Pengaruh Transformational Leadership Terhadap Creative Process Engagement Yang Dimediasi Oleh Creative Self-Efficacy Dan Intrinsic Motivation New
Pengaruh Transformational Leadership Terhadap Creative Process Engagement Yang Dimediasi Oleh Creative Self-Efficacy Dan Intrinsic Motivation New
TESIS
Oleh :
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2020
THE INFLUENCE OF TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP
ON CREATIVE PROCESS ENGAGEMENT MEDIATED BY
CREATIVE SELF-EFFICACY AND INTRINSIC
MOTIVATION ON EMPLOYEE OF PT ASURANSI ALLIANZ
LIFE INDONESIA
THESIS
SUBMITTED IN PARTIAL
REQUIREMENTS FOR THE AWARD OF
MAGISTER MANAGEMENT
Submitted by :
POSTGRADUATE PROGRAM
TRISAKTI UNIVERSITY
JAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Sektor keuangan sangatlah dibutuhkan bagi perekonomian suatu negara. Hal ini
disebabkan oleh sektor keuangan yang menjadi jembatan penghubung antara pihak
yang kelebihan dengam pihak yang kekurangan dana. Hal tersebut akan sangat
berdampak pada kinerja perekonomian (Mishkin, 2004: 7). Jika sektor keuangan di
suatu negara berjalan dengan baik, maka tumpukan dana yang tak terpakai pada
pihak yang kelebihan dana dapat memenuhi kebutuhan investasi serta konsumsi
Pada ibeberapa ipenelitian, iditemukan ibahwa ialiran idana itidak ilangsung imelalui
iberbagai ilembaga ikeuangan inon ibank isama ipentingnya idalam iperekonomian ijika
idibandingkan dengan aliran dana ilangsung imelalui ipasar ikeuangan i(Mishkin, i2004:
i171). iBank, iperusahaan iasuransi, idana ipensiun, idan ireksadana imemiliki iperan
inon ibank iyang imemiliki iperan iyang icukup ipenting idalam isistem iperekonomian idi
iIndonesia iadalah iasuransi. iIndustri iasuransi imemiliki ipangsa ipasar iterbesar ikedua
isetelah iperbankan idan imemiliki ipangsa ipasar iterbesar idalam iindustri ilembaga
ikeuangan inon ibank i(Bank iIndonesia, i2010: i23). iSelain iitu iindustri iasuransi ijuga
imelalui ipemupukan idana ijangka ipanjang idalam ijumlah ibesar, iyang iselanjutnya
premi industri asuransi hanya mencapai angka 9%. Masih kalah jika dibandingkan
asuransi agar para karyawan yang bekerja di perusahaan asuransi dapat membantu
perusahaan asuransi jiwa yang memiliki premi bruto Rp. 5 Triliun ke atas serta
perusahaan asuransi jiwa lainnya di Indonesia yang dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Tabel 1.1
Perusahaan Asuransi Jiwa Berpremi Bruto > Rp. 5 Triliun pada tahun 2020
5 AIA Financial
6 Indolife Pensiontama
Sumber: infobanknews.com
Dari data diatas Asuransi Allianz Life Indonesia menempati peringkat kedua
berdasarkan jumlah premi bruto sampai dengan akhir kuartal 3 tahun ini dan dapat
harus menghadapi berbagai macam tantangan, sama halnya seperti yang dialami
oleh seluruh sektor di industri perbankan. Terkadang para karyawan tidak diminta
oleh para atasan mereka untuk merasa khawatir mengenai hasil buruk dari perilaku
potensi mereka. Dalam kasus seperti itu, karyawan tidak dihimbau mengenai
beresiko, tidak jelas, dan kurang terstruktur (Afsar dan Masood, 2018).
sehingga perusahaan harus mampu menghindari resiko yang akan timbul dari suatu
pekerjaan.
Dalam keadaan seperti ini perilaku inovatif pada setiap perusahaan adalah sesuatu
hal yang vital untuk menyadari keunggulan kompetitif agar dapat mengalahkan
para pesaing (Khalili, 2017), beberapa penelitian juga menemukan bahwa inovasi,
diwariskan maupun dilahirkan oleh para karyawan adalah kesempatan yang paling
berharga bagi perusahaan agar dapat bertahan pada lingkungan bisnis yang
kompetitif (Fan et al., 2017). Namun, setiap inovasi membutuhkan creative process
psikologis mereka dalam bekerja (Azim et al., 2019). Keputusan seorang karyawan
untuk terlibat dalam tugas kreatif sangat bergantung pada tingkat kepercayaan diri
mereka dalam hal bakat kreatif mereka (Thundiyil et al., 2016). Sebagai contoh,
(Afsar dan Masood, 2018) dan (Jaiswal dan Dhar, 2015) telah mengkonfirmasi
yang dapat menstimulasi kapasitas kepercayaan diri kreatif karyawan dan memicu
karyawan dan memberi mereka kepercayaan diri untuk bekerja melebihi harapan”
Efikasi yang ada pada diri karyawan bukan hanya dalam mengetahui kapasitas kerja
pekerjaan yang diberikan, efikasi yang mengarah kepada kinerja kreatif disebut
baru, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada keterlibatan dalam pekerjaan-
pekerjaan kreatif (Jaiswal dan Dhar, 2015; Mittal dan Dhar, 2015).
Selain creative self-efficacy, salah satu faktor yang dapat memicu tingginya creative
berkontribusi pada perilaku kerja yang inovatif karena mereka merasa memegang
asuransi jiwa terbaik di indonesia. Dari sumber tersebut Allianz Life Indonesia
premi bruto sampai dengan akhir kuartal 3 tahun ini. iOleh ikarena iitu, ipeneliti
ileadership iterhadap icreative iprocess iengagement iyang idimediasi ioleh icreative self
Allianz iGroup iadalah iperusahaan iasuransi idan imanajer iaset iterkemuka idi idunia
idengan i100 ijuta inasabah ipersonal idan iperusahaan. iNasabah iAllianz imendapatkan
imanfaat idari iberbagai ilayanan iasuransi ipersonal idan iperusahaan, imulai idari
iasuransi iproperti, ijiwa idan ikesehatan isampai ilayanan ibantuan iasuransi ikredit idan
iasuransi ibisnis isecara iglobal. iAllianz iadalah isalah isatu iinvestor iterbesar idi idunia
idengan idana ikelolaan inasabah iasuransi ilebih idari i650 imiliar iEuro isementara
iAllianz iGlobal iInvestors idan iPIMCO, isebagai imanajer iaset, imengelola i1,6 itriliun
iEuro iaset itambahan imilik ipihak iketiga. iBerkat iintegrasi isistematik iekologis idan
ikriteria isosial ipada iproses ibisnis idan ikeputusan iinvestasi, iAllianz imemegang
iposisi iterdepan iuntuk iperusahaan iasuransi idalam iDow iJones iSustaibility iIndex.
iPada itahun i2019, ilebih idari i147.000 ikaryawan idi ilebih idari i70 inegara imeraih itotal
ipendapatan i142,3 imiliar iEuro idan ilaba ioperasional isebesar i11,9 imiliar iEuro.
Allianz imemulai ibisnisnya idi iIndonesia idengan imembuka ikantor iperwakilan ipada
itahun i1981. iPada itahun i1989, iAllianz imendirikan iPT iAsuransi iAllianz iUtama
iasuransi ijiwa, ikesehatan idan idana ipensiun idengan imendirikan iPT iAsuransi
iAllianz iLife iIndonesia idi itahun i1996. iPada itahun i2006, iAllianz iUtama idan iAllianz
iLife imemulai ibisnis iasuransi isyariah. iKini iAllianz iIndonesia ididukung ioleh ilebih
idari i1.400 ikaryawan idan ilebih idari i20.000 itenaga ipemasar idan iditunjang i ioleh
ijaringan imitra iperbankan idan imitra idistiribusi ilainnya iuntuk imelayani ilebih idari i7
Indonesia?”.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang diungkapkan di atas maka tujuan dari
icreative iprocess iengagement ipada ikaryawan idi iPT iAsuransi iAllianz iLife
iIndonesia.
Manfaat Penelitian
engagement.
Batasan Penelitian
Batasan idalam ipenelitian iini iadalah ipertama, idimensi idan iitem ipengukuran iyang
idilakukan idalam ipenelitian iini ihanya imengacu ipada ipenelitian iyang itelah
idilakukan ioleh Buil et al. (2019). Kedua, sampel yang digunakan hanya karyawan
PT Asuransi Allianz Life Indonesia yang ada di Jakarta sehingga hasilnya tidak
TINJAUAN PUSTAKA
Transformational Leadership
kepemimpinan yang dapat menciptakan hubungan yang positif pada pimpinan dan
etika serta moral anggotanya dapat meningkat dalam bekerja. Eisenbeiß dan
dapat bekerja dengan lebih baik serta mendahulukan kepentingan bersama dalam
perusahaan dengan memberikan motivasi, inovasi, inspirasi dan tujuan yang tepat
dalam bekerja.
Dimensi-Dimensi Transformational Leadership
a. Idealized Influence
pimpinan tersebut. Pimpinan seperti ini akan sangat memikirkan apa yang
dibandingkan sekian banyak hal yang harus dilakukan oleh pimpinan dalam
b. Inspirational Motivation
menarik.
c. Intellectual stimulation
baru. Tidak pernah ada kritik maupun ejekan bagi karyawan yang berbuat
kesalaha. Solusi yang kreatif serta ide-ide baru selalu muncul untuk
d. Individualized Consideration
dapat membina karyawan ke suatu posisi, yang mana karyawan tersebut bisa
mengambil alih peran kepemimpinan dan bertindak di luar standar yang telah
karyawan tersebut untuk saling bertukan pikiran serta mencari solusi yang
Creative Self-Efficacy
Creative self-efficacy menurut Azim et al. (2019) adalah ketika seorang indivitu
tidak hanya mengetahui kapasitas kreatifitas mereka namun juga ketika individu
keadaan yang tepat. Thundiyil et al. (2016) menyatakan bahwa creative self-
efficacy adalah bentuk yang lebih spesifik dari self-efficacy, yaitu ketika karyawan
kreatifitas dan inovasi, melebihi pentingnya dukungan atasan. Jaiswal dan Dhar
sebuah pandangan terhadap diri sendiri yang mana seseorang tersebut memiliki
kemampuan untuk menghasilkan sesuatu hasil yang kreatif. Malik et al. (2015)
Dari pernyataan beberapa ahli di atas mengenai creative self-efficacy, maka dapat
semakin tinggi creative self-efficacy yang dimiliki oleh seorang karyawan maka ia
akan cenderung memobilisasi potensi kreatifnya menjadi hasil yang kreatif. Hsu et
proses inovasi, dan memiliki optimisme pada hasil yang menguntungkan, self-
karyawan dan perilaku yang terkait dengan inovasi, seperti memecahkan masalah.
Karena inovasi merupakan suatu upaya yang beresiko maka karyawan akan
menghadapi banyak resiko dalam proses inovasi. Malik et al. (2015) juga
creative self-efficacy yang tinggi akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi pada
untuk tampil secara kreatif serta percaya diri akan hasil dari usaha mereka. Harapan
positif dari hasil yang menguntungkan akan membuat serta membentuk perilaku
Intrinsic motivation menurut Tan et al. (2019) adalah sebagai dorongan untuk
terlibat dalam suatu aktivitas demi dirinya sendiri untuk mengalami kesenangan dan
kepuasan yang melekat dalam suatu aktivitas. Quigley dan Tymon (2006)
positif yang diraih dari pekerjaan, perasaan ini meningkatkan upada pada diri
karyawan yang membuat pekerjaan mereka terselesaikan. Maka dari itu, intrinsic
positif pada setiap individu. Leat dan El-Kot (2009) memberikan pengertian bahwa
individu agar dapat belajar dan mencari hal-hal yang baru dan menjadikannya
sebuah tantangan untuk melatih dan memperluas kinerja seseorang. Deci dan Ryan
didasarkan pada minat alami seseorang dalam berbagai aktivitas yang memberikan
pengalaman baru dan tantangan. Perilaku yang termotivasi secara intrinsik tidak
perasaan seseorang mengenai siapa mereka dan apa yang menarik minat mereka.
Tabel
disimpulkan bahwa intrinsic motivation adalah dorongan dan otivasi yang berasal
dari dalam diri individu yang berupa keinginan atau hasrat untuk melakukan suatu
pekerjaan dan tanggung jawab sehingga dapat menghasilkan kepuasan kerja yang
Teo et al. (2015) menyatakan bahwa intrinsic motivation memiliki tiga dimensi,
yaitu : (a) intrinsic motivation to know, (b) intrinsic motivation to accomplish, (c)
memahami sesuatu.
keterampilan yang dimiliki sehingga timbul rasa puas pada diri sendiri.
Motivasi untuk bisa hadir dalam suatu aktivitas yang dapat memunculkan
menganggap pekerjaan yang ia miliki saat ini sudah sangat menarik dan
menyenangkan. Teo et al. (2015) menyatakan bahwa konsekuensi dari tingginya
tingkat intrinsic motivation adalah timbulnya rasa positif yang diperoleh dari
sebagai keterlibatan emosional dan fisik karyawan dalam aktivitas yang sering kali
baru dan tidak biasa tetapi tetap memiliki peran terhadap tujuan organisasi. Du et
dalam metode ataupun proses yang berkaitan dengan kreativitas. Creative process
informasi, dan pembentukan ide. Zhang dan Bartol (2010) memberikan pengertian
Dari pernyataan beberapa ahli mengenai creative process engagement, maka dapat
fisik karyawan dalam proses kognitif yang berkaitan dengan kreativitas yang
Menurut Azim et al. (2019) konsekuensi dari creative process engagement adalah
semakin tinggi tingkat creative process engagement maka pemanfaatan bakat dan
bahwa creative process engagement berbeda dengan pemecahan masalah biasa dan
kepada masalah yang unik bukan masalah biasa, proses kreatif secara objektif selalu
dicari, diterjemah, digabungkan kemudian diatur ulang. Selain itu individu yang
memiliki creative process engagement yang tinggi cenderung lebih memiliki upaya
yang luar biasa dalam mengidentifikasi masaah, mencari informasi yang relevan,
serta mengeksplorasi kemungkinan, maka dari itu individu ini akan lebih cenderung
menghasilkan solusi yang baru dan berguna. Du et al. (2016) menjelaskan bahwa
pekerjaan lainnya, dan pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja dalam perannya.
serta energi.
Telaah hasil peneltian
Rerangka Konseptual
merupakan sebuah keterlibatan emosional dan fisik karyawan dalam proses kognitif
yang berkaitan dengan kreativitas yang meliputi tiga tahap yaitu, identifikasi
masalah.
Dalam meningkatkan creative process engagement, perusahaan dapat menerapkan
visi karyawan dan menumbuhkan rasa percaya serta kekaguman melalui dukungan
pekerjaan kepada cara baru untuk meraih tujuan yang lebih besar (Azim et al.,
2019). Selain itu perusahaan juga harus meningkatkan creative self-efficacy karena
semakin tinggi tingkat creative self-efficacy yang ada pada diri karyawan maka
kreatif serta individu dengan creative self-efficacy yang tinggi akan memiliki
kepercayaan diri yang tinggi pada kemampuannya untuk tampil secara kreatif,
individu ini menjadi sangat termotivasi untuk tampil secara kreatif serta percaya
diri akan hasil dari usaha mereka. Harapan positif dari hasil yang menguntungkan
sesuatu yang diharapkan (Jaiswal dan Dhar, 2015; Malik et al., 2015).
Selain kedua hal di atas perusahaan juga harus meningkatkan intrinsic motivation
karena akan menimbulkan rendahnya rasa jenuh serta rendahnya keinginan untuk
saat ini sudah sangat menarik dan menyenangkan sehingga keterlibatan emosional
Gambar 1
Rerangka Konseptual
kompetensi, penentuan jati diri, makna dan dampak ketika seseorang menjalankan
(Carmeli et al., 2014; Henker et al., 2015; To et al., 2015). Secara lebih spesifik,
karena kontribusi mereka sangat layak dan berdampak bagi perusahaan. Oleh
karena itu potensi penuh karyawan dapat dicapai dengan cara merubah aspirasi dan
nilai mereka menjadi lebih bermakna (Azim et al., 2019; Jauhari et al., 2017).
tingkat kompetensi mereka (Deci dan Ryan, 2010). Inti dari teori self-determination
mereka untuk menjadi kreatif (Azim et al., 2019). Dukungan dari transformational
memberikan dukungan dan feedback untuk terus berkembang dan sukses, dengan
engagement (Carmeli et al., 2014). Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang
engagement.
kepemimpinan yang efektif dan hubungan dengan tim kerja yang berkualitas dapat
pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku kreatif karyawan (Gu et al., 2017).
mereka untuk terlibat dalam tindakan kreatif (Braun et al., 2013; Kark et al., 2018).
2015). Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang akan diajukan adalah sebagai
berikut
kreativitas karyawan dengan mendorong mereka untuk menjadi kreatif, dan sebagai
pendukung yang dominan untuk keterlibatan karyawan dalam suatu proses kreatif
Karyawan dengan riwayat pencapaian pribadi yang baik mereka akan memiliki rasa
menghadapi permasalahan yang sulit dijelaskan (Huang et al., 2016). Hasil positif
hubungan yang dapat diterima antara creative self-efficacy dan creative process
sebagai berikut :
Zhang dan Bartol (2010) mengemukakan bahwa tingkat keterlibatan dalam suatu
pada suatu masalah dan memilih untuk sedikit terlibat dalam penyelesaiannya,
sebuah solusi mungkin akan menjadi itidak ikreatif idan itidak iberguna. iNamun idi isisi
isubstansial ipada isuatu imasalah idan imemilih iuntuk ilebih iterlibat idalam ipekerjaan
Mahmood et al, (2019) menunjukkan ibahwa ifungsi iutama idari iintrinsic imotivation
imereka, imereka iakan ilebih icenderung imencurahkan isemua iperhatian imereka ipada
motivation akan mempengaruhi sejauh mana seorang individu akan bertahan dalam
yang luar biasa dalam membangun keyakinan creative self-efficacy yang pada
akhirnya akan mengarahkan karyawan untuk terlibat dalam proses kreatif (Afsar
stimulation (Azim et al., 2019; Mittal dan Dhar, 2015; Wang et al., 2014).
Permasalahan yang dapat dijelaskan dengan baik akan sangat dibutuhkan agar dapat
timbul solusi kreatif, informasi yang tepat dan data yang relevan serta
tersebut (Azim et al., 2019). Karyawan dengan keyakinan yang baik akan
(Tierney dan Farmer, 2011). Dengan demikian, ada hubungan yang dapat diterima
2015). Selain itu, Zhang dan Bartol (2010) menemukan bahwa transformational
berkontribusi pada perilaku kerja yang inovatif, karena mereka merasa memegang
kendali dan menguasai aktivitas pekerjaan mereka. Hal tersebut juga dapat
Hemlin, 2012; Kark et al., 2018). Oleh karena itu, berdasarkan asumsi teoritis dan
METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian pada tesis ini bersifat uji hipotesis (hypothesis testing) yang bertujuan
engagement yang dimediasi oleh creative self-efficacy dan intrinsic motivation pada
Leadership.
intrinsic motivation.
iatau ilebih idalam isatu isituasi. iDalam ipenelitian iini iunit ianalisisnya iadalah iindividu,
iyaitu ipara ikaryawan iyang ibekerja idi iPT iAsuransi iAllianz iLife iIndonesia iyang
iakan idiminta ipenilaian idengan icara imengisi ikueisoner. iPada ipenelitian iini itingkat
iintervensinya iadalah iminimal, idi imana ipenelitian iini idilakukan idalam ikonteks
Variabel Penelitian
Variabel menurut Sekaran (2014) adalah isegala isesuatu iyang idapat imembedakan
iataupun imembawa ivariasi ipada inilai, iyang imana inilai ibisa ipada iwaktu iyang isama
iuntuk iobjek iyang iberbeda iatau iberbagai iwaktu ipada iobjek iyang isama. iDi idalam
ipenelitian iini iterdapat iempat ivariabel, iyaitu ivariabel ibebas i(independent ivariable),
Skala 3 = Ragu-ragu
Skala 4 = Setuju
Transformational Leadership
Variabel bebas pada penelitian ini diukur dengan menggunakan 20 item pernyataan
yang dibagi menjadi empat dimensi yang dikembangkan oleh (Bass et al., 2003),
yaitu :
Tabel
Creative Self-Efficacy
pernyataan yang dikembangkan oleh Jaiswal dan Dhar (2015) dan digunakan oleh
Tabel
3. Saya memiliki bakat untuk mengembangkan ide-ide orang lain secara lebih
jauh.
Intrinsic Motivation
Intrinsic Motivation
pernyataan yang dikembangkan oleh Zhang dan Bartol (2010) dan digunakan oleh
peneliti untuk diteliti serta dipelajari. Populasi penelitian pada bulan September di
PT Asuransi Allianz Life Indonesia yaitu sebanyak 784 pegawai (termasuk … ).
Sampel menurut Sugiyono (2011) merupakan sebuah bagian dari populasi yang
ada. Pada penelitian ini jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2
Keterangan :
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
784
𝑛= = 265 Responden
1 + 784(0,05)2
300 kuesioner. Kuesioner yang hilang dan/atau tidak dikembalikan oleh calon
lengkap adalah sebesar … . Dengan begitu, data sampel tersebut sudah cukup
mewakili jumlah responden yang dibutuhkan menurut Slovin yaitu sebanyak 265
Terdapat idua imacam idata iyang iada idi idalam ipenelitian iini, iyaitu idata iprimer idan
idata isekunder. iUntuk idata iprimer, ipeneliti imengumpulkan idata idengan imelakukan
ipenyebaran ikuesioner ikepada ikaryawan iyang ibekerja idi iPT iAsuransi iAllianz iLife
irelevan iberdasarkan iobjek iyang iditeliti isecara ilangsung. iUntuk idata isekunder,
ipeneliti imemperoleh idata iberdasarkan idata iprimer iyang itelah idiolah ilebih ilanjut
ibaik ioleh ipihak ipenghimpun idata iprimer imaupun ipihak ilain, seperti karya ilmiah
Uji Validitas
Uji ivaliditas iyang idigunakan iuntuk imengukur ivalid iatau itidaknya isuatu ikuesioner.
iMaka idari iitu, iapabila iitem ipernyataan ipada ikuesioner idapat imengungkapkan
isesuatu iyang iakan idiukur ioleh ikuesioner itersebut imaka ikuesioner idapat idikatakan
ivalid (Sekaran, 2014). Pengujian validitas idalam ipenelitian iini idilakukan
iCoefficient iof iCorellation). iDasar ipengambilan ikeputusan iuji ivaliditas iini iadalah
isebagai iberikut :
Jika nilai p-value > 0,05 maka item penyataan dikatakan tidak valid.
Jika nilai p-value < 0,05 maka item penyataan dikatakan valid.
Tabel 3.5
Koefisien Factor
No. Pernyataan Keputusan
Korelasi Loading
Idealized Influence
Pimipinan berbicara tentang
1. nilai dan kepercayaannya yang
paling penting
Pimpinan menentukan
pentingnya memiliki tujuan
2.
yang kuat
Pimpinan mempertimbangkan
konsekuensi moral dan etis
3.
dari keputusan
Pimpinan menekankan
pentingnya memiliki misi
4.
kolektif
Pimpinan menanamkan
kebanggaan kepada saya
5. karena berhubungan dengan
dia
Pimpinan mengabaikan
kepentingan pribadi demi
6.
kebaikan kelompok
Pimpinan bertindak dengan
cara yang membangun rasa
7.
hormat saya
Pimpinan menampilkan rasa
8. kuat dan percaya diri
Inspirational Motivation
Pimpinan berbicara optimis
9. tentang masa depan
Pimpinan berbicara dengan
antusias tentang apa yang
10.
perlu dilakukan
Pimpinan mengartikulasikan
11. visi masa depan yang menarik
Pimpinan mengungkapkan
keyakinan bahwa tujuan akan
12.
tercapai
Intellectual Stimulation
Pimpinan memeriksa kembali
asumsi kritis terhadap
13.
pertanyaan
Pimpinan mencari perspektif
yang berbeda saat
14.
memecahkan masalah
Pimpinan membuat saya
melihat masalah dari berbagai
15.
sudut pandang
Pimpinan menyarankan cara
baru untuk melihat bagaimana
16.
menyelesaikan tugas
Individual Consideration
Pimpinan menghabiskan
waktu mengajar dan
17.
membimbing
Pimpinan memperlakukan
saya sebagai individu bukan
18. hanya sebagai anggota
kelompok
Pimpinan menganggap saya
memiliki kebutuhan berbeda
19.
dari orang lain
Pimpinan membantu saya
untuk mengembangkan
20.
kekuatan saya
Sumber : Data diolah
Tabel 3.5
Koefisien Factor
No. Pernyataan Keputusan
Korelasi Loading
Saya memiliki keyakinan pada
keyakinan saya untuk
1.
menyelesaikan permasalahan
secara kreatif.
Saya merasa bahwa saya hebat
dalam mengembangkan ide-
2.
ide baru.
Saya memiliki bakat untuk
mengembangkan ide-ide
3.
orang lain secara lebih jauh.
Sumber : Data diolah
Tabel 3.5
Koefisien Factor
No. Pernyataan Keputusan
Korelasi Loading
Hasil ipekerjaan isaya idijadikan
1. irujukan ievaluasi ioleh irekan
ikerja isaya
Saya iingin imemiliki iprestasi
2. ibaik idalam ipekerjaan isaya.
Perusahaan imemberikan
ireward iatau ipenghargaan
iapabila isaya ibekerja idengan
3.
ibaik idan imelebihi itarget iyang
iditetapkan iperusahaan.
Penghargaan iatau ireward
iyang idiberikan iperusahaan
4. imemotivasi isaya iuntuk
ibekerja idengan isemangat.
Saya isenang idengan ipekerjaan
iyang idiberikan ioleh iatasan
5.
isehingga isaya itidak imerasa
ibosan idengan irutinitas
ipekerjaan isaya.
Saya isuka idengan ipekerjaan
6. iyang imenantang.
Perusahaan imemberikan
ikeleluasaan isaya idalam
7. ibekerja idengan itidak iselalu
idiawasi idengan isupervisor.
Saya imerasa ibersemangat
idalam ibekerja iapabila itidak
8.
iselalu idiawasi isupervisor.
Potensi ipengembangan idiri
iyang imenarik idalam
ipekerjaan isaya iadalah ihal
9.
iyang imemotivasi isaya idalam
ibekerja
Bekerja idiperusahaan iini
imembuat ikemampuan idan
10. iketerampilan isaya
iberkembang.
Sumber : Data diolah
Tabel 3.5
Koefisien Factor
No. Pernyataan Keputusan
Korelasi Loading
Problem Identification
Pimipinan berbicara tentang
1. nilai dan kepercayaannya yang
paling penting
Pimpinan menentukan
pentingnya memiliki tujuan
2.
yang kuat
Pimpinan mempertimbangkan
konsekuensi moral dan etis
3.
dari keputusan
Information Searching and Encoding
Pimpinan berbicara optimis
4. tentang masa depan
Pimpinan berbicara dengan
antusias tentang apa yang
5.
perlu dilakukan
Pimpinan mengartikulasikan
6. visi masa depan yang menarik
Idea Generation
Pimpinan memeriksa kembali
asumsi kritis terhadap
7.
pertanyaan
Pimpinan mencari perspektif
yang berbeda saat
8.
memecahkan masalah
Pimpinan membuat saya
melihat masalah dari berbagai
9.
sudut pandang
Pimpinan menyarankan cara
baru untuk melihat bagaimana
10.
menyelesaikan tugas
Pimpinan menghabiskan
waktu mengajar dan
11.
membimbing
Sumber : Data diolah
Uji Reliabilitas
Dalam sebuah alat ukur, pengujian reabilitas sangat perlu untuk dilakukan agar
dapat memastikan bahwa instrumen dari alat ukur yang digunakan dalam penelitian
ini adalah konsisten serta akurat. Hermawan (2006) menyatakan bahwa akurasi,
konsistensi, dan prediktabilitas suatu alat ukur berkaitan dengan reabilitas. Alat
analisis yang digunakan untuk menguji reabilitas pada penelitian ini yaitu dengan
melihat Cronbach’s Alpha yang mana kriteria dalam pengambilan keputusan adalah
sebagai berikut :
Tabel
Cronbach’s
No. Variable Items n Keputusan
Alpha
1. Transformational Leadership 20 265
2. Creative Self-Efficacy 3 265
3. Intrinsic Motivation 10 265
4. Creative Process Engagement 11 265
Sumber : Data diolah
Uji Kesesuaian Model
Kesesuaian imodel isecara ikeseluruhan i(overall ifit imodel) iharus idiuji iterlebih
value, iGoodness iof iFit iIndex i(GFI), idan iRoot iMean iSquare iError iof
iApproximation i(RMSEA).
i(NFI), iTucker iLewis iIndex i(TLI), iAdjusted iGoodness iof iFit iIndex i(AGFI),
Function (CMIN).
Pengukuran
Jenis Nilai yang
Goodness of Nilai Kesimpulan
Pengukuran diharapkan
Fit
Chi square
χ2 – Chi-
table df 698=
square
710.421
Absolute Fit Minimal 0,05
p-value
Measures atau diatas 0,05
≥ 0,90 atau
GFI
mendekati 1
RMSEA < 0,08
≥ 0,90 atau
AGFI
mendekati 1
≥ 0,90 atau
NFI
Incremental mendekati 1
Fit Measures ≥ 0,90 atau
TLI
mendekati 1
≥ 0,90 atau
CFI
mendekati 1
Batas bawah 1,
Parsimonious
CMIN/DF batas atas 2,3
Fit Measure
atau 5
Sumber : Data diolah