Anda di halaman 1dari 81

KARYA TULIS ILMIAH

EFEKTIFITAS PENERAPAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF


TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA
PASIEN HIPERTENSI: LITERATURE RIVIEW

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

NINING SRI MULIANI


217.031

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN PELAMONIA
MAKASSAR TAHUN 2019
KARYA TULIS ILMIAH

EFEKTIFITAS PENERAPAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF


TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA
PASIEN HIPERTENSI: LITERATURE RIVIEW

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

NINING SRI MULIANI


217.031

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN PELAMONIA
MAKASSAR TAHUN 2019
i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS
Nama : Nining Sri Muliani
Nim : 217031
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/ Tgl Lahir : Jeneponto, 29 Februari 2000
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat Rumah : Rannaya, Desa Paitana, Kecamatan
Turatea, Kabupaten Jeneponto
B. PENDIDIKAN
1. SD Inpres 202 Bonto Baddo Paitana, Tahun 2005 Paitana sampai
tahun 2011
2. SMP Negeri 1 Turatea, Tahun 2011 sampai tahun 2014
3. SMA Negeri 1 Kelara, Tahun 2014 sampai tahun 2017
4. D-III Keperawatan Akademi Keperawatan Pelamonia Kesdam
XIV/Hasanuddin Makassar, Tahun 2017 sampai sekarang

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan Karuni-Nya shingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan Judul Efektifitas Penerapan Terapi Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi. Penelitian
ini menggunakan metode Literature Review telah disetujui oleh Tim
Penguji Sidang Akademi Keperawatan Pelamonia Kesdam
XIV/Hasanuddin sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir
program D III Keperawatan di Akademi Keperawatan Pelamonia.
Dalam Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini Penulis Banyak
Mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
1. Kolonel Ckm dr. Soni Endro Cahyo W selaku Kakesdam
XIV/Hasanuddin.
2. Ns. Fauziah Botutihe, S.K.M., S.Kep., M.Kes selaku Direktur Akademi
Keperawatan Pelamonia Kesdam XIV/Hasanuddin
3. Ns. Hasbullah, S.Kep., M.Kes selaku pembimbing I yang dengan
penuh kesabaran dan memberikan dorongan, per hatian, bimbingan,
serta saran dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini mulai dari awal
sampai akhir.
4. Ns. Muhammad Yunus, S.Kep., M.M selaku pembimbing II yang
banyak membantu dan memberikan masukan sehingga Karya Tulis
Ilmiah dapat terselesaikan.
5. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Keperawatan Pelamonia Kesdam
XIV/Hasanuddin yang telah membantu administrasi dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Teristimewa kepada kedua orang tua saya bapak Alm Baharuddin, ibu
Sitti dan adik saya yahya serta seluruh keluarga dan orang terdekat
saya terkhusus Santimang, Agus Salim, Sardi, Eka Pratiwi Jufri, Arnita
dan Reza Saputra yang telah banyak memberikan motivasi, masukan
vi
vii
ABSTRAK

Efektivitas Penerapan Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan


Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi.
Nining Sri Muliani, (2020).
Akademi Keperawatan Pelamonia.
Ns. Hasbullah, S.Kep., M.Kes dan Muhammad Yunus, S.Kep., M.M
Kata Kunci: Terapi Relaksasi Otot Progresif, Tekanan Darah

Latar Belakang, Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi


peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus-menerus yang
disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagaimana
mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal dan pada saat
tekanan darah meningkat muncul gejala sakit kepala ditengkuk, pusing, palpitasi
(berdebar-debar), mudah lelah. Menurut World Health Organization (2014)
penyakit kardiovaskuler secara global menyumbang sekitar 17 juta kematian per
tahun, diantaranya hipertensi untuk 9.4 juta kematian diseluruh dunia dan
hipertensi bertanggung jawab atas sedikitnya 45% kematian akibat penyakit
jantung. Tujuan penelitian untuk mendapatkan gambaran penerapan terapi
relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada pasien
hipertensi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Literatur Review
yaitu satu penelusuran dan penelitian kepustakaan dengan membaca berbagai
buku, jurnal, dan terbitan-terbitan lain yang berkaitan dengan topik penelitian,
untuk menghasilkan satu tulisan berkenaan dengan satu topik atau isyu tertentu.
Pengumpulan data dilakukan dengan pencarian artikel atau jurnal penelitian
dengan menggunakan kata kunci yang relevan dan istilah mayoritas digunakan
dalam Bahasa Indonesia. Sumber database pencarian yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu pencarian sekunder, google schooler, dan pudmed. Hasil
penelitian menunjukkan adanya penurunan tekanan darah pada setiap pa sien
yang diberikan terapi relaksasi otot progresif dibandingkan dengan pasien
hipertensi yang tidak diberikan terapi relaksasi otot progresif. Kesimpulan
penerapan relaksasi otot progresif efektif dalam menurunkan tekanan darah
dengan menegangkan dan merelaksasikan sampai mencapai keadaan relaks.

viii
ABSTRACT

The Effectiveness of Applying Progressive Muscle Relaxation Therapy to


Reducing Blood Pressure in Hypertensive Patients.
Nining Sri Muliani, (2020).
Pelamonia Nursing Academy.
Ns. Hasbullah, S.Kep., M.Kes and Muhammad Yunus, S.Kep., M.M
Keywords: Progressive Muscle Relaxation Therapy, Blood Pressure

Background, Hypertension is a condition where there is an abnormally and


continuous increase in blood pressure caused by one or several risk factors that
are not running as it should in maintaining blood pressure normally and when
blood pressure rises symptoms appear headache, bowing, dizziness, palpitations
(palpitations), easily tired. According to the World Health Organization (2014)
cardiovascular disease globally accounts for around 17 million deaths per year,
including hypertension for 9.4 million deaths worldwide and hypertension is
responsible for at least 45% of deaths due to heart disease. The aim of the study
was to get a picture of the application of progressive muscle relaxation therapy to
decreasing blood pressure in hypertensive patients. The method used in this
research is Literature Review, which is a search and research of literature by
reading various books, journals, and other publications related to the research
topic, to produce a piece of writing regarding a particular topic or issue. Data
collection is carried out by searching articles or research journals using relevant
keywords and the majority of terms used in Indonesian. The search database
sources used in this study are secondary search, Google Schooler, and Pudmed.
The results showed a decrease in blood pressure in each patient given
progressive muscle relaxation therapy compared with hypertensive patients who
were not given progressive muscle relaxation therapy. Conclusion The
application of progressive muscle relaxation is effective in lowering blood
pressure by tensing and relaxing until it reaches a relaxed state.

ix
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM DAN PERSYARATAN GELAR ............................ i


LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................ vi
ABSTRAK ....................................................................................... viii
ABSTRACT ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xiv
DAFTAR ISTILAH ............................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................ 4
D. Manfaat ...................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Medis Hipertensi .......................................................... 5
1. Defenisi ................................................................................ 5
2. Etiologi ................................................................................. 5
3. Patofisiologi .......................................................................... 6
4. Klasifikasi ............................................................................. 8
5. Manifestasi Klinis ................................................................. 8
B. Penerapan Prosedur Relaksasi Otot Progresif ........................... 9
1. Pengertian Relaksasi Otot Progresif..................................... 9
2. Tujuan .................................................................................. 9
3. Indikasi/kontraindikasi ......................................................... 10
x
4. Manfaat Terapi Relaksasi Otot Progresif ............................. 10
5. Prosedur Relaksasi Otot Progresif ...................................... 12
6. Hasil Penelitian ................................................................... 18
C. Tinjauan Literature Riview ......................................................... 19
1. Defenisi .............................................................................. 19
2. Tujuan Kajian Literatur ........................................................ 20
3. Fungsi Kajian Literatur ........................................................ 20
4. Jenis Kajian Literatur ........................................................... 21
5. Sistematika Penulisan Kajian Literatur ................................ 21
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Desain Penelitian ...................................................................... 23
B. Strategi Pencarian ..................................................................... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil .......................................................................................... 25
B. Pembahasan ............................................................................. 35
C. Keterbatasan ............................................................................. 41
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 42
B. Saran ........................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO


Tabel 2.2 Menurut The Joint National Commite (JNC) VIII
Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi Menurut Perhimpunan Hipertensi
Indonesia
Tabel 3.1 Diagram Alur Pemilahan Artikel
Tabel 4.1 Data Sekunder (Systematic Riview)

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mengepalkan tangan dan untuk tangan bagian belakang


Gambar 2.2 Gerakan otot bisep dan untuk melatih otot bahu
Gambar 2.3 Gerakan untuk otot-otot wajah (mata, rahang, mulut, dan
dahi)
Gambar 2.4 Melatih otot leher belakang, otot leher depan, otot
punggung dan otot dada
Gambar 2.5 Gerakan untuk melatih otot perut dan otot bagian depan
tubuh

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan


Lampiran 2 Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah dan
Bimbingan Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 3 Undangan Ujian Proposal
Lampiran 4 Undangan Ujian Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 5 Artikel yang direview
Lampiran 6 Standar Operasional Prosedur (SOP) Relaksasi Otot
Progresif

xiv
DAFTAR ISTILAH

A : Assesment
AHA : American Heart Association
IASP : International Association for the Study of Pain
Ca : Calium
Dinkes : Dinas Kesehatan
Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Na : Natrium
O : Objektif
P : Pemacu
P : Planning
PMR : Progressive Muscle Relaxation
R : Region
RI : Republik Indonesia
RSU : Rumah Sakit Umum
Q : Quality
Rikesdas : Riset Kesehatan Dasar
S : Severity
S : Subjektif
SOP : Standar Operasional Prosedur
T : Time
WHO : World Heart Organization

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan menurut World Health Organization adalah suatu
keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta
tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (Eliana & Sumiati,
2016). Salah satu penyakit tidak menular yang menjadi prioritas dalam
dunia kesehatan secara global adalah hipertensi (Ansar, Dwinata, &
Apriani, 2019). Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus-menerus yang
disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan
sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara
normal (Majid, 2018). Pada saat tekanan darah meningkat muncul
gejala sakit kepala ditengku k, pusing, palpitasi (berdebar-debar),
mudah lelah (Ketut & Ayu, 2019).
Menurut World Health Organization (2020) pada tahun 2015
prevalensi global hipertensi diperkirakan lebih dari 1,1 miliar. Tertinggi
prevalensi peningkatan tekanan darah pada orang berusia >18 tahun
yaitu pada negara berpenghasilan rendah (28,4%) dan negara
menengah (25,5%). Pada tahun 2017, studi Global Burden of Disease
menemukan bahwa kenaikan tekanan darah sistolik adalah faktor
risiko utama yang dapat dimodifikasi untuk kematian secara global
dengan 10,4 juta kematian setiap tahun. Hipertensi menjadi faktor
risiko utama untuk penyakit kardiovaskular, termasuk penyakit arteri
koroner, gagal jantung, penyakit ginjal kronis, stroke, serangan
jantung, demensia, penyakit pembuluh darah perifer, kematian janin
dan ibu dan kematian dini.
Hasil Sample Registration Survey (2014) 10 penyebab kematian di
Indonesia, survei kematian skala nasional terhadap 41.590 kematian
di Indonesia salah satunya 2.204 kematian diakibatkan oleh hipertensi

1
2

dan komplikasinya. Hasil survey Dinas Kesehatan Kota Makassar


(2015) prevalensi hipertensi tertinggi di Bangka Belitung (30,9%),
diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan
Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi 25,8%, prevalensi terendah
sebesar 16,8% dan prevalensi tertinggi sebesar 30,9%. Prevalen si
hipertensi Indonesia menurut diagnosis dokter 8,4 atau minum obat
8,8 dan hasil pengukuran pada penduduk usia >18 tahun 34,1 pada
tahun 2018, data menunjukkan terjadi penurunan dibandingkan hasil
Rikesdas 2013 dimana berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk
umur >18 tahun 9,4%, prevalensi menurut diagnosis dokter atau
minum obat antihipertensi hasilnya 9,5% dan berdasarkan hasil
pengukuran 25,8% (Kementrian Kesehatan RI, 2018).
Hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia.
Berdasarkan data survailans penyakit tidak menular bidang P2PL
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014 terdapat
penderita baru hipertensi esensial (primer) sebanyak 5.902 kasus,
penderita lama sebanyak 7.575 kasus, dengan kematian 65 orang,
jantung hipertensi penderita lama 1.687 kasus, penderita baru 1.670
kasus dengan kematian 24 orang, ginjal hipertensi penderita baru
sebanyak 58 kasus, penderita lama sebanyak 34 kasus dengan
kematian 5 orang, jantung dan hipertensi sekunder penderita lama
sebanyak 2.082 kasus dan penderita baru sebanyak 2.081 kasus
dengan kematian 18 orang (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Selatan, 2015). Sampai dengan bulan desember 2016, data
menunjukkan prevalensi penduduk usia >15 tahun dengan tekanan
darah tinggi di Sulawesi Selatan sebesar 20,85%, diakui memang
kondisi ini belum mencapai target (19,84%) namun capaian ini
menurun bila dibandingkan hasil Rikesdas tahun 2013 yaitu 28%.
Penurunan ini bisa terjadi karena berbagai macam faktor (Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2017).
3

Berdasarkan data dari Bidang Bina P2PL Dinas Kesehatan Kota


Makassar tahun 2015 terdapat kasus hipertensi sebanyak 11.596
dengan rincian jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 4.277 kasus dan
perempuan 7.319 kasus. Hipertensi suatu keadaan ketika tekanan \
darah di pembuluh darah meningkat secara kronis.Jika dibiarkan,
penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama
organ-organ vital seperti jantung dan ginjal (Dinas Kesehatan Kota
Makassar, 2015).
Menurut American Heart Association (2017) selama bertahun-
tahun, seseorang hipertensi dikatakan jika tekanan darah 140/90
mmHg atau lebih tinggi, tetapi pedoman pembaruan mengatakan
seseorang dikatakan hipertensi dengan tekanan darah 130/80 mmHg
atau lebih tinggi dimana tekanan darah 130/80 mmHg merupakan
hipertensi derajat I dan tekanan darah 140/90 mmHg dengan
hipertensi derajat II. Namun, mengingat dengan adanya perbedaan
antara panduan internasional Perhimpunan Dokter Hipertensi
Indonesia memilih tetap menggunakan tekanan darah sistolik ≥140
mmHg dan diastolik ≥90 mmHg serajat I dengan menyadari bahwa
risiko hipertensi meningkat hampir linear dengan peningkatan tekanan
darah (Lukito, Harmeiwaty, & Hustrini, 2019).
Salah satu upaya penanganan pada penderita hipertensi yang
dapat dilakukan yaitu dengan cara terapi relaksasi. Salah satu teknik
relaksasi sebagai upaya menurunkan tekanan darah adalah terapi
relaksasi otot progresif atau Progressive Muscle Relaxation (PMR)
(Rahmawati, Musviro, & Deviantony, 2018). Terapi relaksasi otot
progresif suatu terapi yang menggunakan teknik penegangan dan
peregangan otot untuk meredakan ketegangan otot, nyeri serta
meningkatkan kenyamanan (Fadhillah, et al., 2018).
Terapi relaksasi juga merupakan suatu teknik sistematis yang
digunakan dalam mencapai suatu keadaan relaksasi dengan latihan
secara bertahap dan berkesinambungan pada otot skeletal dengan
4

cara menegangkan dan melemaskannya yang dapat mengembalikan


perasaan otot sehingga otot menjadi rileks dan dapat digunakan untuk
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi esensial
(Ayuningsih, 2018).
Berdasarkan uraian diatas memperlihatkan penyebab kematian di
Indonesia salah satunya diakibatkan oleh hipertensi yang
menyebabkan terjadinya masalah. Dengan demikian kami melakukan
tinjauan literatur yang bertujuan untuk merangkum, mengevaluasi, dan
mendeskripsikan bagaimana gambaran terapi relaksasi otot progresif
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi dan sejauh
mana outcome yang dihasilkan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran efektifitas penerapan terapi relaksasi
otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada pasien
hipertensi?
C. Tujuan
Memberikan gambaran efektifitas penerapan terapi relaksasi otot
progresif terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
D. Manfaat
Manfaat penulisan ini dengan tujuan untuk mengenalkan bahwa
terapi relaksasi pada pasien hipertensi efektif dalam menurunkan
tekanan darah sehingga mampu memperoleh kepuasan dan
memperluas ilmu pengetahuan sebagi acuan/penelitian pendahuluan
untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Medis Hipertensi


1. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan
tekanan darah secara abnormal dan terus-menerus pada
beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu
atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagaimana
mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal
(Majid, 2018).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg
(Padila, 2013).
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu
keadaan kronis yang ditandai meningkatnya tekanan darah pada
dinding pembuluh darah darah arteri. Keadaan tersebut
mengakibatkan jantung bekerja lebih keras untuk mengedarkan
darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah (Sari, 2017).
2. Etiologi
a. Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan
1) Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer disebut juga hipertensi idopatik
karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
mempengaruhinya yaitu : genetik, lingkungan,
hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin. Angiotensin dan
peninkatan Na+Ca intraseluler. Faktor-faktor yang
meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alkohol dan
polistemia.

5
6

2) Hipertensi sekunder
Penyebabnya yaitu : penggunaan estrogen, penyakit
ginjal, sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan.
b. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar
dari 140 mmHg dan/atau tekanan diastolik sama atau
lebih 90 mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih
besar 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari
90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan-perubahan pada:
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi
karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Nurarif &
Kusuma, 2015).
3. Patofisiologi
Kepastian mengenai patofisiologi hipertensi masih dipenuhi
ketidak pastian. Sejumlah kecil pasien (antara 2% dan 5%)
memiliki dasar ginjal atau adrenal yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Namun, masih belum ada penyebab
tunggal yang dapat didentifikasi dan kondisi inilah yang disebut
sebagai “hipertensi esensial”.
7

Beberapa faktor yang saling berhubungan mungkin juga turut


serta menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien
hipertensif, dan peran mereka berbeda pada setiap individ. Di
antara faktor-faktor yang telah dipelajari secara intensif adalah
asupan garam, obesitas resistensi insulin, sistem renin-
angiotensin, dan sistem saraf simpatis. Pada beberapa tahun
belakangan, faktor lainnya telah dievaluasi, termasuk genetik,
disfungsi endotel
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di
otak. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepas asetilkolin,
yang akan merangsan serabut saraf paska ganglion ke pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap neropinefrin, meskipun tidak diketahui jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh
darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurnkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang di
pompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahan perifer (Wijaya &
putri, 2013).
8

4. Klasifikasi
Tabel 2.1 klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal <130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub grup: perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 > 90
Sub grup: perbatasan < 90
140-149

Tabel 2.2 klasifikai Hipertensi Menurut The Joint National Commite


(JNC) VIII
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal <130 < 85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi deraja l 140-159 90-99
Hipertensi derajat ll 160-179 100-109
Hipertensi lll ≥ 180 ≥ 100

Tabel 2. 3 Klasifikasi Hipertensi Menurut Perhimpunan Hipertensi


Indonesia
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Normal < 120 < 80


Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tahap 1 140149 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥160 ≥ 100
Hipertensi sistol tersolalsi ≥140 ≥90
Sumber : (Hanum & dkk, 2018)
5. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala terkait dengan penyakit hipertensi
adalah sebagai berikut:
a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan
muntah akibat peningkatan tekanan darah interaknium.
b. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina
sebagai dampak dari hipertensi
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi
kerusakan susunan saraf pusat.
9

d. Nokturia (sering berkemih dimalam hari) karena adanya


peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan
tekanan kapiler (Ardiansyah, 2012).
B. Penerapan Prosedur Relaksasi Otot Progresif
1. Pengertian Relaksasi Otot Progresif
Teknik relaksasi otot progresif adalah terapi yang
menggunakan teknik penegangan dan peregangan otot untuk
meredakan ketegangan otot, anisetas, nyeri serta meningkatkan
kenyamanan, konsentrasi dan kebugaran (Fadhillah, et al., 2018).
Relaksasi otot progresif merupakan salah satu terapi
nonfarmakoterapi yang tidak memerlukan imajinasi, sugesti, tidak
ada efek samping, mudah dilakukan (Fitrianti & Putri, 2018).
Relaksasi otot progresif adalah suatu terapi yang memfasilitasi
peregangan dan pelepasan otot yang akan menghasilkan
perbedaan sensasi (Bulechek M, Butcher, Dochterman, &
Wagner, 2016).
2. Tujuan
Tujuan diberikannya terapi relaksasi otot progresif antara lain
yaitu:
a. Untuk menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher
dan punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju
metabolik
b. Mengurangi distrimia jantung, kebutuhan oksigen
c. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien
sadar dan tidak memfokus perhatian seperti relaks
d. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi
e. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress
f. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iribilitas, spasme otot,
fobia ringan, gagap ringan, dan
10

g. Membangun emosi positif dari emosi negatif (Setyoadi &


Kushariyadi, 2011)
3. Indikasi/kontraindikasi
a. Indikasi
Teknik ini diindikasikan untuk orang-orang dengan
gangguan kecemasan, imsomnia dan nyeri (FIK UI, 2012).
Menurut Setyoadi dan dan Kushariyadi (2011) bahwa
indikasi dari terapi relaksasi otot progresif, yaitu:
1) Klien yang mengalami insomnia
2) Klien sering stres
3) Klien yang mengalami kecemasan
4) Klien yang mengalami depresi
b. Kontraindikasi
1) Lansia yang mengalami keterbatasan gerak, misalnya
tidak bisa menggerakkan badannya.
2) Lansia yang menjalani perawatan tirah baring (Setyoadi &
Kushariyadi, 2011).
4. Manfaat Terapi Relaksasi Progresif
Manfaat melakukan terapi relaksasi progresif adalah sebagai
berikut:
a. Relaksasi otot progresif meredakan stress serta depresi
Stres dan depresi merupakan salah satu ancaman yang
dapat membahayakan seseorang. Stres dan depresi dapat
menyebabkan munculnya berbagi macam penyakit. Manfaat
yang sering banyak orang rasakan setelah melakukan terapi
relaksasi progresif adalah dapat menurunkan tingkat stress
dan depresi.
b. Relaksasi otot progresif dapat meredakan kecemasan yang
berlebihan dan pobia
Bukan hanya meredakan stress dan depresi, relaksasi
progresif juga sangat baik untuk menurunkan tingkat
11

kecemasan dan fobia seseorang. Bahkan ketika terapi ini


dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu,
kecemasan dan fobia seseorang akan sembuh secara total.
c. Relaksasi otot progresif sangat baik untuk penderita hipertensi
Beberapa penelitian membuktikan bahwa terapi ini
mampu mengatasi gangguan yang dialami oleh penderita
hipertensi. Bagi para penderita hipertensi yang belum
mengetahui cara yang tepat untuk menyembuhkan
penyakitnya, maka relaksasi otot progresif merupakan ilihan
tepat untuk membantu menurunkan tekanan darah.
d. Relaksasi otot progresif dapat meredakan gangguan
psikomatis
Psikomatis merupakan salah satu gangguan kesehatan
yang muncul akibat adanya suatu tekanan atau gejala
psikologis. Gejala dari psikomotis adalah demam, mimisan,
sakit perut, diabetes, dan juga kanker. Untuk itu, gejala
psikomatis harus segera disadari untuk kemudian diatasi,
salah satunya dengan menggunakan terapi relaksasi.
e. Relaksasi otot progresif sangat baik untuk kesehatan otot
tubuh agar tidak menjadi kaku
Terapi ini sangat baik untuk menjaga kesehatan secara
ketahanan otot, karena teknik yang digunakan dalam terapi ini
membutuhkan kinerja otot serta memberikan aktivitas bagi
otot.
f. Relaksasi progresif dapat mencegah atau menyembuhkan
kram dan kesemutan
Salah satu penyebab terjadinya kram dan kesemutan
adalah keberadaan otot dalam keadaan lelah dan tidak dapat
bekerja secara optimal. Untuk itu, relaksasi otot sangat ampuh
mencegah dan menyembuhkan kram serta kesemutan.
12

g. Relaksasi progresif dapat melenturkan otot serta persendian


Otot yang jarang digunakan dan terlalu sering digunakan
akan berdampak sakit pada otot. Relaksasi progresif
bermanfaat untuk melenturkan otot dan persendian.
h. Relaksasi progresif mampu mencegah imsomnia serta
gangguan tidur
Teknik yang dilakukan dalam relaksasi dapat membuat
tubuh terasa rileks dan lebih santai, sehingga akan mencegah
imsomnia.
i. Relaksasi progresif mampu menghilangkan pegal dan sakit
pada leher
Salah satu gerakan yang dilakukan dalam terapi ini adalah
gerakan pelatihan pada bagian leher. Gerakan tersebut
sangat baik bagi yang sering mengalami keluhan sakit pada
bagian leher (Putri & Amalia, 2019).
5. Prosedur Relaksasi Otot Progresif
Prosedur dalam melakukan terapi relaksasi progresif adalah
sebagai berikut:
a. Persiapan
Peralatan yang perlu kita persiapkan adalah kursi, bantal,
dan lingkungan yang tenang serta sunyi. Hal-hal yang harus
dilakukan pada tahap persiapan adalah sebagai berikut:
1) Mengisi lembar persetujuan terhadap pasien untuk
melakukan terapi relaksasi progresif disertai dengan
menjelaskan tujuan, manfaat, dan prosedur-prosedur yang
akan dilalui nantinya.
2) Memposisikan pasien pada tempat yang telah disediakan
jika posisi berbaring maka pasien berbaring dan tepat
berada di bawah kepala dan lutut diberi alas bantal yang
tipis. Jika posisi duduk maka pasien dipersilahkan duduk
dengan kepala ditopang lalu memejamkan mata.
13

Relaksasi ini tidak dianjurkan dilakukan dalam posisi


berdiri.
3) Menginstruksikan pasien agar melepas segala aksesoris
yang menempel pada tubuhnya seperti kacamata, jam,
sepatu, dan lain-lainnya.
4) Pastikan jika pasien memakai dasi maupun ikat pinggang
dalam keadaan longgar atau tidak ketat.
b. Gerakan pertama
Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot tangan dan
gerakannya adalah sebagai berikut.
Tangan kiri dalam keadaan menggenggam sekuat
mungkin (membentuk sebuah kepalan) dan rasakan
ketegangan yang terjadi.
1) Beberapa saat kemudian, kepalan dilepaskan dan pasien
dipandu untuk merasakan rileks selama ± 10 detik.
2) Lakukan gerakan serupa sampai 2 atau 3 kali dengan
tujuan agar pasien lebih dapat merasakan perbedaan
antara ketegangan otot dan keadaan rileks yang
dialaminya.
3) Begitu juga dengan tangan kanan, setelah tangan kiri
selesai melakukan gerakan tersebut lalu pindah ke tangan
kanan dan lakukan hal serupa.
c. Gerakan kedua
Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot tangan bagian
belakang. Tekuk pergelangan tangan kearah belakang
sehingga otot tangan bagian belakang dan otot lengan bawah
mengalami ketegangan. Jari-jari menghadap keatas (langit-
langit).
14

Gambar 2.1 Mengepalkan tangan dan untuk tangan


Bagian belakang
(Sumber: https://mpitsjournal.wordpress.com/2019/05/01/satuan-acara-
penyuluhan-relaksasi-otot-progresif/)
d. Gerakan ketiga
Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot bisep (otot besar
pada bagian atas pangkal lengan). Gerakan yang dilakukan
adalah dengan mengepalkan kedua tangan sekuat mungkin
kemudian kepalan tangan tersebut diletakkan di atas pundak
(tangan kiri diletakkan di pundak kiri begitu juga tangan
kanan).
e. Gerakan keempat
Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot bahu supaya
mengendur. Gerakan yang dimaksud adalah dengan
mengangkat kedua bahu setinggi mungkin, seakan-akan
hingga menyentuh kedua telinga.

Gambar 2.2 Gerakan otot bisep dan untuk melatih otot bahu
(Sumber: https://mpitsjournal.wordpress.com/2019/05/01/satuan-acara-
penyuluhan-relaksasi-otot-progresif/)
15

f. Gerakan kelima dan keenam


Gerakan ini bertujuan untuk melemaskan otot-otot bagian
wajah (seperti otot dahi, mata, rahang, serta mulut).
Gerakannya adalah sebagai berikut.
1) Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi serta
alis hingga kulit sekitar dahi dan alis terasa keriput.
2) Lakukan gerakan dengan mata tertutup.

Gambar 2.3 Gerakan untuk otot-otot wajah (mata, rahang,


mulut, dan dahi)
(Sumber: https://mpitsjournal.wordpress.com/2019/05/01/satuan-acara-
penyuluhan-relaksasi-otot-progresif/)
g. Gerakan ketujuh
Gerakan ini bertujuan untuk mengendurkan ketegangan
yang dialami oleh otot rahang dan gerakan yang dilakukan
adalah dengan menggigit gigi sendiri secara kuat-kuat
sehingga terjadi ketegangan otot disekitar otot rahang.
h. Gerakan kedelapan
Gerakan ini bertujuan untuk mengendurkan otot-otot di
sekitar mulut dan gerakan ini dilakukan dengan cara
memoncongkan mulut sekuat tenaga sehingga otot di sekitar
mulut merasakan ketegangan.
i. Gerakan kesembilan
Gerakan ini bertujuan untuk merilekskan otot leher bagian
depan juga bagian belakang dan gerakannya adalah sebagai
berikut.
16

1) Gerakkan kepala ke depan sekuat mungkin diimbangi


gerakan ke belakang.
2) Setelah dirasa cukup, istirahatkan kepala dengan cara
meletakkannya di sandaran.
3) Tahan kepala pada permukaan bantalan kursi sekuat
tenaga sehingga otot bagian dalam serta otot punggung
mengalami ketegangan.
j. Gerakan kesepuluh
Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot leher bagian
depan dan cukup mudah dilakukan. Cukup dengan
menurunkan kepala kearah depan atau membenamkan dagu
kearah dada sehingga otot leher bagian depan dalam posisi
tegang.
k. Gerakan kesebelas
Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot punggung,
gerakan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Angkat tubuh dari sandaran kursi.
2) Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik
dan lepaskan.
3) Letakkan kembali tubuh pada sandaran kursi sambal
merasakan otot-otot yang lemas.

Gambar 2.4 Melatih otot leher belakang, otot leher


17

depan, otot punggung dan otot dada


(Sumber: https://mpitsjournal.wordpress.com/2019/05/01/satuan-
acara-penyuluhan-relaksasi-otot-progresif/)

l. Gerakan keduabelas
Gerakan ini bertujuan untuk melemaskan otot dada dan
gerakan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Tarik nafas panjang bertujuan untuk mengisi paru-paru
dengan udara sebanyak mungkin.
2) Tahan pernafasan selama beberapa saat sampai otot
bagian dada dan perut mengalami ketegangan dan
kemudian dilepas.
3) Setelah melepas pernafasan maka bernafaslah secara
normal dan lega.
4) Ulangi hal serupa samapi beberapa kali sehingga dapat
merasakan antara kondisi tegang dan rileks.
m. Gerakan ketigabelas
1) Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot perut.
2) Tarik perut kea rah dalam secara kuat-kuat.
3) Tahan posisi tersebut sampai perut merasakan kencang
selama ± 10 detik lalu bebaskan.
4) Ulangi gerakan serupa sampai beberapa kali.
n. Gerakan 14 dan 15
Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot-otot kaki dan
gerakan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Luruskan kaki ke depan hingga otot paha terasa tegang.
2) Lakukan dengan mengunci lutut hingga ketegangan ke
otot betis.
3) Pertahankan posisi tegang selama 10 detik lalu lepaskan.
4) Lakukan gerakan sebanyak 2 kali (Putri & Amalia, 2019).
18

Gambar 2.5 Gerakan untuk melatih otot perut dan otot


Bagian depan tubuh
(Sumber: https://mpitsjournal.wordpress.com/2019/05/01/satuan-acara-
penyuluhan-relaksasi-otot-progresif/)

6. Hasil Penelitian
Setelah dilakukan uji dengan test Wilcoxon, nilai rata-rata
tekanan darah sebelum dan sessudah dilakukan relaksasi otot
progresif menunjukkan nilai p-value 0,000 < α (0,05) maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh teknik relaksasi otot progresif
terhadap nilai tekanan darah pada pasien hipertensi (Rahayu,
Hayati, & Asih, 2020).
Berdasarkan studi kasus yang telah dilakukan diperoleh hasil
bahwa penerapan relaksasi otot progresif dapat memberikan
pengaruh baik dalam menurunkan nilai tekanan darah yaitu 20-30
mmHg pada tekanan darah sistolik dan 13-17 mmHg pada
tekanan diastolik. Dengan menurunnya tekanan darah maka
responden juga merasakan berkurangnya keluhan, seperti nyeri
pada bagian kuduk, serta palpitasi (Masruroh & Setianingsih,
2019).
Set elah dilakukan penelitian tentang efektifitas relaksasi otot
progresif terhadap tekanan darah penderita hipertensi esensial
didapatkan hasil uji diastolik pada kelompok eksperimen dengan
menggunakan uji Dependent T Test diperoleh p value 0,001
19

(systole) dan p value 0,000 (diastole) (p<0,05). Hal ini berarti


terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata tekanan darah
sebelum dan sesudah diberika n relaksasi otot progresif. Hal ini
sejalan dengan studi kasus yang dilakukan oleh Muttaqin (2009)
bahwa relaksasi otot progresif dapat meningkatkan relaksasi
dengan menurunkan aktivitas saraf simpatis dan meningkatkan
aktivitas saraf parasimpatis sehingga terjadi vasodilatasi diameter
arteriol. Sistem saraf parasimpatis melepaskan neurotransmitter
asetikolin untuk menghambat aktivitas saraf simpatis dengan
menurunkan kontraktilitas otot jantung, vasodilatasi arteriol dan
vena kemudian menurunkan tekanan darah (Tyani, Utomo, &
Hasneli, 2015).
Relaksasi otot progresif merupakan suatu terapi agar tercipta
keadaan rileks yang akan menyebabkan penurunan kadar
efinefrin maupun non-efinefrin, sehingga berdampak pada
menurunnya frekuensi denyut jantung, gerakan teknik relaksasi
otot progresif juga dapat menurunkan ketegangan otot yang
berdampak pada pembuluh darah sehingga setelah melakukan
teknik ini dapat mengalami penurunan tekanan darah secara
signifikan (Fitrianti & Putri, 2018).
C. Tinjauan Literature Riview
1. Defenisi
Literature riview adalah sebuah pencarian literature baik
internasional maupun nasional yang dilakukan dengan
menggunakan database EBSCO, ScienceDirect, dan Proquest
(Priasmoro, 2016).
Tinjauan literatur adalah sebuah pencarian artikel ilmiah,
buku, dan sumber lain yang relevan dengan masalah tertentu,
bidang penelitian atau teori lalu memberikan deskripsi, ringkasan
dan kritis dalam mengevaluasinya (Ramdhani, Ramdhani, & Amin,
2014).
20

2. Tujuan Kajian Literatur


Ada dua tujuan utama dari kajian literatur yaitu sebagai berikut:
a. Pertama, kajian literatur yang dilakukan dengan tujuan untuk
menulis sebuah makalah untuk memperkenalkan kajian-kajian
baru dalam topik tertentu yang perlu diketahui oleh mereka
yang bergiat dalam topik ilmu tersebut. Kajian ini sewaktu-
waktu dapat diterbitkan untuk kepentingan umum.
b. Kedua, tujuannnya adalah untuk kepentingan projek penelitian
sendiri. Dalam hal ini, membuat kajian literatur adalah untuk
memperkaya wawasan kita tentang topik penelitian kita,
menolong kita, dalam menentukan teori-teori dan metode-
metode yang tepat untuk digunakan dalam penelitian kita.
Dengan mempelajari kajian-kajian orang lain, dapat
menentukan apakah akan meniru, mengulangi, atau
mengkritik satu kajian tertentu. Kajian-kajian orang lain itu juga
dapat digunakan sebagai bahan pembanding bagi kajian
sendiri. Dengan mengkritisi karangan orang lain, maka dapat
menciptakan sesuatu yang baru (Marzali, 2016).
3. Fungsi Kajian Literatur
Adapun beberapa fungsi terkait dengan fungsi kajian literatur
adalah sebagai berikut:
a. Pertama, dapat mengetahui kajian-kajian lain yang pernah
dilakukan orang berkenaan dengan topik penelitian yang
dilakukan
b. Kedua, kajian literatur akan menghubungkan kajian yang akan
dilakukan dengan wacana luas dalam literature tentang topik
tersebut
c. Ketiga, menunjukkan kemampuan dalam mengintegrasikan
dan meringkaskan apa yang sudah diketahui orang lain
tentang bidang kajian yang dilakukan
21

d. Keempat, dengan belajat dari orang lain kita dapat melahirkan


pemikiran-pemikiran baru (Marzali, 2016).
4. Jenis Kajian Literatur
Menurut isi dan cara penyajiannya kajian literatur dapat
dibagi kedalam beberapa jenis, yaitu:
a. Context review adalah bentuk review yang umum dalam kajian
literatur, dimana penulis menghubungkan satu topik kajian
khusus kepada khazanah pengetahuan lebih luas.
b. Historical review adalah bentuk review yang melacak satu
topik atau satu issu tertentu sepanjang masa.
c. Integrative review adalah satu jenis review yang umum,
dimana penulis menyajikan dan meringkas keadaan semasa
pengetahuan tentang satu topik tertentu, memberi kilasan
tentang dukungan dan kritikan terhadap topik tersebut.
d. Methodological review adalah review yang membanding-
bandingkan dan mengevaluasi kekuatan relative metodologi
dari berbagai kajian.
e. Self-study review adalah review dimana penulis
memperlihatkan keakrabannya dengan satu bidang kajian
tertentu.
f. Theoretical review adalah khusus dimana penulis
memaparkan beberapa teori atau konsep yang terpusat pada
satu topik tertentu dan membandingkan teori atau konsep
tersebut atas asumsi-asumsi, konsistensi logik, dan lingkup
eksplanasinya (Marzali, 2016).
5. Sistematika Penulisan Kajian literatur
Ada beberapa langkah yang harus diikuti dalam kaitan dengan
istematika penulisan kajian literatur yaitu:
a. Memilih topik ulasan
b. Mencari dan memilih artikel yang sesuai
c. Menganalisis dan mensistesis literatur
22

d. Organisasi penulisan ulasan (Ramdhani, Ramdhani, & Amin,


2014).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kuantitatif
dengan pendekatan literature review. Literature review adalah satu
penelusuran dan penelitian kepustakaan dengan membaca berbagai
buku, jurnal, dan terbitan-terbitan lain yang berkaitan dengan topik
penelitian, untuk menghasilkan satu tulisan berkenaan dengan satu
topik atau isyu tertentu (Marzali, 2016)..
B. Strategi Pencarian
St rategi pencarian artikel penelitian dengan menggunakan kata
kunci yang relevan dan istilah yang mayoritas digunakan dalam
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Sumber database pencarian
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Pudmed, Google Schooler,
dan pencarian sekunder dengan kata kunci “relaksasi otot progresif
AND hipertensi, progressive muscle relaxation or hypertension”.
Hipertensi AND “tekanan darah tinggi” or “ hipertensi sekunder dan
P
hipertensi primer”
I “Terapi relaksasi otot progresif”
C Tidak ada pembanding dalam artikel riview ini
O “Penurunan Tekanan darah”
Artikel yang diinklusi untuk tinjauan literature ini adalah artikel yang (1)
fokus pada intervensi penerapan relaksasi otot progresif . (2) ditulis
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris (3) dipublikasikan 5
tahun terakhir yaitu dari tahun 2014-2018, dan (4) artikel penelitian
yang dilakukan pada pasien hipertensi. Sedangkan kriteria eksklusi
pada riview ini adalah (1) double publikasi (2) desain penelitian
kualitatif (3) bukan hasil penelitian (4) tidak tersedia full text.

23
24

Pencarian sekunder Google schooler Pubmed


(n=106.000 ) (n=63 ) (n=49.029) )

Artikel yang diidentifikasi


Identification
(n=85 )
Esklusi:

Tidak sesuai title


dan abstrak
(n=53 )

Hasil skrining
Screening (n=6 )

Esklusi:
Tidak sesuai kriteria inklusi:
 Dobel publikasi (n= 0)
 Kualitatif (n= 0)
 Bukan hasil penelitian
(n= 0)
 Abstrak (n= 0)

Sesuai dengan pertanyaan


Eligibility Penelitian
(n= 6 )

Artikel yang diinklusi


Inclusion
(n= 6)

Intervensi Kohort Kohort +


intervensi

5 0 1

Gambar 3.1 Diagram Alur Pemilahan Artikel


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Berdasarkan total artikel yang didapatkan dari berbagai database
yaitu sebanyak 85 artikel diperoleh dari strategi pencarian dan
evaluasi. Dari 80 artikel ada 53 artikel yang dikeluarkan dengan
alasan ketidaksesuaian judul dan abstrak. Sehingga 6 artikel yang
didapatkan dari hasil skrining yang kemudian tidak ada artikel yang di
ekslusi karena semua artikel sesuai dengan kriteria inklusi, sehingga
didapatkan 6 artikel yang sesuai dengan pertanyaan penelitian atau
artikel yang di inklusi.

25
Tabel 4.1 Sintesis Grid
No.
Penulis/Kota Tujuan Metode Sampel Intervention Instrumen Hasil
1. Pengaruh relaksasi Mengidentifikasi Quasy Experiment Besar sampel 30 Pemberian - Berdasarkan hasil analisa
otot progresif terhadap pengaruh latihan dengan responden dibagi terapi relaksasi data setelah dilakukan
tekanan darah pada relaksasi otot teknik pengambilan menjadi dua yaitu otot progresif latihan relaksasi otot
klien hipertensi primer progresif terhadap sampel dengan kelompok selam 15-30 progresif dengan hasil
di Puskesmas Gunung penurunan tekanan consecutive perlakuan dan menit setiap adalah sistolik pada
Lingkas Kota Tarakan darah klien sampling kelompok kontrol latihan, sehari kelompok perlakuan 174,58
(Baharuddin, R, 2016) hipertensi dua kali latihan mmHg diastolik 86,18
(https://stikesmu-sidrap.e- dan dilakukan mmHg sedangkan rata-
journal.id/JIKI/article/view/20 selama 15 hari rata tekanan darah sistolik
)
kelompok kontrol setelah
hari keenam adalah
179,72 mmHg diastolik
92,68 mmHg. Hasil uji
statistik didapatkan nilai
sistolik pv=0,011 dan uji
statistik diastolik
didapatkan nilai pv=0,012
maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat penurunan
yang bermakna sesudah
latihan terapi relaksasi otot
progresif pada kelompok
perlakuan dibandingkan
kelompok kontrol (p value =
<0,05) serta mampu
menciptakan keadaan
tenang, rileks, mengurangi
stress, ketegangan serta
menurunkan kecemasan
dan terjadi vasodilatasi
pembuluh darah

26
2. Pengaruh tehnik Penelitian ini Quasy Experiment sampel dalam Pemberian - Hasil penelitian
relaksasi otot progresif bertujuan untuk dengan desain one- penelitian ini yaitu terapi relaksasi menunjukkan bahwa nilai
terhadap penurunan mengetahui group approach 23 orang otot progresif rata-rata sistole sesudah
tekanan darah pada pengaruh teknik cross-sectional pre- adalah 160,61 sedangkan
pasien hipertensi di relaksasi otot post test dengan nilai rata-rata sistole
RSU Imelda Medan progresif pada teknik pengambilan sesudah adalah 156,57 dan
dengan usia penurunan tekanan sampel dalam nilai p=0,000 < p value,
responden mayoritas darah pada pasien penelitian ini adalah adapun diastole sebelum
40-50 tahun dan 51-60 hipertensi accidental sampling adalah 96,22 sedangkan
tahun (Damanik, H, nilai rata-rata diastole
Ziraluo, A.A.W, 2018) sesudah adalah 94,17 dan
(https://www.neliti.com/id/pu nilai p=0,000 < p value,
blications/290544/pengaruh-
artinya adalah ada
teknik-relaksasi-otot-
progresif-terhadap- pengaruh sebelum dan
penurunan-tekanan-darah- sesudah relaksasi otot
pada-p) progresif
3. Pengaruh relaksasi Mengetahui Quasi Experiment Jumlah sampel 45 Pemberian - Hasil penelitian ini
otot progresif terhadap pengaruh relaksasi menggunakan responden relaksasi otot menunjukkan adanya
perubahan tekanan otot progresif pendekatan One progresif pada perbedaan yang signifikan
darah pada pasien terhadap Group Pretest- pada pasien antara tekanan darah
hipertensi di wilayah perubahan tekanan Posttest dengan hipertensi sistolik dan diastolik pada
kerja Puskesmas darah pada pasien teknik pengambilan kelompok intervensi setelah
Pangkejene hipertensi sampel yang diberikan relaksasi otot
Kabupaten Sidrap digunakan yaitu progresif dengan nilai
dengan usia kelompok accidental sampling p=0,001, sehingga
A 39 tahun dan tertua disimpulkan bahwa ada
59 tahun, B 40 tahun pengaruh relaksasi otot
dan tertua 60 tahun progresif terhadap
(Fadli, 2018) perubahan tekanan darah
(http://ejournal.stikesnh.ac.id pada pasien hipertensi
/index.php/jikd/article/view/3 serta mampu mencapai
15) keadaan rileks dan otot-otot
menjadi kendur sehingga
didapatkan ketegangan otot

27
dan kecemasan menurun.
4. Efektivitas terapi Melihat adakah Quasi Experiment Jumlah sampel Pemberian Instrumen Berdasarkan hasil analisis
relaksasi otot progresif pengaruh terapi dengan desain Non sebanyak 20 terapi relaksasi penelitian menggunakan uji T
dalam menurunkan relaksasi otot equivalent control lansia yang terdiri otot progresif menggunakan 5 Independen didapatkan
hipertensi pada lansia progresif terhadap group pretest- dari 10 lansia unit perbedaan tekanan darah
dengan usia diatas 65 tekanan darah posttest dengan kelompok sphygmomanome kelompok intervensi dan
tahun di PSTW Budi lansia penderita teknik random intervensi dan 10 ter digital dan kontrol, tekanan darah
Luhur Jambi (Ilham, M, hipertensi sampling lansia kelompok lembar ceklis sistole dengan p value
Armina, Kadri, H, kontrol pengukuran 0,031 < (0,05). Sedangkan
2019) tekanan darah pada tekanan darah
https://www.researchgate.ne diastole didapatkan p value
t/publication/337466392_EF
0,009 < (0,05) karna nilai p-
EKTIVITAS_TERAPI_RELA
KSASI_OTOT_PROGRESIF value kurang dari 0,05
_DALAM_MENURUNKAN_ maka kesimpulannya
HIPERTENSI_PADA_LANSI terdapat perbedaan yang
A)
bermakna antara kelompok
intervensi yang diberikan
terapi relaksasi otot
progresif dan mendapatkan
perasaan rileks.
5. Efektivitas progressive Mengetahui Desain penelitian Jumlah sampel Pemberian Instrumen yang Hasil penelitian
muscle relaxation efektivitas terapi menggunakan sebanyak 24 terapi relaksasi digunakan untuk menunjukkan bahwa
(PMR) terhadap PMR terhadap desain pre responden otot progresif mengukur terdapat perbedaan yang
penurunan tekanan penurunan tekanan experiment dengan selama 30-45 tekanan darah signifikan pada tekanan
darah pada penderita darah pada rancangan one menit dengan darah (sistol dan diastol)
hipertensi di wilayah penderita hipertensi group pre test post menggunakan sebelum dan sesudah
kerja Puskesmas kelompok “Prolanis” test dengan sphygmomanome diberikan terapi relaksasi
Jatiroto Kabupaten di wilayah kerja teknik ter otot progresif dibuktikan
Lumajang dengan usia Puskesmas Jatiroto menggunakan dengan nilai p 0,000
41 sampai diatas usia Kabupaten teknik consecutive dimana nilai p<0,05 dan
51 tahun (Rahmawati, Lumajang sampling nilai 95% Confidence
P.M, Musviro, Interval tidak melewati
Deviantony, 2018) angka nol. Secara klinis
(http://jurnal.unmuhjember.a
dapat dikatakan terdapat

28
c.id/index.php/TIJHS/article/ perbedaan tekanan darah
view/1547)
sebelum dan sesudah
diberikan terapi PMR
dengan selisih nilai 10
sistol dan selisih nilai 9,23
pada tekanan darah
diastole. Kesimpulan dalam
penelitian ini adalah
terdapat per bedaan
signifikan tekanan darah
setelah diberikan terapi
Progressive Muscle
Relaxation (PMR) serta
mampus mengidentifikasi
ketegangan otot yang
terjadi pada tubuh sehingga
mampu menurunkan
tekanan darah
6. Pengaruh terapi Mengetahui Quasi Experiment Jumlah sample 30 Pemberian - Setelah dilakukan
relaksasi otot progresif pengaruh terapi Design dengan responden yang terapi relaksasi penelitian ada perbedaan
terhadap penurunan relaksasi otot rancangan Non terdiri atas 15 otot progresif rata-rata yang signifikan
tekanan darah pada progresif terhadap Equivalent Control kelompok sebelum dan setelah terapi
penderita hipertensi di penurunan tekanan Group dengan eksperimen dan relaksasi otot progresif
Desa Koripandriyo darah pada 15 kelompok pada kelompok eksperimen
Kecamatan Gabus penderita hipertensi teknik pengambilan kontrol dengan nilai p value sistolik
Kabupaten Pati (Ulya, sample dan diastolik adalah 0,038
Z.I, Faidah, N, 2017) menggunakan dan 0,024 (p<0,05)
(https://jurnal.stikescendekia Quota Sampling sehingga menghasilkan
utamakudus.ac.id/index.php/ dan besar jumlah perasaan yang relaks.
stikes/article/view/186)
sample Sedangkan pada kelompok
menggunakan kontrol hasil analisa uji
rumus finite statistik didapatka p value
tekanan darah sistolik
0,178 dan diastolik 0,166 (p

29
> 0,05) maka dapat
disimpulkan tidak ada
perbedaan rata-rata antara
tekanan darah sebelum
dan sesudah
Tabel 4.1 Data Sekunder (Systematic Riview)

30
31

Penelitian Baharuddin (2020) dengan judul “pengaruh relaksasi


otot progresif terhadap tekanan darah pada klien hipertensi primer di
Puskesmas Gunung Lingkas Kota Tarakan”. Hasil penelitian ini
menggunakan 30 responden dimana dibagi menjadi dua kelompok
yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan durasi
pemberian terapi relaksasi otot progresif selama 15-30 menit setiap
latihan, sehari dua kali latihan dan dilakukan selama 15 hari.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa terjadi penurunan
rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok yang
diberikan terapi dengan hasil setelah dilakukan latihan relaksasi otot
progresif dengan hasil adalah sistolik pada kelompok perlakuan
174,58 mmHg diastolik 86,18 mmHg sedangkan rata-rata tekanan
darah sistolik kelompok kontrol setelah hari keenam adalah 179,72
mmHg diastolik 92,68 mmHg. Hasil uji statistik didapatkan nilai sistolik
pv=0,011 dan uji statistik diastolik didapatkan nilai pv=0,012 maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan yang bermakna
sesudah latihan terapi relaksasi otot progresif pada kelompok
perlakuan dibandingkan kelompok kontrol (p value = <0,05) serta
mampu menciptakan keadaan tenang, rileks, mengurangi stress,
ketegangan serta menurunkan kecemasan dan terjadi vasodilatasi
pembuluh darah.
Penelitian Damanik, Ziraluo (2018) dengan judul “pengaruh teknik
relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada
pasien hipertensi di RSU Imelda Medan”. Hasil penelitian
menggunakan 23 responden dimana dalam penelitian ini
menggunakan satu kelompok yang diberikan terapi relaksasi otot
progresif. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan terdapat
pengaruh pada sistol dan diastol sebelum dan sesudah diberikan
relaksasi otot progresfi dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
nilai rata-rata sistole sesudah adalah 160,61 sedangkan nilai rata-rata
sistole sesudah adalah 156,57 dan nilai p=0,000 < p value, adapun
32

diastole sebelum adalah 96,22 sedangkan nilai rata-rata diastole


sesudah adalah 94,17 dan nilai p=0,000 < p value, sehingga dapat
dikatakan ada pengaruh sebelum dan sesudah relaksasi otot
progresif.
Penelitian Fadli (2018) dengan judul “pengaruh relaksasi otot
progresif terhadap perubahan tekanan darah pada pasien hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Pangkejene Sidrap”. Hasil penelitian
menggunakan 45 responden dimana kelompok tersebut diberikan
terapi relaksasi otot progresif. Berdasarkan hasil penelitian yang
didapatkan adanya perbedaan yang signifikan antara tekanan darah
sistol dan diastol pada kelompok yang diberikan intervensi dengan
hasil penelitian pada kelompok intervensi nillai p=0,001, sehingga
disimpulkan bahwa ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap
perubahan tekanan darah pada pasien hipertensi serta mampu
mencapai keadaan rileks dan otot-otot menjadi kendur sehingga
didapatkan ketegangan otot dan kecemasan menurun.
Penelitian Ilham, Armina, Kadri (2019) dengan judul “efektivitas
terapi relaksasi otot progresif dalam menurunkan hipertensi pada
lansia di PSTW Budi Luhur Jambi”. Hasil penelitian menggunakan 20
responden yang terdiri dari dua kelompok yaitu 10 lansia kelompok
intervensi dan 10 lansia kelompok kontrol. Hasil penelitian didapatkan
bahwa terapi relaksasi otot progresif efektif menurunkan tekanan
darah (sistol dan diastol) dengan hasil analisis menggunakan uji T
Independen didapatkan perbedaan tekanan darah kelompok
intervensi dan kontrol, tekanan darah sistole dengan p value 0,031 <
(0,05). Sedangkan pada tekanan darah diastole didapatkan p value
0,009 < (0,05) karna nilai p-value kurang dari 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara
kelompok intervensi yang diberikan terapi relaksasi otot progresif dan
mendapatkan perasaan rileks.
33

Penelitian Rahmawati, Musviro, Deviantony (2018) dengan judul


“efektivitas progressive muscle relaxation (PMR) terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Jatiroto Kabupaten Lumajang”. Hasil penelitian menggunakan 24
responden yang diberikan terapi relaksasi otot progresif dengan durasi
pemberian selama 30-45 menit. Adapun hasil penelitian didapatkan
terdapat perbedaan yang signifikan tekanan darah responden setalah
diberikan terapi baik tekanan darah sistol maupun diastol dengan hasil
menunjukkan nilai p 0,000 dimana nilai p<0,05 dan nilai 95%
Confidence Interval tidak melewati angka nol. Secara klinis dapat
dikatakan terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah
diberikan terapi PMR dengan selisih nilai 10 sistol dan selisih nilai 9,23
pada tekanan darah diastole. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah
terdapat per bedaan signifikan tekanan darah setelah diberikan terapi
Progressive Muscle Relaxation (PMR) serta mampus mengidentifikasi
ketegangan otot yang terjadi pada tubuh sehingga mampu
menurunkan tekanan darah.
Penelitian Ulya, Faidah (2017) dengan judul “pengaruh terapi
relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi di Desa Koripandriyo Kecamatan Gabus
Kecamatan Pati”. Dengan menggunakan 30 responden yang terdiri
dari 15 kelompok eksperimen dan 15 kelompok kontrol. Hasil
didapatkan ada perbedaan rata-rata tekanan darah sebelum dan
setelah terapi relaksasi otot pada kelompok eksperimen dengan hasil
pada kelompok eksperimen nilai p value sistolik dan diastolik adalah
0,038 dan 0,024 (p<0,05) sehingga menghasilkan perasaan yang
relaks. Sedangkan pada kelompok kontrol hasil analisa uji statistik
didapatka p value tekanan darah sistolik 0,178 dan diastolik 0,166 (p >
0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan rata-rata
antara tekanan darah sebelum dan sesudah.
34

Metode
Dari enam artikel penelitian tentang penerapan tehnik relaksasi
otot progresif pada pasien hipertensi membuktikan bahwa penerapan
relaksasi otot progresif efektif dalam menurunkan tekanan darah
dengan metode penelitian yang digunakan dalam artikel yang
didapatkan adalah 1 artikel penelitian Rahmawati, Musviro,
Deviantony (2018) dilakukan di Puskesmas Jatiroto Kabupaten
Lumajang yang merupakan penelitian Pre Eksperimen yaitu penelitian
sistematis untuk menguji hipotesis hubungan sebab-akibat dan
beberapa artikel lainnya menggunakan Quasy-Experimental dengan
pendekatan One group pretest-post test dalam penelitian Damanik,
Ziraluo (2018) yang dilakukan di RSU Imelda Medan, Fadli (2018)
yang dilakukan di Puskesmas Pangkejene Kabupaten Sidrap dan Non
equivalent control group pretest-posttest yaitu terdiri dari dua
kelompok dalam penelitian Baharuddin (2016) dilakukan di
Puskesmas Gunung Lingkas Kota Tarakan, Ilham, Armina, Kadri
(2019) dilakukan di PSTW Budi Luhur Jambi, Ulya, Faidah (2017)
dilakukan di Desa Koripandriyo Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.
Sampel
Dari enam artikel yang diinklusi , dalam penelitian Baharuddin
(2016) teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
consecutive sampling yaitu pemilihan sample dengan menetapkan
responden yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam
penelitian sampai kurun waktu tertentu, dimana menggunakan 30
responden kemudian dibagi dua menjadi kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.
Dalam penelitian Rahmawati, Musviro, Deviantony (2018) dengan
teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive
sampling yaitu pemilihan sample dengan menetapkan responden yang
memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai
35

kurun waktu tertentu terdapat 24 responden yang diberikan terapi


yang berumur 41- >51 tahun.
Pada penelitian Damanik, Ziraluo (2018) dengan teknik
pengambilan sampel yang digunakan accidental sampling teknik
pengambilan sampel secara kebetulan namun tetap sesuai tujuan
penelitian. Adapun dalam penelitian ini menggunakan 23 responden
berumur 40-45 tahun dan 51-60 tahun dengan mayoritas laki-laki.
Pada penelitian Fadli (2018) dengan teknik pengambilan sampel
yang digunakan accidental sampling teknik pengambilan sampel
secara kebetulan namun tetap sesuai tujuan penelitian. Dalam
penelitian ini menggunakan 45 responden berumur pada kelompok A
39 dan tertua 59 tahun sedangkan pada kelompok B 40 dan tertua 60
tahun.
Selain itu dalam penelitian Ilham, Armina, Kadri (2019) dengan
menggunakan teknik random sampling yaitu suatu teknik pengambilan
sampel secara acak. Adapun dalam penelitian ini menggunakan 20
responden dibagi menjadi dua kelompok berumur >65 tahun.
Kemudian artikel yang diteliti Ulya, Faidah (2017) dengan
menggunakan teknik quota sampling yaitu teknik pengambilan sampel
dengan cara menetapkan jumlah tertentu sebagai target yang harus
dipenuhi dalam pengambilan sampel. Dimana dalam penelitian ini
menggunakan 30 reponden dibagi dua kelompok yaitu kelompok
eksperimen dan kontrol.
B. Pembahasan
Metode
Dari hasil analisa terdapat dua metode yang sering digunakan yaitu
menggunakan Quasy-Experimental dengan pendekatan One group
pret est-post test yaitu penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada
satu kelompok saja yang dipilih secara random dan Non equivalent
control group pretest-posttes yaitu dimana penelitian desain ini
36

melibatkan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol,


dimana kedua kelas ini diberikan perlakuan yang berbeda.
Hal ini menunjukkan bahwa desain penelitian Quasy Experiment
yang paling sesuai digunakan untuk mengevaluasi intervensi terapi
relaksasi otot progresif karena Quasy Experiment merupakan suatu
desain experiment untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang
dicapai dari hasil yang telah ditentukan sebelumnya dengan
membandingkan dua kelompok antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol (White & Sabarwal, 2014).
Sampel
Hasil telaah literature didapatkan jumlah sampel yang digunakan
dalam artikel adalah 20-45 sampel. Dilihat dari jumlah sampel yang
digunakan dalam artikel sejalan dengan penelitian (Alwi, 2012) untuk
penelitian eksperimen dan komparatif diperlukan sampel 30
responden untuk untuk setiap kelompok yang akan dibandingkan.
Adapun Analisis karakteristik responden yang sering terdapat
dalam artikel yaitu responden yang mengalami hipertensi dengan usia
antara 40-65 tahun. hal ini sejalan dengan penelitian (Ekarini, Heryati,
& Maryam, 2019) rata-rata pada kelompok intervensi dan kontrol
sama-sama berada pada rentang usia 40-65 tahun dimana pada usia
tersebut kejadian hipertensi juga makin meningkat. Semakin
bertambahnya umur seseorang akan mengalami penurunan atau
perubahan fungsi seperti fisik, psikis, biologis, spiritual, serta
hubungan sosialnya, salah satunya kondisi kesehatannya (Fitrianti &
Putri, 2018).
Model Penerapan Otot Progresif
Beberapa artikel penelitian pada kelompok intervensi diberikan
perlakuan yang sama yaitu dilakukan pengukuran tekanan darah
sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi otot progresif dengan
menggunakan sphygmomanometer dengan waktu yang diberikan
berdasarkan penelitian terdapat dua artikel dalam penelitian
37

Baharuddin (2016) dalam waktu 15-30 menit setiap latihan sehari dua
kali selama 15 hari dan dalam penelitian Rahmawati, Musviro,
Deviantony (2018) dalam waktu 30-45 menit telah membuktikan
bahwa terapi relaksasi otot progresif berpengaruh terhadap penurunan
tekanan darah secara signifikan sedangkan keempat artikel lainnya
tidak tercantum waktu yang yang akan diberikan pada responden. Dari
hasil keenam artikel penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok
yang diberikan terapi relaksasi otot progresif mengalami penurunan
tekanan darah secara signifikan dengan rata-rata nilai p value tekanan
darah sistol dan diastole <0,05 sehingga terdapat pengaruh yang
signifikan antara sebelum dan sesudah dilakukan terapi relaksasi otot
progresif pada kelompok yang diberikan intervensi. Kelima artikel
diantaranya mengatakan dengan menegangkan otot dan
merelaksasikannya mampu menimbulkan perasaan rileks dan otot
menjadi kendor, menurunkan kecemasan akibat stress yang dapat
menurunkan tekanan darah.
Berdasarkan dari hasil diatas hal itu sejalan dengan penelitian
(Tyani, Utomo, & Hasneli, 2015) setelah diberikan intervensi relaksasi
otot progresif selama 15 menit didapatkan hasil terdapat perbedaan
yang signifikan antara rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah
diberikan relaksasi otot progresif pada kelompok eksperimen, jadi
dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi otot progresif dapat
menurunkan tekanan darah sehingga membantu menurunkan
tegangan sehingga otot tubuh menjadi rileks.
Instrumen
Hasil telaah literature didapatkan instrument yang digunakan
dalam artikel adalah alat ukur sphygmomanometer yang digunakan
untuk mengukur mengevaluasi manfaat terapi relaksasi otot progresif
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Sphygmomanometer merupakan alat yang mudah dan praktis
selain itu dengan menggunakan sphygmomanometer maka
38

pengukuran tekanan darah lebih teliti, perbedaan sekitar 1-2 mmHg


dapat dibaca dalam hasil pengukuran (Marhaendra, Basyar, &
Adrianto, 2016).
Hasil Gambaran Efektifitas Penerapan Terapi Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi
Hasil artikel penelitian semua mengatakan bahwa terapi relaksasi
otot progresif berpengaruh dan efektif terhadap penurunan tekanan
darah pada pasien hipertensi. Dari analisa juga didapatkan hasil
bahwa dengan diberikan teknik relaksasi otot progresif mampu
menciptakan keadaan tenang, mengurangi stress, otot-otot menjadi
kendur yang mampu menurunkan tekanan darah sehingga tercipta
suatu keadaan yang rileks, ketegangan otot menjadi menurun serta
kecemasan menurun, hal ini sesuai dengan teori (Setyoadi &
Kushariyadi, 2011) tubuh manusia berespon pada kecemasan dan
suatu kejadian yang dapat merangsang pikiran dengan ketegangan
otot, teknik relaksasi otot progresif memusatkan perhatian pada suatu
aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian
menurunkan ketegangan dengan dengan teknik relaksasi untuk
mendapatkan keadaan tenang dan rileks.
Hasil penelitian dari dalam artikel dinyatakan bahwa terapi
relaksasi otot progresif efektif terhadap penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi yang diberikan pada kelompok intervensi
hasilnya lebih signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol hal ini
sesuai dengan penelitian (Mahardhini & Wahyuni, 2018) yang
mengatakan bahwa terapi relaksasi lebih efektif digunakan, dimana
dalam terapi relaksasi otot progresif lebih mengandalkan aktivitas fisik
bukan hanya menggerakkan otot dada sehingga terjadi penurunan
tekanan darah setelah diberikan terapi relaksasi otot progresif lebih
besar.
39

Dari hasil penelitian dijelaskan bahwa ada pengaruh relaksasi otot


progresif terhadap perubahan tekanan darah dan mampu
menciptakan perasaan rileks hal ini sesuai dengan pendapat (Fadli,
2018), pada pasien hipertensi dimana dalam relaksasi otot progresif
ini memanfaatkan dari gerakan otot rangka dengan menegangkan dan
merelaksasikan sampai mencapai keadaan relaks. Pencapaian
relaksasi inilah yang diharapkan karena pada saat relaksasi yang
terjadi adalah otot-otot menjadi kendur dan relaks. Keadaan tubuh
yang tenang dan relaks akan mengabaikan ketegangan yang
dirasakan didalam tubuh. Keadaan relaks akan mempengaruhi saraf
parasimpastis memproduksi hormon. Relaksasi akan mempengaruhi
penurunan memproduksi hormon efinefrin dan kortisol. Kortisol yang
menurun akan mempengaruhi kerja jantung dengan menurunkan
curah jantung. Selain itu parasimpatis mengeluarkan asetilkolin. Hal
inilah yang mempengaruhi kerja jantung dan pembuluh darah akan
mengalami vasodilatasi dan mengakibatkan peredaran darah menjadi
lancar, serta tekanan darah menurun.
Dari hasil penelitian dari beberapa artikel juga didapatkan hasil
bahwa relaksasi otot progresif mampu menurunakan ketegangan dan
stress, ini sesuai dengan penelitian (Irawan, Hasballah, & Kamil,
2018), bahwa relaksasi otot pogresif sangat efektif untuk mengurangi
ketegangan dan stres yang terjadi. Apabila seseorang mengalami
ketegangan dan stress akan mengakibatkan peningkatan tekanan
darah karena yang bekerja adalah saraf simpatis. Sehingga dengan
latihan relaksasi akan melatih saraf parasimpatis yang berfungsi untuk
menurunkan ketegangan yang terjadi. Peneliti juga mengatakan
apabila penderita hipertensi tidak mampu mengontrol tingkat stress
yang terjadi akan terjadi peningkatan, namun apabila pasien mampu
mengatasinya akan terjadi penurunan tekanan darah.
Dari hasil beberapa artikel yang didapatkan relaksasi otot
progresif efektif dalam menurunkan tekanan darah pada hipertensi
40

dimana relaksasi ini sebagai non farmakologis untuk mengurangi


kecemasan karena stress dan mengendorkan atau mengistirahatkan
otot. Pada saat situasi stres yang bersifat konstan dan terus-menerus
akan mempengaruhi kerja kelenjar adrenal dalam memproduksi
hormon. Adrenalin, tiroksin, dan kortisol sebagai hormone utama stres
akan naik jumlahnya dan berpengaruh secara signifikan pada sistem
homeostatis. Adrenalin yang bekerja secara sinergis dengan sistem
saraf simpatis berpengaruh terhadap kenaikan denyut jantung dan
tekanan darah. Sehingga jika tekanan darah naik pada umumnya
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah yang lebih dari
normal dan biasanya akan muncul tanda dan gejala yaitu tengkuk
terasa pegal. Tengkuk terasa pegal atau kekakuan pada otot tengkuk
diakibatkan karena terjadi peningkatan tekanan darah didaerah leher
sehingga aliran darah menjadi tidak lancar, dan hasil akhir dari
metabolisme di daerah leher akibat kekurangan O2. Untuk
mengurangi atau menurunkan stress dan ketegangan otot diberikan
terapi relaksasi otot progresif, hal ini sejalan dengan penelitian
(Ayuningsih, 2018) setelah dilakukan pemberian teknik relaksasi otot
progresif terdapat penurunan tekanan darah 30-50 mmHg,
menurunkan ketegangan otot, memberikan perasaan rileks.
Pada saat diberikan terapi relaksasi efektif dalam menurunkan
ketegangan otot, stress yang dapat menurunkan tekanan darah
sehingga mendapatkan perasaan rileks, hal ini sesuai dengan
pendapat (Supriatna & Norma, 2018) bahwa relaksasi otot progresif
memodulasi respon rileks tubuh dimana respon relaksasi ini terjadi
melalui penurunan bermakna dari kebutuhan zat oksigen oleh tubuh
yang selanjutnya aliran darah akan lancar, neurotransmiter penenang
akan dilepaskan, sistem saraf akan bekerja secara dengan baik
sehingga otot-otot tubuh menjadi rileks dan membuat pasien nyaman.
41

C. Keterbatasan
Dalam artikel yang didapatkan tidak semua mencantumkan waktu
pemberian terapi dan umur responden.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasi Literature Riview yang telah dilakukan tentang
gambaran penerapan relaksasi otot progresif terhadap penurunan
tekanan darah pada pasien hipertensi dapat disimpulkan bahwa
penerapan relaksasi otot progresif efektif dalam menurunkan tekanan
darah. Selain itu mampu mengurangi penggunaan obat farmakologis.
Untuk pemberian dengan waktu yang diberikan berdasarkan penelitian
telah membuktikan bahwa terapi relaksasi otot progresif berpengaruh
terhadap penurunan tekanan darah secara signifikan dalam waktu
sekitar 15-45 menit dua kali sehari selama 7-15 hari.
Hasil artikel penelitian juga mengatakan bahwa terapi relaksasi
otot progresif berpengaruh dalam penurunan tekanan darah sehingga
didapatkan hasil dengan diberikan teknik relaksasi otot progresif
mampu menciptakan keadaan tenang, mengurangi stress, otot-otot
menjadi kendur yang mampu menurunkan tekanan darah sehingga
tercipta suatu keadaan yang rileks, ketegangan otot menjadi menurun
serta kecemasan menurun
B. Saran
Berdasarkan hasil riview yang telah dilakukan tentang penerapan
relaksasi otot progresif bisa digunakan dijadikan sebagai terapi non
farmakologi dalam instansi kesehatan, institusi pendidikan dan
masyarakat agar mengurangi penggunaan obat farmakologis dimana
juga untuk mencegah timbulnya efek samping yang berbahaya dari
obat farmakologis tersebut. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan hasil
penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian
dan mampu mengaplikasikannya secara langsung dengan waktu
pemberian terapi selama 7-15 hari.

42
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, I. (2012). Kriteria Empirik dalam Menentukan Ukuran Sampel pada


Pengujian Hipotesis Statistika. Jurnal Formatif, 140-148.
(https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Formatif/article/view/95)

American Heart Association. (2017). 2017 Guideline for the Prevention,


Detection, Evaluation and Management of High Blood Pressure in
Adults. Ammerican College of Cardiology Foundation.

Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah. Jogjakarta: Diva Press.

Ansar, J., Dwinata, I., & Apriani. (2019). Determinan Kejadian Hipertensi
pada Pengunjung Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas
Ballaparang Kota Makassar. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan, 28-
35. (http://journal.unhas.ac.id/index.php/jnik/article/view/6083)

Baharuddin, R. (2016). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap


Tekanan Darah pada Klien Hipertensi Primer. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Iqra, 82-89.
(https://stikesmu-sidrap.e-journal.id/JIKI/article/view/20)

Bulechek M, G., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C. (2016).


Nursing Interventions Classification (NIC) . Singapore Pte Ltd:
Elsevier.

Damanik, H, & Ziraluo, A.A.W. (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Otot


Progresif Terhadap Penurunan Tekanan Darah p ada Pasien
Hipertensi di RSU Imelda. Jurnal Keperawatan Priority, 96-104.
(https://www.neliti.com/id/publications/290544/pengaruh-teknik-
relaksasi-otot-progresif-terhadap-penurunan-tekanan-darah-pada-
p)

Dinas Kesehatan Kota Makassar. (2015). Profil Kesehatan Kota Makassar


Tahun 2015. Dinas Kesehatan Kota Makassar

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. (2015). Profil Kesehatan


Sulawesi Selatan 2014. Makassar: Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Selatan.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. (2017). Rencana Kerja


Tahun 2018. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.
Eliana, & Sumiati, S. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.

Fadhillah, H., Mustikasari, Aprisunadi, Muhammad Adam, Dinarti,


Rukmanah, N., et al. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia Defenisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Fadli. (2018). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Perubahan


Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis, 249-253.
(http://ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/315)

Fitrianti, S., & Putri, M. E. (2018). Pemberian Relaksasi Otot Progresif


pada Lansia dengan Hipertensi Essensial di Kota Jambi. Jurnal
Ilmiah Universitas Batan ghari Jambi, 368-374.
https://www.researchgate.net/publication/329216368_Pemberian_R
elaksasi_Otot_Progresif_pada_Lansia_Dengan_Hipertensi_Essensi
al_di_Kota_Jambi

Ilham, M., Armina, & Kadri, H. (2019). Efektivitas Terapi Relaksasi Otot
Progresif dalam Menurunkan Hipertensi pada Lansia. Jurnal
Akademika Baiturrahim, 58-65.
(https://www.researchgate.net/publication/337466392_EFEKTIVITA
S_TERAPI_RELAKSASI_OTOT_PROGRESIF_DALAM_MENURU
NKAN_HIPERTENSI_PADA_LANSIA)

Kementrian Kesehatan RI (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan: Kementrian Kesehatan
RI.

Ketut, N., & Ayu, B. (2019). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: PT


Pustaka Baru.

Lukito, A. A., Harmeiwaty, E., & Hustrini, N. (2019). Penatalaksanaan


Hipertensi 2019. Jakarta: Indonesian Society of Hypertension.

Mahardhini, A., & Wahyuni. (2018). Efektifitas Relaksasi Otot Progresif


dan Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tekanan Darah Penderita
Hipertensi di Desa Begal Kecamatan Kedunggalar Kabupaten
Ngawi. University Research Colloqoium, 148-154.
http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/98

Marhaendra, Y. A., Edwin, B., & Ari, A. (2016). Pengaruh Letak


Tensimeter Terhadap Hasil Pengukuran Tekanan Darah. Jurnal
Kedokteran Diponegoro, 1930-1936.
(https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/view/16032)

Majid, A. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Marzali, A. (2016). Menulis Kajian Literatur. Jurnal Etnosia, 27-36.

Masruroh, E. N., & Setianingsih, E. (2019). Penerapan Relaksasi Otot


Progresif untuk Menurunkan Tekanan Darah pada Pasien
Hipertensi di IGD RSUD Dr. Soedirman Kebumen. University
Research Colloqium, 368-372.
(http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/632)

Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah,


Penyakit dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC - NOC. Jogjakarta:
Mediaction.

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha


Medikal.

Putri, D. P., & Amalia, R. N. (2019). Terapi Komplementer Konsep dan


Aplikasi dalam Keperawatan. Yogyakarta: Tim Pustaka Baru.

Rahayu, S. M., Hayati, N. I., & Asih, S. L. (2020). Pengaruh Teknik


Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah Lansia dengan
Hipertensi. Media Karya Kesehatan, 91-98.
(http://jurnal.unpad.ac.id/mkk/article/view/26205)

Rahmawati, P. M., Musviro, & Deviantony, F. (2018). Efektifitas


Progressive Muscle Relaxation (PMR) Terhadap Penurunan
Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. The Indonesian Journal
of Health Science, 188-193.
(http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/TIJHS/article/view/1547)

Sari, Y. N. (2017). Berdamai dengan Hipertensi. Jakarta: Bumi Medikah.

Selatan, D. K. (2017). Rencana Kerja Tahun 2018. Dinas Kesehatan


Provinsi Sulawesi Selatan.

Setyoadi, & Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada


Klien Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.
Supriatna, A, & Norma. (2018). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Hipertensi di
Puskesmas Mariat Kabupaten Sorong. Jurnal Keperawatan Nursing
Arts, 31-36.
(https://poltekkes-sorong.e-journal.id/nursingarts/article/view/71)
Tyani, E. S., Utomo, W., & Hasneli, Y. (2015). Efektivitas Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi
Esensial. JOM, 1068-1075.
(https://www.neliti.com/publications/187694/efektifitas-relaksasi-otot
progresif-terhadap-tekanan-darah-pada-penderita-hiper)

Ulya, Z, & Faidah, N. (2017). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif


Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di
Desa Koripandriyo Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Jurnal
Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat, 1-8.
(https://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/stikes/artic
le/view/186)

White, H., & Sabarwal, S. (2014). Quasy Experimental Design and


Methods. Office of Research-Innocenti,1-13.

Wijaya, A. S., & putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Dewasa


Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

WHO. (2020). WHO Technical Specifications for Automated Non-Invasive


Blood Pressure Measuring Devices With Cuff. World Heart Organization.

Zakiyatum, C, Kurniawan, C, & Ashari, R. (2017). Pengaruh Media Peta


Konsep dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar dan Daya Ingat
Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Kelas XI MIPA SMA Negeri 7
Pontianak. Ar-Razi Jurnal Ilmiah, 159-168.
(http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/ar-r/article/view/629)
Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN
Bulan/Tahun
No Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020
1. Pengajuan Judul

2. Acc Judul

3. Penyusunan Proposal

4. Perbaikan Proposal

5. Ujian Proposal
Perbaikan Hasil Ujian
6
Proposal
Tinjauan Literature
7.
Review
Melakukan Literature
8.
Review
9. Ujian Hasil

10. Perbaikan Hasil Ujian

11. Publikasi
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 6

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


RELAKSASI OTOT PROGRESIF

1. Persiapan
Peralatan yang perlu kita persiapkan adalah kursi, bantal, dan
lingkungan yang tenang serta sunyi. Hal-hal yang harus dilakukan
pada tahap persiapan adalah sebagai berikut:
a. Mengisi lembar persetujuan terhadap pasien untuk melakukan
terapi relaksasi progresif disertai dengan menjelaskan tujuan,
manfaat, dan prosedur-prosedur yang akan dilalui nantinya.
b. Memposisikan pasien pada tempat yang telah disediakan jika
posisi berbaring maka pasien berbaring dan tepat berada di
bawah kepala dan lutut diberi alas bantal yang tipis. Jika posisi
duduk maka pasien dipersilahkan duduk dengan kepala ditopang
lalu memejamkan mata. Relaksasi ini tidak dianjurkan dilakukan
dalam posisi berdiri.
c. Menginstruksikan pasien agar melepas segala aksesoris yang
menempel pada tubuhnya seperti kacamata, jam, sepatu, dan
lain-lainnya.
d. Pastikan jika pasien memakai dasi maupun ikat pinggang dalam
keadaan longgar atau tidak ketat.
2. Prosedur
a. Gerakan pertama
Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot tangan dan
gerakannya adalah sebagai berikut.
Tangan kiri dalam keadaan menggenggam sekuat mungkin
(membentuk sebuah kepalan) dan rasakan ketegangan yang
terjadi.
1) Beberapa saat kemudian, kepalan dilepaskan dan pasien
dipandu untuk merasakan rileks selama ± 10 detik.
2) Lakukan gerakan serupa sampai 2 atau 3 kali dengan tujuan
agar pasien lebih dapat merasakan perbedaan antara
ketegangan otot dan keadaan rileks yang dialaminya.
3) Begitu juga dengan tangan kanan, setelah tangan kiri selesai
melakukan gerakan tersebut lalu pindah ke tangan kanan dan
lakukan hal serupa.
b. Gerakan kedua
Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot tangan bagian
belakang. Tekuk pergelangan tangan kearah belakang sehingga
otot tangan bagian belakang dan otot lengan bawah mengalami
ketegangan. Jari-jari menghadap keatas (langit-langit).
c. Gerakan ketiga
Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot bisep (otot besar
pada bagian atas pangkal lengan). Gerakan yang dilakukan
adalah dengan mengepalkan kedua tangan sekuat mungkin
kemudian kepalan tangan tersebut diletakkan di atas pundak
(tangan kiri diletakkan di pundak kiri begitu juga tangan kanan).
d. Gerakan keempat
Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot bahu supaya
mengendur. Gerakan yang dimaksud adalah dengan mengangkat
kedua bahu setinggi mungkin, seakan-akan hingga menyentuh
kedua telinga.
e. Gerakan kelima dan keenam
Gerakan ini bertujuan untuk melemaskan otot-otot bagian
wajah (seperti otot dahi, mata, rahang, serta mulut). Gerakannya
adalah sebagai berikut.
1) Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi serta alis
hingga kulit sekitar dahi dan alis terasa keriput.
2) Lakukan gerakan dengan mata tertutup.
f. Gerakan ketujuh
Gerakan ini bertujuan untuk mengendurkan ketegangan yang
dialami oleh otot rahang dan gerakan yang dilakukan adalah
dengan menggigit gigi sendiri secara kuat-kuat sehingga terjadi
ketegangan otot disekitar otot rahang.
g. Gerakan kedelapan
Gerakan ini bertujuan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar
mulut dan gerakan ini dilakukan dengan cara memoncongkan
mulut sekuat tenaga sehingga otot di sekitar mulut merasakan
ketegangan.
h. Gerakan kesembilan
Gerakan ini bertujuan untuk merilekskan otot leher bagian
depan juga bagian belakang dan gerakannya adalah sebagai
berikut.
1) Gerakkan kepala ke depan sekuat mungkin diimbangi gerakan
ke belakang.
2) Setelah dirasa cukup, istirahatkan kepala dengan cara
meletakkannya di sandaran.
3) Tahan kepala pada permukaan bantalan kursi sekuat tenaga
sehingga otot bagian dalam serta otot punggung mengalami
ketegangan.
i. Gerakan kesepuluh
Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot leher bagian depan
dan cukup mudah dilakukan. Cukup dengan menurunkan kepala
kearah depan atau membenamkan dagu kearah dada
sehingga otot leher bagian depan dalam posisi tegang.
j. Gerakan kesebelas
Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot punggung, gerakan
yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Angkat tubuh dari sandaran kursi.
2) Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik dan
lepaskan.
3) Letakkan kembali tubuh pada sandaran kursi sambal
merasakan otot-otot yang lemas.
k. Gerakan keduabelas
Gerakan ini bertujuan untuk melemaskan otot dada dan
gerakan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Tarik nafas panjang bertujuan untuk mengisi paru-paru
dengan udara sebanyak mungkin.
2) Tahan pernafasan selama beberapa saat sampai otot bagian
dada dan perut mengalami ketegangan dan kemudian dilepas.
3) Setelah melepas pernafasan maka bernafaslah secara normal
dan lega.
4) Ulangi hal serupa samapi beberapa kali sehingga dapat
merasakan antara kondisi tegang dan rileks.
l. Gerakan ketigabelas
1) Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot perut.
2) Tarik perut kea rah dalam secara kuat-kuat.
3) Tahan posisi tersebut sampai perut merasakan kencang
selama ± 10 detik lalu bebaskan.
4) Ulangi gerakan serupa sampai beberapa kali.
m. Gerakan 14 dan 15
Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot-otot kaki dan gerakan
yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Luruskan kaki ke depan hingga otot paha terasa tegang.
2) Lakukan dengan mengunci lutut hingga ketegangan ke otot
betis.
3) Pertahankan posisi tegang selama 10 detik lalu lepaskan.
4) Lakukan gerakan sebanyak 2 kali (Putri & Amalia, 2019).

Anda mungkin juga menyukai