Resistensi Gerakan Mahasiswa Terhadap Ka 3afe2b1c
Resistensi Gerakan Mahasiswa Terhadap Ka 3afe2b1c
Moh. Taufik
Program Studi S-1 Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya
taufikjuang@yahoo.com
M. Arif Affandi
Program Studi S-1 Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya
intermilaniacs@gmail.com
Abstrak
Keterlibatan kaum intelektual dalam dunia gerakan sosial merupakan sebuah respon terhadap
kondisi sosial ekonomi maupun politik yang dirasa masih belum bisa mensejahterakan rakyat.
Penelitian ini mengkaji bentuk resistensi gerakan mahasiswa terhadap kapitalisasi pendidikan.
Penelitian ini menggunakan konsep kekuasaan dari Michel Foucault dan teori hegemoni dari
Antonio Gramsci. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Peneliti memiliki
subjek yakni para fungsionalis organisasi ekstra kampus SMI (Serikat Mahasiswa Indonesia) dan
GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia). Teknik pemilihan informan yaitu dengan cara
purposive. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan in-dept interview. Teknik
analisis data dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini terdapat beberapa organisasi
ekstra kampus yang melakukan resistensi yang didasarkan atas adanya kapitalisasi pendidikan.
Selanjutnya adalah bentuk resistensi yang dilakukan melalui pembentukan konsolidasi dari
beberapa organisasi ektra kampus dengan melakukan diskusi-diskusi mengenai situasi kampus
hingga membentuk sebuah aliansi sebagai persatuan antar organiasasi ekstra kampus yang
kemudian menyikapi dengan penempelan pamflet, pembagian selebaran, dan aksi demonstrasi.
Terakhir adalah adanya upaya untuk melemahkan gerakan mahasiswa dengan hegemonisasi yang
dilakukan birokrasi kampus dengan cara pewacanaan mahasiswa liar, wacana Unesa yang akan
menjadi world class university, banyaknya pembangunan infrastruktur, perkuliahan
kewirausahaan, sistem kurikulum yang kompetitif, hingga konflik horizontal dengan organisasi
intra kampus.
Kata Kunci: Organisasi Ekstra, Birokrasi kampus dan Resistensi.
Abstract
The involvement of intellectuals in the social movement world is a response to the socio economic
and political conditions that it is still not able to prosper the peoples. This study examines form the
resistance the student movement against the capitalization of education. This study uses the
powers concept from Michel Foucault and hegemony theory from Antonio Gramsci. This study
uses qualitative research methods. Researcher have a subject that is the functionalist extra campus
organization SMI (Indonesian student union) and GMNI (Indonesian national student movement).
Informant selection techniques is with manner purposive. Data collection techniques using
observation and indept interview. Method data analysis techniques with a qualitative descriptive.
The results of this study, there are several extra-campus organizations that perform resistance
based on the existence of education capitalization. next is form of resistance that is done through
the establishment of the consolidation of several extra-campus organizations to conduct
discussions on the situation of the campus to form an alliance as a union between extra-campus
Organization then respond with sticking pamphlet, leaflet distribution, and demonstrations action.
Last is there effort to weaken the student movement performed by bureaucratic campus with a
wild student discourse, discourse Unesa which will be a world class university, the many of
infrastructure development, entrepreneurship classes, competitive curriculum system, up to
horizontal conflicts with intra-campus organizations.
Keywords: Extra Organization, Bureaucracy campus and Resistance.
1
Paradigma. Volume 2 Nomor 3 Tahun 2014
3
Paradigma. Volume 02 Nomor 03 Tahun 2014
Kekuasaan bukanlah sesuatu yang hanya dikuasai kampus terhadap kekuasaan birokrasi kampus
oleh negara atau sesuatu yang dapat diukur namun, unesa.
kekuasaan ada di mana-mana, karena kekuasaan
Ada tiga bentuk kekuasaan, yaitu kekuasaan
adalah satu dimensi dari relasi. Di mana ada relasi,
ideologis, kekuasaan remuneratif, dan kekuasaan
di sana ada kekuasaan (K. Bertens, 2001:307).
punitif. Kekuasaan ideologis dengan indoktrinasi
Kekuasaan dan pengetahuan kedua memiliki dan berbagai bentuk rekayasa pikiran merupakan
relasi yang saling berkaitan. Tidak ada kekuasan wujud pengungkapan kekerasan psikologis.
tanpa pengatahuan, begitu juga sebaliknya tidak Kekuasaan remuneratif dengan memberikan
ada pengetahuan tanpa kekuasaan, dengan jabatan, kedudukan, korupsi atau kolusi dan
pengetahuan maka kekuasan akan beroperasi (K. seterusnya sebenarnya melakukan sebuah
Bertens, 2001:300). kekerasan fisik dan psikologis sekaligus. Sementara
kekuasaan punitif sama dengan remuneratif, yaitu
Kuasa itu ada di mana-mana dan muncul dari
melahirkan bentuk kekerasan fisik dan psikologis,
relasi-relasi antara pelbagai kekuatan, terjadi secara
berupa penyiksaan, penganiayaan, ancaman,
mutlak dan tidak tergantung dari kesadaran
tekanan, dan sejenisnya (Adian, Donny Gahral,
manusia. Kekuasaan hanyalah sebuah strategi.
2011:102).
Strategi ini berlangsung dimana-mana dan disana
terdapat sistem, aturan, susunan dan regulasi. Dalam konteks di Unesa terdapat kekuasaan
Kekuasaan ini tidak datang dari luar, melainkan punitif yang berbentuk ancaman dan tekanan bagi
kekuasaan menentukan susunan, aturan dan mahasiswa yang terlibat aktifitas organisasi ekstra
hubungan-hubungan dari dalam dan kampus. Secara umum bisa dikatakan bahwa
memungkinkan semuanya terjadi (K. Bertens, birokrasi Unesa sebagai pemegang kekuasaan yang
2001:319). dipimpin oleh rektor sebagai pemegang kekuasaan
adalah suatu kekuatan yang dimiliki birokrasi atau
Dengan demikian, lembaga pendidikan formal
seseorang rektor yang dengannya dia mampu
(dalam konteks ini kampus), juga menjadi bagian
mengatur, mengendalikan, bahkan memaksakan
dari sistem sosial yang terlibat dalam pembentukan
kebijakan kampus kepada mahasiswa. Dengan
disiplin terhadap individu-individu. Di samping itu,
kekuasaan birokrasi Unesa adalah bahwa seorang
lembaga pendidikan yang idealnya menjadi ajang
rektor atau sistem birokrasi Unesa dianggap
pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai
memiliki kekuasaan ketika mereka telah berhasil
kesadaran mahasiswa menjadi makluk sosial dan
menciptakan kehidupan mahasiswa dalam rasa
politik juga seringkali menjadi mesin penguasa
keterpaksaan maupun ketidak paksaan untuk
untuk menanamkan ideologi para penguasa,
tunduk-patuh terhadap kebijakan atau pada suatu
sehingga kekuasaanya tidak terganggu. Dalam
sistem politik birokrasi Unesa. Fenomena adanya
analisisnya, Foucault menjelaskan bahwa
resistensi dari beberapa kelompok mahasiswa yang
kekuasaan bukan melahirkan kepatuhan, melainkan
mengatas namakan organisasi SMI dan GMNI
justru melahirkan resistensi. Tidak ada kuasa yang
dengan melakukan kritikan hingga aksi terhadap
bebas dari oposisi, di mana ada kuasa disitulah
birokrasi Unesa, baik dalam bentuk reaktif-dialogis
resistensi akan lahir(K. Bertens. 2001:324)
ataupun dalam bentuk reaktif-anarkis. Hal ini
Pemikiran Foucault dalam konteks gerakan merupakan indikasi bahwa mahasiswa yang
mahasiswa, bagaimana kekuasaan dalam hal ini mengatas namakan SMI dan GMNI itu tidak ingin
birokrasi kampus untuk melarang itu justru begitu saja dikuasai atau patuh oleh pihak birokrasi
melahirkan resistensi. Semakin kuat kekuasaan itu kampus.
menghegemoni untuk berkuasa, maka dengan
Dalam fenomena resistensi yang dilakukan
sendirinya semakin besar peluang untuk terjadinya
organisasi ekstra kampus SMI dan GMNI,
resistensi. Sehingga dalam konteks ini resistensi
kekuasaan dapat dimengerti dalam penggunaan
merupakan anak kandung dari kekuasaan. Dengan
kekerasan suatu pihak atas pihak lain. Otoritas
demikian resistensi yang dilakukan oleh mahasiswa
seorang rektor atau birokrasi Unesa yang
terhadap kebijakan kampus Unesa, seperti
memperlakukan mahasiswa atau organisasi ekstra
penolakan-penolakan terhadap biaya kuliah yang
maupun intra kampus sebagai objek kekuatannya.
tiap tahun ajaran baru meningkat. Sebagai
Relasi kekuatan yang diproduksi birokrasi Unesa
gambaran beroperasinya mesin kekuasaan kampus
bisa dianalogikan seperti hubungan majikan dengan
ketika terjadi resistensi dari organisasi ekstra
Resistensi Gerakan Mahasiswa
budak, atau hubungan atasan dan bawahan. Ada cara yang dilakukan birokrasi unesa untuk
Pemakaian kata budak menunjukkan pihak melakukan higemonisasi melalui organisasi intra
mahasiswa atau organisasi kemahasiswaan sebagai kampus untuk dapat menginternalisasikan nilai-
pihak yang tidak berdaya, lemah, dan tertindas. nilai kesadaran menurut birokrasi kampus sehingga
Budak merupakan penggambaran pengebirian dapat memperlemah upaya resistesi yang dilakukan
kebebasan untuk melakukan kritikan terhadap oleh organisasi ekstra kampus.
kebijakan-kebijakan kampus.
METODE
Resistensi gerakan mahasiswa sebagai bentuk
Teknik analisis data yang digunakan dalam
pemberontakan dan protes terhadap tekanan yang
penelitian ini yaitu menggunakan analisis deskriptif
dipaksakan birokrasi kampus Unesa
yaitu dengan tujuan, meringkas berbagai kondisi,
mengindikasikan bahwa pada dasarnya tidak suka
berbagai situasi atau berbagai fenomena yang
dibatasi dan dibelenggu oleh orang lain.
timbul di masyarakat. Alfred Schutz dalam
Perlawanan dari pihak gerakan mahasiswa terhadap
pandangan fenomenologinya memusatkan
pembatasan dan pembelengguan oleh pihak lain
perhatian pada cara orang memahami kesadaran
merupakan upaya alamiah untuk ikut andil dalam
orang lain sementara mereka hidup dalam aliran
kekuasaan birokrasi kampus demi mendapatkan
kesadaran mereka sendiri. Schutz menyebutkan
kebebasan menyampaikan pendapat didalam
adanya because of motive sebelum in order to
kampus terlebih ikut dalam menentukan kebijakan
motive. (George Ritzer & Douglas J. Goodman,
yang menyangkut kehidupan kampus.
2004:94). Penelitian ini dilakukan di kampus
Antonio Gramsci dalam Teori Hegemoni UNESA (Universitas Negeri Surabaya) Ketintang
karena terdapat cukup banyak mahasiswa yang
Hegemoni didefinisikan Gramsci sebagai
tergabung dalam organisasi ekstra kampus yaitu
kepemimpinan budaya yang dilaksanakan oleh
SMI (Serikat Mahasiswa Indonesia) dan GMNI
kelas yang berkuasa. Dia mengontraskan hegemoni
(Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia).
dengan paksaan atau tanpa paksaan yang
dilaksanakan oleh kekuatan legislatif atau Subjek penelitian ditentukan secara Purposive
eksekutif, atau diungkapkan melalui campur tangan Sampling dikarenakan orientasi penelitian yang
SROLVL *UDPVFL PHQHNDQNDQ ³KHJHPRQL´ Gengan dituju adalah para fungsional organisasi yang
³NHSHPLPSLQDQ EXGD\D´ 'Ldalam analisis sudah ditetapkan sebelumnya atau mahasiswa
kapitalisme, Gramsci ingin mengetahui bagaimana aktivis SMI dan GMNI yang ada di UNESA
sejumlah intelektual yang bekerja di pihak kapitalis Ketintang. Teknik pengumpulan data pertama,
mencapai kepemimpinan budaya dan persetujuan observasi atau pengamatan secara langsung
massa (George Ritzer, 2012:476). Hegemoni terhadap berbagai realitas yang terpengaruh dan
adalah sebuah rantai kemenangan yang didapat dipengaruhi oleh fenomena dilapangan. Kedua,
melalui mekanisme konsensus (consenso) dari pada indepth interview digunakan untuk menggali data
melalui penindasan terhadap kelas sosial lain. Ada sedalam-dalamnya. Kemudian mencatatnya dalam
berbagai cara yang dipakai, misalnya melalui yang file note (catatan lapangan) (Burhan Bungin,
ada di masyarakat yang menentukan secara 2003:67). Langkah melakukan indept interview
langsung atau tidak langsung struktur-struktur antara lain dengan getting in. Getting in yang
kognitif dari masyarakat itu. Itulah sebabnya dilakukan adalah beradaptasi agar bisa diterima
hegemoni pada hakekatnya adalah upaya untuk dengan baik oleh subjek penelitian.
menggiring orang agar menilai dan memandang
Teknik Analisis data pertama, peneliti
problematika sosial dalam kerangka yang
menalaah seluruh berbagai sumber dengan
ditentukan.
menggunakan pendekatan fenomenologi, yaitu
Penelitian ini ingin melihat bagaimana upaya melalui pengamatan secara langsung terhadap
yang dilakukan birokrasi kampus Unesa dalam fenomena yang. Kedua, menganalisis data dengan
proses hegemoni kepada mahasiswa terkait menggunakan teori-teori yang telah dirumuskan
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan seperti oleh peneliti dalam daftar pustaka. Ketiga, peneliti
adanya kebijakan BPKP, UKT dan masuknya IDB akan menginterpretasikan data yang telah diolah
kedalam kampus Unesa sehingga dapat dan diperoleh dilapangan dengan menggunakan
memperlemah resistensi gerakan mahasiswa metode trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik
terhadap bentuk-bentuk kapitalisasi pendidikan.
5
Paradigma. Volume 02 Nomor 03 Tahun 2014
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sinilah senjutnya terjadi managemen kampus
sesuatu yang lain (Lexy. J. Moleong, 2005: 330). menjadi otonomi kampus yang harus mandiri
mengelola pendidikan sendiri. Kemudian
HASIL DAN PEMBAHASAN pemerintah menetapkan beberapa perguruan tinggi
Faktor-faktor Munculnya Resistensi Gerakan sebagai badan hukum milik negara termasuk Unesa
Mahasiswa.
yang masuk dalam klarifikasi tersebut. Kemudian
Kapitalisasi Pendidikan juga UU no. 20 tahun 2003 tentang SISDIKAS,
juga ikut mengakibatkan pendidikan jatuh ketangan
Adanya praktek kapitalisasi pendidikan dalam
swasta atau privatisasi kampus. Selanjutnya adanya
pendidikan semakin jauh dari hakikatnya, untuk
PP no. 76 tahun 2007 tentang kriteria dan
mencerdaskan kehidupan manusia. Pendidikan
persyaratan penyusunan bidang usaha tertutup dan
sekarang lebih diarahkan pada keuntungan atau
bidang usaha terbuka dalam persyaratan
bisnis, sehingga peserta didik menjadi korban dari
penanaman modal dan PP no. 77 tahun 2007 yang
bentuk pendidikan seperti ini. Keadaan ini berawal
selanjutnya pada tahun 2010 diganti dengan perpres
ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan
no. 36 tahun 2010, undang-undang tersebut tidak
otonomi kampus melalui UU no. 61 tahun 1999,
lain sebagai turunan dari UU Penanaman Modal
yang membuat kampus terpaksa harus mencari
Asing (PMA), UU no. 25 tahun 2007 yang semakin
biaya sendiri, sehingga lahirlah konsep BLU
menegaskan praktik kapitalisasi pendidikan,
(Badan Layanan Umum), mahasiswa yang
dimana pendidikan dinyatakan sebagai salah satu
menghendaki memakai fasilitas kampus
sektor terbuka yang dapat ditanami oleh modal
berkonsekuensi harus mengeluarkan uang untuk
asing hingga 49 %. Sehingga pendidikan menjadi
pembiayaan perkuliahan.
tempat untuk mencari keuntungan dan menjadi area
Keadaan pendidikan pasca diliberalisasikan bisnis para pemodal.
membuat pendidikan cenderung berorientasi pada
Ketika pendidikan dileberalkan maka
modal. Kampus sebagai institusi pendidikan yang
muncullah privatisasi pendidikan dimana segala
hanya mencetak robot-robot untuk dipekerjakan
kebijakan, pengelolaan dan hak dalam
dan potensi kreativitas mahasiswa kurang
kepengurusan administrasi pendidikan diberikan
diperhatikan. Adanya beberapa regulasi dalam
sepenuhnya kepada pihak penyelenggara
melakukan liberalisasi disektor pendidikan me-
pendidikan atau otonom. Kemudian instutusi
rupakan konsekuensi dari peran pemerintah yang
pendidikan (pendidikan tinggi) akan berlomba-
hingga saat ini ikut dalam pelaksanaan kebijakan
lomba untuk mengumpulkan dana dengan membuat
mekanisme pasar bebas yang dipaksakan melalui
usaha mandiri dan mencari dana talangan kepada
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sejak tahun
para pemodal untuk membiayai pendidikan
1994. Didalam WTO telah menyetujui GATS
demikian pula dengan kampus Unesa.
(General Agreement on Trade in Services), untuk
tingkatan pendidikan yang akan diliberalisasi Hal tersebut juga diakui subjek Okto Setyo
terdiri dari Primary Education Services, Higher Bekti bahwa praktek privatisasi pendidikan di
Education Services, Adult Education, Other Unesa terbukti adanya usaha mandiri seperti:
Educations Services. Kesepakatan konvensi WTO menjual air mineral Unesa, penyewaan kolam
dan GATS tersebut diratifikasi pada tahun 2001. renang dan hadirnya investor Islamic Devolopment
Sehingga negara Indonesia hingga ditingkatan Bank (IDB) sebagai pemberi dana talangan untuk
universitas tentu akan ikut serta menjalankan pembangunan infrastuktur berbentuk gedung
kebijakan liberalisasi disektor pendidikan sesuai laboratorium di setiap fakultas, kemudian juga
dengan yang tercantum dalam perjanjian tersebut. bekerjasama dengan Bank Tabungan Nasional
Keikutsertaan Indonesia dalam WTO mau tidak (BTN), Bank Jatim, dan juga Bank Nasional
mau harus ikut dalam mekanisme didalamnya, Indonesia (BNI) untuk mengelola administrasi
termasuk membiarkan pendidikan sebagai salah keuangan.
satu sektor yang harus diliberalkan.
Menurut pemaparan subjek Dimas Anggara,
Dalam upaya liberalisasi dunia pendidikan adanya pembatalan UU BHP oleh MK karena
dapat dilihat dari adanya UU no. 61 tahun 1999, dinilai inkonstitusional ternyata belum
yang substansinya berdampak terhadap hilangnya menghentikan praktik kapitalisasi pendidikan,
tanggungjawab negara dalam pendidikan. Dari karena walaupun UU BHP yang sangat sarat
Resistensi Gerakan Mahasiswa
dengan nilai liberalisasi, privatinisasi dan Bank (IDB) yang di mulai sejak penandatanganan
komersialisasi pendidikan, akan tetapi hadirnya PP antara rektor Unesa dengan Direktur IDB tahun
no. 66 tahun 2010 sebagai penganti dari UU no. 9 2013, digunakan sebagai tindak lanjut kampus dari
tahun 2009 tentang Badan Layanan Umum (BLU) usaha pemerintah untuk melepaskan tangung
merupakan paket kebijakan yang melegalkan jawabnya dalam dunia pendidikan. Hal tersebut
praktik komersialisasi pendidikan. Sehingga juga dinyatakan oleh subjek Mudiono bahwa
meskipun UU BHP di batalkan, biaya pendidikan masuknya IDB ke kampus Unesa dengan dana IDB
pun tetap semakin mahal dan tidak terjangkau bagi IDR 300 miliar Unesa akan membangun e-learning
masyarakat miskin. Begitu juga fasilitas kampus yang mampu jadi tuan rumah atau pusat
yang dipakai mahasiswa untuk perkuliahan. Itu pengembangan untuk 6 PT lain dari anggota 7 in 1
semua terjadi akibat dari pelepasan tanggungjawab IDB, melatih staf (dosen dan karyawan),
pemerintah terhadap dunia pendidikan, termasuk menyediakan peralatan (equipment), serta
dalam soal pendanaannya. membangun beberapa gedung yakni pembangunan
gedung Laboratorium Terpadu Fakultas Teknik,
Dampak Kapitalisasi Pendidikan
gedung Laboratorium Terpadu Sains FMIPA
Kapitalisasi pendidikan sangat berkaitan erat bersama gedung dekanat FMIPA yang sempat
dengan perkembangan proses dialektika pendidikan terbakar di kampus Ketintang. Selain itu, saat ini di
di tingkat kampus. Komersialisasi pendidikan, kampus Lidah juga sedang dibangun gedung
libaralisasi pendidikan dan privatisasi pendidikan rektorat baru Unesa yang akan terintegrasi dengan
menjadi isu yang selalu hangat diperbincangkan perpustakaan didepan danau kampus Lidah dan
mahasiswa sebagai elemen yang langsung gedung pusat kegiatan mahasiswa (student centre)
merasakan dampaknya. Biaya pendidikan kampus yang berada di kompleks SSFC (Sport Science
yang mengalami kenaikan, merupakan akibat Fitness Centre) dan kolam renang Unesa, gedung
langsung dari praktik komersialisasi pendidikan. Laboratorium Sains 4 lantai, gedung Laboratorium
Pragmatisme akhirnya terjadi dalam dunia Teknik dan Kewirausahaan, gedung perpustakaan 6
pendidikan dan hal itulah yang salah satunya lantai, gedung CPD 9 lantai, gedung Student Center
menstimulus terbentuknya pola kesadaran 4 lantai, dan gedung perkuliahan Fakultas Seni dan
mahasiswa. Mahasiswa sebagai kelompok yang Desain 4 lantai. Sementara itu, dana GOI IDR 92
menjadi korban dari kapitalisasi pendidikan milliar akan digunakan untuk pembangunan satu
kemudian mempunyai sikap terhadap kondisi gedung (gedung PAUD dan PLB 4 lantai). Hal
pendidikan yang telah tereduksi oleh kepentingan tersebut bukanlah tanpa imbalan karena IDB
dari sistem kapitalis. seperti organisasi keuangan yang lain tentunya
Adapun ungkapan dari salah satu subjek mengharapkan imbalan dari kampus bukan hanya
Mukhamad Faris salah satu anggota SMI yang dalam bentuk dana.
berpendapat bahwa perkembangan situasi
Adanya komersialisasi pendidikan terlihat jelas
pendidikan nasional sangat berpengaruh
ketika adanya kebijakan dari kampus untuk
dampaknya terhadap kampus sebagai institusi
menaikan biaya pendidikan seperti adanya
pendidikan. Misalnya dengan logika kapitalisme,
kebijakan BPKP (biaya peningkatan kualitas
akibat dari kapitalisasi pendidikan, kampus se-
pendidikan) pada tahun 2011 dan akhir-akhir ini
makin jauh dijangkau oleh orang miskin, termasuk
adanya kebijakan UKT (Uang Kuliah Tunggal)
sekarang yang terjadi di Unesa yang juga secara
pada tahun 2013. Kebijakan tersebut mau tidak
otomatis memakai logika bisnis, bukan logika
mau yang mengharuskan seorang mahasiswa untuk
pendidikan. Dengan logika demikian, dampaknya
membayar lebih mahal agar bisa mengeyam
terhadap mahasiswa sangat luar biasa, misalnya
pendidikan dibangku kuliah. Kemudian juga
sudah sangat jarang sekali kita temukan forum
konsep Badan Layanan Umum (BLU) yang sudah
diskusi yang dibentuk mahasiswa, yang terjadi
dijalankan di kampus yang notabene sebagai solusi
justru mahasiswa sekarang dipaksa cepat lulus dan
untuk memecahkan biaya operasional kampus,
segera kerja sehingga mahasiswa cenderung tidak
justru menjadi beban tersendiri bagi mahasiswa.
peka terhadap persoalan yang ada, baik isu internal
Secara historis konsep BLU lewat Peraturan
kampus maupun isu yang nasional.
Pemerintah (PP) no. 66 tahun 2010 lahir sebagai
Adanya bentuk kerja sama Unesa dengan
pengganti dari PP no. 17 tahun 2010 yang tertuang
lembaga keuangan yaitu Islamic Development
dalam UU BHP yang sudah dibatalkan oleh MK.
7
Paradigma. Volume 02 Nomor 03 Tahun 2014
Dalam pandangan pemerintah, pendidikan arti dia mengenyam pendidikan hanya untuk cepat
khususnya perguruan tinggi dengan berbadan lulus dan cepat kerja, begitu juga sebagai dampak
layanan umum akan lebih produktif, efisiensi dan dari kapitalisasi pendidikan mahasiswa menjadi
efektif sebagai salah satu layanan publik dengan hedonisme, hanya senang mencari hiburan,
mengandalkan penganggaran berbasis kerja. misalnya nongkrong-nongkrong yang tidak produk-
Praktek dari BLU yang diterapkan di Unesa sampai tif, pergi ke mall, ini semua akibat dari praktik
sekarang yang terlihat jelas ketika Unesa membuat komersialisasi pendidikan yang juga di amini oleh
usaha mandiri untuk mencari dana seperti menjual kampus. Sehingga, yang perlu dilakukan sekarang
air mineral, memberikan pajak bagi pedagang yang adalah bagaimana mahasiswa memasokan nilai-
ada di kampus, penyewaan kolam renang, hingga nilai kesadaran peran dan fungsi mahasiswa yang
penyewaan gedung-gedung untuk masyarakat luas. sebenarnya dalam konteks sebagai masyarakat
kampus.
Sebagai lembaga pendidikan, kampus yang
menjadi tempat dari perkembangan ilmu Bentuk Resistensi Gerakan Mahasiswa
pengetahuan, hanya akan menjadi ruang untuk
Dari pandangan organisasi ekstra kampus terhadap
menacari keuntungan bagi yang para pemodal.
situasi pendidikan atau kampus diatas,
Kampus dijadikan ajang untuk mencari
menyebabkan timbulnya resistensi dari gerakan
keuntungan, demikian pula kampus Unesa,
mahasiswa, ada beberapa tindakan resistensi yang
sehingga spirit pendidikan untuk mencerdaskan
dilakukan oleh organiasi ektra kampus (SMI dan
anak bangsa menjadi terkikis. Seperti yang
GMNI) untuk menyikapi isu-isu yang kemudian
dipaparkan oleh Ahmad Fahmi bahwa akibat
mereka angkat.
adanya praktik komersialisasi pendidikan, kampus
Berawal dari pembentukan ruang konsolidasi
hanya menjadi lembaga pendidikan untuk mencari
antar organiasi dimulai dengan melakukan diskusi
keuntungan bagi yang mempunyai modal saja,
situasi kampus, diskusi dilakukan untuk
sehingga orientasi dari pendidikan itu bergeser dari
membangun sebuah konsensus terhadap kebijakan-
untuk mengembangkan nilai-nilai kesadaran
kebijakan kampus yang dianggap tidak memihak
mahasiswa sebagai makluk sosial menjadi orientasi
terhadap mahasiswa. Kegiatan diskusi dilakukan
profit. Sehingga kemungkinan kalau kemudian
didalam kampus, dengan melibatkan semua
banyak mahasiswa juga yang bersifat hedonis dan
organisasi eksternal kampus maupun organisasi
apatis terhadap lingkungan kampus maupun luar
internal kampus, semua organisasi berhak
kampus.
menyampaikan analisanya terhadap objek
Gerakan mahasiswa yang cukup dinamis pembahasan hingga muncul perbedaan pandangan
dalam merespon berbagai kebijakan salah satu maupun kesamaan pandangan. Dari kesamaan
wujud dari proses dialektika dan pembelajaran pandangan itulah yang kemudian menjadi embrio
mahasiswa dalam mengembangkan kreativitas dan membentuk suatu aliansi. Aliansi antar organisasi
kesadarannya sebagai golongan yang diuntungkan dilakukan untuk membentuk wadah komunikasi
oleh situasi. Dalam paradigma sosial mahasiswa untuk melakukan pembahasan tindak lanjut untuk
dengan demikian harus berorientasi memberikan menyikapi isu-isu yang kemudian diangkat.
konstribusi terhadap kebaikan masyarakat. Akan Hal ini diperkuat dari beberapa pemaparan dari
tetapi, jika pendidikan lebih mengutamakan logika subjek penelitian terkait proses konsolidasi antar
untung rugi tentu akan menjadikan mahasiswa organisasi eksternal kampus. Ahmad Shobaki
cenderung berubah menjadi apatis, tidak peka menjelaskan SMI melakukan konsolidasi terhadap
terhadap perkembangan yang ada dan tergiring organisasi ekstra kampus yang memiliki pandangan
berwatak pragmatis dimana mahasiswa hanya yang sama terhadap situasi kampus yang sekarang
selalu mengejar nilai (IPK) dan prestasi akademik telah dikapitalisasikan, konsolidasi dilakukan untuk
saja. menghimpun kekuatan dengan elemen mahasiswa
yang lain yang sesuai dengan kesamaan pandangan,
Sejalan dengan itu Ahmad fahmi berpendapat
saat ini SMI sedang melakukan konsolidasi dengan
bahwa akibat terjadinya komersialisasi pendidikan,
salah satu organisasi ekstra yaitu GMNI,
maka mahasiswa cenderung apatis, tidak mau tahu
konsolidasi ini menyekapati untuk membuat wadah
terhadap persoalan lingkungan sosialnya, bahkan
persatuan aliansi yang diberi nama KAM Unesa
juga terhadap persoalan kampusnya sendiri.
(Kesatuan Aksi Mahasiwa Unesa).
Mahasiswa sekarang cenderung pragmatis dalam
Resistensi Gerakan Mahasiswa
9
Paradigma. Volume 02 Nomor 03 Tahun 2014
sibuk akan kegiatan kewirausahaannya tanpa Unesa) . BEM Unesa sebagai organisasi mahasiswa
berfikir kritis terhap kebijakan-kebijakan kampus. intra kampus yang dianggapa sah dan legal sebagai
penampung dan penyalur aspirasi dari mahasiswa
Mudiono menjelaskan bahwa adanya
dan saat ini tidak lain adalah HMI (Himpunan
matakuliah entrepreneurship guna memperlancar
Mahasiswa Islam). Beberapa kebijakan yang
proses akumulasi modal. Hal tersebut juga sebagai
didukung oleh BEM Unesa seperti: kebijakan
tambal sulam dari ketidak mampuan pemerintah
BPKP (Biaya peningkatan kualitas pendidikan) dan
dalam menciptakan lapangan pekerjaan. Hal ini
kebijakan UKT (uang kuliah tunggal) dan juga
juga pendidikan hanya mencetak robot-robot bagi
masuknya investor IDB.
industri sebagai penggerak proses produksi.
Hal tersebut diperkuat dengan peryataan dari
Adanya sistem pembelajaran yang kompetensi
subjek Ahmad Fahmi bahwa ada perbedaan
membuat mahasiswa harus berlomba-lomba agar
pandangan organisasi kemahasiswaan. Ini
secepatnya lulus dari akademiknya. Birokrasi
membuat sulitnya menjalin persatuan untuk
kampus yang selalu menggerakkan para mahasiswa
melakukan resistensi kebijakan-kebijakan kampus
agar segera menyelesaikan perkuliahannya dengan
yang tidak memihak terhadap mahasiswa. Hal ini
IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang memuaskan,
menimbulkan konflik horizontal antar mahasiswa
sebagai pencitraan kampus terhadap masyarakat
yang akhirnya menghambat perlawanan terhadap
luas untuk menarik peminat yang ingin kuliah di
kebijakan birokrasi kampus. Dalam hal ini BEM
kampus Unesa.
Unesa yang tidak lain adalah anak kandung dari
Menurut subjek Mudiono birokrasi kampus birokasi kampus untuk mensukseskan penerapan
Unesa selalu mendengungkan bahwa mahasiswa kebijakan kampus.
dianggap berprestasi bila IPK cumlaude dengan
Dari urain diatas terdapat hubungan higemoni
masa tempuh kuliah 3,5 tahun. Mahasiswa
birokrasi kampus dengan mahasiswa, hegemoni
didoktrinasi agar bisa berkompetisi untuk mencari
tersebut menunjukkan sebuah kepemimpinan dari
nilai, kampus menjadi ajang unjuk eksistensi bukan
suatu birokrasi kampus yang bukan hanya
ajang intelegensi. Sistem pembelajaran yang
berhubungan secara longgar maupun secara ketat
kompetensi membuat mahasiswa harus berlomba-
terintegrasi dalam instansi pendidikan dalam
lomba untuk mendapatkan nilai sebaik-baiknya,
kepemimpinan rektorat. Sebuah pandangan hidup
ingin secepatnya lulus dan memperoleh pekerjaan,
dan cara berpikir yang dominan dari birokrasi
pola berpikir mahasiswa ini terpatri sejak mereka
kampus yang didalamnya sebuah konsep tentang
akan masuk dalam perguruan tinggi.
kenyataan disebarluaskan dalam masyarakat
Selanjutnya ada juga lagi yang dapat kampus baik secara institusional maupun
memperlemah resistensi yang dilakukan gerakan perorangan. Wacana mahasiswa liar, misi Unesa
ekstra kampus adalah perpecahan gerakan kampus. yang segera world class university, banyaknya
Perpecahan tersebut merupakan konflik antar pembangunan infstruktur dari investor IDB,
organsasi ekstra dengan organisasi intra kampus. pendidikan kewirausahaan, sistem pembelajaran
Dalam hal ini organisasi SMI dan GMNI sebagai yang kompetitif, hingga adanya konflik horizontal.
organisasi mahasiswa ekstra kampus yang bertolak Semua hal tersebut mendiktekan seluruh
belakang dengan kepentingan-kepentingan pengetahuan, kebiasaan moral, prinsip-prinsip
birokrasi kampus dan BEM Unesa sebagai pendidikan yang baik menurut birokrasi kampus,
organisasi intra kampus yang selalu berkompromi serta seluruh hubungan-hubungan sosial
dengan regulasi-regulasi yang ditelurkan birokrasi kemahasiswaan, khususnya dalam makna
kampus. intelektual dan moral untuk menundukkan atau
Dalam melakukan perlawanan terhadap memperlemah resistensi gerakan mahasiswa.
kebijakan kampus yang merugikan mahasiswa Berdasarkan pemikiran Gramsci tersebut dapat
tidak hanya harus berhadapan dengan birokrasi dijelaskan bahwa hegemoni merupakan suatu
kampus sebagai pembuat kebijakan. Namun kekuasaan atau dominasi atas nilai-nilai kehidupan,
organisasi ekstra kampus SMI dan GMNI juga norma, maupun kebudayaan sekelompok
harus berhadapan dengan sesama mahasiswa. masyarakat yang akhirnya berubah menjadi doktrin
Mahasiswa tersebut adalah mahasiswa yang ada terhadap kelompok masyarakat lainnya dimana
didalam BEM Unesa (Badan Eksekutif Mahasiswa kelompok yang didominasi tersebut secara sadar
11
Paradigma. Volume 02 Nomor 03 Tahun 2014
mengikutinya. Kelompok yang didominasi oleh mengakibatkan peserta didik yang akan menjadi
kelompok lain (penguasa) tidak merasa ditindas korban dari sistem tersebut. Kondisi pendidikan
dan merasa itu sebagai hal yang seharusnya terjadin secara nasional dapat dimengerti dari adanya
(Nezar Patria dan Andi Arief, 203:112). liberalisasi pendidikan yang merupakan
konsekuensi dari keikutsertaan negara dalam
Dengan demikian mekanisme penguasaan
mekanisme pasar bebas melalui lembaga
birokrasi kampus yang dominan melakukan
perdagangan dunia WTO (World trade
penguasaan kepada kelas bawah yakni mahasiswa
Organisation) pada tahun 1994, yang menyepekati
menggunakan pengetahuan yang dipahami
liberalisasi dunia pendidikan dalam kesepakatan
birokrasi kampus. Birokrasi kampus merekayasa
GATS (General Agreement on Trade in Services).
kesadaran mahasiswa sehingga tanpa disadari, ada
Hingga terbentuknya otonomi kampus agar bisa
kelompok mahasiswa seperti BEM Unesa yang
mandiri untuk mencari dana secara mandiri.
mendukung kekuasaan birokrasi kampus.
Dalam konteks kampus Unesa sebagai salah
Gramsci dalam konsep hegemoninya juga
satu kampus di Indonesia juga harus ikut
menjelaskan melalui peryataanya tentang basis dari
mendukung terwujudnya pendidikan yang sesesui
supremasi kelas, dimana ia menjelaskan
dengan kepentingan kapitalis. Sebagai wujud
bahwasanya supremasi merupakan sebuah
liberalisasi pendidikan di Unesa masuknya lembaga
kelompok mewujudkan diri dalam dua cara, yakni
keuangan IDB (Islamic development bank) sebagai
VHEDJDL ³GRPLQDVL´ GDQ VHEDJDL ³NHSHPLPSLQDQ
pihak investor untuk melakukan berbagai
LQWHOHNWXDO GDQ PRUDO´ 1H]DU 3DWULD GDQ $QGL
pembangunan infrastruktur di Unesa dan adanya
Arief, 2003:117). Dalam hal ini adanya satu pihak
kerja sama juga dengan BTN (Bank Tabungan
sebuah birokrasi kampus yang mendominasi
Nasional), Bank Jatim, dan BNI (Bank Nasional
kelompok-kelompok oposisi dari mahasiswa yang
Indonesia) untuk memenejemen administrasi
ada dikampus untuk menundukkan mereka. Bahkan
keungan kampus. Dan sebagai sebagai lembaga
mungkin dengan menggunakan kekuatan represif
yang otonom Unesa membuat usaha mandiri seperti
dari aparatur kampus. Di lain pihak birokrasi
menjual air mineral, penyewaan fasilitas kampus,
kampus juga memimpin kelompok-kelompok
dan penarikan pajak bagi pedangan yang ada di
mahasiswa seperti BEM Unesa yang menjadi
kantin.
sekutu birokrasi kampus dimana kelompok yang
menjadi sekutu tersebut harus sudah patuh dan Akibat dari adanya kapitalisasi pendidikan ini
tunduk terhadap kekuasaan kampus. Birokrasi yang menimbulkan komersialisasi pendidikan
kampus tersebut kemudian menjadi dominasi mengakibatkan pendidikan semakin mahal dan
ketika dia mempraktekkan kekuasaan, sehingga hanya mendukung pada kepentingan pemodal serta
dalam hal ini jelas menunjukkan suatu totalitas menempatkan kebijakan pendidikan untuk
yang didukung oleh kesatuan dua konsep yang mendapatkan profit. Adanya komersialisasi
diungkapkan Gramsci diatas tentang kepemimpinan pendidikan terlihat jelas ketika adanya kebijakan
dan dominasi. dari kampus untuk menaikan biaya pendidikan
seperti adanya kebijakan BPKP (biaya peningkatan
Simpulan
kualitas pendidikan) pada tahun 2011 dan akhir-
Resistensi gerakan mahasiswa terhadap kapitalisasi akhir ini adanya kebijakan UKT (uang kuliah
pendidikan yang dilakukan oleh organisasi ekstra tunggal) pada tahun 2013. Kebijakan tersebut mau
kampus yakni SMI dan GMNI merupakan tidak mau yang mengharuskan seorang mahasiswa
perlawanan yang didasarkan atas beroperasinya untuk membayar lebih mahal agar bisa mengeyam
sistem kapitalisme dalam dunia pendidikan yang pendidikan dibangku kuliah.
ada di Unesa. Dalam pandangan Foucault dapat
Dari persoalan diatas yang mengakibatkan
dijelaskan bahwa kekuasaan bukan melahirkan
timbulnya resistensi dari mahasiswa yang
kepatuhan melainkan justru melahirkan resistensi.
mengatasnamakan mereka sebagai organisasi SMI
Tidak ada kuasa yang bebas dari oposisi, dimana
dan GMNI yang secara sadar sebagai agent of
ada kuasa disitulah resistensi akan lahir.
change dan agent of control. Paradigma mahasiswa
Adanya praktek kapitalisasi pendidikan yang yang harus peka terhadap kondisi lingkungan
menjadikan pendidikan berorientasi pada kampus dan berbagai kebijakan birokrasi kampus
keuntungan atau profit, sehingga ini yang yang dapat melakukan pengontrolan hingga
Resistensi Gerakan Mahasiswa
13