Revisi
Revisi
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Sutrisno, S.Ag, M.Pdi
DISUSUN OLEH
2023/2024
i
KATA PENGANTAR
Pendidikan adalah salah satu pilar penting dalam pembangunan masyarakat dan pe
mbentukan individu yang berkompeten. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, proses
pembelajaran memainkan peran yang sangat vital. Namun, tidak semua proses pembelaj
aran menghasilkan hasil yang efektif. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memaha
mi apa yang membuat proses pembelajaran menjadi efektif.
Makalah ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang proses pembelajaran efe
ktif. Kami akan menjelajahi berbagai faktor yang mempengaruhi efektivitas pembelajara
n, termasuk strategi pengajaran, lingkungan pembelajaran, dan peran guru serta siswa da
lam proses tersebut.
Dalam makalah ini, kami berharap dapat memberikan wawasan yang mendalam te
ntang proses pembelajaran efektif. Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi ya
ng berarti bagi para pendidik, siswa, dan semua pihak yang terlibat dalam proses pembel
ajaran.
Kisaran, 21 Oktober 2023
[Penulis]
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.2Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah di dalam makalah ini, di antaranya:
1. Apa pengertian dan konsep strategi pembelajaran afektif?
2. Apa saja nilai dan karakter dalam strategi pembelajaran afektif?
3. Bagaimana proses pembuntukan sikap dalam strategi pembelajaran afektif?
4. Apa saja model model dalam strategi pembelajaran afektif?
5. Apa saja prosedur penerapan pembelajaran afektif?
6. Bagaimana variasi pengembangan strategi pembelajaran afektif?
7. Apa saja perangkat penilaian strategi pembelajaran afektif?
8. Apa kelemahan strategi pembelajaran afektif?
9. Bagaimanap peran strategi pembelajaran afektif dalam membangun karakter?
11. Bagaimana contoh studi kasus dari strategi pembelejaran efektif?
12. Bagaiamana contoh peta konsep sdari strategi pembelejaran efekti?
1.3Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan konsep strategi pembelajaran afektif?
2. Mengetahui nilai dan karakter dalam strategi pembelajaran afektif?
3. Mengetahui proses pembuntukan sikap dalam strategi pembelajaran afektif?
4. Mengetahui model model dalam strategi pembelajaran afektif?
5. Mengetahui prosedur penerapan pembelajaran afektif?
6. Mengetahui variasi pengembangan strategi pembelajaran afektif?
7. Mengetahui perangkat penilaian strategi pembelajaran afektif?
8. Mengetahui kelemahan strategi pembelajaran afektif?
9. Mengetahui peran strategi pembelajaran afektif dalam membangun karakter?
11. Mengetahui contoh studi kasus dari strategi pembelejaran efektif?
12. Mengetahui contoh peta konsep sdari strategi pembelejaran efekti?
3
BAB II
PEMBAHASAN
Masalah afektif yang bersifat kejiwaan dan berada di dalam diri manusia, sulit diba
ca dan diukur. Namun mampu dikaji/dibaca/diramal melalui sejumlah indikator. Karena
nya pembelajaran afektif pun hendaknya memanfaatkan media indikator ini untuk dapat
menembus hati nurani dan perasaan anak, dan guru harus telaten serta ulet, karena untuk
mampu membuka tabir diri anak dan membina keseluruhan kejiwaannya kita harus men
ggunakan aneka teknik dan metode.
Dalam membaca potret diri seseorang (anak) banyak orang kuatir kalau apa yang d
inampakkan/terbaca itu adalah semu dan berbeda dengan apa yang sebenarya ada dalam
diri anak tersebut. Hal ini bisa saja terjadi. Bahkan justru merupakan sifat afektif bahwa
apa yang hari ini dianggap baik/benar oleh kita pada kesempatan atau kondisi lain menja
di tidak benar (berubah). Untuk itulah pemakalah ingatkan kembali perlunya membaca a
neka indikator yang ditampilkan anak. Demikian halnya dalam membinanya. Hal lain ya
ng pemakalah ingin ingatkan bahwa dalam mengajar afektif/nilai sebenarya juga dalam
pembelajaran lainnya yang terutama harus mengetahui/menyatakan keadaan sesuatu buk
anlah guru melainkan anak itu sendiri. Maka kita tidak usah paksa/ambisius untuk tahu
segalanya melainkan melontarkan upaya/stimulus agar anak dapa menampilkan jati diri
nya yang sebenarnya. Boleh saja anak mengatakan “saya belum pernah mencuri”, tetapi
melalui stimulus/media yang kita lontarkan dalam pembelajaran anak itu berdialog dan
menjawabnya bohong karena sebenarnya pernah mencuri lalu menilainya baik atau tida
k perbuatan tersebut serta muncul jawaban dan niat baru.
Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh k
ondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif t
erhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga da
pat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para pendidik sadar akan hal i
ni, namun belum banyak tindakan yang dilakukan pendidik secara sistematik untuk men
ingkatkan minat peserta didik. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optim
al, dalam merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi peserta didi
k, pendidik harus memperhatikan karakteristik afektif peserta didik.
ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali peserta di
dik merasa cemas bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar b
ahwa target kecemasannya adalah tes.
Ada 5 (lima) tipe nilai karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri,
nilai, dan moral.2
1. Sikap
Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka
terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesu
atu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubah
an sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan,
dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untu
k mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendid
ik, dan sebagainya.
2. Minat
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah k
ecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensita
snya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
3. Konsep Diri
Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan
mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat
bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberi
kan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.
Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilai
an diri adalah sebagai berikut.
a. Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.
b. Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.
c. Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
d. Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.
e. Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui standar input p
eserta didik.Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran.
a. Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.
b. Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik.
2
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Ja
karta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
6
3
Dr.H.Hamruni.strategi dan model-model pembelajaran aktif dan menyenangkan, Fakultas Tarb
iyah UIN Sunan Kalijaga,2009
7
Belajar membentuk sikap melalui pembiasaan itu juga dilakukan oleh Skinner mela
lui teorinya operant conditioning. Proses pembentukan sikap melalui pembiasaan yang d
ilakukan oleh Watson berbeda dengan proses pembiasaan sikap yang dilakukan oleh Ski
nner. Pembentukan sikap yang dilakukan oleh Skinner menekankan pada proses penegu
han respon anak. Setiap kali anak berprestasi yang baik diberikan penguatan (reinforcem
ent) dengan cara memberikan hadiah atau perilaku yang menyenangkan, lama-kelamaan
anak berusaha meningkatkan sikap positifnya.
2. Modeling.
Pembelajaran sikap dapat juga dilakukan melalui proses modeling yaitu pembentuk
an sikap melalui proses asimilasi atau proses pencontoaan. Salah satu karakteristik anak
didik yang sedang berkembang adalah keinginan untuk melakukan peniruan (imitasi). H
al yang di tiru itu adalah perilaku-perilaku yang di peragakan atau di demontrasikan ole
h orang yang menjadi idolanya. Prinsip peniruan in ilah yang disebut dengan modeling,
jadi modeling adalah proses peniruan anak terhadap orang lain yang menjadi idolanya at
au orang yang dihormatinya.
Proses penanaman sikap 4anak terhadap suatu objek melalui proses modeling pada
mulanya dilakukan secara mencontoh, namun anak perlu diberi pemahaman mengapa ha
l itu dilakukan. Misalnya: guru perlu menjelaskan mengapa kita harus telaten terhadap t
anaman, atau mengapa kita harus berpakaian bersih dan rapi. Hal ini diperlukan agar sik
ap tertentu yang muncul benar-benar didasari oleh suatu keyakinan kebenaran sebagai s
uatu sistem nilai.
2.4 MODEL-MODEL STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF
Setiap strategi pembelajaran sikap pada umumnya menghadapkan siswa pada situa
si yang mengandung konflik atau situasi problematis, melalui situasi ini di harapkan sis
wa dapat mengambil keputusan berdasarkan nilai yang dianggapnya baik. Di bawah ini
disajikan beberapa model strategi pembelajaran pembentukan sikap :
1. Model Konsiderasi
Model konsiderasi dikembangkan oleh MC.Paul, seorang humanis. Paul mengangg
ap bahwa pembentukan moral tidak sama dengan pengembangan kognisi yang rasional.
Pembelajaran moral siswa menurutnya adalah pembentukan pembentukan kepribadian b
ukan pengembangan intelektual. Oleh sebab itu, model ini menekankan kepada strategi
pembelajaran yang dapat membentuk kepribadian. Tujuannya adalah agar siswa menjadi
manusia yang memiliki kepedulian terhadap orang lain.
Implementasi model konsiderasi guru dapat mengikuti tahapan-tahapan pembelajaran
seperti berikut:
4
Dr.H.Hamruni.strategi dan model-model pembelajaran aktif dan menyenangkan, Fakultas Tarbiyah UIN
Sunan Kalijaga,2009
8
a. menghadapkan siswa pada suatu masalah yang mengandung konflik,yang sering terj
adi dalam kehidupan sehari-hari.Ciptakan situasi”Seandainya siswa ada dalam masalah t
ersebut’’.
b. Menyuruh siswa untuk menganalisis sesuatu masalah dengan melihat bukan hanya ya
ng tampak,tapi juga yang tersirat dalam permasalahan tersebut,misalnya perasaan,kebut
uhan,dan kepentingan orang lain.
c. Menyuruh siswa untuk menuliskan tanggapannya terhadap permasalahan yang dihada
pi.Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat menelaah perasaannya sendiri sebelum menden
gar respons orang lain untuk dibandingkan.
d. Mengajak siswa untuk menganalisis respons orang lain serta membuat kategori dari s
etiap respons yang diberikan siswa.
e. Mendorong siswa untuk merumuskan akibat atau konsekuensi dari setiap tindakan ya
ng diusulkan siswa.Dalam tahapan ini siswa diajak berpikir tentang segala kemungkinan
yang akan timbul sehubungan dengan tindakannya.
f. Mengajak siswa untuk memandang permasalahan dari berbagai sudut pandang untuk
menambah wawasan agar mereka dapat menimbang sikap tertentu sesuai dengan nilai y
ang dimilikinya.
g. Mendorong siswa agar merumuskan sendiri tindakan yang harus dilakukan sesuai den
gan pilihannya berdasarkan pertimbangannya sendiri.
2. Model Pengembangan Kognitif
Model pengembangan kognisi dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg. Model ini
banyak diilhami oleh pemikiran John Dewey yang berpendapat bahwa perkembangan m
anusia terjadi sebagai proses dari restrukturisasi kognitif yang berlangsung secara beran
gsur-angsur menurut urutan tertentu.
3. Tehnik Mengklarifikasikan Nilai.
Tehnik volume clarification technic Que atau VCT dapat diartikan sebagai tehnik p
engajaran untuk memebantu siswa dalam 5menerima dan menentukan suatu nilai yang di
aggapnya baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yan
g sudah ada dan tertanam dalam diri siswa. VCT menekankan bagaimana sebenarnya se
seorang membangun nilai yang menurut anggapannya baik, yang pada akhirnya nilai – n
ilai tersebut akan mewarnai perilaku dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Salah satu karakteristik VTC sebagai suatu model dalam strategi pembelajaran sika
p adalah proses penanaman nilai dilakukan melalui proses analisis nilai yang sudah ada
sebelumnya dalam diri siswa, kemudian menyelaraskannya dengan nilai-nilai baru yang
hendak ditanamkan. John Jarolimek (1974) menjelaskan langkah pembelajaran dengan
VCT dalam 3 tingkatan :
5
Dr.H.Hamruni.strategi dan model-model pembelajaran aktif dan menyenangkan, Fakultas Tarbiyah UIN
Sunan Kalijaga,2009
9
a. Kebebasab memilih6
b. Menghargai
c. Berbuat à mengulangi perilaku sesuai dengan pilihannya .
4. Pengembangan moral kognitif
Model ini bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan mempert
imbangkan nilai moral secara kognitif. Langkah-langkah pembelajaran moral kognitif :
a. Menghadapkan siswa pada suatu situasi yang mengandung dilema moral atau pert
entangan nilai.
b. Siswa diminta salah satu tindakan yang mengandung nilai moral tertentu.
c. Siwa diminta untuk mendiskusikan atau menganalisis kebaikan dan kejelekannya.
d. Siswa didorong untuk mencari tindakan-tindakan yang lbih baik.
e. Siswa menerapkan tindakan dalam segi lain.
5. Model non direktif
Para siswa memiliki potensi dan kemampuan untuk berkembang sendiri. Perkemba
ngan pribadi yang utuh berlangsung dalam suasana permisif dan kondusif. Guru hendak
nya menghargai potensi dan kemampuan siswa, dan berperan sebagai fasilitator atau ko
nselor dalam pengembangan kepribadian siswa. Penggunaan model ini bertujuan untuk
membantu siswa mengaktualisasikan dirinya. Langkah pembelajaran nondirek :
a) Menciptakan sesuatu yang peermisif melalui ekspresi bebas.
b) Pengungkapan : siswa mengemukakan perasaan, pemikiran, masalah-masalah yan
g dihadapinya, kemudian guru menerima dan memberikan klasifikasi.
c) Pengembangan pemahaman : siswa mendiskusikan masalah dan guru memberikan
dorongan.
d) Perencanaan dan penentuan keputusan: siswa merencanakan dan menentukan kepu
tusan, kemudian guru memberikan klarifikasi.
6
Dr.H.Hamruni.strategi dan model-model pembelajaran aktif dan menyenangkan, Fakultas Tarbiyah UIN
Sunan Kalijaga,2009
10
ekolah dengan biaya 7hasil korupsi padahal uang korupsi adalah uang haram! Atau dia te
tap melanjutkan sekolah dengan biaya bekerja sendiri!
Disini salah satu jawaban dari kelompok,
Kelompok 1 : bahwa anak ini wajib melanjutkan sekolah dengan uang yang ayahnya ya
ng koroptor, akan tetapi setiap anak itu mempunyai tunjangan dari orang tuanya. Jadi ke
simpulannya, anak tersebut tetap melanjutkan sekolah dengan uang tunjangan orang tua
nya.
Kelompok 2 : anak ini tetap melanjutkan sekolahnya dengan bekerja sendiri atau mencar
i uang sendiri karena dia bisa membagi waktunya. Koruptor itu jelas uang haram, maka
uang haram itu tidak boleh digunakan.
Jadi, kesimpulan dari pemakalah tentang hasil dtudi kasus diatas serta pemaparan dari k
elompok-kelompok bahwa setiap jawaban mempunyai pendapat dan landasan yang berb
eda-beda dengan jawabannya, anak itu tetap melanjutkan sekolahnya dengan hasil biaya
sendiri atau tunjangan dari orang tuanya.
7
Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,( Jakarta : Kencana. 2008
11
Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap suatu obj
ek, misalnya terhadap kegiatan sekolah, mata pelajaran, pendidik, dan sebagainya. Sikap
terhadap mata pelajaran bisa positif bisa negatif. Hasil pengukuran sikap berguna untuk
menentukan strategi pembelajaran yang tepat.
b. Instrumen minat
Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat peserta didi
k terhadap mata pelajaran, yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat peser
ta didik terhadap mata pelajaran.
c. Instrumen konsep diri
Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri se
ndiri. Peserta didik melakukan evaluasi secara objektif terhadap potensi yang ada dalam
dirinya. Karakteristik potensi peserta didik sangat penting untuk menentukan jenjang ka
rirnya. Informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik digunakan untuk menentukan pr
ogram yang sebaiknya ditempuh.
d. Instrumen nilai
Instrumen nilai bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan peserta didik. Inf
ormasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif dan yang negatif. Hal-h
al yang bersifat positif diperkuat sedangkan yang bersifat negatif dikurangi dan akhirnya
dihilangkan.
e. Instrumen moral
Instrumen moral bertujuan untuk mengungkap moral. Informasi moral seseorang di
peroleh melalui pengamatan terhadap perbuatan yang ditampilkan dan laporan diri melal
ui pengisian kuesioner. Hasil pengamatan dan hasil kuesioner menjadi informasi tentang
moral seseorang.
Kedua, sulitnya melakukan control karena banyaknya factor yang dapat mempenga
ruhi perkembangan sikap seseorang.
8
Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,( Jakarta : Kencana. 2008
12
Ketiga, keberhasilan pembentukan sikap tidak bisa dievaluasi dengan segera. Berb
eda dengan keberhasilan pembentukan kognisi dan aspek ketrampilan yang hasilnya dap
at diketahui setelah proses pembelajaran berakhir.
Keempat, pengaruh kemajuan teknologi,khususnya teknologi informasi yang meny
uguhkan aneka pilihan program acara,berdampak pada pembentukan karakter anak.
2. Diskusi Emosional: Setelah membaca atau mempelajari tentang peristiwa sejarah tert
entu, guru dapat memfasilitasi diskusi emosional. Siswa dapat berbagi perasaan dan em
osi mereka terkait dengan peristiwa tersebut. Guru harus menciptakan lingkungan yang
13
aman dan mendukung sehingga siswa merasa nyaman untuk berbagi dan mendengarkan
perspektif yang berbeda.
3. Simulasi Peran: Guru dapat menggunakan simulasi peran untuk membantu siswa me
mahami emosi dan perspektif individu dalam peristiwa sejarah. Siswa dapat mengambil
peran sebagai tokoh penting dalam peristiwa tersebut dan mencoba memahami perasaan
motivasi, dan tantangan yang dihadapi oleh individu tersebut. Simulasi ini dapat dilaku
kan melalui permainan peran atau drama.
4. Karya Seni: Siswa dapat mengekspresikan emosi dan pemahaman mereka tentang per
istiwa sejarah melalui karya seni seperti lukisan, puisi, atau musik. Guru dapat memberi
kan panduan atau tema terkait dengan peristiwa sejarah tertentu dan membiarkan siswa
mengekspresikan emosi mereka melalui karya seni tersebut.
5. Kunjungan Ke Tempat Bersejarah: Guru dapat mengatur kunjungan ke tempat berseja
rah yang terkait dengan peristiwa yang dipelajari. Dalam kunjungan ini, siswa dapat mel
ihat langsung tempat-tempat tersebut, mendengarkan cerita dan pengalaman dari peman
du wisata, dan merasakan atmosfer sejarah yang sebenarnya. Hal ini akan membantu sis
wa mengaitkan emosi dan pengalaman dengan tempat dan peristiwa yang dipelajari.
Evaluasi:
Guru dapat mengevaluasi keefektifan strategi pembelajaran afektif dengan menggu
nakan berbagai metode seperti observasi kelas, tanggapan siswa, dan penilaian karya sis
wa. Guru juga dapat mengadakan sesi refleksi bersama siswa untuk mendiskusikan peng
alaman mereka dalam menggunakan strategi pembelajaran afektif dan bagaimana hal itu
memengaruhi pemahaman dan empati mereka terhadap peristiwa sejarah.
Dengan menerapkan strategi pembelajaran afektif ini, diharapkan siswa akan dapat
mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam dan empati yang lebih tinggi terhad
ap peristiwa sejarah, sehingga mereka dapat merasakan keterhubungan emosional denga
n masa lalu dan mengaitkannya dengan konteks saat ini.9
2.10 Contoh Peta Konsep Strategi Pembelajaran Afektif
9
Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,( Jakarta : Kencana. 2008
14
l
15
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Banyak yang beranggapan bahwa pembelajaran afektif bukan untuk diajarkan, sepe
rti pelajaran Biologi, Fisika ataupun Matematika. Pembelajaran afektif merupakan pemb
elajaran bagaimana sikap itu terbentuk setelah siswa memperoleh pembelajaran, oleh ka
rena itu yang pas untuk afektif bukanlah pengajaran melainkan pendidikan. Afektif berh
ubungan sekali dengan nilai (value) yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran ses
eorang yang tumbuh dari dalam. Dalam batas tertentu afektif dapat muncul dalam kejadi
an Behavioral, akan tetapi penilaian untuk sampai pada kesimpulan yang dapat di pertan
ggungjawabkan membutuhkan ktelitian dan observasi yang terus menerus dan hal ini tid
ak mudah dilakukan, dalam proses pembelajaran di sekolah, baik secara disadari maupu
n tidak guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada siswa melalui proses pembiasaan.
Yang termasuk kemampuan afektif adalah sebagai berikut :
a. Menerima (Receiving) yaitu : kesediaan untuk memperhatikan.
b. Menanggapi (Responding), yaitu afektif berpartisipasi.
c. Menghargai (Valuing), yaitu penghargaan kepada benda, gejala, perbuatan tertentu.
d. Membentuk (Organization), yaitu : memadukan nilai yang berbeda.
e. Berpribadi (Characterization by Value of value complex), yaitu : Mempunyai sistem n
ilai yang mengendalikan perbuatan untuk menumbuhkan gaya hidup yang mantap.
17
DAFTAR PUSTAKA