Penjelasan Slide

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

PENJELASAN SLIDE 1 : DENY MAULANA

Penjelasan mengenai pajak sudah kita dapatkan dipertemuan sebelumnya maka disini akan
dijelaskan mengenai makro ekonomi. Menurut Budiono (2001), ekonomi makro adalah ilmu yang
mempelajari tentang ekonomi, baik jangka pendek maupun jangka panjang meliputi stabilitas dan
pertumbuhan perekonomian sebuah negara. Ekonomi makro sendiri menjelaskan perubahan ekonomi
yang mempengaruhi banyak masyarakat, perusahaan, dan pasar (contoh: pengangguran).
Pajak merupakan konstribusi wajib setiap warga negara. Bila dikaitkan dengan makroekonomi,
maka peran pajak adalah sebagai sumber dana. Untuk dapat menjalankan fungi-fungsi
mensejahterakan rakyat, pemerintah membutuhkan biaya, dari sini pajak memiliki peran penting
dalam memenuhi pembiayan pemerintah. Bila dikaitkan dengan pajak, ekonomi makro mempunyai
salah satu ciri khas yakni kegiatan mempelajari sebab dan akibat dari fluktuasi penerimaan negara
jangka pendek atau siklus bisnis, dan kegiatan untuk mempelajari faktor penentu dari pertumbuhan
ekonomi jangka panjang atau peningkatan pendapatan nasional.

PENJELASAN SLIDE 2 : DENY MAULANA


Soal prinsip pengenaan pajak, agar dapat dihasilkan suatu kebaikan telah dikemukakan oleh
Adam Smith dengan cannon of taxation. Suatu sistem pajak yang baik haruslah memenuhi beberapa
kriteria di antaranya adalah :
1. Prinsip Kesetaraan (Equity): Pajak harus dikenakan secara adil, berdasarkan kemampuan
ekonomi masing-masing individu atau entitas yang dipajaki. Dalam kata lain, mereka yang
memiliki penghasilan atau kekayaan lebih besar harus membayar lebih banyak pajak daripada
mereka yang kurang mampu.

2. Prinsip Kepastian (Certainty): Pajak harus dikenakan dengan jelas dan dapat dipahami oleh warga
negara. Orang harus tahu apa yang diharapkan dari mereka dan kapan mereka harus
membayarnya. Ketidakpastian dalam sistem perpajakan dapat menciptakan ketidakadilan dan
kebingungan.
3. Prinsip Kenyamanan (Convenience): Pengumpulan pajak harus mudah dan tidak memberatkan
bagi warga negara. Sistem perpajakan harus dirancang sedemikian rupa sehingga orang dapat
membayar pajak dengan mudah, tanpa mengalami kesulitan atau biaya tambahan yang
berlebihan.
4. Prinsip Ekonomi (Economy): Proses pengumpulan dan administrasi pajak harus efisien dan
ekonomis. Biaya pengumpulan pajak tidak boleh melebihi manfaat yang diperoleh dari pajak
tersebut. Dengan kata lain, sistem perpajakan harus dirancang agar biaya administrasi tetap
rendah.

PENJELASAN SLIDE 3 : DENY MAULANA

Berikut ini kami jelaskan pengaruh pajak terhadap komposisi produksi dalam buku “Ekonomi Publik”
karya Mangkusubroto tahun 1997. Pajak dapat mengakibatkan adanya penyimpangan dalam penggunaan
faktor produksi, maksudnya : Pajak yang dimaksudkan untuk sebanyak mungkin dapat menggeser
penggunaan faktor produksi dari penggunaan yang satu kepada penggunaan yang lain yang lebih efisien.
Contohnya, pajak yang dikenakan pada minuman keras dan barang-barang mewah. Diharapkan bahwa
akibat dari pengenaan pajak itu akan mengurangi konsumsi masyarakat akan minuman keras dan akan
menurunkan konsumsi barang-barang mewah sehingga akan terjadi penggeseran penggunaan faktor-
faktor produksi dari sektor produksi barang-barang mewah atau sektor impor barang mewah ke sektor
produksi sektor-sektor produksi barang-barang esensial atau impor barang-barang esensial.

PENJELASAN SLIDE 4 : DENI MAULANA


a. Pengaruh Pajak terhadap Distribusi Pendapatan

Sistem pajak yang regresif cenderung untuk memperbesar adanya ketidakmerataan penghasilan dalam
masyarakat. Sebaliknya semakin progresif sistem perpajakan yang dianut oleh suatu perekonomian akan
semakin berkuranglah perbedaan penghasilan yang terdapat dalam perekonomian tersebut. Contoh pajak
regresif sendiri Pajak Pertambahan Nilai (PPN): PPN adalah pajak konsumsi yang dikenakan pada
sebagian besar barang dan jasa. Tarif PPN di Indonesia umumnya sama untuk semua orang, yang berarti
bahwa mereka dengan pendapatan yang lebih rendah akan membayar proporsi yang lebih besar dari
pendapatan mereka untuk PPN. PPN ini kemudian akan menjadi beban yang lebih besar bagi kelompok
masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi. Sedangkan untuk pajak progresif ada beberapa tarif PPh
yang berbeda untuk berbagai jenis pendapatan, seperti PPh penghasilan karyawan (PPh 21)

b. Pengaruh Struktur Pajak terhadap Keinginan untuk Bekerja

 pajak progresif dikenakan pada pendapatan kerja maka tenaga kerja tersebut akan berkurang
keinginannya untuk bekerja. Tenaga kerja yang bersangkutan akan kurang berkehendak untuk
bekerja giat, sebab apabila penghasilannya bertambah, maka sebagian besar hanya akan dipungut
oleh pemerintah saja. Jadi pajak progresif akan mengurangi insentif kerja.
 Pajak regresif ini akan menambah insentif kerja, karena dengan semakin tingginya penghasilan
yang diperoleh, maka pajak yang harus dibayarnya semakin rendah persentasenya. pajak regresif
merupakan pajak dengan perkembangan yang kurang dari sebanding dengan perkembangan
taxable capacity. Jadi dengan bertambahnya taxable capacity, persentase pajak yang harus
dibayar menjadi semakin kecil atau average tax rate menurun pada setiap peningkatan tax base.
PENJELASAN SLIDE 7 : PAK MUFAD

Dalam Suparmoko (2016), Pengaruh pajak terhadap produksi sebagai keseluruhan berlangsung melalui
pengaruh-pengaruhnya terhadap kerja, tabungan dan investasi. Tujuan suatu negara adalah mencapai
penghasilan nasional pada tingkat keseimbangan dan pada full-employment, maka kalau tingkat
penghasilan nasional sebesar selalu ingin dipertahankan, hal ini dapat ditempuh oleh pemerintah dengan
cara meningkatkan atau menambah tingkat pajak yang dikenakan dalam perekonomian.

Kemudian lebih jauh lagi kita melihat pengaruh-pengaruh pajak terhadap kerja, tabungan dan investasi
melalui kemampuan dan keinginan.

PENJELASAN SLIDE 8 : PAK MUFAD

 Kemampuan seseorang untuk bekerja akan berkurang apabila dikenai pajak yang dapat
mengurangi efisiensi kerjanya sehingga harus ada pengenaan yang tepat. Pendapat ini terjadi pada
pajak langsung yang dikenakan pada golongan yang penghasilanya rendah sehingga akan
mengurangi tingkat penghasilanya. Juga dapat pula diterapkan pada pajak tidak langsung yang
dikenakan pada barang-barang kebutuhan sehari-hari. Suatu masalah yang perlu diperhatikan
ialah bagaimana cara menentukan suatu batasan sehingga dapat diketahui bahwa pajak yang
dikenakan akan dapat mengurangi tingkat efisiensi kerja wajib pajak.
 kemampuannya untuk menabung akan berkurang sebesar marginal propensity to save (mps)
dikalikan dengan jumlah pajak yang dikenakan. Bagi orang- orang yang tergolong mempunyai
pengahasilan rendah, pengenaan pajak tidak akan mengurangi kemampuannya untuk menabung
karena memang biasanya mereka itu sudah tidak mempunyai tabungan walaupun belum
dikenakan pajak. Sehingga kalau dikenakan pajak tidak akan mengurangi tabungannya melainkan
akan mengurangi konsumsinya.
 Kemampuan untuk mengadakan investasi tergantung pada sumber-suamber dananya.
Kemampuan untuk mengadakan investasi akan berkurang dengan adanya pajak yang mengurangi
kemampuan untuk mengadakan tabungan. Karena tabungan adalah sumber untuk investasi maka
dengan sendirinya kemampuan untuk mengadakan investasi juga akan berkurang bila
kemampuan untuk manabung berkurang karena adanya pajak

PENJELASAN SLIDE 9 : PAK MUFAD

Hanya pajak mempunyai yang bersifat insentif yang meningkatkan keinginan untuk bekerja, menabung
dan mengadakan investasi si wajib pajak. Contohnya tax amnesty : Ketika wajib pajak tahu bahwa
mereka dapat mendapatkan pengampunan pajak dengan melaporkan dengan benar, mereka mungkin lebih
termotivasi untuk bekerja secara legal dan melaporkan pendapatannya dengan benar. Jika tax amnesty
melibatkan pengampunan pajak atas aset-aset yang tidak dilaporkan, hal ini dapat mendorong individu
untuk menaruh aset mereka dalam sistem perbankan resmi, Tax amnesty yang melibatkan pengampunan
pajak atas modal atau investasi tertentu dapat mendorong individu dan perusahaan untuk berinvestasi
lebih banyak, karena mereka dapat menghindari pajak yang akan sebelumnya mereka bayar.

1. Pengaruh Pajak terhadap Keinginan untuk Bekerja:


o Efek Pengurangan Pendapatan (Income Effect): Pajak penghasilan (seperti pajak
penghasilan individu) dapat mengurangi pendapatan yang diterima oleh individu dari
pekerjaannya. Semakin tinggi tarif pajak, semakin besar potongan pajak dari pendapatan
yang diperoleh. Hal ini dapat mengurangi insentif untuk bekerja lebih keras atau lebih
lama karena individu merasa bahwa imbalan setelah pajak kurang menarik.
o Efek Substitusi (Substitution Effect): Pajak yang lebih tinggi juga dapat mengubah
keputusan untuk bekerja atau tidak bekerja. Jika tarif pajak sangat tinggi, individu
mungkin memilih untuk bekerja lebih sedikit atau bahkan berhenti bekerja sama sekali
jika imbalan yang diperoleh setelah pajak terlalu kecil dibandingkan dengan pengorbanan
waktu dan tenaga yang diberikan.

2. Pengaruh Pajak terhadap Keinginan untuk Menabung:


o Efek Pengurangan Tabungan (Savings Effect): Pajak atas pendapatan tambahan atau
bunga yang dihasilkan dari investasi seperti tabungan atau deposito dapat mengurangi
insentif untuk menabung. Semakin tinggi tarif pajak atas bunga, semakin kecil potensi
pengembalian investasi setelah pajak. Ini dapat menyebabkan individu cenderung untuk
mengurangi tingkat tabungan mereka.

3. Pengaruh Pajak terhadap Keinginan untuk Berinvestasi:


o Efek Pengurangan Investasi (Investment Effect): Pajak atas laba atau keuntungan dari
investasi (seperti pajak atas capital gain atau pajak atas laba perusahaan) dapat
mempengaruhi keputusan perusahaan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek baru atau
memperluas bisnis mereka. Pajak yang tinggi dapat mengurangi potensi pengembalian
investasi, yang dapat menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.
PENJELASAN SLIDE 1 : NURO
Di Indonesia, para peneliti dan pengelola keuangan untuk tahun kemudian dituangkan dalam
ramuan yang namanya KEM-PPKF (Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok
Kebijakan Fiskal).
KEM menguraikan perkembangan ekonomi global dan domestik dalam beberapa tahun terakhir
serta perkiraan dan prospek ekonomi domestik dan global ke depan, khususnya untuk tahun
berikutnya.
PPKF menyampaikan arah dan strategi kebijakan fiskal jangka menengah dan tahunan yang akan
ditempuh Pemerintah.
KEM-PPKF ini disusun setiap tahun untuk dijadikan panduan penyusunan anggaran di tahun
berikutnya. Rencana ini kemudian akan dimintakan dibahas dan disetujui bersama rakyat melalui
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
21 September 2023, Rancangan APBN 2024 yang telah dibahas selama kurun waktu 2 bulan
antara Pemerintah dengan DPR-RI, resmi disahkan melalui Pembicaraan Tingkat II (Paripurna).

Perkembangan Dinamika Kebijakan Fiskal Khususnya Perpajakan


Tax Ratio = Jumlah Penerimaan Pajak/PDB . Tax ratio ini berfungsi untuk mengukur kinerja
penerimaan pajak suatu negara

PENJELASAN SLIDE 2 NURO :


Pendapatan Negara dalam APBN tahun 2024 direncanakan sebesar Rp2.802,3 triliun, yang
bersumber terutama dari Penerimaan Perpajakan sebesar Rp2.309,9 triliun dengan kebijakan
yang antara lain diarahkan untuk
 Perluasan basis pemajakan sebagai tindak lanjut UU HPP melalui tindak lanjut PPS dan
implementasi NIK sebagai NPWP dan
 Penguatan kegiatan ekstensifikasi pajak serta pengawasan terarah dan berbasis
kewilayahan melalui implementasi penyusunan Daftar Sasaran Prioritas Pengamanan
Penerimaan Pajak dan prioritas pengawasan atas WP High Wealth Individual (HWI)
beserta WP grup, transaksi afiliasi, dan ekonomi digital.

PENJELASAN SLIDE 3 NURO :


1. Arah kebijakan pendapatan negara tersebut antara lain sebagai berikut:
1) mendorong efektivitas pelaksanaan reformasi perpajakan (UU HPP);
2) mendorong sistem perpajakan selaras dengan struktur perekonomian;
3) mendorong peningkatan tax ratio melalui penggalian potensi peningkatan basis
perpajakan dan kepatuhan wajib pajak;
4) mendorong optimalisasi pengelolaan aset; dan
5) mendorong inovasi layanan.
2. Tren perkembangan penerimaan perpajakan dalam tahun 2019-2022 menunjukkan
kinerja yang meningkat. Ada 17 sektor lapangan usaha yang kemudia dibagi menjadi 3
sektor utama. Yang mana penerimaannya berupa PPh, PPN PPnBM dan Pajak
Perdagangan Internasional.
SLIDE 4 : NURO

3. Pencapaian target penerimaan perpajakan tahun 2024 diperkirakan akan


menghadapi beberapa tantangan.
(i) risiko masih berlanjutnya pelambatan ekonomi global dan volatilitas harga
komoditas utama;
(ii) perubahan struktur perekonomian yang mengarah pada digitalisasi, industrialisasi,
serta ekonomi hijau;
(iii) pemenuhan target penerimaan untuk mendukung agenda pembangunan, termasuk
beberapa isu strategis seperti pemindahan IKN, pelaksanaan pemilu dan
perubahan iklim; serta
(iv) keberlanjutan pelaksanaan reformasi perpajakan.
Bicara tentang digitalisasi – Pembaruan Sistem Administrasi Perpajakan (PSAP) yang di
dalamnya juga mengatur mengenai Pembaruan Sistem Inti Administrasi Perpajakan
(PSIAP) / Core Tax System. Rancang ulang proses bisnis mencakup 21 (dua puluh satu)
proses bisnis utama administrasi perpajakan. Di tahun 2023, fokus kegiatan adalah
training dan testing. Sedangkan implementasi PSIAP (Core Tax) direncanakan pada
tahun 2024.
21 = pendaftaran, pembayaran, pelaporan, pelayanan, pengawasan, ekstensifikasi,
pemeriksaan, penilaian, penagihan, intelijen, penegakan hukum, keberatan dan banding,
non-keberatan dan banding, Taxpayer Account Management, Knowledge Management
System, Document Management System, Data Quality Management, Data Pihak Ketiga,
Automatic Exchange of Information, Compliance Risk Management, dan Business
Intelligence.
4. Kebijakan umum perpajakan tahun 2024 diarahkan untuk mendukung proses
transformasi ekonomi agar terus berjalan di tengah berbagai tantangan.
Berdasarkan hal tersebut, kebijakan umum perpajakan tahun 2024 adalah:
maksudnya nantinya kebijakan itu teratrah ke :
 basis perpajakan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi;
 sinergi melalui joint program, pemanfaatan data, dan penegakan hukum
 insentif perpajakan yang semakin terarah dan terukur
5. Kebijakan teknis pajak serta kepabeanan dan cukai disusun untuk mendukung
kebijakan umum perpajakan tahun 2024.
 Fokus kegiatan perencanaan penerimaan yang lebih terarah dan terukur
melalui implementasi penyusunan Daftar Sasaran Prioritas Pengamanan
Penerimaan Pajak (DSP4); prioritas pengawasan atas WP High Wealth
Individual (HWI) beserta WP Group, transaksi afiliasi, dan ekonomi digital;
 Selain itu RAPBN 2024 PENGENAAN CUKAI MINUMAN BERPEMANIS
DALAM KEMASAN UNTUK MENINGKATKAN SUMBER DAYA
MANUSIA BERKUALITAS DAN BERDAYA SAING. Selama ini cukai Cuma
3 : tembakai, minuman beralkohol dan alcohol. Trigernya karna tingkan diabetes
yang tinggi

SLIDE SELANJUTNYA NURO


1. Prospek penerimaan perpajakan diperkirakan membaik di tahun 2024 seiring
dengan membaiknya perekonomian, namun masih terdapat risiko akibat
ketidakpastian ekonomi global.
contoh, implementasi CBAM di Uni Eropa yang menerapkan bea masuk tambahan
dapat berdampak negatif pada kinerja ekspor industri/sektor tertentu antara lain semen,
aluminium, besi baja, dan kimia dari negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini
akan berimbas pada penerimaan perpajakan yang berasal dari industri/sektor tersebut.
2. Terdapat tantangan pemungutan pajak akibat transisi ekonomi.
Praktik perdagangan secara digital di satu sisi berdampak positif terhadap efisiensi
perekonomian, tetapi di sisi lain dapat menyebabkan peningkatan shadow economy.
Dengan kondisi sistem administrasi perpajakan saat ini, terdapat risiko kehilangan
basis pajak tax base) khususnya PPN dan PPh badan.
3. Fluktuasi harga dan permintaan atas komoditas menjadi sumber risiko lain yang
perlu diantisipasi. Pada tahun 2021 dan 2022, commodity boom merupakan
faktor penentu dalam keberhasilan capaian penerimaan perpajakan.
Tingginya harga komoditas-komoditas unggulan Indonesia seperti sawit, batu bara,
tembaga, migas, dan lainnya berkontribusi terhadap Pajak Migas, PPh Badan, PPN,
maupun Bea Keluar. Namun demikian, di tahun 2024 harga komoditas diperkirakan
mengalami moderasi meskipun volatilitasnya masih tinggi yang akan berdampak pada
penerimaan pajak. Kebijakan efisiensi penggunaan energi fosil di berbagai negara serta
shifting ke sumber energi hijau berpotensi menurunkan permintaan minyak bumi.
4. Pemerintah perlu menyiapkan langkah-langkah dalam menghadapi tekanan
pada penerimaan pajak khususnya PPh Migas, PPh Badan dan PPN.
Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS secara langsung akan memengaruhi
komponen APBN yang basis perhitungannya menggunakan mata uang asing terutama
dolar AS. Di sisi pendapatan negara, fluktuasi nilai tukar rupiah secara langsung akan
berpengaruh pada penerimaan yang terkait dengan aktivitas perdagangan internasional

Anda mungkin juga menyukai