Anda di halaman 1dari 7

Nama : Lamhot Pasaribu

Nim : 17704008
Kelas :D
Kelompok : A-D (Papakelan 2)

A. PENDAHULUAN

Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit
yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair
dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih
dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Penyakit
ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan,
dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat (Simatupang, 2004). Kebersihan
anak maupun kebersihan lingkungan memegang peranan penting pada tumbuh kembang anak
baik fisik maupun psikisnya. Kebersihan anak yang kurang, akan memudahkan terjadinya
penyakit cacingan dan diare pada anak (Tabuwun, 2015).
Tanda dan gejala diare mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu
tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.
Diare yang semakin parah menyebabkan tinja menjadi cair disertai lendir atau darah. Warna
tinja makin lama berubah mejadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Anus dan daerah
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat
semakin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus
selama diare (Ariani, 2016). Penyakit diare juga dapat menyebabkan kematian jika dehidrasi
tidak diatasi dengan tepat. Dehidrasi dapat terjadikarena usus bekerja tidak optimal sehingga
sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut didalamnya keluar bersama feses sampai akhirnya
tubuh kekurangan cairan atau dehidrasi (Kurniawati, 2016).
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi.
Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000
s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000
penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000
penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare
juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69
Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009
terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang
(CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah
penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.)
Di kota Manado sendiri IR penyakit diare pada tahun 2017 yaitu sebanyak 597 orang.
Puskesmas Sario merupakan puskesmas dengan kasus diare tertinggi sebanyak 93 kasus, di
ikuti Puskesmas Timinting dan Puskesmas Teling Atas masing-masing dengan 91 dan 92
kasus. Berikut tabel Distribusi Kasus Penyakit DIARE Di Kota Manado *data bukan asli,
hanya untuk ujian

Strategi yang digunakan pemerintah dalam pengendalian program diare adalah melalui
surveilans epidemiologi diare di samping tata laksana penderita sesuai standar, promosi
kesehatan, kegiatan pencegahan, pengelolaan logistik dan pemantauan dan evaluasi program.
B. PEMBAHASAN
Analisa distribusi dan frekuensi Penyakit Diare di Kota Manado berdasarkan tempat, orang,
waktu.
1. Analisa distribusi dan frekuensi Penyakit Diare di Kota Manado berdasarkan tempat
40 Wenang
Bahu
35
Minanga
30 Ranotanaweru
Sario
25
Telling atas
20 Ranomuut
Tikala Bari
15
Paniki Bawah
10 Bengkol
Kombos
5
Wawonasa
0 Tuminting
2017 2018 2019 Bailang
Bunaken
Diagram batang penyakit diare di kota Manado berdasarkan tempat tahun 2017-2019

400
Bunaken
350 Bailang
Tuminting
Wawonasa
300 Kombos
Bengkol
250 Paniki
Bawah
200 Tikala Bari
Ranomuut
150 Telling atas
Sario
Rano-
100 tanaweru
Minanga
50 Bahu
Wenang
0
2017 2018 2019
Grafik penyakit diare di kota Manado berdasarkan tempat tahun 2017-2019
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa distribusi penyakit diare berdasarkan
tempat, dari semua puskesmas di kota Manado masih terdapat kejadian kasus diare dari tahun
2017-2019. Dengan jumlah kejadian kasus diare tertinggi terdapat pada puskesmas Sario
dengan 93 kasus diikuti puskesmas puskesmas Timinting dan puskesmas Teling Atas masing-
masing dengan 91 dan 92 kasus. Sedangkan jumlah kejadian kasus diare terendah terdapat
pada puskesmas Bunaken dengan 30 kasus.

2. Analisa distribusi dan frekuensi Penyakit Diare di Kota Manado berdasarkan orang

120

100

80

60 Laki-Laki
Perempuan
40

20

0
2017 2018 2019
Diagram batang penyakit diare di kota Manado berdasarkan jenis kelamin tahun2017-2019

140
120
100
80
Laki-Laki
60 Perempuan
40 Series3

20
0
2017 2018 2019

Grafik kasus diare berdasarkan jenis kelamin tahun 2017-2019

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa distribusi penyakit diare berdasarkan
orang, yang paling banyak mengalami kejadian kasus diare adalah laki-laki dengan 334 kasus
sedangkan kejadian kasus diare pada perempuan sebanyak 263 kasus. Hal ini disebabkan
karena laki-laki lebih banyak beraktifitas di luar dan kurang memperhatikan kebersihan.
3. Analisa distribusi dan frekuensi Penyakit Diare di Kota Manado berdasarkan waktu

Diagram batang penyakit diare di kota Manado berdasarkan umur

45
0-7 hari
40 8-28 hari
35 <1 tahun
30 1-4 tahun
5-9 tahun
25
10-14 tahun
20 15-19 tahun
15 20-44 tahun
10 45-54 tahun
55-59 tahun
5 60-69 tahun
0 >70 tahun
2017 2018 2019

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa distribusi penyakit diare berdasarkan
waktu, dari 2017-2019 selalu terdapat kejadian kasus diare. Dengan jumlah kasus tertinggi
pada tahun 2019 sebanyak 219 kasus dan jumlah terendah terdapat pada tahun 2019 sebanyak
173 kasus.umur 0->70 tahun, semuanya mengalami kejadian kasus diare. Dapat dilihat juga
jumlah kejadian kasus diare tertinggi terdapat pada umur 5-9 tahun dan 20-44 tahun sebanyak
85 kasus. Sedangkan persentase kejadian kasus diare cukup tinggi terdapat pada umur 1-4
tahun sebanyak 79 kasus. Untuk jumlah kejadian kasus diare terendah terdapat pada umur 0-7
hari sebanyak 10 kasus.
C. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa distribusi penyakit diare berdasarkan
tempat, dari semua puskesmas di kota Manado masih terdapat kejadian kasus diare dari tahun
2017-2019. Dengan jumlah kejadian kasus diare tertinggi terdapat pada puskesmas Sario
dengan 93 kasus diikuti puskesmas puskesmas Timinting dan puskesmas Teling Atas masing-
masing dengan 91 dan 92 kasus. Sedangkan jumlah kejadian kasus diare terendah terdapat
pada puskesmas Bunaken dengan 30 kasus.
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa distribusi penyakit diare berdasarkan
orang, yang paling banyak mengalami kejadian kasus diare adalah laki-laki dengan 334 kasus
sedangkan kejadian kasus diare pada perempuan sebanyak 263 kasus. Hal ini disebabkan
karena laki-laki lebih banyak beraktifitas di luar dan kurang memperhatikan kebersihan.
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa distribusi penyakit diare berdasarkan
waktu, dari 2017-2019 selalu terdapat kejadian kasus diare. Dengan jumlah kasus tertinggi
pada tahun 2019 sebanyak 219 kasus dan jumlah terendah terdapat pada tahun 2019 sebanyak
173 kasus.umur 0->70 tahun, semuanya mengalami kejadian kasus diare. Dapat dilihat juga
jumlah kejadian kasus diare tertinggi terdapat pada umur 5-9 tahun dan 20-44 tahun sebanyak
85 kasus. Sedangkan persentase kejadian kasus diare cukup tinggi terdapat pada umur 1-4
tahun sebanyak 79 kasus. Untuk jumlah kejadian kasus diare terendah terdapat pada umur 0-7
hari sebanyak 10 kasus.
Saran
Untuk mencegah kejadian kasus diare, sebaiknya pemerintah kota manado melakukan
penyehatan lingkungan secara rutin dan pembuatan sarana belajar dan bermain yang nyaman
dan sehat untuk anak-anak.

Hidup sehat tanpa diare


Infografis diare

Rajin Cuci Tangan

Jaga Kebersihan
Kuku

Hindari Jajan
Sembarangan
Makan Makanan
Matang

Jaga Kebersihan
Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai