Anda di halaman 1dari 10

Arsitektur dan lingkungan

Topik 03: Bioklimatik. Desain bangunan yang adaptif


terhadap lingkungan
29 Maret 2022
Pukul 08.40 – 10.20
Daring
Dr. Astuti

1
Pembahasan tanggal 22 Maret 2022
Energi yang
dikonsumsi
untuk
pembangunan
di Indonesia
adalah sebesar
37,8% dari
total konsumsi
energi nasional
Bentuk kerusakan lingkungan akibat kebutuhan sektor pangan dan sektor hunian:
Merubah fungsi hutan konservasi sebagai penghasil O2 menjadi fungsi hunian, atau fungsi holtikultura (kebun
sayur mayur).
Perubahan fungsi hutan juga dapat memicu bencana, seperti menimbulkan bencana longsor, banjir.

longsor

Banjir bandang di Malang, diduga


disebabkan oleh alih fungsi hutan
menjadi lahan kebun sayur

Jejak karbon akibat pembangunan


 Menurunkan Jejak karbon dalam proses pembangunan,
jejak karbon penggunaan, sampai pembongkaran
Bangunan ramah lingkungan:
Sebagai solusi kerusakan lingkungan.  Sustainable

 Dapat
 Belum tentu semua Modal awal pembangunan
dilakukan
bangunan hijau bangunan hijau mahal
ramah lingkungan, oleh seluruh Operasional murah
masyarakat Tidak dapat diterapkan pada
sebagian besar bangunan

Green roof: 50%


Artinya 50% menggunakan atap
berbahan renewable / dapat didaur
ulang dan merupakan material
lokal / green material

 Penilaian oleh masing-masing Tiap negara memiliki sistem rating, namun secara umum,
negara. system rating tersebut memiliki kesamaan, yaitu
Indonesia: GBCI mempertimbangkan:
1. Konservasi energi,
Klasifikasi: platinum, emas, 2. Konservasi air,
perak, perunggu 3. Kualitas ruang dalam bangunan
Yang berbeda pada tiap negara adalah penentuan bobot
masing-masing, serta sistem pemeringkatan
Pendekatan perancangan hemat energi
(mengatur penggunaan energi)
• Minimalisir perolehan panas matahari langsung
• Tanggap terhadap iklim: Orientasi bangunan U-S (memanjang T-B); kelembaban,
pencahayaan
• Maksimalkan pelepasan panas bangunan
• Minimalkan radiasi panas dari atap ke plafond
• Hindari radiasi matahari masuk bangunan atau mengenai bidang kaca
• Manfaatkan radiasi matahari tidak langsung untuk penerangan alami
• Optimalkan ventilasi silang
• Warna (warna terang untuk daerah tropis) sehingga tidak memberi tambahan
panas ke dalam bangunan. Warna gelap / kusam di negara 4 musim misal Eropa
agar banyak panas diserap, sehingga ruang menjadi hangat
• Rancangan ruang luar: meminimalisasi penggunaan material keras untuk
menutup permukaan halaman, taman, parkir
• Dalam skala kawasan, mengutamakan kemiringan jalur yang relative datar
Pengertian Arsitektur bioklimatik:
Suatu pendekatan desain yang mengarahkan arsitek untuk
mendapatkan penyelesaian desain berdasarkan iklim setempat sebagai
faktor penentu untuk menciptakan kenyamanan bagi pengguna dalam
melakukan aktifitasnya.

Strategi pendekatan bioklimatik didasarkan pada:


• comfort based-rationale Pendekatan desain yang adaptif terhadap
iklim setempat untuk menciptakan kenyamanan thermal dalam
ruang
• low energy consumption

Strategi: mewujudkan kenyamanan termal dengan adaptasi terhadap


iklim setempat, mencakup:
• aspek arsitektur
• aspek iklim
• aspek biologi
• aspek teknologi
Strategi pendekatan design bioklimatik (Ken Yeang, 1990)
Faktor yang diperhatikan:
a. Perlindungan terhadap panas bangunan
Diterapkan pada selubung bangunan, terutama dengan isolasi panas serta aliran udara yang
mengalir melalui bukaan.
b. Penggunaan energi surya untuk pendingin dan penerangan alami sepanjang tahun. Hal ini dapat
dicapai dengan menentukan orientasi bangunan yang tepat dari bangunan terutama arah bukaan,
tata letak ruang interior, disesuaikan dengan kebutuhan pendingin ruang, dan desain sistem pasif
dengan mengatur penghawaan alami serta pencahayaan alami
c. Perlindungan bangunan dari terpaan panas matahari:
a. menggunakan pembanyangan
b. double skin berupa selubung bangunan (dinding eksternal pada bagian luar ruangan)
c. penggunaan warna
d. permukaan reflektif
d. Mereduksi panas yang terakumulasi dari bangunan ke lingkungan sekitar dengan menggunakan
sistem alami dan teknik pendinginan pasif, seperi ventilasi alami
e. Peningkatan dan penyesuaian kondisi lingkungan dalam bangunan sehingga penghuni merasa
nyaman dengan cara meningkatkan pergerakan udara
f. Peningkatan iklim mikro di seputar bangunan melalui desain bioklimatik untuk ruang luar.
a. Penentuan Orientasi
Orientasi bangunan sangat penting untuk menciptakan konservasi energi. Secara umum, susunan
bangunan dengan bukaan menghadap utara dan selatan memberikan keuntungan dalam mengurangi
insulasi panas. Orientasi bangunan yang terbaik adalah meletakkan luas permukaan bangunan terkecil
menghadap timur – barat memberikan dinding eksternal pada luar ruangan atau pada teras terbuka
b. Membuat ruang Transisional
Ruang transisional dapat diletakkan di tengah dan sekeliling sisi bangunan sebagai ruang udara. Ruang ini
dapat menjadi ruang perantara antara ruang dalam dan ruang luar bangunan. Ruang ini bisa menjadi
koridor luar yang mampu menghambat transfer panas
c. Desain Pada Dinding
Pada daerah tropis dinding luar harus bisa digerakkan untuk pengendalian udara dan cross ventilation
untuk kenyamanan thermal dalam bangunan
d. Hubungan Terhadap Landscape
Lantai dasar bangunan tropis seharusnya lebih terbuka keluar dan menggunakan ventilasi yang alami
karena hubungan lantai dasar dengan jalan juga penting. Tumbuhan dan lanskap juga dapat digunakan
tidak hanya untuk kepentingan ekologis dan estetik semata, tetapi juga membuat bangunan menjadi lebih
sejuk. Mengintegrasikan antara elemen biotik tanaman dengan bangunan, dapat memberikan efek dingin
pada bangunan dan membantu proses penyerapan O2 dan pelepasan CO2
e. Penggunaan Alat Pembayang Pasif
f. Pembayang sinar matahari adalah pembiasan sinar matahari pada dinding yang menghadap matahari
secara langsung (pada daerah tropis berada disisi timur dan barat)

Anda mungkin juga menyukai