Anda di halaman 1dari 15

Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Tafsir II

SUMBER SUMBER PENELITIAN TAFSIR

DOSEN PENGAMPU: USTADZ MUHAMMAD YASIR, S.TH.I., M.A.

DISUSUN OLEH:

AMELIA AMANDA HARAHAP 12130222641

ARPAININGSIH 12130220950

KELAS 5I
FAKULTAS USHULUDDIN
ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Puji syukur kehadirat Allah ‫ﷻ‬, atas segala limpahan rahmat dan karunia-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul :
“Objek Penelitian Tafsir”
Shalawat beserta salam, tidak lupa pula kita sampaikan kepada Baginda
Rasulullah ‫ﷺ‬. “Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad”.
Selain itu, dalam kesempatan ini kami juga ingin menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih kami kepada:
1. Ustadz Muhammad Yasir, S.Th.I., M.A., selaku dosen mata kuliah
Metodologi Peneletian Tafsir II,
2. Teman-teman anggota kelompok 3 yang ikut bekerja sama atas penyelesaian
makalah ini, beserta
3. Rekan-rekan kami yang telah memberi dukungan kepada kami.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan
rendah hati dan tangan terbuka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca,
baik Ustadz maupun teman-teman semua. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, khususnya bagi Mahasiswa prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dan terutama
diri kami sendiri. Bila ada kata-kata yang kurang berkenan bagi pembaca kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhirul kalam, wabillahit taufiq wal hidayah.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pekanbaru, 29 September 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan...................................................................................................2

BAB II...........................................................................................................................3

PEMBAHASAN............................................................................................................3

A. Pengertian Objek Penelitian Tafsir.......................................................................3

B. Objek-Objek Penelitian Tafsir..............................................................................4

1. Al-Qur’an Al-Karim..........................................................................................5

2. Kitab-Kitab Tafsir..............................................................................................7

3. Persoalan Masyarakat......................................................................................10

BAB III........................................................................................................................13

PENUTUP...................................................................................................................13

A. Kesimpulan.........................................................................................................13

B. Saran...................................................................................................................13

DAFTAR KEPUSTAKAAN.......................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-qur'an sebagai wahyu Allah memiliki makna universal, bahkan jika
dilihat dari berbagai perspektif. Menurut Darraz (1960), al-qur'an bagaikan intan
cahaya yang setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang
terpancar dari sudut-sudut yang lain. Ini karena Allah tidak memberikan makna
tersurat pada al-qur'an akan tetapi di balik ituAllah memberikan kode dan symbol
yang membimbing manusia untuk mampu menafsirkan sekaligus memahami al-
qur'an dapat dipungkiri bahwa penafsiran al-Qur'an selalu terkait subyektifitas
penafsir yang memiliki horizon pemikiran yang berbeda antara satu penafsir dengan
penafsir yang lain. Selain subyektifitas mufassir, ada elemen lain yang mampu
mempengaruhi penafsiran al-qur’an al-khalifah diistilahkan sebagai al-dakhil. Dari
kitab karangan al-khalifah ini, sumber atau elemen penafsiran al-qur'an menjadi tiga
bagian, 1) al-Riwâyah, 2) al-ra'yi, 3) al-Isyârah. Dengan demikian tolak-ukur
kebenaran tafsir terhadap al-qur'an itu tidak bisa tetap karena terjadinya pergeseran
paradigm sumber penafsiran al-qur’an. Pergeseran itu terutama terjadi pasca wafatnya
nabi sebagai satu-satunya otoritas tafsir. Sebagaimana mayoritas ulama sampaikan,
tidak semua ayat tidak ditafsirkan oleh nabi. Munculnya banyak tafsir dengan banyak
corak, ittijah, laun, adalah hasil ijtihad ulama dalam memahami al-qur'an hari ini
banyak yang menilai bahwa kebenaran tafsir itu tunggal. Hal ini jelas menafikan
fenomena sejarah tafsir itu sendiri. Oleh sebab itulah makalah ini diangkat dalam
upaya memberikan pemahaman yang jelas dan singkat tentang sumbersumber
penafsiran al-qur'an
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang makalah, maka dapat dirumuskan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa saja Sumber-Sumber Penelitian Tafsir?
2. Apa yang dimaksud dengan Wahyu?
3. Apa yang dimaksud dengan Ra’yu/Ijtihad?
4. Apa yang dimaksud dengan Israiliyat?

1
2

5. Apa yang dimaksud dengan Syair Jahiliyah?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sumber-sumber penelitian
tafsir
2. Untuk mengetahui apa itu Wahyu, Ra’yu, Israiliyat dan Syair Jahiliyah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sumber-Sumber Penelitian Tafsir

B. Objek-Objek Penelitian Tafsir


Tidak dapat dipungkiri bahwa sejak zaman Rasullulah ‫ ﷺ‬hingga saat ini,
upaya penafsiran Al-Qur’an tidak pernah mengalami penurunan ataupun penghentian.
Bahkan kandungan Al-Qur’an senantiasa eksis dalam memancarkan cahaya
kebenaran ditengah arus perkembangan zaman. Hal ini berdampak pada kegiatan
penelitian yang terus mendorong pada upaya dalam memahami Al-Qur’an.
Setidaknya ada tiga bahasan yang terdapat dalam objek penelitian tafsir, yaitu sebagai
berikut:
1. Al-Qur’an Al-Karim
Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
‫ ﷺ‬jika dibaca bernilai ibadah.1 Pendapat lain menyebutkan pengertian Al-Qur’an
dengan kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad ‫ ﷺ‬melalui perantara
malaikat Jibril dari surah Al-Fatihah sampai surah An-Nas yang jika dibaca bernilai
ibadah, dan disampaikan secara mutawatir. Dari dua pengertian sebelumnya, dapat
dilihat bahwa pengertian pertama menjelaskan hal pokok yang terdapat pada Al-
Qur’an, sedangkan pengertian kedua menjelaskan lebih banyak aspek, seperti yang
membawa Al-Qur’an ke dunia yaitu malaikat Jibril, surah-surah yang terdapat dalam

1
Manna’ Al-Qathan, Mabahits Fi Ulumil Qur’an (Beirut: Mansurat al-Asril Hadis, 1990),
Hal.21.

3
4

Al-Qur’an, serta tata cara penyampaian Al-Qur’an oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬yaitu


dengan cara mutawatir.2
Dalam penelitian tafsir, ada beberapa hal yang bisa diteliti pada Al-Qur’an
yaitu: Isi/kandungannya yang sangat lengkap dan sempurna; Keindahan bahasanya
dan ketelitian redaksinya; Kebenaran berita-berita gaibnya; dan Isyarat-isyarat
ilmiahnya.3
a) Isi/kandungan Al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai objek penelitian dari segi kandungannya, bisa
ditinjau dari aspek persoalan-persoalan yang disinggung secara oleh Al-
Qur’an seperti persoalan shalat, zakat, haji dan lain sebagainya. Penelitian
berkenaan dengan persoalan ini, bisa dilakukan dengan metode maudhu'i
(tematik), yakni mengumpulkan ayat-ayat yang memiliki tema yang sama.
Selain itu, Al-Qur’an juga bisa diteliti berkenaan dengan persoalan-persoalan
yang tidak disinggung secara langsung oleh Al-Qur’an, seperti persoalan-
persoalan kontemporer. Sebagai contoh, masalah terorisme dan kesehatan.
Persoalan-persoalan seperti ini bisa dikaji melalui pengungkapan prinsip-
prinsip yang dikandung oleh persoalan tersebut. Misalnya, terorisme dalam
pandangan Al-Qur’an. Hal ini bisa dikaji melalui sifat-sifat yang dikandung
oleh terorisme tersebut, seperti memberi rasa takut, ancaman, ataupun hal-hal
yang membahayakan bagi orang lain.4
b) Keindahan bahasa dan ketelitian redaksinya
Tentu saja hanya orang yang memahami bahasa Arab yang dapat
merasakan keindahan bahasa Al-Qur’an. Sebagaimana ditegaskan oleh Dr. M.
Quraish Shihab dalam bukunya Membumikan Al-Qur’an, bahwa tidak mudah
untuk mengetahui keindahan bahasa Al-Qur’an khususnya bagi kita yang
tidak memahami dan tidak memiliki “rasa bahasa” Arab. Sebab keindahan

2
Jani Arni, Metode Penelitian Tafsir, 1st ed. (Pekanbaru: Daulat Riau, 2013). Hal.15.
3
Ibid, Hal.17.
4
Ibid, Hal.17-18.
5

diperoleh melalui perasaan, bukan melalui nalar. Namun demikian, menurut


M. Quraish Shihab ada satu atau dua hal menyangkut redaksi Al-Qur’an yang
dapat membantu pemahaman aspek pertama ini. Seperti diketahui, seringkali
Al-Qur’an “turun” secara spontan, guna menjawab pertanyaan atau
mengomentari peristiwa. Misalnya pertanyaan orang Yahudi tentang hakikat
ruh. Pertanyaan ini dijawab secara langsung, dan tentunya spontanitas tersebut
tidak memberi peluang untuk berpikir dan menyusun jawaban dengan redaksi
yang indah apalagi teliti.5
c) Kebenaran berita-berita di dalamnya
Al-Qur’an memuat banyak kisah-kisah, seperti berkenaan dengan
umat-umat terdahulu (umat sebelum nabi Muhammad ‫)ﷺ‬, kisah tokoh-
tokoh, kisah nabi/Rasul terdahulu, serta kisah-kisah tentang kehidupan Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya. Salah satu kisah yang diceritakan
dalam Al-Qur’an adalah kisah Fir'aun. Dalam Surat Yunus dikisahkan tentang
Fir’aun yang tenggelam di laut merah sewaktu mengejar-ngejar Nabi Musa as.
Ditegaskan pula bahwa jasadnya tetap utuh, hal itu supaya menjadi pelajaran
bagi orang-orang sesudahnya, dan kebanyakan manusia melalaikan tanda-
tanda kekuasaan Allah. Dan firman Allah ‫ ﷻ‬benar adanya. Ahli purbakala,
Loret pada tahun 1896 menemukan satu mumi di lembah raja-raja Luxor
Mesir, yang dari data-data sejarah terbukti bahwa ia adalah Fir’aun yang
bernama Maniptah dan yang pernah mengejar Nabi Musa. Sampai sekarang
tubuh Fir’aun dalam keadaan utuh di Museum Kairo.6
d) Isyarat-isyarat ilmiahnya
Dalam Al-Qur’an terdapat banyak isyarat-isyarat ilmiah. M. Quraish
Shihab dalam bukunya Membumikan Al-Qur’an menguraikan bahwa banyak
sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam AI-Qur’an. Misalnya diisyaratkan
bahwa “Cahaya matahari bersumber dari dirinya sendiri, sedangkan cahaya

5
Ibid, Hal.19.
6
Ibid, Hal.22.
6

bulan adalah pantulan (dari cahaya matahari)” (lihat di QS. Yunus:5). Atau
bahwa jenis kelamin anak adalah hasil sperma pria, sedang wanita sekadar
mengandung karena mereka hanyalah bagaikan “ladang” (QS. AI Baqarah:
223), dan masih banyak lagi hal lainnya yang keseluruhannya belum diketahui
manusia, kecuali pada abad-abad bahkan tahun-tahun terakhir ini. Dari
manakah Rasulullah ‫ ﷺ‬mengetahuinya, kalau bukan dari Allah ‫ﷻ‬.
Tuhan yang Maha Mengetahui.7

2. Kitab-Kitab Tafsir
Dalam melakukan penelitian terhdap tafsir Al-Qur’an, tentunya tidak hanya
menjadikan Al-Qur’an sebagai satu-satunya objek penelitian. Selain melakukan
penelitian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan Al-Qur’an, penelitian terhadap
produk-produk tafsir juga dapat menjadi sebuah objek dalam melakukan penelitian
tafsir. Produk-produk tafsir yang dimaksud adalah kitab-kitab tafsir yang ditulis oleh
para mufassir dalam menjelaskan makna atau maksud yang terkandung di dalam Al-
Qur’an.
Adapun hal-hal yang dapat diteliti ialah berupa aspek-aspek yang menjadi
bagian dalam kitab-kitab tafsir tersebut. Adapun beberapa aspek yang bisa diteliti
terhadap kitab-kitab tafsir yang telah dihasilkan oleh para mufassir dari berbagai
generasi tersebut adalah,
a) Biografi pengarang kitab/mufassir.
Secara sederhana, biografi dapat dikatakan sebagai sebuah kisah
riwayat hidup seseorang. Biografi umumnya berbentuk singkat yang hanya
memaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan seseorang dan peranan
pentingnya.8 Penelitian terhadap biografi seorang mufassir dapat mencakup
seputar:
 kelahirannya, yaitu, dimana serta kapan mufasir tersebut lahir,

7
Prof. Dr. M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Jakarta: Lentera hati, 2013), Hal. 58.
8
Eko Zulfikar, “Rekonstruksi Objek Penelitian Tafsir Al-Qur’an: Konsep Dan Aplikasi,”
Tafsere 6, no. 2 (2018): 112.
7

 nasab, yaitu apakah keturunanannya termasuk orang-orang yang


terjaga juga,
 kepribadian, yaitu tentang akhlak serta perilakumnya,
 pendidikan, yaitu siapa saja guru-guru atau murid-muridnya, juga
dimana saja mufassir tersebut menuntut ilmunya, dan juga sejauh
mana keilmuannya,
 serta karya-karya yang pernah ditulis oleh mufassir tersebut.
Penelitian terhadap biografi mufassir berfungsi untuk mengidentifikasi
kitab tersebut, apakah kitab tersebut termasuk kitab klasik atau kontemporer.
Selain itu juga berfungsi melihat pengaruh sosio-kultural serta pendidikan
terhadap karya tafsir yang dihasilkan. Karena hal tersebut kemungkinan dapat
memeberikan pengaruh terhadap kitab tafsir, baik itu pengaruh terhadap corak
dan kecendrungan tafsirnya.9
b) Sistematika kitab.
Penelitian terhadap sistematika kitab ini dapat melihat aspek-aspek
yang ada dalam kitab tafsir tersebut, seperti penjelasan tentang asbab al-nuzul,
munasabah ayat, makna mufradat, balaghah, qira’at dan lain sebagainya.10
c) Corak Penafsiran
Corak tafsir adalah ragam, jenis dan kekhasan suatu tafsir. Corak tafsir
secara umum adalah kekhususan suatu tafsir yang merupakan dampak dari
kecenderungan seorang mufassir dalam menjelaskan makna dan kandungan
ayat Al-Qur’an. Namun pengkhususan suatu tafsir pada corak tertentu tidak
lantas menutup kemungkinan adanya corak lain dalam tafsir tersebut, hanya
saja yang menjadi acuan adalah corak dominan yang ada dalam tafsir tersebut,
sehingga tidak dapat dipungkiri dalam satu tafsir terkadang memiliki beberapa
kecenderungan. Para ulama tafsir mengklasifikasikan beberapa corak

9
Arni, Metode Penelitian Tafsir. H.23
10
Ibid.
8

penafsiran Al-Qur’an antara lain, corak tafsir fiqhi, falsafi, ilmi, akhlaqi,
i’tiqadi, shufi dan adabi al-ijtima’i.11
d) Metodologi
Metodologi maksudnya adalah metode yang digunakan oleh mufassir
dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. Apakah penafsirannya menggunakan
metode ijmali, tahlili, maudhu’i dan metode muqaran, atau bahkan kolaborasi
dari beberapa metode penafsiran.
Dalam perkembangan metode tafsir, al-Farmawi mengklasifikasikan menjadi
empat,12
 Pertama, metode tahlili, di mana dengan menggunakan metode ini,
mufassir berusaha menjelaskan seluruh aspek yang terkandung oleh
ayat-ayat Al-Qur’an dan mengungkapkan segenap pengertian yang
dituju. Keuntungan metode ini adalah peminat tafsir dapat menemukan
pengertian secara luas dari ayat-ayat Al-Qur’an.
 Kedua, metode ijmali, yaitu ayat Al-Qur’an dijelaskan dengan
pengertian garis besarnya saja, contoh yang sangat familiar adalah
tafsir Jalalain.
 Ketiga, metode muqaran, yaitu menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an
berdasarkan apa yang telah ditulis oleh mufassir sebelumnya dengan
cara membandingkannya.
 Keempat, metode mawdhu’i, yaitu seorang mufassir mengumpulkan
ayat-ayat dibawah suatu topik tertentu kemudian ditafsirkan.
e) Referensi
Penelitian terhadap referensi atau kitab-kitab yang dijadikan rujukan
dalam penafsirannya berfungsi untuk melihat keluasan wawasan mufassir

11
Zulfikar, “Rekonstruksi Objek Penelitian Tafsir Al-Qur’an :Konsep Dan Aplikasi.”
12
Ibid.
9

terhadap kitab-kitab tafsir terdahulu serta untuk melihat bagaimana sikap


mufassir tersebut terhadap pendapat-pendapat yang ada.13

3. Persoalan Masyarakat
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah ‫ ﷻ‬memiliki dua kewajiban yaitu
hablul min Allah dan habhul min Nas, yakni makhluk individual dan manusia juga
sebagai makhluk sosial. Baik hubungan dengan Allah sang penciptanya dan juga
sebagai makhluk sosial baik hubungannya dengan manusia yang lain. Manusia
membutuhkan ketenangan beribadah, memerlukan makanan, minuman, pakaian,
tempat tinggal dan kebutuhan lainnya. Sedangkan sebagai makhluk sosial, ia
membutuhkan teman untuk bergaul untuk menyatakan suka dan duka, dan memenuhi
berbagai kebutuhan lainnya yang bersifat kolektif. Manusia membutuhkan kedua sisi
kehidupan tersebut.14

Masyarakat adalah kumpulan sekian banyak individu kecil atau besar yang
terikat oleh satuan, adat kebudayaan dan hidup bersama.15 Dapat dipahami
bahwasanya sebuah masyarakat terhimpun dari beberapa manusia yang saling
membutuhkan satu sama lain. Dan sebagai kelompok masyarakat, manusia tentu
menginginkan lingkungan sosial yang ramah, peduli, santun, saling menjaga dan
menyayangi, saling membantu, taat pada aturan, tertib, disiplin, serta menghargai
hak-hak azasi manusia, dan lain sebagainya.

Maka untuk menciptakan lingkungan seperti ini, sebuah masyarakat mesti


memiliki aturan atau pegangan dalam kehidupannya bermasyarakat. Dan Al-Qur’an
sebagai kitab pedoman umat islam juga memberikan perhatian penuh terhadap hal
tersebut. Dalam Al-Qur’an dapat dijumpai ayat-ayat yang membahas tentang
hubungan manusia dengan manusia lainnya. Oleh karena itu setiap persoalan mestilah

13
Arni, Metode Penelitian Tafsir.
14
M. Kafrawi, “Konsep Tentang Masyarakat Menurut Perspektif Al-Qur’an Al-Karim,”
Jurnal: Perada (Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu) 4, no. 1 (2021): 37–41.
15
Ibid.
10

sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an, sebagaimana fungsi Al-Qur’an adalah sebagai


pedoman hidup manusia.

Maka dalam melakukan sebuah penelitian tafsir, persoalan masyarakat juga


menjadi objek yang penting untuk diteliti. Hal ini karena kebutuhan dan keterkaitan
anatara manusia itu sendiri dengan Al-Qur’an sebagai pedoman untuk menciptakan
lingkungan yang baik. Ada banyak persoalan masyarakat yang terkini yang dapat
diteliti dan dikembalikan lagi kepada tuntunan Al-Qur’an.

Penafsiran terhadap al-Qur`an telah berkembang dari masa ke masa. Bahkan


tidak pernah berhenti selama proses penafsiran dilakukan. Karena al-Qur`an sendiri
memang sangat terbuka untuk ditafsirkan (multi-interpretable), dan sangat mungkin
masing-masing mufasir ketika menafsirkan al-Qur`an juga dipengaruhi oleh kondisi
sosio-kultural dimana ia tinggal, bahkan situasi politik yang melingkupinya juga
memiliki andil dalam penafsiranya.16 Artinya penafsiran Al-Qur’an dapat menjawab
seluruh persoalan pada setiap zaman, karena keterbukannya tersebut.

Ada beberapa contoh persoalan terkini yang pernah diteliti, dan dikaitkan
dengan penafsiran Al-Qur’an, diantaranya yaitu:

 Riba Bunga Bank dan Tafsir Al Baqarah Ayat 275


 Respon Terhadap Program Keluarga Berencana
 Bidah pengeras Suara

16
Syihabuddin Alwy and Nawal Nur Arofah, “Isu-Isu Sosial Masyarakat Dalam Tafsir (Kajian
Analisis Wacana Tafsir Tāj Al-Muslimīn Min Kalāmi Rābb Al-‘Alamin Karya K.H. Misbach
Mustafa),” AL ITQAN: Jurnal Studi Al-Qur’an 2, no. 1 (2016): 64.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penafsiran terhadap Al-Qur’an sejak masa Rasulullah hingga sekarang, tidak
pernah mengalami stagnasi. Penafsiran Al-Qur’an juga mampu menjawab segala
persoalan di setiap zamannya. Oleh karena itu sekarang dapat dijumpai banyak dari
karya atau kitab tafsir yang ditulis oleh para ulama. Adapun yang dimaksud dengan
objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi sasaran atau target dalam melakukan
peneltian. Maka adapun objek dalam penlitian tafsir dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
Al-Qur’an, kitab-kitab tafsir, serta persoalan masyarakat.
Ketika melakukan penelitian tafsir, maka ada beberapa aspek dalam Al-
Qur’an yang dapat diteliti, yaitu meliputi; Isi/kandungannya yang sangat lengkap dan
sempurna, Keindahan bahasanya dan ketelitian redaksinya, Kebenaran berita-berita
gaibnya, dan Isyarat-isyarat ilmiahnya. Kemudian adapun aspek-aspek yang dapat
diteliti dari produk-produk tafsir (kitab-kitab tafsir) yaitu meliputi; Biografi atau
sejarah kehidupan seorang mufassir, kemudian sitematika dalam kitab tafsir, corak
penafsiran, metodologi penafsiran yang digunakan, serta referensi atau rujukan yang
digunakan oleh mufassir dalam menulis kitab tafsirnya. Dan berkaitan dengan
persoalan masyarakat, maka pemelitian terhadap tafsir berfokus pada persoalan atau
isu-isu sosial yang terdapat dalam lingkunan masyarakat. Dimana persoalan
masyarakat tentu harus sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup.
B. Saran
Lebih banyak membaca literatur terkait permasalahan ini, sehingga pembaca
akan dengan mudah memahami kompleksitas dan relevansi objek penelitian tafsir,
makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang bagaimana tafsir
memainkan peran dalam pemikiran dan budaya Muslim dari zaman ke zaman.

11
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Al-Qathan, M. (1990). Mabahits Fi Ulumil Qur’an. Beirut: Mansurat al-Asril Hadis.

Alwy, Syihabuddin, and Nawal Nur Arofah. “Isu-Isu Sosial Masyarakat Dalam Tafsir
(Kajian Analisis Wacana Tafsir Tāj Al-Muslimīn Min Kalāmi Rābb
Al-‘Alamin Karya K.H. Misbach Mustafa).” AL ITQAN: Jurnal Studi
Al-Qur’an 2, no. 1 (2016): 64.

Arni, Jani. Metode Penelitian Tafsir. 1st ed. Pekanbaru: Daulat Riau, 2013.

Baidan, P. (2015). Metodologi Khusus Penelitian Tafsir . Surakarta: Institut Agama


Islam Negeri Surakarta.

Kafrawi, M. “Konsep Tentang Masyarakat Menurut Perspektif Al-Qur’an Al-Karim.”


Jurnal: Perada (Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu) 4, no. 1 (2021):
37–41.

Shihab, P. D. (2013). Membumikan Al-Qur'an. Jakarta: Lentera Hati.

Zulfikar, Eko. “Rekonstruksi Objek Penelitian Tafsir Al-Qur’an :Konsep Dan


Aplikasi.” Tafsere 6, no. 2 (2018): 112.

12

Anda mungkin juga menyukai