Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dini Afrida Nasution

Nim : 2020100134

Ruang : PAI 2

1. Jelaskan hakekat Pendidikan Islam sehingga terlihat jelas perbedaannya dengan


yang lain serta utarakan landasan Al-Qur’an da Haditsnya.
Jawab :
Hakekat pendidikan Islam secara konsep dasarnya dapat dipahami dan dianalisis serta
dikembangkan dari Al-Qur‟an dan Sunnah, konsep operasionalnya dapat dipahami,
dianalisis dan dikembangkan dari proses pembudayaan, pewarisan dan pengembangan
ajaran agama, budaya dan peradaban Islam dari generasi ke generasi. Sedangkan secara
praktis dapat dipahami, dianalisis dan dikembangkan dari proses pembinaan dan
pengembangan (pendidikan) pribadi muslim pada setiap generasi dalam sejarah umat
Islam. Jadi bisa penulis ambil kesimpulan bahwa pada hakekatnya pendidikan agama
Islam itu mengandung unsur tarbiyah, ta’lim dan ta’dib, yaitu unsur pendidikan,
pengajaran dan penekanan pada akhlak.
a. Al-Qur‟an
Al-Qur'an sebagai dasar dari pendidikan Islam karena dalam al-Qur'an meliputi
kekuasaan Allah SWT, cerita orang-orang terdahulu, hukum amali yang berkaitan
dengan ibadah, tingkah laku apapun yang timbul dari manusia.
b. Sunnah
Sunnah menurut pengertian bahasa berarti tradisi yang bisa dilakukan, atau jalan
yang dilalui (althariqah al-maslukah) baik yang terpuji maupun yang tercela. As-
Sunnah adalah segala sesuatu yang dinukilkan kepada Nabi SAW berupa perkataan,
perbuatan, taqrirnya, ataupun selain dari itu. Termasuk juga sifat-sifat, keadaan, dan
cita-cita (himmah) Nabi SAW yang belum kesampaian.

2. Jelaskan hakekat manusia dalam Islam sesuai landasan al-quran dan Hadits
sebagai sasaran pendidikan Islam.
Jawab:
Islam berpandangan bahwa hakikat manusia ialah manusia itu meurpakan perkaitan
antara badan dan ruh. Badan dan ruh masing-masing merupakan substansi yang berdiri
sendiri, yang tidak tergantung adanya oleh yang lain. Islam secara tegas mengatakan
bahwa kedua substansi (substansi= unsur asal sesuatu yang ada) keduanya adalah
substansi alam. Sedang alam adalah makhluk. Maka keduanya juga makhluk yang
diciptakan oleh Allah SWT. kita bisa melihat tahap proses yang telah disebutkan di atas
dapat pada QS Al Mukminun: 12-14:
12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah.
13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh.
14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk
yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

Dari ayat Al-quran di atas, jelaslah bahwa proses perkembangan dan pertumbuhan fisik
manusia, tidak ada bedanya dengan proses perkembangan dan pertumbuhan pada hewan.
Semuanya diproses menurut hukum-hukum alam yang material. Hanya pada kejadian
manusia, sebelum makhluk yang disebut manusia itu dilahirkan dari rahim ibunya, tuhan
telah meniupkan ruh ciptaan-Nya kedalam tubbuh manusia. Ruh yang berasal dari Tuhan
itulah yang menjadi hakikat manusia. Inilah yang membedakan manusia dengan hewan,
karena tuhan tidak meniupkan ruh (akal) pada hewan.

3. Jelaskan makna Fitrah sesuai al-quran dan Hadis sehingga terlihat secara nyata
bahwa manusia itu mahkluk spesial dan hubungkan dengan pentingnya pendidikan
bagi masa depan manusia itu sendiri.
Jawab :
Pertama, Manusia secara umum. Obyek Manusia secara umum ini terlihat dalam Q.S. al-
Rum; 30. Hal ini dipahami dari ayat yang hanya menggambarkan manusia secara umum
tanpa dikaitkan dengan aktivitasnya. Konsep manusia disini dikorelasikan dengan
konsep agama hanif. Artinya setiap penggambaran konsep manusia tidak boleh
dilepaskan dari konsep agama hanif, sebab dialam arwah ruh manusia telah menyakini
adanya agama hanif itu.
Kedua, Kata ganti orang pertama. Kalau kita pahami ayat al Qur’an dalam surat Hud:
15, Yasin : 22, al-Zukhruf: 27 dan Thaha: 72, maka obyek fitrah ini dikaitkan dengan
konsep diri pribadi, sehingga perbuatannya telah nampak teraktualisasi melalui “al-
ibadah”. Konsep diri pribadi yang dicerminkan dalam term fitrah selalu berkonotasi baik,
sebab hakekat diri manusia selalu diasumsikan baik dan ia berkecenderungan menuju
kearah kebenaran dan kebaikan. Oleh karena itulah maka obyek ayat ini dikorelasikan
dengan aktivitas dakwah dan ibadah, sebab keduanya bukan berada didalam dunia ide
melainkan sudah berada didunia empiric yang menyangkut perbuatan nyata manusia.
Ketiga, kata ganti orang kedua. Barangkali obyek fitrah sebagai orang kedua ini hanya
terdapat dalam Q.S. al-Isra’:51. Obyek ini terkait dengan konsep diri orang lain. Konsep
tentang pribadi orang lain tidak hanya bersumber dari faktor internal manusia, tetapi juga
dipengaruhi juga oleh faktor eksternal. Karena pengaruh luar maka aktualisasi fitrah tidak
lagi mencerminkan watak dan nature aslinya, sehingga ayat ini dikorelasikan
(munasabah) dengan obyek orang-orang musyrik.
Hampir senada dengan pendapat diatas, Hamka dalam Tafsir Al-Azhar memberikan
makna fitrah sebagai rasa asli murni dalam jiwa yang belum dimasuki pengaruh dari
yang lainnya. Jelas sekali dalam pandangan Hamka bahwa tidak ada perbedaan manusia
ketika dilahirkan dari sisi Jiwa, tergantung bagaimana nanti pengolahannya.
Menurut Mustafa al-Maraghi dalam dalam kitabnya Tafsir al-Maroghi mengatakan
bahwa fitrah adalah sebagai kondisi penciptaan manusia yang mempunyai
kecenderungan untuk menerima kebenaran. Secara fitri, manusia cenderung dan
berusaha mencari serta menerima kebenaran walaupun hanya bersemayam dalam hati
kecilnya. Definisi ini berbeda dengan Muhammad an-Nawawi al-Jawi dalam
kitabnya Tafsir Munir, yang mengatakan bahwa fitrah berarti mengakui ke-Esaan Allah
(at-tauhid). Sementara itu, Prof. Dr. H.M. Quraish Shihab mengartikan fitrah sebagai
asal kejadian, bawahan sejak lahir, jati diri dan naluri manusia.
Dari pengertian fitrah yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut di atas dan beberapa
penafsiran yang dilakukan oleh Ahli Tafsir diatas, maka sesungguhnya fitrah merupakan
wujud abstrak yang membutuhkan aktualisasi. Bentuk aktualisasi fitrah yang
sesungguhnya adalah ibadah dengan berbagai bentuknya termasuk ibadah Puasa di bulan
Ramadhan ini. Ibadah dalam konteks ini memiliki ruang lingkup yang luas, mencakup
keseluruhan aktivitas manusia dalam rangka mencari ridla Allah SWT. Oleh karenanya
struktur Psiko-fisik adalah sebuah bentuk struktur aktualisasi fitrah kedalam bentuk
konkrit. Sebab pada hakekatnya esensi fitrah bersifat psikis, baik pada fitrah beragama,
fitrah akliyah, fitrah sosial maupunf fitrah yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai