Panduan Pengelolaan Obat Ham Dan Lasa
Panduan Pengelolaan Obat Ham Dan Lasa
PUSKESMAS WIRADESA
Obat high alert adalah obat yang persentasenya tinggi dalam menyebabkan
terjadinya kesalahan dan atau kejadian sentinel, obat yang beresiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan. Meskipun laporan kejadian kesalahan penggunaan obat
tidak banyak terjadi, namun konsekuensi terjadinya kesalahan lebih membahayakan
terhadap pasien.
Obat high alert memiliki resiko lebih tinggi menyebabkan cedera, baik karena
sempitnya rentang terapeutik maupun tingginya angka kejadian kesalahan yang serius.
Obat high alert memiliki resiko yang lebih tinggi dalam menyebabkan komplikasi, efek
samping, atau bahaya. Hal ini dapat dikarenakan adanya rentang dosis terapeutik dan
keamanan yang sempit atau karena insidens yang tinggi akan terjadinya kesalahan. Obat
LASA (Look alike sound alike) adalah obat yang mempunyai nama mirip, tampak mirip,
atau ucapan mirip dengan obat yang lain.
Metode untuk meminimalisasi kesalahan ini meliputi beberapa strategi seperti:
a. Menyediakan akses informasi mengenai obat high alert
b. Membatasi akses terhadap obat high alert
c. Memberikan label khusus untuk obat high alert
d. Menstandarisasi prosedur instruksi peresepan, penyimpanan, persiapan,dan
pemberian obat high alert
e. Melakukan prosedur pengecekan ganda untuk obat high alert
Obat- obatan jenis baru dan informasi keselamatan tambahan lainnya akan ditinjau
ulang dalam audit dan revisi obat high alert oleh Komite Farmasi dan Terapi. Obat -
obatan yang termasuk dalam kategori obat high alert :
Tabel Obat - Obatan Dalam Kategori Obat high alert
NO NAMA GENERIK BENTUK NAMA DAGANG KEKUATAN KETERANGAN
1 EPINEPHRINE INJEKSI EPINEPHRIN 0,1 %
2 NOREPINEPHRINE INJEKSI LEVOSOL, 1 mg/ml
NOREPINEPHRINE
3 DOPAMIN INJEKSI UDOPA 40 mg/ml AGONIS
ADRENERGIC
4 DOBUTAMIN INJEKSI INODEX, DOBURAN 50 mg/ml
6 PROPRANOLOL TABLET PROPRANOLOL 10 mg ANTAGONIS
ADRENERGIK
7 BUPIVACAIN INJEKSI DECAIN
VOPICAIN
SPICA
BUNASCAN 0,5 %
Panduan obat high alert ini melingkupi seluruh pimpinan dan staf Puskesmas
Wiradesa, untuk meningkatkan kewaspadaan akan obat high alert dan meningkatkan
keselamatan pasien. Seluruh pimpinan dan staf Puskesmas Wiradesa harus memiliki
komitmen untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan kualitas tinggi dan
meminimalisasi terjadinya kesalahan-kesalahan medis dan menurunkan potensi resiko
terhadap pasien.
A. Prinsip
1. Kurangi atau eliminasi kemungkinan terjadinya kesalahan
2. Lakukan pengecekan ganda
3. Minimalisasi konsekuensi kesalahan
4. Pisahkan obat - obatan dengan nama atau label yang mirip (sesuai penyimpanan
obat LASA)
5. Minimalisasi instruksi verbal dan hindarkan penggunaan singkatan
6. Batasi akses terhadap obat high alert
7. Gunakan tabel dosis standar (daripada menggunakan dosis perhitungan berdasarkan
berat badan , dimana rentan terjadi kesalahan)
B. Prosedur
1. Lakukan prosedur dengan aman dan hati-hati selama memberikan instruksi,
mempersiapkan, memberikan obat, dan menyimpan obat high alert.
Jangan berikan instruksi hanya secara verbal mengenai obat high alert
Instruksi dokter di rekam medik harus mencantumkan minimal : .
o Nama pasien dan nomor rekam medis
o Tanggal dan waktu instruksi dibuat.
o Nama obat, dosis, rute pemberian, dan tanggal pemberian setiap obat
o Kecepatan dan atau durasi pemberian obat
2. Dokter harus menyertakan diagnosis, kondisi, dan indikasi penggunaan setiap obat
high alert secara tertulis di rekam medik
3. Obat high alert elektrolit konsentrat disimpan di Instalasi Farmasi dan Unit
Perawatan intensif ( ICU )
4. Penyimpanan obat high alert dipisahkan dengan obat obatan rutin lainnya
5. Tempat penyimpanan obat high alert diberi bingkai stiker wama merah dan
diberikan label yang jelas pada wadah obatnya
Contoh:
6. Setiap sediaan obat yang masuk kategori high alert diberikan label.
C. Tujuan:
Pengecekan ganda diperlukan sebelum memberikan obat high alert dan di saat
pelaporan pergantian jaga atau saat melakukan transfer pasien.
Sesaat sebelum memberikan obat, perawat mengecek nama pasien,
memberitahukan kepada pasien mengenai nama obat yang diberikan, dosis, dan
tujuannya (pasien dapat juga berperan sebagai pengecek, jika memungkinkan)
Pada situasi emergensi, dimana pelabelan dan prosedur pengecekan ganda dapat
menghambat / menunda penatalaksanaan dan berdampak negatif terhadap pasien,
perawat atau dokter pertama - tama harus menentukan dan memastikan bahwa kondisi
klinis pasien benar - benar bersifat emergensi dan perlu ditatalaksana segera
sedemikian rupa sehingga pengecekan ganda dapat ditunda. Petugas yang memberikan
obat harus menyebutkan dengan lantang semua terapi obat yang diberikan sebelum
memberikannya kepada pasien.
Obat yang tidak digunakan dikembalikan kepada Unit Pelayanan Farmasi, dan
dilakukan peninjauan ulang oleh petugas farmasi apakah terjadi kesalahan obat yang
belum diberikan dengan melihat dalam lembar resep.
Dosis ekstra yang digunakan ditinjau ulang oleh apoteker untuk mengetahui
indikasi penggunaan dosis ekstra.
LAS
A
7. Insulin
b. Prosedur Pemberian
1) Digunakan untuk pencegahan dan pengendalian terhadap seizure pada
toxemia pregnancy, nefritis akut, dan kondisi lainnya.
2) Rute pemberian secara intravena dan intramuscular.
3) Untuk injeksi intravena, sebaiknya menggunakan konsentrasi dibawah 20%,
laju injeksi tidak melebihi 1,5 ml dari larutan ekuivalen 10% per menit.
Untuk injeksi intramuscular, konsentrasi 25 atau 50% sesuai bagi dewasa
sedangkan pengenceran 20% diperlukan bagi bayi dan anak.
4) Administrasi larutan konsentrat dilakukan menggunakan infusion pump.
Alat-alat infus lainnya memerlukan perhatian khusus, seperti penghitungan
laju infus.
5) Larutan intravena diencerkan sampai 200 mg/ml.
6) Laju infus tidak lebih dari 150 mg/menit kecuali kepada severe eclampsia.
c. Labeling
Label tambahan yang perlu diberikan pada kemasan magnesium sulfat :
High Alert Drug
Encerkan sebelum penggunaan (Dilute Before Use)
Label ditulis menggunakan warna mencolok misalnya merah.
Sering terjadi kesalahan dalam membedakan antara MS / MSO4 untuk morfin
sulfat, dengan MgSO4 untuk magnesium sulfat sehingga terdapat larangan
penyingkatan morfin maupun magnesium.
d. Penyimpanan
Injeksi magnesium sulfat disimpan pada suhu ruang dan terlindung dari suhu
40°C dan terhindar dari proses pembekuan. Proses refrigerasi ampuls dapat
mencegah presipitasi dan kristalisasi. Penyimpanan high alert drug seperti
magnesium sulfat dipastikan berada pada tempat yang tidak mudah untuk
dijangkau dengan discrtai informasi aturan penggunaan dan pengadministrasian.
Pada konsentrasi 40 g/L dalam 5% dekstrosa dalam air, magnesium sulfat stabil
selama 60 hari pada suhu 0°C.
e. Monitoring (Pemantauan)
b. Penyimpanan
Simpan pada suhu 15-30°C (59-86°F); batas yang diperbolehkan sampai 40°C
(104°F). Jangan disimpan di freezer.
c. Toksisitis dan overdosis
Pemberian yang berlebihan dan terlalu cepat bisa menyebabkan alkalosis
dengan hiperiritabilitas atau tetanus.
Dalam alkalosis, infus yang tidak dilanjutkan dan menyediakan perawatan
menurut derajat alkalosis, seperti pemberian I.V. terhadap larutan saline
untuk injeksi. Penggunaannya saat dipesan dan dibutuhkan, berikan KCl
untuk hipokalemia, Kalsium glukonat untuk hiperiritabilitas atau tetanus,
dan agen pengasam (seperti ammonium klorida) untuk alkalosis berat.
d. Prinsip terapi biknat
Tidak memberikan secara cepat melalui intravena kecuali kasus cordio
pulmonary resuscitation (CPR)
Diberikan sampai pH 7,25
Konsentrasi bikarbonat dalam serum harus mencapai 15 mEq/L jika pasien.
tidak dapat mencapai pCO2< 35 mmHg.
Diberikan secara perlahan-perlahan yaitu 1/2 dari total defisit pada 1 jam
pertama jika pH kurang dari 7,15 dan selanjutnya diberi 2-3 jam berikutnya.
Hal ini karena asam laktat sebagai produksi dari koreksi akan
dimetabolisme menjadi bikarbonat setelah direhidrasi dan diberi oksigen
serta glukosa. Dilakukan pemeriksaan analisa gas darah secara serial.
Pengobatan yang paling baik untuk asidosis adalah mengoreksi keadaan
yang menyebabkan kelainan, seringkali pengobatan ini menjadi sulit
terutama pada penyakit kronis yang menyebabkan gangguan fungsi paru
atau gagal ginjal. Untuk menetralkan kelebihan asam sejumlah besar
natrium bikarbonat dapat diserap melalui mulut. Natrium bikarbonat
diabsorbsi dari traktus gastroinstestinal ke dalam darah dan meningkatkan
bagian bikarbonat pada sistem penyangga bikarbonat sehingga
DOKUMENTASI