Pengkajian Sistem Perkemihan
Pengkajian Sistem Perkemihan
OLEH :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022 / 2023
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................................................1
A. Ginjal.................................................................................................................................2
C. Suplai Darah......................................................................................................................4
D. Pembentukan Urine...........................................................................................................5
E. Hormon Antidiuretik.........................................................................................................6
I. Renal clearance.....................................................................................................................8
A. Riwayat Kesehatan..........................................................................................................10
B. Pemeriksaan Fisik............................................................................................................10
C. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................................................12
Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)
1. Urinalisis dan kultur urin.............................................................................................12
2. Imaging diagnostik......................................................................................................12
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................14
A. Kesimpulan......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................iii
ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem perkemihan merupkan sistem yang menyaring darah yang beredar dalam
tubuh dari zat – zat yanng tidak berguna keudian larut dalam air dan dikeluarkan bersama
dengan urine sedangkan zat – zat yang berguna akan diserap kembali oleh tubuh
(Manurung, 2018). Fungsi renal yang adekuat sangat penting untuk menjaga kesehatan
tubuh, apabila seseorang mengalami gagal ginjal komplit, maka kematian tidak bisa
dihindari (Lewis, Dirkensen, Heitkemper, Li, & Bucher, 2014). Ginjal memiliki banyak
fungsi termasuk eksresi kelebihan air dan urea yang merupakan produk dari metabolisme
protein, membantu menjaga keseimbangan asam – basa dan elekrolit, memproduksi
enzim renin (yang berfungsi dalam pengaturan tekanan darah), produksi hormon
eritropoetin yang menstimulasi produksi eritrosit (Timby & SMith, 2010).
B. Tujuan
1. Memahami anatomi fisiologi sistem urinaria
2. Memahami pengkajian keperawatan lanjut sistem urinaria
3. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan kasus sistem urinaria
Sistem urinaria terdiri dari dua buah ginjal, ureter, vesika urinaria, dan urethra. Ginjal
berrfungsi membentuk urine dan sistem lain sebagai saluran pengeluaran. Tujuan dari
pembentukan urine adalah untuk embuang zat – zat racun dari darah, selain itu ginjal juga
memiliki fungsi lain diantaranya; regulasi volume, komposisi dan tekanan darah melalui seksresi
dan konservasi air, regulasi keseimbangan elektrolit darah melallui konservasi mineral, regulasi
keseimbangan asam basa melalui konservasi ion hidrogen atau bikarbonat, produksi eritropoetin
yang menstimulasi pembentukan eritrosit pada sumsum tulang (WIlliams & Hopper, 2007).
A. Ginjal
Merupakan organ utama pada sistem urinaria yang memiliki dua fungsi utama yaitu
regulasi volume dan komposisi cairan ekstraseluler serta eksresi produk sisa tubuh. Sepasang
ginjal berbentuk kacang yang terletak pada retroperineal pada masing – masing sisi column
vertebrae di level thoracic XII dan Lumbal III, masing – masing ginjal memiliki berat 113-
170 gram dengan panjang 12,5 cm. Ginjal kanan terletak setinggi costae XII, lebih rendah dari
yang kiri, dan kelenjar adrenal berada di atas setia ginjal.
Masing – masing ginjal dikellilingi oleh sejumlah lemak dan jaringan penyambung yang
menjaga agar ginjal tetap berada diposisinya. Sebuah lapisan membran mukosa yang tipis
menutupi ginjal disebut dengan capsul, yang melindungi ginjal dari tekanan tiba – tiba. Hilus,
yang berada pada sisi medial ginjal merupakan tempat masuknya arteri dan saraf renal, dan
merupakan tempat keluarnya vena renal dan ureter. Pada parenkim ginjal lapisan luar disebut
dengan kortex, bagian dalamnya disebut dengan medulla, bagian atas (apex) disebut papillae
tempat lewatnya urin masuk ke dalam kalus. Kalus minor melebar dan bergabung membentuk
calus mayor dan membentuk kantong berbentuk funnel yang disebut pelvic renal, yang bisa
menyimpan sejumlah kecil urine (3-5 cc) (Lewis et al., 2014).
Setiap ginjal memiliki sekitar satu juta nefron, yang merupakan unit fungsional terkecil
dari ginjal. Masing – masing nefron terdiri dari glomerolus, arteriol aferen, arteriol eferen,
kapsul bowman, tubulus proksimal dan distal, ansa henle dan tubulus pengumpul (Timby &
SMith, 2010). Nefron secara struktur dibagi kedalam dua tipe yaitu juxtamedular dan kortikal.
Glomerolus terdiri atas tiga lapisan penyaring yaitu endotelium kapiler, membran basement
dan epitelium. Membran glomerolus normalnya memungkinkan filtrasi molekul – molekul
kecil, dan membatasi filtrasi molekul besar seperti sel darah dan albumin. Fungsi ginjal akan
mulai berkurang pada usia 30 tahun dan rata – rata 1% per tahunnya (Suzanne C Smeltzer &
Barre, 2017).
Vesika urinaria, urethra dan otot dasar pelvis membentuk unit uretrovesikal.
Vesika urinaria berlokasi di belakang pubis, dan merupakan organ otot. Ukuran dan
bentuknya bervariasi tergantung pada jumlah urine dan usia. Pada umumnya jumlah urine
yang bisa ditampung sekitar 300-500 ml. Urethra merupakan tabung berongga, yang
dimulai pada leher vesika dan berakhir pada meatus eksternal, berperan sebagai saluran
dan memiliki sphincter untuk menccegah terjadinya perembesan. Urethrae pria
memanjang 24 cm dari leher vesika melalui prostat menuju glan penis. Urethra wanita
sepanjang 4 cm dari leher vesika ke meatus eksteral anterior vagina (Timby & SMith,
2010).
C. Suplai Darah
Aliran darah yang melalui ginjal sebanyak 1200ml/menit, atau sekitar 20 – 25%
cardiac output, darah mencapai ginjal melalui arteri renal yang berasal dari aorta dan
masuk ke ginjal melalui hilus. Arteri renal dibagi menjadi dua cabang sekunder yang
kemudian menjadi cabang – cabang kecil dan membentuk arteriole aferen, yang membagi
menjadi jaringan kapiler, glomerolus, sebanyak 50 kapiler. Kapiler glomerolus bergabung
dalam arteriol eferen, bercabang membentuk jaringan kapiler yaitu peritubular kapiler
yang mengelilingi sistem tubular. Semua kapiler tubuler ini bermuara ke sistem vena,
vena renal menuju vena cava inferior (Lewis et al., 2014).
D. Pembentukan Urine
Urin dibentuk oleh nefron melalui tiga proses antara lalin; filtrasi glomerulal,
reabsorbsi tubular, dan sekresi tubular. Dalam keadaan normal berbagai macam zat
difiltrassi oleh glomerolus, direabsorbsi oleh tubulus dan di eksresi kedalam urine
termasuk natrium, klorida, bikarbonat, potasium, glukosa, urea, kreatinin, dan asam urat.
Dalam tubulus beberapa zat ini seperti glukosa akan di serap kembali kedalam darah.
Kadar glukosa darah yang melebihi 10 mmol/L melebihi ambang batas renal untuk
mereabsorbsi glukosa sehingga mengakibatkan terjadinya glukosuria.
Fitrasi Glomerous
Aliran darah yang mengaliri ginjal normalnya 1000 – 1300 ml/menit. Filtrasi
terjadi pada saat aliran darah melalui glomerolus dari arteriol aferen. Cairan yang
terfiltrasi dinamkan ultraflitrate yang kemudian msuk ke tubulus renal. Normalnya, 20%
darah yang melalui glomerolus difiltrasi kedalam nefron sebanyak 180 L/hari. Filtrat
terdiri dari air, elektrolit dan molekul – olekul kecil lainnya sedangkan molekul besar
lainnya tetap berada di aliran darah. Efektifitas filtrasi tergantung pada keadekuatan
aliran darah menjaga tekanan melalui glomerolus. Banyak faktor yang mempengaruhi
aliran darah dan tekanan ini antara lain, hipotensi, penurunan tekanan osmotik darah dan
peningkatan tekanan tubular renal akibat aadanya obstruksi (Suzzane C Smeltzer & Bare,
2017).
Laju filtrasi glomerolus adalah jumlah filtrate renal yang terbentuk daam 1 menit,
rata – rata 100- 125 ml/menit. GFR bisa berubah tergantung rata – rata aliran darah yang
melewati gnjal. Apabila aliran darah meningkat maka GFR akan meningkat, jumlah
Tahap kedua dan ketiga dari pembentukan urne terjadi pada tubulus renal dan
disebut dengan tubular reabsorbsi dan tubular eksresi. Pada reabsorbsi tubular zat – zat
berpindah kembali dari filtrate ke kapiler peritubular atau vasa recta, kemudian pindah ke
filtrate tubular yang disebut dengan tubular eksresi. Dari 180 L fitrate yang diproduksi
ginjal dalam 1 hari 99% akan direabsorbi kedalam aliran darah sehingga menghasilkan
1000 – 1500 ml urine per harinya (Suzzane C Smeltzer & Bare, 2017).
E. Hormon Antidiuretik
ADH atau yang dikenal dengan vasopresin mengatur eksresi air dan konsentrasi
urinepada tubulus dengan menentukan jumlah air yang direabsorbsi. ADH merupakan
hormon yang di sekresi oleh kelnjar pitutary posterior, sebagai respon terhadap
perubahan osmolaritas darah. Dengan penurunan intake cairan maka osmolaritas akan
meningkat sehingga menstimlasi pelepasan ADH dan terjadi efek antidiuresis yang akan
menahan cairan. ADH kemudian bekerja pada ginjal dengan meningkatkan reabsrbsi
tubulus sehingga osmolaritas darah kembali normal.
Osmolaritas merujuk pada rasio jumlah zat terlarut terhadap cairan. Regulasi
garam dan air penting untuk mengontrol volume ekstraseluler dan osmolaritas urine serta
serum. Osmolaritas dan komposisi ion dijaga dalam batas yang sangat sempit. Perubahan
I. Renal clearance
Renal clearance merujuk pada kemampuan ginjal untuk membersihkan zat – zat
terlarut dari plasma yang tergantung dari beberapa faktor antara lain, seberapa banyak zat
yang di re-absorbsi oleh tubulus dan seberapa banyak zat yang di sekresi ke dalam
tubulus. Pengukuran yang digunakan adalah kadar kreatinin. Kreatinin merupakan produk
buangan otot skeletal yang disaring glomerulus kemudian melalui tubulus dan
dikeluarkan melalui urine. Kreatinin merupakan pengukuran yang baik untuk menentukan
GFR dengan cara mengumpulkan urine 24 jam. Kemudian dihitung dengan formula
berikut:
Normal GFR dewasa 100 – 120 ml/menit. Fungsi ginjal yang turun sampai 30 %
tidak menurunkan kreatinin clearance.
Mikturisi normalnya terjadi 6 – 8 kali sehari. Proses ini aktif melalui arcus reflek
miksi dengan sistem simpatis dan parasimpatis. Inisiai miksi terjadi ketika saraf aferen
pelvis menstimulasi kontraksi vesika mengakibatkan relaksasi sphincter urethral dan
diikuti dengan penurunan tekanan urethral. Kontraksi otot destrusor membuka leher
vesika dan proksimal urethra sehingga urine mengalir (Suzzane C Smeltzer & Bare,
2017).
A. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
• Riwayat inkontinensia urin
10
B. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kulit: pallor, warna kuning – abu-abu, exsoriasi, perubahan turgor, bruis, tekstur kulit
(kering/lembab)
Wajah dan ekstremitas: edema umum, edema perifer, distensi vesika, pembesaran ginjal
Berat badan: peningkatan berat badan sebagai akibat edema, dan penurunan berat badan
pada gagal ginjal
11
Normalnya bagian bawah ginjal kanan bisa dipalpasi dengan cara meletakkan
tangan kanan dibelakang dan menyangga sisi kanan pasien antara ruang iga dan iliac.
Angkat pinggang kanan dengan tangan kiri kemudian lakukan palpasi dalam dengan
tangan kanan untuk meraba ginjal kanan. Apabila teraba catat ukuran, kontur dan
kelembutannya. Pembesaran ginjal mungkin disebabkan oleh neoplasma atau kondisi
patologis serius lainnya. Vesika urinaria normalnya tidak teraba, kecuali pada saat
distensi karena urin
Perkusi:
Kelembutan pada area pinggang bisa dilakukan dengan perkusi tinju atau (pukulan pada
ginjal), dilakukan dengan cara memberikan pukulan pada punggung tangan yang
diletakkan di margin posterior CVA. Normalnya pukulan ringan tidak akan
meninmbulkan nyeri, apabila terasa nyeri mengindikasikan inflamasi ginjal atau penyakit
kista ginjal.
12
Dengan bagian bell stetoskop bisa didengarkan bruit aorta abdominal dan arteri renal
yang mengindikasikan gangguan aliran darah renal (Suzzane C Smeltzer & Bare, 2017).
Auskultasi bunyi paru juga dilakukan, apabila cairan tubuh pasien lebiih banyak daripada
yang bisa dipompa jantung, sehingga terjadi retensi cairan di paru dan dapat didengarkan
sebagai bunyi crackels dan wheezing (WIlliams & Hopper, 2007).
C. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisis dan kultur urin
• Warna urine
• Caritas dan bau urine
• pH urin
• tes untuk emndeteksi darah, glukosa, protein, dan badan keton dalam urin
(hematuria, proteinuria, gllycosuria, ketonuria)
• pemeriksaan mikroskopik sedimen urine untuk mendeteksi mikro hematuria,
pyouria, leukosit, kristal dan bakteri dalam urine
13
• USG vesika
Untuk mengukur volume vesika urinaria, selian itu juga bisa mengindikasi
jumlah sisa urine setelah berkemih, ketidakmampuan untuk berkemih setelah
melepas kateter urine, ketidakmampuan berkemih post-operasi
• CT dan MRI
Untuk mengevaluasi massa genitourinaria, nefrolitiasis, infeksi kronis ginjal,
trauma traktur urinarius atau ginjal, metastase dan abnormal jaringan lunak.
14
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkajian dalam keperawatan merupakan tahapan utama yang dilakukan perawat
untuk menegakkan diagnosa yang dimulai dari anamnesa riwayat kesehatan klien,
melakukan pemeriksaan fisik, dan menilai pemeriksaan penunjang. Pengkajian harus
dilakukan secara komprehensif agar tidak ada data pasien yang akan hilang dan
menghambat perawat dalam menegakkan diagnosa serta menentukan intervensi yang
akan dilakukan. Selain pemeriksaan fisik, pengkajian pada hasil laboratorium ataupun
pemeriksaan diagnostik lainnya seperti usg, CT-Scan akan sangat membantu dalam
menegakkan diagnosa keperawatan demi memberikan pelayanan yang komprehensif
kepada pasien. Makalah mengenai pengkajian sistem perkemihan ini sebagai pedoman
dalam melakukan pengkajian pada pasien dengan kasus perkemihan.
15
Lewis, S. L., Dirkensen, S. R., Heitkemper, M. M., Li, & Bucher, N. (2014). Medical - Surgical
Nursing: Assesment and Management of Clinical Problems (9th ed.). Canada: Mosby
Elseivier.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2017). Textbook of Medical Surgical NU1: Volume 2. (M. Farrell,
Ed.) (Fourth Edi, Vol. 2). Sydney: Julie Stegman.
Smeltzer, S. C., & Barre, B. G. (2017). Textbook of meical-Surgical Nursing Volume 1. (M.
Farrell, Ed.) (Fourth Edi). Sydney: Julie Stegman.
Timby, B. K., & SMith, N. E. (2010). Introductory Medical - Surgical Nursing (10th ed.). China:
Lippincot Williams and WIlkins.
WIlliams, L. S., & Hopper, P. D. (2007). Medical Surgical. (J. Joyce, Ed.) (Third). Philadelphia:
FA Davis.
iii
iv