Anda di halaman 1dari 15

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS

IV SDN 1 RATE-RATE DENGAN MENGGUNAKAN METODE


LATIHAN TERBIMBING PADA MATERI GEOMETRI

Rahmat Suhendro1,
1
Mahasiswa PGSD, FKIP, Universitas Terbuka
2
Dosen PGSD, FKIP, Universitas Terbuka
Email: rahmat.suhendro@gmail.com
Email:

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menjajagi penggunaan metode latihan terbimbing dalam
pembelajaran matematika di SD. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana
gambaran hasil belajar siswa kelas IV SDN 1 Rate-Rate yang diajar dengan menggunakan
metode latihan terbimbing pada materi geometri? Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas IV SDN 1 Rate-Rate yang diajar dengan
menggunakan metode latihan terbimbing pada materi pokok geometri. Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah
20 siswa. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini tercapai bila minimal 75% siswa yang
menjadi subyek penelitian telah mencapai nilai minimal sebesar 65 (KKM dari sekolah).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar iswa kelas IV SDN 1 Rate-Rate dapat
ditingkatkan melalui metode latihan terbimbing pada materi pokok geometri. Ketuntasan
belajar siswa secara kelasikal dari siklus sebelumnya hanya 60% dari 20 orang siswa
meningkat menjadi 90% pada siklus II. Secara individu dari 20 orang siswa kelas IV SDN 1
Rate-Rate yang menjadi subyek penelitian ini menunjukkan bahwa 90% siswa telah mencapai
ketuntasan yang hasil belajarnya 65. Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar guru
menggunakan metode latihan terbimbing sebagai salah satu alternatif mengatasi kesulitan
siswa dalam memahami matematika.

Kata Kunci: Hasil belajar, Metode, Latihan Terbimbing

PENDAHULUAN
Pendidikan memiliki peran sangat penting dalam pembangunan bangsa terutama untuk
mempersiapkan generasi yang akan menjadi pelaku kemajuan dan perubahan masyarakat
masa depan. Peningkatan mutu pendidikan saat ini merupakan kebutuhan yang sangat
mendesak sebab keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh keberadaan sumber
daya manusia yang berkualitas. Hal ini dapat tercapai bila pendidikan yang dilaksanakan juga
berkualitas. Untuk meningkatkan proses belajar mengajar dalam pendidikan tentunya
membutuhkan banyak hal yang harus dilakukan sehingga apa yang menjadi tujuan untuk
lembaga pendidikan dapat tercapai dengan baik. Sebagai seorang guru tentu ada upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan, di antaranya yaitu memperbaiki kinerja pelaksanaan
pembelajaran, memperhatikan model pembelajaran dalam KBM, serta memiliki hati yang
membimbing siswa dengan baik.

1
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah pada setiap jenjang
pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),
Sekolah Menengah Atas (SMA) sampai dengan perguruan tinggi yang sangat memegang
peranan penting karena matematika dapat meningkatkan pengetahuan siswa dalam berpikir
secara logis, rasional, kritis, cermat, efektif dan efisien. Oleh karena itu, pengetahuan
matematika harus dikuasai sedini mungkin oleh para siswa. Namun banyak yang
menunjukkan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang masih sulit dipahami siswa
dan tidak semua siswa menyenangi matematika terutama dalam pemahaman konsep dasarnya,
yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa itu sendiri.
Rendahnya mutu pendidikan tidak terlepas dari rendahnya kinerja guru dalam
mengaplikasikan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum. Baik kurikulum KBK dan
maupun KTSP menuntut guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas menggunakan
berbagai macam pendekatan, strategi dan metode pembelajaran berdasarkan karakteristik
mata pelajaran, bahan ajarnya, kondisi lingkungan belajar yang mendukungnya. Untuk itu
guru dituntut harus selalu proaktif dan responsif terhadap semua fenomena-fenomena di kelas
serta berperan aktif dalam melakukan pembaharuan pendidikan, mengembangkan
pengetahuan dan keterampilanya melalui kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Pembelajaran matematika di kelas IV SDN 1 Rate-Rate siswa diharapkan dapat
memahami konsep geometri. Namun pada kenyataannya, siswa kurang mampu
memahaminya. Hal ini di sebabkan karena siswa tidak mengetahui bagaimana bentuk dan
langkah dalam menyelesikan masalah geometri. Hasil belajar siswa merupakan indikator
kualitas proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran yang berkualitas dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain: keterampilan mengajar guru, lingkungan belajar siswa, media
pelajaran yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran, cara guru
memotivasi siswa agar belajar dengan baik serta strategi dan model pembelajaran yang
diterapkan oleh guru dalam kelas. Proses pembelajaran dan hasil belajar siswa tidak hanya
ditentukan oleh sekolah, pola dan struktur serta isi kurikulum, ada yang paling penting adalah
kemampuan guru dalam mengajar dan membimbing siswa. Dimana salah satu faktor yang
sangat mendukung keberhasilan guru dalam mengelola pembelajaran adalah kemampuan guru
dalam menguasai dan menerapkan metode pembelajaran sesuai dengan karakteritik materi
pelajaran, agar siswa dapat belajar secara efektif.
Upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa khusunya matematika, diantaranya
dapat dilakukan dengan caramemperbaiki proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran
peranan guru sangatlah penting, oleh karena itu guru hendaknya mampu mencari strategi yang

2
dapat membelajarkan serta melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien sehingga hasil belajar siswa dapat
ditingkatkan.
Hasil pengalaman penulis selaku guru kelas IV bersama dengan teman sejawat di SDN
1 Rate-Rate ditemukan bahwa dalam beberapa kali ulangan pada mata pelajaran Matemátika
kelas IV pada tahun ajaran 2021/2022 pada materi pokok geometri (FPB) hanya 8 orang dari
15 siswa yang mendapat nilai diatas KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 65, sedangkan tahun
ajaran 2022/2023 ternyata hanya 9 dari 20 siswa yang nilainya diatas 65. Selama
pembelajaran berlangsung, jarang siswa yang mengajukan pertanyaan atau memberikan
tanggapan terhadap penjelasan guru. Berdasarkan hal tersebut peneliti mendikusikannya
dengan teman guru untuk mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang ada. Dari hasil
diskusi antara peneliti dengan teman guru sejawat pada tanggal 16 April 2023 bertempat di
SDN 1 Rate-Rate teridentifikasi beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, yaitu:
a) kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran;
b) siswa enggan bertanya kepada guru tentang materi yang tidak
dipahami;
c) siswa tidak dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan guru.
Dari hasil identifikasi masalah dan diskusi dengan teman guru sebagaimana diuraikan
di atas, kemudian diketahui bahwa yang menjadi faktor penyebab beberapa masalah yang
terungkap pada pembelajaran Matematika adalah metode ceramah yang digunakan guru
selama ini tidak dibarengi dengan pendekatan pembelajaran yang menerapkan metode latihan
terbimbing pendekatan persorangan, sehingga siswa merasa ada jarak dengan guru selama
proses pembelajaran berlangsung. Sementara siswa butuh dituntun dalam bentuk bimbingan
dan latihan terutama dalam mengerjakan soal-soal matematika. Guru kurang memahami
kesulitan siswa termasuk potensi individu perorang siswa dalam pembelajaran dan siswa pun
enggan menyampaikannya. Karena itu perlu ada pendekatan tertentu dalam pembelajaran
sebagai alternatif tindakan untuk dapat meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa untuk
terlibat dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil diskusi di atas dan kajian literatur tentang teori belajar untuk
mengatasi masalah pembelajaran Matematika pada materi geometri pada kelas IV SDN 1
Rate-Rate dalam proses pembelajaran di kelas, maka salah satu metode pembelajaran yang
dapat mengaktifkan siswa secara langusng untuk memahami materi yang dipelajari adalah
metode latihan terbimbing pendekatan perseorangan. Hal tersebut sesuai dengan jumlah siswa
yang hanya 15 orang sehingga penerapan metode pembelajaran latihan terbimbing dapat

3
mengoptimalkan potensi setiap individu yang belajar.
Aunurrahman (2019:33) berpendapat bahwa belajar merupakan kegiatan penting
setiap orang, termasuk di dalamnya belajar bagaimana seharusnya belajar. Oemar Hamalik
(2017:62) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia
yang berlangsung selama periode tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari
proses pertumbuhan. Menurut Zainal Aqib (2016:89) belajar adalah proses memetah yang
terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyababkan munculnya perubahan tingkah laku.
Sedangkan Oemar Hamalik (2017:30) mengatakan bukti seseorang telah belajar ialah
terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut misalnya dari tidak tahu menjadi tahu
dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Proses belajar yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam
bidang pengetahuan, dalam bidang keterampilan, dalam bidang nilai dan sikap. Adanya
perubahan itu tampak dalam hasil belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap pernyataan atau
persoalan tugas yang diberikan oleh guru.
Hasil ini berbeda sifatnya, tergantung di dalamnya siswa memberikan prestasi
misalnya dalam bidang pemahaman atau pengetahuan yang merupakan unsur kognitif. Seperti
kita ketahui bersama bahwa pendidikan mengandung tiga unsur yaitu unsur efektif, kognitif
dan psikomotor. Namun tidak semua perubahan merupakan hasil belajar. Menurut Hariyanto
(2016:34), bahwa seseorang yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan
tingkah laku baik dalam aspek pengetahuannya maupun keterampilan. Jadi jelaslah bahwa
belajar menghasilkan perubahan dalam diri seseorang sebagai hasil dari belajar atau prestasi
dari belajarnya itu. Sejalan dengan hal itu dikemukakan oleh Hamid (2016:62) bahwa prestasi
belajar merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa dalam bidang studi tertentu dan
memperolehnya dengan menggunakan tes standar sebagai pengukur keberhasilan seorang
siswa.
Menurut Aunurrahman (2019:41) model pengajaran langsung (Direct Instruction)
merupakan salah satu model pengajaran yang dirancang khusus untuk mengembangkan
belajar siswa tentang prosedur dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan dengan
menyajikan materi pelajaran secara selangkah demi selangkah. Pengetahuan deklaratif adalah
pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan procedural adalah pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu. Pengembangan model pengajaran langsung dilandasi oleh
latar belakang teoritik dan empirik tertentu. Diantaranya adalah ide-ide dari bidang sistem
analisis, teori pemodelan sosial dan perilaku, serta hasil penelitian tentang keefektifan guru
dalam melaksanakan fungsinya.

4
Pada model pengajaran langsung terdapat lima sintaks atau fase yang sangat penting,
yaitu menyiapkan siswa menerima pelajaran, demonstrasi, pelatihan terbimbing, umpan balik
dan pelatihan lanjut (mandiri). Kelima fase tersebut lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Metode latihan merupakan suatu metode yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berlatih melakukan keterampilan tertentu berdasarkan penjelasan atau petunjuk guru,
(Aqib, 2016:97). Bimbingan (guidance) adalah proses pemberian bantuan yang terus-menerus
dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar mencapai kemandirian dalam
pemahaman diri, penemuan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat
perkembangan optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan (Aqib, 2016:71). Menurut
Anju Dwivedi dalam bukunya, Metode Pelatihan Partisipatif, metode latihan merupakan suatu
metode yang membantu untuk memahami proses-proses yang rumit dan sulit. Sedangkan
bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorang atau
sekelompok orang secara terus-menerus dan sistematis oleh pembimbing agar individu atau
sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri (Sukamong, 2016:71).
Menurut Slameto (2015:72) menyatakan bahwa metode latihan adalah cara
penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan kesempatan berlatih kepada siswa untuk
meningkatkan keterampilan sebagai penerapan bahan atau pengetahuan yang telah mereka
pelajari sebelumnya untuk mencapai tujuan pengajaran.
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode latihan
terbimbing adalah metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berlatih melakukan keterampilan tertentu dengan pemberian bimbingan yang teru-menerus
dan sistematis. Sehingga diharapkan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Penggunaan istilah “Latihan” sering disama artikan dengan istilah “Ulangan”
padahal latihan maksudnya berbeda, latihan bermaksud agar pengetahuan dan kecakapan
tertentu dapat menjadi milik anak didik dan dikuasai sepenuhnya, sedangkan ulangan
hanyalah untuk mengukur sejauh mana dia telah menyerap pengajaran tersebut. Metode
latihan terbimbing disini dimaksudkan setelah menjelaskan materi ajar, guru memberikan
anak didik soal-soal latihan kemudian kemudian anak didik tersebut dibimbing dalam
menyelesaikan soal-soal tersebut. Menurut Aunurrahman (2019:62), guru sebagai
pembimbing dituntut untuk mengadakan pendekatan, bukan saja melalui pendekatan
instruksionalakan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat pribadi (personal
approach) dalam setiap proses belajar-mengajar berlangsung. Jadi latihan terbimbing disini
dimaksudkan bahwa guru memberikan soal-soal latihan kepada siswa untuk dikerjakan,

5
namun dalam pengerjaannya siswa dibimbing oleh guru tersebut, sehingga diharapkan siwa
benar-benar menguasi meteri yang diajarkan oleh guru tersebut.

Metode Penelitian
Subyek dalam penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah siswa kelas IV SDN 1
Rate-Rate yang berjumlah 20 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun
ajaran 2023/2024 pada bulan Oktober 2023 di SDN 1 Rate-Rate pada mata pelajaran
Matematika dengan materi pokok geometri. Perbaikan pembelajaran dalam penelitian ini
dilaksanakan dalam bentuk penelitian tindakan kelas yang merupakan suatu daur atau
siklus yang dapat digambarkan seperti gambar berikut.

Permasalahan Alternatif pemecahan Pelaksanaan tindakan I


(rencana tindakan)

Siklus I

Terselesaikan Refleksi I Analisis data I Observasi

Belum Alternatif pemecahan Pelaksanaan


terselesaikan rencana tindakan II tindakan II

Siklus II

Refleksi Analisis data II Observasi


Terselesaikan

Gambar 3.1 Siklus Pelaksanaan Penelitian.


Secara rinci kegiatan pada masing-masing tahap dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Perencanaan Tindakan
a. Peneliti bersama dengan guru teman sejawat berdiskusi dan mengidentifikasi
masalah pembelajaran, serta menetapkan alternatif tindakan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi dalam pembelajaran di sekolah, yaitu dengan menerapkan
metode latihan terbimbing dalam pembelajaran matematika.
b. Peneliti membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana perbaikan
pembelajaran (RPP), lembar observasi dan tes hasil belajar.
2. Pelaksanaan tindakan

6
Kegiatan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan metode latihan terbimbing dalam pembelajaran matematika sesuai dengan
rencana perbaikan pembelajaran.

3. Observasi dan evaluasi


Observasi dilakukan oleh guru dan peneliti pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Evaluasi
dilakukan untuk mengetahui dampak tindakan terhadap proses dan dampak terhadap hasil.
4. Refleksi
Kegiatan refleksi ini bertujuan untuk menganalisa data pada setiap akhir siklus.
Kegiatan pada tahap ini mencakup kegiatan analisis dan interpretasi atas informasi atau
hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Refleksi dilakukan terhadap seluruh hasil
observasi untuk menentukan tindakan pada tahap berikutnya. Dalam setiap siklus
pelaksanaan perbaikan pembelajaran peneliti diamati oleh teman sejawat dengan
menggunakan lembar observasi.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif
dalam bentuk persentase, nilai rata-rata, serta disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
Analisis deskriptif kualitatif digunakan pula untuk mengukur indikator kinerja berdasarkan
kriteria ketuntasan minimal. Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:

1. Secara individu TB =

2. Secara kelompok =

3. Nilai klasikal =

4. Menentukan persentase ketuntasan belajar


(Muh. Ali, 2015:47)
dengan: Σ TB = Jumlah siswa pada kategori ketuntasan belajar.
N = Jumlah siswa secara keseluruhan.

Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 65
(dokumentasi SDN 1 Rate-Rate). Merujuk pada KKM tersebut, maka indikator keberhasilan
tindakan dalam penelitian/perbaikan pembelajaran ini adalah jika 75% jumlah siswa yang
menjadi subyek penelitian telah memperoleh nilai serendah-rendahnya 65.
7
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Siklus I
Pada akhir siklus telah diajarkan, dilaksanakan evaluasi untuk mengecek
peningkatan hasil belajar siswa pada materi geometri dengan menggunakan hasil belajar
dalam bentuk essay tes. Setelah dilakukan tes hasil belajar maka akan di peroleh
ketuntasan dan tidak tuntasan hasil belajar tiap siklus. Dengan klarifikasi kategori tuntas
(skor 65) dan kategori tidak tuntas (skor 65). Dari hasil analisis tes siklus I di peroleh
nilai hasil belajar siswa.
Hasil hasil belajar siswa pada nilai siklus I dapat di lihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Persentase Hasil belajar Siswa Pada Siklus I.
NO Ketuntasan Jumlah Siswa Persentase (%)

1. Tuntas 12 60
2. Tidak Tuntas 8 40
Jumlah 20 100

Berdasarkan hasil analisis penilaian pada siklus I menunjukkan 12 dari 20 siswa


dengan persentase 60% memperoleh nilai 65 kategori tuntas dan 8 dari 20 siswa dengan

persentase 40% memperoleh nilai 65 kategori tidak tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa
indikator keberhasilan tindakan siklus I belum tercapai, maka peneliti dan observer akan
melanjutkan pada siklus II.
Pada tindakan siklus I pertama ini, pembelajaran dengan menerapkan metode
latihan terbimbing pada materi geometri belum sempurna sesuai apa yang di harapkan.
Masih banyaknya kekurangan yang ada serta hasil belajar siswa yang belum mencapai
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan pada penelitian ini, maka penelitian ini di
lanjutkan pada tindakan siklus II.
Analisis terhadap observasi di jadikan sebagai acuan untuk menentukan tindakan
selanjutnya. Setelah di adakan refleksi antara peneliti dengan observer, maka pertemuan
berikutnya peneliti harus:
8
a. Memberikan teguran kepada siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru pada
saat peroses pembelajaran berlangsung.
b. Menyampaikan materi harus jelas agar siswa cepat mengerti dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
c. Memotivasi siswa yang belum memahami peruses pembelajaran
d. Memberi masukan dan nasehat agar tampil berani dalam mengajukan pertanyaan
e. Memberikan bimbingan yang berkelanjutan kepada siswa yang mengalami kesulitan
dalam belajar
f. Mengelola kelas dengan tepat waktu dan efisien agar semua tahapan kegiatan dalam
skenario pembelajaran terlaksana dengan baik.
2. Siklus II
Pada akhir siklus selesai di ajarkan dilaksanakan evaluasi untuk mengecek pehaman
siswa pada materi menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan geometri dengan
menggunakan bentuk essay tes. Setelah melakukan tes hasil belajar maka akan diperoleh
ketuntasan dan ketidak tuntasan hasil belajar tiap siklus. Dengan klarifikasi kategori tuntas
(skor 65) dan kategori tidak tuntas (skor 65). Dari hasil analisis tes siklus II di peroleh
nilai hasil belajar siswa. Hasil hasil belajar siswa pada nilai siklus II dapat di lihat pada
Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil Hasil belajar Siswa Pada Siklus II
NO Ketuntasan Jumlah Siswa Persentase (%)

1. Tuntas 18 90
2. Tidak Tuntas 2 10
Jumlah 20 100

Berdasarkan hasil analisis penilaian pada siklus II menunjukkan 18 dari 20 siswa


dengan persentase 90% memperoleh nilai 65 kategori tuntas dan 2 dari 20 siswa dengan

persentase 10% memperoleh nilai 65 kategori tidak tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa
indikator keberhasilan tindakan siklus II telah tercapai yakni 90% dari jumlah keseluruhan
siswa yang memperoleh nilai 65, maka penelitian di hentikan.

Pada tindakan siklus II ini pembelajaran dengan menerapkan metode latihan


terbimbing pada materi pokok geometri sudah sempurna sesuai sesuai apa yang di
harapkan baik guru maupun siswa. Hal ini di tandai denga siswa yang sudah siap untuk

9
belajar, berbagi pengetahuan dengan siswa lain, dan sudah terbiasa dengan model metode
yang di terapkan. Selain itu, guru sudah mampu mengorganisasikan waktu dengan baik dan
dapat memberikan bimbingan secara merata kepada semua siswa. Penjelasan guru tentang
materi pelajaran jelas sehingga siswa mengerti. Berdasarkan hasil analisis tindakan siklus
II diperoleh hasil belajar siswa ncapai 90% dan pelaksanaan skenario pembelajaran yang
dilakukan oleh guru mencapai 90,38% serta aktifitas belajar siswa telah mencapai 91,66%.
Ini menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II ini dapat di katakan berhasil.
Peningkatan aktifitas siswa dan guru serta hasil belajar siswa dapat di lihat pada gambar
berikut.

Gambar 4.1 Peningkatan Aktivitas Siswa, Guru dan Hasil belajar Siswa

Berdasarkan gambar di atas data hasil yang di peroleh pada tindakan siklus II
berarti hasil belajar siswa mengalami peningkatan, karena materi pelajaran telah habis,
maka penelitian ini di hentikan sampai pada siklus II. Ini di karenakan indikator
keberhasilan sudah tercapai. Dengan demikian hipotesis tindakan telah tercapai dengan
menggunakan metode latihan terbimbing hasil belajar siswa kelas IV SDN 1 Rate-Rate
pada materi pokok geometri dapat meningkat.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, penelitian ini dilakukan dengan
maksud untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi geometri. Dalam proses
belajar-mengajar posisi guru sebagai pembelajar dan siswa sebagai peserta belajar
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat di pisahkan antara satu dengan yang lainnya.

10
Posisi siswa sebagai peserta belajar dalam proses belajar mengajar dikelas menyebabkan
aktifitas siswa dapat dipengaruhi oleh aktifitas guru sebagai pembelajar dalam mengelola
pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I bahwa penerapan metode latihan
terbimbing belum optimal. Pada siklus ini, masih banyak kekurangan-kekurangan yang
perlu di perbaiki. Hal ini dikarenakan sebagian siswa masih belum siap untuk belajar,
masih ada siswa yang belum mampu memahami materi pelajaran, guru tidak
mengoganisasikan waktu dengan baik serta kurangnya berbagi pengetahuan dengan siswa
lain. Siswa tidak terlalu memberikan perhatian terhadap penjelasan guru menyebabkan
terjadinya keributan pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa kuang memperhatikan
bimbingan yang di lakukan oleh guru/peneliti.
Berdsarkan hasil observasi pada siklus I, ketuntasan pelaksanaan skenario
pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada siklus I ini mencapai 68,26% dan diikuti oleh
siswa mencapai 63,88%. Hal menunjukkan bahwa pelaksanaan skenario pembelajaran
belum memenuhi indikator keberhasilan tindakan dalam penelitian ini yakni 80%.
Sehingga di lanjutkan pada siklus kedua. Pelaksanan tindakan siklus II menitifberatkan
pada hasil observasi siklus I, dimana kekurangan-kekurangan pada siklus I akan di perbaiki
pada siklus II yang sesuai dengan refleksi antara peneliti.
Hasil observasi pada siklus kedua mengalami peningkatan yang signifikan, hal ini di
karenakan pengorganisasian waktu dengan tepat, mengikuti bimbingan yang diberikan oleh
guru/peneliti, pemahaman siswa terhadap materi pelajaran meningkat, pembelajaran
dilakukan sesuai dengan skenario pembelajaran. Aktivitas siswa dalam menerima pelajaran
pada siklus II memperoleh 91,66% dan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran
memperoleh persentase rata-rata 90,38%. Berdasarkan hasil observasi tersebut maka telah
mencapai indikator keberhasilan tindakan yakni 80%, ini dapat di tunjukan pada gambar
berikut:

11
Gambar 4.1 Persentase Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I dan II
Peningkatan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran yang menerapkan
metode latihan terbimbing pendekatan kelompok memberikan pengaruh terhadap
peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut dapat di lihat dari
tabel analisis hasil belajar di atas menunjukkan bahwa persentase ketuntasan belajar siswa
mengalami peningkatan. Pada siklus pertama persentase jumlah siswa yang sudah tuntas
sebanyak 12 orang atau 60% dari 20 siswa kemudian mengalami peningkatan menjadi 18
siswa atau 90% dari 18 orang siswa pada siklus II. Artinya, pada siklus I, jumlah siswa
yang belum tuntas senyak 8 oang sedangkan pada siklus II siswa yang belum tuntas sisa 2
orang. Jadi persntase jumlah siswa yang sudah tuntas pada siklus II meningkat 30% dari
siklus I. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.3 Persentase Ketuntasan Hasil belajar Siswa pada Setiap Siklus

Dari gambar di atas menunjukkan peningkatan persentase ketuntasan belajar


siswa secara klasikal dari siklus sebelumnya hanya 60% dari 20 orang siswa meningkat
menjadi 90% pada siklus II. Secara individu dari 20 orang siswa kelas IV SDN 1 Rate-

12
Rate yang menjadi subyek penelitian ini menunjukkan bahwa 90% siswa telah mencapai
ketuntasan yang hasil belajarnya 65 maka penelitian ini dihentikan pada siklus II. Ini
berarti bahwa hipotesis tindakan telah terjawab yaitu melalui penerapan metode latihan
terbimbing pada materi pokok geometri di kelas IV SDN 1 Rate-Rate.

SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT


A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penerapan metode latihan terbimbing dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran siswa
kelas IV SDN 1 Rate-Rate selama pembelajaran matematika pada materi geometri
69,44% di siklus I menjadi 91,66% pada siklus II.
2. Penerapan metode latihan terbimbing dapat meningkatkan aktifitas mengajar guru di
kelas IV SDN 1 Rate-Rate pada materi geometri 68,75% pada siklus I menjadi 92,38%
pada siklus II.
3. Hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode latihan
terbimbing dapat ditingkatkan yang ditunjukkan dengan peningkatan persentase
ketuntasan belajar siswa secara kelasikal dari siklus sebelumnya hanya 60% dari 20
orang siswa meningkat menjadi 90% pada siklus II. Secara individu dari 20 orang siswa
kelas IV SDN 1 Rate-Rate yang menjadi subyek penelitian ini menunjukkan bahwa
90% siswa telah mencapai ketuntasan yang hasil belajarnya 65.

B. Saran dan Tindak Lanjut


Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada guru mata pelajaran matematika dapat menggunakan metode
latihan terbimbing sebagai salah satu alternatif pembelajaran matematika untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.
2. Bagi peneliti hendak menggunakan metode latihan terbimbing sebaiknya
menggunakan waktu dengan baik sehingga pembelajaran dengan menggunakan
metode latihan terbimbing dapat terlaksanakan dengan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. (2017). Meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa Kelas XI IPA~6


Melalui Metode SQ3R SMA Negeri 1 Bontonompo, kecamatan Botonompo,
Kabupaten Gowa. Jurnal Nalar Pendidikan, Vol 5. No. 7. ISSN: 2339-0749.

Alian, R., Sitompul, S. S., & Syarif H, M. M. (2022). Implementasi Problem Based Learning

13
dan Latihan Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika. Jurnal Education
and Development, 10(3), 223–230.

Aqib, Zainal. (2016). Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual


(Inovatif). Bandung: CV. Yrama Widya.

Armitasari, Ajeng Murti. (2016). Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan Dengan


Menggunakan Media Kartu Kata Bergambar Pada Siswa Kelas IA SD. Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 37. 5.

Asyhar, Rayandra. (2017). Kreatif Mengembangan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi


Jakarta.

Aunurrahman. (2019). Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Basuki, Ismet dan Hariyanto. (2016). Asesmen Pembelajaran. Bandung: P.T Remaja
Rosdakarya.

Boliti, Sukamong. (2016). Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV


SDN I Lumbi-Lumbia Melalui Metode Latihan Terbimbing. Jurnal Kreatif
Tadulako. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako, Vol. 2
No.2, ISSN 2354-614X, 12-14.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/viewFile/2831/1924, di akses
pada tanggal 2 Januari 2022.

Darmadi, Hamid. (2016). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Emzir. (2017). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Gunawan, Muhammad Ali. (2015). Statistik Penelitian Bidang Pendidikan, Psikologi dan
Sosial. Yogyakarta: Parama Publishing.

Hamalik, Oemar. (2017). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hamdayama, Jumanta. (2014). Model dan Metode Pembelajaran Kreatif Dan Berkarakter.
Jakarta: Ghalia Indonesia.

Hatibe, Amiruddin. (2016). Metodologi Penelitian Pendidikan IPA. Yogyakarta: Suka- press
UIN Sunan Kalijaga.

Indriana, Dina. (2015). Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Jogjakarta: Diva Press.
Juliani, R., Fatmawati, & afaruddin. (2019). Efektivitas Metode Latihan Terbimbing dalam
Meningkatkan Keterampilan Bercocok Tanam Kangkung Hidroponik Kelas VIII di
SLB Autisma YPPA Padang. Jurnal Penelitian Pendidikan Kebutuhan Khusus, 7(1),
210–215.

Merta, N. L. S. (2022). Penerapan Latihan Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar


PJOK Siswa. Journal of Education Action Research, 6(3), 333–340.
https://doi.org/10.23887/jear.v6i3.49546

Rahayu, Kiki. (2017). Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Teknik Latihan

14
Terbimbing Berdasarkan Ilustrasi Tokoh Idola Siswa Kelas X.4 SMA Negeri 1
Wanadadi Banjarnegara. Semarang: Skripsi Universitas Negeri Semarang tidak
dipublikasikan

Rusnilawati, dkk. (2018). Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran Edukatif dari Sampah
Anorganik Bagi Siswa dan Guru Di SLB N Semarang. Jurnal: University Research
Colloquium.

Siregar, S. F. (2019). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam di Kelas VII-2 Melalui Pendekatan Pembelajaran Cara Belajar Siswa Aktif Di
SMP Negeri 29 Medan. Jurnal Biolokus, 2(2), 217–221.

Suriani, I., Musthafa, B., & Damaianti, V. S. (2018). Penerapan Metode Latihan Terbimbing
Bermedia Cerita Bergambar untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerpen
Siswa MTS Negeri Jatibarang Indramayu Tahun Pelajaran 2014-2015. Jurnal
Tuturan, 8(1), 47–61.

15

Anda mungkin juga menyukai