Anda di halaman 1dari 78

INTERAKSI SOSIAL PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK)

DI TEMPAT LOKALISASI PEMANDANGAN KECAMATAN PANJANG


KOTA BANDAR LAMPUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos)
Dalam Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama

Oleh:

CAHYA SRI RAHAYU


NPM: 1631090106

Jurusan: Sosiologi Agama

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1442 H/2020 M
INTERAKSI SOSIAL PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK)
DI TEMPAT LOKALISASI PEMANDANGAN KECAMATAN PANJANG
KOTA BANDAR LAMPUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos)
Dalam Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama

Oleh:

CAHYA SRI RAHAYU


NPM: 1631090106

Jurusan: Sosiologi Agama

Pembimbing I : Dra. Fatonah,M.Sos.I

Pembimbing II : Dr. Kiki Muhamad Hakiki,MA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1442 H/2020 M
ABSTRAK

latar belakang penelitian ini Interkasi sosial merupakan suatu hubungan


sosial yang menyangkut hubungan antar orang-perorang, maupun antar orang
perkelompok. interaksi bisa terjadi dengan siapapun termasuk dengan Pekerja
Seks Komersial(PSK). Pekerja seks komersial merupakan peristiwa penjualan diri
baik perempuan maupun laki-laki dengan jalan memperjualbelikan badan,
kehormatan dan kepribadian. Permasalahan dalam penelitian ini mengenai
bagaimana proses interaksi Pekerja Seks Komersial, yang terjadi dalam kehidupan
sosial pada masyarakat yang terdapat di daerah lokalisasi pemadangan kecamatan
Panjang kota Bandar Lampung. Interaksi sosial dalam penelitian lebih ditekankan
pada interaksi yang terjadi dengan masyarakat dan pekerja seks komersial baik
dalam bentuk asosiatif maupun disosiatif. Penelitian ini menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian. Subyek
penelitian berjumlah 8 orang, yang terdiri dari 3 PSK dan 5 masyarakat sebagai
subyek dan 1 orang sebagai key informan. Berdasarkan hasil penelitian interaksi
yang terjadi pada kehidupan bermasyarakat di lokalisasi tersebut. Ini menunjukan
bahwa interaksi yang terjadi pada masyarakat daerah lokalisasi pemandangan
kecamatan panjang tidak pernah terjadi konflik ataupun perselisihan. Banyak nya
warga yang menyewakan kamar dan pekerja disana pasti lah menimbulkan bentuk
interaksi disosiatif yang harus di hadapi oleh warga dan para pekerja lainya
disana. Salah satu bentuk disosiatif yang nampak pada daerah lokalisai
Pemandangan yaitu bentuk persiangan yang terjadi antar warga ataupun pekerja.
Tidak jarang persaingan dapat menimbulkan konflik sosial yang baru. Pekerja
seks Komersial juga memiliki sisi Religusitas dalam dirinya. Mereka menyadari
bahwa yang ia lakukan adalah suatu hal yang dilarang dalam agama. Pekerja Seks
Komersial menunjukan sisi keagamaanya dengan cara mengikuti kegiatan
pengajian yang ada di lokalisasi Pemandangan. Dan pada bulan Ramdhan juga
beberapa dari mereka tetap menjalani puasa karena kewajiban umat islam. Maka
menurut penulis membangun kerja sama antara masyarakat dengan para PSK
seperti kegiatan senam pagi yang harus terjadwal, kegiatan gotong royong, seperti
kebersihan lingkungan.

Kata Kunci : Interaksi Sosial, Pekerja Seks Komersial.

ii
PERNYATAAN ORISINALITAS/KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa fakultas ushuluddin

dan studi agama uin raden intan lampung. Menyatakan bahwa:

Nama : CAHYA SRI RAHAYU

Npm : 1631090106

Semester : VIII (delapan)

Jurusan : Sosiologi Agama

Judul skripsi: Interaksi Sosial Pekerja Seks Komersial (PSK) Ditempat Lokalisasi

Pemadangan Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung. Dengan ini saya

mengatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian atau

karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya bukan

penelitian orang lain. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan

sebernarrnya.

Bandar Lampung, 2020


Peneliti

Cahya Sri Rahayu


NPM. 1631090106

iii
iv
v
MOTTO

     
  
       
   
  
      
  
 
 
  
 
  
 
 
 
   
 
   
   

   
        
 
   
  
  
 
  
 
   
  
 
  
   
 
   
  
  
  

  
         
  
 
    
          
 
      
  
  
   
 
   
 
   
 

 
 
   
 
 
 
 
    
   
  
  
   
 
  
       
       

Artinya : “Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga


kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan
karunia-Nya. Dan budak-budak yang kamu miliki yang memginginkan
perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika
kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada
mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya
kepadamu. Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk
melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian,
karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barangsiapa
yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka
dipaksa itu. (QS ANNUR: 33)

vi
PERSEMBAHAN

Sembah sujudku kepada Allah SWT. dan shalawat beserta salam

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabat dan para

pengikutnya. Ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan

semangat dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Terkhusus skripsi ini

kupersembahkan untuk:

1. Kepada ayahanda tersayang Bapak Yatiman dan ibundaku tercinta Ibu

Sunaiah terimakasih yang sangat dalam mungkin kata ini yang bisa

terucap atas kerja keras, dan jerih payah untuk memuntun kejalan mimpi

yang akan terwujud. Terimakasih atas pengorbanan, doa, dukungan, air

mata, semangat, kesabaran, nasihat, dan cinta yang selalu menguatkan

disaat lelah. Semoga Allah selalu memberikan nikmat sehat dan

kebahagian kepada Ayah dan ibu. Skripsi dan segala nya ku persembahkan

untuk kalian tercinta.

2. Mbak tersayang Menuk Septiyani yang telah rela jauh dari keluarga demi

mendukung segala pencapaian ini. terimakasih atas semangat, doa, air

mata, keringat, dan apapun yang kau korban kan untuk adik-adik mu.

Terimakasih wanita terhebat hanya doa yang selalu ku panjat kan untuk

mu agar Allah memberikan kebahagian untuk mengganti segala derita mu

kemarin. Skripsi iniku persembahkan untuk mu.

3. Kepada sahabat-sahabat ku mbak dewi, mbak septi, yuli, maria. Kalian

adalah sahabat rassa keluarga yang selalu mendukungku, mendoakan,

vii
memberri semangat, dan membatu dikala susah dan bahagia. Semoga

kelak kita bukan hanya menjadi sahabat di dunia maupun disurga juga.

Semoga Allah memberikan kesuksesan baik dunia maupun akhirat untuk

kita.

4. kepada mbak kona’ah yang telah memberikan semangat, nasihat, dan

selalu mangingatkan ku akan proses ini. terimakasih atas segala hal.

5. Yang kubanggakan almamater tercinta UIN Raden Intan Lampun.

viii
RIWAYAT HIDUP

Cahya Sri Rahayu lahir di desa Sukaraja pada tanggal 11 Aprl 1998. Anak

Ketiga dari tiga bersaudara buah cinta dan kasih sayang Allah SWT. Dari

pasangan Bapak Yatiman dan Ibu Suparti. Riwayat pendidikan yang penulis

tempuh yaitu di awali dengan pendidikan dasar yaitu SDN 1 Sukajaya Lempasing

Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran pada tahun 2006 dan selesai

pada tahun 2010, kemudian melanjutkan pendididkan ke jenjang Sekolah

Menengah Pertama di SMPN 1 Padang cermin Kecamatan Teluk Pandan

Kabupaten Pesawaran dimulai pada tahun 210 sampai selesai pada tahun 2013,

setelah itu Penulis menlanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Akhir di SMAN

1 Padang Cermin Kecamatan Teluk Pandan KabupatenPesawaran dimuali pada

tahun2013dan sampai selelsai pada tahun 2016.

Pada tahun 2016 penulis melanjutkan kembali studi program strata 1 (SI)

dan diterima sebagai mahasiswa di UIN Raden Intan lampung pada Fakultas

Ushuluddin mengambil jurusan Sosiologi Agama . Pada tahun 2019 penulis

melakukan kuliah kerja nyata (KKN) Di Desa Simpang Kanan II Kecamatan

Sumberejo Kabupaten Tanggamus.

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan

taufik dan hidayah-nya sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Shalawat serta

salam semoga selalu tercurakhan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad

saw beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya, dan semoga kita mendapat

syafaat beliau di hari kiamat kelak.

Adapun judul skripsi ini “Interaksi Sosial Pekerja Seks Komersial (PSK)

Di Tempat Lokalisasi Pemandangan Panjang Kota Bandar Lampung”. Skripsi ini

disusun untuk melengkapi salah satu syarat guna memperolehgelar Sarjana Sosial

dalam Ilmu Sosiologi Agama pada Fakultas Ushuluddin UIN Raden

IntanLampung.

Dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, hal

tersebut semata-mata karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman

yangdimiliki. Oleh karena itu mohon kiranya kritik dan saran yang sifatnya

membangun dari semua pembaca. Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan

berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada

semua pihak yang terlibat atas penulisan skripsi ini. Secara khusus saya ucapkan

terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. H, M.Afif Anshori,M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN

Raden IntanLampung yang senantiasa tanggap terhadap kesulitan-

kesulitan mahasiswa.

x
2. Ibu Siti Badiah,M.Ag selaku Ketua Jurusan Sosiologi Agama dan Bapak

Faizsal Adnan Reza,M,Psi. selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi Agama

Fakultas Ushuluddin UIN Raden Intan Lampung yang senantiasa

membantu memberikan bimbingan serta arahan terhadap kesulitan-

kesulitan mahasiswanya.

3. Dra. Fatonah,M.Sos.I selaku dosen pembimbing I dan Dr. Kiki Muhamad

Hakiki,MA. selaku dosen pembimbing II yang selalu memberikan

masukan, saran, dan bimbingannya sehingga dapat terselesaikannya skripsi

ini.

4. Kepala beserta Staf Perpustakaan Pusat dan Fakultas Ushuluddin UIN

Raden Intan Lampung yang telah memberikan kemudahan dalam

menyediakan referensi yang dibutuhkan.

5. Bapak/ ibu Dosen Fakultas Ushuluddin yang telah mendidik dan

membimbing dan juga suruh Staf Kasubbag yang telah banyak membantu

untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Sahabat-sahabat seperjuangan Sosiologi Agama Angkatan 2016,

khususnya sahabatku yang ada di Sosiologi Agama, yang telah membantu

dan memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Sahabat serta keluarga Wisma Kirana, Dewi Arlita, Septi Handayani, Yuli

Tri Sanjung, Maria Susanti, Linda Sari, Sri Anisa, Dita, Mutia Fardita, Siti

Rara, Lia Rezekyana, Mbak Kona’ah, Mbak Eka, Dek Devi, Dek Putri,

Anggi yang selalu memberikan semangat serta motivasi sehingga

terselesaikannya skripsi ini.

xi
6. Teman-Teman Ku yang selalu membantu kesulitanku disaat penelitian,

yang selalu siap sedia mengantarkan kemana-mana. Dan Kepada hendrik

pratama yang telah mengantar dan menemaniku saat bimbingan, sabar, dan

selalu kasih semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

Semoga bantuan yang ikhlas dari semua pihak mendapat pahala dan

balasan yang melimpah dari Allah SWT. Akhir kata, saya memohon taufik dan

hidayah-Nya kepada Allah SWT. Dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi diri

sendiri khususnya dan untuk semuanya pada umumnya. Aamiin.

Bandar Lampung, 2020


Penulis

Cahya Sri Rahayu


NPM. 1631090106

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

ABSTRAK ............................................................................................................ ii

SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iii

PERSETUJUAN ................................................................................................... iv

PENGESAHAN ......................................................................................................v

MOTTO ............................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii

RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. ix

KATA PENGANTAR ............................................................................................x

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL............................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul .........................................................................................1


B. Alasan Memilih Judul ...............................................................................3
C. Latar Belakang Masalah ............................................................................4
D. Focus Penelitian .....................................................................................12
E. Rumusan Masalah ...................................................................................13
F. Tujuan Masalah .......................................................................................13
G. Signifikasi Masalah .................................................................................14
H. Tinjauan Pustaka ......................................................................................14
I. Metode Penelitian .....................................................................................16

xiii
BAB II INTERAKSI SOSIAL DAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL

A. Interaksi Sosial .........................................................................................25


1. Pengertian Interaksi Sosial .................................................................25
2. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial ...........................................................27
3. Konsep Interaksi Sosial .......................................................................29
4. Faktor-faktor interaksi sosial ...............................................................32
5. Ciri-ciri Interaksi Sosial ......................................................................35
6. Syarat- syarat Interaksi Sosial .............................................................36
B. Perilaku keagamaan ................................................................................ 41
1. Pengertian perilaku keagamaan ...........................................................41
2. Bentuk-Bentuk Perilaku Keagamaan ..................................................42
3. Dimensi-dimensi Keagamaan .............................................................43
C. PekerjaSeksKomersial .............................................................................46
1. Sejarah Pekerja Seks Komersial ..........................................................46
2. Pengertian Pekerja Seks Komersial.....................................................47
3. Factor-faktor melatarbelakangi pekerja seks komersial .....................50
4. Ciri -Ciri Pekerja Seks Komersial ......................................................52
5. Fungsi Pekerja Seks Komersial ...........................................................53
6. jenis-jenis Pekerja Seks Komersial .....................................................54

BAB III PENYAJIAN DATA DI LAPANGAN

A. Sejarah Lokalisasi Kecamatan Panjang ...................................................57


B. Profil Kecamatan Panjang........................................................................58
C. Topografi Kecamatan Panjang .................................................................58
D. Administrasi Pemerintahan Kecamatan Panjang ....................................59
E. Visi Misi Kecamatan Panjang ..................................................................60
F. Data Kependudukan Kecamatan Panjang ................................................61
G. Kondisi Lingkungan Lokalisasi Panjang .................................................64
H. Kondisi keagamaan Daerah Lokalisasi Panjang ......................................65

xiv
BAB IV ANALISIS DATA.

A. Interkasi Sosial Pekerja Seks Komersial (Psk) Dengan


Masyarakat Di Lokalisasi Pemandangan Kecamartan Panjang
Kota Bandar Lampung .............................................................................67
B. Bentuk Interaksi Sosial Pekerja Seks Komersial (Psk) Dengan
Pekerja Seks Komersial Lainya Di Tempat Lokalisasi
Pemadangan Kecamatan Panjang Bandar Lampung ..............................73

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................80
B. Saran .......................................................................................................81

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Penduduk Kecamatan Panjang Tahun 2019-2020 ......................61

Tabel 2. Data Penduduk Kelurahan Way Lunik Tahun 2019-2020 ..................62

Table 3. Data Penduduk Menurut Pekerjaan Kelurahan Way

Lunik Tahun 2019-2020 ......................................................................63

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Pedoman Wawancara

Kartu Konsultasi

Surat – Surat

Dokumentasi

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Penegasan judul

Penjelasan istilah dalam judul penelitian ini dimaksudkan agar tidak

terjadi salah pengertian dalam pembahasan penelitian. Sebelum peneliti

membahas lebih jauh mengenai judul skripsi “ Interaksi Sosial Pekerja Seks

Komersial (PSK) Di Tempat Lokalisasi Pemadangan Kecamatan

Panjang Kota Bandar Lampung”, maka peneliti akan memberikan batasan

pada skripsi ini dan menjelaskan istilah-istilah yang terdapat didalamnya,

adapun istilah yang di maksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Interaksi merupakan bentuk utama dari proses sosial, aktivitas sosial

terjadi karena adanya aktivitas dari manusia dalam hubungannya dengan

manusia lain. Yang bertindak, yang berhubungan itu adalah manusia.1

Interkasi sosial merupakan suatu hubungan sosial yang menyangkut

hubungan antar orang-perorang, antar kelompok-kelompok maupun antar

orang perkelompok.

Interaksi sosial dalam penelitian ini mengenai bagaimana proses

interaksi Pekerja Seks Komersial, yang terjadi dalam kehidupan sosial pada

masyarakat yang terdapat di daerah lokalisasi pemadangan kecamatan

Panjang kota Bandar Lampung. Interaksi sosial dalam penelitian lebih

1
Soleman. taneko B, Struktur Dan Proses Sosial Suatau Pengantar Sosiologi Pembangunan
(Jakarta: Rajawali, 2000). h, 110.

1
2

ditekankan pada interaksi yang terjadi dengan masyarakat dan pekerja seks

komersial baik dalam bentuk asosiatif maupun disosiatif.

Pekerja seks komersial adalah aktivitas penjualan diri baik yang

dilakukan pada wanita ataupun pria dengan cara memperjual belikan tubuh,

kehormatan dan kepribadian kepada banyak orang untuk memenuhi

keinginan hubungan seksual dengan imbalan pembayaran.2 Pekerja seks

komerisal pada penelitian ini adalah PSK yang berada di tempat Lokalisasi

Pemandangan Kecamatan Panjang Kota Bandar lampung. Pekerja seks

komersial yang berinterkasi dengan masyarakat yang berada didaerah

tersebut, maupun berinteraksi dengan sesame pekerja seks komersial lainya.

Menurut Perda Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012,

mengenai Penataan dan Pembentukan Kelurahan dan Kecamatan, letak

geografis dan wilayah administratif Kecamatan Panjang berasal dari sebagian

wilayah geografis dan administrasi Kecamatan Panjang dan Kecamatan Teluk

Betung Selatan.3

Berdasarkan istilah-istilah yang ada dalam penegasan judul, yang

dimaksud yang dimaksud pada penelitian ini adalah dengan judul “Interaksi

Sosial Dan Keberagamaan Pekerja Seks Komersial (PSK) Di Kecamatan

Panjang Kota Bandar Lampung”. Dimana peneliti ingin mengetahui

bagaimana interaksi sosial Pekerja Seks Komersial (PSK) dan kebergamaan

yang mereka jalani sehari-harinya di dalam masyarakat kecamatan Panjang

2
Kartini Kartono, Patologi Sosial Jilid 1 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011).h. 216
3
R. Dmanaryanti, „Pofil Kecamatan Panjang‟, (online) terdapat di hhtps//
repostrory.radenintan.ac.id.htm. (04 Mei 2019).
3

Kota Bandar Lampung. Dengan tujuan untuk memahami proses interaksi

sosial dan keberagamaan Pekerja Seks Komersial (PSK).

B. Alasan Memilih Judul

Setelah memperhatikan latar belakang yang penulis uraikan, ada

beberapa alasan yang menjadi dasar bagi pe nulis memilih judul “Interaksi

Sosial Pekerja Seks Komersial (PSK) Di Tempat Lokalisasi Pemadangan

Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung”. Adapun alasan memilih

judul penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Alasan Objektif

a. Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik yang terjadi dimana

dan kapan saja. Hal ini juga terjadi pada Pekerja Seks Komersial

dimana di dalam masyarakat Pekerjaan ini di anggap kotor dan tidak

bermoral. Namun ada pula masyarakat yang menganggap bahwa

pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang biasa bahkan membawa

keuntungan dalam masyarakat lokalisasi pemandangan .

b. Interaksi Sosial Pekerja Seks Komersial (Psk) Kecamatan Panjang

Kota Bandar Lampung adalah salah satu alasan peneliti untuk tertarik

melakukan penelitian, alasan peneliti memilih Pekerja Seks

Komersial (PSK) karena seperti yang kita ketahui bahwa PSK ini

memiliki pandangan buruk di dalam masyarakat. Maka dari itu

peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana interaksi PSK dengan

masyarakat dan bagaimana interaksi PSK dengan PSK lainya.


4

2. Alasan subjektif

a. Pada dasarnya didalam penelitian tersebur, factor yang dapat diperoleh

seperti data-data yang dibutuhkan, sumber informan, literature, dan

waktu yang cukup untuk memudahkan penelitian.

b. Pembahasan skripsi ini berkaitan dengan bidang keilmuan yang

peneliti pelajari di Fakultas Usuhuluddin UIN Raden Intan Lampung.

Serta berdasarkan data fakultas, belum ada yang membahas pokok

permasalahan ini, sehingga memungkinkan peneliti mengangkatnya

sabagai judul skripsi.

C. Latar Belakang Masalah

Masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu “musyarak” yang artinya

hubungan atau interaksi. Sehinga definisi masyarakat adalah suatu kelompok

manusia yang hidup bersama-sama disuatu wilayah dan saling berinteraksi

dalam komunitas teratur. Suatu masyarakat terbentuk karena setiap, manusia

menggunakan perasaan, pikiran, dan hasratnya untuk bereaksi terhadap

lingkungannya. Masyarakat ialah perkumpulan makhluk sosial sama sama

“bergaul”, dan disebut juga dengan, “berinteraksi”. Masyarakat harus

memiliki wadah untuk berinteraksi satu dengan lainya. Misalnya sebuah

Negara yang menjadi wadah untuk masyarakatnya , saling berinteraksi


5

dengan berulang ulang, dengan terus meingkat. Dengan adanya wadah yang

diperuntukan bagi masyarakat untuk saling berinteraksi, namun sebaliknya

masyarakat membutuhkan banyak peluang agar bisa saling berinteraksi.

Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang beriteraksi

berdasarkan peraturan adat-istiadat yang berlaku dan bersifat tetap ,hal ini

diterapkan dalam kehidupan suatu ras identitas bersama. Hal ini menunjukan

bahwa manusia adalah makhluk sosial yang secara kodratinya saling

membutuhkan satu sama lain.4 Pada hakikatnya, manusia tidak dapat hidup

sendiri, ia memerlukan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal

itu terjadi karena secara biologis, manusia membutuhkan yang lain untuk

hidup berkelompok atau bermasyarakat.5

Masyarakat senantiasa memiliki apresiasi yang terdapat dalam

kehidupanya. Apresiasi yang didapatkan didalam kehidupan masyarakat

mengapresiasi yang didapatkan dalam kehidupan masyarakat berpengaruh

pada posisi status sosial yang berada dalam lingkungan tersebut. Di dalam

suatu kehidupan masyarakat status sosial di padangan memalui kekayaan

material yang dimiliki seseorang, semakin banyak kekayaan yang dimiliki

maka posisi yang didapatkan semaki tinggi .

Masyarakat sebagai community dapat dilihat dari dua sudut pandang:

yang pertama, memandang community sebagai unsur statis, artinya

masyarakat terbentuk dalam suatu wadah dengan batasan-batasan tertentu,

4
Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, Dan Terapan (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012).h.30.
5
Agung Tri Haryanta dan Eko Sujatmiko, Kamus Sosiologi (Surakarta: Aksarra,
2012).h.137
6

maka ia menunjukan bagian dari kesatuan-kesatuan masyarakat sehingga ia

dapat disebut pulasebagai masyarakat setempat, misalnya kampung, dusun

atau kota-kota kecil. Kedua, community dipandang sebagai unsur yang

dinamis, artinya menyangkut suatu proses yang terbentuk melalui faktor

psikologis dan hubungan antara manusia, maka didalamnya terkandung

unsur-unsur kepentingan, keinginan atau tujuan-tujuan yang sifatnya

fungsional. Dari kedua ciri khusus yang di kemukakan di atas, berarti dapat

diduga bahwa apabila suatu masyarakat tidak memenuhi syarat tersebut,

maka ia dapat disebut masyarakat dalamarti society. Masyarakat dalam arti

society terdapat interaksi sosial di dalamnya.6

Interaksi sosial merupakan suatu hubungan timbal balik yang terjadi

dinamis antara dua individu, antara individu dan individu, individu dan

kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok baik dalam kerja sama,

persaingan, ataupun konflik. Dalam Interaksi sosial terdapat proses-proses

sosial, seperti proses-proses tingkah laku yang berkaitkan dengan struktur

sosial. Interaksi sosial bisa terjadi dimanapun misalnya dipasar, diladang, atau

di dalam rapat, dan dimana saja karena memang di dalam interaksi sosial.

Interaksi sosial adalah unsurutama dalam kehidupan sosial, tanpa interaksi

maka ridak mungking adanya kehidupan bersadalah unsurutama dalam

kehidupan sosial, tanpa interaksi maka tidak mungking adanya kehidupan tak

akan mungkin ada kehidupan bersama, pertemuan individu secara fisik saja

tidak akan membentuk suatu interaksi dalam kehidupan sosial. Interaksi akan

6
Abdulsyani, Sosiologi Skematika,Teori Dan Terapan………..h.33.
7

terjadi apabila individu dan kelompok manusia saling berhubungan secara

terus menerus dan memiliki tujuan bersama dalam kehidupan bermasyarakat.

Hal ini menunjukkan didalam masyarakat terdapat hubungan yang dinamis.

Interaksi sosial merupakan hubungan yang terjadi pada individu dan

antar ke pada individu dan antar kelompok makhluk manusia. Interaksi sosial

terdapat dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu: kontak sosial dan komunikasi.

Kontak sosial akan terjadi antar individu dengan individu, individu dengan

kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Proses Sosial merupakan

Interaksi Sosial yang menjadi syarat utama yang akan menghasilkan aktifitas

aktifitas sosial.

Interaksi sosial memiliki hubungan yang dinamis berkaitan dengaan

hubungan antar individu satu dengan lainnya dan antar kelompak satu dengan

kelompok lainya. Terjadinya interaksi sosial dengan adanya pertemuan dua

orang saling berbicara dan berjabat tangan antara satu dengan lainya. Hal ini

disebut dengan aktivitas yang terdapat didalam proses interaksi sosial.

Interkasi sosial juga bisa dikatakan dengan proses fungproses

fungproses fungproses fundamental dalam kehidupan sosial masyarakat.

Didalam interaksi sosial terdapat tipe tipe yang berpengaruh pada ciri ciri

yang di perlihatkan oleh masyarakat. Namun interaksi sosial juga dapat

dipengaruhi oleh norma-norma sosial yang berlaku didalam masyarakat.7

Setiap individu pasti mempunyai kebutuhan yang harus terpenuhi,

dalam memenuhi segala kebutuhan tersebut individu diharuskan berkerja

7
Sujatmiko, Kamus Sosiologi……h. 9.
8

guna melanjutkan hidupnya. Dengan cara berkerja atau mencari nafkah maka

masyarakat akan bisa memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan keluarganya.

Untuk itu individu diharuskan untuk berkerja agar mendapatkan uang seperti

halnya yang kita ketahui bahwa uang adalah sebagai alat tukar. Orang

membutuhkan uang untuk membeli apa saja yang dibutuhkan dalam

kehidupan salah satunya adalah makanan. Karena makanan menjadi sumber

pokok dalam tubuh kita, dengan makan terus memberikan asupan kepada

tubuh kita agar bisa terus beraktivitas.

Hal ini yang menjadikan keharusan individu untuk terus memenuhi

kebutuhannya dengan cara apapun, dan terkadang individu itu menghalalkan

segalacara, walaupun perkerjaannya dianggap tabu dikalangan masyarakat

lainya. Apalagi sebagai masyarakat kalangan bawah, maka timbulah para

pekerja seks komersial atau yang sering disebut juga dengan protitusi.

Fenomena ini terjadi secara terus menerus berkembang dan belum bisa

terselesaikan dari masa ke masa, fenomena yang dimaksud yaitu perek/

pelacur/ wanita panggilan dan masih banyak lagi sebutan lain untuk pekerjaan

itu, yang pada akhir perkembangan selanjutnya dihaluskan menjadi wanita

tuna susila dan diperhalus lagi menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK). PSK

adalah istilah yang diberikan kepada seseorang wanita yang menyediakan

dirinya kepada banyak laki-laki untuk mengadakan hubungan seksual dengan

mendapatkan imbalan berupa uang.

Pekerja Seks Komersial atau sering disebut dengan PSK bisa

diartikan sebagai masalah sosial, tidak susila atau gagal menyesuaikan diri
9

terhadap norma-norma susila. Maka PSK merupakan wanita yang tidak

pantas kelakuannya dan bisa mendatangkan mala/celaka dan penyakit, baik

kepada orang lain yang bergaul dengan dirinya, maupun kepada diri sendiri.

PSK dipandang sebagai wanita yang kurang beradab karena keroyalan relasi

seksualnya, dalam bentuk penyerahan diri kepada banyak laki-laki untuk

pemuasan seksualnya, kemudian mendapatkan suatu imbalan jasa bagi

pelayanannya. Pekerja seks komersial adalah aktivitas penjualan diri baik

perempuan maupun laki-laki dengan jalan memperjualbelikan badan,

kehormatan dan kepribadian kepada banyak orang untuk memuaskan nafsu-

nafsu seks dengan imbalan pembayaran.8 Dengan imbalan pembayaran PSK

bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari , melunasi utang, keuntungan material,

atau hanya sekedar pemenuhan gaya hidup dan kebutuhan kebutuhan lainya

yang harus dia penuhi.

Pekerja Seks Komersial (PSK) dan mucikari, dianggap sebagai profesi

menggiurkan oleh sebagian besar orang, karena mampu mendatangkan uang

yang cukup menggiurkan, sehingga kegiatan melacur tidak semakin menurun

jumlahnya secara kuantitas, tetapi justru bertambah banyak. Dari catatan dan

perhitungan Biro Riset Infobank (BIRL), hasil dari transaksi dalam satu bulan

sepanjag tahun 2012 saja mencapai Rp 5,5 triliun. 9

Perhitungan ini berdasarkan asumsi jumlah PSK di Indonesia yang

dilansir oleh beberapa lembaga, seperti United Nations Development

Programme(UNDP), Dinas Sosial, dan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA)

8
Kartini Kartono, Patologi sosial Jilid I…..h.216.
9
Mudjijono Sarkem, Reproduksi Sosial Pelacuran (Yogyakarta: Gadjah Mada, 2006).h.8
10

bahwa jumlah PSK di Indonesia selama kurun 2011 saja sudah mencapai

193.000 s.d 272.000 ribu orang,apalagi sekarang tahun 2016 tentunyalebih

dari itu.10 Protitusi merupakan fenomena yang sudah ada sejak lama di dunia,

tidak terkecuali di Indonesia. Protitusi di Indonesia bermula sejak zaman

kerajaan-kerajaan Jawa yang menggunakan komoditas wanita sebagai bagian

dari sistem feodal.

Wanita pekerja seks komersial dianggap sebagai pekerjaan yang

menjanjikan karena dengan menjadi wanita pekerja seks komersial, uang

dapat dengan mudah diperoleh sehingga kebutuhan sehari-hari bisa terpenuhi

namun dibalik itu semua, wanita pekerja seks komersial mengalami konflik

dalam dirinya, baik konflik kepentingan antara rasa membutuhkan uang dan

perasaan berdosa.

Di Indonesia pekerja seks komersial sudah tidak asing lagi ditelinga

masyarakat, seperti halnya dikota Bandar Lampung tepatnya di kecamatan

Panjang. Panjang adalah salah satu kecamatan yang ada di Lampung.

Dikecamatan tersebut terdapat pelabuhan yang bernama Peti Kemas. Selain

terkenal dangan pelabuhan Peti Kemas, Panjang juga terkenal sebagai

tempatnya protitusi dan pekerja seks komersial. Sebagian masyarakat

khususnya wanita disana bila malam berpropesi sebagai pekerja seks

komersial.

Masyarakat disana bukanlah masyarakat asli melainkan masyarakat

pendatang (perantau) yang mengadu nasib demi sesuap nasi dan kebutuhan

10
Nilaparanitha, „Negri Darurat Pelacuran Dan Seks Bebas‟ (online) terdapat di https//:
Blogspot.com.htm. (16 november 2018).
11

lainnya di kampung tersebut. Permasalahan mendasar yang terjadi dalam

masyarakat adalah adanya anggapan bahwa masalah prostitusi sebagai

masalah moral. Para perekrja seks komersial dianggap sebagai pihak yang

tidak bermoral dan berada pada pihak yang berdosa. Banyak hal yang

menyebabkan wanita menjadi pekerja seks komersial antara lain yaitu:

tekanan ekonomi, dedikasi moral yang merosot, perkembangan kota-kota

daerah pelabuhan dan industri yang mengakibatkan ketidak seimbangan rasio

kaum pria dan wanita didaerah tersebut. 11

Dalam masyarakat bukan hanya terdapat gejala-gejala ataupun

fenomena sosial saja, namun didalam masyarakat juga terdapat suatu

kepercayaan atau keyakinan yang menjadi pedoman hidup. Dengan adanya

suatu kepercayaan tersebut maka hidup masyarakat akan lebih teratur dan

kepercayaan tersebut berada dalam suatu sistem yaitu agama. Hal ini juga

terjadi dalam diri seorang Pekerja Seks Komersial yang mayoritas Para

Pekerja Seks Komersial ini memiliki kepercayaan atau keyakinan untuk

menjadi pedoman dalam kehidupanya. Moyoritas Para pekerja Seks

Komersial beragama Islam. Dalam Islam praktek prostitusi ini sangatlah

ditentang dan diibaratkan sebagai tindakan yang keji, hal ini diungkapkan

dalam surat Al-Isra‟ayat 32:



11
Kiki Muhamad Hakiki, Religi Pekerja Seks Komersial Antara Ambisi Kemapanan Dan
Kehampaan Spiritualitas (Sukarame Bandar Lampung: Lembaga Penelitian Dan Penganbdian
Kepada Masyarakat, 2016).h. 7.
12

Artinya:“Dan janganlah kamu mendekati zina; karena sesungguhnya zina itu


adalah perbuatan yang keji.
Berdasarkan ayat Al-Qur‟an diatas terlihat jelas bahwasanya

jangankan berbuat prostitusi, mendekatinya saja diharamkan. Karena sebab

itu, Islam memberikan jalan keluar dengan mensyariatkan pernikahan agar

terhindar dari perbuatan zina.

Namun Praktek prostitusi saat ini telah dianggap sebagai suatuhal

yang biasa bagi masyarakat khususnya kaum hawa, hal ini sebagai besar

disebabkan karena mereka tidak dapat mencukupi kebutuhan ekonomi yang

sekarang ini semuanya serba mahal.

Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang diatas, hal tersebut

menjadi fenomena dan fakta yang ada di kecamatan Panjang, berdasarkan

pemaparan didalam latarbelakang masalah tersebut penulis tertarik untuk

mengetahui dan melalukan penelitian yang lebih mendalam mengenai

“Interaksi Sosial Pekerja Seks Komersial (PSK) Di Tempat Lokalisasi

Pemadangan Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung”.

D. Fokus Penelitian

Peneliti memfokuskan penelitiannya pada interaksi sosial Pekerja

Seks Komersial dengan masyarakat dan bagaimana interaksi pekerja seks

komersial dengan pekerja seks komesial lainnya yang ada di tempat lokalisasi

pemadangan kecamatan panjang kota Bandar Lampung.


13

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil beberapa

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah interaksi sosial Pekerja Seks Komersial (PSK) dengan

masyarakat di tempat lokalisasi pemadangan Kecamatan Panjang

Bandar Lampung?

2. Bagaimanakah bentuk interaksi sosial Pekerja Seks Komersial (PSK)

dan masyarakat di tempat lokalisasi pemadangan Kecamatan Panjang

Bandar Lampung?

F. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah suatu hal yang ingin dicapai dalam sebuah

penelitian. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui interaksi sosial Pekerja Seks Komersial (PSK)

dengan masyarakat di tempat lokalisasi pemadangan Kecamatan

Panjang Bandar Lampung.

2. Untuk mengetahui bentuk Interaksi Sosial Pekerja Seks Komersial

Dengan Masyarakat Di Tempat Lokalisasi Pemadangan Kecamatan

Panjang Kota Bandar Lampung.


14

G. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah dampak dari tercapainya tujuan, serta

untuk menjelaskan tentang manfaat dari penelitian yang dilakukan oleh

peneliti kegunaan dalam penelitian ini adalah:

1. Kegunaan teroritis dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan

model teori interaksi sosial yang mempunyai kolerasi yang tentang

hubungan interaksi.

2. Kegunaan praktis dapat memberikan masukan bagi pemerintah tentang

pembinaan PSK dan pengelolaan tempat bagi PSK dapat diatur dan

dikelola dengan baik.

H. Tinjauan Pustaka

Bersumber dari hasil penelitian sebelumnya, hal ini dapat dijelaskan

skripsi sebagai berikut:

1. Rahma Afriyanti “Interaksi Psk (Pekerja Seks Komersial) Di Kota

Makasar” menjelaskan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada

hakekatnya pekerja seks komersial (PSK) adalah seseorang yang

bekerja menjual jasa/tubuh untuk dapat bertahan hidup dari tuntutan

ekonomi. Bentuk dan pola interaksi sosial PSK yang dilakukan pada

lingkungan keluarga, lingkungan sosial, dan lingkungan profesi telah

mengalami berbagai masalah, baik yang bersifat asosiatif maupun yang

bersifat disosiatif karena hubungan komunikasi yang dilakukan selalu


15

mengalami proses-proses sosial yang selalu berubah sesuai dengan

kondisi yang ada di masyarakat.12 Persamaan dari penelitian diatas

denagan skripsi penulis yaitu sama-sama melihat mengenai interaksi

pekerja seks. Adapun perbedaanya adalah peneliti diatas adalah

mengenai hasil dan lokasi penelitian penulis skripsi.

2. Dessaria Naila Mahda “Kehidupan Keberagamaan Pekerja Seks

Komersial (Studi Kasus Pada Wisata Spiritual Jum‟at Kliwon Dan

Selasa Kliwon Di Parang Kusumo)”. Menjelaskan bahwa penelitian

bertujuan untuk mengetahui sisi keberagamaan PSK di

Parangkusomo.13 Persamaan dari penelitian diatas dengan penulis

skripsi yaitu sama-sama meneliti tentang keberagamaan PSK. Adapun

perbedaanya yaitu peneliti diatas hanya memfokuskan pada masalah

keberagamaan PSK saja, namun penulis skripsi disini juga tidak hanya

melakukan penelitian terhadap keberagamaan PSK saja tetapi pada

interaksi sosial nya juga.

3. Dr. kiki muhamad hakiki “Religi Pekerja Seks Komersial Antara

Ambisi Kemapanan Dan Kehampaan Spritualitas (PSK)”. Mejelaskan

bahwa penelitian ini melihat keagamaan yang unik pada PSK laksana

manusia berwajah ganda dalam teori dramaturgi. Disatu sisi ia harus

menunjukan banyak bahagia bahkan terlihat binal untuk terlihat

12
Rahma Afriyanti, Interaksi Sosial Pekerja Seks Komersial Di Kota Semarang (Makasar:
Skripsi Diajukanuntuk Memenuhi Salah Satu Syaratmeraih Gelat Sarjana Sosial Jurusan Sosiologi
Agama Pada Fakultas Ushuluddin, Filasat, Dan Politik UIN Alauddin,Makasar, 2014).h.34.
13
Dessaria Naila Mahda, Kehidupan Keberagamaan Pekerja Seks Komersial (Yogyakarta:
Skripsi Program Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Sosial
Fakutas Ilmu Sosial Dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga, 2017).h.46.
16

menarik bagi pria “ Hidung belang” demi sebuah kemapanan ekonomi,

disisi lain , mereka adalah sosok perempuan yang lemah, krisis

kepercayaan dan spritualitas. Persamaan daripenelitian diatas yaitu

sama-sama ingin mengetahui lebih dalam mengenai kehidupan para

Pekerja Seks Komersial. Perbedaan dari penelitian ini yaitu pada

penelitian diatas terfokus pada kehidupan keagamaan PSK namun pada

penelitian ini lebih terfokus pada kehidupan sosial nya. 14

I. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan tertentu.15 Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan penelitian kualitatif, penelitian ini dilakukan pada objek yang

alamiah, objek yang berkembang apa adanya, tidak dibuat-buat dan

dimanipulasi oleh penelitinya, dan kehadiran penelitinya tidak mempengaruhi

keadaan pada objek yang diteliti.16 Pada bagian ini akan dijelaskan tentang

hal yang berkaitan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Pendekatan Dan Prosedur Penelitian

Metode pendekatan yang di gunakan oleh peneliti dalam

penelitian ini adalah metode pendekatan sosiologis.

a. Pendekatan

14
Kiki Muhamad Hakiki, Religi Pekerja Seks Komersial Antara Ambisi Kemapanan Dan
Kehampaan Spritualitas………..h.48.
15
Sugiyono, Metedologi Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif (bandung: alfabeta, 2014).h.8
16
Ibid.
17

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif

yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang

apa yang dialami subyek penelitian, tentang Interaksi Sosial yang

meliputi, Interaksi Sosial PSK dengan masyarakat, dengan sesama

PSK, PSK dengan Pengasuh, dan Pengasuh dengan Masyarakat,

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode ilmiah. Pendekatan penelitian ini adalah untuk mengetahui

interaksi sosial pekerja seks komersial (PSK) dengan masyarakat di

tempat lokalisasi pemandangan panjangnkota bandar lampung , serta

mengetahui dampak negatif dan positif yang diterima masyarakat

dengan adanya PSK.

b. Prosedur penelitian

Prosedur Penelitian yang digunakan dalam oenelitian ini

antara lain yaitu:

1) Pembuatan Rancangan Penelitian

Dalam proses ini peneliti mulai menentukan masalah

yang akan di kaji, studi pendahulu, membuat rumusan

masalah, tujuan, manfaat, mencari landasan teori, menentukan

hipotesis, menetukan metode penelitian dan mencari sumber-

sumber yang berkaitan dengan Interaksi Sosial Pekerja Seks

Komersial (PSK) .

2) Pelaksanaan Penelitian
18

Proses pelaksanaan penelitian dilapangan, peneliti

mencari dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan

Interaksi Sosial Pekerja Seks Komersial (PSK) di tempat

lokalisasi pemandangan untuk menjawab masalah yang ada.

Analisis data yang diperoleh melalui observasi, wawancara,

dan dokumentasi. Sehingga dapat ditarik oleh peneliti menjadi

kesimpulan dari data tersebut.

3) Pembuatan Laporan Penelitian

Proses pembuatan laporan dalam penelitian ini, peneliti

melaporkan hasil yang didapat didalam penelitian sesuai

dengan data yang telah diperoleh Di Tempat Lokalisasi

Pemandangan Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung .

kemudian, laporan penelitian dikonsultasikan dengan dosen

pembimbing I dan II untuk memperoleh masukan demi

penyempurnaan laporan.

Agar memudahkan dalam pembuatan laporan ini,

peneliti membagi kedalam lima bab secara terperinci, sebagai

berikut: BAB I pendahuluan berisi desain penelitian research

design) yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus

penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikasi

penelitian, tinjauan pustaka dan metodologi penelitian. BAB II

landasan teori yang meliputi konsep interaksi sosia, Pekerja

Seks Komersial. BAB III tentang gambaran umum diperoleh


19

Di Tempat Lokalisasi Pemandangan Kecamatan Panjang Kota

Bandar Lampung. BAB IV analisis hasil penelitian mengenai

Interaksi Sosial Pekerja Seks Komersial (PSK) Di Tempat

Lokalisasi Pemandangan Kecamatan Panjang Kota Bandar

Lampung. BAB V penutup yang terdiri dari kesimpulan dan

saran-saran.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yaitu menghubungkan peneliti pada

pendekatan dan metode yang sesuai untuk mengumpulkan dan

menganalisis data empiris. Penelitian ini merupakan termasuk kedalam

desain penelitian studi kasus. Studikasus merupakan tipe pendekatan

dalam penelitian yang penelaahanya kepada satu kasus dilakukan secara

intensif, mendalam, mendetail, dan komprehensif.17 Penelitian ini

bertujuan untuk mengeksplorasi secara mendalam suatu aktifitas interaksi

sosial pekerja seks komersial dan bentuk interasi sosial pekerja seks

komersial.

3. Parsitipan Dan Tempat penelitian

a. Partisipan

Pada dasarnya penelitian kualitatif berangkat dari kasus

tertentu, seperti pendapat sparadley yang dinamakan sosial situation

atau situasi sosialyang terdiri atas tiga elemen yaitu : tempat, pelaku,

dan aktivitas yang berintegrasi secara sinergis. Dalam penelitian

17
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi,
(Jakarta:Rajawali Pers, 2010), h. 22.
20

kualitartif tidak menggunakan istilah populasi, namun dapat

menunjuk bebas siapa informan yang dijadikan objek atau situasi

yang diteliti. Artinya bebas dalam hal ini ialah dalam pemilihan

informan sudah masuk dalam pertimbangan-pertimbang tertentu dan

yang dianggap paling tahu tentang apa yang diperlukan oleh

peneliti.18 Sampel dalam penelitian kualitatif disebut narasumber

partisipan atau informan. Menurut Hendarsono informan penelitian

meliputi tiga macam yaitu:

1. Informan kunci (key informan), adalah informan yang

mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang

diperlukan dalam penelitian.

2. Informan utama, adalah informan yang terlibat secara langsung

dalam interaksi sosial yang diteliti.

3. Informan tambahan, adalah informan yang dapat memberikan

informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi

sosial yang diteliti.

Berdasarkan uraian diatas yang dijadikan sebagai informan

pada penelitian ini adalah yang telah mewakili dan disesuaikan

dengan peranannya. Maka dalam penelitian ini menggunakan

informan yang terdiri dari:

1) Informan kunci , yaitu Rt Ditempat Lokalisasi Pemandangan

Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung .

18
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Rdan D (bandung: alfabeta,
2016).h.297.
21

2) Informan utama, yaitu Pekerja Seks Komersial.

3) Informan tambahan, yaitu Masyarakat Ditempat Lokalisasi

Pemandangan Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung.

b. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di daerah lokalisasi kecamatan

Panjang Kota Bandar Lampung. Peneliti memilih lingkungan

lokalisasi, Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung sebagai

tempat penelitian karena menurut peneliti sesuai dengan

permasalahan yang akan di teliti mengenai interaksi sosial dan

keberagamaan Pekerja Seks Komersial (PSK).

4. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Metode

pengumpulan data untuk kepentingan penelitian. Dalam penelitian ini

ada 3 tahap, yaitu observasi, wawancara atau interview, dan dokumentasi

untuk memudahkan mendapatkan data dan hasil dari suatu penelitian

tersebut.

a. Metode Observasi

Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa observasi merupakan

suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari

berbagai proses biologis dan psikologis. Adapun dua diantara yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik

penngumpulan data dengan observasi digunakan bila, peneliti


22

berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam,

dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.19

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi

non partisipan pada Pekerja Seks Komersial Kecamatan Panjang

Kota Bandar lampung, untuk mengamati objek penelitian dan

mendapatkan informasi mengenai interaksi sosial PSK.

b. Metode Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka

antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai,

dengan atau tanpa menggunakan pedoman(guide) wawancara,

dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial

yang relatif lama.20

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara tidak tersruktur, yang merupakan wawancara yang bebas

dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang sudah

tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

dalam wawancara ini yang menjadi informan adalah ketua RT dan

Pekerja Seks Komersial Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung.

c. Metode Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

19
Sugiyono, Metode Penelitian Bisni (bandung: alfabeta, 2018).h.229
20
Burhan Bugin, Penelitian Kualitatif (bandung: alfabeta, 2006).h.111.
23

monumental dari seseorang.21 Peneliti menggunakan metode ini

untuk mendapatkan data tertulis yang sesuai dengan keperluan

penelitian dan sebagai pelengkap untuk mencari data yang objektif.

5. Prosedur Analisis Data

Analisa data adalah penanganan terhadap objek ilmiah tertentu

dengan jalan memilah-milah antara pengertian yang satu dengan

pengertian yang lainnya untuk memperoleh kejelasan.22 kemudian,

setelah semua adat terkumpulkan dengan lengkap dari lapangan,

selanjutnya ada tahap analisa data. Tahap ini merupakan yang penting

dan menentukan makna dan nilai yang terkandung dalam data. Pada

tahap inilah data diolah dan dianalisa sedemikian rupa sampai berhasil

menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang diajukan dalam penelitian.23

Proses penganalisaannya digunakan metode analisa kualitatif,

yaitu apabila data yang dikumpulkan hanya sedikit, bersifat monografi

atau berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam suatu

struktur klasifikatoris, maka analisa pasti kualitatif. Metode ini peneliti

gunakan untuk menganalisa data yang telah diperoleh dengan

memberikan jawaban terhadap permasalahan yag ada di dalam

penelitian.24

21
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis………….h.466.
22
Soejono Soekamargono, Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan (yogyakata: nurcahaya,
2014).h.41.
23
Ibid, h, 43
24
Ibid, h, 44.
24

Ketika data yang dibutuhkan terkumpul sesuai dengan yang

telah ditentukan maka langkah selanjutnya yaitu mengumpulkan dan

mengelola data yang sudah dikumpulkan dengan cara mengklarifikasikan

semua jawaban untuk dianalisis data yang diperoleh dari lapangan

selanjutnya akan dianalisis menggunaan teknik analisis kualitatif. Teknik

analisis kualitatif digambarkan dengan kata-kata atau kalimat, kemudian

dipisahkan menurut kategori untuk di tarik kesimpulan.

6. Pemeriksaan Keabsahan Data

Penarikan kesimpulan pada penelitian ini adalah induktif.

Menurut Suriasumantri metode induktif adalah suatu proses berfikir yang

berupa penarikan kesimpulan yang umum atau dasar pengetahuan tentang

hal-hal yang khusus,artinya dari fakta-fakta yang ada dapat ditarik

kesimpulan. Pada teorisasi induktif ini menggunakan data sebagai pijakan

awal dalam melakukan penelitian. Data data yang didapat dilapangan

kemudian dianalisis dan selanjutya ditarik kesimpulan. Penarikan

kesimpulan berguna untuk merangkum hasil akhir dari suatu penelitian.


25

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Interaksi Sosial

1. Pengertian Interaksi Sosial

Manusia sebagai makhluk multidimengsional, memiliki akal

pikiran dan kemampuan untuk berinteraksi secara personal maupun

sosial. Manusia selalu melakukan hubungan timbal balik dengan manusia

yang lainnya yakni dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dalam kehidupan manusia selalu dihadapkan dengan hubungan bersama,

antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Interaksi ini

terjadi apabila seorang individu melakukan suatu tindakan yang

menimbulkan suatu reaksi dari individu-individu yang lain, sehingga

terjadi suatu interaksi dalam kehidupan sosial.25

Pengetahuan tentang proses-proses sosial memungkinkan

seseorang untuk memperoleh pengertian mengenai segi yang dinamis

dari masyarakat atau gerak masyarakat. Dahulu banyak sarjana sosiologi

yang menyamakan perubahan sosial, karena ingin melepaskan diri dari

titik berat pandangan para sarjana sosiologi klasik yang lebih menitik

beratkan pada struktur daripada masyarakat.26 Interaksi sosial merupakan

suatu hubungan antara individu satu dengan yang lainnya dimana

25
M. Burhan Bugin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Prenadamedia Gruop, 2006).h.25.
26
Bagus Priyanto, Interaksi Sosial Anak Anak Jalanan Dengan Teman Sebaya Di Yayasan
Setara Kota Semarang, Skripsi. (semarang: skripsi universitas semarang).h.101

25
26

individu yang satu dapat mempengaruhi individu yang lainnya sehingga

terdapat hubungan yang saling timbal balik.27

Sebagai makhluk sosial manusia selalu mengadakan interaksi

dengan manusia lainya untuk melakukan aktivitas – aktivitas dalam

kehidupannya. Interaksi sosial adalah proses dimana antara individu

dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan

kelompok berhubungan satu dengan yang lainya. 28 Interaksi sosial

merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, tanpa interaksi sosial tak

akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya manusia dengan

manusia lain tidak akan menghasilkan pergaulan tanpa adanya interaksi

sosial. Terjadinya interaksi sosial akan menghasilkan aktivitas – aktivitas

sosial. Pada dasarnya interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya

aktifitas sosial. Interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan,

interaksi sosial ini tidak akan terjadi apabila tidak memiliki dua syarat

yaitu adanya kontak sosial dan adanya suatu komunikasi.29

Interaksi sosial terjadi apabila memenuhi dua syarat, yaitu

adanya kontak sosial dan adanya komunikasi. Kontak sosial dapat terjadi

antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, dan

antara kelompok dengan kelompok. Kontak sosial juga bersifat primer

jika itu terjadi secara langsung atau face-to-face, dan sekunder jika

hubungan itu melalui perantara orang atau media lainnya. Sementara

27
Soejono Soekanto, Sosiologi Pengantar (Jakarta: Rajawali, 2006).h. 53.
28
bimo walgito dalam tri Dayaksini, Pengantar Psikologi Umum (yogyakarta: C.V andi
offset, 2009).h119.
29
bagong narwoko, j. dwi dan suyanto, Teks Pengantar Dan Terapan (Jakarta: pernada
media group, 2006).h.20.
27

komunikasi baik verbal maupun nonverbal merupakan saluran untuk

menyampaikan perasaan ataupun ide/pikiran dan sekaligus sebagai media

untuk dapat menafsirkan atau memahami pikiran atau perasaan orang

lain.30

Berlangsungnya perubahan-perubahan sosial yang serba cepat

dan perkembangan yang tidak sama dalam kebudayaan, mengakibatkan

ketidakmampuan banyak individu untuk menyesuaikan diri,

mengakibatkan timbulnya disharmoni, konflik-konflik exsternal dan

internal, juga disorganisasi dalam masyarakat dan dalam pribadi.

Peristiwa-peristiwa tersebut di atas memudahkan individu menggunakan

pola-pola respons/reaksi yang inkonvensional atau menyimpang dari

pola-pola umum yang berlaku. Interaksi sosial adalah hubungan dinamis

yang mempertemukan orang dengan orang, kelompok dengan kelompok

maupun orang dengan kelompok manusia. Bentuknya tidak hanya

bersifat kerjasama, tetapi juga berbentuk tindakan persaingan, pertikaian

dan sejenisnya.31

2. Bentuk- Bentuk Dasar Interaksi Sosial

Definisi bentuk-bentuk interaksi sosial. Defenisi bentuk-bentuk

interaksi sosial yang berkaitan dengan proses asosiatif dapat terbagi atas

bentuk kerja sama, akomodasi, dan asimilasi.32

30
Soerjono Soekanto, Faktor Faktor Dasar Interaksi Sosial Dan Kepatuhan Pada Hukum
(jakarta: PT. rajagrafindopersada, 2006).h.491.
31
Soejono Soekanto, Pengantar Sosiologi……..h. 59.
32
Basrowi, Pengantar Sosiologi (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005).h.138.
28

a. Kerjasama merupakan suatu usaha bersama individu dengan

individu atau kelompok-kelompok untuk mencapai satu atau

beberapa tujuan.

b. Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan, dimana terjadi

suatukeseimbangan dalam interaksi antara individu - individu atau

kelompok kelompok manusia berkaitan dengan norma - norma

sosial dan nilai - nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat.33

c. Usaha itu dilakukan untuk mencapai suatu kestabilan.

Asimilasi merupakan suatu proses dimana pihak-pihak yang

berinteraksi mengindentifikasikan dirinya dengan kepentingan-

kepentingan serta tujuan tujuan kelompok.

Defenisi bentuk interaksi yang berkaitan dengan proses

disosiatif ini dapat terbagi atas bentuk persaingan, kontravensi, dan

pertentangan.

a. Persaingan merupakan suatu proses sosial, dimana individu atau

kelompokkelompokmanusia yang bersaing, mencarikeuntungan

melalui bidang-bidang kehidupan.

b. Bentuk kontravensi merupakan bentuk interaksi sosial yang

sifatnya berada antara persaingan dan pertentangan.

c. Pertentangan merupakan suatu proses sosial dimana individu atau

kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan

33
Abdulsyani Sosiologi Sistematika, Teoru, Dan Terapan…….h.159.
29

menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan

kekerasan.

3. Konsep Interaksi Sosial

Konsep Interaksi Sosial Menurut Gillin & Gillin membagi

bentuk interaksi sosial ke dalam dua bentuk, yaitu :

a. Proses Asositif (Association process) adalah bentuk interaksi yang

bersifat menyatukan anggota masyarakat. Bentuk proses Asosiatif :

1) Bentuk kerjasama ini meliputi :

b) Kerukunan - Gotong royong dalam masyarakat.

c) Bargaining - Perjanjian pertukaran barang dan jasa antara

organisasiatau lebih.

d) Kooptasi - Penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan.

e) Koalisi - Kombinasi antara organisasi yang bertujuan

sama.

f) Joint Venture - Kerja sama antara beberapa organisasi

dalam mengusahakan projek tertentu.

2) Bentuk Akomodasi ini meliputi :

a) Koersi - Suatu bentuk akomodasi yang prosesnya

dilaksanakan oleh karena adanya paksaan.

b) Arbitrasi - Merupakan suatu cara untuk mencapai

Compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak

sanggup mencapainya sendiri.


30

c) Kompromi- Suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak

yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai

suatu penyelesaiannya terhadap perselisihan yang ada.

3) Proses asimilasi timbul bila ada :

a) Kelompok-kelompok manusia yang berkebudayaannya.

b) Orang-perorangan sebagai warga kelompok yang saling

bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang

lama.

c) Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok

manusia tesebut masing- masing berubah dan saling

menyesuaikan diri.

Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya Asimilasi :

a) Toleransi.

b) Kesempatan-kesempatan yang seimbang dibidang

ekonomi.

c) Sikap menghargai orang asing dan kebudayaanya.

d) Sikap tebuka dari golongan yang berkuasa dalam

masyarakat.

e) Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.


31

5). Akulturasi

Akulturasi yaitu dua kebudayaan yang hidup saling

berdampingan secara damai. Contoh : bentuk masji di jawa

merupakan perpaduan antara budaya Budha dan Islam.34

b. Proses Disasosiatif adalah cara yang bertentangan dengan individu

atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan dan cenderung

menciptakan perpecahan. Bentuk proses disaosiatif:

1) Persaingan

Terdapat tipe-tipe yang menghasilkan bentuk persaingan,

yaitu sebagai berikut :

a) Persaingan ekonomi, persaingan dibidang ekonomi timbul

karena terbatasnya persediaan apabila dibandingkan dengan

jumlah konsumen.

b) Persaingan kebudayaan, persaingan dalam bidang

kebudayaan terjadi ketika para pedagang barat berdagang di

pelabuhan -pelabuhan jepang atau sewaktu pendeta-pendeta

agama kristen meluaskan agamanya dijepang.

c) Persaingan kedudukan dan peranan, di dalam diri seseorang

maupun di dalam kelompok terdapat keinginan-keinginan

untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai

kedudukan serta peranan yang terpandang.

34
Ibid.h.152
32

d) Persaingan ras, persaingan ras sebenarnya juga merupakan

persaingan dibidang kebudayaan. Perbedaan ras, perbedaan

warna kulit, bentuk tubuh, maupun corak rambut dan

sebagainya.35

4. Factor-Faktor Interaksi Sosial

Beberapa bentuk interaksi sosial yang terjadi seperti

dikemukakan oleh beberapa tokoh dan dirangkum sebagi berikut:

a. Imitasi

Menurut Gabriel Tarde dalam menyatakan bahwa seluruh

kehidupan sosial manusia didasari oleh faktor-faktor imitasi. Imitasi

dapat mendorong individu atau kelompok untuk melaksanakan

perbuatan-perbuatan yang baik. Dalam lapangan pendidikan dan

perkembangan kepribadian individu, imitasi mempunyai peranan

yang sangat penting karena dengan mengikuti suatu contoh yang

baik akan merangsang seseorang untuk melakukan perilaku yang

baik pula. Dampak negatif dari pola imitasi dalam interaksi sosial

adalah apabila perilaku yang diimitasi adalah perilaku yang salah,

baik secara moral maupun hukum, sehingga diperlukan upaya yang

kuat untuk menolaknya. Adapun syarat-syarat terjadi imitasi adalah

sebagai berikut:

1) Terdapatnya minat, perhatian yang cukup besar terhadap sesuatu

yang ingin diimitasi,

35
Ibid.h 154.
33

2) Adanya sikap yang menunjang tinggi atau mengagumi hal-hal

yang hendak diimitasi,

3) Individu yang melakukan imitasi suatu pandangan atau tingkah

laku, biasanya karena hal tersebut mempunyai penghargaan

sosial yang tinggi.

b. Sugesti

Sugesti dan imitasi dalam hubunganya dengan interaksi sosial

mempunyai arti yang sama. Keduanya merupakan suatu proses

saling pengaruh antara individu atau kelompok yang satu dengan

yang lainnya. Perbedaannya, imitasi merupakan suatu proses

peniruan terhadap sesuatu yang berasal dari luar dirinya, sedangkan

sugesti merupakan suatu proses pemberian pandangan atau sikap diri

seseorang kepada orang lain di luar dirinya. Artinya sugesti dapat

dilakukan dan diterima oleh individu lain tanpa adanya kritik terlebih

dahulu. Hal ini didukung oleh yang menyatakan bahwa proses

sugesti dapat terjadi apabila individu yang memberikan pandangan

tersebut adalah orang yang berwibawa atau karena sifatnya yang

otoriter.36

c. Identifikasi

Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi

identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun

batiniah. Proses identifikasi pertama-tama berlangsung secara tidak

36
Artikerlsiana, „Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial‟(online) terdapat di
www.artikelisiana.com, di akses pada tanggal 23 febuary 2020.
34

sadar, dan selanjutnya irrasional. Artinya, identifikasi dilakukan

berdasarkan perasaan-perasaan atau kecenderungan dirinya yang

tidak diperhitungkan secara rasional dimana identifikasi akan

berguna untuk melengkapi sistem norma, cita-cita dan pedoman bagi

yang bersangkutan. Identifikasi memungkinkan terjadinya pengaruh

yang lebih mendalam daripada proses imitasi dan sugesti walaupun

ada kemungkinan bahwa pada mulanya identifikasi diawali oleh

adanya imitasi maupun sugesti.

d. Simpati

Simpati merupakan bentuk interaksi yang melibatkan adanya

ketertarikan individu terhadap individu lainnya. Simpati timbul tidak

berdasarkan pada pertimbangan yang logis dan rasional, melainkan

berdasarkan penilaian perasaan, menyampaikan bahwa dorongan

utama pada simpati adalah adanya keinginan untuk memahami pihak

lain dan bekerja sama. Membedakan dua bentuk dasar simpati,

yaitu:

1) Simpati yang menimbulkan respon secara cepat (hampir seperti

refleks).

2) Simpati yang sifatnya lebih intelektual, artinya seseorang dapat

bersimpati pada orang lain sekalipun dia tidak dapat merasakan

apa yang dia rasakan.37

37
W.A Gerungan, Psikologi Sosial (bandung: PT Refika Aditama, 2004).h.64.
35

e. Empati

Empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang

merasa atau meidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau

fikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.38Misalnya, jika

melihat seseorang yang mengalami kecelakaan atau luka berat. Kita

berempati seolah-olah ikut sakit dan kita mengposisikan diri kita

sebagai orang lain.

f. Motivasi

Motivasi adalah dorongan yang diberika kepada seseorang

individu kepada individu lain. Motivasi bertujuan agar seseorang

yang dimotivasi mengikuti atau melaksanakan apa yang

dimotivasikan. Selain diberikan kepada individu dengan individu,

motivasi dapat diberikan dengan individu dengan kelompok dan

kelompok dengan kelompok.39

5. Ciri-Ciri Interaksi Sosial

Adapun ciri-ciri sosial sebagai berikut :

a. Jumlah seorang pelaku lebih dari satu orang, dapat dua atau lebih

b. Adanya komunikasi yang terjadi antara para pelaku dengan

menggunakan simbol-simbol.

38
Ibid
39
Ibid
36

c. Adanya suatu dimensi waktu yang melalui masa lalu, masa sekarang,

dan adanya yang menetapkan sikap dari aksi yang sedang

berlangsung.

d. Adanya tujuan-tujuan yang dimaksud, terjangkaunya dari sama atau

beadnya dengan apa yang diperkirakan oleh para pengamat.40

Terdapat ciri-ciri yang terkandung di dalam interaksi sosial,

yang meliputi cirri-ciri interaksi sosial tersebut adalah adanya hubungan,

adanya individu, adanya tujuan, dan adanya hubungan dengan struktur

dan fungsi sosial.41

6. Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial.

Menurut Roucek dan Werren interaksi sosial adalah salah satu

masalah pokok karena ia merupakan dasar proses sosial. Interaksi sosial

merupakan proses timbal balik, yang mana satu kelompok dipengaruhi

tingkah laku reaktif pihak lain dan dengan demikian ia mempengaruhi

tingkah laku orang lain.42 Proses sosial, harus dapat dikatakan terjadi

interaksi sosial, apabila memenuhi persyaratan sebagai aspek kehidupan

bersama yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi sosial.

a. Kontak sosial

Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih,

melalui percakapan yang saling mengerti tentang maksud dan tujuan

40
Dewi Wulansari, Sosiologi Konsep Dan Teori (Bandung: PT Refika Aditama, 2009).h.39.
41
Slamet Susanto, Dinamika Kelompok (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004).h.11
42
Abdulsyani, Sosiologi Skematikan Dan Teori Terapan……..h.143.
37

masing-masing dalam kehidupan masyarakat. Kontak sosial dapat

terjadi secara langsung (primer) ataupun tidak langsung (skunder)

antara satu pihak dengan pihak lain. Kontak sosial tidak langsung

adalah kontak sosial yang menggunakan alat, atau membutuhkan suatu

perantara misalnya: melalui telepon, radio, surat, dan lain-lain.

Sedangkan kotak sosial secara langsung, adalah kontak sosial melaui

suatu pertemuan dengan bertatap muka, bertemu dan berjabat tangan

secara lagsung. Yang terpenting dalam interaksi tersebut adalah saling

mengerti antara kedua belah pihak, sedangkan kontak badaniah bukan

lagi merupakan syarat utama dalam kontak sosial, oleh karena itu,

hubungan demikian belum tentu terdapat saling pengertian.43

b. Komunikasi Sosial

Komunikasi sosial adalah syarat pokok lain dari pada interaksi

sosial. Komunikasi sosial mengandung pengertian persamaan

pandangan antara orang-orang yang berinteraksi terhadap sesuatu.44

Menurut Soerjono Soekamto, komunikasi adalah seseorang yang

memberikan tafsiran pada perilakuan kepada orang lain (yang

berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap).45Dalam

komunikasi dapat terjadi banyak hal tentang adanya penafsiran

terhadap perilaku dan sikap masing-masing individu yang sedang

berhubungan, misalnya berjabat tangan bisa diartikan sebagai salah

43
Ibid, h. 154.
44
Ibid
45
Soejono Soekanto, Sosiologi Pengantar……..h.60.
38

satu bentuk kesopanan, persahabatan, kerinduan, sikap kebanggaan

dan lain-lain.46 Dalam komunikasi terdapat tiga unsur yang selalu ada

daalam setiap komunikasi, pertama sumber informasi yaitu seseorang

atau institusi yang memiliki bahan informasi atau pemeberitaan untuk

disebarkan kepada masyarakat luas. 47

Blumer memperdalam makna interaksionisme-simbolis

bertumpu pada tiga premis, yaitu:

1) Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna

yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.

2) Makna tersebut berasal dari „interaksi sosial seseorang dengan

orang lain”.

3) Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi

sosial berlangsung.

Pendekatan kaum interaksionisme simbolik ini melihat bahwa

manusia saling menafsirkan atau membatasi masing-masing tindakan

mereka bukan hanya reaksi dari tindakan seseorang terhadap orang

lain. Tanggapan seseorang tidak dibuat secara langsung atas tindakan

tersebut, namun berdasarkan atas makna yang diberikan.48 Pemberian

makna tersebut dijembatani oleh penggunaaan symbol pada proses

interaksi, dimana actor menafsirkan kemudian mengintepretasikan

Tindakan orang lain.

46
Abdulsyani, Sosiologi Skematikadan Teori Terapan……..h.199..
47
M. burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (jakarta: kencana prenamedia gruop, 2006).h.
58.
48
Magaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, terj. Tim Penerjemah Yosogama, (Jakarta:
Rajawali Perss, 2010), h. 263
39

Persepektif Blumer mengenai interaksi Simbolik mengandung

bebarapa ide dasar, seperti:

1) Masyarakat terdiri atas manusia yang saling berinteraksi.

Kegiatan tersebut saling bersesuain melalui tindakan bersama,

membentuk struktur social.

2) Interaksi terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan

dengan kegiatan manusia lain. Pada Interaksi simbolis mencakup

mengenai penafsiran-penafsiran tindakan.

3) Objek-objek tidak memiliki makna yang intrinsic. Makna lebih

merupakan produk interaksi simbolis. Objek-objek tersebut dapat

diklasifikasikan menjadi tiga yaitu, objek fisik, social dan objek

abstrak.

4) Manusia tidak hanya mengenal objek eksternal, mereka dapat

melihat dirinya sebagai objek.

5) Tindakan manusia adalah Tindakan intrepretatif yang dibuat oleh

manusia sendiri.

6) Tindakan tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan oleh anggota-

anggota kelompok. Ini merupakan “tindakan bersama”. Sebagian

besar “tindakan bersama” dilakukan berulang-ulang, namun

dalam keadaan stabil. 49

Adapun pendapat Blumer mengenai interaksi simbolik bahwa

tindakan manusia itu saling terkait dan disesuaikan oleh anggota-anggota

49
Ibid, h.264-266
40

kelompok tindakan ini disebut tindakan bersama. Menurut Blumer,

dalam teori interaksi simbolik mempelajari suatu masyarakat disebut

“tindakan bersama”. Pada penelitian ini membahas mengenai Pekerja

Seks Komersial, yang merupakan Tindakan beberapa individu dan

dilakukan secara berulang-ulang yang sudah disepakati oleh sekelompok

masyarakat yaitu dimaknai bersama oleh masyarakat sebagai suatu

propesi untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Pekerja Seks Komersial di lakukan pada malam hari, tempat

lokalisasi Pemandangan merupakan salah satu tempatyang terjadi nya

kegiatan protitusi. Banyak nya laki laki yang datang untuk melakukan

hubungan seksual dan hal ini memberikan keuntungan pada masyarakat

di tempat lokalisasi tersebut membuat terjadi nya tindakan dalam

masyarakat. Pada proses interaksi manusia menggunakan symbol-simbol,

yang kemudian ditafsirkan maknanya. Manusia merupakan actor yang

sadar dan reflektif, ketika proses interaksi sedang berlangsung individu

mengetahui sesuatu, kemudian memberikan makna dan selanjutnya

melakukan tindakan. Tindakan manusia dalam teori ini merupakan

tindakan intrepretasi, manusia bertindak atas makna pada symbol-simbol

bukan serta merta berdasarkan hanya pada stimulus.

Jadi berdasarkan pendapat Blumer mengenai interaksionisme

simbolik, bahwa masyarakat bertindak atas simbol-simbol yang telah

disepakati di masyarakat. Pekerja Seks Komersial menjadi suatu


41

tindakan yang terjadi di tempat lokalisasi pemandangan Kecamatan

Panjang Kota Bandar Lampung.

B. Perilaku Kegamaan

1. Pengertian Perilaku Keagamaan

Perilaku keagamaan dapat diartikan menjadi perkata, yaitu

perilaku dan keagamaan. Perilaku itu sendiri menurut kamus sosiologi

yaitu action dapat diartikan sebagai reaksi atau tanggapan individu

terhadap rangsangan atau lingkungan disekitarnya.50 Perilaku dapat

diartikan sebagai tangapan atau reaksi individu yang ditimbulkan oleh

lingkungan sekitar. Sedangkan keagamaan berasal dari kata agama, yang

mendapat awalan “ke” dan akhiran “an”, yakni berarti segala tindakan

atau perilaku yang berhubungan dengan agama. Menurut pendapat

Thomas F‟Odea yang dikutip oleh Ridwan Lubis dalam karyanya yang

berjudul Sosiologi Agama: Memahami Perkembangan Agama dalam

Interaksi Sosial, yang menyebutkan bahwa perilaku keagamaan

merupakan kepercayaan dengan berbagai praktik ritualnya yang

diwujudkan dalam bentuk tingkah laku secara empiris yang sesuai

dengan nilai-nilai agama.3Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

perilaku keagamaan merupakan segala bentuk tingkah laku dengan

praktik ritual-ritual keagamaan yang bersumber pada nilai-nilai agama.

50
Agung Tri Haryanta dan Eko Sujatmiko, Kamus Sosiologi, (Surakarta: Aksara Sinergi
Media, 2012), h. 88,.
42

Dengan demikian nilai-nilai agama dijadikan sebagai pedoman

bertingkah laku seseorang maupun kelompok dalam kehidupannya.

2. Bentuk-bentuk Perilaku Keagamaan

Bentuk perilaku keagamaan yang dilakukan oleh individu atau

seseorang itu seperti sholat, puasa, zakat, membaca Al-Qur‟an, dan

pengetahuan agama Islam.4 Berikut ini adalah penjabaran bentuk-bentuk

perilaku keagamaan.

a. Shalat

Shalat secara etimologis berarti do‟a. Shalat merupakan

ucapan dan perbuatan yang dilakukan dengan syarat-syarat tertentu

yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Ibadah

shalat dapat menghubungkan seorang hamba dengan sang

penciptanya. Shalat merupakan manifestasi penghambaaan dan

kebutuhan diri kepada Allah SWT. Shalat dapat menjadi media

permohoan, pertolongan dalam menyingkirkaan kesukaran yang

ditemui dalam kehidupan tiap manusia. Ibadah shalat merupakan

ibadah yang wajib dikerjakan dan tidak boleh ditinggalkan dalam

kondisi apapun, baik dalam kondisi sehat maupun sakit.51

b. Puasa

Puasa menurut Bahasa berati menahan diri dari segala

sesuatu. Sedangkan menurt istilah puasa ialah menahan diri dari

segala sesuatu yang membatalkannya mulai dari terbit fajar hingga

51
Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari, “Sholat (Definisi, Anjuran, dan Ancaman)” (On-
Line), 2015, tersedia pada https//www.d1.islamhouse.com (25 Mei 2020).
43

terbenamnya matahari dengan niat dan beberapa syarat.7 Puasa

merupakan pelurusan dan penyembuh dari berbagai penyakit jiwa.

Hal tersebut dikarenakan pencegahan dari makan dan minum sejak

fajar hingga terbenam matahari, puasa juga merupakan mengendali

hawa nafsu manusia.52

c. Zakat

Zakat menurut bahasa memiliki arti membersihkan,

sedangkan menurut syara‟ yaitu nama atau ukuran yang

dikeluarkan dari harta atau badan menurut peraturan yang akan

datang. Dengan kata lain, zakat yaitu sebutan dari suatu hak Allah

yang dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin.

3. Dimensi-dimensi Keagamaan

Menurut Glock dan Stark sebagaimana yang dikutip oleh

Djamaluddin Ancok dan Fuad Sahroni Suroso yang menyebutkan bahwa

terdapat lima dimensi keagamaan, yaitu:

a. Dimensi Keyakinan

Dimensi ini berisikan mengenai pengharapan-pengharapan

dimana orang religius berpegang teguh pada pandangan teologis

tertentu serta mengakui kebenaran atas doktrin-toktrin teologis

tersebut. Pada dimensi ini berkenaan dengan kepercayaan yang

memberikan “premis eksistensial” untuk menjelaskan Tuhan,

manusia, alam dan hubungan antara kesemuanya itu. Bagian

52
Jalaluddin Rahmat, Psikologi Agama Sebuah Pengantar, (Jakarta: PT Mizan Pustaka,
2003), h. 45,.
44

dimensi ini berkaitan dengan apa yang harus dipercayai

kepercayaan atau doktrin agama adalah dimensi yang paling dasar.

b. Dimensi Praktek Agama

Dimensi ini berisikan mengenai perilaku pemujaan, dan juga

hal-hal yang dilakukan seseorang untuk menunjukan komitmennya

terhadap agama yang dianutnya. Pada dimensi ini berkaitan dengan

sejumlah perilaku. Perilaku yang dimaksud disini adalah perilaku

yang mengacu pada perilaku-perilaku khusus yang telah ditetapkan

oleh agama seperti tata cara ibadah, berpuasa, atau menjalankan

ritus-ritus khusus pada hari-hari suci.

c. Dimensi Penghayatan

Dimensi ini berkaitan mengenai sejauh mana perilaku

seseorang itu konsekuen dengan ajaran agama yang dianutnya.

Dimensi ini berisikan mengenai penghayatan tentang pengalaman

keberagamaan seseorang, baik pengalaman keberagamaan yang

diperoleh melalui lingkungan sekitar maupun luar lingkungannya.

Dimensi inimenunjukkan akibat dari ajaran agama dalam

perilakunya.

d. Dimensi Pengalaman Agama

Pada dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan,

perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, maupun sensasi-sensasi yang

dialami oleh individu maupun kelompok yang memiliki kontak

dengan kekuatan supranatural.


45

e. Dimensi Pengetahuan Agama

Dimensi ini berisikan mengenai harapan bahwa orang-orang

yang beragama paling tidak minimal memiliki ilmu pengetahuan

mengenai dasar ritus, kitab suci, dan tradisi-tradisi keagamaan.

Pada dimensi ini meliputi pedoman pelaksaan ritus yang dalam

kehidupan sehari hari mencakup pemujaan, ketaatan dan hal-hal

yang menunjukankomitmennya terhadap agama yang dianutnya. 53

Berdasarkan penjelasan mengenai dimensi-dimensi keagamaan

diatas, pada penelitian ini berkaitan dengan dimensi praktik

agama.Dimana dalam dimensi ini berkaitan ritual-ritual keagamaan yang

dilakukan oleh penganut agama masing-masing sebagai implementasi

sikap patuh dan konsekuen seseorang terhadap kepercayaannya.

Pemujaan dan ritual keagamaan yang dilakukan tidak terlepas dari

penggunaan simbol-simbol keagamaan. Simbol keagamaan ini

ditempatkan sebagai lambang yang menghubungan mereka dengan

kepercayaan trasendental melalui ritual keagamaan yang mereka lakukan.

Pada kegiatan Protitusi tak jarang pula para Pekerja Seks Komersial

menggunakan simbol-simbol keagamaan dalam kehidupan sehari hari

guna menutupi jati diri atau pekerjaan yang mereka lakukan .

53
Hendro Puspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), h. 38,.
46

C. Pekerja Seks Komersial (PSK)

1. Sejarah Pekereja Seks Komersial Di Indonesia

Pelacuran di Indonesia tidak terlepas dari sejarah peradaban

bangsa Indonesia itu sendiri. Bangsa Indonesia pada masa adalah bangsa

dengan ber4bagai kerajaan.54 Perdagangan perempuan pada saat itu tidak

terbatas hanya sekedar menguasai segalanya termasuk tanah dan segala

isinya serta rakyatnya (hamba). Semua rakyat harus patuh pada rajanya,

tidak ada orang yang boleh melanggar peraturannya atau perintahnya.

Mereka berkuasa penuh hingga bisa mendapatkan perempuan sebanyak

yang mereka inginkan,yang dalam istilah lain biasa disebut selir. Bahkan

uniknya, pada waktu itu justru rakyat bangga jika ada sebagian anggota

keluarganya yang dijadikan selir, sebgaian diantara penduduk penduduk

justru menawarkan anaka gadisnya untuk dijadikan selir raja. Selir

terkadang hadiah dari kerjaan kecil sebagai tanda kesetiaan atau

persehabatan. Semakin banyak selir yang dimiliki seorang raja akaan

menambah kuat posisi raja dimata masyarakat. Pemilikan perempuan

simpanan (selir) bukan hanya terbatas pada raja belaka, orang-orang yang

ada disekitar istana pun tak ketinggalan terkadang berlomba

mendapatkan banyak wanita simpanan. Sekalipun pada waktu itu tidak

dikatakan pelacuran, namun dari cara-caranya tetap berupa pelacuran

namun dulu tetap berupa pelacuran namun dulu dilegalisir atau

mendapat pengakuan masyarakat. Dengan latar belakang seperti itu,

54
tim prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia (surbaya: gita media pers).h.386.
47

maka pelacuran di Indonesia bukan hal yang baru bahkan boleh

dikatakan warisan leluhur. Maka tidak heran jika kemudian menjamur

berbagai pelacuran diIndonesia bahkan di Asia sebagai akibat adanya

sistem feudal zaman dulu. Pelacur adalah profesi yang menjual jasa

untuk memuaskan kebutuhan seksual pelanggan. Biasanya pelayanan ini

dalam bentuk menyewakan tubuhnya. Dikalangan masyarakat Indonesia,

pelacuran dipandang negatif, dan mereka yang menyewakan atau

menjual tubuhnya sering dianggap sebagai sampah masyarakat.

2. Pengertian Pekerrja Seks Komersial.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “Prostitusi”

mengandung makna suatu kesepakatan antara lelaki dan perempuan

untuk melakukan hubungan seksual dalam hal mana pihak lelaki

membayar dengan sejumlah uang sebagai kompensasi pemenuhan

kebutuhan biologis yang diberikan pihak perempuan, biasanya dilakukan

di lokalisasi, hotel dan tempat lainnya sesuai kesepakatan. Secara

etimologis prostitusi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Prostitute

/prostitution” yang berarti pelacuran, perempuan jalang, atau hidup

sebagaiperempuan jalang.Sedangkan dalam realita saat ini, menurut kaca

mata orangawam prostitusi diartikan sebagai suatu perbuatan menjual

diri dengan memberikenikmatan seksual pada kaum laki-laki.Kartini

Kartono, mendefinisikan prostitusi atau pelacuran merupakan peristiwa

penjualan diri dengan jalan memperjualbelikan badan, kehormatan dan

kepribadian kepada banyak orang untuk memuaskan nafsu seks, dengan


48

imbalan pembayaran. Soerjono Soekanto, mengatakan prostitusi atau

pelacuran merupakan suatu pekerjaan yang bersifat menyerahkan diri

untuk melakukan perbuatan-perbuatan seksual dengan mendapatkan

upah. Menurut Koentjoro dan Sugihastuti,55 bahwa pelacuran adalah

orang yang melacurkan diri atau menjual diri. Istilah pelacur

dianggapnya lebih tepat dibandingkan dengan Wanita Tuna Susila

(WTS) dan Pekerja Seks Komersil (PSK), karena : Istilah pelacur sudah

biasa di dengar di masyarakat, sehingga dapat digunakan untuk laki- laki

dan perempuan yang melacurkan diri; Arti pelacur baik secara denotatif

dan konotatif lebih lengkap dan spesifik dan dapat mem-berikan makna

ganda; Tidak semua pelacur adalah pekerja seks.

Istilah pekerja seks dapat diartikan sebagai pengakuan bahwa

melacur merupakan peker-jaan.Tidak hanya itu, PSK juga dipandang

sebagai problem seksual karena pelampiasan nafsu seks terhadap lawan

jenis yang tidak terkendali.

Jadi dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

prostitusi/pelacuran adalah suatu perilaku seks yang menyimpang

dimana wanita lah yang menjadi obyek, baik wanita dewasa maupun

anak-anak yang menjual tubuhnya kekaum laki-laki untuk mendapatkan

upah/bayaran.

55
R dan Keontjoro Lestari, ‘Pelatihan Berpikir Optimis Untuk Meningkatkan Harga Diri
Pelacur Yang Tinggal Di Pantai Dan Luar Pantai Sosial’, Jurnal Ilmiah Berskala Psikologi, (vol 06, no
2, 2002).h112.
49

Pekerja seks komersial adalah seseorang yang menjual jasanya

untuk melakukan hubungan seksual untuk uang.56 Pekerja Seks

Komersial adalah perempuan yang pekerjaannya menjual diri kepada

siapa saja atau banyak laki – laki yang membutuhkan pemuas nafsu

seksual. Selain itu para PSK adalah perempuan yang melakukan

hubungan seksual dengan banyak laki – laki diluar pernikahan dan sang

perempuan memperoleh imbalan uang dari laki – laki yang

menyetubuhinya. 57Di Indonesia pelacur (pekerja seks komersial) sebagai

pelaku pelacuran sering disebut sebagai sundal atau sundel. Ini

menunjukkan bahwa prilaku perempuan sundal itu sangat begitu buruk

hina dan menjadi musuh masyarakat. nama/istilah pelacur ada berbagai

macam, diantaranya cabe-cabean, lonte.

Pekerjaan melacur atau nyundal sudah dikenal di masyarakat

sejak berabad lampau ini terbukti dengan banyaknya catatan tercecer

seputar mereka dari masa kemasa. Sundal selain meresahkan juga

mematikan, karena merekalah yang ditengarai menyebarkan penyakit

AIDS58 akibat perilaku sex bebas tanpa pengaman bernama kondom.

Kata “pekerja” sudah bisa dipastikan ada hubungannya dengan lapangan

pekerjaa n serta orang atau badan hukum yang memperkerjakan dengan

standar upah yang dibayarkan. Kemudian, lapangan pekerjaan yang

diperbolehkan harus memenuhi syarat-syarat kerja secara normatif yang

56
Koentjoro Sugihastuti, „Pelacur, Wanita Tuna Susila, Pekerja Seks‟, jurnal Ugm, (vol,11,
no 02 tahun 2000).h.38.
57
Siti Munawaroh, „Pekerja Seks Komesial (PSK) Di Wilayah Prambanan Kabupaten
Klaten Jawa Tengah‟, Jurnal Dimensia, (volume 04, no 02 tahun 2010).h 48.
58
muhiddin M Dahlan, Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur (jakarta: melibas, 2003).h.160.
50

diatur oleh peraturan perundang-undangan, termasuk system pengupahan

dan keselamatan kesehatan kerja. Untuk selanjutnya, jenis pekerjaan

tidak boleh bertentangan dengan moralitas bangsa atau agama yang

diakui pemerintah.59 “Seks”, tidak termasuk kelompok suatu jenis jabatan

maupun pekerjaan. jadi, tidak tepat kalau istilah pekerja seks komersial

itu ditujukan bagi para pekerja seks komersial atau pelacur. Istilah

pekerja seks sepertinya merupakan sebuah pemolesan bahasa yang dapat

berakibat kepada pembenaran terhadap perbuatan amoral tersebut.

3. Factor-Faktor Yang Melatar Belakangi Pekerja Seks Komersial.

Fenomena pekerja seks di indonesia bukanlah suatu peristiwa

yang datang dari ruang abstrak yang kosong atau muncul dengan

sendirinya. Kehadiran pekerja seks berbenih dan menyebar karena

berbagai faktor yang sifatnya multidimensional dan saling terkait satu

dengan yang lain. Motif-motif yang melatarbelakangi tumbuhnya

pelacuran pada wanita itu beraneka ragam. Di bawah ini disebutkan

beberapa motif yang melatarbelakangi timbulnya PSK , antara lain

sebagai berikut:

a. Kemiskinan

Diantara alasan penting yang melatar belakangi adalah

kemiskinan yang sering bersifat struktural. Struktur kebijakan

tidak memihak kepada kaum yang lemah sehingga yang miskin

semakin miskin, sedangkan orang yang kaya semakin menumpuk

59
Nawal al sa‟dawi, Perempuan Agama Dan Moralitas (jakarta: erlangga, 2002).h22.
51

harta kekayaannya. Kebutuhan yang semakin banyak pada seorang

perempuan memaksa dia untuk mencari sebuah pekerjaan dengan

penghasilan yang memuaskan namun kadang dari beberapa mereka

harus bekerja sebagai PSK untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.


60
Dengan bekerja sebagai pekerja seks komersial diharapkan

kebutuhan yang bersifat tersier mampu diraihnya, dalam hal ini

aspirasi materialis sangat menonjol. Alasan ini sangat bersifat

ekonomis dan alasan yang paling sering kita dengar.

b. Kekerasan seksual dan kepuasaan

Penelitian menunjukan banyak faktor penyebab perempuan

menjadi PSK, diantaranya kekerasan seksual seperti perkosaan oleh

bapak kandung, paman, guru dan sebagainya. Hal lain yang penting

adalah karena tidak puas dengan kehidupan seksual yang dimiliki

sebelumnya.

c. Penipuan

Faktor lain yaitu, penipuan dan pemaksaan dengan berkedok

agen penyalur tenaga kerja. Kasus penjualan anak perempuan oleh

orang tua sendiri pun juga kerap ditemui.

d. Pornografi

Menurut defenisi undang-undang Anti pornografi, pornografi

adalah bentuk ekspresi visual berupa gambar, tulisan, foto, film

atau yang dipersamakan dengan film, video, tayangan atau media

60
Akhamdsudrajat, „Sejarah Pelacuran Di Indonesia‟, (online) terdapat di hhtps//
waordpress.com diakses pada tanggal 23 febuary 2020.
52

komunikasi lainnya yang sengaja dibuat utnuk memperlihatkan

sacara terang-terangan atau tersamar kepada publik alat vital dan

bagian-bagian tubuh serta gerakan-gerakan erotis yang

menonjolkan sensualitan dan seksualitas, serta segala bentuk

perilaku seksual dan hubungan seks manusia yang patut diduga

menimbulkan rangsangan nafsu birahi pada orang lain.61

e. Pendidikan

Karena tidak mempunyai kecerdasan yang cukup utnuk

memasuki sektorformal ataupun untuk menapaki jenjang

pendidikan yang lebih tinggi.

f. Ajakan Temen

Ajakan teman-teman sekampung/sekota yang sudah terjun

terlebih dahulu dalam dunia pelacuran.

g. Rasa Ingin Tahu

Rasa melit dan ingin tahu gadis-gadis cilik dan anak-anak

puber pada masalah seks, yang kemudian tercebur dalam dunia

pelacuran oleh bujukan-bujukan bandit seks.

4. Ciri-Ciri Pekerja Seks Komersial (PSK)

Di desa-desa, hampir-hampir tidak terdapat pelacur. Jika ada,

mereka adalah pendatang-pendatang dari kota yang singgah untuk

beberapa hari atau pulang ke desanya. Juga perbatasan desa yang dekat

dengan kota-kota dan tempat-tempat sepanjang jalan besar yang dilalui

61
Koentjoro, Tutur Dari Sarang Pelacur (yogyakarta: tinta, 2004). h.88.
53

truk-truk dan kendaraan umum sering dijadikan lokasi-lokasi oleh para

PSK. Sedang di kota-kota besar, jumlah pelacur diperkirakan 1-2% dari

jumlah penduduknya. Ciri-ciri khas dari pelacur ialah sebagai berikut:

a. Wanita, lawan pelacur ialah gigolo (pelacur pria, lonte laki-laki).

b. Cantik, ayu, rupawan, manis, atraktif menarik, baik wajah maupun

tubuhnya. Bisa merangsang selera seks kaum pria.

c. Masih muda-muda. 75% dari jumlah pelacur di kota-kota ada di

bawah usia 30 tahun. Yang terbanyak ialah 17-25 tahun. Pelacuran

kelas rendah dan menengah acap kali mempekerjakan gadis-gadis

pra-puber berusia 11-15 tahun, yang ditawarkan barang baru.

d. Pakaiannya sangat menyolok, beraneka warna, sering aneh-

aneh/eksentrik untuk menarik perhatian kaum pria.

e. Menggunakan teknik-teknik seksual yang mekanistis, cepat, tidak

hadir secara psikis (afwezig, absent minded), tanpa emosi atau

afeksi. Bersifat sangat mobil, kerap berpindah dari tempat/kota

yang satu tempat/kota lainya. Dan biasanya mereka memakai nama

samaran dan sering berganti nama.

5. Fungsi Pekerja Seks Komersial (PSK)

Pada umumnya, para langganan dari pelacur itu tidak dianggap

berdosa atau bersalah, tidak immoril atau tidak menyimpang. Sebab

perbuatan mereka itu didorong untuk memuaskan kebutuhan seks yang

vital . Yang dianggap immoril cuma pelacurnya. Namun, bagaimanapun

rendahnya kedudukan sosial pelacur, karena tugasnya memberikan


54

pelayanan seks kepada kaum laki-laki, ada pula fungsi pelacuran yang

positif sifatnya di tengah masyarakat, yaitu sebagai berikut:

a. Menjadi sumber pelancar dalam dunia bisnis

Menjadi kesenangan bagi kaum politisi yang harus hidup berpisah

dengan istri dan keluarganya. Juga dijadikan alat untuk mencapai

tujuan-tujuan politik tertentu.

Menjadi sumber pelayanan dan hiburan bagi orang-orang cacat,

misalnya: pria yang buruk wajah, pincang, buntung, abnormal

secara seksual, para penjahat (orang kriminal) yang selalu dikejar-

kejar polisi, dan lain-lain.

6. Jenis-Jenis Pekerja Seks Komersial (PSK)

PSK di Indonesia beraneka ragam, PSK mempunyai tingkatan-

tingkatan operasional,62 diantaranya :

a. Segmen kelas rendah

Dimana PSK tidak terorganisir. Tarif pelayanan seks

terendah yang ditawarkan, dan biaya beroperasi di kawasan kumuh

seperti halnya pasar, kuburan,taman-taman kota dan tempat lain

yang sulit dijangkau,bahkan kadang kadang berbahaya untuk dapat

berhubungan dengan para PSK tersebut.

62
Gunadi, Hidup Damai Dengan Seks (Jakarta: depaartemen literatur, 2001).h.46.
55

b. Segmen kelas menengah

Dimana dalam hal tarif sudah lebih tinggi dan beberapa

wisma menetapkan tarif harga pelayanan yang berlipat ganda jika

dibawa keluar untuk di booking semalaman.

c. Segmen kelas atas

Pelanggan ini kebanyakan dari masyarakat dengan

penghasilan yang relatif tinggi yang menggunakan night club

sebagai ajang pertama untuk mengencani wanita panggilan atau

menggunakan kontak khusus hanya untuk menerima pelanggan

tersebut.

d. Segmen kelas tertinggi

Kebanyakan mereka dari kalangan artis televisi dan film serta

wanita model. Super germo yang mengorganisasikan perdagangan

wanita kelas atas ini.

Jenis pekerjaan ini juga memiliki diversifikasi yang baik dalam

struktur hingga operasional kerjanya. Dalam melihat fenomena di

Indonesia, Hatib Abdul Kadir membagi jenis pekerjaan seks ke dalam

beberapa kategori besar berdasarkan kriteria struktur dan sistem

operasional, diantaranya:

a. Pekerja seks jalanan

Pekerja seks ini sering kita temui di berbagai jalanan besar di

indonesia. Sang pekerja lebih bersifat independen. Ketika terjadi

interaksi tak ada perantara ketiga seperti germo maupun penjaga


56

keamanan. Harga tubuh yang ditawarkan pun lebih miring. Hal ini

karena selain tak ada tips kepada pihak ketiga secara tetap. PSK jenis

ini tidak terlalu cantik serta seusia mereka terkadang lebih tua

dibanding mereka yang berada di dalam lokalisasi.

b. Pekerja seks salon kecantikan

Istilah ini semacam penghalusan makna secara tersembunyi

terhadap bisnis seksual yang sebenarnya mereka lakukan. Orang

biasa menyebutnya dengan salon plus. Sistem operasional pekerja

seks ini pertama kali merawat serta membersihkan sang pelanggan

atau pasien. Di luar itu mereka juga bersedia melayani secara ekstra

seperti pijat, dan hubungan seks. Untuk mengenali salon plus dapat

dilihat dari bangunannya. Salon plus biasanya berkaca gelap, ada

beberapa ruang di dalamnya yang ditutup tirai.63

c. Pekerja phone sex

Sistematika pekerjaan seks ini didasarkan pada jasa telepon

sebagai mediator. Terdapat dua jenis kinerja dalam hal ini, pertama

mereka yang biasa disebut wanita panggilan atau call girls.

Transaksi awal dibuat berdasarkan janji pertemuan (kencan) yang

berlanjut ke tempat tidur. Sedangkan kinerja kedua adalah

seksualitas yang didasarkan pada orgasme melalui hubungan telepon

(phone sex). Promosi ini sering kita temui pada berbagai majalah-

majalah semi porno atau koran.

63
Hutabarat D.B., „Penyusuaian Diri Perempuan Pkerja Seks Dalam Kehidupan Sehari
Hari‟, 8 (volm 8, no 02 tahun 2004).h.60..
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, Dan Terapan (Jakarta: PT Bumi Aksara,


2012)

B, Soleman. taneko, Struktur Dan Proses Sosial Suatau Pengantar Sosiologi


Pembangunan (Jakarta: Rajawali, 2000)

Basrowi, Pengantar Sosiologi (bogor: ghalia indonesia, 2005)

Bugin, Burhan, Penelitian Kualitatif (bandung: alfabeta, 2006)

Bugin, m. burhan, Sosiologi Komunikasi (jakarta: prenadamedia gruop, 2006)

Bungin, M. burhan, Sosiologi Komunikasi (jakarta: kencana prenamedia gruop,


2006)

D.B., Hutabarat, ‘Penyusuaian Diri Perempuan Pkerja Seks Dalam Kehidupan


Sehari Hari’, 8 (2004)

Dahlan, muhiddin M, Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur (jakarta: melibas,


2003)

Dayaksini, bimo walgito dalam tri, Pengantar Psikologi Umum (yogyakarta: C.V
andi offset, 2010)

Gerungan, W.A, Psikologi Sosial (bandung: PT Refika Aditama, 2004)

Gunadi, Hidup Damai Dengan Seks (Jakarta: depaartemen literatur, 2001)

Gunawan, Rudy, Pelacuran Di Indonesia (Jakarta: sinar harapan, 2008)

Hakiki, kiki Muhamad, Religi Pekerja Seks Komersial Antara Ambisi Kemapanan
Dan Kehampaan Spiritualitas (sukarame bandar lampung: lembaga
penelitian dan penganbdian kepada masyarakat, 2016)

Kartono, Kartini, Patologi Sosial Jilid 1 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,


2011)

Koentjoro, Tutur Dari Sarang Pelacur (yogyakarta: tinta, 2004)

Munawaroh, Siti, ‘Pekerja Seks Komesial (PSK) Di Wilayah Prambanan


Kabupaten Klaten Jawa Tengah’, Jurnal Dimensia, 4 (2010)
Narwoko, j. dwi dan suyanto, bagong, Teks Pengantar Dan Terapan (Jakarta:
pernada media group, 2006)

Pena, tim prima, Kamus Besar Bahasa Indonesia (surbaya: gita media pers)

Sarkem, Mudjijono, $Reproduksi Sosial Pelacuran (Yogyakarta: Gadjah Mada,


2006)

al sa’dawi, Nawal, Perempuan Agama Dan Moralitas (jakarta: erlangga, 2002)

Soekamargono, Soejono, Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan (yogyakata: nurcahaya,


2014)

Soekanto, Soejono, Sosiologi Pengantar (Jakarta: Rajawali, 2006)

Soekanto, Soerjono, Faktor Faktor Dasar Interaksi Sosial Dan Kepatuhan Pada
Hukum (jakarta: PT. rajagrafindopersada, 2006)

Sugihastuti, Koentjoro, ‘Pelacur, Wanita Tuna Susila, Pekerja Seks’, Ugm, 11


(2000)

Sugiyono, Metedologi Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif (bandung: alfabeta,


2014)

———, Metode Penelitian Bisni (bandung: alfabeta, 2018)

———, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Rdan D (bandung:


alfabeta, 2016)

Suhartono, Irawan, Metedologi Penelitian Sosial (bandung: remaja rosdakarya,


1996)

Sujatmiko, Agung Tri Haryanta dan Eko, Kamus Sosiologi (Surakarta: Aksarra,
2012)

Suryono, Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2006)

Susanto, Slamet, Dinamika Kelompok (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004)

Syam, Nur, Agama Pelacur Dramaturgi Trasendental (yogyakarta: LKIS, 2010)

Wulansari, Dewi, Sosiologi Konsep Dan Teori (Bandung: PT Refika Aditama,


2009)
JURNAL

Lestari, R dan Keontjoro, ‘Pelatihan Berpikir Optimis Untuk Meningkatkan Harga


Diri Pelacur Yang Tinggal Di Pantai Dan Luar Pantai Sosial’, Jurnal
Ilmiah Berskala Psikologi, 06 (2002)

Sitepuabdi, ‘Dampak Lokalisasi Protitusi Terhadap Prilaku Remaja Di


Sekitarnya’, Pemerdayaan Komunitas2004, 3

SKRIPSI

Afriyanti, Rahma, Interaksi Sosial Pekerja Seks Komersial Di Kota Semarang


(makasar: skripsi diajukanuntuk memenuhi salah satu syaratmeraih gelat
sarjana sosial jurusan sosiologi agama pada fakultas ushuluddin, filasat,
dan politik UIN alauddin,makasar, 2014)

Mahda, dessaria naila, Kehidupan Keberagamaan Pekerja Seks Komersial


(yogyakarta: skripsi program diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
meraih gelar sarjana sosial fakutas ilmu sosial dan humaniora UIN Sunan
Kalijaga, 2017)

Priyanto, Bagus, Interaksi Sosial Anak Anak Jalanan Dengan Teman Sebaya Di
Yayasan Setara Kota Semarang, Skripsi. (semarang: skripsi universitas
semarang)

INTERNET

Akhamdsudrajat, ‘Sejarah Pelacuran Di Indonesia’, 2008 <hhtps//


waordpress.com>

Artikerlsiana, ‘Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial’


<www.artikelisiana.com>

Dmanaryanti, R., ‘Pofil Kecamatan Panjang’, <hhtps//


repostrory.radenintan.ac.id.htm.>

Dokumentasi, ‘Profil Kecamatan Panjang’

Emaus, ‘Jenis Jenis Pekerja Seks Komersial’ <https//


id.wikipedia.org/w/indek.php>

Kartinah, Dwi, ‘Permasalahan Sosial Di Sekitar Kita’ <hhtps// www.


dwitina.geblogs.com>

Nilaparanitha, ‘Negri Darurat Pelacuran Dan Seks Bebas’ <https//:


Blogspot.com.htm>
WAWANCARA

Bapak Gunawan, RT Pemandangan, Wawancara Pada Tanggal 10 Maret 2020.

Ibu tina, Warga Daerah Lokalisasi Pemandangan Kecamatan Panjang Kota


Bandar Lampung, Wawancara Pada Tanggal 10 Maret 2020.

Ibu Dwi, Warga Daerah Lokalisasi Pemandangan Kecamatan Panjang Kota


Bandar Lampung, Wawancara Pada Tanggal 10 Maret 2020.

Santi, Warga Daerah Lokalisasi Pemandangan Kecamatan Panjang Kota Bandar


Lampung, Wawancara Pada Tanggal 10 Maret 2020.

Bella , Pekerja Seks Komersial Dilokalisasi Pemandangan Kecamatan Panjang


Kota Bandar Lampung, Wawancara Pada Tanggal 10 Maret 2020.

Yuni, Pekerja Seks Komersial Dilokalisasi Pemandangan Kecamatan Panjang


Kota Bandar Lampung, Wawancara Pada Tanggal 10 Maret 2020.

Ibu nuning, Warga Daerah Lokalisasi Pemandangan Kecamatan Panjang Kota


Bandar Lampung, Wawancara Pada Tanggal 10 Maret 2020.

Ibu ella, Warga Daerah Lokalisasi Pemandangan Kecamatan Panjang Kota


Bandar Lampung, Wawancara Pada Tanggal 10 Maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai