Anda di halaman 1dari 16

= 50 x 2

= 100

BUKU PEGANGAN
ALAT UKUR
KELAS X

Penyusun :

M.Haryanto,S.Pd.

Pemegang Buku

Nama : ……………………………………………

Kelas/No. Absen : ……………………………………………


SMK KATOLIK ST. MIKAEL SURAKARTA

KATA PENGANTAR

Kemampuan menggunakan alat ukur secara baik dan benar dengan dilandasi
pengetahuan, sikap perilaku yang efektip dan efisien merupakan harapan bagi dunia usaha
dan industri sebagai pengguna lulusan, sekolah menengah kejuruan sebagai penyelanggara
pendidikan, orangtua siswa, dan khususnya bagi peserta didik agar menjadi lulusan yang
mempunyai kompetensi dan daya saing yang tinggi.
Untuk memenuhi harapan tersebut, maka penyusun mencoba membuat langkah-
langkah pembelajaran: pengertian pengukuran, pengertian alat ukur, dan menggunakan
berbagai macam alat ukur yang disusun menjadi sebuah buku menggunakan alat ukur yang
secara garis besar berisi sebagai berikut:
1. Memahami pengertian pengukuran.
2. Memahami pengertian alat ukur.
3. Menggunakan jenis-jenis alat ukur.
4. Memelihara dan merawat alat ukur.
Penyusun sangat berharap agar buku prosedur menggunakan alat ukur ini bermanfaat
untuk menambah pengetahuan khususnya bagi peserta didik SMK pemesinan kelas X dan
khalayak umum yang memerlukannya.
Dengan rendah hati penyusun mohon kritik dan saran dari pembaca agar selanjutnya
menjadi lebih baik, penyusun mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang
telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan penyusunan buku ini.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2

BAB I PENGUKURAN
A. Pengertian Ilmu Pengukuran. 4
B. Pengertian Pengukuran. 4
C. Manfaat Pengukuran. 4
D. Ruang Pengukuran. 4
E. Cara Pengukuran. 5
F. Istilah Pengukuran 5
G. Sumber Kesalahan Pengukuran 6

H. Satuan Dalam Pengukuran 7

BAB II ALAT UKUR


A. Pengertian Alat Ukur. 8
B. Komponen Alat Ukur. 8
C. Jenis-Jenis Alat Ukur. 8
D. Istilah Pada Alat Ukur. 9

E. Pemeliharaan Alat Ukur 9

BAB III ALAT UKUR CALIPER


A. Pengertian Alat Ukur Caliper. 10
B. Jenis-jenis Caliper. 10
C. Bagian-bagian Caliper. 12
D. Prosedur Pengguanan Caliper 12
E. Cara Membaca Nilai Ukuran Caliper 13
F. Kesalahan Pengukuran Saat Menggunakan Caliper 15

BAB IV ALAT UKUR MICROMETER


A. Pengertian Alat Ukur Micrometer. 16
B. Jenis-jenis Micrometer. 16
C. Bagian-bagian Micrometer 18
D. Prosedur Penggunaan Outside Micrometer 18
E. Cara Membaca Nilai Ukuran 19
F. Penerapan Micrometer 20
G. Pemeliharran Micrometer 21

BAB V ALAT UKUR UNIVERSAL BEVEL PROTRACTOR


A. Pengertian Alat Ukur Bevel Protractor 22
B. Jenis – Jenis Alat Ukur Sudut 22
C. Bagian Bevel Protractor 23
D. Cara Pembacaan Bevel Protractor 23

BAB VI ALAT UKUR DIAL INDICATOR


A. Pegertian Dial Indicator 26
B. Dial Indicator Luar 26
C. Dial Indicator dalam 29

BAB VII ALAT UKUR GAUGE


A. Pegertian Gauge. 30
B. Jenis-jenis Gauge 30
BAB I
PENGUKURAN

A. Pengertian Ilmu Pengukuran (Metrologi).


Ilmu pengukuran (Metrologi) adalah disiplin ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran,
kalibrasi dan akurasi di bidang industri, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ilmu pengukuran dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama dengan tingkat kerumitan
dan akurasi yang berbeda-beda yaitu:
1. Metrologi Ilmiah: berhubungan dengan pengaturan dan pengembangan standar-
standar pengukuran dan pemeliharaannya.
2. Metrologi Industri: bertujuan untuk memastikan bahwa sistem pengukuran dan alat-
alat ukur di industri berfungsi dengan akurasi yang memadai, baik dalam proses
persiapan, produksi, maupun pengujiannya.
3. Metrologi Legal: berkaitan dengan pengukuran yang berdampak pada transaksi
ekonomi, kesehatan, dan keselamatan.

B. Pengertian Pengukuran (Measurement)


Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran standar. Besaran
tersebut harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: dapat didefinisikan secara fisik,
jelas dan tidak berubah dengan waktu, dan dapat digunakan sebagai pembanding dimana
saja didunia.
Pengukuran juga merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menentukan
nilai suatu besaran dalam bentuk angka kuantitatif.
Mengukur adalah proses mengaitkan angka secara empiris dan objektif pada sifat-sifat
objek atau kejadian nyata sehingga angka yang diperoleh dapat memberikan gambaran
jelas mengenai objek atau kejadian yang diukur.

C. Manfaat Pengukuran
Pengukuran bermanfaat sebagai sarana untuk memperoleh data yang digunakan untuk
keperluan pengambilan keputusan atau pengaturan suatu proses / sistem.
Keputusan (disposisi) yang diberikan oleh personal yang diberi wewenang untuk
menentukan suatu produk yang mempunyai ketidaksesuaian, keputusan tersebut antara
lain:
- Proses Lanjut adalah proses sebuah produk dilanjutkan
- Rework / repaired adalah produk perlu dikerjakan ulang di unit kerja terkait atau diperbaiki
di unit kerja yang lain.
- Proses Ulang (Restart) adalah sebuah produk tidak bisa dilanjutkan / dipakai dan
diperlukan proses baru untuk membuat sebuah produk baru mulai dari awal.

D. Ruang pengukuran
Agar ruang pengukuran dapat berfungsi sesuai dengan semestinya, perlu diperhatikan
syarat-syaratnya, antara lain:
1. Luas ruangan cukup.
2. Penempatan alat yang tertata rapi.
3. Penerangan yang cukup.
4. Kondisi lantai datar, rata, dan lunak.
5. Suhu ruang sesuai standar yaitu 20º C.
6. Kelembaban udara relatif 50 s.d 60% RH (Relatif Humidity).
E. Cara Pengukuran
Agar mendapatkan hasil pengukuran yang benar menurut stándar yang berlaku, maka
diperlukan cara pengukuran yang tepat. Cara pengukuran yang dilakukan untuk mengukur
geometris obyek ukur, antara lain:
1. Pengukuran langsung.
Proses pengukuran yang hasil pengukurannya dapat dibaca langsung dari alat ukur
yang digunakan disebut dengan pengukuran langsung. Misalnya mengukur diameter
poros dengan jangka sorong atau mikrometer.
2. Pengukuran tak langsung.
Apabila dalam proses pengukuran tidak bisa digunakan satu alat ukur saja dan tidak
bisa dibaca langsung hasil pengukurannya maka pengukuran yang demikian ini
disebut dengan pengukuran tak langsung. Kadang – kadang untuk mengukur satu
benda ukur diperlukan dua atau tiga alat ukur, biasanya ada alat ukur standar, alat
ukur pembanding dan alat ukur pembantu. Misalnya mengukur ketirusan poros
dengan menggunakan senter sinus (sine center) yang harus dibantu dengan jam ukur
(dial indicator) dan blok ukur.
3. Pengukuran dengan kaliber batas.
Kadang – kadang dalam proses pengukuran kita tidak perlu melihat berapa besar
ukuran benda yang dibuat melainkan hanya untuk melihat apakan benda yang dibuat
masih dalam batas – batas toleransi tertentu.
Misalnya saja mengukur diameter lubang. Dengan menggunakan alat ukur jenis
kaliber batas dapat ditentukan apakah benda yang dibuat masuk dalam kategori
diterima (Go) atau masuk dalam kategori dibuang atau ditolak ( No Go). Dengan
demikian sudah tentu alat yang digunakan untuk pengecekannya adalah kaliber batas
Go dan No Go. Pengukuran seperti ini disebut pengukuran dengan kaliber batas.
Keputusan yang diambil adalah : dimensi obyek ukur yang masih dalam batas toleransi
dianggap baik dan dipakai, sedang dimensi yang terletak di luar batas toleransi
dianggap jelek. Pengukuran cara ini tepat sekali untuk pengukuran dalam jumlah
banyak dan membutuhkan waktu yang cepat
4. Pengukuran dengan cara membandingkan dengan bentuk stándar.
Pengukuran di sini sifatnya hanya membandingkan bentuk benda yang dibuat dengan
bentuk standar yang memang digunakan untuk alat pembanding. Misalnya kita akan
mengecek sudut ulir atau roda gigi, mengecek sudut tirus dari poros konis , mengecek
radius dan sebagainya. Pengukuran dilakukan dengan alat proyeksi. Jadi, di sini
sifatnya tidak membaca besarnya ukuran tetapi mencocokkan bentuk saja. Misalnya
sudut ulir dicek dengan mal ulir atau alat pengecek ulir lainnya.

F. Istilah Pengukuran
Ada beberapa istilah yang terkait dalam proses pengukuran, antara lain:
1. Ketelitian (Accuracy).
Kesesuaian antara hasil pengukuran dengan harga sebenarnya.
2. Ketepatan (Precision / Repeatability).
Kemampuan proses pengukuran untuk menunjukkan hasil yang sama dari
pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dan identik.
3. Toleransi (tolerance).
Batasan-batasan penyimpangan ukuran yang diijinkan pada suatu benda kerja.
4. Penyimpangan (Graduation).
Besar ketidaksesuaian maksimal yang terjadi dari semua bagian terukur / range
pengukuran.
5. Resolusi (Resolution).
Kemampuan penunjukan skala terkecil dari sebuah alat ukur, resolusi dapat dikatakan
juga sebagai Tingkat Ketelitian.

G. Sumber Kesalahan Pengukuran


Kesalahan merupakan sesuatu yang sangat sulit untuk dihindari, termasuk ketika kita
sedang melakukan kegiatan pengukuran. Kesalahan pengukuran dapat menyebabkan
hasil dari pengukuran mempunyai dampak yang tidak kita inginkan.
Ada banyak penyebab kenapa kita bisa salah dalam melakukan kegiatan pengukuran,
beberapa sumber-sumber kesalahannya pun bermacam-macam.
Berikut sumber sumber kesalahan pengukuran yang sering terjadi:
1. Cara dan Metode:
a. waktu pengesetan salah/ tidak pas.
b. posisi benda kerja dan posisi pengukuran
c. alat ukur dengan jenis lever type
d. adanya pengaruh gravitasi
e. mengabaikan ABBE prinsiple
2. Alat ukur:
a. referensi: pitch error, akurasi kurag baik, deviasi pada skala, dll
b. reapeatability
c. histerisis
d. tekanan pengukuran: tidak stabil, titik kontak pengukuran berubah, dll
e. kesalahan posisi nol: setting nol salah, referensi nol salah, dll
f. kesalahan linier
g. kesalahan pada setting gauge: karena kotor, aus, basah, dll
h. kesalahan pemilihan alat ukur: jenis, ketelitian, range
i. koefisien suhu pada alat ukur: tidak dilengkapi sensor temperatur, dll
j. keausan alat ukur
3. Linkungan, terdiri dari:
a. perbedaan temperatur
b. besarnya tekanan udara dan kelembaban
c. kebersihan (debu, cairan, chips)
d. adanya medan magnet
e. getaran alat ukur
4. Personil pelaksana, dikarenakan;
a. kesalahan mengukur dan membaca hasil pengukuran
b. kapasitas menganalisa dan memutuskan
c. kepekaan (feeling) pada waktu mengukur
d. kesalahan dalam pencekaman
e. kesalahan paralaks adalah kesalahan pengukuran yang disebabkan oleh arah
pandang

H. Satuan dalam Pengukuran


Satuan pengukuran yang digunakan mengacu pada Sistem Satuan International yang
biasa disingkat SI dibagi menjadi 7 besaran, satuan, dan simbol
No Besaran Satuan Simbol
1 Panjang Meter m
2 Massa Kilogram kg
3 Waktu Sekon s
4 Arus Listrik Ampere A
5 Temperatur termodinamik Kelvin K
Mole
6 Jumlah Zat mol
7 Intensitas Cahaya Candela cd
BAB II
ALAT UKUR

A. Pengertian Alat Ukur (Measuring Tool / Instrument).


Untuk melakukan kegiatan pengukuran, diperlukan suatu perangkat yang dinamakan alat
ukur (measuring tool) yang digunakan untuk mengambil data kuantitatif dari berbagai
benda seperti panjang, suhu, waktu, massa, dan sebagainya.

B. Komponen utama Alat Ukur:


1. Peraba (Sensor) adalah bagian alat ukur yang merasakan adanya sinyal yang harus
diukur atau bagian yang berhubungan langsung dengan benda ukur. Kategori sensor
antara lain: mekanis, optic, dan pnumatis.
2. Pengubah sinyal (transduser) berfungsi untuk memperkuat atau memperjelas dengan
mengubah sinyal-sinyal yang diterima dari sensor dan mengirim hasil ke penunjuk
(indicator) maupun kontroler: Prinsip kerja transduser antara lain: mekanik, electrik,
optik, pnumatik, dan gabungan.
3. Penunjuk (indicator) berfungsi untuk menayangkan data ukur yang berupa garis-garis
skala pada mikrometer atau jarum yang bergerak melingkar dengan menunjuk skala
ukur yang melingkar juga. Kategori indicator antara lain: skala dan angka

C. Jenis-jenis Alat Ukur.


1. Berdasarkan disiplin kerja atau besaran fisiknya:
a. alat ukur dimensi : mistar, jangka sorong, micrometer, busur derajad, balok ukur,
profile projector, universal measuring machine dst.
b. alat ukur massa : timbangan, comparator elektronik,weight set dst
c. alat ukur mekanik : tachometer, torquemeter, stroboscope dll
d. alat ukur fisik : gelas ukur, densitometer, visosimeter, flowmeter.
e. alat ukur listrik : voltmeter, amperemeter, jembatan Wheatstone
f. alat ukur suhu : termometer gelas, PRT
g. alat ukur optic : luxmeter, fotometer, spectrometer

2. Berdasarkan sifatnya.
a. Alat Ukur Langsung.
adalah alat tukur yang memiliki skala ukur (SkalaUtama dan Skala Nonius) yang
telah dikalibrasi dan hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada skala ukur.
Contoh: High Gauge, Vernier Caliper, Micrometer, Rol Meter
b. Alat Ukur Pembanding
adalah alat ukur yang memiliki skala ukur yang terbatas dan telah dikalibrasi. Alat
ukur ini hanya digunakan untuk pembacaan besarnya selisih dari suatu dimensi
terhadap ukuran standar.
Contoh: Rugo Test, Radius Gauge, Dial Indikator, Hair Line & Square Line
c. Alat Ukur Standar
adalah alat ukur yang hanya mampu menunjukkan suatu harga ukuran tertentu.
Alat ukur ini biasa dipakai bersama dengan alat ukur pembanding.
Contoh: Block Gauge, Hight Master, Square Master
d. Alat Ukur Batas
adalah alat ukur yang hanya mampu menunjukkan suatu dimensi terletak didalam
atau diluar daerah toleransi ukuran (Go – NoGo)
Contoh: Plug & Ring Gauge, Plug & Ring Thread Gauge, Snap Gauge
e. Alat Ukur Bantu
adalah alat ukur bukan dalam arti yang sesungguhnya, tetapi cukup penting dalam
melaksanakan proses pengukuran.
Contoh: Ball Gauge, Patron, Blue Ink, Blau, Vitriol, Surface Plate

D. Istilah-istilah Pada Alat Ukur.


1. Rentang Ukur (Range).
kemampuan alat ukur ditunjukkan oleh jarak nilai terendah sampai nilai tertinggi.
Micrometer luar range: 0 - 25 mm berarti mempunyai rentang ukur 0 sampai 25 mm .
2. Span.
kemampuan alat ukur ditunjukkan oleh selisih jarak antara nilai terendah sampai nilai
tertinggi. Micrometer luar range 0 - 25 mm berarti mempunyai span 25 mm.
3. Kemampuan baca (resolution).
kemampuan penunjukan skala terkecil dari sebuah alat ukur atau jarak ukur antara
dua garis skala yang berdampingan pada alat ukur analog atau perbedaan
penunjukkan terbaca dengan jelas pada alat ukur digital.
4. Kepekaan (sensitivity).
kemampuan alat ukur merasakan perubahan paling kecil dari obyek ukur. Kepekaan
dipengaruhi oleh mekanisme transduser alat ukur dan pencatat.
5. Kalibrasi (calibration).
suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat dan
bahan ukur.
6. Histerisis.
penyimpangan dari harga ukur yang terjadi sewaktu dilakukan pengukuran secara
kontinyu dari dua arah yang berlawanan.
7. Pergeseran (shifting / drift).
terjadinya perubahan posisi pada penunjuk harga ukur sementara sensor tidak
memberikan / merasakan sinyal atau perbedaan.
8. Keterlambatan reaksi / Kepasifan (pasivity).
perbedaan/ perubahan kecil dari harga yang diukur tidak menimbulkan suatu
perubahan pada jarum penunjuk.
9. Kestabilan nol (zero stability).
kemampuan alat ukur untuk kembali ke posisi nol ketika sensor tidak lagi bekerja.
10. Pengambangan (floating).
suatu kondisi alat ukur dimana jarum penunjuk tidak menunjukkan harga ukur yang
konstan. Dengan kata lain, penunjuk selalu berubah posisi atau bergerak.

E. Pemeliharaan Alat Ukur


Pemeliharaan alat ukur dilakukan agar umur pakai dapat maksimal dengan cara:
1. Simpan dalam ruangan suhu 20º,agar tak terjadi perubahan fisik akibat perubahan
suhu.
2. Simpan dalam ruangan kelembaban relatif RH 50% s.d 60%, agar tidak terjadi korosi.
3. Setelah digunakan bersihkan ulir penggerak kemudian dioles dengan oli tipis.
4. Setelah digunakan bersihkan dioles dengan vaselin pada bagian yang mudah korosi.
5. Jauhkan dari getaran dan goncangan atau benturan.
6. Gunakan sesuai dengan fungsinya dan menurut prosedur operasional.
BAB III
ALAT UKUR CALIPER

A. Pengertian.
Caliper/ jangka sorong/ mistar sorong/ mistar ingsut/ mistar geser/ skitmat merupakan alat
ukur langsung yang digunakan untuk mengukur: ukuran luar, ukuran dalam, ukuran
bertingkat, dan ukuran kedalaman. Jangka sorong pertama kali diciptakan menjelang
abad ke 16 oleh seorang ahli matematika dan sains bernama Pierre Vernier di kota Oranan
di Perancis.

B. Jenis–Jenis Caliper.
1. Berdasarkan Bentuk Penunjuk (Indikator).
a. Jangka sorong manual (Vernier Caliper).
Vernier caliper memiliki Skala Utama (SU) &
Skala Nonius (SN) yang berbentuk garis-
garis, sebelum pembacaan ukuran terlebih
dahulu kita harus dapat menentukan tingkat
ketelitian caliper. Dan dalam membaca
ukuran dibutuhkan ketelitian & ketepatan saat
melihat garis-garis dari kedua skala tersebut.

b. Jangka sorong analog (Dial Caliper).


Dial caliper dilengkapi dengan jarum penunjuk
yang terdapat pada skala nonius, sehingga
memudahkan pengukur untuk melihat hasil
pengukuran.

c. Jangka sorong digital (Digital Caliper).


Digital caliper merupakan jenis caliper yang
paling mudah digunakan dibandingkan
dengan jenis caliper yang lain. Dengan tanpa
melihat skala utama & nonius, hasil ukuran
dapat langsung ditunjukkan pada layar.
Namun hasil ukuran akan keliru jika
pengesetan / setting titik nol dari awal salah.
Caliper ini sangat cocok digunakan untuk
mengukur benda kerja massal.
2. Berdasarkan Penggunaan khusus.
a. Jangka Sorong Gigi Gear (Gear Tooth
Vernier Calipers).
Digunakan untuk mengukur ketebalan gigi-
gigi dari gear yang umumnya ditemukan pada
alat-alat kendaraan atau pada spare part
mesi.

b. Jangka Sorong Alur Dalam (Inside Groove


caliper)
Jangka sorong ini memiliki bentuk rahang
yang lebih panjang dari rahang jangka sorong
manual. Fungsi dari jangka sorong ini adalah
untuk mengukur diameter dalam suatu tabung
yang bentuknya berlekuk-lekuk, seperti toples
dan botol.

c. Jangka Sorong Jarak Pusat (Centerline


Caliper)
Jangka Sorong ini digunakan untuk mengukur
jarak antara satu lubang dengan lubang
lainnya atau jarak antara lubang dengan tepi
suatu permukaan benda

d. Jangka Sorong Cakram (Disc brake vernier


calipers)
Digunakan untuk mengukur ketebalan suatu
lempengan cakram logam

e. Jangka Sorong Pipa (Tube Thickness


Caliper)
Jangka sorong ini biasanya digunakan untuk
mengukur ketebalan pipa atau tabung yang
berdiameter kecil.

f. Jangka Sorong Ketinggian (Height Vernier


Caliper
Jangka Sorong ini digunakan untuk mengukur
ketinggian suatu benda secara lebih akurat
dan detail
C. Bagian–Bagian dan Dimensi Penggunaan Caliper.

1. Out Side Jaws berfungsi untuk mengukur bidang luar suatu benda kerja.
2. Inside Jaws digunakan untuk mengukur bidang dalam benda kerja, seperti lubang atau
slot.
3. Depth Bar merupakan bagian dari caliper yang berfungsi untuk mengukur kedalaman
benda kerja. Depth bar juga dapat digunakan untuk mengukur kedalaman alur pasak,
undercut (groove), dll.
4. Skala utama (Main Scale) dalam mm
5. Skala utama (Main Scale) dalam Inchi
6. Skala nonius (Nonius Scale) dalam mm
7. Skala nonius (Nonius Scale) dalam Inchi
8. Penggerak dalam proses pengukuran (Slider)
9. Pengukur bidang bertingkat (Step Surface)
10. Batang utama, yang merupakan bagian dari caliper yang dipegang (Main beam ).

D. Prosedur Penggunaan Caliper.


1. Pegang caliper dengan benar, Ibu jari terletak pada
slider dan keempat jari yang lain pada main beam.
2. Bersihkan kedua rahang caliper dengan sehelai kertas,
dengan cara geser rahang hingga kertas terjepit,
kemudian tarik kertas hingga lepas dari kedua rahang
tanpa mengalami sobek.
3. Periksa kondisi himpitan rahang caliper dengan
dihadapkan pada sumber cahaya. Pastikan tidak ada
celah cahaya pada himpitan rahang caliper.
4. Pastikan kedudukan nol vernier (nonius) segaris
dengan nol pada skala utama.
5. Sebelum melakukan pengukuran, rahang / jaw
caliper harus dibuka lebih lebar atau lebih panjang dari
ukuran benda kerja.
6. Tempatkan rahang tetap pada permukaan benda kerja
pada pangkalnya, kemudian geser rahang yang lain
dengan menggunakan slider menuju benda kerja
dengan tekanan normal/ tekanan sewaktu
memposisikan skala nol. Lihat hasil pengukuran dalam
kedudukan segaris / parallel atau tegaklurus dengan
skala alat ukur yang dibaca.
7. Bersihkan caliper dan letakkan kembali pada
tempatnya.

E. Cara Membaca Nilai Ukuran Caliper.


Urutan menentukan nilai ukuran pembacaan Caliper Milimeter:
1. Tentukan Tingkat Ketelitian alat ukur caliper.
Menghitung perbandingan antara satu bagian / ruas Skala Utama (SU) dengan
jumlah
bagian / ruas Skala Nonius (SN).
1 Bagian SU
TK =
Jumlah Bagian SN
2. Tentukan bagian / ruas Skala Utama di sebelah kiri Nol Skala Nonius.
3. Tentukan garis Skala Nonius yang berimpit/ satu garis dengan garis Skala Utama,
kemudian kalikan dengan TK.
4. Maka Nilai Ukuran = Nilai Skala Utama + Nilai Skala Nonius.
= Bagian SU + (Bagian SN dikalikan TK)

Contoh 1 pembacaan ukuran caliper milimeter

1 Bagian SU
TK =
Jumlah Bagian SN
1
TK = mm
10
TK = 0,1 mm
TK = Nilai 1 bagian dari Skala Nonius adalah 0,1 mm
Nilai Skala Utama = Bagian Skala Utama di sebelah kiri Nol Skala Nonius
Nilai Skala Nonius = Bagian Skala Nonius yang segaris dengan Skala Utama x
TK
Nilai Ukuran = Nilai Skala Utama + Nilai Skala Nonius
= Bagian SU + (Bagian SN dikalikan TK)
= 6 + (4 x 0,1)
= 6 + 0,4
= 6,40 mm

Contoh 2 pembacaan ukuran caliper milimeter

1 Bagian SU
TK =
Jumlah Bagian SN
1
TK =
20
5
=
100
TK = 0,05 mm
TK = Nilai 1 bagian dari Skala Nonius adalah 0,05 mm
Nilai Skala Utama = Bagian Skala Utama di sebelah kiri Nol Skala Nonius
Nilai Skala Nonius = Bagian Skala Nonius yang segaris dengan Skala Utama x
TK
Nilai Ukuran = Nilai Skala Utama + Nilai Skala Nonius
= Bagian SU + (Bagian SN dikalikan TK)
= 6 + (7 x 0,05)
= 6 + 0,35
= 6,35 mm

Contoh 3 pembacaan ukuran caliper inchi

1 Bagian SU
TK =
Jumlah Bagian SN
1/16
TK = Inchi
8
1
= Inchi
128
1
TK = Nilai 1 bagian dari Skala Nonius adalah inchi
128
Nilai Skala Utama = Bagian Skala Utama di sebelah kiri Nol Skala Nonius
Nilai Skala Nonius = Bagian Skala Nonius yang segaris dengan Skala Utama x
TK
Nilai Ukuran = Bagian SU + (Bagian SN dikalikan TK)
4 1
= (1” + ”) + (6 x ”)
16 128
4 6
= 1” + ” + ”
16 128
32 6
= 1” + ( ”+ ”)
128 128
38
= 1” + ” atau
128
= 32,94 mm

F. Kesalahan Pengukuran Saat Menggunakan Caliper.


1. Jangan melepas benda kerja sewaktu rahang caliper masih menjepit, meskipun benda
kerja kecil.
2. Jangan menggunakan ujung caliper untuk mengukur.
3. Jika pengukuran menggunakan pada bagian ujung hasil dari pengukuran akan
menjadi lebih kecil dari ukuran yang sesungguhnya, disebabkan karena tekanan
pengukuran dan posisi antara rahang gerak dan benda kerja tidak parallel.
4. Apabila mengukur benda kerja yang terpasang pada pencekam, pegang caliper
dengan menggunakan kedua tangan.

Anda mungkin juga menyukai