris serado Rp 20 Juta
6 Doni 15-20 Ekor
7 Ismail 3-4 Kwintal
8 M. Rizal 300- 400 kg
9 Casmari 1,5 Ton
10 Syafrial 15 – 30 Juta
11 Arben 1,5 Ton
12 Belry 1 Ton
13 Pendra 0,5-1 Ton
14 Ega 15-20 Ekor
15 Hardito 33 Juta
34
lebih tinggi dibandingkan dengan nelayan yang menggunakan kapal
pompong. Hal ini disebabkan karena kapal motor hand line dan alat tangkap
pancing mampu menjangkau perairan yang lebih dalam sehingga peluang
untuk mendapatkan ikan yang lebih banyak juga lebih besar. Selain itu, kapal
motor hand line dan alat tangkap pancing juga lebih efisien dan cepat dalam
menangkap ikan dibandingkan dengan kapal pompong.
35
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus (PPSB) berada dalam wilayah
administrasi Kelurahan Labuhan Tarok Kecamatan Teluk Kabung (Bungus)
Kota Padang Provinsi Sumatera Barat. Posisi 01º 02’ 15’’ LS dan 100º 23’
34’’ BT.
36
Pendapatan nelayan yang menggunakan kapal motor hand line dan alat
tangkap pancing cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan nelayan yang
menggunakan kapal pompong.
4.2 Saran
Saran dari penulisan laporan ini adalah semoga praktikum lapangan
nya lebih efisien dan lebih terarah lagi agar mahasiswa lebih mudah dalam
melaksanakan praktikum di PPS Bungus.
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti. 2016. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ada Nelayan
Kecil. Jurnal Litbang. Vol.12 No.2, pp : 83-92.
Irvan, M. 2016. Mapping Of Long Line Fishing Ground In The Fishing Port Of
The Ocean (PPS) Bungus Districts Teluk Kabung Padang Province
West Sumatera. Universitas Riau. Pekanbaru.
37
Mujib, Z., H. Boesono, A. D. P. F. Fitri. 2013. Pemetaan Sebaran Ikan
Tongkol (Euthynnus sp.) dengan Data Klorofil-a Citra Modis pada Alat
Tangkap Payang (Danish-seine) di Perairan Teluk Pelabuhanratu,
Sukabumi, Jawa Barat. Journal of Fisheries Utilization Management
and Technology. 2 (2) : 150-160.
Yusuf, R., Arthatiani, F.Y., & Putri, H.M. (2017). Peluang Pasar Ekspor Tuna
Indonesia : Suatu Pendekatan Analisis Bayesian. J. Kebijakan Sosek
KP, 7(1), 39-50
Wahyono dan Sjarif, 2004. Sistem informasi (konsep dasar, analisis, desain,
dan implementasi).
38
LAMPIRAN
39
40
41