Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM INVENTARISASI SUMBER DAYA HUTAN

ANGKA BENTUK

DISUSUN OLEH :
NAMA : HENDRI EFFENDI NDRURU
NIM : L1A117053

DOSEN PENGAMPU : NURSANTI, S.Hut., M.Si.

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Angka Bentuk Batang (f) didefinisikan sebagai perbandingan atau rasio


antara volume batang yang sebenarnya dengan volume silinder yang memiliki
tinggi atau panjang sama. Berdasarkan diameter yang digunakan untuk
menghitung volume silindernya, angka bentuk dibedakan atas :

a. angka bentuk mutlak ;

b.angka bentuk buatan ;

c. angka bentuk normal.

Angka bentuk mutlak (absolute form factor) adalah angka bentuk di mana
volume silindernya menggunakan lbds berdasarkan diameter pada pangkal batang.
Angka bentuk buatan (artificial form factor) adalah angka bentuk di mana volume
silindernya menggunakan lbds berdasarkan dbh. Sedangkan angka bentuk normal
(true form factor/hohenadl form factor) adalah angka bentuk di mana volume
silindernya menggunakan lbds berdasarkan diameter pada ketinggian 1/10 tinggi
pohon. Oleh karena dbh biasa digunakan sebagai ciri diameter pohon, maka angka
bentuk yang sering digunakanpun adalah angka bentuk buatan.pohon rebah
digunakan istilah panjang pohon .

Dalam kenyataannya tidak ada pohon yang memiliki bentuk geometris


sempurna seperti frustum-frustum tersebut. Oleh karena itu, bentuk batang harus
dipergunakan bentuk koreksi dalam menentukan volume. Untuk menerangkan
bentuk batang dapat digunakan : angka bentuk, kusen bentuk, dan fungsi taper.
Angka bentuk dibedakan menjadi :

a. Angka bentuk normal/ nyata yaitu perbandingan antara volume total pohon
dengan volume silinder yang mempunyai bidang dasar pada ketinggian
sepersepuluh dari tinggi total pohon yang diukur pada pangkal pohon.

b. Angka bentuk umum yaitu perbandingan antara volume komersil yaitu


volume kayu tebal atau bebas cabang dengan volume silinder yang
mempunyai bidang dasar pada diameter setinggi dada ( dbh).

Angka bentuk dapat bervariasi karena jenis pohon dan faktor genetik, umur,
ukuran tajuk, dan faktor tempat tumbuh ( khususnya pengaruh angin ). Bentuk
pohon berkaitan dengan perubahan diameter batang karena perubahan tinggi
pengukuran. Karena perbedaan diameter pada berbagai ketinggian maka secara
umum ada tiga bentuk batang yaitu:

a. pada pangkal , bentuk neloid


b. pada bagian tengah, bentuk silindris atau parabolid

c. pada ujung pohon, konus.

Karena bentuk batang yang berbeda-beda , maka volume tiap pohon dapat
ditafsir atau dihitung dengan rumus berbeda-beda pula. Dalam kenyataannya ,
tidak ada pohon yang memiliki bentuk geometris yang sempurna seperti frustum –
frustum tertentu. Oleh ikarena itu bentuk batang harus digunakan faktor koreksi
dalam menentukan volume. Untuk menerangkan bentuk batang dapat digunakan :
angka bentuk, kusen bentuk dan taper. Angka bentuk dapat digunakan menjadi :

a. Angka bentuk normal yaitu perbandingan antara volume total p;ohon dengan
volume silinder yang mempunyai bidang dasar pada ketringgian sepersepuluh
dari tinggi total pohon yang diukur pada pangkal pohon.

b. Angka bentuk umum yaitu perbandingan antara volume komesil atau volume
kayu tebal/bebas cabang dengan volume silinder yang mempunyasi bidang
dasar pada diameter dbh.

Angka bentuk dapat bervariasi karena jenis pohon dan pengaruh genetik,
umur, ukuran tajuk, dan faktor tempat tumbuh. Perkembangan diameter pohon
juga terdapat koreksi yang kuat antara diameter pohon. Pada ketinggian tertentu
dengan berat material yang harus didukung oleh diameter tersebut. Yaitu berat
material diatasnya. Masal;ah bentuk pohon ini akan berlanjut kedalam satu teori
tentang faktor bentuk dan koesien diameter batang karena adanya bentuk batang
selalu berkaitan dengan pembahasan diameter karenaq adanya perubahan tinggi
pengukuran. Perbedaan diameter pohon pada berbagai macam ketinggian secara
umum ada tiga macam bentuk batang yaitu :

a. Pada pangkal bentuk neiloid

b. Pada bagian tengah, bentuk silindris atau parabolid

Bentuk silindris adalah bagian pohon yang mempunyai diameter yang sama
antara bagian pangkal dengan ujung lebih kecil dengan perubahan yang
melengkung kearah dasar.

c. Bentuk ujung pohon atau kons.


Volume batang dapat dirumuskan sebagai berikut yaitu:

V = LBDS x T x F

Sedangkan rumus untuk menghitung angka bentuk yaitu :

F = volume batang dibagi volume silinder


1.2. Tujuan Praktikum

a) Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung angka bentuk pohon.


b) Mahasiswa dapat tahap-tahap yang dilakuakan untuk menghitung angka
bentuk.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Angka bentuk batang didefenisikan sebagai perbandingan atau rasio antara


volume batang yang sebenarnya dengan volume silinder yang memiliki tinggi atau
panjang sama. Berdasarkan diameter yang digunakan untuk menghitung volume
silindernya. Angka bentuk dibedakan atas:
a. angka bentuk mutlak
b. angka bentuk buatan
c. angka bentuk normal
Angka bentuk mutlak adalah angka bentuk dimana volume silindernya
menggunakan lbds berdasarkan diameter pada pangkal. Angka bentuk buatan
adalah angka bentuk dimana volume silindernya menggunakan lbds berdasarkan
diameter setinggi dada. Sedangkan angka bentuk normal adalah angka bentuk
dimana volume silindernya menggunakan lbds berdasarkan diameter pada
ketinggian 1/10 tinggi pohon. Oleh karena itu dbh biasa digunakn sebagai ciri
diameter pohon, maka angka bentuk sering digunakan pun adalah angka bentuk
buatan (Husch, 1987).
Taper adalah suatu istilah yang digunakan/yang menggambarkan bentuk
batang yang meruncing. Dengan kata lain, taper menggambarkan pengurangan
atau semakin kecilnya diameter batang dari pangkal hingga keujung. Taper
merupakan resultante dimensi pohon yang disebabkan oleh dengan pertumbuhan
tingggi dan diameter pohon (Anonim, 1990).

BAB III

METODE PRAKTIKUM
3.1. Alat dan Bahan

1. Meteran
2. Alat Tulis
3. Kamera
4. Objek yang akan diukur

3.2. Waktu Dan Tempat

Hari/Tanggal : Senin, 18 Maret 2019


Waktu : Pukul 13.00 WIB – Selesai
Tempat : Kawasan Fakultas Kehutanan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Nama V.
Tinggi d(pangkal) d(tengah) d(ujung) L V. rebah F F total
pohon berdiri
Bulian I

Sortimen
6,282 0,00458 0,00287 0,00268 3 0,018050 0,00936 0,51856
1
Sortimen
6,282 0,00265 0,00138 0,00064 3 0,018050 0,00438 0,24265
2
0,7612
Bulian II
Sortimen
9,6 0,00446 0,00317 0,00294 3 0,03372 0,01002 0,29715
1
Sortimen
9,6 0,00282 0,00203 0,00121 3 0,03372 0,00606 0,17971
2
Sortimen
9,6 0,00063 0,00012 0,000028 3 0,03372 0,00054 0,01601
3
0,49287
Tabel 1. Hasil Pengukuran
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai perhitungan angka bentuk batang. Sebelum
menentukan angka bentuk dari suatu pohon terlebih dahulu harus mengetahui
diameter, tinggi, luas bidang dasar dan yang lainnya atau sering juga disebut
parameter pohon. Angka bentuk batang didefinisikan sebagai perbandingan atau
rasio antar volume batang yang sebenarnya dengan volume silinder yang memiliki
tinggi atau panjang sama. Angka bentuk digunakan untuk menentukan volume
pohon. Oleh karena secara umum bentuk pohon berfariasi menurut jenis atau
kelompok jenis dan dari satu lokasi ke lokasi yang lainnya. Maka dalam
penyusunan perangkat pendugaan volume perlu memerhatikan karakteristik
tersebut. Perangkat penduga volume pohon yang bersifat umum adalah untuk
berbagai jenis dan lokasi hutan dapat meyebabkan hasil dugaan yang kurang teliti,
tidak akurat sehingga informasi masa tegakan yang dihasilkan bisa under atau
estimate.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Angka Bentuk Batang (f) didefinisikan sebagai perbandingan atau rasio


antara volume batang yang sebenarnya dengan volume silinder yang memiliki
tinggi atau panjang sama. Berdasarkan diameter yang digunakan untuk
menghitung volume silindernya. Sebelum menentukan angka bentuk dari suatu
pohon terlebih dahulu harus mengetahui diameter, tinggi, luas bidang dasar dan
yang lainnya atau sering juga disebut parameter pohon

DAFTAR PUSTAKA
Husch, B. 1987. Perencanaan Inventarisasi Hutan. UI Press. Jakarta.
Murdawa,B.1994.Pengenalan dan Pengukuran Karakteristik Pohon. Gadjah Mada
University Press.Yogyakarta.
Nyysonen,A.1961. Survei Metode of Thropical Forest Press. Rome.
Rahlan, E.N.2004. Membangun Kota Kebun Bernuansa Hutan Kota. IPB Press.
Bogor.

Anda mungkin juga menyukai