Anda di halaman 1dari 13

RESUME

PEMBAHARUAN KURIKULUM

Dosen Pengampu : Dra. Rifda Eliyasni, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 1:

1. Anggun Floresita Ramadani (2119012)


2. Chairun Nisa (21129179)
3. Putri oktaviliza (21129456)
4. Rieke Diah Agusti (21129108)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


DAPARTEMEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
A. Konsep Dasar Pembaharuan Kurikulum
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pendidikan, Kurikulum mencerminkan falsafah
pandangan hidup bangsa, ke arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan yang kelak
akan ditentukan oleh kurikulum yang digunakan oleh bangsa tersebut. Pembaharuan
atau Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru, kemudian diadakan
dengan bentuk-bentuk hasil kreasi baru. Dalam kaitan ini Ibrahim menyatakan bahwa
invention adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode
yang diamati sebagai sesuatu (benda) yang sebenarnya telah ada tetapi semula belum
diketahui orang. Pembaharuan tidak selalu menemukan menciptakan sesuatu yang
baru, tetapi bisa saja merupakan penyesuaian dengan apa yang telah lazim dilakukan
atau pengembangan dari bentuk yang sudah ada untuk menuju kearah yang lebih baik
dan inilah yang disebut discovery.
Jadi pembaharuan kurikulum adalah suatu gagasan/praktek kurikulum baru dengan
menggunakan bagian-bagian yang potensial, dari kurikulum tersebut dengan tujuan
untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu. Pembaharuan tidak
dengan sendirinya membawa perbaikan walaupun dimaksudkan untuk perbaikan
peningkatan mutu. Ini tergantung pada pelaksanaan dan penilaian dari sistem nilai
yang ditentukan.
Konsep Pembaharuan kurikulum pada umumnya adalah mengotak-atik mata
pelajaran dalam kurikulum,mengubah dan memperbaiki tujuan dan menambahkan
atau mengurangi muatan belajar. Tindakan seperti ini bukannya salah, tetapi bagian
terpenting dari sebuah pendidikan adalah bukan pada isinya yang banyak, tetapi
pendekatan cara mendidik.
Rencana Pendidikan di Sekolah isinya bukan saja mengenai kegiatan intra kurikuler
tetapi juga ekstra kurikuler. Yang dimaksud dengan kegiatan ekstra kurikuler bukan
saja berupa klub tetapi seharusnya dikembangkan berdasarkan rundingan guru, kepala
sekolah, orang tua dengan mempertimbangkan kemampuan anak dan kondisi
lingkungan/daerah di mana dia berada.
Dengan kata lain, bukan memaksa guru atau menyengsarakan guru karena
ketidakjelasannya dalam mengembangkan materi yang dia ajarkan. Akan tetapi harus
mengajak komponen sekolah untuk membicarakan bagaimana pendidikan disekolah
seharusnya dikembangkan,dan juga menuntut berdasarkan standar minimal yang
ditetapkan pemerintah. Jika ada seorang guru berhasil mengembangkan materi
pelajarannya, mengembangkan metode baru dan selesai dengan cepat menyusun
silabus pengajaran, itu bukanlah sebuah kemajuan bagi pendidikan di sekolah. Tetapi
yang terpenting adalah menjadikan keberhasilan itu menjadi bukan milik pribadi,
tetapi dimiliki oleh semua guru dan aparat sekolah.
Dengan landasan berfikir seperti ini, maka pendidikan tidak lagi sekedar merupakan
jiplakan apa yang tertera dalam kurikulum, tetapi pendidikan di sekolah merupakan
pengembangan standar minimal yang menjadi sebuah kegiatan/program. Nilai sosial,
kebutuhan dan tuntutan masyarakat cenderung mengalami perubahan antara lain
akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum harus dapat
mengantisipasi perubahan tersebut, sebab pendidikan adalah cara yang dianggap
paling strategis untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut.
Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang
sesuai dengan sepanjang masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan
perkembangan zaman yang senantiasa cenderung berubah. Perubahan kurikulum
dapat bersifat sebagian (pada komponen tertentu), tetapi dapat pula bersifat
keseluruhan yang menyangkut semua komponen kurikulum. Perubahan kurikulum
menyangkut berbagai faktor, baik orang-orang yang terlibat dalam pendidikan dan
faktor-faktor penunjang dalam pelaksanaan pendidikan.
Jadi dapat dikatakan, bahwa pembaharuan (inovasi) kurikulum adalah suatu
gagasan atau praktek kurikulum baru dengan mengadopsi bagian-bagian yang
potensial dari kurikulum tersebut dengan tujuan memecahkan masalah atau
mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain, pembaharuan itu diajukan berkenaan
dengan ide dan teknis pada skala yang terbatas. Pembaharuan selalu berkaitan dengan
masalah kreasi dan atau penciptaan sesuatu yang baru dan menuju ke arah yang lebih
baik.

B. Latar Belakang Pembaharuan Kurikulum


Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan.
Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran
pendidikan yang diinginkan. Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa
kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum yang tujuannya sudah tentu untuk
menyesuaikannya dengan perkembangan dan kemajuan zaman, guna mencapai hasil
yang maksimal.
Pembaharuan kurikulum di Indonesia didasari pada kesadaran bahwa
perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. Perubahan
secara terus menerus ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional,
termasuk penyempumaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu
bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan.
Perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia salah satu diantaranya adalah karena
ilmu pengetahuan itu sendiri selalu dinamis. Selain itu, perubahan tersebut juga
dinilai dipengaruhi oleh kebutuhan manusia yang selalu berubah juga pengaruh dari
luar, dimana secara menyeluruh kurikulum itu tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi
oleh perubahan iklim ekonomi, politik, dan kebudayaan.
Usaha-usaha pembaharuan kurikulum dilakukan dengan maksud untuk mencari
suatu model kurikulum yang tepat untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
masyarakat yang senatiasa terus berubah dan terus berkembang. Dalam melaksanakan
pembaharuan itu menyangkut berbagai faktor, apakah faktor orang-orang yang
terlibat dalam pendidikan seperti guru, kepala sekolah, pengawas dan supervisor
sekolah. Peserta didik, orang tua peserta didik, staf administrasi pendidikan (sekolah)
dan pihak-pihak lain yang terlibat serta faktor-faktor penunjang dalam pendidikan
seperti perpustakaan, buku paket buku pelajaran, laboraturium dan lain-lain.
Perubahan kurikulum didasari pada kesadaran bahwa perkembangan dan perubahan
yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia
tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta seni dan budaya . Perubahan secara terus menerus ini menuntut
perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional, termasuk penyempurnaan kurikulum
untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan
perubahan.

C. Proses Pembaharuan Kurikulum


1. Kurikulum 1968
Kurikulum ini merupakan perwujudan perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara mumi dan konsekuen. Kelahiran Kurikulum 1968
bersifat politis yaitu mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai
produk Orde Lama Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati.
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok
pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah
pelajarannya 9. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat
diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
2. Kurikulum periode 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan
efektif. "Yang melatar belakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen,
yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu," kata Drs. Mudjito.
Ak, MSi. Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas. Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
Zaman ini dikenal istilah "satuan pelajaran", yaitu rencana pelajaran setiap satuan
bahasan.
Setiap satuan pelajaran dirinci lagi dalam bentuk Tujuan Instruksional
Umum (TIU), Tujuan Instruksional Khusus (TIK), materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. Guru harus trampil menulis
rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.

3. Kurikulum 1984, kurikulum 1975 yang disempurnakan


Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering
disebut Kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan,
hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau
Student Active Leaming (SAL). Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984
adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas
periode 1980-1986.
Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-
sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat
diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu
menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran
siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar. dan yang menyolok guru tak
lagi mengajar model berceramah. Akhiran penolakan CBSA bermunculan.

4. Kurikulum 1994 dan suplemen kurikulum 1999


Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran,
yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan
sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap
diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi
pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman
konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah Kurikulum
1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya.
"Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984,
antara pendekatan proses," kata Mudjito.
Pada kurikulum 1994 perpaduan tujuan dan proses belum berhasil karena
beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal.
Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing,
misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai
kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu
tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi
kurikulum super padat. Kehadiran Suplemen Kurikulum 1999 lebih pada
menambal sejumlah materi.

5. Kurikulum 2004,KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)


Kurikulum 2004 disebut juga Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur
pokok, yaitu: pemilihan kompetensi yang sesuai, spesifikasi indikator-indikator
evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi dan
pengembangan pembelajaran.
Ciri-ciri KBK sebagai berikut:
a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagaman.
b. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi
c. sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya
yang memenuhi unsur edukatif.
d. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi
e. Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek,
kelas dan semester.
f. Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan
dibagi menurut aspek dari mata pelajaran tersebut.
g. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran
pada setiap level.
h. Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan.
 Apa yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil
belajar mereka pada level ini?
 Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan
kompleksitas kurikulum dinyatakan dengan kata kerja yang
dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian.
i. Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator
adalah untuk menjawab pertanyaan, Bagaimana kita mengetahui bahwa
siswa telah mencapai hasil belajar yang diharapkan?

Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan


kemampuan untuk melakukan kompetensi tugas-tugas tertentu sesuai dengan
standar performance yang telah ditetapkan. Hal ini mengandung arti bahwa
pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan
perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu
dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman
pembelajaran.
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan
berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus dapat
memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Kurikulum 2004 lebih keren dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). Setiap mata pelajaran dirinci berdasarkan kompetensi apa yang mesti
di capai siswa. Kerancuan muncul pada alat ukur pencapaian kompetensi
siswa yang berupa Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Nasional yang masih
berupa soal pilihan ganda. Bila tujuannya pada pencapaian kompetensi yang
diinginkan pada siswa, tentu alat ukurnya lebih banyak pada praktik atau soal
uraian yang mampu mengukur sejauh mana pemahaman dan kompetensi
siswa. Alhasil, KBK tidak memuaskan dan guru-guru pun tak paham betul
apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.

6. Kurikulum periode KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran ) 2006


Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Disusun oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang selanjutnya ditetapkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) nomor 22, 23. dan 24 tahun 2006. Menurut Undang-undang
nomor 24 tahun 2006 pasal 1 ayat 15, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan. Jadi, penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan
pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi serta kompetensi dasar
yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Disamping itu, pengembangan KTSP harus disesuaikan dengan kondisi satuan
pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta peserta didik.
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP dimana
panduan tersebut berisi sekurang-kurangnya model-model kurikulum tingkat
satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut dikembangkan sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat
setempat, dan peserta didik.
Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian
dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta
didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi
yang ada di daerah. Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan
bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTS/SMPLB, SMA/MA/SMALB,
dan SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan
dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.

7. Kurikulum Periode 2013


Kurikulum 2013 merupakan penyempumaan, modivikasi dan pemutakhiran
dari kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 lebih menitikberatkan pembentukan
sikap atau afektif serta aspek kognitif dan psikomotorik untuk menggapai tujuan
pendidikan nasional yaitu meningkatkan iman dan takwa, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan memperbaiki tatanan berperilaku rakyat Indonesia
Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014
pada sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara
resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Sesuatu yang baru tentu mempunyai perbedaan
dengan yang lama. Hingga pada saat ini, kurikulum 2013 sudah dipakai diseluruh
sekolah-sekolah formal di Indonesia.
8. Kurikulum merdeka
Kurikulum Merdeka dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih
adaptif sebagai bagian dari inisiatif reformasi pembelajaran, dengan fokus pada
materi yang penting dan pengembangan karakter serta keterampilan siswa
(Kemendikbud, 2022). Pemerintah menjelaskan bahwa karakteristik utama
kurikulum ini yang mendukung pemulihan pembelajaran adalalah
a. Pembelajaran berbasis proyek untuk pengembangan soft skill dan karakter
sesuai Profil PelajarPancasila;
b. Fokus pada materi penting sehingga tersedia waktu yang cukup untuk
pembelajaran kompetensi dasar secara mendalam seperti literasi dan numerasi
c. kemerdekaan bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi
berdasarkan kemampuan siswa.
Profil Pelajar Pancasila mengidentifikasi komponen integral dari kurikulum
Merdeka. Pelajar Pancasila adalah pelajar yang memiliki kompetensi kepribadian
berdasarkan nilai-nilai Pancasila secara utuh dan mendalam (Sari & Sinthiya,
2022). Profil Pelajar Pancasila sesuai dengan visi dan misi pemerintah yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun
2020, yang menyatakan bahwa pelajar Pancasila merupakan perwujudan peserta
didik Indonesia sebagai peserta didik sepanjang hayat yang memiliki kompetensi
global, kepribadian, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan
enam dimensi yaitu (1) beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, serta berakhlak
mulia, (2) berkebinekaan global, (3) bergotong royong, (4) mandiri, (5) bernalar
kritis, serta (6) kreatif.
Melalui inisiatif penguatan Profil Pelajar Pancasila ini, peserta didik belajar untuk
mengambil tindakan nyata dalam menanggapi masalah yang muncul pada tahap
perkembangan dan pembelajarannya masing-masing.

D. Masalah-Masalah Dalam Proses Pembaharuan Kurikulum


Usaha-usaha pembaharuan kurikulum dilakukan dengan maksud untuk mencari
suatu model kurikulum yang tepat untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
masyarakat yang sentiasa terus berubah dan terus berkembang. Dalam melaksanakan
pembaharuan itu menyangkut berbagai faktor, apakah faktor orang-orang yang
terlibat dalam pendidikan seperti guru, kepala sekolah, pengawas dan supervisor
sekolah. Peserta didik, orang tua peserta didik, staf administrasi pendidikan (sekolah)
dan pihak-pihak lain yang terlibat serta faktor-faktor penunjang dalam pendidikan
seperti perpustakaan, buku paket/buku pelajaran, laboraturium dan lain-lain.
Pada umumnya akibat yang ditimbulkan dari berlakunya kurikulum baru tergantung
pada taraf atau besarnya perubahan. Akibat-akibat perubahan tersebut antara lain:
a. Tenaga kependidikan
Mereka harus berubah perilaku jika ada pembaharuan kurikulum sehingga
pembaharuan itu dapat berhasil dengan baik
1. Guru
Guru dituntut untuk meningkatkan kemampuan/kompetensi dalam
melaksanakan tugasnya. Partisipasi guru dalam pembaharuan kurikulum
sangat besar karena guru adalah pelaksana utama dalam pelaksanaan
kurikulum. Kepercayaan guru terhadap pembaharuan harus tertanam agar
dapat menimbulkan keyakinan dan kesediaan untuk melaksanakan
pembaharuan tersebut.
2. Kepala Sekolah. Pengawas dan Supervisor Sekolah
Mereka harus dapat memberikan dorongan, bimbingan dan bantuan kepada
guru-guru dalam melakasanakan pembaharuan tersebut sekaligus melakukan
pengawasan dan evaluasi pelaksanaan pembaharuan tersebut, apakah sesuai
dengan pedoman yang ditetapkan, adakah hambatannya.
3. Tenaga administrasi sekolah
Dalam hal ini dituntut kemmapuan untuk merumuskan menyusun dan
melaksanakan administrasi sekolah terutama administrasi pengajaran yang
baru. Dalam melaksanakan administrasi yang baru akan ditemui kepincangan
karena kemempuan staf administrasi sekolah tidak dapat dengan segera
disesuaikan dengan pola yang dikehendaki dalam kurikulum baru, tentunya
diperlukan pembinaan kepada staf administrasi sekolah tersebut.
4. Pihak-pihak lain yang terlibat
Kepada pihak lain yang terlibat dimintakan perhatian dan kerjasamanya dalam
pelaksanaan pembaharuan kurikulum:
 Kepada orang tua peserta didk, mereka harus diberikan penjelasan apa
itu kurikulum. kurikulum yang dipakai dan bagaimana pelaksanaanya
serta partisipasi apa yang diharapkan dari mereka.
 Kepada pemakai lulusan, mereka diminta untuk menilai dan
memberikan saran kepada sekolah dan instansi terkait apakah program
yang dilaksanakan sesuai dengan kebtuhan pemakai lulusan tersebut.

Namun biasa terjadi adanya pembaharuan kurikulum pada tahap awalnya


menimbulkan kecurigaan dari masyarakat yang mungkin karena rasa khawatir
mereka terhadap keberhasilan pelaksanaan pembaharuan tersebut.

b. Isi dan Struktur Mata Pelajaran


Isi bahan mata pelajaran akan mengalami penyesuaian baik penambahan
atau perubahan, hal ini menuntut untuk disedikannya buku-buku pedoman, buku-
buku pelajaran yang sesuai dengan isi dan struktur mata pelajaran tersebut untuk
menunjang pelaksanaan pembaharuan kurikulum. Dalam perubahan skala besar
struktur mata pelajaran di Indonesia pernah terjadi yakni perubahan Kurikulun
Tahun 1968 menjadi Kurikulum tahun 1975, kemudian Kurikulum Tahun 1984
menjadi kurikulum Tahun 1994 yakni adanya kurikulum muatan lokal. Dan
sekarang Kurikulum Tahun 2003 marupakan Kurikulum Berbasis Kompetensi
atau yang dikenal dengan istilah KBK.

c. Proses Belajar Mengajar


Hubungan guru dan peserta didik dapat berubah, pada kurikulum yang
berpola separated subject matter yang lebih menekankan pada penguasaan
pengetahuan, anak kurang aktif dalam proses belajar mengajar, tetapi gurulah
yang paling banyak berperan. Berbeda dengan activity curriculum or experiment
of curriculum yang lebih menekankan pada metode problem solving yang lebih
banyak menuntut keaktifan anak

d. Sarana dan Prasana Pendidikan


Perubahan kurikulum juga menuntut disediakannya sarana dan prasana yang
menunjang pelaksanaan pembaharuan tersebut seperti alat-alat pelajaran: globe,
OHP, film radio, ruang kesenian/praktek, perpustakaan dan laboraturium. Dalam
penyediaan ini tentunya memerlukan biaya yang cukup besar dan waktu.

e. Sistem Evaluasi
Dalam hal akan terjadi perubahan sistem evaluasi baik terhadap evaluasi
keberhasilan pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan maupun sistem penilaian
keberhasilan pembelajaran di sekolah atau dikelus.

f. Membutuhkan banyak waktu


Menurut Pangian & Susianti (2022: 13) Peralihan kurikulum 13 ke merdeka
belajar tentu saja membutuhkan waktu. Hal ini di karenakan akses sekolah di
Indonesia beraneka ragam kesulitan nya mulai dari akses internet hingga akses
tempat untuk diadakannya sosialisai kurikulum merdeka secara menyeluruh. Dari
hasil penelitian yang dilasanakan atas peneliti, bahwasanya sosialisasi penerapan
kurikulum merdeka membutuhkan pemahaman tentang tujuan isi dan pemahaman
dari kurikulum Merdeka Belajar, jika sosialisasi tidak berjalan dengan baik, maka
kemungkinan kecil kurikulum merdeka berhasil dilaksanakan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Fuaduddin, & Karya, H.S. 1992, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta:
Dirjen Bimbaga Islam dan Universitas Terbuka.

Rohimajaya, N. A., Hartono, R., Yuliasri, I., & Fitriati, S. W. (2022, September).
Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka dalam Pembelajaran Bahasa Inggris untuk SMA
di Era Digital. In Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (PROSNAMPAS) (Vol. 5, No.
1, pp. 825-829).

Sari, N.Y., Sinthiya, I.A.P.A. (2022). Strategi penguatan profil pelajar Pancasila di
sma negeri 2 gadingrejo. Jurnal Manajemen Pendidikan Al Mutazam, Vol 4, No.2, hlm 50-
59

Subandijah. 1993. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta. PT Raja Grafindo


Persada.

Pangian, V. R. & Susianti. 2022. Pengaruh Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar


terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Perbandingan Penerapan Kurikulum 2013.
Jurnal PGSD Universitas Lamappapoleonro, 1(1): 9-16

Anda mungkin juga menyukai