BAB II
ANALISIS TINGKAT LAJU EROSI
2.1 Erosi
Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian
tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami, Peristiwa erosi, tanah, atau
bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut kemudian diendapkan-
ditempat lain, Pengikisan dan pengangkutan tanah tersebut terjadi oleh media alami
yaitu air dan angin (Arsyad, 2006),
Bidang konversi tanah dan air membagi erosi ke dalam tiga jenis yakni erosi
geologi, erosi normal dan erosi dipercepat. Erosi geologi adalah erosi yang terjadi sejak
permukaan bumi terbentuk yang menyebabkan terkikisnya batuan. Erosi normal (alami)
adalah proses pengangkutan tanah atau bagian-bagian tanah yang terjadi di bawah
keadaan alami, Erosi dipercepat adalah pengangkutan tanah dengan laju lebih cepat dari
erosi normal dan lebih cepat dari pembentukan tanah yang menimbulkan kerusakan
tanah, sebagai akibat perbuatan manusia yang menghilangkan tumbuhan penutup tanah
(arsyad, 2006).
Erosi secara umum terjadi akibat beberapa faktor yakni iklim, karakteristk tanah,
vegetasi penutup tanah, dan tata guna Iahan, Penyebab utama terjadinya erosi terbagi
menjadi dua yakni erosi karena sebab alamiah dan eros karena aktivitas manusia. Erosi
alamiah dapat terjadi Karena proses pembentukan tanah dan proses erosi yang terjadi
untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara alami. Erosi Karena faktor alamiah
umumnya masih memberikan media yang memadai untuk berlangsungnya pertumbuhan
kebanyakan tanaman. Erosi Karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh
terkelupasnya laplsan tanah bagian atas akibat cara bercocok tanam yang tidak
7
@ Dipindai dengan CamScannermengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah atau kegiatan pembangunan yang
bersifat merusak keadaan fisik tanah, antara lain proses pembuatan tambang di daerah
dengan kemiringan lereng besar (Asdak, 2014),
Proses erosi terdiri atas tiga bagian berurutan: pengelupasan (detachment,
pengangkutan (Transportation), dan pengendapan (Sedimentation). Erosi_ selain
disebabkan oleh air hujan, erosi juga dapat terjadi karena tenaga angin dan salju.
Beberapa tipe erosi permukaan yang umum dijumpai di daerah tropis adalah:
1 Erosi Percikan (Splash Erosion)
Proses terkelupasnya partikel-partikel tanah bagian atas oleh tanaga kinetik air
hujan bebas atau sebagai air lolos. Tenaga kinetik tersebut ditentukan oleh dua hal,
massa dan kecepatan jatuhan air. Tenaga kinetik bertambah besar dengan bertambah
besarnya diameter alr hujan dan jarak antara ujung daun penetes (driptips) dan
permukaan tanah. Air lolos dari vegetasi dengan ujung penetes lebar memberikan
kecapatan air lolos sampai ke permukaan tanah. Arah dan jarak terkelupasnya partikel-
partikel tanah ditentukan oleh Kemiringan lereng, kecepatan, dan arah angin. Tanah
berlereng, loncatan partikel tanah lebih banyak ke arah tempat yang lebih rendah, hal
isebabkan karena sudut datang energi kinetik air hujan akan mendorong partikel-
partikel tanah tersebut ke tempat yang lebih rendah (Asdak, 2014),
2. Erosi Lempeng (Sheet Erosion)
Erosi lempeng yaitu erosi yang terjadi ketika lapisan tipis permukaan tanah di
daerah berlereng terkikis oleh Kombinasi air hujan dan air larian (runoff). Tipe erosi ini
disebabkan oleh kombinasi air hujan dan air larian yang mengalir ke tempat yang lebih
rendah. Berdasarkan sumber tenaga penyebab erosi lempeng, tenaga kinetis alr hujan
lebih penting karena kecepatan alr Jatuhan leblh besar, yaitu antara 0,3 sampai 0.6 m/dt
(Schwab et al, 1981).
“Tenaga kinetik air hujan menyebabkan lepasnya partikel-partikel pada tanah dan
8
@ Dipindai dengan CamScannerbersama-sama dengan pengendapan sedimen (hasil erosi) di atas permukaan tanah.
Lepasmya partikel-partikel tanah menyebabkan turunnya laju infiltrasi karena pori-pori
tanah tertutup oleh kikisan partikel tanah. Bentang lahan dengan komposisi lapisan
bawah permukaan yang solid merupakan bentang lahan dengan potensi terjadinya erosi
lempeng besar (Schwab et al, 1981).
3. Erosi Alur (ri Erosion)
Pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh
aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-saluran air. Ketika air aliran masuk
kedalam cekungan pembukaan terjadi tanah, kecepatan larian meningkat, dan akhimya
terjadilah transport sedimen. Tipe erosi alur umumnya dijumpai pada lahan-lahan
garapan dan dibedakan dari erosi parit dalam hal erosi alur dapat diatasi dengan cara
pengerjaan/pencangkulan tanah. Erosi alur terbentuk oleh tanah yang kehilangan daya
ikat partikel-pertikel tanah sejalan dengan meningkatnya kelembaban tanah di tempat
tersebut. Kelembaban tanah yang berlebihan pada gilirannya akan menyebabkan tanah
longsor. Bersamaan dengan longsomya tanah, kecepatan air aliran meningkat dan
terkonsentrasi di tempat tersebut. Aliran air ini mengangkut hasil erosi (Rose, 1988).
4 Erosi parit (gully erosion)
Jajaran parit yang lebih dalam dan lebar merupakan tingkat lanjutan dari eros!
‘alur, Erosi parit dapat diklasifikasikan sebagai parit bersambungan dan part terputus-
putus, Erosi parit terputus dapat dijumpai di daerah yang bergunung, Erosi tipe ini di
awali oleh adanya gerusan yang melebar di bagian atas hamparan tanah miring yang
berlangsung dalam waktu relatif singkat akibat adanya air alan yang besar. Kedalaman
erosi parit menjadi berkurang pada daerah yang kurang terjal. Proses pembentukan erosi
parit tampak mempunyai kecenderungan ke arah keseimbangan dinamis. Tahap lanjutan
proses pembetukan erosi parit akan kehilangan karakteristik dimana perkembangan
an tanah oleh aliran air, dan pada akhimya terbentuk
gerusan-gerusan pada permuka
9
@ Dipindai dengan CamScannerpola aliran-aliran kecil atau besar yang bersifat permanen. Proses pembentukan erosi
parit pada kondisi tertentu yakni perubahan-perubahan geologis atau karena pengaruh
aktivitas manusia, proses pembentukan erosi parit tidak periah sampai pada tahap
lanjutan. Secara umum erosi dapat terjadi serentak atau pada waktu yang berbeda,
Proses ini pada umumnya terdiri atas:
a. _Erosi pada pinggir parit bagian atas yang berlangsung dalam waktu relatif
lambat.
b. _Bertambah melebar dan dalamnya parit dibagian atas akibat konsentrasi
aliran air semakin besar dan semakin cepat gerusan air alan,
c. _Tahap ketika berlangsung pertumbuhan vegetasi di dalam saluran.
d. _Tahap pemantapan menjadi parit yaitu ketika saluran yang terbentuk oleh
gerusan air larian telah mencapai ke adaan yang mantap dengan diiringi
terbentuknya lapisan tanah baru.
Erosiparit dibedakan menjadi dua berdasarkan bentuk penampang
melintangnya, yaitu parit bentuk V dan parit bentuk U. Erosi parit V terjadi pada tanah
yang relatif dangkal dengan tingkat erodibilitas (tingkat kerapuhan tanah) seragam.
Mencegah meluasnya erosi parit bentuk V menggunakan cara vegetatif dianggap paling
memadai mengingat penyebab utama terjadinya erosi adalah air hujan (Heede dalam
Asdak, 2014).
Erosi parit bentuk U umum terjadi pada tanah dengan dengan erodibilitas rendah
terletak di atas lapisan tanah dengan erodibiltas yang lebih tinggi, Aliran air bawah
permukaan akan mengikis lapisan tanah bagian bawah sampai pada saatnya seluruh
bangunan tanah tersebut runtuh dan terbentuk parit berbentuk U. Cara menanggulangi
tipe erosi parit diperlukan kombinasi bangunan pencegah erosi dan penanaman vegetasi.
Secara ilmiah, parit-parit tersebut akan menjadi mantap dengan sendirinya. Hal yang
perlu dilakukan adalah meningkatkan usaha-usaha yang kondusif terhadap pemulihan
10
@ Dipindai dengan CamScannerfungsi tanah sebagai media tumbuh dan menghindari beranjutnya proses erosi di tempat
tersebut (Heede dalam Asdak, 2014),
5. Erosi Tebing Sungai (streambank erosion)
Pengikisan tanah pada tebing-tebing sungai dan penggerusan dasar sungai oleh
aliran air sungai. Dua proses berlangsungnya erosi tebing sungai oleh adanya gerusan
aliran sungai dan adanya longsoran tanah pada tebing sungai. Proses yang pertama
berkolaborasi dengan kecepatan aliran sungal. Semakin cepat laju aliran sungai semakin
besar kemungkinan terjadinya erosi tebing, Erosi tebing sungai dalam benuk gerusan
dapat berubah menjadi tanah longsor ketika permukaan sungai surut sementara pada
saat bersamaan tanah tebing sungai telah jenuh. Longsoran sungai terjadi setalah debit
aliran besar berakhir atau surut. Proses terjadinya erosi tebing yang kedua lebih
ditentukan oleh keadaan kelembapan tanah di tebing sungai menjelang terjadinya erosi,
Erosi tebing sungai dalam bentuk longsoran tanah terjadi karena beban mengikat olah
adanya kelembaban tanah yang tinggi dan beban ini lebih besar dari pada gaya yang
‘mempertahakan tanah tetap pada tempatnya (Hooke, 1979).
Hooke membedakan 3 faktor penyebab terjadinya erosi tebing sungai
berdasarkan karakteristik fisik tebing sungai berikut:
a. _Erosi tebing sungal yang sebagian besar disebabkan oleh adanya gerusan aliran
ssungai, pengaruh debit puncak terhadap terjadinya erosi.
b. —Tebing sungai dengan karakteristik tanah terdiri dari bahan berpasir dengan
kelembapan tinggi. Erosi yang terjadi umumnya dalam bentuk tanah longsor.
c. Tebing sungai dengan karakteristik tanah solid. Erosi dalam skala lebih kecil,
umumnya terjadi oleh adanya penambangan tebing sungai atau ketika
berlangsung debit aliran besar (banjir).
Erosi tebing sungal dipengaruhi oleh kecepatan aliran, Kondisi sungai, kondisi
vegetasi, kegiatan bercocok tanam dan testur tanah. Erosi tebing sungai dapat dikurangi
u
@ Dipindai dengan CamScannerdengan cara penanaman vegetasi sepanjang tepi sungai (Hooke, 1979).
2.2 Faktor — Faktor yang Mempengaruhi Erosi
Daerah beriklim tropika basah, air merupakan penyebab utama erosi tanah,
sedangkan angin tidak mempunyai pengaruh yang besar. Proses erosi oleh air
merupakan kombinasi dua sub-proses yaitu (1) penghancuran struktur tanah menjadi
butir-butir hujan yang menimpa tanah (Dh) dan pemindahan butir-butir primer tersebut
‘leh percikan air hujan (Th), dan (2) perendaman oleh air yang tergenang dipermukaan
tanah yang mengakibatkan tanah terdispersi (D1) yang dikuti pengangkutan butir-butir
tanah oleh air yang mengalir dipermukaan tanah (11), jika (Dh + D1) > (Th +71) maka
besarnya eros! lebih kecil dari (Dh + D1), artinya hanya bagian tanah saja yang telah
terdispersi terangkut ke tempat lain, Jika (Dh + D1) < (Th + T1), maka besarnya erosi
sama dengan (Dh + D1). Secara skematis proses terjadinya erosi di perlihatkan pada
Gambar 2.1 (Kehnko dan Bertrand, 1959).
oh bt
¥
Butir—butirtanah yang, Kapasitas Angkut Air
(0h #02) 26,8 1,00 0,50 0,20
2.3.2 Prakiraan Erosi Metode RUSLE
RUSLE adalah suatu model erosi yang didesain untuk memprediksi besarnya
erosi tahunan (A) oleh allran permukaan dari suatu bentang lahan berlereng (field slope)
30
@ Dipindai dengan CamScannerdengan tanaman dan sistem pengolahan tertentu, Pemilhan yang tepat mengenai nilai
faktor yang digunkan, RUSLE dapat menghitung erosi rata-rata untuk suatu sistem
pergilran tanaman dalam satu tahun atau untuk suatu fase pertumbuhan tanaman
(Arsyad, 2010).
Para ahli tanah Amerika Serikat terus melakukan penyempumaan terhadap
USLE, yang berakhir dengan dikembangkannya RUSLE (Revised Universal Soill
Equation), Model RUSLE masih tetap mempertahankan struktur USLE sebagai berikut
(arsyad, 2010):
A= RKLS.CP. =. (17)
‘A. = Rata-rata tanah tererosi per satuan areal (t hay),
R= Faktor Erosivitas Hujan (MJ mm ha h? /y+).
K = Faktor Erodibilitas Tanah (t ha" MJ mm).
LS = faktor panjang dan kemiringan lereng.
C= Faktor pengelolzan tutupan lahan,
P
Faktor Tindakan Pendukung,
2.3.2.1. Faktor Erosivitas Tanah (R)
Faktor Erosivitas Curah Hujan (R) mengkuantifikasi dampak hujan pada tanah
gundul seperti halnya efek limpasan yang diinduksi, Untuk setiap periode tertentu,
secara analitis diperkirakan dengan menjumlahkan produk total energi_ kinetik
pengendapan per satuan luas dengan curah hujan maksimum 30 mnt Intensitas.
Sehingga persamaan R sebagai berikut :
. (18)
Kelangkapan data curah hujan terperinci membuat perhitungan analitis R tidak
mungkin di beberapa daerah. Dengan demikian, metode empiris yang disederhanakan
dikembangkan (Van der Knijff et al, 2000; Schwertmann et al, 1990; Arnoldus, 1977; Lo
31
@ Dipindai dengan CamScanneret al, 1985; Yu dan Roswell, 1996; Renard dan Freimund, 1994), menghubungkan faktor
R dengan parameter yang lebih mudah diperoleh, seperti rata-rata curah hujan tahunan
(P) atau Indeks Fournier (F) (Amoldus, 1977). Amoldus juga mengusulkan bentuk
tmodifikasi dari indeks (Persamaan 2), untuk menghindari kekurangan terkait dengan
bulanan distribusi curah hujan sepanjang tahun,
Fey 7, (19)
Dimana pi adalah kedalaman curah hujan rata-rata dari bulan i (mm) dan P
adalah rata-rata curah hujan tahunan (mm).
Kurangnya data curah hujan terperinci membuat perhitungan nilai erosivitas
sulit. Akibat kurangnya data maka untuk memperkirakan faktor erosiensi curah hujan
mengunakan (Persamaan 3). Faktor "a" adalah konstanta dengan nilai 1,3 (Sigalos et al,
2010).
Rea,
2.3.2.2 Faktor Erodibilitas Tanah
(20)
Metode untuk memperkirakan erodibilitas tanah secara tidak langsung dapat
diterapkan pada persamaan berdasarkan sift fisk tanah (tekstur dan kandungan bahan
organik) sebagai data input.
1. Persamaan Wischmeler & Smith (1978)
K = [2,1 x 104 MM (12-a) +3,25 (b-2) + 2,5 (C-3)] x (0,1317/100) ...... (21)
Dimana: K adalah erodibilitas Tanah, M adalah persentase endapan ditambah
persen pasir yang sangat halus dikalikan dengan 100 persen tanah liat, a
adalah kandungan bahan organik, b adalah kode struktur tanah, dan c adalah
kode permeabilitas tanah.
2 Renard et al. (1997)
K = 0,0034 + 0.0405 x exp [ -0,5 ((log Dg + 1,659)/0,7101))") (22)
32
@ Dipindai dengan CamScannerDimana: Dg adalah diameter partikel geometri, berdasarkan pada fraksi kelas
tekstur dan sarana aritmatika dari diameter partikel dari setiap kelas tekstur.
3. Bouyoucos (1935)
K = ((SAN x SIL)/CLA ) x (1/100)
» (23)
Dimana: SAN adalah persen pasir, SIL adalah persen lumpur, dan CLA adalah
persen tanah liat.
4 Denardin (1990)
K=
00000748 (M) + 0,00448059 (b) -0,0631175 (DMP) + 0,010396 (REL)..(24)
Dimana: M adalah persentase endapan ditambah pasir persen yang sangat
hralus dikalikan dengan 100 persen minus tanah liat, b adalah kode struktur
tanah; DMP adalah rata-rata tertimbang dari partikel yang lebih kecil dari 2,0
mm, dan REL adalah rasio antara kandungan bahan organik dan isi partikel
antara 0,1 dan 2,0 mm.
5. Sharpley & Williams (1990)
K=AxBxCxDx0,1317,
A= [0,2 + 0,3 exp (-0,0256 SAN (1-SIL/100)]
B= [(SIL/ (SAN + SIL)?
C= [1- (0,25 0) / (c+ exp [3,27 - 2,95.)
D = [1-((0,70 SN1) / (SN1 + exp [(5,41 + 22,9 SNI)}))
Dimana : SAN, SIL dan CLA adalah persen pasir, lumpur dan tanah liat, C adalah
kandungan Karbon organik, dan SNi adalah konten pasir dikurangi dari 1 dan
dibagi dengan 100.
2.3.2.3 Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng.
Faktor topografi (LS) terdiri dari masing-masing panjang kelerengan (L) dan
kecuraman (5), digabungkan menjadi satu indeks, Faktor L mewakli efek panjang
kemiringan pada erosi, yang didefinisikan sebagai jarak dari tik di mana limpasan mula
33 ‘
@ Dipindai dengan CamScannerke daerah pengendapan (atau ke tempat aliran mengalir ke saluran yang ditentukan).
Faktor S mewakili efek kecuraman tanah pada erosi, yang didefinisikan sebagai rasio
Perubahan vertikal terhadap perubahan horizontal antara dua titik yang berbeda.
Peningkatan nilai faktor LS menunjukkan nilai tinggi volume dan kecepatan limpasan,
yang melibatkan tingkat kehilangan tanah yang tinggi, Namun, perlu dicatat bahwa
kehilangan tanah tidak terlalu sensitif terhadap perubahan panjang lereng (+ 10%
perbedaan tidak dianggap penting, terutama pada lanskap datar).
Penentuan faktor LS dihitung menggunakan model Arcgis, dengan
mempertimbangkan Digital Elevation Model (DEM) tangkapan. Persamaan yang
digunakan untuk menentukan ilai panjang dan kemiringan kereng sebagai berikut
(Wischmeier and Smith, 1978):
LS = [QaM/ 22.13]’ x (0,065 + 0,045 x Sg + 0,0065 x Sq”) . (26)
Dimana LS adalah aktor topografi, Qa adalah akumulasi grid alir, Sg adalah grid
lope percentage, M adalah ukuran grid (xy), y adalah eksponen tanpa dimensi
yang mengasumsikan nilai 0,2 — 0,5.
2.4 Laju Erosi yang diperbolehkan
Erosi yang masih diperbolehkan adalah jumlah tanah hilang yang
diperbolehkan pertahun agar produktivitas lahan tidak berkurang sehingga tanah tetap
produktif secara lestari. Hammer (1981) dalam Arsyad (2010) mengusulkan perhitungan
laju erosi yang diperbolehkan berdasar atas kedalaman ekivalen tanah dan jangka waktu
kelestarian sumber daya tanah yang diharapkan dengan persamaan :
T=(KE. FK)/UGT... (27)
T + Erosi yang diperbolehkan (ton/ha/tahun)
KE: Kedalaman Efektif Tanah (mm)
FK —: Faktor Kedalaman Sub-Ordo Tanah
34 ‘
@ Dipindai dengan CamScannerUGT — : Umur Guna Tanah (untuk kepentingan pelestarian digunakan 400 tahun)
2.5 Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
Tingkat bahaya erosi merupakan tingkat ancaman kerusakan yang diakibatkan
oleh erosi pada suatu lahan. Erosi tanah dapat berubah menjadi bencana apabila laju
erosi lebih cepat daripada laju pembentukan tanah. Mengetahui besamya erosi yang
terjadi di suatu wilayah merupakan hal yang penting karena selain dapat mengetahui
banyaknya tanah yang terangkut juga dapat digunakan sebagai salah satu jalan untuk
mencari sebuah solusi dari permasalahan tersebut. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) dapat
dihitung dengan cara membandingkan tingkat erosi di suatu lahan dengan laju erosi
yang diperbolehkan pada lahan tersebut.
Erosi dapat dinyatakan dalam indeks bahaya (ancaman) erosi yang
didefinisikan sebagai berikut :
Indeks Bahaya Erosi = (Erosi Potensial)
28)
Tabel 2.9. Kelas Tingkat Bahaya Erosi (Widiatmaka, 2012)
No Laju Erosi (ton/ha/th) Kelas Erosi
1 10.01 Sangat Berat
a
35
@ Dipindai dengan CamScanner