Kti Nining Sri Muliani 217031
Kti Nining Sri Muliani 217031
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
A. IDENTITAS
Nama : Nining Sri Muliani
Nim : 217031
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/ Tgl Lahir : Jeneponto, 29 Februari 2000
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat Rumah : Rannaya, Desa Paitana, Kecamatan
Turatea, Kabupaten Jeneponto
B. PENDIDIKAN
1. SD Inpres 202 Bonto Baddo Paitana, Tahun 2005 Paitana sampai
tahun 2011
2. SMP Negeri 1 Turatea, Tahun 2011 sampai tahun 2014
3. SMA Negeri 1 Kelara, Tahun 2014 sampai tahun 2017
4. D-III Keperawatan Akademi Keperawatan Pelamonia Kesdam
XIV/Hasanuddin Makassar, Tahun 2017 sampai sekarang
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan Karuni-Nya shingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan Judul Efektifitas Penerapan Terapi Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi. Penelitian
ini menggunakan metode Literature Review telah disetujui oleh Tim
Penguji Sidang Akademi Keperawatan Pelamonia Kesdam
XIV/Hasanuddin sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir
program D III Keperawatan di Akademi Keperawatan Pelamonia.
Dalam Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini Penulis Banyak
Mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
1. Kolonel Ckm dr. Soni Endro Cahyo W selaku Kakesdam
XIV/Hasanuddin.
2. Ns. Fauziah Botutihe, S.K.M., S.Kep., M.Kes selaku Direktur Akademi
Keperawatan Pelamonia Kesdam XIV/Hasanuddin
3. Ns. Hasbullah, S.Kep., M.Kes selaku pembimbing I yang dengan
penuh kesabaran dan memberikan dorongan, per hatian, bimbingan,
serta saran dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini mulai dari awal
sampai akhir.
4. Ns. Muhammad Yunus, S.Kep., M.M selaku pembimbing II yang
banyak membantu dan memberikan masukan sehingga Karya Tulis
Ilmiah dapat terselesaikan.
5. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Keperawatan Pelamonia Kesdam
XIV/Hasanuddin yang telah membantu administrasi dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Teristimewa kepada kedua orang tua saya bapak Alm Baharuddin, ibu
Sitti dan adik saya yahya serta seluruh keluarga dan orang terdekat
saya terkhusus Santimang, Agus Salim, Sardi, Eka Pratiwi Jufri, Arnita
dan Reza Saputra yang telah banyak memberikan motivasi, masukan
vi
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR ISTILAH
A : Assesment
AHA : American Heart Association
IASP : International Association for the Study of Pain
Ca : Calium
Dinkes : Dinas Kesehatan
Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Na : Natrium
O : Objektif
P : Pemacu
P : Planning
PMR : Progressive Muscle Relaxation
R : Region
RI : Republik Indonesia
RSU : Rumah Sakit Umum
Q : Quality
Rikesdas : Riset Kesehatan Dasar
S : Severity
S : Subjektif
SOP : Standar Operasional Prosedur
T : Time
WHO : World Heart Organization
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan menurut World Health Organization adalah suatu
keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta
tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (Eliana & Sumiati,
2016). Salah satu penyakit tidak menular yang menjadi prioritas dalam
dunia kesehatan secara global adalah hipertensi (Ansar, Dwinata, &
Apriani, 2019). Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus-menerus yang
disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan
sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara
normal (Majid, 2018). Pada saat tekanan darah meningkat muncul
gejala sakit kepala ditengku k, pusing, palpitasi (berdebar-debar),
mudah lelah (Ketut & Ayu, 2019).
Menurut World Health Organization (2020) pada tahun 2015
prevalensi global hipertensi diperkirakan lebih dari 1,1 miliar. Tertinggi
prevalensi peningkatan tekanan darah pada orang berusia >18 tahun
yaitu pada negara berpenghasilan rendah (28,4%) dan negara
menengah (25,5%). Pada tahun 2017, studi Global Burden of Disease
menemukan bahwa kenaikan tekanan darah sistolik adalah faktor
risiko utama yang dapat dimodifikasi untuk kematian secara global
dengan 10,4 juta kematian setiap tahun. Hipertensi menjadi faktor
risiko utama untuk penyakit kardiovaskular, termasuk penyakit arteri
koroner, gagal jantung, penyakit ginjal kronis, stroke, serangan
jantung, demensia, penyakit pembuluh darah perifer, kematian janin
dan ibu dan kematian dini.
Hasil Sample Registration Survey (2014) 10 penyebab kematian di
Indonesia, survei kematian skala nasional terhadap 41.590 kematian
di Indonesia salah satunya 2.204 kematian diakibatkan oleh hipertensi
1
2
5
6
2) Hipertensi sekunder
Penyebabnya yaitu : penggunaan estrogen, penyakit
ginjal, sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan.
b. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar
dari 140 mmHg dan/atau tekanan diastolik sama atau
lebih 90 mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih
besar 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari
90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan-perubahan pada:
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi
karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Nurarif &
Kusuma, 2015).
3. Patofisiologi
Kepastian mengenai patofisiologi hipertensi masih dipenuhi
ketidak pastian. Sejumlah kecil pasien (antara 2% dan 5%)
memiliki dasar ginjal atau adrenal yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Namun, masih belum ada penyebab
tunggal yang dapat didentifikasi dan kondisi inilah yang disebut
sebagai “hipertensi esensial”.
7
4. Klasifikasi
Tabel 2.1 klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal <130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub grup: perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 > 90
Sub grup: perbatasan < 90
140-149
Gambar 2.2 Gerakan otot bisep dan untuk melatih otot bahu
(Sumber: https://mpitsjournal.wordpress.com/2019/05/01/satuan-acara-
penyuluhan-relaksasi-otot-progresif/)
15
l. Gerakan keduabelas
Gerakan ini bertujuan untuk melemaskan otot dada dan
gerakan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Tarik nafas panjang bertujuan untuk mengisi paru-paru
dengan udara sebanyak mungkin.
2) Tahan pernafasan selama beberapa saat sampai otot
bagian dada dan perut mengalami ketegangan dan
kemudian dilepas.
3) Setelah melepas pernafasan maka bernafaslah secara
normal dan lega.
4) Ulangi hal serupa samapi beberapa kali sehingga dapat
merasakan antara kondisi tegang dan rileks.
m. Gerakan ketigabelas
1) Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot perut.
2) Tarik perut kea rah dalam secara kuat-kuat.
3) Tahan posisi tersebut sampai perut merasakan kencang
selama ± 10 detik lalu bebaskan.
4) Ulangi gerakan serupa sampai beberapa kali.
n. Gerakan 14 dan 15
Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot-otot kaki dan
gerakan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Luruskan kaki ke depan hingga otot paha terasa tegang.
2) Lakukan dengan mengunci lutut hingga ketegangan ke
otot betis.
3) Pertahankan posisi tegang selama 10 detik lalu lepaskan.
4) Lakukan gerakan sebanyak 2 kali (Putri & Amalia, 2019).
18
6. Hasil Penelitian
Setelah dilakukan uji dengan test Wilcoxon, nilai rata-rata
tekanan darah sebelum dan sessudah dilakukan relaksasi otot
progresif menunjukkan nilai p-value 0,000 < α (0,05) maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh teknik relaksasi otot progresif
terhadap nilai tekanan darah pada pasien hipertensi (Rahayu,
Hayati, & Asih, 2020).
Berdasarkan studi kasus yang telah dilakukan diperoleh hasil
bahwa penerapan relaksasi otot progresif dapat memberikan
pengaruh baik dalam menurunkan nilai tekanan darah yaitu 20-30
mmHg pada tekanan darah sistolik dan 13-17 mmHg pada
tekanan diastolik. Dengan menurunnya tekanan darah maka
responden juga merasakan berkurangnya keluhan, seperti nyeri
pada bagian kuduk, serta palpitasi (Masruroh & Setianingsih,
2019).
Set elah dilakukan penelitian tentang efektifitas relaksasi otot
progresif terhadap tekanan darah penderita hipertensi esensial
didapatkan hasil uji diastolik pada kelompok eksperimen dengan
menggunakan uji Dependent T Test diperoleh p value 0,001
19
A. Desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kuantitatif
dengan pendekatan literature review. Literature review adalah satu
penelusuran dan penelitian kepustakaan dengan membaca berbagai
buku, jurnal, dan terbitan-terbitan lain yang berkaitan dengan topik
penelitian, untuk menghasilkan satu tulisan berkenaan dengan satu
topik atau isyu tertentu (Marzali, 2016)..
B. Strategi Pencarian
St rategi pencarian artikel penelitian dengan menggunakan kata
kunci yang relevan dan istilah yang mayoritas digunakan dalam
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Sumber database pencarian
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Pudmed, Google Schooler,
dan pencarian sekunder dengan kata kunci “relaksasi otot progresif
AND hipertensi, progressive muscle relaxation or hypertension”.
Hipertensi AND “tekanan darah tinggi” or “ hipertensi sekunder dan
P
hipertensi primer”
I “Terapi relaksasi otot progresif”
C Tidak ada pembanding dalam artikel riview ini
O “Penurunan Tekanan darah”
Artikel yang diinklusi untuk tinjauan literature ini adalah artikel yang (1)
fokus pada intervensi penerapan relaksasi otot progresif . (2) ditulis
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris (3) dipublikasikan 5
tahun terakhir yaitu dari tahun 2014-2018, dan (4) artikel penelitian
yang dilakukan pada pasien hipertensi. Sedangkan kriteria eksklusi
pada riview ini adalah (1) double publikasi (2) desain penelitian
kualitatif (3) bukan hasil penelitian (4) tidak tersedia full text.
23
24
Hasil skrining
Screening (n=6 )
Esklusi:
Tidak sesuai kriteria inklusi:
Dobel publikasi (n= 0)
Kualitatif (n= 0)
Bukan hasil penelitian
(n= 0)
Abstrak (n= 0)
5 0 1
A. Hasil
Berdasarkan total artikel yang didapatkan dari berbagai database
yaitu sebanyak 85 artikel diperoleh dari strategi pencarian dan
evaluasi. Dari 80 artikel ada 53 artikel yang dikeluarkan dengan
alasan ketidaksesuaian judul dan abstrak. Sehingga 6 artikel yang
didapatkan dari hasil skrining yang kemudian tidak ada artikel yang di
ekslusi karena semua artikel sesuai dengan kriteria inklusi, sehingga
didapatkan 6 artikel yang sesuai dengan pertanyaan penelitian atau
artikel yang di inklusi.
25
Tabel 4.1 Sintesis Grid
No.
Penulis/Kota Tujuan Metode Sampel Intervention Instrumen Hasil
1. Pengaruh relaksasi Mengidentifikasi Quasy Experiment Besar sampel 30 Pemberian - Berdasarkan hasil analisa
otot progresif terhadap pengaruh latihan dengan responden dibagi terapi relaksasi data setelah dilakukan
tekanan darah pada relaksasi otot teknik pengambilan menjadi dua yaitu otot progresif latihan relaksasi otot
klien hipertensi primer progresif terhadap sampel dengan kelompok selam 15-30 progresif dengan hasil
di Puskesmas Gunung penurunan tekanan consecutive perlakuan dan menit setiap adalah sistolik pada
Lingkas Kota Tarakan darah klien sampling kelompok kontrol latihan, sehari kelompok perlakuan 174,58
(Baharuddin, R, 2016) hipertensi dua kali latihan mmHg diastolik 86,18
(https://stikesmu-sidrap.e- dan dilakukan mmHg sedangkan rata-
journal.id/JIKI/article/view/20 selama 15 hari rata tekanan darah sistolik
)
kelompok kontrol setelah
hari keenam adalah
179,72 mmHg diastolik
92,68 mmHg. Hasil uji
statistik didapatkan nilai
sistolik pv=0,011 dan uji
statistik diastolik
didapatkan nilai pv=0,012
maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat penurunan
yang bermakna sesudah
latihan terapi relaksasi otot
progresif pada kelompok
perlakuan dibandingkan
kelompok kontrol (p value =
<0,05) serta mampu
menciptakan keadaan
tenang, rileks, mengurangi
stress, ketegangan serta
menurunkan kecemasan
dan terjadi vasodilatasi
pembuluh darah
26
2. Pengaruh tehnik Penelitian ini Quasy Experiment sampel dalam Pemberian - Hasil penelitian
relaksasi otot progresif bertujuan untuk dengan desain one- penelitian ini yaitu terapi relaksasi menunjukkan bahwa nilai
terhadap penurunan mengetahui group approach 23 orang otot progresif rata-rata sistole sesudah
tekanan darah pada pengaruh teknik cross-sectional pre- adalah 160,61 sedangkan
pasien hipertensi di relaksasi otot post test dengan nilai rata-rata sistole
RSU Imelda Medan progresif pada teknik pengambilan sesudah adalah 156,57 dan
dengan usia penurunan tekanan sampel dalam nilai p=0,000 < p value,
responden mayoritas darah pada pasien penelitian ini adalah adapun diastole sebelum
40-50 tahun dan 51-60 hipertensi accidental sampling adalah 96,22 sedangkan
tahun (Damanik, H, nilai rata-rata diastole
Ziraluo, A.A.W, 2018) sesudah adalah 94,17 dan
(https://www.neliti.com/id/pu nilai p=0,000 < p value,
blications/290544/pengaruh-
artinya adalah ada
teknik-relaksasi-otot-
progresif-terhadap- pengaruh sebelum dan
penurunan-tekanan-darah- sesudah relaksasi otot
pada-p) progresif
3. Pengaruh relaksasi Mengetahui Quasi Experiment Jumlah sampel 45 Pemberian - Hasil penelitian ini
otot progresif terhadap pengaruh relaksasi menggunakan responden relaksasi otot menunjukkan adanya
perubahan tekanan otot progresif pendekatan One progresif pada perbedaan yang signifikan
darah pada pasien terhadap Group Pretest- pada pasien antara tekanan darah
hipertensi di wilayah perubahan tekanan Posttest dengan hipertensi sistolik dan diastolik pada
kerja Puskesmas darah pada pasien teknik pengambilan kelompok intervensi setelah
Pangkejene hipertensi sampel yang diberikan relaksasi otot
Kabupaten Sidrap digunakan yaitu progresif dengan nilai
dengan usia kelompok accidental sampling p=0,001, sehingga
A 39 tahun dan tertua disimpulkan bahwa ada
59 tahun, B 40 tahun pengaruh relaksasi otot
dan tertua 60 tahun progresif terhadap
(Fadli, 2018) perubahan tekanan darah
(http://ejournal.stikesnh.ac.id pada pasien hipertensi
/index.php/jikd/article/view/3 serta mampu mencapai
15) keadaan rileks dan otot-otot
menjadi kendur sehingga
didapatkan ketegangan otot
27
dan kecemasan menurun.
4. Efektivitas terapi Melihat adakah Quasi Experiment Jumlah sampel Pemberian Instrumen Berdasarkan hasil analisis
relaksasi otot progresif pengaruh terapi dengan desain Non sebanyak 20 terapi relaksasi penelitian menggunakan uji T
dalam menurunkan relaksasi otot equivalent control lansia yang terdiri otot progresif menggunakan 5 Independen didapatkan
hipertensi pada lansia progresif terhadap group pretest- dari 10 lansia unit perbedaan tekanan darah
dengan usia diatas 65 tekanan darah posttest dengan kelompok sphygmomanome kelompok intervensi dan
tahun di PSTW Budi lansia penderita teknik random intervensi dan 10 ter digital dan kontrol, tekanan darah
Luhur Jambi (Ilham, M, hipertensi sampling lansia kelompok lembar ceklis sistole dengan p value
Armina, Kadri, H, kontrol pengukuran 0,031 < (0,05). Sedangkan
2019) tekanan darah pada tekanan darah
https://www.researchgate.ne diastole didapatkan p value
t/publication/337466392_EF
0,009 < (0,05) karna nilai p-
EKTIVITAS_TERAPI_RELA
KSASI_OTOT_PROGRESIF value kurang dari 0,05
_DALAM_MENURUNKAN_ maka kesimpulannya
HIPERTENSI_PADA_LANSI terdapat perbedaan yang
A)
bermakna antara kelompok
intervensi yang diberikan
terapi relaksasi otot
progresif dan mendapatkan
perasaan rileks.
5. Efektivitas progressive Mengetahui Desain penelitian Jumlah sampel Pemberian Instrumen yang Hasil penelitian
muscle relaxation efektivitas terapi menggunakan sebanyak 24 terapi relaksasi digunakan untuk menunjukkan bahwa
(PMR) terhadap PMR terhadap desain pre responden otot progresif mengukur terdapat perbedaan yang
penurunan tekanan penurunan tekanan experiment dengan selama 30-45 tekanan darah signifikan pada tekanan
darah pada penderita darah pada rancangan one menit dengan darah (sistol dan diastol)
hipertensi di wilayah penderita hipertensi group pre test post menggunakan sebelum dan sesudah
kerja Puskesmas kelompok “Prolanis” test dengan sphygmomanome diberikan terapi relaksasi
Jatiroto Kabupaten di wilayah kerja teknik ter otot progresif dibuktikan
Lumajang dengan usia Puskesmas Jatiroto menggunakan dengan nilai p 0,000
41 sampai diatas usia Kabupaten teknik consecutive dimana nilai p<0,05 dan
51 tahun (Rahmawati, Lumajang sampling nilai 95% Confidence
P.M, Musviro, Interval tidak melewati
Deviantony, 2018) angka nol. Secara klinis
(http://jurnal.unmuhjember.a
dapat dikatakan terdapat
28
c.id/index.php/TIJHS/article/ perbedaan tekanan darah
view/1547)
sebelum dan sesudah
diberikan terapi PMR
dengan selisih nilai 10
sistol dan selisih nilai 9,23
pada tekanan darah
diastole. Kesimpulan dalam
penelitian ini adalah
terdapat per bedaan
signifikan tekanan darah
setelah diberikan terapi
Progressive Muscle
Relaxation (PMR) serta
mampus mengidentifikasi
ketegangan otot yang
terjadi pada tubuh sehingga
mampu menurunkan
tekanan darah
6. Pengaruh terapi Mengetahui Quasi Experiment Jumlah sample 30 Pemberian - Setelah dilakukan
relaksasi otot progresif pengaruh terapi Design dengan responden yang terapi relaksasi penelitian ada perbedaan
terhadap penurunan relaksasi otot rancangan Non terdiri atas 15 otot progresif rata-rata yang signifikan
tekanan darah pada progresif terhadap Equivalent Control kelompok sebelum dan setelah terapi
penderita hipertensi di penurunan tekanan Group dengan eksperimen dan relaksasi otot progresif
Desa Koripandriyo darah pada 15 kelompok pada kelompok eksperimen
Kecamatan Gabus penderita hipertensi teknik pengambilan kontrol dengan nilai p value sistolik
Kabupaten Pati (Ulya, sample dan diastolik adalah 0,038
Z.I, Faidah, N, 2017) menggunakan dan 0,024 (p<0,05)
(https://jurnal.stikescendekia Quota Sampling sehingga menghasilkan
utamakudus.ac.id/index.php/ dan besar jumlah perasaan yang relaks.
stikes/article/view/186)
sample Sedangkan pada kelompok
menggunakan kontrol hasil analisa uji
rumus finite statistik didapatka p value
tekanan darah sistolik
0,178 dan diastolik 0,166 (p
29
> 0,05) maka dapat
disimpulkan tidak ada
perbedaan rata-rata antara
tekanan darah sebelum
dan sesudah
Tabel 4.1 Data Sekunder (Systematic Riview)
30
31
Metode
Dari enam artikel penelitian tentang penerapan tehnik relaksasi
otot progresif pada pasien hipertensi membuktikan bahwa penerapan
relaksasi otot progresif efektif dalam menurunkan tekanan darah
dengan metode penelitian yang digunakan dalam artikel yang
didapatkan adalah 1 artikel penelitian Rahmawati, Musviro,
Deviantony (2018) dilakukan di Puskesmas Jatiroto Kabupaten
Lumajang yang merupakan penelitian Pre Eksperimen yaitu penelitian
sistematis untuk menguji hipotesis hubungan sebab-akibat dan
beberapa artikel lainnya menggunakan Quasy-Experimental dengan
pendekatan One group pretest-post test dalam penelitian Damanik,
Ziraluo (2018) yang dilakukan di RSU Imelda Medan, Fadli (2018)
yang dilakukan di Puskesmas Pangkejene Kabupaten Sidrap dan Non
equivalent control group pretest-posttest yaitu terdiri dari dua
kelompok dalam penelitian Baharuddin (2016) dilakukan di
Puskesmas Gunung Lingkas Kota Tarakan, Ilham, Armina, Kadri
(2019) dilakukan di PSTW Budi Luhur Jambi, Ulya, Faidah (2017)
dilakukan di Desa Koripandriyo Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.
Sampel
Dari enam artikel yang diinklusi , dalam penelitian Baharuddin
(2016) teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
consecutive sampling yaitu pemilihan sample dengan menetapkan
responden yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam
penelitian sampai kurun waktu tertentu, dimana menggunakan 30
responden kemudian dibagi dua menjadi kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.
Dalam penelitian Rahmawati, Musviro, Deviantony (2018) dengan
teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive
sampling yaitu pemilihan sample dengan menetapkan responden yang
memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai
35
Baharuddin (2016) dalam waktu 15-30 menit setiap latihan sehari dua
kali selama 15 hari dan dalam penelitian Rahmawati, Musviro,
Deviantony (2018) dalam waktu 30-45 menit telah membuktikan
bahwa terapi relaksasi otot progresif berpengaruh terhadap penurunan
tekanan darah secara signifikan sedangkan keempat artikel lainnya
tidak tercantum waktu yang yang akan diberikan pada responden. Dari
hasil keenam artikel penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok
yang diberikan terapi relaksasi otot progresif mengalami penurunan
tekanan darah secara signifikan dengan rata-rata nilai p value tekanan
darah sistol dan diastole <0,05 sehingga terdapat pengaruh yang
signifikan antara sebelum dan sesudah dilakukan terapi relaksasi otot
progresif pada kelompok yang diberikan intervensi. Kelima artikel
diantaranya mengatakan dengan menegangkan otot dan
merelaksasikannya mampu menimbulkan perasaan rileks dan otot
menjadi kendor, menurunkan kecemasan akibat stress yang dapat
menurunkan tekanan darah.
Berdasarkan dari hasil diatas hal itu sejalan dengan penelitian
(Tyani, Utomo, & Hasneli, 2015) setelah diberikan intervensi relaksasi
otot progresif selama 15 menit didapatkan hasil terdapat perbedaan
yang signifikan antara rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah
diberikan relaksasi otot progresif pada kelompok eksperimen, jadi
dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi otot progresif dapat
menurunkan tekanan darah sehingga membantu menurunkan
tegangan sehingga otot tubuh menjadi rileks.
Instrumen
Hasil telaah literature didapatkan instrument yang digunakan
dalam artikel adalah alat ukur sphygmomanometer yang digunakan
untuk mengukur mengevaluasi manfaat terapi relaksasi otot progresif
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Sphygmomanometer merupakan alat yang mudah dan praktis
selain itu dengan menggunakan sphygmomanometer maka
38
C. Keterbatasan
Dalam artikel yang didapatkan tidak semua mencantumkan waktu
pemberian terapi dan umur responden.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasi Literature Riview yang telah dilakukan tentang
gambaran penerapan relaksasi otot progresif terhadap penurunan
tekanan darah pada pasien hipertensi dapat disimpulkan bahwa
penerapan relaksasi otot progresif efektif dalam menurunkan tekanan
darah. Selain itu mampu mengurangi penggunaan obat farmakologis.
Untuk pemberian dengan waktu yang diberikan berdasarkan penelitian
telah membuktikan bahwa terapi relaksasi otot progresif berpengaruh
terhadap penurunan tekanan darah secara signifikan dalam waktu
sekitar 15-45 menit dua kali sehari selama 7-15 hari.
Hasil artikel penelitian juga mengatakan bahwa terapi relaksasi
otot progresif berpengaruh dalam penurunan tekanan darah sehingga
didapatkan hasil dengan diberikan teknik relaksasi otot progresif
mampu menciptakan keadaan tenang, mengurangi stress, otot-otot
menjadi kendur yang mampu menurunkan tekanan darah sehingga
tercipta suatu keadaan yang rileks, ketegangan otot menjadi menurun
serta kecemasan menurun
B. Saran
Berdasarkan hasil riview yang telah dilakukan tentang penerapan
relaksasi otot progresif bisa digunakan dijadikan sebagai terapi non
farmakologi dalam instansi kesehatan, institusi pendidikan dan
masyarakat agar mengurangi penggunaan obat farmakologis dimana
juga untuk mencegah timbulnya efek samping yang berbahaya dari
obat farmakologis tersebut. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan hasil
penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian
dan mampu mengaplikasikannya secara langsung dengan waktu
pemberian terapi selama 7-15 hari.
42
DAFTAR PUSTAKA
Ansar, J., Dwinata, I., & Apriani. (2019). Determinan Kejadian Hipertensi
pada Pengunjung Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas
Ballaparang Kota Makassar. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan, 28-
35. (http://journal.unhas.ac.id/index.php/jnik/article/view/6083)
Ilham, M., Armina, & Kadri, H. (2019). Efektivitas Terapi Relaksasi Otot
Progresif dalam Menurunkan Hipertensi pada Lansia. Jurnal
Akademika Baiturrahim, 58-65.
(https://www.researchgate.net/publication/337466392_EFEKTIVITA
S_TERAPI_RELAKSASI_OTOT_PROGRESIF_DALAM_MENURU
NKAN_HIPERTENSI_PADA_LANSIA)
JADWAL KEGIATAN
Bulan/Tahun
No Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020
1. Pengajuan Judul
2. Acc Judul
3. Penyusunan Proposal
4. Perbaikan Proposal
5. Ujian Proposal
Perbaikan Hasil Ujian
6
Proposal
Tinjauan Literature
7.
Review
Melakukan Literature
8.
Review
9. Ujian Hasil
11. Publikasi
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 6
1. Persiapan
Peralatan yang perlu kita persiapkan adalah kursi, bantal, dan
lingkungan yang tenang serta sunyi. Hal-hal yang harus dilakukan
pada tahap persiapan adalah sebagai berikut:
a. Mengisi lembar persetujuan terhadap pasien untuk melakukan
terapi relaksasi progresif disertai dengan menjelaskan tujuan,
manfaat, dan prosedur-prosedur yang akan dilalui nantinya.
b. Memposisikan pasien pada tempat yang telah disediakan jika
posisi berbaring maka pasien berbaring dan tepat berada di
bawah kepala dan lutut diberi alas bantal yang tipis. Jika posisi
duduk maka pasien dipersilahkan duduk dengan kepala ditopang
lalu memejamkan mata. Relaksasi ini tidak dianjurkan dilakukan
dalam posisi berdiri.
c. Menginstruksikan pasien agar melepas segala aksesoris yang
menempel pada tubuhnya seperti kacamata, jam, sepatu, dan
lain-lainnya.
d. Pastikan jika pasien memakai dasi maupun ikat pinggang dalam
keadaan longgar atau tidak ketat.
2. Prosedur
a. Gerakan pertama
Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot tangan dan
gerakannya adalah sebagai berikut.
Tangan kiri dalam keadaan menggenggam sekuat mungkin
(membentuk sebuah kepalan) dan rasakan ketegangan yang
terjadi.
1) Beberapa saat kemudian, kepalan dilepaskan dan pasien
dipandu untuk merasakan rileks selama ± 10 detik.
2) Lakukan gerakan serupa sampai 2 atau 3 kali dengan tujuan
agar pasien lebih dapat merasakan perbedaan antara
ketegangan otot dan keadaan rileks yang dialaminya.
3) Begitu juga dengan tangan kanan, setelah tangan kiri selesai
melakukan gerakan tersebut lalu pindah ke tangan kanan dan
lakukan hal serupa.
b. Gerakan kedua
Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot tangan bagian
belakang. Tekuk pergelangan tangan kearah belakang sehingga
otot tangan bagian belakang dan otot lengan bawah mengalami
ketegangan. Jari-jari menghadap keatas (langit-langit).
c. Gerakan ketiga
Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot bisep (otot besar
pada bagian atas pangkal lengan). Gerakan yang dilakukan
adalah dengan mengepalkan kedua tangan sekuat mungkin
kemudian kepalan tangan tersebut diletakkan di atas pundak
(tangan kiri diletakkan di pundak kiri begitu juga tangan kanan).
d. Gerakan keempat
Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot bahu supaya
mengendur. Gerakan yang dimaksud adalah dengan mengangkat
kedua bahu setinggi mungkin, seakan-akan hingga menyentuh
kedua telinga.
e. Gerakan kelima dan keenam
Gerakan ini bertujuan untuk melemaskan otot-otot bagian
wajah (seperti otot dahi, mata, rahang, serta mulut). Gerakannya
adalah sebagai berikut.
1) Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi serta alis
hingga kulit sekitar dahi dan alis terasa keriput.
2) Lakukan gerakan dengan mata tertutup.
f. Gerakan ketujuh
Gerakan ini bertujuan untuk mengendurkan ketegangan yang
dialami oleh otot rahang dan gerakan yang dilakukan adalah
dengan menggigit gigi sendiri secara kuat-kuat sehingga terjadi
ketegangan otot disekitar otot rahang.
g. Gerakan kedelapan
Gerakan ini bertujuan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar
mulut dan gerakan ini dilakukan dengan cara memoncongkan
mulut sekuat tenaga sehingga otot di sekitar mulut merasakan
ketegangan.
h. Gerakan kesembilan
Gerakan ini bertujuan untuk merilekskan otot leher bagian
depan juga bagian belakang dan gerakannya adalah sebagai
berikut.
1) Gerakkan kepala ke depan sekuat mungkin diimbangi gerakan
ke belakang.
2) Setelah dirasa cukup, istirahatkan kepala dengan cara
meletakkannya di sandaran.
3) Tahan kepala pada permukaan bantalan kursi sekuat tenaga
sehingga otot bagian dalam serta otot punggung mengalami
ketegangan.
i. Gerakan kesepuluh
Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot leher bagian depan
dan cukup mudah dilakukan. Cukup dengan menurunkan kepala
kearah depan atau membenamkan dagu kearah dada
sehingga otot leher bagian depan dalam posisi tegang.
j. Gerakan kesebelas
Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot punggung, gerakan
yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Angkat tubuh dari sandaran kursi.
2) Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik dan
lepaskan.
3) Letakkan kembali tubuh pada sandaran kursi sambal
merasakan otot-otot yang lemas.
k. Gerakan keduabelas
Gerakan ini bertujuan untuk melemaskan otot dada dan
gerakan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Tarik nafas panjang bertujuan untuk mengisi paru-paru
dengan udara sebanyak mungkin.
2) Tahan pernafasan selama beberapa saat sampai otot bagian
dada dan perut mengalami ketegangan dan kemudian dilepas.
3) Setelah melepas pernafasan maka bernafaslah secara normal
dan lega.
4) Ulangi hal serupa samapi beberapa kali sehingga dapat
merasakan antara kondisi tegang dan rileks.
l. Gerakan ketigabelas
1) Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot perut.
2) Tarik perut kea rah dalam secara kuat-kuat.
3) Tahan posisi tersebut sampai perut merasakan kencang
selama ± 10 detik lalu bebaskan.
4) Ulangi gerakan serupa sampai beberapa kali.
m. Gerakan 14 dan 15
Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot-otot kaki dan gerakan
yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Luruskan kaki ke depan hingga otot paha terasa tegang.
2) Lakukan dengan mengunci lutut hingga ketegangan ke otot
betis.
3) Pertahankan posisi tegang selama 10 detik lalu lepaskan.
4) Lakukan gerakan sebanyak 2 kali (Putri & Amalia, 2019).