Anda di halaman 1dari 8

ODEKA : Jurnal Orto Didaktika

Volume, Nomor January 2023 Hal. 1-8


e-ISSN: 2614-6177

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN


1-10 MELALUI METODE MULTISENSORI PADA SISWA AUTIS
KELAS I DI SLB YPAC MAKASSAR

Yuliyanty Achmad1, Triyanto Pristiwaluyo 2, Abdul Hadis3


1,
Jurusan Pendidikan Khusus,
Universitas Negeri Makassar
Email : yuliyantyachmad@gmail.com
2,
Jurusan Pendidikan Khusus
Universitas Negeri Makassar
Email : triyanto.pristi@unm.ac.id
3,
Jurusan Pendidikan Khusus
Universitas Negeri Makassar
Email : abdulhadis@unm.ac.id

Abstrak (Bahasa Indonesia)


Penelitian ini mengkaji tentang kemampuan mengenal lambang bilangan 1-10 siswa autisme. Rumusan masalah
penelitian ini adalah “Bagaimanakah peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan 1-10 melalui metode
multisensori pada siswa autis kelas I?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Kemampuan mengenal
lambang bilangan 1-10 siswa autis kelas I pada kondisi Baseline 1/A1. 2) Kemampuan mengenal lambang
bilangan 1-10 siswa autis kelas I selama diberikan intervensi mealui metode Multisensori (intervensi/B). 3)
Kemampuan mengenal lambang bilangan 1-10 siswa autis kelas I setelah diberikan intervensi (Baseline 2/A2). 4)
Kemampuan mengenal lambang bilangan 1-10 siswa autis kelas I Makassar berdasarkan hasil analisis antar
kondisi Baseline 1/A1, Intervensi (B), dan Baseline 2/A2. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan
subjek tunggal (Single subject research/SSR) dengan desain A-B-A. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode multisensori dapat meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan 1-10 pada siswa
autis kelas I di SLB YPAC Makassar..

Kata kunci: Lambang Bilangan 1-10, Metode Multisensori, Autis

PENDAHULUAN tidak hanya untuk anak-anak pada umumnya,


tetapi juga untuk anak-anak yang membutuhkan
A. Latar Belakang pendidikan khusus. Anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang memiliki karakteristik khusus
Pendidikan merupakan bagian yang sangat yang berbeda dengan anak pada umumnya, serta
penting dalam kehidupan seseorang karena memiliki kecacatan mental, emosional, dan fisik.
melalui pendidikan seseorang dapat menjalani Salah satu klasifikasi anak berkebutuhan khusus
kehidupan sesuai dengan cita-cita dan tujuannya. adalah anak autis. Anak autis adalah anak
Oleh karena itu pihak yang terlibat dalam proses dengan kelainan perkembangan yang
pelatihan harus melakukan upaya yang sungguh- menghambat komunikasi dan interaksi sosial
sungguh, partisipasi setiap orang yang terlibat serta mengganggu pendidikan mereka secara
dalam proses pelatihan mempengaruhi serius. Perkembangan pada siswa autis
keberhasilan pelatihan. Oleh karena itu menyebabkan anak mengalami kelainan sosial,
penyelenggaraan pendidikan tidak dapat bahasa dan komunikasi, sehingga siswa autis
dipisahkan dari kehidupan seseorang sejak lahir sangat membutuhkan perhatian, bantuan dan
sampai meninggal dunia, karena pendidikan layanan pendidikan khusus.
mengembangkan sumber daya manusia yang
berguna bagi pembentukan kehidupan Anak autis adalah anak dengan kelainan
masyarakat. Kebutuhan pendidikan dibutuhkan perkembangan yang mempengaruhi komunikasi

1
ODEKA: Jurnal Orto Didaktika, Vol. No. Bulan januari Tahun 2023

dan interaksi social, dengan keadaan tersebut harus diberikan petunjuk berulang saat
l l l l l

sangat mempengaruhi dalam pendidikannya. menyebutkan bilangan tersebut anak belum bisa l l l l l l

Gangguan perkembangan yang dialami oleh berkata urut, anak belum mengerti tanda l l l l l l

peserta didik autistik menyebabkan anak bilangan dan anak belum bisa mencocokkan
l l l l l l l

mengalami kelainan dalam aspek sosial, bahasa tanda bilangan dengan bilangan benda.
l l l l l l l l

dan komunikasi sehingga peserta didik yang


autistik sangat membutuhkan perhatian, Anak autis lebih mudah memahami sesuatu
l l l l l l l

bantuan, dan layanan pendidikan yang bersifat yang konkret ketika mereka bekerja dengan
l l l l l

khusus (Hadis dan Nurjayanti, 2017: 4). semua indranya, yaitu proses sentuhan, l l l l l

Beberapa gangguan tersebut membuat anak autis penglihatan, kinestetik, penciuman dan suara. l l l l l l

sulit memahami cara belajar matematika. Oleh karena itu, dalam pembelajaran anak autis l l l l l l l l l l

diperlukan suatu metode yang dapat l l l l l

Pembelajaran matematika diajarkan kepada l l l l l l l l l l l memberikan efek sensori terintegrasi pada l l l l

anak autis dengan tujuan memberikan informasi


l l l l l l l seluruh indra anak. Selain itu, dalam proses l l l l l l

tentang konsep berhitung. Secara bertahap, anak l l l l l l l pembelajaran yang bertujuan untuk l l l l l

autis belajar berhitung, mengenal angka dan


l l l l l l l meningkatkan pengenalan lambang bilangan, l l l l l l l l

berhitung, sehingga anak dapat belajar l l l l l l l diperlukan suatu metode yang menggunakan l l l l l

mengasosiasikan benda dan gambar nyata l l l l l l l l l prinsip pengamatan melalui indera yang berbeda l l l l l l l

dengan simbol angka. Pengetahuan matematika l l l l l l l l dalam lproses pembelajarannya,


l yaitu l l l l l

dasar mata pelajaran komputer sangat membantu


l l l l l l l l l l penglihatan, pendengaran, gerak dan raba. l l l l l l l l

bagi anak autis karena dapat mempermudah


l l l l l l l l l Menilik karakteristik belajar anak autis, metode l l l l l l l

dalam memecahkan masalah sehari-hari yang


l l l l l l l l l l yang dapat meningkatkan pengenalan lambang
l l l l l l l l l

sederhana. l l bilangan 1-10 adalah metode multisensori.


l l l l l

Topik matematika untuk anak autis meliputi l l l l l l Abdulrahman (2012: 174) mengungkapkan
l l l l l

kompetisi dasar (KD) dicapai oleh siswa l l l l l bahwa Fernaid mengembangkan metode
l l l l l

khususnya materi mengenal lambang bilangan l l l l l l l pengajaran multisensori, juga dikenal sebagai l l l l l l l

pada Kelas I, yaitu : 3.1 Mengenal lambang


l l l l l l l metode VAKT (metode visual, auditori, l l l

bilangan dan mendeskripkan kemunculan


l l l l l kinestetik, dan taktil). l l

bilangan dengan bahasa sederhana. Untuk


l l l l l l l l

mencapai KD pada kelas I pada murid autis l l l l l l l l Berdasarkan fakta dan fenomena yang l l l l l l l l

memerlukan metode pembelajaran yang l l l l l dikemukakan di atas, metode multisensori dapat l l l l l l

disesuaikan dengan kemampuan anak. l l l l l l l meningkatkan kemampuan siswa autis dalam l l l l l l l l

mengenal lambang bilangan. Latar belakang l l l l l l l l l

Berdasarkan hasil pengamatan dan l l l l l l l l permasalahan diatas dapat menjadi alasan l l l l l l l l l l l l

wawancara yang dilakukan di SLB YPAC


l l l l l l l l peneliti untuk melakukan penelitian l l l

Makassar pada tanggal 17 dan 18 Mei 2022


l l l l l l l l “Peningkatan Kemampuan Mengenal Lambang l l l l l l l

diperoleh informasi dari pengajar ke rumah l l l l l Bilangan 1-10 Melalui Metode Multisensori
l l l

berinisial AH dan wali siswa berinisial Ms. NJ l l l l l l Pada Siswa Autis Kelas I di SLB YPAC
l l l l l l

yang siswa autis Kelas I berinisial MFNR


l l l l l Makassar”. l l l

mengalami kendala dalam pelajaran matematika. l l l l l l l l l l l l

Observasi dan wawancara dilakukan pada l l l l l l l l l l B. TINJAUAN PUSTAKA


tanggal 17 Mei, saat dilakukan observasi dan
l l l l l l l l 1. Hakikat Tentang Lambang Bilangan
wawancara dengan guru kelas I dan wali siswa
l l l l l l l l l a. Pengertian Lambang Bilangan
tentang apa saja kendala yang dialami anak. l l l l l l l l l l l l

Selain itu, pada observasi 18 Mei dilakukan


l l l l l l
Wahyuningtyas (2015: 8) l l

observasi terhadap tingkah laku dan metode l l l l l l


mendefinisikan bahwa “Bilangan adalah suatu l l l l l l l l l

pembelajaran anak, khususnya pada saat anak l l l l l l l l l l l l konsep matematika yang digunakan untuk l l l l l l

belajar matematika. l l l l l pencacahan dan pengukuran. Simbol atau l l l l l l l

lambang yang digunakan untuk mewakili suatu


l l l l l l l

Permasalahan anak dalam mengenal lambang l l l l l l l l l l l bilangan disebut angka atau lambang bilangan”.
l l l l l l l l l l

bilangan adalah ketidakmampuan untuk


l l l l l l l l Berdasarkan pendapat Sudaryanti (2006 : 19) l l l l l l l

menyebutkan lambang bilangan, ketika anak l l l l l l l l menyatakan bilangan adalah suatu objek l l l l l l l l l

diminta menyebutkan bilangan 1-10, anak tidak l l l l l l l matematika yang bersifat abstrak dan termasuk
l l l l l l l l l

merespon dengan benar perintah guru., anak l l l l l ke dalam unsur yang didefinisikan. Untuk l l l l

2
ODEKA: Jurnal Orto Didaktika, Vol. No. Bulan januari Tahun 2023

menyatakan suatu bilangan dinotasikan dengan l l l l l l l l l atau lebih dari satu, sedangkan kata “sensori”
l l l l l l l l

lambang bilangan atau yang disebut angka.


l l l l l l l l l artinya panca indera. Maka multisensori dapat
l l l l l l l l l

Sedangkan menurut Rukmansyah (2006: 19)


l l l l diartikan lebih dari satu panca indera.
l l l l l l l

lambang bilangan merupakan suatu seperti tanda


l l l l l l l l l Abdulrahman (2012: 174) l l l

yang menyatakan jumlah atau banyaknya


l l l l l l l l l l mengungkapkan bahwa Fernaid telah l l l l l l

bilangan tententu. l l mengembangkan suatu metode pengajaran l l l l l l

Berdasarkan pendapat ahli l l l l l l multisensoris yang dikenal pula sebagai metode l l l l l

tersebut, dapat disimpulkan bahwa l l l l l VAKT (visual, auditory, kinesthetic, and


l l l l

lambang bilangan merupakan simbol


l l l l l l tactile). Yusuf (2005: 95) juga menyatakan
l l l l l

yang digunakan untuk mewakili suatu


l l l l l “pendekatan multisensori berdasarkan pada l l l l l l l

bilangan. l l asumsi bahwa anak akan dapat belajar dengan


l l l l l l l l l l l l

baik apabila materi pengajaran disajikan dalam


l l l l l l l l l l l l

b. Kemampuan mengenal lambang modalitas alat indera”. Modalitas yang dipakai l l l l l l l l l l

bilangan yaitu modalitas Visual (penglihatan), Auditory


l l l l l l l

(pendengaran), Taclite-Kinestetik (gerak-raba). l l l l l l

Pengenalan lambang bilangan l l l l l l Diharapkan dengan menggunakan metode l l l l l l

termasuk dalam mata pelajaran matematika, l l l l l l l l l l l tersebut anak dalam memperoleh pengalaman l l l l l l l

pelajaran matematika adalah salah satu mata


l l l l l l l l l l l l l l berlajar yang optimal. l l l l

pelajaran yang diperoleh dalam setiap jenjang


l l l l l l l l Metode multisensori dikembangkan oleh l l

pendidikan, termasuk pada anak autis. l l l l l l l Fernald dan Orton-GilinghamMetode Fernald l l l l

Susanto (2011: 107) anak usia 6-7 l l l l menggunakan materi bacaan yang dipilih dari l l l l l l l l

tahun sudah bisa memecahkan persoalan


l l l l l l l kata-kata yang diucapkan oleh anak, dari tiap
l l l l l l l l l l l

sederhana seperti berhitung permulaan, salah l l l l l l kata diajarkan secara utuh. Sedangkan metode
l l l l l l l l l

satunya menghitung 1-10. Kemampuan yang


l l l l l Orton-Gilingham sangat terstruktur yang l l l l

dimaksud meliputi membilang angka 1-10, l l l l memerlukan lima jam pelajaran selama dua l l l l l l l l l

menyebutkan urutan bilangan 1-10, mengenal l l l l l tahun.


l

konsep bilangan dengan benda sampai dengan l l l l l l l Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan l l l l l l

10, menghubungkan angka dengan benda l l l l l bahwa metode mutlisensori adalah metode
l l l l l

hingga 10, menulis angka 1-10. l l l pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu l l l l l l l l

Pengenalan lambang bilangan yang l l l l l l l panca indera yang meliputi Melihat (visual),
l l l l l l

hanya berupa hafalan menyebabkan anak


l l l l l l l l l l mendengarkan (auditori), gerakan (kinestetic), l l l l l

hanya mengenal lambang bilangan tanpa


l l l l l l l l l dan menelusuri/meraba (tactile) untuk
l l l l

mengetahui arti dari lambang bilangan l l l l l l l mencapai proses pembelajaran yang lebih l l l l l l

tersebut. Anak-anak yang hanya mengingat l l l l l l l l optimal. l

simbol angka mengalami kesulitan l l l l l

memecahkan masalah angka. Konsep yang l l l l l l l l b. Langkah-langkah Penerapan Metode


belum matang menyebabkan anak menjadi l l l l l l l Multisensori
bingung ketika dihadapkan pada masalah l l l l l l l l l

bilangan. Oleh karena itu, mengenalkan simbol


l l l l l l langkah-langkah pembelajaran melalui l l l l l l l l

angka pada anak autis sangatlah penting.


l l l l l l l l l l metode multisensori, yaitu dengan melibatkan l l l l

Kemampuan mengenal lambang bilangan yang l l l l l l l l atau mengaktifkan beberapa sensori yang ada
l l l l l l l l l

ditingkatkan dalam penelitian ini adalah anak l l l l l l l l l l pada anak, yaitu kemampuan visual subjek
l l l l l l l l

dapat menunjuk dan menyebutkan lambang


l l l l l l dalam melihat dan mengamati lambang
l l l l l l l l

bilangan 1-10. l l bilangan, kemampuan auditori subjek dalam


l l l l l l l

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat l l l l l l mendengar lambang bilangan, kemampuan l l l l l l l

disimpulkan bahwa kemampuan mengenal l l l l l l kinestetik subjek dalam menggerakkan tangan, l l l l l l

lambang bilangan yaitu kemampuan anak


l l l l l l l l l persendian, mata dan anggota tubuh lainnya saat l l l l l l l l l l

dalam menunjukkan dan menyebutkan


l l l l l mengidentifikasi bentuk benda dan l l l

bilangan sesuai dengan lambang bilangan.


l l l l l l l l mengucapkan nama-nama benda, kemampuan l l l l l l l l l

taktil dalam meraba dan mengidentifikasi


l l l l l l l

2. Hakikat Metode Multisensori tekstur benda. l

a. Pengertian Metode Multisensori


Multisensori terdiri dari dua kata yaitu l l l l l

multi dan sensori. Menurut Kamus Besar l l l

Bahasa Indonesia, kata “multi” berarti banyak


l l l l l l l l l

3
ODEKA: Jurnal Orto Didaktika, Vol. No. Bulan januari Tahun 2023

3. Hakikat Autis 5) Sering berperilaku diluar kontrol dan l l l

a. Definisi Autis meledak-ledak l l

Monks dkk (Hasdianah, 2013) l l l 6) Secara menyeleruh mengalami masalah l l l l l l l

menyatakan bahwa anak autistik berasal dari l l l l l l l l l l l dalam perilaku.


l l l

kata “Autis” yang berarti “Aku”. Sedangkan


l l l l l l l l 7) Kurang memahami akan keberadaan l l l l l l l l

Muhammad (2007: 103) menjelaskan bahwa


l l l l l l dirinya sendiri l

“Istilah autisme berasal dari kata autos yangl l l l l l l l l 8) Keterbatasan dalam mengekspresikan diri. l l l l l l

berarti diri sendiri dan isme yang berarti paham”.


l l l l l l 9) Berperilaku monoton dan mengalami l l l l

Dalam pengertian ini dapat diartikan anak yang


l l l l l l l l l l kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan. l l l l l l

mengarah kepada dirinya sendiri disebut autis. l l l l l l

Menurut American Psyciatric l l l Dari uraian tersebut dapat disimpulkan l l l l l l

Association (2013: 49) mengemukakan


l l l l bahwa terdapat ciri-ciri unik pada karakteristik
l l l l l l l l

pengertian autis yaitu : l l l anak autis yang bisa ditinjau dari tiga sudut
l l l l l l l l

Autism spectrum disorder is the primary l l pandang, yaitu interaksi sosial, komunikasi dan
l l l l l l l

diasnostic consideration for individuals l l l perilaku. Interaksi sosial tidak melibatkan


l l l l l l

presenting with social communication l l kontak mata saat anak dipanggil, menoleh, atau
l l l l l l l l l l

deficits. The two disorders can be l mencoba berinteraksi dengan lingkungannya. l l l l l

differentiated by the presence in a autism l l l Komunikasi gagal dengan keterlambatan l l l l l l l

spectrum sodorder of restricted/repetitive bicara, echolalia dan tidak mengerti apa yang
l l l l l l l l l

patterns og behavior, interests, or activities l l l dia atau orang lain katakan. Perilaku termasuk
l l l l l l l l l l

and their absence in social (pragmatic)


l l l l l anak-anak yang menunjukkan perilaku yang
l l l l l l l l

Communication disorder. l berbeda. l

Gangguan spektrum autisme merupakan l l l l l

pertimbangan diagnostik yang penting bagi l l l l l c. Klasifikasi Autis


individu dengan defisit dalam komunikasi l l l l

Wing dan Gould (Hadis dan Haryani, 2017)


sosial. Gangguan kedua pada autis adanya
l l l l l

l l l l l l l l l l

mengklasifikasikan anak autis menjadi 3 l l l l l l l

pola terbatas/berulang dari perilaku, minat, l l l l l l l

kelompok, yaitu: l

atau aktivitas dan ketidakmampuannya


l l l l l l l l l

1) Grup aloof, autisme jenis ini l l

dalam komunikasi sosial (Pragmatik). l l l l l l

merupakan ciri yang klasik dan l l l l l

diketahui banyak orang. Peserta didik l l l l l

Berdasarkan pendapat beberapa ahli l l l l l l l l

jenis ini sangat tertutup untuk l l

tersebut, dapat disimpulkan bahwa autis adalah l l l l l l l l l

berinteraksi dengan orang lain. Anak l l l l l l

gangguan perkembangan yang sangat kompleks


l l l l l l l

pada kelompok ini juga menghindari


yang gejala umumnya muncul sebelum usia tiga
l l l l

l l l l l l

kontak fisik, walaupun terkadang masih l l l l l l

tahun yang mempengaruhi kemampuan


l l l l l

mau bermain secara fisik. Mereka l l l l l

komunikasi dan interaksi sosial dengan orang l l l l l l

mengalami komunikasi verbal dan non l l l l l

lain.
l

verbal yang sangat terganggu. Anak l l l l l l l

b. Karakteristik Autis autis grup ini sulit meniru suatu gerakan l l l l

yang bermakna dan senang melakukan l l l l l l l

Bila dilihat dari luar secara fisik, anak autis l l l l l l l l l gerakan yang berulang-ulang. Perilaku l l l l l l

tidak berbede dengan anak pada umumnya.


l l l l l l l buruk yang sering muncul pada anak l l l l l

Perbedaan pada anak autis dapat dilihat apabila l l l l l l l l l l l l l autis grup aloof, misalnya berperilaku l l l l l

melakukan aktivitas seperti berkomunikasi,


l l l l l agresif, merusak, tidak bisa diam dsb. l l l l l

bermain dsb. l 2) Grup pasif, anak autis jenis ini l l l l

Menurut Purnomo dan Haryana (2017: 20) l l l l tidak berinteraksi secara spontan, tetapi l l l l l l

secara umum anak autis memiliki kondisi


l l l l l tidak menolak usaha interaksi pihak l l l l l l

sebagai berikut : l l lain. Anak autis ini dapat meniru l l l l l l

1) Mengalami hambatan di dalam bahasa. l l l l l l l l l l terhadap suatu aktivitas bermain tetapi l l l l l l l

2) Kesulitan dalam mengenal dan merespon l l l l l tanpa imajinasi, dan dilakukan secara l l l l l l l l l

emosi dengan isyarat sosial. l l l l berulang dan terbatas. Pada grup pasif, l l l l l l l

3) Kekakuan dan miskin dalam l l l l l anak autis sering tidak dikenal secara l l l l l l l

mengekspresikan perasaan. l l l l dini, karena cirinya hanya tidak adanya l l l l l l l l l

4) Kurang memiliki empati l l interaksi sosial yang spontan fan l l l l l

mengalami gangguan komunikasi l l l l l

4
ODEKA: Jurnal Orto Didaktika, Vol. No. Bulan januari Tahun 2023

bersifat non verbal, dibandingkan l l l l Jenis penelitian yang digunakan adalah l l l l l l l

dengan perilaku yang sangat sulit pada l l l l l l l penelitian eksperimen dengan subjek tunggal l l l

grup aloof. l (Single Subject Research/ SSR). (Sunanto et al., l l l

3) Grup aktif tapi aneh, kemampuan l l l l l 2005) Menerangkan bahwa Single Subject l l l l

bicara anak autistik grup aktif tapi aneh l l l l l l l l Research (SSR), yaitu penelitian subjek dengan l l l l

lebih baik dibandingkan klasifikasi yang l l l l l l metode penelitian yang menggunakan rancangan l l l l l l l

lainnya, namun masih ditandai denganl l l l l l l eksperimen untuk melihat pengaruh perlakuan l l l l

gejala keterlambatan bicara dan ciri-ciri l l l l l l l l terhadap perubahan perilaku. l l l l l

aneh lainnya. Gejala bicara anak autis


l l l l l l l l l l

adalah aneh karena mereka berbicara


l l l l l l l l l
Data dianalisis dengan menggunakan teknik l l l l l l l

terlepas dari situasinya dan tidak l l l l l l


analisis visual grafis yaitu dengan memasukkan
l l l l l l l l

memahami kata atau kalimat yang l l l l l l l l l


data ke dalam grafik, kemudian data dianalisis
l l l l l l l l l l

pernah mereka dengar sebelumnya. l l l l


berdasarkan masing-masing komponen pada l l l l l l l

Intonasinya monoton dan kontrol napas l l l l l


setiap kondisi Baseline 1/A1, Intervensi (B), l l l

serta volumenya tidak normal. Ekspresi l l l l


Baseline 2/A2. l l

wajah anak autis jenis ini terbatas dan l l l l l l l l


c. Desain Penelitian
kontak mata dengan orang lain tidak l l l l l l l
Dalam penelitian ini model A-B-A l l l l l

tepat bahkan terkadang terlalu lama. l l l l l l l l


digunakan untuk menunjukkan hubungan antara l l l l l l l

Gim ini repetitif, stereotip, tetapi seperti l


variabel dependen dengan variabel independen.
l l l l l

memiliki fantasi. Anak autis ini l l l l l


Menurut model A-B-A, target behavior l l l l

biasanya mengalami gangguan motorik, l l l l l l l


didefinisikan sebagai perilaku yang dapat diukur l l l l l l l

gangguan keseimbangan, gangguan l l l l l l


secara akurat. l l l l

gaya berjalan dan postur tubuh yang l l l l l l


d. Instrumen Penelitian
aneh. l
Instrumen penelitian yang digunakan dalam l l l l l l

penelitian ini berupa tes dimana peneliti sendiri l l l l

Berdasarkan pengamatan selama berada l l l l l l l l l l


yang menyiapkan instrumen kemampuan
l l l l l

disekitar siswa (subjek penelitian), siswal l l l


memakai baju berkancing. l l l l

termasuk dalam klasifikasi yang di kemukakan


l l l l l l l l
e. Analisis Data
oleh Wing dan Gould, yaitu autis grup pasif. l l l l
Analisis data saat memeriksa satu objek l l l l l l l l

Anak-anak hanya berpartisipasi dalam interaksi


l l l l l l l l l l l
yang berfokus pada satu materi. Analisis data
l l l l l l l l l

sosial ketika orang lain melakukannya untuk


l l l l l l l
dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
l l l l l l l l

pertama kali. Meskipun demikian, anak dapat


l l l l l l l l
independen atau intervensi berpengaruh l l l

memahami dan mengerti dalam berkomunikasi,


l l l l l l
terhadap variabel dependen atau target behavior. l l l l l l l l

namun anak tidak berusaha untuk memulai


l l l l l l l
Ketika mempelajari satu topik, tidak hanya l l l l l l l

komunikasi dengan orang lain. l l l l


dipengaruhi oleh pengetahuan tentang analisis l l l l l l

statistik, tetapi juga oleh desain penelitian yang


l l l l l l

METHOD digunakan. l l

a. Pendekatan Penelitian
RESULT AND DISCUSSION
Pendekatan penelitian yang dipakai pada l l l l l l l l
Result
penelitian ini merupakan pendekatan l l l l l

kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah


l l l l l l l l l
Penelitian ini dilakukan dengan desain l l l l l

eksperimen atau penelitian tunggal. rencana


pendekatan penelitian yang definisinya l l l l l
l l l l l l

penelitian yang digunakan A-B-A. Data yang l l l l l l l l l

sistematis, terencana dan terstruktur dengan l l l l l

terkumpul dianalisis dengan menggunakan l l l l l

jelas dari awal hingga pembuatan rencana


l l l l l l l l l
statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk
l l l l l l

penelitian. l
grafik. Data yang dianalisis dalam penelitian ini
l l l l l l l l l

adalah data kemampuan mengenal lambang


l l l l l l l l l l

Pendekatan ini digunakan untuk l l l l


bilangan 1-10 dengan metode multisensori siswa
l l l l

mengetahui kemampuan mengenal lambang l l l l l l autis Kelas I SLB YPAC Makassar sebelum
l l l l l l

bilangan 1-10 dengan menggunakan metode


l l l l l diberikan perlakuan (baseline 1 (A1)), saat l l l l l l l

multisensori pada kemampuan siswa autis l l l l l l


diberi intervensi (B) dan setelah diberi intervensi l l

kelas I di SLB YPAC Makassar.


l l l l l
(baseline 2 (A2)). l l

b. Jenis Penelitian Sesuai dengan target behavior pada l l l l l l

penelitian ini, yaitu kemampuan mengenal l l l l l

5
ODEKA: Jurnal Orto Didaktika, Vol. No. Bulan januari Tahun 2023

lambang bilangan 1-10 melalui metode


l l l l l a. Panjang kondisi atau jumlah sesi yang
l l l l l l

multisensori. Subjek penelitian adalah siswa l l l l l diselesaikan berdasarkan kondisi l l l l l

autis di SLB YPAC Makassar pada subjek


l l l l l l l Baseline 1 (A1) adalah 5 sesi, kondisi
l l l l l

berinisial MFNR. l Intervensi (B) adalah 8 sesi, dan kondisi l l l l

Baseline 2 (A2) adalah 4 sesi.


l l l l l

Analisis data dalam penelitian ini meliputi l l l l l l l b. Pada kondisi Baseline 1 (A1)
l l l l

analisis tren arah, tren stabilitas, jejak data, dan


l l l l l l l l l l kecenderungan arahnya datar dan garis l l l l l l l l

perubahan inkremental positif. l l l pada kondisi Intervensi (B) naik.


l l l

100 Baseline 1 (A1) Baseline 2 Sementara itu, arah pada baseline 2 (A2) l l l l l l l l
Nilai Kemampuan Mengenal

(A2)
cenderung meningkat, artinya data
Lambang Bilangan 1-10

l l l l l

kemampuan mengenal simbol bilangan l l l l l

MFNR item 1-10 pada 14-17 nilainya l l l l

50 mengalami peningkatan atau membaik l l l l l l l

(+).
c. Hasil perhitungan stabilitas pada kondisi
l l l l l l

Basic Level 1 (A1) adalah 100%, artinya


l l l l l l l

0 data yang diperoleh menunjukkan


l l l l
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
stabilitas. Kecenderungan stabilitas
Baseline 1 (A1) Sesi Intervensi (B)
l l l l l

kondisi intervensi (B) adalah 12,5%, l l l

Baseline 2 (A2)
yang berarti bahwa data yang diperoleh
l l l l l l l

tidak stabil (variabel). Tren stabilitas l l l l l l

Grafik 1 Kemampuan Mengenal lambang l l l l l Baseline 2 (A2) adalah 100% yang


l l l l l l

Bilangan 1-10 Melalui Metode Multisensori


l l l berarti bahwa data tersebut stabil. l l l l l l

Pada Siswa Autis Kelas I Pada Kondisi Baseline


l l l l l l l l d. Uraian jalur datanya sama dengan untuk l l l l l l l l l

1 (A1), Intervensi (B) dan Baseline 2 (A2)


l l l l arah trend (poin b) di atas. Kondisi pada
l l l l l l

Baseline 1 (A1), Intervensi (B), dan


l l l

Baseline 2 (A2) selanjutnya meningkat.


l l l l l

Tabel 1. Rangkuman hasil analisis dalam kondisi


l l l l l l l l e. Tingkat stabilitas dan rentang data pada l l l l l l l l l

kemampuan mengenal lambang bilangan 1-10 l l l l l l l kondisi baseline 1 (A1) umumnya l l l

mendatar pada rentang data 15-15, pada l l l l l l l l l

Kondisi A1 B A2
kondisi intervensi (B) data cenderung
l l

l l

Panjang Kondisi 5 l l 8 4 naik pada rentang 30-85, dan baseline 2


l l l l l l

(A2) menunjukkan bahwa data .


l l l l l l

Estimasi l

cenderung meningkat atau terus l l l

Kecenderungan l

meningkat antara 70 dan 75 (+).


(=) (+) (+) l l l l l

Arah l l
f. Penjelasan perubahan level dari baseline l l l l l l

Kecenderungan l Stabil Variabel Stabil l l l l 1 (A1) tidak mengubah data yaitu (=) 15. l l l l l l

Stabilitas l l
Pada kondisi intervensi (B) terjadi
l l l

100% 12,5 % 100% perubahan level sehingga terjadi l l l l

Jejak Data l l l peningkatan (+) 55. pada saat yang sama, l l l l l l l l l

perubahan level berada pada Baseline 2 l l l l l l l

(=) (+) (+) (A2) (+) 5. l

LevelStabilitas l l Stabil l Variabel Stabil l l l

dan l Tabel 2. Rangkuman hasil analisis antar kondisi l l l l l l l

kemampuan mengenal lambang bilangan 1-10.


l l l l l l l

Rentang l

15-15 30-85 70-75


A/B B/A2
Perbandingan
Perubahan Level 15-15 l l 85-30 75-70
Kondisi
(level change) l

Jumlah variable 1 1
(0) (+55) (+5)

Penjelasan tabel rangkuman hasil analisis l l l l l l l l

dalam kondisi adalah sebagai berikut:


l l l l l l l

6
ODEKA: Jurnal Orto Didaktika, Vol. No. Bulan januari Tahun 2023

Perubahan yang lebih baik mempengaruhi perilaku l l l l

kecenderungan (=) (+) sasaran (target behavior). l l l l l

arah dan efeknya


(+) (+) Discussion
Kemampuan mengenal lambang bilangan l l l l l l l

( Positif ) ( Positif ) dari 1 sampai 10 merupakan bagian yang harus


l l l l l l l l l

dikuasai oleh setiap siswa kelas I, namun l l l l l l

Perubahan berdasarkan asesmen pendahuluan yang telah l l l l l l l l

Kecenderungan Stabil ke Variabel l l l


dilakukan, ditetapkan bahwa siswa kelas I SLB
l l l l l l l l

Stabilitas Variabel ke stabil l l l


YPAC Makassar memiliki hambatan belajar. l l l l l l l l l

Perubahan level (15-30) (85-70) Matematika khususnya pada materi lambang


l l l l l l l l l

(+15) (-15) bilangan 1-10. Hal ini disebabkan oleh beberapa


l l l l l l l

faktor, salah satunya dapat dilihat dari ciri-ciri


l l l l l l l l l

Persentase 0% 0% anak autis. Permasalahan anak autis adalah


l l l l l l l l l l l l l

Overlap hambatan bahasa dan komunikasi yang muncul


l l l l l l l l l

(Percentage of baik pada kemampuan reseptif maupun


l l l l l l

Overlap) ekspresif, terutama kemampuan mengenal l l l l l

lambang bilangan. Penggunaan metode


l l l l l l

Penjelasan rangkuman hasil analisis l l l l l l l multisensori dalam pembelajaran berarti bahwa l l l l l l l l

visual antar kondisi adalah sebagai berikut:


l l l l l l l l pembelajaran tersebut mencakup semua bentuk l l l l l

a. Jumlah variabel yang diubah adalah satu l l l l l l l l l pembelajaran anak, untuk melibatkan indera l l l l l l l l

variabel dari kondisi Baseline 1 (A1) ke


l l l l l anak sebanyak mungkin, guru harus dapat
l l l l l l l

Intervensi (B). belajar dengan baik. Pendekatan multi sensori


l l l l l l

b. Perubahan arah trend antara kondisi l l l l l l l dapat meningkatkan kemampuan mengenal


l l l l l l l

baseline 1 (A1) dengan kondisi


l l l lambang bilangan 1-10 pada anak autis.
l l l l l l l l l

intervensi (B) dari konstan menjadi l l l Informasi yang ditemukan dalam l l l l l

meningkat. Artinya kondisi pasca l l l l l penelitian ini berkaitan dengan proses perubahan l l l l l l

intervensi dapat membaik atau menjadi l l l l l l kemampuan mengenal lambang bilangan. Hal l l l l l l l l

lebih positif (B). Pada kondisi intervensi l l ini membuktikan bahwa dengan menerapkan l l l l l l

(B), baseline 2 (A2) cenderung l l pendekatan multi-indera yang mencakup l l l l l

meningkat. l kemampuan visual subjek untuk melihat dan l l l l l

c. Perubahan tren stabil antara baseline 1 l l l l l l l merasakan simbol angka, kemampuan


l l l l l l l

(A1) dan situasi intervensi (B), yaitu H.


l l l l pendengaran pasien untuk mendengar simbol l l l l

dari variabel stabil. Sedangkan pada


l l l l l l l l angka, kemampuan kinestetik subjek untuk
l l l l

kondisi intervensi (B) variabel menjadi l l l menggerakkan tangan, persendian, mata dan l l l l l l l l

stabil hingga baseline level 2 (A2). Hall l l l l bagian tubuh lainnya selama pengenalan. saat
l l l l l l l l l l

ini terjadi karena pada kondisi intervensi l l l l l mengidentifikasi bentuk benda dan l l l

(B) subjek MFNR dapat menerima nilai l l l l mengucapkan nama-nama benda, kemampuan l l l l l l l l l

yang berbeda. l l taktil dalam meraba dan mengidentifikasi


l l l l l l l

d. Perubahan level antara Baseline 1 (A1) l l l l l l l tekstur benda. l

dan Intervensi (B) meningkat atau


l l l l

membaik (+) sebesar 15. Pada saat yang l l l l l l l


erdasarkan hasil analisis pengolahan data yang
l l l l l l l l l l l

sama, kondisi antara Intervensi (B) dan


l l l l l l
dilakukan dan disajikan dalam bentuk grafik
l l l l l l l l

Baseline 2 (A2) menurun, mengakibatkan


l l l l l
garis, penggunaan model A-B-A untuk perilaku
l l l l l l

perubahan level . (-) sebanyak 15. l l l l


target dapat meningkatkan kemampuan siswa 1-
l l l l l l l l

e. Tumpang tindih data antara baseline 1 l l l l l l l


10 dalam mengenal lambang bilangan, dan l l l l l l l l

(A1) dan kondisi intervensi (B) adalah


l l l l l
penerapannya melalui metode multisensori l l l l

0%, serta 0% antara kondisi intervensi (B) l l l l


berpengaruh positif terhadap kemampuan l l l l l

dan baseline 2 (A2). Pemberian intervensi


l l l l
tersebut. dari 1-10 siswa autis untuk mengenal l l l l

(B) selanjutnya berpengaruh pada l l l l l


lambang bilangan. Secara empiris dapat
l l l l l l l l

perilaku sasaran yaitu kemampuan l l l l l l l


disimpulkan bahwa penerapan metode l l l l l

mengenal lambang bilangan 1-10, hal ini l l l l l l


multisensor dapat meningkatkan kemampuan l l l l l l

terlihat dari hasil pertumbuhan pada l l l l l l


siswa autis SLB YPAC Makassar kelas I 1-10 l l l l l l l

grafik. Artinya, l semakin rendah l l l l


dalam mengenal lambang bilangan.
l l l l l l l

persentase tumpang tindih, intervensi (B) l l

7
ODEKA: Jurnal Orto Didaktika, Vol. No. Bulan januari Tahun 2023

CONCLUSIONS REFFERENCE
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis
l l l l l l l l
Abdulrahman, M. (2012). Pendidikan Bagi Anak
l l l l l l l

data, yang telah dilakukan :


l l l l l l
Bekesulitan Beajar. Rineka Cipta. l l l l l

1. Kemampuan mengenal lambang l l l l l


American Psyciat ric Association. (2013).
l l l l l

bilangan 1-10 siswa autis kelas I di SLB


l l l l l
Diagnostic and Statistical Manual of l l l l l l

YPAC Makassar sebelum diberikan l l l l l


Mental Disorders. In Encyclopedia of Applied l l l

perlakuan sangat kurang.


Psychology, Three-Volume Set.
l l l l l

2. Kemampuan mengenal lambang l l l l l

https://doi.org/10.1016/B0-12-657410-
bilangan 1-10 siswa autis kelas I di SLB
l l l l l

3/00457-8
YPAC Makassar selama diberikan l l l l l l l

perlakuan mengalami peningkatan ke l l l l l l


Hadis, A. dan N. (2017). Pendidikan Peserta Didik
l l l l l

kategori sangat tinggi dilihat dari hasil


l l l l l l
Autistik. Badan Penerbit UNM.
l l l

analisis dalam kondisi pada kondisi


l l l l l l
Hasdianah. (2013). Autis Pada Anak, Pencegahan,
l l l l l l l l l l

Intervensi (B) (selama diberikan l l l


Perawatan, dan Pengobatan. Nuha Medika. l l l l l l l l

perlakuan). l l Muhammad, K. A. J. (2007). Special Education For


l l l l l

3. Kemampuan mengenal lambang l l l l l Special Chidren. PT Mirzan Publikasi. l l l

bilangan 1-10 siswa autis kelas I di SLB


l l l l l Purnomo, S. H., & Haryana. (2017). Modul l l l

YPAC Makassar setelah diberikan l l l l l l


Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan l l l l l

perlakuan meningkat ke kategori tinggi l l l l


Terintegrasi Penguatan Pendidikan l l l l

dilihat dari hasil analisis dalam kondisi l l l l l l l


Karakter Bidang Plb Autis Kelompok l l l l

pada Baseline 2 (A2) (setelah diberikan


l l l l l l
Kompetensi a. Pppptk Tk Dan Plb Bandung, l l l

perlakuan). l l
1–166.
4. Peningkatan Kemampuan mengenal
Rukmansyah. (2006). Kamus Pintar Matsains.
l l l l l

l l l l l l

lambang bilangan 1-10 siswa autis kelas


l l l l l l l

Epison Group.
I di SLB YPAC Makassar berdasarkan l l l l l l l

Sudaryanti. (2006). Pengenalan Matematika Anak


hasil antar kondisi yaitu pada kondisi
l l l l l l
l l l l l l l l l

sebelum diberikan perlakuan (Baseline 1 l l l l


Usia Dini. FIP Universitas Negeri l l

(A1)) Kemampuan mengenal lambang


l l l l l l
Yogyakarta. l l l

bilangan 1-10 siswa autis sangat kurang


l l l l l l l
Sunanto, J., Takeuchi, K., & Nakata, H. (2005).
l l l l l

menjadi meningkat ke kategori sangat l l l l l


Pengantar Penelitian Dengan Subyek l l l l

tinggi pada kondisi selama diberikan l l l l l Tunggal. CRICED University of Tsukuba, 1– l l

perlakuan (Intervensi (B)) dan pada l l l l l 150.


kondisi setelah diberikan perlakuan l l l l Susanto, A. (2011). Perkembangan Anka Usia Dini.
l l l l l l l

(Baseline 2/A2). l l
Kencana Prenada Media Group. l l l l l

Wahyuningtyas, D. T. (2015). Pembelajaran


l l l l l

Bilangan Untuk Pgsd (Vol. 3). l l

Yusuf, M. (2005). Pendidikan Bagi Anak Probema l l l l l

Beajar. Depdiknas. l l l

Anda mungkin juga menyukai