Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN PENGELOLAAN OBAT HAM

PUSKESMAS WIRADESA

DINAS KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN

Panduan PengelolaanObat HAM dan LASA 1


Panduan Pengelolaan Obat HAM dan LASA 14
BAB I
DEFINISI

Obat high alert adalah obat yang persentasenya tinggi dalam menyebabkan
terjadinya kesalahan dan atau kejadian sentinel, obat yang beresiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan. Meskipun laporan kejadian kesalahan penggunaan obat
tidak banyak terjadi, namun konsekuensi terjadinya kesalahan lebih membahayakan
terhadap pasien.
Obat high alert memiliki resiko lebih tinggi menyebabkan cedera, baik karena
sempitnya rentang terapeutik maupun tingginya angka kejadian kesalahan yang serius.
Obat high alert memiliki resiko yang lebih tinggi dalam menyebabkan komplikasi, efek
samping, atau bahaya. Hal ini dapat dikarenakan adanya rentang dosis terapeutik dan
keamanan yang sempit atau karena insidens yang tinggi akan terjadinya kesalahan. Obat
LASA (Look alike sound alike) adalah obat yang mempunyai nama mirip, tampak mirip,
atau ucapan mirip dengan obat yang lain.
Metode untuk meminimalisasi kesalahan ini meliputi beberapa strategi seperti:
a. Menyediakan akses informasi mengenai obat high alert
b. Membatasi akses terhadap obat high alert
c. Memberikan label khusus untuk obat high alert
d. Menstandarisasi prosedur instruksi peresepan, penyimpanan, persiapan,dan
pemberian obat high alert
e. Melakukan prosedur pengecekan ganda untuk obat high alert
Obat- obatan jenis baru dan informasi keselamatan tambahan lainnya akan ditinjau
ulang dalam audit dan revisi obat high alert oleh Komite Farmasi dan Terapi. Obat -
obatan yang termasuk dalam kategori obat high alert :
Tabel Obat - Obatan Dalam Kategori Obat high alert
NO NAMA GENERIK BENTUK NAMA DAGANG KEKUATAN KETERANGAN
1 EPINEPHRINE INJEKSI EPINEPHRIN 0,1 %
2 NOREPINEPHRINE INJEKSI LEVOSOL, 1 mg/ml
NOREPINEPHRINE
3 DOPAMIN INJEKSI UDOPA 40 mg/ml AGONIS
ADRENERGIC
4 DOBUTAMIN INJEKSI INODEX, DOBURAN 50 mg/ml
6 PROPRANOLOL TABLET PROPRANOLOL 10 mg ANTAGONIS
ADRENERGIK
7 BUPIVACAIN INJEKSI DECAIN
VOPICAIN
SPICA
BUNASCAN 0,5 %

8 PROPOFOL INJEKSI FRESOFOL, 10 mg/ml


RECOFOL
9 SEVOFLURANE BOTOL SOJOURN, SEFODEX 250 ml AGEN ANASTESI

Panduan PengelolaanObat HAM dan LASA 2


10 LIDOCAIN HCL 20 INJEKSI PEHACAIN 2 ml/amp
mg + ADRENALIN
12,5 mcg
11 LIDOCAIN HCL INJEKSI LIDOCAIN HCL 2%
12 AMIODARONE INJEKSI AMIODARONE, 50 mg/ml ANTI ARITMIA
CORDARONE
13 FONDAPARINUX INJEKSI ARIXTRA 2,5mg/0,5 ml
14 HEPARIN Na INJEKSI INVICLOT, 5000 IU/ml ANTITROMBOLIT
IK

16 INSULIN INJEKSI NOVORAPID 100 IU/ml INSULIN


REGULAR
LEVEMIR 100 IU/ml

NOVOMIX 30 100 IU/ml


LANTUS 100 IU/ml
17 MIDAZOLAM INJEKSI DORMICUM, 5 mg/ml AGEN SEDASI
SEDACUM & 1 mg/ml MODERATE/SED
ANG IV
18 FENTANYL INJEKSI FENTANYL 0,05 mg/ml
19 MORFINA HCL INJEKSI MORFINA HCl KF 10 mg/ml
20 MORFINA HCL TABLET MST 10 mg, 15 mg
21 FENTANYL PATCH DUROGESIC 25µG/h ANALGETIKA
NARKOTIKA
22 PETHIDIN INJEKSI PETHIDIN KF 50 mg/ml
23 CODEIN TABLET CODEIN KF 10 mg
24 ROCURONIUM INJEKSI ROCULAX, 50 mg/ml AGEN BLOK
ROCURONIUM NEUROMUSCUL
AR
25 KCl INJEKSI KCl OTSU 7,46% ELEKTROLIT
26 NaCl INFUS NaCl 3% KONSENTRATE
27 DEXTROSE INJEKSI DEXTROSE OTSU 40% NUTRISI
PARENTERAL

Panduan Pengelolaan Obat HAM dan LASA 14


BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan obat high alert ini melingkupi seluruh pimpinan dan staf Puskesmas
Wiradesa, untuk meningkatkan kewaspadaan akan obat high alert dan meningkatkan
keselamatan pasien. Seluruh pimpinan dan staf Puskesmas Wiradesa harus memiliki
komitmen untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan kualitas tinggi dan
meminimalisasi terjadinya kesalahan-kesalahan medis dan menurunkan potensi resiko
terhadap pasien.

Panduan Pengelolaan Obat HAM dan LASA 14


BAB III
TATA LAKSANA

A. Prinsip
1. Kurangi atau eliminasi kemungkinan terjadinya kesalahan
2. Lakukan pengecekan ganda
3. Minimalisasi konsekuensi kesalahan
4. Pisahkan obat - obatan dengan nama atau label yang mirip (sesuai penyimpanan
obat LASA)
5. Minimalisasi instruksi verbal dan hindarkan penggunaan singkatan
6. Batasi akses terhadap obat high alert
7. Gunakan tabel dosis standar (daripada menggunakan dosis perhitungan berdasarkan
berat badan , dimana rentan terjadi kesalahan)

B. Prosedur
1. Lakukan prosedur dengan aman dan hati-hati selama memberikan instruksi,
mempersiapkan, memberikan obat, dan menyimpan obat high alert.
 Jangan berikan instruksi hanya secara verbal mengenai obat high alert
 Instruksi dokter di rekam medik harus mencantumkan minimal : .
o Nama pasien dan nomor rekam medis
o Tanggal dan waktu instruksi dibuat.
o Nama obat, dosis, rute pemberian, dan tanggal pemberian setiap obat
o Kecepatan dan atau durasi pemberian obat
2. Dokter harus menyertakan diagnosis, kondisi, dan indikasi penggunaan setiap obat
high alert secara tertulis di rekam medik
3. Obat high alert elektrolit konsentrat disimpan di Instalasi Farmasi dan Unit
Perawatan intensif ( ICU )
4. Penyimpanan obat high alert dipisahkan dengan obat obatan rutin lainnya
5. Tempat penyimpanan obat high alert diberi bingkai stiker wama merah dan
diberikan label yang jelas pada wadah obatnya

Contoh:

6. Setiap sediaan obat yang masuk kategori high alert diberikan label.

Panduan Pengelolaan Obat HAM dan LASA 14


Pengecekan Ganda Terhadap Obat high alert

C. Tujuan:
Pengecekan ganda diperlukan sebelum memberikan obat high alert dan di saat
pelaporan pergantian jaga atau saat melakukan transfer pasien.
Sesaat sebelum memberikan obat, perawat mengecek nama pasien,
memberitahukan kepada pasien mengenai nama obat yang diberikan, dosis, dan
tujuannya (pasien dapat juga berperan sebagai pengecek, jika memungkinkan)
Pada situasi emergensi, dimana pelabelan dan prosedur pengecekan ganda dapat
menghambat / menunda penatalaksanaan dan berdampak negatif terhadap pasien,
perawat atau dokter pertama - tama harus menentukan dan memastikan bahwa kondisi
klinis pasien benar - benar bersifat emergensi dan perlu ditatalaksana segera
sedemikian rupa sehingga pengecekan ganda dapat ditunda. Petugas yang memberikan
obat harus menyebutkan dengan lantang semua terapi obat yang diberikan sebelum
memberikannya kepada pasien.
Obat yang tidak digunakan dikembalikan kepada Unit Pelayanan Farmasi, dan
dilakukan peninjauan ulang oleh petugas farmasi apakah terjadi kesalahan obat yang
belum diberikan dengan melihat dalam lembar resep.
Dosis ekstra yang digunakan ditinjau ulang oleh apoteker untuk mengetahui
indikasi penggunaan dosis ekstra.

D. Pengelolaan obat yang masuk kategori LASA


1. Ketentuan penyimpanan obat LASA di Unit Pelayanan Farmasi atau di ruangan
rawat inap :
 Pada tempat penyimpanan disertai label peringatan, contoh:

LAS
A

 Obat yang mirip satu sama lain ditempatkan terpisah


 Diberi label obat pada tempat penyimpanan dengan menggunakan kriteria Tall
Man Leters
2. Pelayanan obat LASA
 Double check saat mengambil obat pada tempatnya
 Double check saat akan menyerahkan kepada pasien/keluarga,dokter atau
perawat
 Double check oleh perawat saat menerima obat dari Unit Pelayanan Farmasi

Panduan Pengelolaan Obat HAM dan LASA 14


3. Pemberian Obat LASA kepada pasien
 Double check saat perawat mengambil obat
 Double check saat akan diberikan kepada pasien
4. Bila terjadi kesalahan pemberian obat terkait kasus KTD/KNC, petugas kesehatan
wajib melaporkan kepada Tim Keselamatan Pasien Puskesmas

E. Cara Pemberian Obat High Alert

1. Konsentrat elektrolit: injeksi NaCl > 0,9% dan injeksi KCl


a. Injeksi NaCl > 0,9%
 Injeksi NaCl > 0,9% diberikan dengan lambat intra vena central <
100ml/jam
 Standar konsentrasi pemberian infuse NaCl: maksimal 3% dalam 500 ml
 Penyimpanan pada suhu kamar
 Inkompatibilitas : dengan manitol dapat terbentuk endapan
b. Injeksi KCl
 KCl 7,46mg dalam 25 mh mengandung K+ 1 meq/ ml dan Cl 1 meq/ml
 Jika KCl diinjeksi terlalu cepat (misalnya pada kecepatan melebihi 10
mEq/jam) atau dengan dosis yang terlalu tinggi, dapat menyebabkan gagal
jantung
 KCl tidak boleh diberikan sebagai IVpush / bolus
 Semua injeksi KCl harus diberikan via pompa
 Injeksi KCl tidak boleh diberikan secara multiple atau bersamaan (misal:
tidak boleh memberikan injeksi KCl sementara pasien sedang mendapat
infuse KCl dijalur IV lainnya)
 Diperbolehkan untuk melakukan substitusi dari KCl oral menjadi KCl intra
vena, jika diperlukan
c. Pelarut yang kompatibel :
 NaCl 0,9%, larutan stabil selama 24 jam
 NaCl 0,45%, larutan stabil selama 24 jam
 RL, larutan stabil selama 24 jam
 Penyimpanan : dalam suhu kamar
d. Inta vena perifer : maksimum konsentrasi 10mEq/ 100ml (0,1 mEq/ml) dengan
kecepatan maksimal 10 mEq/jam (anak 0,5 mEq/kgBB/jam)
e. Intra vena central: maksimum konsentrasi 20 mEq/100ml dengan kecepatan
maksimum 20 mEq/ jam
ECG monitoring diperlukan jika kecepatan > 0,5 mEq/kgBB/jam pada anak
dan 10 mEq/jam pada dewasa

Panduan Pengelolaan Obat HAM dan LASA 14


2. Agonis adrenergic (Epinephrin, Norepinephrin, Dopamine, Dobutamin)
a. lnstruksi medikasi harus meliputi 'kecepatan awal'
b. Saat titrasi obat, haruslah meliputi parameternya
c. Dosis sediaan :
 Epinefrin : 1 mg/ 1 ml
 Norepinefrin : 1 mg/ml dan 4mg/4ml
 Dopamin : 40 mg/ml
 Dobutamin : 50 mg/ml
 Digoksin : 0,25 mg/ml
d. Pada kondisi klinis dimana diperlukan rekonstitusi, spuit atau botol infuse harus
diberi label
e. Gunakan monitor kardiovaskular pada semua pasien dengan pemasangan vena
sentral
f. Tata cara pemberian Fentanyl
 Kekuatan sediaan : 500 mcg/10 ml
 Dapat diberikan Intravena bolus dalam waktu 2 menit
 Stabil pada suhu kamar selama 24 jam
g. Tanyakan kepada semua pasien yang menerima opiate mengenai riwayat alergi

3. Narkotika injeksi (Morfin, Petidin, Fentanil)


a. Narkotika injeksi (morfin, petidin, fentanil) harus disimpan dalam lemari
penyimpanan yang terkunci di Unit Pelayanan Farmasi
b. Tata cara pemberian morfin
 Kekuatan sediaan: 10 mg/ml
 Untuk injeksi morfin bolus diberikan dengan konsentrasi 1-2mg/ml selama
4-5 menit, dengan pelarut NaCl atau Water For Injection
 Untuk infuse morfin diberikan dengan konsentrasi 0, 1, mg/ml, dengan
pelarut D5%
 Rekonstitusi stabil pada suhu kamar selama 24 jam
 Pastikan tersedia nalokson atau sejenisnya di semua area yang
menggunakan morfin
c. Tata cara pemberian pethidin
 Kekuatan sediaan: 100mg/2ml
 Intra vena bolus pelan dengan konsentrasi 10mg/ml, pelarut yang digunakan
NaCl atau D5%
 Rekonstitusi stabil pada suhu kamar selama 24 jam

Panduan Pengelolaan Obat HAM dan LASA 14


d. Tata cara pemberian Fentanyl
 Kekuatan sediaan : 500 mcg/ 10ml
 Dapat diberikan Intra vena bolus dalam waktu 2 menit
 Stabil pada suhu kamar selama 24 jam
e. Tanyakan kepada semua pasien yang menerima opiate mengenai riwayat alergi

4. Obat-obat sedatif injeksi (Midazolam)


a. Kekuatan sediaan
 5mg/5ml
 15mg/3ml
b. Midazolam mencapai efek puncak: 5-10 menit
c. Dapat diberikan secara :
 Intramuscular
 Intravena bolus, dengan konsentrasi 1mg/ml pelarut NaCl atau D5%,
kecepatan pemberian 2-5 menit
 Intravena infuse, dengan pelarut NaCl atau D5%
d. Stabilitas rekonstitusi : 24 jam pada suhu kamar
e. Lakukan monitor selama pemberian obat (oksimetri denyut, tanda vital, tersedia
peralatan resusitasi)

5. Anaestesi injeksi (Propofol)


a. Kekuatan sediaan : 10 mg/ ml
b. Propofol dapat diberikan secara intravena bolus atau intravena infuse, dengan
pelarut NS atau D5%
c. Rekonstitusi stabil 6 jam pada suhu lemari pendingin

6. Anti Koagulan intravena (Heparin)


a. Protokol standar indikasi adalah untuk thrombosis vena dalam (Deep Vein
Trombosis - DVT), sakit jantung, stroke, dan ultra-filtrasi
b. Singkatan 'u' untuk 'unit' tidak diperbolehkan. Jangan menggunakan singkatan
c. Kekuatan sediaan : 25000 mg/ 5ml
d. Tidak boleh diberikan secara intramuscular
e. Standar konsentrasi obat untuk infuse kontinu Heparin 25.000 unit/500 ml
dekstrosa 5% (setara dengan 50 unit/ ml), gunakan pompa infuse
f. Rekonstitusi stabil 4 hari disimpan pada suhu kamar atau lemari pendingin,
tidak boleh digunakan bila terjadi perubahan warna dan endapan.

7. Insulin

Panduan Pengelolaan Obat HAM dan LASA 14


a. Singkatan 'u' untuk 'unit' tidak diperbolehkan. Jangan menggunakan singkatan
b. Insulin dapat diberikan secara sub cutan atau intravena infuse (kecuali lantus
dan levemir)
c. Infuse insulin: konsentrasi standar = 0,1-1 unit/ml, dengan kecepatan 0,1-0,14
unit/kgBB/jam, pelarut yang digunakan NS atau D5%
d. Vial insulin yang telah dibuka memiliki waktu kadaluarsa dalam 30 hari setelah
dibuka
e. Insulin yang dilarutkan stabil selama 24 jam pada suhu kamar
f. Vial insulin atau infuse yang mengandung insulin disimpan pada tempat
terpisah di dalam kulkas dan diberi label sebagai berikut:
g. Jangan pernah menyiapkan insulin dengan dosis U 100 didalam spuit 1 cc, selalu
gunakan spuit insulin (khusus).
h. Perawat harus memberitahukan kepada pasien bahwa mereka akan diberikan
suntikan insulin.

8. Magnesium Sulfat Injeksi


a. Rekonstitusi
Diluen yang dapat digunakan untuk melakukan proses rekontitusi magnesium
sulfat yaitu D5W (5% Dextrose in Water) dan NS (Normal Saline).
Prepare pengenceran standar dilakukan sesuai perbandingan sebagai berikut :

Jumlah Obat Volume Infus Durasi Infus


1 gram 50 ml 30 menit
2 gram 100 ml 60 menit
3 gram 100 ml 2 jam
4 gram 250 ml 3 jam

Magnesium sulfat memiliki inkompatibilitas terhadap :


 Alcohol (dosis tinggi)  Natrium suksinat
 Alkali karbonat dan hidrokortison
bikarbonat  Posfat
 Alkali hidroksida  Polymixin B sulfat
 Arsenat  Prokain hidroklorida
 Barium  Salisilat
 Clindamicyn fosfat  Stronsium
 Kalsium  Tartat
 Logam berat

Panduan Pengelolaan Obat HAM dan LASA 14


Magnesium dapat menurunkan aktivitas antibiotic dari Strptomycin,
Tetrasiklin, dan Tobramycin pada penggunaan bersamaan.

b. Prosedur Pemberian
1) Digunakan untuk pencegahan dan pengendalian terhadap seizure pada
toxemia pregnancy, nefritis akut, dan kondisi lainnya.
2) Rute pemberian secara intravena dan intramuscular.
3) Untuk injeksi intravena, sebaiknya menggunakan konsentrasi dibawah 20%,
laju injeksi tidak melebihi 1,5 ml dari larutan ekuivalen 10% per menit.
Untuk injeksi intramuscular, konsentrasi 25 atau 50% sesuai bagi dewasa
sedangkan pengenceran 20% diperlukan bagi bayi dan anak.
4) Administrasi larutan konsentrat dilakukan menggunakan infusion pump.
Alat-alat infus lainnya memerlukan perhatian khusus, seperti penghitungan
laju infus.
5) Larutan intravena diencerkan sampai 200 mg/ml.
6) Laju infus tidak lebih dari 150 mg/menit kecuali kepada severe eclampsia.

c. Labeling
Label tambahan yang perlu diberikan pada kemasan magnesium sulfat :
 High Alert Drug
 Encerkan sebelum penggunaan (Dilute Before Use)
Label ditulis menggunakan warna mencolok misalnya merah.
Sering terjadi kesalahan dalam membedakan antara MS / MSO4 untuk morfin
sulfat, dengan MgSO4 untuk magnesium sulfat sehingga terdapat larangan
penyingkatan morfin maupun magnesium.

d. Penyimpanan
Injeksi magnesium sulfat disimpan pada suhu ruang dan terlindung dari suhu
40°C dan terhindar dari proses pembekuan. Proses refrigerasi ampuls dapat
mencegah presipitasi dan kristalisasi. Penyimpanan high alert drug seperti
magnesium sulfat dipastikan berada pada tempat yang tidak mudah untuk
dijangkau dengan discrtai informasi aturan penggunaan dan pengadministrasian.
Pada konsentrasi 40 g/L dalam 5% dekstrosa dalam air, magnesium sulfat stabil
selama 60 hari pada suhu 0°C.

e. Monitoring (Pemantauan)

Panduan Pengelolaan Obat HAM dan LASA 14


1) Penggunaan konsentrat elektrolit memerlukan perhatian khusus, termasuk
persyaratan permintaan yang terbatas dan perlunya penyimpanan serta
dokumentasi yang jelas.
2) Membutuhkan protokol khusus dalam penggunaan magnesium sulfat.
3) Check dan recheck dilakukan khususnya pada penghitungan dosis dengan
memperhatikan dosis maksimum sehari.
4) Perlu pengawasan khusus oleh petugas medis, terutama pada 1 jam pertama
pemberian magnesium sulfat.

9. Natrium Bikarbonat Injeksi


Kategori Risiko Kehamilan : C
Nama dagang : Meylon
a. Pemberian
Preparasi
 Mengukur level elektrolit
Pengukuran dan kompaktibilitas
 Untuk infus 1.V. larutkan dengan dilute WFI steril, larutan saline normal,
D5W atau pelarut I.V. lainnya dengan konsentrasi yang sesuai, tergantung
kondisi pasien dan peralatan.
 Menggunakan larutan hanya jika bening
 Jangan dicampurkan dengan obat lain
Perhatian Infusi
Pemberian melalui infus I.V. perlahan pada laju yang telah ditetapkan,
dengan dikontrol mcnggunakan alat khusus.
 Pada anak-anak, jangan diberikan lebih dad 8 mEq/kglhari.
 Hindari infusi langsung, yang bisa menyebabkan tetanus; pada anakanak hal
itu dapat menurunkan tekanan cairan serebrospinal dan dapat menyebabkan
hemoragi intrakranial.
 Jangan diberikan bersamaan ketika pasien dalam penggunaan kalsium atau
katekolamin (seperti norepineprin, dobutamin atau doparnin). Jika pasien
sedang dalam penggunaan obat-obat tersebut, flush I.V. line dengan cermat
setelah pemberian tiap dosis obat tersebut untuk mencegah kontak antara
obat-obat tersebut dengan natrium.
Monitoring
 Monitor level elektrolit dan hasil gas darah.
 Siaga pada tanda dan gejala ketidakseimbangan elektrolit dan alkalosis
metabolik.
 Monitor cairan intake dan output. Asses untuk keleihan cairan.

Panduan Pengelolaan Obat HAM dan LASA 14


 Perhatikan terjadinya inflamasi pada wilayah I.V.
Pengukuran Nilai Normal (arteri)
pH (rentang) 7,4 (7,36-7,44)
pO2 (mmHg) (turun sesuai usia) 80-100
pCO2 (mmHg) 36-44
SaO2 (turun sesuai usia) >95
HCO3 (mEq/L) 22-26
BE -2 s.d +2

b. Penyimpanan
Simpan pada suhu 15-30°C (59-86°F); batas yang diperbolehkan sampai 40°C
(104°F). Jangan disimpan di freezer.
c. Toksisitis dan overdosis
 Pemberian yang berlebihan dan terlalu cepat bisa menyebabkan alkalosis
dengan hiperiritabilitas atau tetanus.
 Dalam alkalosis, infus yang tidak dilanjutkan dan menyediakan perawatan
menurut derajat alkalosis, seperti pemberian I.V. terhadap larutan saline
untuk injeksi. Penggunaannya saat dipesan dan dibutuhkan, berikan KCl
untuk hipokalemia, Kalsium glukonat untuk hiperiritabilitas atau tetanus,
dan agen pengasam (seperti ammonium klorida) untuk alkalosis berat.
d. Prinsip terapi biknat
 Tidak memberikan secara cepat melalui intravena kecuali kasus cordio
pulmonary resuscitation (CPR)
 Diberikan sampai pH 7,25
Konsentrasi bikarbonat dalam serum harus mencapai 15 mEq/L jika pasien.
tidak dapat mencapai pCO2< 35 mmHg.
 Diberikan secara perlahan-perlahan yaitu 1/2 dari total defisit pada 1 jam
pertama jika pH kurang dari 7,15 dan selanjutnya diberi 2-3 jam berikutnya.
 Hal ini karena asam laktat sebagai produksi dari koreksi akan
dimetabolisme menjadi bikarbonat setelah direhidrasi dan diberi oksigen
serta glukosa. Dilakukan pemeriksaan analisa gas darah secara serial.
Pengobatan yang paling baik untuk asidosis adalah mengoreksi keadaan
yang menyebabkan kelainan, seringkali pengobatan ini menjadi sulit
terutama pada penyakit kronis yang menyebabkan gangguan fungsi paru
atau gagal ginjal. Untuk menetralkan kelebihan asam sejumlah besar
natrium bikarbonat dapat diserap melalui mulut. Natrium bikarbonat
diabsorbsi dari traktus gastroinstestinal ke dalam darah dan meningkatkan
bagian bikarbonat pada sistem penyangga bikarbonat sehingga

Panduan Pengelolaan Obat HAM dan LASA 14


meningkatkan pH menuju normal. Natrium bikarbonat dapat juga diberikan
secara intravena. Untuk pengobatan asidosis respiratorik dapat diberikan O2
dan juga obat-obatan yang bersifat bronkodilator.

Panduan Pengelolaan Obat HAM dan LASA 14


BAB IV

DOKUMENTASI

A. Pelaporan Insiden / Kejadian Obat-obatan High Alert Yang Tidak Berlabel.


1. Setiap petugas yang menemukan adanya obat High Alert yang tidak berlabel harus
segera melapor kepada lnstalasi Farmasi / Depo Farmasi. Kemudian petugas
farmasi menempelkan sticker High Alert.
2. Petugas harus memberikan laporan kepada atasan langsung mengenai obat High
Alert yang tidak berlabel untuk dilaporkan ke PMKP sebagai bahan evaluasi.
3. Contoh kesalahan yang dapat terjadi adalah :
a. Menemukan obat High Alert tidak berlabel.
b. Menemukan obat Elektrolit Pekat berada di ruang tindakan.
c. Kesalahan tulisan dokter tidak terbaca.
d. Kesalahan pengambilan obat LASA
e. Kesalahan memberikan obat kepada pasien dengan nama sama.
4. Kesalahan juga termasuk insiden yang terjadi akibat adanya kesalahan pemberian
obat dengan atau tanpa menimbulkan bahaya, dan juga insiden yang hampir terjadi
dimana kesalahan terdeteksi sebelum obat diminum oleh pasien.
5. Beberapa penyebab umum terjadinya kesalahan pemberian obat :
a. Kesalahan pada resep tidak terbaca.
1) Salah memberikan etiket obat.
2) Kesalahan mengambil LASA
3) Kesalahan mengisi obat karena salah nama atau Nomor Rekam Medis.
4) Penulisan aturan pemakaian dari dokter tidak terbaca.
5) Pemberian obat oleh perawat baru atau peserta didik yang tidak diorientasi.
b. Kesulitan komunikasi.
1) Hambatan akibat tidak ditulis Alamat atau Alamat pasien tidak jelas.
2) Kegagalan untuk pemeriksaan kembali obat sebelum diserahkan kepada
pasien.
3) Kurangnya pelayanan informasi obat kepada pasien.
6. Jika terjadi insiden akibat kesalahan pemberian obat, dilakukan hal berikut ini :
a. Pastikan keamanan dan keselamatan pasien.
b. Pastikan bahwa tindakan pencegahan cedera telah dilakukan.
c. Jika suatu prosedur telah dilakukan pada pasien yang salah atau dilakukan di
tempat yang salah, para pegawai harus memastikan bahwa langkah-langkah
yang penting telah diarnbil untuk melakukan prosedur yang tepat pada pasien
yang tepat.

Panduan Pengelolaan Obat HAM dan LASA 14


B. Revisi dan Audit
1. Kebijakan ini akan dikaji ulang dalam kurun waktu 2 tahun.
2. Rencana audit akan disusun dengan berkoordinasi dengan Panitia Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP), dan dilaksanakan dalam waktu 6 bulan
setelah implementasi kebijakan. Audit klinis ini meliputi :
a. Jumlah persentase obat-obatan High Alert yang telah diberi label.
b. Pastikan Elektrolit pekat tidak boleh berada di unit pelayanan pasien.
c. Alasan mengapa obat High Alert tidak diberi label.
d. Insiden yang terjadi dan berhubungan dengan obat-obat High Alert.
3. Setiap pelaporan insiden yang berhubungan dengan penanganan obat-obatan yang
perlu diwaspadai akan dipantau dan ditindaklanjuti saat dilakukan revisi kebijakan.

Panduan Pengelolaan Obat HAM dan LASA 14

Anda mungkin juga menyukai