Anda di halaman 1dari 182

Jalan ke Bukit Sion

Kumpulan Khotbah Kabar dari Bukit


Buku Keempat sesuai leksionari Tahun C II

Pdt. Em. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

Kabar dari Bukit Ministry


Jakarta 2021

JALAN KE BUKIT SION

Copyright© Pdt. Em. Ir. Ramles M. Silalahi, D.Min.

Edisi cetak digital pertama kali diterbitkan dalam bahasa Indonesia

oleh Kabar dari Bukit Ministry pada bulan Mei 2021.

Penyun ng bahasa Pardamean Ronitua Harahap

Desain sampul Roy Hutagalung (foto dari poster lm The Book of Eli) dan tata
letak oleh Pangeran Christofel Yoshua Silalahi

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang

3
ti

fi

Kata Pengantar
Buku ‘Jalan ke Bukit Sion’ ini merupakan buku keempat
dari kumpulan Khotbah Minggu sesuai leksionari dalam format
Kabar dari Bukit, yang diposting setiap hari Minggu di 22
Grup Whatsapps, yang terdiri dari perkumpulan alumni ITB
Gaja Toba dengan ribuan anggota, Perkumpulan Marga-marga,
kelompok persekutuan Kristiani lainnya, dan beberapa group
Facebook terkait. Renungan tersebut juga bersamaan diposting
di website www.kabardaribukit.org. Kumpulan khotbah
sepanjang tahun 2018-2019 yang kemudian menjadi buku ini,
setelah disunting ulang dan ditambahkan beberapa bagian
yang perlu.

Bukit Sion sebagai judul buku ini merujuk kepada


kerajaan Allah yang bersifat rohani, sebuah simbol kota Allah
yang hidup (Ibr 12:22; Why 14:1). Rasul Petrus menyebut
Kristus sebagai batu penjuru Sion (1Ptr. 2:6). Dan itulah tujuan
kita dengan mengarungi jalan kehidupan di dunia ini dengan
berbagai mosaiknya.

Khotbah Minggu dalam Buku Keempat ini disusun


berdasarkan sistim leksionari yakni Tahun C II mulai dari masa
Adven sebagai awal kalender gereja hingga di Minggu Kristus
Raja sebagai akhir tahun kalender gerejawi. Pedoman
leksionari merupakan pemilihan nas dan tema-tema khotbah
sesuai kalender gereja, yang dibagi ke dalam tahun A, B, dan C
serta tiap hari/minggu terdiri dari empat nas yakni: PL, Bacaan
Mazmur, Surat-surat, dan Injil. Penjelasan lengkap tentang
leksionari dapat dibaca pada lampiran buku ini, sekaligus
pedoman bagi hamba Tuhan dalam menyusun khotbah untuk
tahun-tahun lainnya.

Materi khotbah dalam buku ini hanyalah pokok-pokok


renungan sesuai dengan bacaan irman. Bagi hamba Tuhan,
bila dipakai sebagai rujukan khotbah, urutan penyampaian
dapat diubah dan dielaborasi untuk memudahkan pendengar

f
dalam memahami inti khotbah. Bacaan pendamping sesuai
leksionari dalam Lampiran C sangat disarankan untuk ikut
dibaca. Ketika membaca buku khotbah ini, sangat baik bila
tersedia Alkitab untuk memudahkan pengecekan dan relasi
ayat-ayat.

Saya berharap buku ini bermanfaat dan menjadi berkat


bagi semua pembaca khususnya hamba Tuhan, sehingga kita
semua semakin dibarui dan terus menjadi berkat bagi sesama.
Tuhan Yesus Memberkati.

Jakarta, 20 Mei 2021.

Pdt. Em. Ir. Ramles M. Silalahi, D.Min.

KATA PENGANTAR ....................................................................................................4


BAGIAN A: KABAR MASA ADVEN HINGGA TAHUN BARU ..........................................9
Kabar Minggu Adven I: Bertambah Kelimpahan (1Tes. 3:9-13) ....................................................................10

Kabar Minggu Adven II: Kebenaran yang Berbuah (Flp. 1:3-11) ...................................................................12

Kabar Minggu Adven III: Damai Sejahtera (Flp. 4:4-7).....................................................................................15

Kabar Minggu Adven IV: Perdamaian Kekal (Ibr. 10: 5-10) .............................................................................18

Kabar Hari Natal: Allah, Tuhan dan Hakim (Mzm. 96)....................................................................................21

Kabar Minggu Pertama Setelah Natal: Natal dan Perubahan (Kol. 3:12-17) ............................................24

Kabar Tahun Baru: Langit dan Bumi yang Baru (Why. 21:1-6a) ..................................................................26

BAGIAN B: KABAR MINGGU EPIFANI ..............................................................................29


Kabar Minggu Epifani Tuhan Yesus: Melakukan Perjumpaan (Ef. 3:1-12) ..............................................30

Kabar Minggu I Setelah Epifani: Tumpang Tangan (Kis. 8:14-17) ................................................................32

Kabar Minggu II Setelah Epifani: Nama Baru (Yes. 62:1-5) ............................................................................34

Kabar Minggu III Setelah Epifani: Karunia Utama (1Kor. 12:12-31a) ...........................................................36

Kabar Minggu IV Setelah Epifani: Percaya dan Berserah (Luk. 4:21-30) .................................................38

Kabar Minggu V Setelah Epifani: Penjala Manusia (Luk. 5:1-11) ..................................................................40

Kabar Minggu VI Setelah Epifani: Tubuh dan Jiwa (Luk. 6:17-26) ..............................................................42

Kabar Minggu VII Setelah Epifani: Mengasihi Musuh (Luk. 6:27-38)........................................................44

BAGIAN C: KABAR MASA PRA PASKAH..........................................................................46


Kabar Minggu Transfigurasi: Iman dan Mukjizat Doa Syafaat (Luk. 7:1-10)............................................47

Kabar Minggu I Pra-Paskah: Hati dan Mulut (Rm. 10:8b-13) .........................................................................53

Kabar Minggu II Pra-Paskah: Terang dan Keselamatan (Mzm. 27) ............................................................55

Kabar Minggu III Pra-Paskah: Israel dan Peringatan (1Kor. 10:1-13)............................................................57

Kabar Minggu IV Pra-Paskah: Dibarukan untuk Perdamaian (2Kor. 5:16-21) ........................................59

Kabar Minggu V Pra-Paskah: Perkara-perkara Besar (Mzm. 126:1-6) .........................................................61

Kabar Minggu VI Pra-Paskah: Segala Lidah Mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan (Flp. 2:5-11) ..63

Kabar Jumat Agung: Hamba Tuhan yang Menderita (Yes. 52:13-53:12) ...................................................68

BAGIAN D: KABAR MASA PASKAH ....................................................................................71


Kabar Hari Raya Paskah: Tuhanku Perkasa (Mzm. 118:1-2, 14-24) ...............................................................72

Kabar Minggu II Paskah: Saksi Kristus (Kis. 5:27-32) ........................................................................................74

6

-





























Kabar Minggu III Paskah: Bertobat (Kis. 9:1-6) ...................................................................................................76

Kabar Minggu IV Paskah: Mukjizat Penginjilan (Kis. 9:36-44) .....................................................................78

Kabar Minggu V Paskah: Tembok dan Jembatan (Kis. 11:1-18) .....................................................................80

Kabar Minggu VI Paskah: Siapa yang Kuutus? (Kis. 16:9-15) .........................................................................82

Tuhan Yesus Naik ke Sorga: Roh Kudus Dijanjikan (Kis. 1:1-11) ...................................................................84

Kabar Minggu VII Paskah: Kuasa dan Penginjilan (Kis. 16:16-34)................................................................87

BAGIAN E: KABAR MASA PENTAKOSTA .........................................................................89


Kabar Minggu Pentakosta: Hari Pentakosta (Kis. 2:1-21) ................................................................................90

Kabar Minggu Trinitas - Minggu I Setelah Pentakosta: Iman dan Pengharapan (Rm. 5:1-5) ...........92

Kabar Minggu II Setelah Pentakosta: Kristus yang Hidup di dalam Aku (Gal. 2:15-21) ......................94

Kabar Minggu III Setelah Pentakosta: Iman dan Janji (Gal. 3:23-29) .........................................................97

Kabar Minggu IV Setelah Pentakosta: Kemerdekaan Kristen (Gal. 5:1, 13-25) .......................................99

Kabar Minggu V Setelah Pentakosta: Tabur Tuai (Gal. 6: [1-6] 7-16) ........................................................101

Kabar Minggu VI Setelah Pentakosta: Layak dan Berkenan (Kol. 1:1-12) ................................................103

Kabar Minggu VII Setelah Pentakosta: Keutamaan Kristus (Kol. 1:15-28)..............................................105

Kabar Minggu VIII Setelah Pentakosta Berakar dan Bertumbuh (Kol. 2:6-15)....................................107

Kabar Minggu IX Setelah Pentakosta: Perkara di Atas (Kol. 3:1-4) ...........................................................109

Kabar Minggu X Setelah Pentakosta: Iman dan Percaya (Ibr. 11:1-3, 8-16)...............................................113

Kabar Minggu XI Setelah Pentakosta: Iman dan Kemenangan (Ibr. 11:29-40; 12:1-2) ........................115

Kabar Minggu XII Setelah Pentakosta: Kemenangan atau Hukuman (Ibr. 12:18-29) ..........................117

Kabar Minggu XIII Setelah Pentakosta: Iman dan Kasih (Ibr. 13:1-8, 15-16) ............................................119

Kabar Minggu XIV Setelah Pentakosta: Bersyukur dan Peduli (Fil. 1-25) ...............................................121

Kabar Minggu XV Setelah Pentakosta: Anugerah dan Kesaksian (1Tim.1:12-17) .................................123

Kabar Minggu XVI Setelah Pentakosta: Doa Syafaat (1Tim. 2:1-7) .............................................................125

Kabar Minggu XVII Setelah Pentakosta: Ibadah dan Kecukupan (1Tim. 6:6-19) ................................128

Kabar Minggu XVIII Setelah Pentakosta: Berpegang Teguh (2Tim. 1:1-14) ...........................................130

Kabar Minggu XIX Setelah Pentakosta: Panggilan dan Kelayakan (2Tim. 2:8-15) ..............................132

Kabar Minggu XX Setelah Pentakosta: Kebenaran dan Iman (2Tim. 3:14-45).....................................134

Kabar Minggu XXI Setelah Pentakosta: Akhir Pertandingan (2Tim. 4:6-8, 16-18) ..............................136

Kabar Minggu XXII Setelah Pentakosta: Bersandar dan Bersyukur (2Tes. 1:1-4, 11-12) ....................138

Kabar Minggu XXIII Setelah Pentakosta: Durhaka atau Selamat (2Tes. 2:1-5, 13-17) .........................140

Kabar Minggu XXIV Setelah Pentakosta: Berdoa dan Bekerja (2Tes. 3:6-13) .......................................142

Kabar Minggu XXV - Minggu Kristus Raja: Layak Menerima Raja (Kol. 1:11-20)..................................144

LAMPIRAN ...............................................................................................................................146
Lampiran A: Kalender Gerejawi ............................................................................................................................147

Lampiran B: Nats dan Tema Khotbah Berdasarkan Leksionari ................................................................151

Lampiran C: Daftar Nas Khotbah Berdasarkan Leksionari Tahun A-B-C .............................................154

TENTANG PENULIS ...............................................................................................180

Bagian A: Kabar Masa Adven Hingga Tahun Baru

Kabar Minggu Adven I: Bertambah


Kelimpahan (1Tes. 3:9-13)
Dalam memasuki Minggu Adven I, lagu pujian natal
telah terdengar di beberapa tempat umum, khususnya di pusat
pembelanjaan. Sudah terasa aura kegembiraan Natal.

Tapi perlu kita perhatikan bahwa bapa-bapa gereja
menekankan pada Minggu Adven Pertama dan Kedua, nas
irman Tuhan yang dibaca baiknya merupakan renungan yang
bersifat kontemplasi, renungan untuk pertobatan, memohon
kekudusan melalui perubahan hidup. Sehingga dengan
demikian kita siap merayakan kelahiran Yesus Kristus di
Betlehem dua ribuan tahun yang lalu.

Nas Minggu Adven I ini diambil dari 1Tes. 3:9-13. Nas


ini berpesan tentang sikap kita menyambut kedatangan Tuhan
Yesus yang kedua kali.

Kita sering bersyukur atas kebaikan dan sukacita yang


diberikan Allah kepada kita. Maka menjelang perayaan ini,
patut kita bertanya: persembahan apakah yang layak kita
berikan kepada Allah? Firman Tuhan mengatakan agar kita
selalu menghitung berkat-berkat Tuhan yang membuat kita
kagum atas-Nya (Mzm. 40:5; KJ. 439).

Selalu ada tantangan dalam menjalani kehidupan.


Kadang-kadang ada topan dan badai bahkan yang keras yang
membuat kita dapat kecewa, putus asa dan letih lesu. Tetapi
sebagai orang percaya kita harus memahami bahwa Tuhan
mengizinkan semua hal itu terjadi dalam hidup kita,
sebagai ujian yang perlu dilakukan agar kita semakin
dekat kepada-Nya untuk memperkuat iman kita. Oleh
karena itu dikatakan pada ayat 3, Rasul Paulus berdoa
sungguh-sungguh agar iman jemaat di Tesalonika dapat
bertambah dan bertumbuh. Tentu ini berlaku bagi kita juga.
Diharapkan semakin lama iman kita terus semakin bertumbuh.
10

f

Iman berarti ketergantungan dan kepercayaan akan Tuhan,


serta keterlibatan Tuhan dalam hidup kita. Dalam kaitan ini,
meminta dukungan doa para hamba Tuhan sangatlah perlu,
sebagaimana Rasul Paulus terus mendukung jemaat Tesalonika
dalam doa (ayat 10-11).

Melalui nas ini kita diingatkan juga, bahwa bukti iman


yang bertumbuh adalah bertambahnya kasih terhadap
yang lain (ayat 12); kasih yang berkelimpahan dan perlu
terhadap semua orang. Itu adalah kasih yang tidak pandang
bulu, kasih yang tulus tanpa pamrih dan tanpa perhitungan
untung rugi.

Iman tanpa disertai perbuatan adalah mati (Yak. 2:17,


26). Jadi janganlah kita cuma dapat berkata-kata manis, yang
bahkan memakai bahasa malaikat, namun seperti gong yang
berkumandang dan canang yang gemerincing saja (1Kor. 13:1).

Dalam mewujudkan kasih kita selalu diminta memberi


pengorbanan. Tidak ada kasih tanpa pengorbanan. Dan
pengorbanan itu bahkan bisa terasa sakit. Oleh karenanya
kita diminta melalui nas Tuhan Minggu Adven I ini, agar tetap
menguatkan hati dengan pertolongan Roh Kudus. Jangan
sampai kita kalah, jatuh, dan merasa kecewa, atau bahkan
membalas dengan kejahatan. Allah menginginkan kita tak
bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada
waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita (ayat 13).

Tuhan memberkati kita. Amin.

11

Kabar Minggu Adven II: Kebenaran


yang Berbuah (Flp. 1:3-11)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu Adven II ini
diambil dari Flp 1:3-11. Firman ini mengungkapkan perasaan
syukur Rasul Paulus melihat jemaat yang pernah dibangunnya
di Filipi. Jemaat itu sungguh bertumbuh dengan baik (lih. Kis.
16). Di samping bertumbuh secara kuantitas, jemaat Filipi juga
bertumbuh secara kualitas dalam bentuk pertumbuhan iman
dan terutama dalam buah-buah yakni pelayanan ke luar.

Pertumbuhan ini disebut Rasul Paulus buah kebenaran.

Dalam teori pertumbuhan gereja, di samping


pertumbuhan kuantitas dan kualitas tersebut, perlu juga
pertumbuhan organisasi dan kelembagaan. Pertumbuhan
organisasi dan kelembagaan sering kali diabaikan gereja.
Akibatnya bentuk dan susunan kelembagaan gereja menjadi
mandeg serta kurang mere leksikan tri tugas dan tanggung
jawab gereja, yakni koinonia, diakonia dan marturia. Akhirnya
terjadilah penurunan kuantitas dan kualitas.

Rasul Paulus melihat jemaat Filipi di dalam


kebersamaan, terus menyatakan dukungan terhadap dirinya
dan pekerjaan penginjilannya. Maka Rasul Paulus bersyukur. Di
dalam rasa syukurnya, Rasul Paulus memanjatkan doa yang
mengharapkan agar karya dan persekutuan jemaat Filipi
semakin lebih baik.

Gereja adalah persekutuan orang percaya yang


dibawa keluar dari kegelapan menuju terang. Dalam
suratnya kepada Jemaat Efesus, Rasul Paulus menekankan
bahwa terang hanya berbuahkan kebaikan, keadilan dan
kebenaran (Ef. 5:9). Rasul Paulus yakin sepenuhnya, “Allah
yang memulai pekerjaan yang baik akan meneruskannya
sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus" (ayat 6). Dalam
suratnya yang lain, dinyatakannya, “Ia yang menyediakan benih
12

bagi penabur, ...Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kita
dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah
kebenaran” (2Kor. 9:10).

Nas Minggu Adven II ini mengingatkan tanggungjawab


kita sebagai warga gereja. Kita telah dibawa keluar ke dalam
terang melalui penginjil-penginjil-Nya.

Kita menerima keselamatan dari Yesus Kristus


melalui langkah hebat pengorbanan para penginjil dari
luar Indonesia. Para penginjil itu bekerja tanpa lelah hingga
berita keselamatan itu tersebar ke berbagai puak-puak di
pedalaman tanah air kita. Semangat penginjilan di awal
berdirinya gereja di beberapa wilayah kita begitu tinggi.
Semangat itu berbuah hingga ke tempat-tempat yang jauh dari
daerah-daerah awal masuknya penginjilan.

Namun apa yang kita saksikan kini? Di banyak tempat


semangat itu memudar dan bahkan ada yang sirna. Terang itu
telah tersembunyi dan tidak bercahaya lagi bagi banyak orang
(Mat. 5:15).

Di dalam Firman Minggu Adven II ini Rasul Paulus


berdoa sekaligus mengingatkan kita pentingnya berhikmat,
yakni pengetahuan yang benar dan dalam segala macam
pengertian, sehingga dapat memilih apa yang baik (ayat
9b-10). Jemaat seharusnya tidak hanya menerima berkat
dan pelayanan, tetapi juga terlibat dalam pelayanan dan
menjadi berkat bagi sesama. Pelayanan dan dukungan
terhadap penginjilan ke luar gereja perlu dilakukan dan
tidak boleh hilang terabaikan. Kita diminta untuk memberi.
Tapi tidak sekedar memberi, melainkan dengan berhikmat.
Dengan ikut mendukung dan terlibat dalam pelayanan
penginjilan. maka kebenaran yang kita terima pun teruji dan
terbukti

13

Janganlah gereja-gereja sampai terlena dalam


kemalasan. Jangan juga terlena dalam keserakahan yang
berfokus semata-mata pada diri sendiri. Kehidupan tampak
sering menuntut berlebih. Orang berhikmat memahami apa
artinya cukup dan bersedia memberi bagi orang lain.
Perasaan syukur dan kasih, khususnya bagi sesama, bukan
sekedar pengetahuan tetapi juga tindakan dan perbuatan nyata
(1Yoh. 3:18).

Memuliakan dan memuji Allah dalam nas ini


menekankan pada berbuah kebenaran. Rasul Paulus
mengingatkan kita tentang tujuan yang sangat penting, yakni
agar kelak jangan sampai kita bercacat di hadapan Kristus
Yesus. "Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik,
tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa" (Yak. 4:17).

Jadi, tetaplah bersyukur dan berkarya dalam penginjilan


ke luar gereja.

Tuhan memberkati kita. Amin.

14

Kabar Minggu Adven III: Damai


Sejahtera (Flp. 4:4-7)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu Advent III ini
diambil dari Flp. 4:4-7. Isinya merupakan nasihat Rasul Paulus
dari penjara kepada dua perempuan pengerja pelayanan yang
sedang berselisih paham. Ia sangat gundah melihat kedua
perempuan rekannya di Filipi itu tidak sehati sepikir. Dan Rasul
Paulus menekankan kunci jawabannya, yakni di ayat 4:
"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi
kukatakan: Bersukacitalah!"

Mungkin kita merasa aneh. Kok bersukacita?

Ada dasar dan motivasi Paulus menyerukan untuk


bersukacita. Di dalam pasal sebelumnya, Rasul Paulus
menyatakan, kita sebagai orang percaya mesti berdiri teguh.
Mengapa? Karena kita telah menjadi warga kerajaan sorgawi,
yang menantikan kedatangan Yesus Kristus yang mengubah
tubuh kita menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia (Flp.
3:20-21, band. 1:6, 10). Itulah berita sukacita dari Tuhan. Rasul
Paulus sendiri, di dalam penjara, memberi teladan di dalam
bersukacita.

Sukacita tidak boleh berhenti hanya sampai pada


sukacita. Bersukacita bukanlah bersikap apatis. Sukacita
harus diikuti dengan berinisiatif untuk menyelesaikan
masalah, termasuk perselisihan, yang ada, baik untuk diri
sendiri atau orang lain (ayat 3). Inisiatif itu disebut Rasul
Paulus sebagai kebaikan hati yang perlu dilihat pihak lain dan
semua orang, sehingga pembatas dan penghalang menjadi cair
(ayat 5).

15

Tidaklah baik apabila kita menunggu pihak lain


lebih dahulu berinisiatif. Itu bukan sikap Kristiani. Kita
juga tidak perlu juga kuatir (ayat 6) inisiatif akan
mendatangkan kerugian, seperti kehilangan harga diri, malu,
direndahkan, dan hal lainnya.

Kita harus menghilangkan sifat congkak, merasa benar


sendiri, merasa hebat, dan terutama "...tidak mencari
kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya
hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang
lain lebih utama dari pada dirinya sendiri" (Flp. 2:3-4).
Merendahkan diri merupakan awal dari sukacita dan
damai sejahtera.

Pesan nas Minggu Advent III sangat penting dan relevan


dalam menyongsong Natal. Janganlah masih ada perselisihan
dengan sesama ketika kita merayakan kelahiran-Nya. Ia datang
untuk memperdamaikan kita yang berdosa dengan Allah, dan
karenanya sangat elok dan cantik bila kita pun berdamai
dengan sesama. Rubuhkan tembok, penghalang, dan egoisme,
sehingga terbuka lebar jalan untuk berdamai dan bersatu.
Ingatlah, damai sejahtera dari Allah itu hanya bagi manusia
yang berkenan kepada-Nya (Luk. 2:14).

Bila ada yang masih mengganjal dalam menyelesaikan


perselisihan, bawalah dalam doa dengan tetap bersyukur (ayat
6b). Tuhan akan bekerja, bisa dengan cepat seketika, atau bisa
juga melalui jalan berliku-liku.

Damai itu indah. Dan buahnya seperti ayat 7 yang sering


kita dengar sebagai pengantar khotbah di gereja: "Damai
sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara
hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus."

Maka, periksa dan carilah mereka yang kita benci


atau yang tidak kita sukai. Berinisiati lah. Selesaikan
masalahnya.

16

f
Selamat berdamai dengan sesama. Sehingga kita dapat
mengingat-rayakan Natal secara sah dan bercahaya penuh.
Damai sejahtera (Yun.: eirene) itu adalah "sorga kecil" di dunia.

Tuhan memberkati kita. Amin.

17

Kabar Minggu Adven IV: Perdamaian


Kekal (Ibr. 10: 5-10)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu Adven IV ini
diambil dari Ibr 10:5-10. Firman ini berbicara tentang
persembahan yang sempurna dan kekudusan yang kekal.

Menjelang hari Natal kita diingatkan kembali tentang


latar belakang dan maksud Tuhan Yesus, Putra Allah turun dari
sorga dan menjadi manusia. Semua itu terjadi oleh karena
kasih Allah.

Manusia berdosa dan terus mengulanginya. Allah


berhak murka terhadap setiap orang berdosa sebab telah
murtad dan melawan perintah-Nya. Tapi Allah tetap mengasihi
manusia.

Perjanjian lama mengajarkan bahwa manusia yang


melakukan dosa dan kesalahan dapat menebus dengan
menyerahkan korban persembahan. Ada beberapa jenis korban
persembahan yang disesuaikan dengan maksud dan tujuannya,
yakni:

- Ola, korban bakaran;


- Khatta’t, korban penghapus dosa;
- Asyam, korban penebus salah;
- Minkha, korban sajian;
- Zevakh dan Selamin, korban perdamaian dan korban
keselamatan.

Dalam ritual persembahan itu umat yang berdosa


membawa korban persembahannya, baik berupa ternak hewan
atau bentuk lainnya. Jenis, ukuran, dan nilai persembahan yang
diberikan, ditentukan oleh tingkat kesalahannya, dengan
disesuaikan terhadap kemampuan ekonominya. Seorang janda
miskin yang berdosa, cukup membawa tepung atau seekor
burung tekukur.
18

Akan tetapi seorang pejabat kerajaan diwajibkan membawa


beberapa ekor hewan ternak, seperti sapi atau lembu yang
gemuk, sebagai ganti penebusan atas kesalahan dirinya yang
besar.

Dalam ritual itu seorang imam meletakkan tangannya di
atas hewan ternak yang dibawa, meneguhkan bahwa itulah
penebusan atas dosanya. Setelah hewan itu disembelih,
darahnya dipercik-percikkan ke seluruh arah Bait Allah. Ibadah
itu dapat berlangsung berulang-ulang bila mereka melakukan
dosa yang berulang juga. Yang mereka tuju terutama adalah
ketaatan pada aturan Taurat. Manusianya sendiri, yang berbuat
dosa, pada hakekatnya tidak mengalami perubahan dalam
dirinya (band. Ibr. 10:1).

Nas Minggu Adven IV juga mengingatkan kita isi Mzm.


40:7-9, yakni janji yang baru. Roh Kudus telah membuat
perjanjian baru dengan kita umat-Nya. Hati kita dimeteraikan
oleh irman-Nya. "Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal
budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku
akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku
(Ibr. 8:10b). Melalui Perjanjian Baru, persembahan yang
benar dan sempurna adalah darah Yesus yang telah
mempersembahkan diri-Nya sebagai jalan pendamaian
manusia dengan Allah melalui iman (Rm. 3: 25; 2Pet. 3:14).

Dengan demikian, kita orang berdosa percaya bahwa


bayi Yesus yang lahir di Betlehem 2000 tahun lalu, merupakan
jalan perdamaian Allah dengan kita manusia. Melalui iman
percaya itu, kita tidak perlu lagi berulang-ulang menebus dosa
dan kesalahan dengan korban ternak hewan. Tetapi kita
diingatkan, bahwa dalam irama langkah kehidupan kita
sehari-hari yang perlu adalah ketaatan pada Firman-Nya,
bukan dalam ritualnya. Terlebih lagi karena bayi Yesus yang
lahir dan kita rayakan, merupakan tindakan agung kasih-Nya,
yakni mempersembahan tubuh Yesus Kristus untuk
menguduskan kita satu kali untuk selama-lamanya oleh. Inilah

19
f

sukacita Natal yang kita rayakan bukan hanya setiap tahun,


bahkan setiap hari dalam hati kita.

Tuhan memberkati kita. Amin.

20

Kabar Hari Natal: Allah, Tuhan dan


Hakim (Mzm. 96)
Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan
kekudusan, gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi!
Katakanlah di antara bangsa-bangsa: "TUHAN itu Raja!
Sungguh tegak dunia, tidak goyang. Ia akan mengadili bangsa-
bangsa dalam kebenaran (Mzm. 96:9-10)

Firman Tuhan bagi kita pada hari Natal yang penuh


sukacita ini diambil dari Mzm. 96. Mazmur ini ditulis oleh Raja
Daud dan terdiri dari 13 ayat. Lembaga Alkitab Indonesia
memberi judul perikop: Allah, Tuhan dan Hakim seluruh dunia.

Bagian pertama nas ini mengajak kita untuk


bersukacita, menyanyi bagi Dia yang datang ke dunia;
memperingati dan merayakannya bersama keluarga dan umat
Kristiani di segenap bumi. Mari kita menaikkan pujian dan
nyanyian baru, bukan seperti biasa. Walaupun syair dan
nadanya bisa sama, tetapi kita sampaikan dengan hati yang
baru dan dengan semangat yang lebih menyukakan hati Tuhan.
Jangan merayakannya secara biasa-biasa saja, sebab
Tuhan Yesus sungguh luar biasa.

Bagian kedua mazmur ini meminta agar kita


m e n g a b a r k a n k e d a t a n g a n - N y a k e d u n i a d a n
memahsyurkannya. Ia datang membawa keselamatan bagi
semua bangsa-bangsa. Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di
antara segala suku bangsa, semua telah diceritakan dalam
Alkitab. Tidak hanya di Israel, di Timur Tengah, tetapi juga di
Afrika, Asia dan di seluruh dunia. Tidak ada yang lebih besar
dari Dia dengan pengikut terbesar di dunia. Ada allah-allah lain
tetapi itu hampa, sebab ada allah yang dianggap mentolerir
kekerasan dan tidak penuh belas kasih. Tuhan Yesus adalah
Allah yang memberi kebenaran dan kebenaran itu
memerdekakan kita (Yoh. 8:31-36; Rm. 8:2).

21

Yesus memberikan hidup-Nya dengan menjadi Penebus


bagi dosa-dosa manusia. Tidak ada allah atau nabi-nabi lain
yang mati tergantung di kayu salib, berkorban
memberikan nyawanya untuk kepentingan orang lain.
Yesus melakukannya. Oleh karena itu, berilah kepada TUHAN
kemuliaan nama-Nya. Sujudlah menyembah kepada TUHAN
dengan berhiaskan kekudusan, dengan menjaga hidup kita
agar terus-menerus menjadi serupa dengan Dia. Itu bukti
bahwa kita hormat kepada-Nya.

Ia telah memberi yang terbaik, berkorban turun dari


sorga menjadi sama dengan manusia, menderita dengan
disiksa. Maka kita pun layaklah memberi yang terbaik dari
hidup kita. Ia datang untuk menyelamatkan. Kita yang
menerima Dia sebagai Penebus dan Juruselamat sudah
diselamatkan. Begitu besar kasih-Nya. Maka marilah kita
mengasihi Dia dengan memberi yang terbaik dari hidup
kita kepada-Nya.

Ia adalah Allah yang perkasa, Allah yang menang


melawan kematian dan bangkit dari kubur, hidup dan naik ke
sorga. Ia benar Allah dari sorga karena Ia kembali ke sorga.
Ia adalah Allah yang menjadikan langit dan bumi. "TUHAN itu
Raja! Sungguh tegak dunia, tidak goyang. Biarlah langit
bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut
serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di
atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai di
hadapan TUHAN (ayat 11-13a).

Ada manusia yang baik dan ada manusia yang kurang/


tidak baik. Tapi jangan hanya melihat baik/tidak baik itu
berdasarkan mata manusia saja. Ingatlah bahwa Allah
Mahatahu dan melihat semuanya. Allah Maha Adil. Manusia
mesti mempertanggungjawabkan segala perbuatannya nanti
pasca kematian, kepada Tuhan Yesus (Rm. 14:12; Ibr. 4:13;
1Pet. 4:5).

22

Yesus di dalam nas di atas terbukti adalah Maha Kuasa,


Raja segala raja. Ia akan mengadili semua bangsa-bangsa dalam
kebenaran. Ia akan datang, Ia datang untuk menghakimi
bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan
bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya (ayat 13).

Marilah kita bersiap untuk itu dengan terus


menempatkan Tuhan Yesus sebagai Penebus dan Juruselamat
kita.

Selamat Hari Natal. Selamat bersukacita.



Tuhan memberkati kita. Amin.

23

Kabar Minggu Pertama Setelah Natal: Natal


dan Perubahan (Kol. 3:12-17)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu I setelah Natal ini
diambil dari Kol. 3:12-17. Dalam nas ini sangat penting kita
perhatikan, setelah seminggu natal berlalu: apakah peristiwa
dan ibadah perayaan natal yang kita ikuti sejak minggu Adven I
telah membawa berkat dan komitmen perubahan pada diri
kita, yang sudah ditetapkan sebagai orang-orang pilihan Allah
yang dikuduskan dan dikasihi-Nya.

Melalui nas ini ada empat perubahan yang diminta


untuk kita lakukan pada diri kita pasca Natal.

Pertama, kita diminta untuk lebih menekankan belas


kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan
kesabaran dalam terhadap orang lain (ayat 12-13a). Natal
mestinya menumbuhkan semangat kasih, sebab natal adalah
bukti kasih Allah kepada kita dan dunia ini (Yoh. 3:16).

Pesan kedua, meminta agar kita mengampuni orang


lain. Tidak boleh lagi ada tersimpan rasa sakit hati, kemarahan,
dendam, kepahitan, merasa benar sendiri, dan keinginan
membalaskan yang jahat pada orang lain (ayat 13b). Seperti
yang disampaikan nas pada Minggu Advent IV, di dalam
memasuki Natal kita harus membereskan semua masalah yang
lalu dan kita harus mengambil inisiatif memulai perdamaian
sebagai tanda kita pengikut Kristus sejati. Pertentangan tidak
membawa manfaat. Kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang
mempersatukan dan menyempurnakan (ayat 14). Tidak ada
lagi alasan bagi kita untuk memelihara gengsi, harga diri, dan
malu, karena kita telah memahami Tuhan Yesus telah turun
dari tahta-Nya ke dunia dengan menjadi manusia, dan lahir
hanya di kandang domba.

24

Pesan ketiga nas ini, mengharapkan Natal yang telah


kita peringati dan rayakan sudah membawa damai sejahtera
yang lebih besar bagi kita semua. Bayi Yesus telah diam dan
berkuasa di dalam hati kita. Ekspresikan ucapan penuh syukur.
Buanglah ambisi dan godaan dunia yang menghilangkan damai
sejahtera. Hendaklah hikmat perkataan Kristus bersemayam
diam dengan segala kekayaannya, dan kita pakai untuk
mengajar dan menegur seorang akan yang lain dalam kasih,
sambil menyanyikan mazmur, puji-pujian dan nyanyian rohani
(ayat 15-16).

Pesan terakhir, yang dapat menjadi ayat emas nas


Minggu ini, meminta agar kita dalam melakukan segala sesuatu
dengan perkataan atau perbuatan, lebih rohani lagi, yakni kita
harus melakukan semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus (ayat
17). Pesan ini dipertegas di ayat 23: "Apa pun juga yang kamu
perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk
Tuhan dan bukan untuk manusia."

Terpujilah Tuhan. Semoga Natal tahun ini benar-benar


telah menghembuskan perubahan dalam diri kita semua.

Tuhan memberkati kita. Amin.

25

Kabar Tahun Baru: Langit dan Bumi


yang Baru (Why. 21:1-6a)
Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab
langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan
lautpun tidak ada lagi (Why. 21:1)

Kitab Pengkhotbah mengatakan, “Apa yang pernah ada


akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak
ada sesuatu yang baru di bawah matahari” (Pkh. 1:9).
Maksudnya, dunia ini bukanlah semua monoton. Banyak hal
baru yang ditemukan dalam gagasan dan kehidupan. Tetapi
umat manusia tetaplah sama, tidak ada yang baru, yakni
memiliki keinginan, hasrat, nafsu, ambisi, mencari jati diri dan
eksistensi, biarpun dengan sasaran-sasaran pribadi yang baru.

Tahun baru merupakan kesepakatan umat manusia


tentang tanggal dimulainya penanggalan atau kalender.
Tujuannya tentu untuk mempermudah komunikasi. Ada
berbagai versi kalender. Versi internasional yang umum
dipakai adalah kalender Gregorian yang dikenalkan pertama
kali tahun 1582. Di Indonesia sendiri ada beberapa versi
kalender yang umum dikenal, yakni tahun Hijriah, kalender
Cina, Jawa, Sunda dan Bali. Masing-masing berbeda tergantung
pengambilan acuannya, yakni dari perputaran matahari, bulan
atau gabungannya. Dengan demikian, tanggal yang penting tiap
versi kalender juga berbeda.

1 Januari kita memulai tanggalan yang baru. Mulai hari


ini ke hari-hari seterusnya, penulisan tanggal dan bulan sama
dengan tahun sebelumnya, tapi tahunnya berubah dengan
bertambah satu. Ada perubahan. Seperti itulah kira-kira cara
kita memahami bumi baru dan langit baru dalam nas ini.
Bukan berarti kita harus pindah ke planet lain. Bumi baru dan
langit baru merupakan transformasi dari bumi saat ini
dengan tatanan yang baru. Tentu kita tidak diajak untuk

26

menghayal dan memikirkan terlalu detail wujud dan


prosesnya.

Langit baru juga demikian halnya. Pandangan dan


cakrawala penglihatan manusia baru kelak akan berbeda.
Pola pikir atau mindset berubah dan lebih kepada yang sesuai
dengan kehendak Kristus. Gambaran dunia baru lebih kepada
kepenuhan sukacita dan damai sejahtera. “Dan Ia akan
menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak
akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap
tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah
berlalu" (ayat 4).

Kota Yerusalem baru dalam nas ini hanyalah kiasan,


sebuah simbol akan pusat Kerajaan Allah. Ini tidak ada
hubungannya dengan suatu lokasi di Israel. Demikian juga
dengan gambaran nas ini tentang, “... dan laut pun tidak ada
lagi”. Dalam pasal sebelumnya dijelaskan bahwa laut
menyerahkan orang-orang mati, yang berarti laut sebagai
tempat buangan orang-orang mati, orang-orang yang tidak
termasuk dalam buku kehidupan (Why. 20:12-13). Ada disebut
pula laut maut dan kerajaan maut yang merupakan simbol dan
gambaran kejahatan (band. Why. 12:18). Jadi, pasti ada
kebangkitan dan penghakiman.

Tahun baru selalu membawa harapan. Memang


harapan kadang-kadang bisa menjadi sumber kekecewaan, jika
tidak terwujud atau terlambat. Francis Bacon berkata,
“harapan sangat bagus sebagai sarapan, tetapi tidak bagus
untuk makan tengah malam.” Tetapi harapan lebih memiliki
nilai plus yang besar, yakni menjadi pendorong dalam
kehidupan. Harapan adalah sauh kuat (Ibr. 6:19) sehingga tetap
bersukacitalah dalam pengharapan (Rm. 12:11). Harapan
yang besar membuat orang menjadi besar, kata Thomas
Fuller. Alkitab menegaskan, jangan terjebak realitas. “... karena
hal-hal yang dilihat bersifat sementara; tetapi hal-hal yang
tidak terlihat adalah abadi (2Kor. 4:18).

27

Saya percaya segala sesuatu memiliki awal dan akhir.


Seperti dalam ayat 6 nas irman Tuhan ini: “Aku adalah Alfa dan
Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan
Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan.”
Saya juga percaya pada proses. Dalam proses ada yang berjalan
sesuai hukum alam, dan kadang-kadang ada campur tangan
Tuhan secara langsung. Orang beriman layak menyadari hal itu.

Dalam proses tersebut, irman Tuhan menekankan,


“Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga
kami beroleh hati yang bijaksana” (Mzm. 90:12). Kita harus
tetap berpegang bahwa Tuhan itu baik, sangat baik. Untuk itu
“Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya
untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” (Mzm. 107:1). Dengan
bersyukur maka kita tahu Tuhan bekerja dan memberi
yang terbaik dalam hidup kita dalam memasuki hari-hari
baru di tahun yang baru ini.

Mari kita berpegang pada narasi lagu Lagu PKJ. 241, Tak
Kutahu Hari Esok:

Tak 'ku tahu 'kan hari esok,


Namun langkahku tegap.
Bukan surya 'ku harapkan,
Kar'na surya 'kan lenyap.
O tiada 'ku gelisah akan masa menjelang;
'Ku berjalan serta Yesus, maka hatiku tenang.

Tuhan memberkati kita. Amin.

28

Bagian B: Kabar Minggu Epifani

29

Kabar Minggu Epifani Tuhan Yesus:


Melakukan Perjumpaan (Ef. 3:1-12)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu Epifani (minggu
penampakan Tuhan) ini diambil dari Ef. 3:1-12. Nas ini
bercerita tentang rahasia panggilan orang-orang bukan Yahudi.
Disebut minggu penampakan Tuhan karena bayi Tuhan Yesus
tampak pertama kali bagi bangsa lain, yakni saat orang Majus
dari timur datang melihat dan menyembah-Nya.

Alkitab menegaskan keselamatan datang dari


bangsa Yahudi melalui Tuhan Yesus (Yoh. 4:22). Rasul
Paulus telah dipilih Allah sebagai salah satu yang
menyampaikan kabar baik keselamatan itu bagi bangsa bukan
Yahudi (band. Gal. 2:9; Rm. 1:5), agar mereka menerima-Nya,
percaya, dan taat kepada-Nya. Seperti ditulis pada ayat 5, misi
keselamatan Tuhan Yesus sebelumnya diartikan oleh rasul-
rasul-Nya hanya untuk bangsa Yahudi saja, bahkan lebih
bersifat isik yakni berharap keberadaan-Nya untuk
menyelamatkan mereka dari penjajahan Romawi (band. Yes.
49:6; Gal. 3:8). Tapi kini rahasia tersebut dibukakan, betapa
kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain,
yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kita semua, Kristus yang
adalah pengharapan akan kemuliaan! (Kol. 1:27).

Rasul Paulus yang menyebut dirinya paling hina dari


para rasul, telah dianugerahkan kasih karunia untuk
memberitakan kekayaan Kristus kepada orang-orang bukan
Yahudi (ayat 8). Kita juga tahu bahwa Rasul Paulus dipanggil
dari seorang pembenci dan bahkan ingin membunuh para
pengikut Kristus. Tetapi ketika menyadari dirinya telah
ditangkap Kristus, ia merasa berkewajiban untuk
memberitakan maksud jalan keselamatan tersebut kepada
orang lain.

Kita yang disegarkan oleh perjumpaan dengan Kristus


melalui ibadah dan perayaan Natal, melalui nas ini diingatkan
30
f

agar membuat dan memfasilitasi perjumpaan Kristus dengan


orang-orang yang belum mengenal-Nya. Sebagaimana Rasul
Paulus, perlu ada kegelisahan dalam hati dan menyadari masih
banyak saudara-saudara kita sebangsa yang belum mengenal
Kristus. Panggilan itu mesti menggelora dalam hati, agar
orang lain ikut merasakan dan menikmati anugerah
keselamatan tersebut yang memang telah tersedia sebagai
ahli waris, dan menjadi anggota tubuh Kristus.

Nas Minggu Epifani ini menyegarkan panggilan tersebut


kepada kita semua, untuk terus ambil bagian menjadi pelayan-
pelayan Allah (diakonos=diaken) dalam melakukan
perjumpaan Kristus dengan orang lain yang belum
mengenalnya, melalui karya nyata: tenaga, waktu, pikiran,
dana, dan doa. Karya nyata memperlihatkan Kristus hidup
dalam diri kita. Janganlah sampai tidak melakukannya
sehingga membuat perjumpaan kita dengan Kristus melalui
Natal menjadi tidak berbuah.

Tuhan memberkati kita. Amin.

31

Kabar Minggu I Setelah Epifani:


Tumpang Tangan (Kis. 8:14-17)
Minggu I setelah Epifani adalah Minggu peringatan
pembaptisan Tuhan Yesus. Firman Tuhan yang menjadi
renungan kita diambil dari Kis 8:14-17. Nas ini berbicara
tentang kisah tanah Samaria yang telah menerima irman
Allah, tetapi Roh Kudus belum turun di atas seorang pun di
antara mereka. Padahal, dua rasul yakni Petrus dan Yohanes
telah berdoa bagi mereka supaya orang-orang Samaria itu
beroleh Roh Kudus. Mereka bahkan sudah dibaptis dalam
nama Tuhan Yesus. Kedua rasul menumpangkan tangan di atas
orang-orang Samaria, lalu mereka menerima Roh Kudus (ayat
14-17).

Mungkin muncul pertanyaan, mengapa harus ada


tumpang tangan? Apakah dengan doa saja tidak cukup untuk
mendapatkan kuasa sehingga Roh Kudus berdiam dan bekerja
pada seseorang?

Tumpang tangan sudah berlaku sejak zaman PL. Itu


dilakukan oleh para imam dalam pelbagai upacara khususnya
untuk berdoa (1Raj. 8:54), dan memohon berkat Tuhan (Im.
9:22; Luk. 24:50). Tetapi orang tua terhadap anaknya juga
sering tumpang tangan, seperti ketika Yakub memberkati anak-
cucunya (Kej. 48:8-20). Tuhan Yesus juga melakukan
penumpangan tangan ketika memberkati anak-anak yang
dibawa kepada-Nya (Mrk. 10:16; Mat. 19:13-15) dan kepada
orang sakit (Mrk. 5:23; Mat. 9:18; Luk. 4:40).

Kita juga sering melihat penumpangan tangan dalam


peneguhan panitia dan pejabat gerejawi. Ini sama dengan Musa
yang menumpangkan tangannya saat Yosua diteguhkan sebagai
penggantinya (Bil. 27:18-23; Ul. 34:9, band. 2Tim. 1:6).

M a k a t e r l i h a t b a h w a f u n g s i d a n m a k n a
penumpangan tangan sangat penting sejak dahulu, dan
32

f
merupakan simbol adanya kuasa dan berkat rohani yang
turun dari Allah kepada orang yang ditumpang tangan
(band. Mrk. 5:30).

Tujuan dari semua itu yakni Roh Kudus berdiam dan


bekerja dalam diri orang tersebut. Maka kita yang sudah
dibaptis dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus oleh
hamba Tuhan, perlu mengingat dan memahaminya dengan
baik. Tidak ada yang dapat memindahkan atau menghalau
kuasa yang telah diberikan. Terlebih bagi para pengerja
gereja atau organisasi yang menyatakan dirinya Kristiani dan
melakukan tumpang tangan, maka buah-buah karya Roh Kudus
harus terlihat dalam kehidupan sehari-hari yakni: kasih,
sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22-23).
Bila itu tidak terlihat maka kuasa Roh Kudus yang diberikan
melalui tumpang tangan menjadi sia-sia.

Orang yang hidup oleh Roh Kudus mestinya tidak


suam-suam kuku; tidak terlihat semangat dan kuasa yang
bekerja dalam dirinya. Ini teguran kepada orang-orang
Kristen di Laodikia yang tidak panas dan tidak dingin (Why.
3:14-22). Mereka tidak menjadi sumber berkat dan kesegaran
bagi orang lain; tidak menjadi pendorong semangat, sukacita,
dan pengharapan bagi sesama. Allah sangat tidak
menyukainya. Maka tetaplah bersemangat dan terus
berbuah, sebab Roh Allah berdiam dan bekerja dalam diri
kita.

Tuhan memberkati kita. Amin.

33

Kabar Minggu II Setelah Epifani:


Nama Baru (Yes. 62:1-5)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu II setelah Epifani
ini diambil dari Yes. 62:1-5. Nas ini berbicara tentang
keselamatan Sion yang datang kembali. Umat Israel di zaman
Yesaya berpikiran telah ditinggalkan Allah. Mereka merasa
sunyi sepi, seperti janda atau anak dara menanti pasangan,
sesuai ekspresi syair senandung di awal kitab: "Puteri Sion
tertinggal sendirian seperti pondok di kebun anggur, seperti
gubuk di kebun mentimun dan seperti kota yang
terkepung" (Yes. 1:8).

Sebenarnya Tuhan telah mengembalikan mereka dari


pembuangan. Tetapi situasi sulit masih terjadi dengan adanya
penguasaan oleh bangsa asing. Suara Yesaya di bagian akhir
suratnya ini memberi penghiburan dan pengharapan, bahwa
Tuhan telah mengampuni mereka, dan akan memulihkan
mereka. "Dia yang membangun engkau akan menjadi suamimu,
dan seperti girang hatinya seorang mempelai melihat
pengantin perempuan, demikianlah Allahmu akan girang hati
atasmu" (ayat 5). Haleluya.

Pesan nas ini sangat pas untuk kita yang


merindukan suatu perubahan. Itu bisa di lingkup pribadi
yakni seolah merasa Tuhan telah meninggalkan kita, tidak
dikasihi Tuhan, atau kurang diberkati. Itu bisa juga berlaku
dalam lingkup organisasi atau korporasi. Bahkan dalam
lingkup suku atau bangsa pun bisa terjadi, yakni belum
terwujudnya tujuan visi misi yang bahkan cenderung
melenceng.

Janji Allah itu sesuatu yang pasti, sebab kasih-Nya


besar tiada terperi. Kita akan dibuat-Nya bersinar seperti
cahaya dan menyala seperti suluh (ayat 1). Dengan kita
bersinar maka orang lain akan melihat kita dengan nama dan
status baru (ayat 2), dan keagungan baru disematkan pada kita
34

dengan serban mahkota (ayat 3). Cepat tidaknya semua itu


terjadi tentu tergantung pada respon kita dan kemurahan
hati Allah, sesuai dengan keseriusan doa permohonan dan
upaya yang kita lakukan.

Tahun yang baru merupakan momen yang pas untuk


memulai sesuatu yang baru. Bulan Januari bagaikan halte
untuk kita beristirahat sejenak merenungkan, mengisi
daya atau recharge, membarui semangat dan tujuan hidup.
Saat ini tepat untuk mereorientasi kembali semangat dan
tujuan hidup kita ke rencana Allah tentang keberadaan kita di
dunia dan sekitar, yang membawa pemulihan hubungan kita
dengan Allah. Sebagaimana ditulis pada ayat-ayat berikutnya
(6-12), Allah akan terus menjaga kita agar janji-Nya
menjadi nyata melalui ketekunan berdoa, bersyukur dan
hidup kudus.

Nah, ini terpulang kepada kita. Apakah kita tetap


percaya dan taat dalam bekerja sesuai dengan maksud dan
rencana-Nya? "Berjalanlah, berjalanlah melalui pintu-pintu
gerbang, persiapkanlah jalan bagi umat, bukalah, bukalah jalan
raya, singkirkanlah batu-batu, tegakkanlah panji-panji untuk
bangsa-bangsa!” (ayat 10).

Tuhan memberkati kita. Amin.

35

Kabar Minggu III Setelah Epifani:


Karunia Utama (1Kor. 12:12-31a)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu III setelah Epifani
ini diambil dari 1Kor. 12:12-31a. Nas ini berbicara tentang
"Banyak anggota, tetapi satu tubuh" dalam kaitannya dengan
karunia rohani. Rasul Paulus menggunakan konsep tubuh
manusia untuk mengajar orang Kristen tentang bagaimana
hidup dan bekerja bersama-sama. Sama seperti seluruh
bagian dari tubuh berfungsi karena diperintah otak,
demikian juga kita harus bekerja bersama di bawah
kendali dan perintah Yesus Kristus (band. Rm. 12:3-8; Ef.
4:1-16).

Allah membekali kita karunia rohani untuk membangun


tubuh Kristus yakni jemaat-Nya. Agar karunia rohani dapat kita
pakai secara efektif, kita perlu hal-hal sebagai berikut:

1.Menyadari bahwa semua karunia rohani berasal dari


Allah;
2.Memahami bahwa tidak semua orang memiliki karunia
rohani yang sama;
3.Mengenal siapa diri kita dan apa yang terbaik untuk
diberikan;
4.Menghargai anggota yang lebih lemah dan tetap satu
dalam suka dan duka;
5.Membangun masing-masing karunia rohani secara
bersinergi demi hasil yang lebih efektif;
6.Mempersembahkan karunia itu bagi Tuhan dan bukan
untuk kepentingan dan keberhasilan diri sendiri;
7.Bersedia memakai karunia rohani itu dengan sepenuh
hati untuk pelayanan kepada Tuhan, bukan menahan atau
menyia-nyiakannya.

Karunia rohani setiap orang berbeda di dalam sifat,


kekuatan, dan efekti itasnya sesuai dengan hikmat dan
36

keluwesan. Dari kita dituntut peran untuk tetap setia serta


mencari cara dan jalan melayani-Nya melalui apa yang telah
diberikan-Nya.

Karunia rohani dibagi dalam tiga katagori, yakni:


karunia rohani melalui perkataan atau berbicara, karunia
rohani melayani dan memberi, dan karunia rohani untuk
membuat mukjizat. Karunia rohani tersebut merupakan satu
tubuh dan rinciannya merupakan anggota-anggota tubuh saja,
dan semua memiliki akses serta diperlengkapi oleh Roh Kudus
untuk membangun keluarga Allah dan menyatakan kasih Allah
kepada orang lain (1Kor. 12:4-7; 1Kor. 14:12; 1Pet. 4:10).

Pada saat yang sama, kita perlu menyadari bahwa


karunia rohani yang kita miliki tidak dapat bekerja
sendiri, melainkan memerlukan dukungan karunia rohani
yang lain. Untuk itu kita wajib berterima kasih kepada mereka
yang memiliki karunia rohani yang berbeda, sebab dapat
melengkapi pelayanan yang kita miliki. Biarkanlah kekuatan
kita menutupi kelemahan orang lain, dan kekuatan orang lain
menutupi kelemahan dan kekurangan kita. Bersyukurlah atas
hal itu. Karunia rohani jangan dibuat menjadi kuasa
rohani, yang menimbulkan persaingan; berpikir kita
merasa "lebih rohani" atau bahkan memiliki hak otoritas
tertentu yang lebih tinggi. Sikap kita harus tetap sebagai
orang yang tidak layak memperoleh karunia itu, namun Allah
membuat kita layak dan demikian berharga.

Prinsip dalam mempersembahkan hidup melalui


karunia rohani adalah selalu dalam kebersamaan dengan
orang lain, yang dilakukan dengan sepenuh hati dalam
semangat pelayanan pengabdian. Sebagaimana dinyatakan
pada ayat terakhir (31a): "Jadi berusahalah untuk memperoleh
karunia-karunia yang paling utama." Karunia utama itu adalah
hikmat dan kasih dengan tujuan mempersatukan. Halleluya.

Tuhan memberkati kita. Amin.

37

Kabar Minggu IV Setelah Epifani:


Percaya dan Berserah (Luk. 4:21-30)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu IV setelah Epifani
ini diambil dari Luk. 4:21-30. Nas ini berbicara tentang Yesus
ditolak di Nazaret, kampung halaman-Nya, tempat Ia
dibesarkan. Dalam kisah itu Yesus disebutkan masuk ke rumah
ibadat, membaca nubuatan Yes. 61:1-2 lalu menutup ayat
tersebut dengan berkata: "Pada hari ini genaplah nas ini
sewaktu kamu mendengarnya” (ayat 21). Artinya, Yesus
menyatakan Ia adalah Mesias yang dinubuatkan, yang memiliki
k u a s a u n t u k m e nye m b u h k a n , m e m b e b a s k a n , d a n
menghadirkan tahun rahmat Tuhan (lihat ayat 18-19).

Mereka semula kagum dengan pengajaran Tuhan Yesus.


Tetapi kemudian mereka berbalik menolak setelah menyadari,
Yesus adalah anak Yusuf tukang kayu. Dalam pandangan
mereka, tidak mungkin Ia adalah Mesias yang dinubuatkan
nabi Yesaya. Mereka pun sinis merendahkan Yesus. Ini didasari
dua hal: kecongkakan diri, dan iri hati melihat hikmat
pengajaran Yesus. Tuhan Yesus lantas berkata: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di
tempat asalnya (ayat 24). Ia menguatkan pernyataan-Nya
dengan mengambil contoh dua nabi besar Israel yakni Elia dan
Elisa, yang tidak dihormati nenek moyang mereka.

Kedua nabi itu membawa peringatan untuk mereka


dengar, tapi mereka mengabaikannya. Akhirnya berkat
diberikan kepada janda di Sarfat dan Naaman orang Siria (ayat
24-27). Keduanya bukanlah umat Yahudi. Mereka pun sangat
marah mendengar respon Tuhan Yesus. Mereka ingin
melempar-Nya dari tebing. Ajaib, tapi Tuhan Yesus berlalu,
menghilang.

Dalam keseharian kadang-kadang kita juga dapat


bersikap demikian. Tidak sepenuhnya percaya pada Tuhan
Yesus dan irman-Nya, dan kepada hamba-hamba-Nya. Itu
38

membuat kuasa Allah sulit untuk bekerja dalam hidup kita.


Teguran atau nasihat bagus - yang mungkin diberikan
Tuhan melalui hamba-Nya atau orang lain - kepada kita,
sering kita anggap remeh, seperti angin lalu. Yang
mendasari sikap kita itu: kesombongan dan merasa lebih
pintar.

Sikap sombong dan meninggikan diri serta menganggap


hikmat dunia lebih hebat, sangatlah berbahaya. Hikmat dunia
tentu bermanfaat dan bernilai, tetapi terbatas. Hikmat dari
sorga melalui irman-Nya atau hamba-Nya yang rendah hati,
mestinya di atas segalanya. Iman percaya ini penting, dan harus
kita jadikan dasar berpijak dan melakoni hidup. Selalulah
rendah hati dan berada dalam kasih. Dalam kehidupan,
kadang-kadang kita tidak mengerti, mengapa sebuah
peristiwa atau persoalan (berat) datang. Mengeluh dan
kecewa berkepanjangan, tentu tidak menyelesaikan
masalah. Dengan kerendahan hati, kita dapat memahami
adanya rencana Tuhan yang indah.

Solusi tentu mesti dicari. Nasihat diperlukan.


Berangkat dengan doa, mutlak dilakukan, meski hikmat dunia
yang kita ambil sebagai jalan tambahan. Jika sakit berobatlah
ke dokter, jika nilai ujian buruk belajarlah lebih keras, jika
tidak naik jabatan bekerjalah lebih keras dan cerdas, jika
sering sakit rajinlah berolah raga. Ini penting. Jika
mengambil jalan pintas dengan langsung menuntut mukjizat
Tuhan, dapat berarti menguji-Nya dan tidak berhikmat. Perlu
dipahami, sering ada maksud dan rencana Allah yang perlu kita
cari dan pahami maknanya dengan iman. Kadang-kadang
tidak masuk akal, tetapi itulah iman. Itulah penyerahan
diri. Itulah bukti kita mengasihi Allah. Dan, Allah tidak
pernah memberikan hal buruk kepada kita anak-anak-
Nya.

Tuhan memberkati kita. Amin.

39

Kabar Minggu V Setelah Epifani:


Penjala Manusia (Luk. 5:1-11)
Sekitar beberapa hari sebelum kabar ini saya tulis,
setelah tidak lagi menjabat sebagai Ketua Sinode Gereja Kristen
Setia Indonesia (GKSI), saya dan Ketua Sinode GKSI yang
menggantikan saya, berada di Pulau Sumba, NTT. Kami
diundang untuk acara baptisan warga di dua desa yang sudah
siap untuk menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat
mereka. Sebelumnya warga desa itu menganut kepercayaan
suku. Sebelum acara baptisan ini, sudah beberapa kali
dilakukan baptisan yang sama oleh Ketua Pengurus Wilayah
Sumba GKSI. Ketika kami datang sudah ada 35 gereja sinode
kami di sana. Di samping itu ada satu sekolah SMTK.

Firman Tuhan bagi kita pada Minggu V setelah Epifani


ini, sesuai leksionari, diambil dari Luk. 5:1-11. Nas ini
menceritakan Rasul Simon Petrus yang semula nelayan penjala
ikan dan Tuhan ubahkan menjadi penjala manusia. Petrus
sepanjang malam tidak mendapatkan ikan hasil tangkapan.
Kemudian Tuhan Yesus menyuruh menebarkan jala ditempat
dalam yang ditunjukkan-Nya. Petrus pun dengan berat hati
menebarkan jalanya. Ternyata hasilnya sungguh luar biasa!
Mukjizat. Petrus memanggil teman-temannya dan semua
mendapat banyak.

Mengalami hal itu, Petrus pun tersungkur di depan


Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku
ini seorang berdosa." Sungguh sebuah sikap rendah hati. Ia tadi
sempat meragukan Yesus. Ia merasa berdosa tak layak. Tetapi
Yesus dengan kasih dan kuasa-Nya, mengatakan dengan jelas:
"Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala
manusia" (ayat 10b).

Menjala manusia! Artinya, membawa jiwa-jiwa baru


kepada Kristus. Ini sebenarnya tugas panggilan semua
pengikut Kristus. Banyak orang dan wilayah di Indonesia
40

yang belum mengenal-Nya. Bahkan di Sumba NTT masih


banyak yang hidup dengan kepercayaan tradisional dengan
peran roh-roh nenek moyang. Timbul rasa kasih. Mengapa?
Karena mereka hidup dalam rasa takut. Roh-roh jahat atau
roh orang mati dianggap masih sering datang
mengganggu. Tentu ini menghambat pola pikir dan sekaligus
menjerat hidup mereka sehingga tidak dapat cepat melangkah
maju. Sementara, dalam Kristus tidak ada ketakutan dan
kekhawatiran.

Simon Petrus telah melihat keajaiban dari Yesus. Ia pun


mengaku dosanya, dan merasa tidak layak. Tetapi Yesus
memanggilnya untuk ikut menjala menyelamatkan jiwa-jiwa.
Kita pun sudah melihat mukjizat Yesus dalam hidup kita, yakni
Dia telah menebus dosa-dosa kita, membebaskan kita dari rasa
takut, memberi kita hidup yang kekal. Selayaknyalah kita
mengambil bagian dalam menjala manusia. Ladang
banyak yang menguning dan siap dituai (Mat. 9:37; Yoh.
4:35).

Pesan nas pada Minggu V setelah Epifani ini: jangan


merasa mukjizat belum ada dalam hidup kita, dan merasa tidak
perlu ikut menabur, menyiram, berperan dalam pekabaran
Injil. Nanti kita bisa menjadi tidak layak untuk ikut menerima
tuaian.

Tuhan memberkati kita. Amin.

41

Kabar Minggu VI Setelah Epifani:


Tubuh dan Jiwa (Luk. 6:17-26)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu VI setelah Epifani
ini diambil dari Luk. 6:17-26. Nas ini terdiri dari dua bagian:
pertama, tentang Yesus mengajar dan menyembuhkan banyak
orang (ayat 17-19); dan kedua tentang ucapan bahagia dan
peringatan (ayat 20-26). Tetapi penyusun leksionari
membuatnya dalam satu kesatuan. Itu dimaksudkan untuk
m e nya t a k a n b a h wa Tu h a n Ye s u s m e m i l i k i k u a s a
menyembuhkan penyakit tubuh dan juga jiwa.

Orang banyak dari berbagai daerah datang kepada-Nya


untuk memohon kesembuhan. "Mereka datang untuk
mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit
mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh
kesembuhan" (ayat 18). Iman mereka begitu kuat dan percaya
"...berusaha menjamah Dia, maka ada kuasa yang keluar dari
pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya" (ayat 19).
Iman memang dapat mengalahkan segalanya dan
membuat terjadi sesuatu yang semula dikira mustahil.

Tetapi Tuhan Yesus tidak hanya bicara penyakit tubuh


atau pengaruh roh jahat. Ia juga memulihkan penyakit
kejiwaan yang menjerat orang ke dalam masalah dan membuat
hilangnya kebahagiaan. Bahagia itu enak dan perlu. Bahagia
tidak tergantung pada ada atau tidak adanya masalah.
Bahagia tergantung pada keyakinan bahwa Tuhan dapat
menyelesaikan masalah. Bahagia tidak tergantung pada
keadaan di luar, tetapi pada kekuatan sikap kita dalam
menghadapi segala hal.

Berbahagialah yang miskin, yang lapar, menangis,


dibenci, ditolak dan dikucilkan terutama oleh karena pekerjaan
Tuhan (band Mat. 5 Khotbah di Bukit). Perasaan nestapa itu
semua akan hilang bila kita mengetahui bahwa Tuhan
mengasihi dan menjaga kita. Itu memberikan kita sukacita
42

karena ada jaminan kita akan dimuliakan, dipuaskan, dikasihi


selama-lamanya oleh Tuhan yang telah menebus kita.

Tuhan Yesus juga memberi peringatan kepada mereka


dan kita semua, dengan mengatakan: celakalah bagi mereka
yang menggantungkan hidupnya pada kekayaan, yang selalu
kenyang, terlalu banyak tertawa dan menerima banyak pujian
(ayat 24-26). Kita perlu waspada. Menggantungkan hidup pada
hal-hal seperti itu adalah sesaat serta palsu. Sebab
sesungguhnya kebahagiaan sejati terletak pada kedekatan
hubungan kita dengan Bapa. Kedekatan hubungan dengan
Bapa itulah yang menjaga agar tubuh dan jiwa kita sehat,
menikmati perjalanan hidup ini dengan rasa penuh syukur, dan
memegang janji teguh Bapa bahwa kelak kita akan menikmati
upah besar dan kehidupan kekal bersama-Nya.

Tuhan memberkati kita. Amin.

43

Kabar Minggu VII Setelah Epifani:


Mengasihi Musuh (Luk. 6:27-38)
"Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata:
Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang
membenci kamu" (Luk. 6:27).

Firman Tuhan bagi kita pada Minggu VII setelah Epifani


ini diambil dari Luk. 6:27-38. Nas ini berpesan tentang sesuatu
yang luar biasa dan menjadi ciri khas Kristiani: Kasihilah
musuhmu. Dari tiga agama Semawi hanya Tuhan Yesus yang
mengajarkan demikian. Memang ada ajaran dari Timur yang
bernada serupa, tetapi melakukannya dengan upaya kekuatan
s e n d i r i , t a n p a p e n d a m p i n g a n R o h A l l a h y a n g
memampukannya.

Wujud mengasihi musuh dijelaskan Tuhan Yesus


dengan langkah konkrit: "mintalah berkat bagi orang yang
mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.
Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga
kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil
jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu" (ayat 28-29).
Dahsyat dan luar biasa, kan?

Pesan kedua nas minggu ini di ayat 30-33: "Berilah


kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah
m e m i n t a ke m b a l i ke p a d a o ra n g ya n g m e n g a m b i l
kepunyaanmu.... Dan jikalau kamu mengasihi orang yang
mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang
berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi
mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang
berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu?" Perintah Yesus ini
dikuatan dengan membandingkan: "Orang-orang berdosapun
berbuat demikian." Jadi, di situlah kita pengikut Kristus
memang harus berbeda.

44

Pesan terakhir, janganlah menghakimi, supaya kitapun


tidak akan dihakimi. Dan jangan menghukum, supaya kita tidak
dihukum; ampunilah dan kitapun akan diampuni. Berilah dan
kamu akan diberi (ayat 37-38a). Tuhan Yesus menegaskan
kembali pesan-Nya agar kita selalu murah hati, seperti Bapa
sorgawi yang murah hati (ayat 36). Dalam memberi, Yesus
mengibaratkan pedagang yang murah hati, selalu mengisi
takaran yang baik, berlebih, dan mengoyang-goyangkannya
untuk padat serta bahkan berlimpah tumpah keluar (ayat 38).
Ukuran yang kita pakai untuk mengukur, itu juga yang
akan dipakai Tuhan kepada kita.

Tentu melakukan itu semua pastilah berat. Sesuatu


yang berat jelas perlu latihan. Ibarat dalam berlari Half
Marathon 21,1 km tentu tidak terbayangkan oleh kita jauhnya.
Tetapi dengan latihan dan ketekunan, kita bisa mencapai jarak
itu. Jika kita bersedia melakukan latihan badani yang terbatas
gunanya, maka semestinya kita juga mau untuk melakukan
sesuatu yang jauh lebih penting yakni, "latihan ibadah yang
berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik
untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang" (1Tim.
4:8). Apalagi, bersama Roh Allah, semua menjadi lebih mudah
karena kita dimampukan. Haleluya. Pasti.

Tuhan memberkati kita. Amin.

45

Bagian C: Kabar Masa Pra-Paskah

46

Kabar Minggu Transfigurasi: Iman


dan Mukjizat Doa Syafaat (Luk. 7:1-10)
Pendahuluan

Kita telah banyak mendapatkan kisah dan renungan


tentang pelayanan Tuhan Yesus, termasuk berbagai mukjizat
yang dilakukan-Nya. Selain itu, kita juga mendapatkan
pengajaran untuk menghadapi kehidupan ini, agar setiap orang
percaya dapat meneladani Dia dan berbuat nyata bagi orang
lain. Melalui nats Minggu Trans igurasi ini kita diberi kisah
tentang seorang perwira Yahudi yang hambanya sakit. Meski ia
bukan pengikut Tuhan Yesus, tetapi perwira Yahudi itu percaya
akan kuasa-Nya dan sangat menghormati Yesus. Dari kisah ini
kita mendapatkan pengajaran sebagai berikut.

Pertama: rajin mendengar dan mengasihi pekerja (ayat


1-2)

Salah satu kunci dalam keberhasilan hidup adalah


mengetahui banyak informasi. Terlebih dalam era media dan
teknologi yang semakin berkembang cepat saat ini, maka
informasi semakin banyak diproduksi dan semakin mudah
diperoleh. Memang informasi yang diperoleh perlu dipilah-
pilah, dipilih yang bermanfaat bagi kita dan diuji
kebenarannya. Sering informasi tidak bermanfaat (junk) dan
malah palsu (hoax).

Informasi adalah pengetahuan dan pengetahuan


merupakan salah satu kunci dalam menyelesaikan
masalah dalam kehidupan. Iman tentu saja juga diperlukan.
Informasi dan iman sangat berhubungan dan saling
mendukung. Sebagaimana dikatakan Einstein, iman tanpa
ilmu akan buta, dan ilmu tanpa iman akan pincang.

47

Perwira Yahudi yang cukup tinggi kedudukannya itu


memiliki seorang hamba yang sakit. Dalam kehidupan saat ini,
hamba zaman dahulu bisa kita sejajarkan dengan orang
upahan baik di tempat kerja maupun di rumah tangga. Memang
zaman dahulu hamba diperlakukan sebagai orang "upahan
saja", Biasanya di zaman dahulu majikan tidak terlalu perduli
dengan keadaan hambanya. Bahkan dalam bahasa Yunani, kata
yang dipakai sebagai terjemahan hamba sebenarnya adalah
budak (duolos) yang bisa diperjual-belikan.

Tetapi hamba yang satu ini sangat disayang dan dihargai


oleh perwira tersebut. Ssehingga tatkala sang hamba sakit,
perwira itu berusaha keras untuk mencari pengobatan dan
penyembuhannya. Tepatlah kata-kata mutiara yang
berbunyi bahwa untuk mengetahui pribadi yang sejati dari
seseorang, maka tanyakanlah pembantu atau bawahannya,
bagaimana mereka diperlakukan. Sebab dari pembantu atau
bawahan itulah informasi yang lebih akurat kita dapatkan
tentang pribadi orang yang bersangkutan, sehingga kita tidak
salah mempersepsi tampak dari luar atau pencitraan saja.

Sikap perwira ini jelas harus kita teladani. Siapapun


yang bekerja untuk kita, maka kita harus mengajarkan dan
mendidik mereka untuk bekerja dengan baik dan sungguh-
sungguh. Ketika kita mendapatkan hasil yang baik, maka
mestinya otomatis kita memiliki tanggungjawab dan
memperlakukan mereka sebagai bagian dari diri kita. Apabila
mereka dalam kesulitan dan kesusahan, ada tanggungjawab
pada kita untuk menolong dan membantu, tanpa melihat iman
dan agama mereka, sebab hal itu akan menjadi garam dan
terang bagi kehidupan mereka. Dengan demikian, melalui
kehidupan kita, sama seperti perlakuan perwira ini, nama
Tuhan Yesus ditinggikan dan dimuliakan oleh setiap orang.

Kedua: perantara permohonan (ayat 3-5)

Perwira ini tidak meminta langsung kepada Tuhan


Yesus untuk kesembuhan hambanya. Mungkin karena faktor

48

politis, perwira ini tidak bisa secara terbuka menyatakan diri


sebagai pengikut atau percaya kepada Yesus, sebab akan
menjadi hambatan bagi karir dan hidupnya. Namun, ia
mengetahui bahwa Yesus adalah Pribadi yang istimewa, yang
khusus, yang memiliki kuasa untuk menyembuhkan penyakit
(band. Yoh. 4:46-54; Mat. 8:5-13). Kuasa penyembuhan Yesus
memang sangat istimewa. Yesus tidak perlu memberi obat-
obatan, cukup dengan kata-kata saja maka kuasa-Nya yang
dahsyat akan menyembuhkan. Perwira itu tahu hambanya pasti
sembuh, apabila sepatah kata saja dinyatakan oleh Yesus, tanpa
perlu melihat hambanya yang sakit.

Ia tidak mengenal langsung Tuhan Yesus. Tetapi ia


mempunyai hubungan yang baik dengan para tua-tua Yahudi.
Ia pun meminta lewat para tua-tua sahabatnya itu. Sebagai
orang yang banyak memberikan kebaikan kepada umat Yahudi,
termasuk memberi bantuan untuk pembangunan rumah ibadat
(sinagoge), maka para tua-tua ini tidak keberatan untuk
menolong menyampaikan permohonan perwira ini kepada
Yesus. Kebaikan berbuahkan kebaikan. Pertolongan berbalas
pertolongan. Itulah kehidupan yang diatur oleh Allah
dengan cara yang misterius. Meski tidak diminta oleh
perwira tersebut melainkan oleh perantara, Yesus
mengabulkan permintaan perwira tersebut. Hambanya
sembuh dari penyakitnya. Haleluya.

Hal yang kita lihat dari peristiwa ini adalah makna dan
pentingnya doa syafaat. Memang masih banyak yang kurang
memahami arti syafaat, yang arti hara iahnya adalah perantara.
Jadi, doa syafaat adalah kita mendoakan untuk orang lain,
bukan untuk diri sendiri. Oleh karena itu, doa syafaat biasanya
panjang dan luas lingkupnya, karena banyak yang perlu
didoakan. Sebagaimana dilihat dari peristiwa perwira dan
hambanya di atas, doa syafaat akan lebih dahsyat kuasanya
apabila permohonan itu datang dari yang berkepentingan
dengan sungguh-sungguh, dan disampaikan (=didoakan) oleh
"hamba Tuhan" yang mengetahui dan mengenalnya. Memang
tidak mutlak doa syafaat harus disampaikan oleh hamba

49

f
Tuhan, tetapi belajar dari peristiwa perwira di atas, alangkah
lebih baik kalau prosesnya demikian (band. Yak. 5:14).

Ketiga: meminta dengan kerendahan hati (ayat 6-7a)

Perwira ini memiliki pola pikir militer untuk urusan


pribadi. Seorang atasan tidak layak mengunjungi rumah
bawahan. Seorang atasan cukup memerintah dengan kata-kata
saja, maka semua akan terjadi dan menjadi kenyataan. Semua
bawahan akan berusaha mewujudkan apa yang disampaikan
oleh atasan. Bahkan, pada zaman dahulu, ketika hukum belum
dijalankan secara benar, seorang atasan memiliki wewenang
penuh atas hidup/mati bawahannya.

Pola pikir militeristik ini memang mengandung


kerendahan hati, meski kadang-kadang dapat menjadi
kecongkakan juga. Namun dalam peristiwa sakitnya hamba
perwira ini, tidaklah demikian. Ia bahkan mengetahui Yesus
memiliki otoritas yang melebihi kewenangan seorang atasan.
Ia tahu Yesus memiliki kuasa khusus, sehingga apapun
yang dikatakan-Nya, pasti akan terjadi. Itulah yang
membuat dia mengutus beberapa orang untuk meminta Yesus
tidak perlu datang ke rumahnya, cukup memerintahkan
penyembuhan saja atas hambanya yang sakit. Ia berpikir Yesus
tidak layak untuk datang ke rumahnya, bukan karena ia enggan
menerima Yesus, akan tetapi lebih kepada upaya untuk
menghormati Tuhan Yesus, agar tidak merepotkan Yesus yang
dia anggap utusan Allah. Ia berpikir bahwa sebagai perwira, ia
memiliki kuasa dari Raja di Roma, maka Yesus juga memiliki
kuasa dari sorga untuk melaksanakan-Nya termasuk
penyembuhan jarak jauh.

Sikap merendahkan hati dalam memohonkan


kepada Tuhan merupakan salah satu kunci keberhasilan
dalam berdoa. Alkitab berkata, barangsiapa meninggikan diri,
ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia
akan ditinggikan (Mat. 23:12). Orang yang sombong akan
dikecewakan, sebab Allah tidak berkenan kepada mereka yang

50

sombong. Dalam Perjanjian Lama, sikap kerendahan hati di


hadapan Tuhan biasanya diperlihatkan dengan meratap
menangis, berpuasa, berjalan dengan perlahan, memakai baju
robek-robek. Maka dalam Perjanjian Baru sebagaimana Yesus,
sikap kerendahan hati diekspresikan dengan tidak
mempertahankan kedudukan (Flp. 2:8-9). Perwira ini
memperlihatkannya. Orang yang rendah hati sangat dikasihani
Allah (Yak. 4:6) dan kepadanya Allah berkenan (Ef. 4:2).

Keempat: iman yang kuat dalam meminta (ayat 7b-10)

Keutamaan kisah perwira dan hambanya ini sebenarnya


bukan kisah tentang penyembuhan semata, melainkan lebih
kepada kisah iman yang kuat. Tuhan Yesus tidak melihat
kebaikan yang dilakukan oleh perwira tersebut, dan Ia juga
tidak melihat kebaikan yang dilakukan oleh tua-tua Yahudi
dalam meminta kesembuhan hambanya itu. Tetapi Tuhan Yesus
lebih melihat keutamaan iman perwira tersebut, yang begitu
kuat percaya bahwa Yesus memiliki kuasa dan otoritas atas
hidupnya dan juga atas hidup hambanya, termasuk
kesembuhannya dari sakit.

Tuhan Yesus mengabulkan permohonan sang perwira


yang didasarkan oleh imannya. Yesus berkata, "Aku berkata
kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai,
sekalipun di antara orang Israel!" (ayat 9). Iman ini
didasarkan kepada sikap berserah dan ketidakmampuan
perwira itu dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya. Sikap itu kemudian dilanjutkan dengan prinsip
bahwa seluruh hidupnya benar-benar ada di dalam kuasa dan
tangan Tuhan. Artinya, ada pengakuan, kuasa di luar dirinya
yang mengatur segala kehidupannya, baik atau buruk. Maka
ketika ia tidak sanggup lagi, sikap totalitas berserah
memperlihatkan iman yang menggantungkan diri pada kuasa
tersebut. Dalam bahasa lain sering disebutkan, ketika kita
angkat tangan, maka Tuhan akan turun tangan.

51

Iman akan diperkuat dengan sikap dan pengakuan


ketidaklayakan di hadapan Tuhan. Yesus melihat sikap
hormat dari perwira ini. Oleh karena itu Tuhan Yesus memuji
(dalam Alkitab jarang sekali ada kisah Yesus memuji) secara
terbuka iman perwira itu, dan akhirnya Yesus mengabulkan
permohonannya. Bahkan, secara tidak langsung Tuhan Yesus
menyindir para tua-tua dan orang Yahudi yang ada pada saat
itu.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenal


Yesus, dan memiliki respons aktif atas situasi yang kita hadapi
setiap saat. Apabila kita tidak mengenal-Nya, maka sikap kita
juga dapat berbeda, dan acap kali kemudian doa permohonan
kita tidak dikabulkan.

Penutup

Dalam Minggu Trans igurasi ini kita diberi pengajaran


pentingnya untuk memiliki pengetahuan dan informasi. Belajar
adalah kunci dari keberhasilan.

Kita juga diajarkan bahwa tidak selamanya kita harus


meminta sendiri secara langsung. Nats Minggu Trans igurasi
ini menjelaskan tentang kuasa doa syafaat, yang bukan fokus
untuk diri kita sendiri, tetapi bagi orang lain.

Doa yang dipanjatkan dengan kerendahan hati, lebih


berpeluang besar untuk dikabulkan. Terlebih lagi, apabila doa
itu didasari oleh iman yang mengenal Tuhan Yesus dan percaya
bahwa hidup kita seluruhnya tergantung kepada-Nya.

Seberapa jauh dan dalam pengenalan kita akan Yesus?


Ayo melihat seberapa besar iman kita kepada-Nya sehingga
kita siap diberkati.

Tuhan memberkati kita. Amin.

52

f
Kabar Minggu I Pra-Paskah: Hati dan
Mulut (Rm. 10:8b-13)

Firman Tuhan bagi kita pada Minggu I Pra-Paskah ini


diambil dari Rm. 10:8b-13. Nas ini merupakan bagian kedua
dari perikop "Kebenaran karena iman". Bagian pertama (ayat
4-8a) menjelaskan tentang kebenaran karena hukum Taurat:
"Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya" (ayat 5).
Tetapi kebenaran karena iman mengatakan, "Firman itu dekat
kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam
hatimu ....Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa
Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah
telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu
akan diselamatkan" (ayat 8b-9).

Kebenaran karena Taurat mengandalkan ketaatan


legalistik pada aturan-aturan yang diberikan, baik yang bersifat
pokok, seperti sepuluh Hukum Taurat, atau hukum-hukum
tafsiran oleh para imam dan ahli yang kadang-kadang lebih
memenuhi hasrat manusiawi mereka. Sejarah manusia
mencatat, ketaatan tidak dapat sempurna, sehingga tetap
cacat dan penuh dosa. Perjuangan dengan kekuatan
sendiri memang membuatnya mustahil. Di lain pihak,
kebenaran karena iman mengandalkan Hukum Anugerah,
yakni didasarkan pada Kasih Bapa sorgawi kepada anak-anak-
Nya, yang tidak membiarkan mereka jatuh, celaka, mati dan
masuk neraka (band. Ef. 2:8-9).

Tuhan Yesus telah menggenapi semua tuntutan Taurat


dalam diri kita, dengan sempurna dan melalui jalan
keselamatan telah terbuka melalui Dia. Dasar keselamatan
adalah hati yang percaya penuh bahwa Yesus adalah Tuhan dan
menjadikan-Nya sebagai Juruselamat pribadi. Tetapi hati yang
percaya, perlu didukung oleh mulut yang mengaku dan
menjadi kesaksian bagi orang lain. Iman di hati dan
pengakuan di mulut menjadi kesatuan dan merupakan
53

bukti penyerahan diri kepada Tuhan. Ini sejalan dengan


latar belakang ayat ini, yakni pentingnya pengakuan di muka
umum, meski ada risiko dianiaya atau dibunuh karena
Kekristenan masih dianggap musuh saat itu.

Allah itu satu dan Tuhan dari semua orang. Tidak ada
perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani, atau suku
bangsa lainnya. Ia menjadi hakim bagi semua orang (Rm.
3:9-20). Tetapi Allah peduli pada setiap insan dan bangsa, agar
tidak binasa dengan terus hidup dalam dosa dan mendapat
murka-Nya. Ia kaya bagi semua orang.... (ayat 12a). Ia melewati
peristiwa inkarnasi, berkorban bagi kita, bangkit, yang
membuat irman itu sangat dekat kepada kita, sekaligus
pemenuhan janji-Nya.

Kesatuan hati dan mulut membuat yang kita imani


itu tidak kosong atau menjadi sekedar omdo (omong
doang). Percaya dan mengaku itu saling melengkapi.
Pengakuan itu membuat kuasa irman-Nya bekerja dalam
hidup keseharian kita. Taurat itu memang ditaruh di batin dan
dituliskan di hati (Yer. 31:33).

Nas Minggu I Pra-Paskah ini meminta kita berbuah;


satunya antara kata dan perbuatan, satunya antara kesaksian
mulut dan tindakan nyata. Kita diminta melakukan penyerahan
hidup, membiarkan Roh Kudus bekerja melalui diri kita,
sebagai sebuah karya kesaksian yang hidup. Semua itu
mengandung pengharapan akan kepastian kehidupan yang
kekal bagi kita.

Tuhan memberkati kita. Amin.

54
f

Kabar Minggu II Pra-Paskah: Terang


dan Keselamatan (Mzm. 27)

Firman Tuhan bagi kita pada Minggu II Pra-Paskah ini diambil


dari Mzm 27. Mazmur ini merupakan mazmur Daud ketika
berada di pembuangan dengan kesusahan yang dihadapinya.
Tetapi Daud meluapkan hatinya dengan keyakinan bahwa ia
tetap aman dalam perlindungan Allah, yang dibuat oleh
Lembaga Alkitab Indonesia sebagai judul pasal 27 ini.

Ayat 7 dan 13 sering dipakai umat Yahudi sebagai doa


dalam ibadah mereka: "Dengarlah, TUHAN, seruan yang
k u s a m p a i k a n , k a s i h a n i l a h a k u d a n j a w a b l a h
aku! ....Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan
TUHAN di negeri orang-orang yang hidup!"

Kesusahan lumrah datang dalam kehidupan.


Penyebabnya bahkan kadang-kadang tidak kita ketahui; bisa
jadi itu semata-mata ulah orang lain. Kita merasa sebagai
korban, sebagaimana Daud yang di itnah oleh lawan dan
musuh-musuhnya. Tetapi Daud memiliki keyakinan bahwa
Tuhan adalah terang dan keselamatannya, benteng hidupnya,
sehingga ia tidak perlu merasa takut dan gemetar. Pada saat ia
merasa tiada lagi perlindungan dan tempat yang aman, tidak
berdaya, ia tetap menaruh percaya kepada Tuhannya.
Pertolongan manusia terbatas, namun kuasa Tuhan
sungguh tidak terbatas.

Keyakinan seperti itu tentu didasarkan pada perilaku


yang selalu berusaha hidup di dalam kebenaran. Ia hidup
dalam terang irman Tuhan. Tiada kegelapan. Ia merindukan
diam di rumah TUHAN seumur hidupnya, menyaksikan
kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya (ayat 4, band.
Mzm. 23). Ini melambangkan iman akan kehadiran dan
penyertaan Tuhan dalam setiap detik dan denyut langkah
hidupnya. Ada perlindungan, ada keselamatan. Ini juga yang
55
f

disebutnya sebagai "tempat persembunyian di dalam kemah-


Nya" (ayat 5). Haleluya.

Daud bukan tidak pernah salah. Ia tidak bebas dari


perbuatan kegelapan dosa. Kadang hasrat kedagingannya
mengalahkan kekuatan rohnya dan Roh Allah. Tetapi, ketika
kita sudah memiliki keyakinan bahwa hidup kita milik-
Nya dan Ia adalah Bapa serta kita anak-anak-Nya, pintu
permohonan pengampunan selalu terbuka. Kasih Bapa
melebihi segalanya. Ia akan menegakkan kita, seperti buluh
yang patah terkulai akan ditegakkan-Nya kembali (Yes. 42:3).

Jangan berhenti mencari wajah-Nya. Perasaan puas


mengenal Allah bukanlah sikap yang diminta dari kita (ayat 8).
Terus belajar dari irman-Nya dan membuat hidup kita
semakin berkenan bagi-Nya (ayat 9).

Selalu ada rencana Tuhan yang indah dan tersembunyi


bagi kita; rencana Tuhan untuk membentuk dan memakai
hidup kita secara besar dan bahkan lebih dahsyat lagi. Padang
gurun tantangan sesuai talenta perlu dirancang dan
dilewati bersama-Nya dengan tekad kemenangan. Tetapi,
jangan menguji Tuhan (ayat 11-12). Kita harus tetap di
dalam kerendahan hati. Tetap bertekun dalam karya dan doa,
seperti yang dikatakan Daud di ayat penutup: "Nantikanlah
TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah
TUHAN!" Hosiana....

Tuhan memberkati kita. Amin.

56

Kabar Minggu III Pra-Paskah: Israel


dan Peringatan (1Kor. 10:1-13)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu III Pra-Paskah ini
diambil dari 1Kor. 10:1-13. Nas ini berbicara tentang Israel
sebagai suatu peringatan. Mereka adalah umat pilihan yang
diberkati. Umat yang saat keluar dari Mesir berada di bawah
perlindungan awan dan diberi mukjizat melintasi laut. Mereka
semua "dibaptis" dalam awan dan dalam laut, dan semua
memakan makanan rohani yang sama yakni manna (Kel.
16:13-15) dan minum minuman rohani yang sama, air di atas
bukit Horeb (Kel. 17:6). Semua bersumber dari batu karang
rohani kita: Yesus Kristus. Tetapi mereka ditewaskan di padang
gurun dan hanya sedikit yang dapat masuk ke tanah perjanjian,
Kanaan (ayat 1-5). Semuanya ini sebagai contoh peringatan
bagi kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang
jahat seperti yang telah mereka perbuat (ayat 6).

Ayat 7-10 kemudian menjelaskan kejahatan umat Israel


selama dalam perjalanan di padang gurun tersebut, seperti
penyembahan berhala (ayat 7), percabulan (ayat 8), mencobai
Tuhan sehingga mereka mati dipagut ular (ayat 9), dan
bersungut-sungut (ayat 10). Sebagian besar dari mereka
terlibat dalam kejahatan yang tidak berkenan kepada Allah. Ini
peringatan dan pelajaran bagi jemaat Korintus, dan juga bagi
kita semua. Oleh karenanya kita perlu berhati-hati, supaya
jangan jatuh, karena menyangka kita sudah teguh berdiri
(ayat 12).

Pencobaan pasti datang. Hidup penuh dinamika dan


tantangan. Tetapi pencobaan berupa godaan adalah bunga-
bunga kertas dari iman. Kedagingan kita kadang-kadang
lemah. Dunia ini juga dapat terlihat menawarkan sesuatu yang
sangat menarik, tetapi nyatanya hanya fatamorgana di tengah
gurun. Iblis yang jahat adalah oknum pencari mangsa.
Sebenarnya, terhadap setiap pencobaan, Allah Mahatahu dan
atas seizin-Nya. Ingat Ayub saat dicobai iblis (Ayb. 1:9-12).
57

Allah juga mengingatkan kita, bahwa sebenarnya pencobaan


yang datang dan kita alami itu adalah pencobaan biasa, yang
tidak melebihi kekuatan manusia. Allah standby, Roh-Nya
bersiaga untuk memberi pertolongan saat kita berseru kepada-
Nya. Allah setia, Ia tidak akan membiarkan kita dicobai
melampaui kekuatan kita (ayat 13a).

Kejatuhan ke dalam dosa harus merupakan sesuatu


yang disesalkan, tidak dikehendaki, apalagi diulang terus-
menerus. Betul, ada faktor yang membuat kita kadang-kadang
kalah. Iman kita kadang kala lemah. Hal menarik, dalam
leksionari Minggu III Pra-Paskah ini, nas bersatu dengan Luk.
13:1-9 yang intinya berpesan, selalu ada kesempatan kedua
setelah pertobatan (ayat 8-9). Allah adalah hakim atas
semua. Ada penegasan: bebas hukuman bagi yang bertobat
(ayat 3-5). Selalu ada jalan ke luar, sehingga kita dapat
menanggungnya (1Kor. 10:13a) dan menjadi pemenang.
Tetapi kita dituntut untuk berbuah, seperti pohon ara yang
perlu dirawat dan dipupuk kembali, agar tidak ditebang,
karena percuma (ayat 6-9). Maka, berjaga-jagalah. Hosiana....

Tuhan memberkati kita. Amin.

58

Kabar Minggu IV Pra-Paskah: Dibarukan


untuk Perdamaian (2Kor. 5:16-21)
Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru:
yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang
(2Kor. 5:17).

Firman Tuhan bagi kita pada Minggu IV Pra-Paskah ini


diambil dari 2Kor 5:16-21. Nas ini merupakan bagian kedua
dari perikop Pelayanan untuk pendamaian. Bagian pertama
berbicara tentang pentingnya penguasaan diri dalam
melakukam sesuatu dan pesannya: "mereka yang hidup, tidak
lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah
mati dan telah dibangkitkan untuk mereka" (ayat 15). Jadi,
sejatinya, mesti ada perubahan orientasi dan cara
pandang baru ketika seseorang menerima Kristus dalam
hidupnya.

Perubahan baru tersebut yakni melihat segala sesuatu


bukan lagi dengan ukuran manusia (ayat 16), yang disebut
suka puji-pujian, dan "bermegah karena hal-hal lahiriah dan
bukan batiniah" (ayat 12). Manusia baru yang sudah hidup
di dalam Kristus selalu berporos melihat pengorbanan
Kristus, sebab jalan yang diambil oleh Allah (Bapa) dengan
perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya,
dengan tidak memperhitungkan pelanggaran yang telah kita
lakukan di masa lalu (Rm. 4:7-8).

Tujuan mendamaikan itu agar kita tidak memiliki rasa


kuatir dan tidak menjadi seteru Allah. Kuasa dosa
dilumpuhkan, dan bagi yang percaya dan taat, hidupnya
kembali sesuai dengan rencana Allah yang indah, "diciptakan
menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan
yang sesungguhnya" (Ef. 4:24). Ajakannya menyejukkan:
"berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Dia yang tidak
mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita,

59

supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah" (ayat 20b-21).


Hebat. Dahsyat.

Dengan adanya perdamaian itu, maka kita pun


haruslah bersedia diminta menjadi utusan-utusan
perdamaian Allah bagi setiap orang. Mereka adalah milik
Kristus dan kita berkorban bagi semua. Artinya, manusia
(baru) dalam Kristus, tidak boleh memiliki musuh seperti saat
Saulus memusuhi Kristus, tidak ada lagi menyakiti hati orang
lain, marah yang berkepanjangan; sebaliknya justru selalu jadi
pembawa damai, dan ini sejalan dengan khotbah-Nya dari
bukit: "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena
mereka akan disebut anak-anak Allah” (Mat. 5:9).

Pada Masa Pra-Paskah kita diingatkan untuk terus


berubah, setiap hari menjadi lebih baru dan lebih baik, bukan
saja untuk diri kita sendiri tetapi juga untuk sesama sebagai
duta perdamaian Allah. Nilai-nilai dan standar hidup kembali
kepada tujuan manusia di dunia ini, yakni menjalankan misi
sorgawi dan terus berupaya agar dirinya dan semua orang
kembali ke sorga dan bukan ke neraka. Manusia yang terus
dibarui, bertumbuh untuk menjadi serupa dengan Kristus
(2Kor. 3:18; band. Kol. 3:10). Perlu kehati-hatian, sebab, bagi
yang mengatakan tidak bisa, pasti tidak bisa; tetapi bagi kita
yang mengatakan bisa dan bertekun, Roh Allah pasti terus
menjaga dan menyertai. Hosiana....

Tuhan memberkati kita. Amin.

60

Kabar Minggu V Pra-Paskah: Perkara-


perkara Besar (Mzm. 126:1-6)
"Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata,
akan menuai dengan bersorak-sorai" (Mzm. 126:5).

Firman Tuhan bagi kita pada Minggu V Pra Paskah ini


diambil dari Mzm. 126:1-6 (nas lainnya menurut Leksionari
Yes. 43:16-21; Flp. 3:4b-14; Yoh. 12:1-8). Mazmur ini
merupakan mazmur yang diduga ditulis Nabi Ezra, sebagai
ekspresi sukacita bangsa Yahudi setelah dibebaskan dari
pembuangan oleh Raja Koresh. Tangan Tuhan selalu bekerja
dan tidak membatasi cara yang lazim dipikirkan manusia.
Raja Koresh tidak mengenal Allah Israel, tetapi ia dipakai-Nya
sebagai alat pembebasan umat-Nya (2Taw. 36:22). Pikiran
manusia terbatas untuk rencana dan karya Allah Mahabesar
yang tak berbatas.

Umat Israel bersukacita karena Tuhan telah melakukan


perkara-perkara besar dalam kehidupan mereka. Ini sama
dengan kita tatkala datang berita sukacita besar, atau kita
terbebas dari belenggu pergumulan besar. Dan ini juga sama
dengan saat kita ditebus-Nya, dibebaskan dari maut neraka.
Semua bagai mimpi (ayat 1), mulut penuh tawa dan lidah
bersorak-sorai (ayat 2-3). Dalam keadaan itu, kita layak
menyanyi memuji meninggikan nama-Nya.

Dalam sukacita kita tidak boleh melupakan yang


lain. Asyik sendiri bukan ciri Kristiani. Mazmur ini pun
mengajak yang sudah dibebaskan untuk berdoa bagi mereka
yang belum bebas. Tantangan baru juga nyata di negeri sendiri.
Mereka pun memohon dipulihkan. Digambarkan mereka
bagaikan batang air kering di Tanah Negeb. Tandus.
Penghiburan dan kekuatan terus mereka berikan bagi saudara-
saudara yang masih dalam pembuangan dan pergumulan
bersama, agar tetap kuat dan setia. Janji Tuhan jelas dan pasti:

61

"Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata,


akan menuai dengan bersorak-sorai" (ayat 5).

Pesan terakhir nas ini, tetaplah sabar saat


pergumulan, dengan keyakinan kita selalu ada dalam
tangan kasih pemeliharaan Allah. Manusia harus
menyesuaikan dengan maksud dan rencana-Nya, meski kadang
kala kita tak harus mengerti. "Seperti tingginya langit dari
bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan
rancangan-Ku dari rancanganmu (Yes. 55:9).

Memaksakan kehendak jelas tidak disukai-Nya.


Justru kita diminta, dalam segala situasi kondisi terus berkarya,
maju menjadi saksi, menabur benih, memperlihatkan
keteguhan. Seperti ayat 6 penutup mazmur ini: "Orang yang
berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti
pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-
berkasnya." Dan, orang yang melihat tetapi tidak mengenal
Allah kita pun akan berkata: "TUHAN telah melakukan perkara
besar kepada orang-orang ini!" Hosiana....

Tuhan memberkati kita. Amin.

62

Kabar Minggu VI Pra-Paskah: Segala


Lidah Mengaku: Yesus Kristus adalah
Tuhan (Flp. 2:5-11)
Pendahuluan

Firman Tuhan melalui Rasul Paulus mengingatkan


orang percaya di Filipi, bahwa mereka harus berbeda dengan
orang lain yang belum percaya. Melalui nas Minggu VI Pra
Paskah ini kita diberikan beberapa pemikiran pokok lainnya
sebagai berikut.

Pertama: Pikiran dan perasaan sesuai Kristus dan


kesetaraan (ayat 5-6)

Inkarnasi adalah tindakan pra-keberadaan Anak Allah


dengan kerelaan hati menjadi manusia dengan tubuh dan
perilaku manusia (band. Yoh. 1:1-14; Rm. 1:2-5; 2Kor 8:9;
1Tim. 3:16; Ibr. 2:14; 1Yoh. 1:1-3 tentang penjelasan
inkarnasi). Tanpa perlu ”berhenti” sebagai Allah, Anak Allah
menjadi manusia biasa, yang dinamai dan dipanggil sebagai
Yesus. Dia tidak menonjolkan keilahian-Nya, tetapi justru
menyampingkan hak untuk dimuliakan dan dihormati sebagai
Allah. Dia hidup dengan berbagai keterbatasan manusiawi
biasa, rela berkorban menjadi manusia dengan segala
kelemahannya, memiliki rasa sakit, lapar, haus, sedih dan
lainnya.

Tuhan Yesus juga "tidak menganggap kesetaraan


dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan."
Maksudnya kedudukan itu tidak dianggap-Nya sebagai harga
yang harus dipertahankan untuk kepentingan diri-Nya sendiri.
Kesetaraan hal yang nonsense, dan yang utama bagi Yesus
adalah manusia yang dikasihi-Nya dapat diselamatkan. Ia
meninggalkan takhta kedudukan yang mulia di sorga,
mengambil tempat hina sebagai hamba yang menderita dengan
63

disalibkan, serta taat sampai mati untuk kepentingan orang


lain.

Sebaliknya kita manusia kadang-kadang lebih


mementingkan diri sendiri, merasa sombong dan mudah
berbuat jahat, dengan justi ikasi merasa diri benar dan itu
adalah hak. Sebaliknya, kalau kita mengatakan bahwa kita
mengikut Yesus, maka kita harus berusaha hidup seperti
Dia. Inilah pesan yang dimaksud dengan berperasaan dan
berpikiran seperti Kristus yang harus dimiliki oleh setiap orang
percaya.

Kedua: Pengosongan diri (ayat 7)

Ia juga disebut mengosongkan diri-Nya. Pengosongan


diri adalah melepas kehebatan dan keistimewaan dengan
segala atribut dan predikat yang sebenarnya dimiliki.
Pengosongan diri sama seperti kita sebagai orang dewasa
ingin berbicara kepada anak kecil. Cara berpikir dan sikap
kita haruslah seperti anak kecil, agar kita mudah dimengerti
dan diikuti. Kalau kita mempertahankan status dan predikat
kita sebagai orang dewasa, dan menempatkan diri lebih pintar,
maka komunikasi tidak akan berjalan baik.

Kita dapat menjalani kehidupan ini dengan pilihan:


meminta dilayani dan dipuja-puji dihormati; atau kita mencari
kesempatan untuk bisa melayani orang lain (band. Mrk. 10:45
tentang sifat-sifat melayani). Nas ini berpesan bagi orang
percaya di Filipi dan kita semua, agar jangan menyombongkan
diri dengan status “sebagai orang Romawi”, elite, dan tidak mau
melayani. Kita diminta mengembangkan sikap rendah hati
untuk melayani, meski kadang kala upaya kita itu tidak
mendapat pengakuan dari orang lain. Tetapi Allah mengetahui
semua itu. Mari kita berikan sebagian hidup kita untuk
orang lain, tidak berpusat ke diri sendiri saja.

64

Ketiga: merendahkan diri untuk ditinggikan (ayat 8-9)

Dalam sistem hukum Romawi, hukuman mati dengan


penyaliban adalah hukuman berat yang diberikan kepada
penjahat besar. Hukuman ini sangat menyakitkan secara isik,
direndahkan secara manusia, sebab mereka harus dipaku di
tangan dan kakinya di kayu salib dan dibiarkan mati perlahan-
lahan. Apabila dianggap matinya kelamaan, maka dilakukan
penusukan dan kemudian dicek sambil mematahkan kakinya,
dengan maksud apakah masih ada reaksi atau tidak. Bagi
mereka yang masih sehat tatkala disalibkan, kematian dapat
berlangsung beberapa hari menunggu mati lemas, terlebih
memikul berat badan dan kesulitan bernafas. Yesus sendiri
karena melalui penyiksaan sebelum disalib, maka kematian-
Nya menjadi lebih cepat, terlebih dengan tusukan di lambung.
Sungguh penderitaan yang berat.

Adanya kecendrungan manusia untuk lebih senang


dipuja-puji dan menyombongkan diri, haruslah dibuang dan
dihindari. Alkitab menceritakan bagaimana manusia ingin
membangun menara Babel. Membangun menara tinggi
adalah hal yang baik. Manusia memiliki kemampuan
membangun seperti itu adalah hal yang positip, tapi yang
salah adalah motivasi dan tujuan membangun menara
tinggi itu untuk kesombongan dan ditinggikan, bukan
untuk kemaslahatan bersama. Mereka yang menyukai
kesombongan seperti itu, akan tiba saatnya mereka
direndahkan dan dihukum. Mereka yang meninggikan diri akan
direndahkan dan mereka yang merendahkan dirinya akan
ditinggikan (Mat. 23:12; Luk. 14:11).

Keempat: Yesus Kristus adalah Tuhan (ayat 10-11)

Alkitab mengungkapkan bahwa Yesus selama di dunia


tidak pernah menyangkal keilahian-Nya. Ia berulang kali dalam
berbagai kesempatan menyatakan diri-Nya sebagai Tuhan
(Mat. 16:16-17; Yoh. 6:68-69; 8:58; 10:30). Ia sadar memiliki
dua hakikat menyatu dalam satu pribadi: Allah sejati dan

65

f
manusia sejati. Yesus sebagai Adam terakhir yang berasal dari
sorga (1Kor. 15:47).

Ada beberapa cara membuktikan ke-Allah-an Tuhan


Yesus, dalam arti Ia berasal dari Allah dan memiliki kuasa
yang sama dengan Allah. Hal ini dimulai dari banyaknya
nubuatan pada kitab perjanjian lama yang "match" dengan
Pribadi-Nya, sampai kepada peristiwa pra kelahiran melalui
kandungan Maria dan kuasa Roh Kudus. Kemudian peristiwa
kelahiran yang mengagumkan, perkembangan pribadi, hingga
pelayanan yang dilakukan selama tiga setengah tahun yang
penuh dengan kuasa dan mukjizat. Demikian pula cara mati
Yesus, peristiwa pasca kematian, pelayanan setelah
kebangkitan, dan bahkan kenaikan ke sorga yang disaksikan
banyak orang, membuat semua itu tak diragukan lagi bahwa
Yesus adalah Tuhan, Anak Allah dan memiliki kuasa yang sama
dengan Allah.

Perjalanan dan bukti yang demikian kuat inilah yang
membuat Allah Bapa mengaruniakan kepada-Nya nama di atas
segala nama, dalam arti dengan pengikut terbesar umat
beragama yang hampir mencapai 3 milyar (agama kedua
terbesar adalah Islam dan ketiga Hindu). Tidak ada nama lain
yang lebih dikenal oleh banyak orang dari pada nama Yesus di
muka bumi ini. Pada akhir zaman nanti, sebagaimana
dinyatakan dalam Alkitab (Kis. 10:42), Yesus akan dilihat dan
diakui semua orang sebagai Hakim dan berkuasa atas semua
manusia, termasuk mereka yang dihukum dan tidak
diselamatkan. Kitab suci agama lain juga mengakui akan peran
Yesus dalam masa penghakiman tersebut. Oleh karena itu,
benarlah dalam nas ini dikatakan, supaya dalam nama Yesus
bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas
bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku:
"Yesus Kristus adalah Tuhan," “bagi kemuliaan Allah, Bapa!”

66

Penutup

Melalui bacaan minggu sengsara ini, kembali kita
diingatkan pentingnya orang percaya untuk memiliki perasaan
dan pikiran yang sama dengan Kristus, dalam arti menjadi
serupa dengan Dia (Flp. 3:10). Mereka yang merendahkan diri
pada akhirnya pasti akan ditinggikan, bukan saja di dunia ini
melainkan juga di sorga.

Bagi kita orang percaya, tujuan dari semua itu adalah


agar sebagai pengikut Kristus, kita muliakan Dia melalui
kehidupan kita, tidak hanya dengan simbol daun palem, tetapi
semua orang dapat melihat Yesus hidup di dalam diri kita,
sehingga mereka ikut dan memuji dan memuliakan Yesus, dan
semua lidah akan mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati. Amin.

67

Kabar Jumat Agung: Hamba Tuhan


yang Menderita (Yes. 52:13-53:12)
Firman Tuhan bagi kita pada Jumat Agung, hari besar
umat Kristiani ini, diambil dari Yes. 52:13-53:12. Judul perikop
ini: Hamba TUHAN yang menderita.

Nabi Yesaya sangat jelas dan tepat menuliskan nubuatan


tentang turunnya Juruselamat untuk manusia. Namun
gambaran hamba Tuhan yang diberikan, bukanlah seperti hal
yang dipikirkan oleh umat Israel. Allah ingin membalik cari
pikir mereka, yang beranggapan bahwa Raja dan Mesias
yang datang tipikal Raja Daud atau pahlawan dalam mitos.
Allah memiliki maksud tentang hal itu, menegaskan bahwa
kadang-kadang yang dipikirkan manusia tidak selalu sama
dengan pikiran Allah. “Sebab rancangan-Ku bukanlah
rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah
irman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah
tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari
rancanganmu” (Yes. 55:8-9).

Hamba Tuhan yang datang tidak tampan dan tidak ada


semaraknya. Mungkin ini gambaran tentang kesederhanaan-
Nya. Tetapi penderitaan-Nya dituliskan rinci dan begitu
buruk: seperti bukan manusia lagi, sehingga orang
menutup mukanya terhadap dia (52:14; 53:2b, 3). Itu
terjadi karena Ia tertikam, dihina, dianiaya, penuh
kesengsaraan, tetapi Ia membiarkan diri ditindas dan tidak
membuka mulut-Nya seperti anak domba yang dibawa ke
pembantaian (53:7). Sebuah sikap hidup berserah tanpa
banyak keluhan yang layak kita teladani.

Ironisnya semua itu terjadi bukan karena kesalahan-


Nya. “Tetapi sesungguhnya penyakit kitalah yang
ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya. “Dia
ditikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh
karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan
68
f

keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-


bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti
domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi
TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian”
(53:5-6).

Sangat jelas bahwa hamba Tuhan yang digambarkan


nabi Yesaya adalah Yesus Kristus. Proses peradilan yang
panjang dan tidak adil dihadapi Tuhan Yesus, termasuk cuci
tangan dan saling lempar tanggungjawab, yang membuat
penderitaan Yesus semakin berat. Tetapi ini mengukuhkan
tidak ada nabi lain bahkan pemimpin agama lain yang
mati bagi pengikutnya dan bahkan mati disalib. Itulah
hamba Tuhan Yesus yang kita peringati penyaliban-Nya pada
Jumat Agung ini.

Alkitab dengan jelas menuliskan alasan Yesus harus


mati, yakni agar kita hidup dan bahkan hidup kekal (Yoh.
3:16). Manusia terus berbuat dosa dan upah dosa adalah maut
dan kematian. Oleh karena itu, sesuai dengan prinsip
penebusan, harus ada pengganti korban agar yang percaya
konsep penebusan menjadi selamat (Rm. 6:23; Ef. 1:7). Allah
mau turun dari sorga dan mengosongkan diri-Nya, mengambil
rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia (Flp.
2:6-7).

Seperti dalam Perjanjian Lama, penghapusan dosa dan


kesalahan hanya dapat dilakukan bila ada korban pengganti,
berupa korban bakaran (Ola) atau korban penghabis dosa/
salah (Khatta’t atau Asyam), ada darah yang tercurah, dan tentu
terutama didasari oleh penyesalan dan pertobatan (Im. 1-7;
2Taw. 29:23; 1Yoh. 2:2). Dengan penyesalan dan pertobatan,
maka kita layak mendapat pengampunan atas dosa-dosa
yang terjadi (Kol. 1:14).

Hal lainnya Yesus mati agar menjadi teladan bagi kita


dengan kesetiaan-Nya (Flp. 2:8). Tuhan Yesus menyadari akan
melewati penderitaan yang tidak tertahankan, sehingga Dia

69

sampai mengatakan, “biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku”, dan


kemudian ditambahkan-Nya, tetapi janganlah seperti yang
Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki (Mat.
26:39).

Itulah yang kita peringati di Jumat Agung tentang kasih


dan kebesaran Tuhan Yesus, yang menderita dan mati bagi kita
agar kita selamat. Respons terbaik kita adalah, ikut melayani
Dia melalui kesaksian tentang kasih dan kuasa-Nya dan
menjadi berkat bagi orang lain. Dan Ia berpesan, agar kita
memperingati, merayakan, dan menerima tugas
tanggungjawab kita dengan mengikuti perjamuan kudus
(1Kor. 11:23-26). Selamat mengikuti perjamuan kudus.

Tuhan memberkati kita. Amin.

70

Bagian D: Kabar Masa Paskah

71

Kabar Hari Raya Paskah: Tuhanku


Perkasa (Mzm. 118:1-2, 14-24)
Firman Tuhan bagi kita pada Hari Raya Minggu Paskah
ini diambil dari Mzm. 118:1-2, 14-24. Mazmur ini adalah
kidung puisi atau tembang pujian dan doa bagi Tuhan kita.
Hamba-hamba-Nya dipilih Tuhan untuk menuliskannya,
seperti Raja Daud, Salomo, Musa, pemimpin paduan suara Asaf,
Bani Korah dan lainnya. Mzm 118 ini dianggap unik sebab
berada ditengah-tengah Alkitab dan juga memiliki keunikan
lainnya.

Ayat 1 dibuka dengan ekspresi syukur yang dalam:


"Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik. Bahwasanya
untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Ayat pujian ini sering
muncul dalam pasal mazmur lainnya. Kemudian di ayat 2
mengajak bangsa Israel (dan kita tentunya) melakukannya
juga. Kebaikan Tuhan itu berlangsung selamanya, tidak
pernah terhenti dan terputus, dan tidak berkesudahan.

Bagian kedua nas ini bahkan mengajak lebih ekspresif


lagi: pujian keluar dengan sorak sorai. Jadi tidak cukup merasa
bersyukur dalam hati. Wajar, sorak sorai bagi Tuhan yang
telah memperlihatkan kemenangan dan keperkasaan-Nya.
Sama seperti idola kita saat memenangkan pertandingan
atau pertarungan, maka sorak sorai layak dielukan.
Bagaimana tidak? Dia yang mati telah bangkit. Dia yang penuh
bilur-bilur luka, tersalib dianggap hina, kini bangkit dengan
tubuh yang baru, tubuh yang tidak fana! Sorak sorai
kemenangan pun berkumandang: "Hai maut di manakah
kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" (1Kor.
15:55).

Perjalanan hidup penuh dengan liku-liku tantangan.


Jika jalan itu kita pilih dengan sadar, maka ada rasa
antusias (entuastik) untuk melewatinya dengan
kemenangan. Tetapi, tetap jangan kita lupakan, "Tangan kanan
72

TUHAN melakukan keperkasaan, tangan kanan TUHAN


berkuasa meninggikan, tangan kanan TUHAN melakukan
keperkasaan! Aku tidak akan mati, tetapi hidup" (ayat
15b-17a). Ia tidak menyerahkan kita kepada maut dan
kekalahan. Ia adalah keselamatan kita, yang menerima kasih-
Nya dan menyaksikan keajaiban perbuatan-Nya. Haleluya.

Tetapi kadang-kadang pandangan kita terbatas dan


dapat terjadi diluar perkiraan. Timbul rasa takut. "Biarlah
cawan itu berlalu", pinta Tuhan Yesus. "TUHAN telah
menghajar aku dengan keras," tertulis di ayat 18a. Tetapi kini
terbukti, Allah kita perkasa, kasih setia-Nya selamanya.
"Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah
menjadi batu penjuru" (ayat 22). Oleh karenanya, marilah kita
menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN; Kemenangan dan
keperkasaan-Nya. Mari kita elukan pada peringatan
kebangkitan ini: "Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah
kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!" Selamat Hari
Raya Paskah.

Tuhan memberkati kita. Amin.

73

Kabar Minggu II Paskah: Saksi Kristus


(Kis. 5:27-32)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu II Paskah ini
diambil dari Kis. 5:27-32. Nas ini menceritakan betapa
dahsyatnya kuasa pemberitaan Injil yang dilakukan para murid
setelah kebangkitan Tuhan Yesus. Mereka semakin berani
menghadapi tantangan, bahkan tidak memperlihatkan rasa
takut ketika dihadapkan pada Mahkamah Agama. Mereka
diciduk dari Bait Allah dan saat ditanyai Imam Besar Yahudi,
jawaban Petrus dan rasul-rasul itu tegas: "Kita harus lebih taat
kepada Allah dari pada kepada manusia (ayat 29b, band. 4:19).

Keberanian memang mendorong energi keluar


secara lebih besar. Yang tadinya terpendam tidak
kelihatan, tiba-tiba keluar tak terbendung. Itulah yang
terjadi pada para murid, saat mereka mengetahui Yesus
ternyata bangkit dari kubur (dan kemudian naik ke sorga).
Mereka berani memberitakan-Nya dan siap menanggung risiko
meski ditangkap dan diadili.

Para murid juga berani menyerang para pemimpin


Yahudi, menuduh mereka bertanggungjawab atas kematian
Yesus, yang membunuh-Nya dengan menggantung-Nya di kayu
salib (ayat 30). Tetapi Allah Bapa dan Allah Abraham, Ishak dan
Yakub telah membangkitkan-Nya untuk membuktikan, “Dialah
yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-
Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat
bertobat dan menerima pengampunan dosa."

Sebaliknya dengan para pemimpin Yahudi. Mereka


ketakutan, sebab pemberitaan Yesus memberikan dampak luar
biasa. Para murid pun terus memperlihatkan kuasa mukjizat
seperti Tuhan Yesus semasa hidup-Nya. Para pemimpin Yahudi
ketakutan karena ketika diberi pilihan oleh Pontius Pilatus,
mereka menantang dengan mengatakan: "Biarlah darah-Nya
ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!" (Mat.
74

27:25). Itu yang membuat para murid terus dilarang


mengajarkan Nama Yesus kepada semua orang. Padahal,
ketakutan para Imam pun tidak beralasan, sebab Yesus tidak
mencari kekuasaan politik, tetapi perubahan rohani.

Kita pengikut Kristus pun harus berani untuk


memberitakan-Nya. Membiarkan seseorang dalam
kesalahan dan dosa sama dengan membiarkannya masuk
neraka. Kita tidak mesti menghakimi, tetapi menyatakan
pilihan dan kebenaran yang lebih baik. Tugas kita
menyampaikan dan Roh Kudus yang bekerja. Kita telah
melakukan panggilan menjadi duta Kristus, dan pengampunan
berlaku bagi semua orang bagi yang mau bertobat. Lakukanlah
sesuatu untuk bisa menjadi saksi bagi kebangkitan-Nya. Ambil
peran sesuai talenta dan kemampuan kita. Larangan
beribadah di komplek rumah, larangan membangun rumah
ibadah, sesuatu yang perlu dilawan. Tidak perlu terlalu takut
terhadap risiko penderitaan, sebab Tuhan Yesus yang hidup
akan terus menjaga kita. Roh Kudus yang dikaruniakan Allah
kepada semua orang yang mentaati Dia, akan setia memberkati
kita sama seperti memberkati para rasul-Nya. Haleluya.
Terpujilah DIA.

Tuhan memberkati kita. Amin.

75

Kabar Minggu III Paskah: Bertobat


(Kis. 9:1-6)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu III Paskah ini
diambil dari Kis. 9:1-6. Nas ini bercerita tentang pertobatan
Paulus dan kemudian dipakai Tuhan demikian dahsyat. Kita
tahu ada banyak cara dan jalan yang dialami orang percaya
untuk mengikut Kristus, selain karena mengikuti orang tua dan
dibaptis di masa kecilnya. Tetapi ada juga, meski sudah percaya
sejak kecil, kemudian mengalami pembaruan budi, pertobatan,
lalu lahir baru menjadi manusia baru (Yoh. 3:3; 2Kor. 5:17).

Pertobatan adalah meninggalkan kehidupan lama


yang penuh kegelapan, masuk ke dalam kehidupan terang
di dalam Tuhan Yesus. Dalam ilmu teologi, pertobatan
dibahas dalam Teologi Sistimatika. Louis Berkhof dalam
bukunya Teologi Sistimatika menuliskan, bahwa pertobatan
merupakan tindakan khusus Roh Kudus yang membawa
kelahiran kembali dan panggilan efektif kepada pertobatan.
Pertobatan bisa bersifat pribadi, tetapi bisa massal seperti
pengalaman bangsa Israel di zaman Raja Hizkia, Yosia, dan
bangsa Niniwe yang dikisahkan di kitab Yunus. Pertobatan
bisa tidak permanen dan bersifat sementara, sebagaimana
kisah benih yang ditabur di pinggir jalan atau di atas batu
(Mat. 13:1-22).

Henry C. Thiessen dalam bukunya Teologi Sistimatika


yang sering menjadi pegangan dalam kuliah tentang
keselamatan, mengatakan pertobatan merupakan tindakan
berbalik kepada Allah, dan tindakan tersebut merupakan
tanggapan manusia terhadap panggilan Allah. Jadi menurut
Thiessen, ada peran reaktif dari manusia yang membawanya
kepada Allah. Hal ini membuat tidak perlu mempersoalkan
proses terjadinya pertobatan dan keselamatan, sebab urutan
dan proses terjadinya bisa berbeda pada tiap orang. Demikian
juga tentang kapan imannya mulai dibenarkan dan dikuduskan,
semuanya tidak terlalu relevan didiskusikan. Kita syukuri
76

saja, pertobatan itu berlangsung terus menerus, semakin


hari semakin baik dan seturut irman-Nya, sebagaimana
proses pengudusan yang kita terima.

Tetapi yang jelas, baik Berkhof maupun Thiessen,


menyatakan ada unsur atau elemen yang menyangkut pikiran
(intelektual), perasaan hati (emosional), dan kehendak
(keputusan), di dalam terjadinya pertobatan. Kunci semuanya
adalah adanya penyesalan karena dosa-dosa, berpaling
dan berbalik kepada jalan yang benar sesuai dengan
kehendak Allah.

Jika kita melihat peristiwa yang terjadi pada Saulus,


unsur Roh Kudus lebih dominan berinisiatif dan memanggilnya
untuk bertobat. Saulus begitu bersemangatnya, dengan hati
berkobar-kobar mengancam, dan membunuh murid-murid
Tuhan Yesus. Ia bahkan menghadap Imam Besar, meminta
surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis
Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau
perempuan yang mengikuti Tuhan Yesus, ia menangkap
mereka dan membawa mereka ke Yerusalem (ayat 1-2).

Hal yang kita lihat kemudian adalah ketika umat-Nya


dianiaya dan disakiti, Tuhan Yesus juga merasakan penderitaan
itu. Allah peduli dengan setiap hal yang kita alami dan
rasakan sepanjang semua itu karena mengikut Dia. Sama
seperti Stafanus dalam pasal 8 yang mati karena dilempari
batu, Tuhan Yesus memberi kasih khusus dan menyambut roh
Stafanus dengan berdiri (Kis. 7:54-60).

Melalui nas ini kita diajak untuk terus membarui iman


dan pertobatan, agar kita semakin sesuai dengan irman dan
kehendak-Nya. Melalui karya kesaksian, kita pun akan
semakin menyenangkan hati-Nya. Dan itulah tanda
pertobatan, yakni berubah dan berbuah.

Tuhan memberkati kita. Amin.

77

Kabar Minggu IV Paskah: Mukjizat


Penginjilan (Kis. 9:36-44)
Firman Tuhan bagi kita di Minggu IV Paskah ini diambil
dari Kis. 9:36-44. Nas ini menceritakan mukjizat yang
dilakukan oleh Rasul Petrus saat berkeliling dan singgah di
Lida dan Yope. Pada ayat 32-35, diceritakan Rasul Petrus
menyembuhkan Eneas dari penyakit lumpuh. Eneas telah
delapan tahun terbaring di tempat tidur. Sama seperti Tuhan
Yesus, Rasul Petrus hanya berkata: "Eneas, Yesus Kristus
menyembuhkan engkau; bangunlah dan bereskanlah tempat
tidurmu!" (ayat 33-34, band. Mat. 9:6 dan Yoh. 5:8).

Berita itu pun sampai ke Yope dan di sana ada seorang


perempuan murah hati, Tabita (Yun: Dorkas = rusa betina),
baru meninggal karena sakit. Mayatnya dibaringkan di ruang
atas. Mereka merasakan kehilangan Tabita, dan Petrus pun
dimohon datang ke Yope. Setelah tiba, Petrus menyuruh
mereka semua keluar. Lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia
berpaling ke mayat itu dan berkata: "Tabita, bangkitlah!" Lalu
Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun
lalu duduk (ayat 36-40).

Pertanyaan yang mungkin muncul: apakah para


murid memiliki kuasa untuk membangkitkan orang mati,
sebagaimana Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus (dan
yang lainnya) semasa hidup-Nya? Bagaimana dengan para
murid atau hamba Tuhan saat ini, apakah juga memilikinya?
Jawabannya tentu: ya! Para murid saat dahulu dan juga saat ini,
tetap memiliki kuasa mukjizat tersebut.

Belajar dari nas ini tentang kebangkitan Tabita dari


kematian, Rasul Petrus melakukannya dengan empat dasar
dan syarat yang penting: pertama, mukjizat itu dilakukan
dalam nama Yesus; kedua, mukjizat itu untuk memuliakan
Yesus; ketiga, mukjizat itu untuk memperluas kerajaan-Nya
dengan pemberitaan Injil; dan keempat, mukjizat itu terjadi
78

bagi orang yang sungguh luar biasa dikasihi Allah seperti


Tabita atau Dorkas. Oleh karena itu, kita hanya bisa
mengatakan dasar, tantangan, dan semangat yang sangat tinggi
pada para murid hanya terdapat di masa gereja mula-mula.
Dan, tampaknya keadaan masa kini belum sama dengan masa
gereja mula-mula itu.

Tetapi peluang mukjizat luar biasa itu tidak tertutup


dapat terjadi di masa depan. Mukjizat lainnya selain
membangkitkan orang mati pun tetap terjadi seperti yang
pernah kita dengar atau lihat dan baca, meski kita tetap harus
hati-hati dalam meneguhkan semuanya. Kebangkitan Kristus
telah menjadi jaminan kemenangan semua itu. Firman
Tuhan mengatakan, kuasa Roh Kudus telah diberikan kepada
kita (Kis. 1:8) dan "mereka akan memegang ular, dan sekalipun
mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat
celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit,
dan orang itu akan sembuh" (Mrk. 16:18). Haleluya.

Tetaplah percaya dan bersaksi: dengan hati, mulut,


sikap, atau hasil tanganmu. Kuasa Roh Kudus selalu
menyertai untuk kemuliaan nama Yesus.

Tuhan memberkati kita. Amin.

79

Kabar Minggu V Paskah: Tembok dan


Jembatan (Kis. 11:1-18)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu V Paskah ini
diambil dari Kis. 11:1-18. Nas ini menceritakan upaya Rasul
Petrus mempertanggungjawabkan baptisan Kornelius di
Yerusalem. Kaum Yahudi yang sejak awal bersunat sebagai
tanda perjanjian Allah dengan Abraham dan keturunannya
(Kej. 17:11), masih merasa sebagai umat khusus, umat pilihan.
Mereka yang kemudian percaya dan mengikut Kristus,
sebagian merasa keselamatan dari Tuhan Yesus hanya untuk
kaum Yahudi saja, sehingga kabar sukacita tersebut dan
bahkan baptisan tidak perlu diberikan kepada "orang asing",
orang yang tidak bersunat. Tetapi Rasul Petrus melakukannya
dan membaptis Kornelius, seorang tentara Romawi. Maka ia
pun ditentang.

Allah menciptakan manusia yakni Adam dan Eva, dan


kemudian setelah ribuan tahun menyebar ke seluruh penjuru
bumi. Faktor alam dan campuran genetika membuat
terjadinya keragaman manusia dengan ras, suku, bangsa,
tempat, bahasa dan lainnya. Begitu juga dengan sifat,
karakter, warna kulit, tradisi, kepercayaan, dan lainnya. Tidak
ada manusia yang sama. Pengelompokan manusia terjadi atas
kesamaan tersebut, atau oleh kepentingan dan tujuan yang
sama, meski itu dapat sesaat.

Alkitab mengatakan, keselamatan datang dari bangsa


Yahudi. Banyak orang menyembah Tuhannya yang tidak
mereka kenal, tetapi kita menyembah Allah yang kita
kenal yakni dalam Pribadi Tuhan Yesus, yang memang
bangsa Yahudi (Yoh. 4:22). Kita mengenal Allah dalam
Pribadi Yesus karena ada gambaran utuh-Nya: hidup, kuasa,
teladan, pelayanan, dan terutama kasih-Nya. Tidak ada agama
lain di dunia ini yang bisa lebih baik menggambarkan
Allah yang seperti Dia. Tawaran jalan keselamatan kekal yang

80

diberikan-Nya, sungguh luar biasa. Kita memang layak memuji,


menyembah, dan mengikuti-Nya.

Kabar sukacita itulah yang mesti disebarkan. Kita tidak


perlu meributkan legalisme kaku dengan meributkan hal yang
tidak prinsip, seperti makanan bercampur darah (ayat 9),
baptisan air yang benar (ayat 16), hari raya Kristiani, atau
format tata ibadah. Semua menjadi tidak produktif. Merasa
unggul juga - seperti "bersunat" dalam nas ini, harus
ditiadakan yang semua itu justru membangun tembok
pemisah dan perbedaan. Apalagi, bila kepentingan pribadi
sebenarnya dibungkus menjadi kepentingan kelompok, atau
dalam nama agama dan bahkan demi nama Tuhan.

Perbedaan selalu ada. Di tengah hubungan sesama,


perbedaan terus ada termasuk dalam iman dan kepercayaan,
termasuk dalam ritualnya. Sungguh sangat disayangkan kalau
perbedaan itu sampai membuat polarisasi terjadi dan tembok
terbangun,

Tetapi melalui kasih yang menjadi ciri khas orang


percaya, kita perlu membangun jembatan bagi mereka yang
merasa seolah ada ketidakadilan dan kalah/tersisihkan.
Memang tidak mudah membangun kembali relasi antar
manusia. Tetapi kita harus siap menerima mereka dengan hati
yang penuh kasih. Upaya mesti terus dilakukan, terutama oleh
kita anak-anak Tuhan. Mencari buah dan Roh Kudus akan
bekerja (ayat 17). Seperti ayat penutup dalam nas Minggu V
Paskah ini: karunia itu diberikan kepada segala bangsa,
pertobatan, atau perubahan yang terus memimpin kepada
hidup (ayat 18). Itulah utamanya, intinya, bangunlah selalu
jembatan, bukan tembok.

Tuhan memberkati kita. Amin.

81

Kabar Minggu VI Paskah: Siapa yang


Kuutus? (Kis. 16:9-15)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu VI Paskah ini
diambil dari Kis. 16:9-15. Nas ini bercerita tentang perjalanan
kedua Rasul Paulus berkeliling dari kota ke kota,
menyampaikan keputusan-keputusan yang diambil para rasul
dan para penatua di Yerusalem dengan pesan, supaya jemaat-
jemaat menurutinya. Hal yang menarik, Paulus ternyata
menyeberang menuju Makedonia, ke Barat, setelah ada
penglihatan seseorang yang memanggilnya dan meminta
tolong.

Kita tentu bisa berpikir, bagaimana seandainya saat


itu penglihatan yang muncul justru memanggil Paulus ke
arah timur menuju wilayah Arab dan Asia, sehingga
wilayah ini yang menjadi sama seperti Eropa saat ini
dengan mayoritas pengikut Kristus?

Tetapi itu misteri karya Allah. Rencana Tuhan selalu


terbaik. Kita imani, Roh Kudus yang menuntun ke arah barat
dan Rasul Paulus pun terus bergerak bersama mitra
pelayanannya melakukan penginjilan, sehingga semakin
banyak yang mengikut Yesus dan jemaat-jemaat juga
diteguhkan dalam iman dan makin lama makin bertambah
besar jumlahnya (ayat 5). Kekristenan di Eropa pun terus
berkembang, meski perlu 300 tahun penderitaan dilalui oleh
orang percaya, terutama kaum penginjil. Kekristenan
kemudian semakin berjaya setelah Kaisar Romawi
Konstantinus Agung memeluk agama Kristen seperti ibunya,
dan menjadikannya sebagai agama negara.

Hal yang kita lihat melalui nas ini, Kekristenan dan


kerajaan-Nya semakin diperluas hanyalah dengan cara
penginjilan, adanya yang diutus mencari jiwa-jiwa baru.
Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh irman
Kristus (Rm. 10:17). Pengalaman Rasul Paulus yang
82

f
memenangkan Lidia, seorang penjual kain ungu yang mahal,
membuktikan penginjilan semakin bergulir efektip di luar
Yahudi dan Yunani, dan akhirnya Lidia juga turut mendukung
pelayanan Paulus.

Kita sebagai umat percaya dan yang bersekutu dalam


warga gereja kita masing-masing, perlu merenungkan hal
tersebut. Adakah gereja kita juga melakukan pengutusan,
mengirim hamba Tuhan ke luar gereja? Adakah gereja kita
memiliki perhatian dan upaya yang cukup besar untuk
memenangkan jiwa-jiwa baru? Benar, meneguhkan iman
atau memulihkan jiwa-jiwa yang haus dari warga gereja yang
ada juga sangat penting. Tetapi bila perhatian gereja kita atau
diri kita yang sudah diberkati sama sekali tidak ada untuk
pengutusan, khususnya penginjian, ini perlu direnungkan lebih
dalam.

Kita harus menyadari serigala penangkap yang


berkeliaran di sekitar kita dan khususnya di Indonesia
Timur. Alkitab mengatakan, "Waspadalah terhadap nabi-nabi
palsu... sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas" (Mat.
7:15). Begitu diabaikan atau umat ditinggal, maka serigala ini
"... akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan
menyayangkan kawanan itu" (Kis. 20:29).

Suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan


siapakah yang mau pergi untuk Aku?" (Yes. 6:8). Jika kita tidak
bisa menyahut: "Ini aku, utuslah aku!", dengan alasan-alasan
tertentu, maka seseorang harus pergi menggantikannya. Aku
dalam hal ini bisa pribadi, dan bisa jemaat. Semua perlu ikut
dalam misi penginjilan. Mari beri upaya dan sisihkan dana
untuk pengutusan. Hanya itulah bukti tanggungjawab kita
atas Amanat Agung Tuhan Yesus (Mat. 28:19-20; Mrk. 16:15)

Tuhan memberkati kita. Amin.

83

Tuhan Yesus Naik ke Sorga: Roh


Kudus Dijanjikan (Kis. 1:1-11)
Dan (dua orang yang berpakaian putih) berkata kepada mereka:
"Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke
langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu,
akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu
melihat Dia naik ke sorga" (Kis. 1:11)

Setiap orang akan kembali ke asalnya. Manusia dari


tanah akan kembali ke tanah. Orang tua saya dari Samosir
Sumatera Utara, dan banyak orang seusia mereka yang
dibesarkan di sana, berpesan ingin dimakamkan di kampung
halamannya. Alamiah. Demikian pula Yesus, Ia datang dari
sorga (Yoh. 3:16), maka kembali ke sorga. Ia kembali kepada
Bapa yang mengutus-Nya.

Selama tiga tahun lebih pelayanan-Nya, Ia telah


membuat gempar para pemimpin Yahudi dan juga kekaisaran
Romawi. Tiga puluhan mukjizat dilakukan untuk membuktikan
bahwa Ia memang dari sorga utusan Allah (ayat 1-2). Bahkan Ia
bangkit dari liang kubur, mengalahkan kematian, dan selama
40 hari memperlihatkan diri-Nya dengan kuasa yang tetap ada
kepada semua murid dan pengikut-Nya (ayat 3).

Pesan utama tujuan Yesus menjadi manusia dan datang


ke dunia telah disampaikan, yakni agar manusia bertobat
karena kerajaan sorga telah dekat (Mat. 4:17; Mrk. 1:15). Ia
datang untuk menjadi tebusan bagi orang-orang yang berdosa
dan percaya kepada-Nya (Mat. 20:28; 1Tim. 2:6). Pesan
kedua-Nya, agar kaum miskin, janda-janda dan yatim piatu,
mereka yang tertindas dan teraniaya, serta orang asing kaum
pendatang, diberi perhatian. Memberi kasih yang tulus kepada
mereka, membagikan damai sejahtera sehingga dunia ini
penuh dengan sukacita (Luk. 4:18-19; Yoh. 14:27, Mat.
25:31-46). Dan pesan ketiga, Ia datang untuk memberi hidup

84

dan kelimpahan bagi kita orang yang percaya dan taat (Yoh.
10.10).

Dua belas rasul dan sebagian umat Yahudi pengikut


setia yang telah menerima-Nya masih berharap bahwa
kerajaan dunia akan dibangun Yesus. Pertanyaan mereka
rasanya wajar: “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini
memulihkan kerajaan bagi Israel?” (ayat 6). Dalam benak
mereka, Yesus menjadi raja seperti Daud dan Mesias yang
ditunggu. Mungkin terbersit juga gambaran mereka dapat
menduduki jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan
kerajaan tersebut.

Namun sejak awal Yesus sudah menjelaskan tentang


Kerajaan Allah yang dimaksudkan adalah kerajaan rohani,
sebagaimana dituliskan dalam awal kitab-kitab Injil. Maka
Yesus pun menjawab: Engkau tidak perlu mengetahui masa
dan waktu yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.
Artinya murid tidak usah pusing. Jalankan saja pesan dan
perintah yang diberikan, dan janji-Nya akan ada Roh Kudus
yang membaptis mereka (ayat 5). Dan terbukti, para murid
kemudian memahami semua hal itu.

Yesus menyampaikan pesan terakhir: kamu akan


menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan
Samaria dan sampai ke ujung bumi (ayat 4, 8), sebagaimana
Amanat Agung di Mat. 28:18-19. Gambarannya semakin
mengarah keluar, sentripetal. Tugas yang tidak mudah.
Dan Yesus berkata, mereka melakukan itu sebab akan
menerima kuasa, Roh Kudus turun ke atas mereka. Tuhan
Yesus mengetahui, untuk tugas berat manusia tidak bisa
berjalan sendirian.

Lantas Ia pun pergi, terangkat ke sorga. Tugas dan misi


singkat dari Bapa telah selesai. Para murid kecewa dengan
pertanyaan di benak: Siapa yang mendampingi mereka dalam
menjalankan misi tersebut? Memang disebut akan ada Roh
Kudus. Tetapi, apa dan siapa itu?

85

Dalam hidup ini kita pun kadang-kadang kecewa,


sebab pertanyaan tidak terjawab atau pengharapan tidak
terwujud. Semangat melemah dan pikiran kacau. Itu wajar.

Tetapi kita perlu meneladani para murid. Mereka hanya


percaya perkataan Tuhan Yesus meski tidak mengerti apa yang
akan terjadi. Iman lebih bekerja saat pikiran sudah mentok.
Dan janji Tuhan memang terbukti. Dalam pasal berikutnya
dijelaskan, para murid akhirnya menunggu dengan berkumpul
di sebuah rumah menanti janji Tuhan itu, dan Roh Kudus
dicurahkan. (Kis. 2:1-13). Janji-Nya digenapi.

Mari kita menjalankan misi mulia yang diberikan Tuhan


Yesus. Mengabarkan Injil ke seluruh pelosok. Bila waktu dan
tenaga kita tidak memungkinkan, maka berikan kemampuan
yang lain agar misi itu tetap berjalan. Tuhan memberi talenta
dan tempat yang berbeda kepada semua orang untuk ikut
mengambil bagian dalam perintah bersaksi tersebut, baik
langsung maupun tidak langsung. Kita ingat saja, bahwa
Tuhan Yesus kelak akan datang ke dunia, tentu sebagai hakim
meminta pertanggungjawaban kita. Ia terangkat ke sorga dan
akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu
melihat Dia naik ke sorga (ayat 11). Bersiaplah.

Tuhan Yesus memberkati kita. Amin

86

Kabar Minggu VII Paskah: Kuasa dan


Penginjilan (Kis. 16:16-34)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu VII Paskah ini
diambil dari Kis. 16:16-34. Nas ini bercerita tentang kuasa dan
penyertaan Tuhan dalam pelayanan Rasul Paulus, masih di
Makedonia. Penduduk masih banyak yang percaya dan
mengandalkan roh tenung sebagai penolong dalam kehidupan
sehari-hari, terutama ramalan akan masa depan yang sia-sia.
Biasanya mereka ini perempuan. Dengan tenungan-
tenungannya, juragan tuan-tuannya mendapat penghasilan
besar.

Mereka juga menawarkan kepada Rasul Paulus dan


terus mengganggunya, padahal sudah dijelaskan mereka
hamba Allah, penunjuk jalan keselamatan yang benar. Paulus
kemudian memperlihatkan kuasa dari Tuhan yang lebih
dahsyat dengan hardikan, mengusir roh jahat yang masuk ke
tubuh hamba perempuan itu: "Demi nama Yesus Kristus aku
menyuruh engkau keluar dari perempuan ini." Seketika itu juga
keluarlah roh itu (ayat 18) dan bahkan bertobat. Tuan-tuannya
pun marah karena kehilangan penghasilan. Mereka menangkap
Rasul Paulus dan Silas, lantas bersaksi palsu dengan tuduhan
mengajarkan adat istiadat yang asing (ayat 20–21). Sesuatu
yang dilarang kekuasaan Romawi saat itu. Keduanya pun
ditangkap, didera, kaki dibelenggu dan dimasukkan ke penjara.

Niat dan perbuatan baik tidak selamanya seketika


berbuah baik. Tanggapan buruk kadang-kadang dapat
terjadi, jika sekeliling memiliki nilai-nilai yang berbeda
dan bahkan jahat. Tetapi menghadapi kesulitan itu, Rasul
Paulus dan Silas tidak kecewa dan putus asa. Mereka terus
berdoa dan menyanyi sukacita di dalam penjara dan menjadi
kesaksian bagi tahanan lain. Sikap itu sejatinya cermin mental
pemenang. Tangan Tuhan tidak diam. Kuasa-Nya bekerja
menolong orang-orang yang setia mengasihi-Nya. Kemudian,
gempa bumi hebat pun datang dan mukjizat terjadi. Sendi-
87

sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah


semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua (ayat 26).

Sebenarnya Paulus dan Silas punya kesempatan lari,


tetapi mereka tidak melakukannya. Kepala penjara yang
terjaga, ketakutan melihat pintu-pintu penjara terbuka. Ia
menghunus pedangnya hendak membunuh diri, menyangka
orang-orang hukuman itu telah melarikan diri. Tetapi Rasul
Paulus berseru: "Jangan celakakan dirimu, sebab kami
semuanya masih ada di sini!" Sebuah sikap Kristiani sejati yang
spesial, perlu diteladani. Kasihilah musuhmu (Mat. 5:44).
Kepala penjara pun gemetar, tersungkur di hadapan Paulus. Ia
telah melihat kuasa nyata selain dari negara dan dewa-dewi
mereka, dan bertanya: "Tuan-tuan, apakah yang harus aku
perbuat, supaya aku selamat?"

Kejahatan jangan dibalas kejahatan (Rm. 12:17). Itu


sering berbuah pahit. Balaslah kejahatan dengan kebaikan.
Lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Firman Tuhan
mengajarkan, "Hal yang kamu kehendaki supaya orang perbuat
kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka" (Luk.
6:31). Itu akan berbuah manis. Roh Kudus bekerja dan kepala
penjara melihat kasih itu. Ia pun bertobat dan seluruh
keluarganya menjadi percaya dan dibaptis.

Perbuatan kasih Kristus mengikuti pemberitaan


irman selalu lebih dahsyat. Akhir yang indah. Buah
penginjilan Paulus: Lidia penjual kain ungu dari Asia,
perempuan roh penenung orang Yunani, dan kepala penjara
orang Romawi kemudian menjadi perintis gereja di Filipi.
Terpujilah Tuhan.

Tuhan memberkati kita. Amin.

88
f

Bagian E: Kabar Masa Pentakosta

89

Kabar Minggu Pentakosta: Hari


Pentakosta (Kis. 2:1-21)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu Pentakosta ini
(dikenal juga sebagai hari pencurahan Roh Kudus dan hari
lahirnya gereja) diambil dari Kis. 2:1-21. Nas ini memberitakan
hari perayaan Pentakosta dan khotbah Rasul Petrus. Para
murid Tuhan Yesus sedang berkumpul di lantai atas salah satu
rumah. Mereka menantikan janji-Nya pasca kenaikan-Nya,
kemudian melihat lidah-lidah seperti nyala api yang
bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Mereka
pun penuh dengan Roh Kudus, lalu mulai berkata-kata dalam
bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada
mereka untuk mengatakannya (ayat 2-3).

Hari Pentakosta atau lima puluh hari setelah


Paskah, di PL berarti hari peringatan umat Israel keluar
dari perbudakan di Mesir dan pemberian hukum Taurat
kepada Musa. Hari itu juga dijadikan sebagai festival
pengucapan syukur untuk musim panen gandum yang tiba. Ini
h a r i s u k a c i t a , u m a t b e r k u m p u l d i Ye r u s a l e m ,
mempersembahkan korban sajian kepada Tuhan yang datang
dari segala penjuru (Im. 23:15; Bil. 28:26).

Tetapi dalam PB, Hari Pentakosta adalah lima puluh


hari setelah kebangkitan-Nya, dan hari itu Tuhan Yesus
menggenapi janji-Nya, Penolong yang lain yakni Roh Kudus
tercurah dan para murid kemudian berkata-kata dalam bahasa
lain yang justru dimengerti para jemaat yang hadir, yakni
tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah. Ada
yang menyindir dan mengatakan para murid mabuk anggur
(ayat 13), itu biasa. Tak kenal maka tak sayang. Tak merasakan
maka tak bersimpati.

Rasul Petrus kemudian mencoba menjelaskan peristiwa


tersebut dengan mengutip kitab Yoel yang menulis, Roh Allah
akan dicurahkan kepada manusia, para anak-anak bernubuat,
90

taruna akan mendapat mimpi dan penglihatan. "Aku akan


mengadakan mujizat-mujizat di langit dan di bumi: darah dan
api dan gumpalan-gumpalan asap. Matahari akan berubah
menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum
datangnya hari TUHAN yang hebat dan dahsyat itu" (Yoel
2:28-32). Rasul Petrus kemudian mengkaitkannya dengan
Tuhan Yesus dan datangnya akhir zaman, lantas menutup
khotbahnya, berkata: "Dan barangsiapa yang berseru kepada
nama Tuhan akan diselamatkan" (ayat 21).

Mereka yang tadinya ketakutan ditinggalkan Tuhan


Yesus, kemudian merasakan kuasa Roh Kudus telah bekerja
sebagai Penolong dan Penghibur, dan kemudian mereka pun
berani keluar memberitakan irman Tuhan Yesus. Khotbah
panjang Petrus di ayat lanjutannya, menghasilkan 3.000 jiwa
menerima Yesus dan dibaptis. Itulah dasar hari Pentakosta
dijadikan hari lahirnya gereja, yakni terwujudnya
hubungan baru orang-orang percaya dengan Tuhan Yesus.

Kita memperingati hari itu. Sebagai pribadi dan sebagai


gereja, kita bersyukur, janji Tuhan telah digenapi dan Roh
Kudus hadir bersama kita, selamanya. Tetapi perlu kita
renungkan lebih dalam makna pencurahan Roh Kudus
tersebut. Gereja hadir, kita percaya mukjizat terus terjadi,
sebab kuasa Allah tidak terbatas, tetapi semua itu adalah
alat. Pencurahan sejati itu mestinya seperti para murid,
berwujud timbulnya semangat baru akan pekabaran Injil,
menebarkan kasih anugerah, mengirim para penginjil untuk
menjangkau dan menyelamatkan jiwa-jiwa baru yang
menjadikan Yesus sebagai Juruselamat pribadi dan dunia. Bila
itu tidak dilakukan, maka keberadaan kita dan sebagai gereja
kita tidak lengkap. Perayaan menjadi kurang sempurna.
Pentakosta adalah kuasa pekabaran, gereja untuk
bersaksi meneruskan dan mewujudkan misi-Nya di dunia
ini. Maka lakukanlah itu.

Tuhan memberkati kita. Amin.

91

Kabar Minggu Trinitas - Minggu I Setelah


Pentakosta: Iman dan Pengharapan (Rm. 5:1-5)

Firman Tuhan bagi kita pada Minggu I setelah


Pentakosta ini diambil dari Rm. 5:1-5. Nas ini memberitakan
pembenaran orang percaya sebagai manusia berdosa. Rm. 3:23
menuliskan: "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah
kehilangan kemuliaan Allah." Manusia yang terdiri dari daging
dan nafsu duniawi tidak bisa total mematikan itu sama sekali,
meski irman-Nya memerintahkan hal itu (Kol. 3:5).

Kini semua dosa yang kita lakukan tidak lagi ditebus


dan dibersihkan dengan membawa persembahan hewan sesuai
PL, yang darahnya dipercik-dipercikkan oleh Imam besar.
Darah Yesus telah tercurah di bukit Golgota. Kita imani bahwa
Ia mati demi kita dan menjadi Juruselamat. Itulah yang
membuat kita menjadi bersih dan dikuduskan. Korban
hewan telah digantikan Tubuh Yesus yang tersalib. Sungguh
anugerah besar yang kita terima. Hukum Taurat telah
diperbaharui dengan Hukum Anugerah dengan kasih Bapa
melalui Tuhan Yesus.

Dengan dibenarkan dan dosa diampuni, orang


percaya mestinya hidup dalam damai sejahtera. Menjadi
serupa dengan Tuhan Yesus itulah yang menjadi tujuan
sekaligus pegangan perjalanan hidup kita (Rm. 22:2; Flp. 3:10).
Damai dengan Tuhan dan sesama, lingkungan, dan sejahtera
dalam kehidupan dengan selalu bersyukur dan merasa cukup.
Itu juga yang membuat kita layak berdiri bermegah atas status
baru tersebut. Dan, masih ditambahkan bonus yakni
kemuliaan, meski semua itu kelak digenapi dalam pengharapan
(ayat 3). Kenapa pengharapan? Itu bukan karena tidak pasti,
tetapi karena bisa ada yang tidak setia. Roh manusia masih
bisa dikalahkan oleh roh iblis bila tidak berjalan bersama
Roh Allah. Pengharapan pun sirna lenyap.

92
f

Jalan dan rancangan manusia tidak selalu sama dengan


jalan dan rancangan Allah, kadang-kadang sejauh bumi dan
langit (Yes. 55:9). Sebenarnya rancangan Allah selalu indah,
yakni damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan (Yer.
29:11). Ketika kenyataan datang berbeda, yang datang adalah
penderitaan, semua harus dilihat dengan mata rohani.
Penderitaan bisa datang untuk ujian kenaikan iman dan
berkat. Nas Minggu I setelah Pentakosta ini menekankan, agar
selalu melihat penderitaan dan kesengsaraan justru
menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan
uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan (ayat 4). Jadi
siklusnya kembali ke rancangan Allah yang indah.

Dan semua itu pasti bisa kita lalui, karena Allah akan
terus menyertai jika kita berserah. Roh Kudus telah dicurahkan
(ayat 5). Ia akan menyertai, menguatkan dan menuntun kita
hingga tidak sampai jatuh tergeletak (Mzm. 37:24; 1Kor.
10:13). Semua pasti, tidak mengecewakan dan menjadi
pemenang. Roh Kudus telah diam di hati kita sebagai
meterai dan jaminan Allah; kita telah dibenarkan,
dikuduskan, dikuatkan, dan disiapkan tempat yang indah kelak
bersama-Nya. Tetaplah dalam iman kepada-Nya. Tetap taat dan
setia. Terpujilah Tuhan Yesus.

Tuhan memberkati kita. Amin.

93

Kabar Minggu II Setelah Pentakosta:


Kristus yang Hidup di dalam Aku (Gal.
2:15-21)
...namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup,
melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang
kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman
dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan
diri-Nya untuk aku (Gal. 2:20)

Dikotomi (Ing: dichotomy) adalah pemisahan dua hal


yang saling berbeda dan bahkan bertentangan, misalnya antara
kulit putih dan kulit hitam, buruh dan majikan, panas dan
dingin, atau lainnya. Dikotomi ini sering dipakai umat Yahudi
melihat bangsa-bangsa lain; membuat mereka merasa sebagai
umat pilihan, dikhususkan, sedangkan bangsa lain adalah umat
berdosa dan hanya orang kebanyakan.

Umat Yahudi bangga dengan adanya hukum Taurat


mereka dan demikian pula dengan kisah bapa rohani mereka
yakni Abraham (Yoh. 8:33, 39). Tetapi pandangan ini tidak
tepat, sebab Tuhan Yesus mengatakan, Allah dapat menjadikan
anak-anak bagi Abraham dari batu-batu (Mat. 3:9). Demikian
juga hukum Taurat yang diberikan kepada Musa, merupakan
aturan pokok bagaimana umat Israel untuk dapat mengasihi
Allah (Taurat ke 1-4, Kel. 20:1-11) dan mengasihi sesama
manusia (Taurat 5-10; Kel. 20:12-17).

Nas Minggu II setelah Pentakosta ini mengatakan


bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena
melakukan hukum Taurat (ayat 16a), dalam pengertian
manusia tidak mungkin mematuhinya secara total.
Kejatuhan dalam dosa selalu terjadi. Upacara menghapus
kesalahan dan penebusan dosa melalui korban hewan juga inti
penekanannya pada iman, bukan pada ritualnya. Oleh karena
itu pembenaran hanya dilakukan melalui iman (Hab.
94

2:4b), sehingga hal yang sama berlaku bahwa pembenaran


hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus yang telah
menjadi korban tebusan bagi yang percaya, dan menjadikan
Yesus sebagai Juruselamat pribadinya (ayat 16b; Rm. 5:1;
10:9-10).

M e m a n g p e rl u h a t i - h a t i d a l a m m e n ga r t i ka n
pembenaran oleh iman ini. Perlu juga dibedakan dengan
keyakinan. Contoh yang mudah dan mirip adalah direktur
perusahaan yang ditunjuk oleh pemegang saham untuk
menjalankan bisnis mereka. Berjalan dengan keyakinan artinya
direksi perusahaan tersebut menjalankan bisnisnya dengan
sepenuh hati, kerja keras dan cerdas, berusaha taat pada
aturan, melupakan kepentingan diri sendiri dan berjiwa
melayani. Maka pemegang saham atau pemilik akan senang.
Jika pun misalnya target tidak tercapai penuh atau kurang, dan
itu terjadi bukan karena kesalahan disengaja, maka pemilik
tetap memberikan apresiasi. Inilah maksud dari ayat 17-18 nas
ini: “Tetapi jika kami sendiri, sementara kami berusaha untuk
dibenarkan dalam Kristus ternyata adalah orang-orang
berdosa, apakah hal itu berarti, bahwa Kristus adalah pelayan
dosa? Sekali-kali tidak. Karena, jikalau aku membangun
kembali apa yang telah kurombak, aku menyatakan diriku
sebagai pelanggar hukum Taurat.”

Tetapi dalam menjalankan bisnis tersebut bisa saja ada


gelombang besar yang tidak terduga. Target dan misi tidak
tercapai tetapi masih dalam katagori baik. Maka pemilik saham
akan memaklumi dan tidak menyalahkan direksi tersebut. Ini
gambaran dibenarkan oleh karena iman. Akan lain ceritanya
jika direksi menjalankan bisnis tersebut lebih kepada
keinginan dan kepentingan pribadinya. Ada godaan yang
diikutinya dan aturan perusahaan diabaikan. Misi dan target
jauh dan gagal. Maka secara hukum (Taurat) ia tetap bersalah
dan harus dihukum, sebab tidak ada pembenaran sama sekali.

Ada aturan pokok dan biasanya tidak rinci. Ada misi dan
target tertentu yang perlu dicapai sesuai penugasan sebagai

95

direksi tersebut. Jika direksi yang ditunjuk menjalankan


dengan baik sesuai aturan dan target misi, dan ada
keberhasilan, maka direksi akan diberikan penghargaan.
Demikianlah hubungan pemilik dengan pengelola. Akitab
bahkan sedikit “ekstrim” menggambarkan hubungan ini
dengan tanah liat dengan tukang periuk, yang notabene
manusia tidak bisa berkehendak. Ini sesuai dengan
pandangan Martin Luther bahwa kemauan bebas itu nonsense!

Gambaran inilah yang dimaksudkan nas ini, yakni:


“Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat,
supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan
Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang
hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan
hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup
oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan
menyerahkan diri-Nya untuk aku” (ayat 19-20). Allah melihat
prosesnya, bagaimana kit bekerja bersama Dia, bukan
hasil akhir dengan kacamata dunia.

Tuhan memberkati kita. Amin.

96

Kabar Minggu III Setelah Pentakosta:


Iman dan Janji (Gal. 3:23-29)
Firman Tuhan bagi kita pada hari Minggu III setelah
Pentakosta ini diambil dari Gal. 3:23-29. Nas ini menjelaskan
tentang kedudukan hukum Taurat sebelum Tuhan Yesus datang
ke dunia, serta fungsinya pasca kita dianugerahi iman kepada
Yesus Kristus. Sepuluh Hukum Taurat diberikan Tuhan kepada
bangsa Israel melalui Nabi Musa, kemudian diberi lagi
petunjuk-petunjuk praktisnya. Pengertian Taurat atau Torah
merupakan pengajaran, petunjuk, perintah, kebiasaan atau
sistem dan digunakan dalam artian luas, meliputi peraturan
tertulis maupun lisan dan akhirnya meliputi seluruh ajaran
agama Yahudi, termasuk Mishnah, Talmud, Midrash and lain-
lain (Wikipedia).

Ayat 19-22 sebelum nas Minggu III setelah Pentakosta


ini menjelaskan, Taurat diberikan kepada umat Israel untuk
pengenalan dosa, yang ditambahkan oleh karena adanya
pelanggaran-pelanggaran sampai masa tertentu yakni
datangnya janji Allah (band. Rm. 3:30; 5:20). Hukum Taurat
mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan dosa (ayat 22).
Di lain pihak, kesadaran akan dosa itu penting, agar
kerinduan terhadap kasih anugerah semakin besar.

Iman telah datang melalui Yesus Kristus (ayat 25). Nas


ini melengkapi de inisi iman dalam Ibr. 11:1 yang menegaskan
iman dalam nas ini berarti di dalam Kristus. "Dasar dari segala
sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang
tidak kita lihat," itu ada di dalam Kristus. Jadi hukum Taurat
yang diberikan terlebih dahulu kepada bangsa Israel, menjadi
penuntun bagi semua sampai Kristus datang, dan kemudian
yang percaya dibenarkan karena iman. Pada kabar sebelumnya,
kabar Minggu II setelah Pentakosta, kita telah menekankan hal
ini, mereka yang dibenarkan mestinya hidup dalam damai
sejahtera.

97

Poin lainnya dalam nas ini, mereka yang menerima


Kristus dimeteraikan dengan baptisan dan hidupnya
mengenakan Kristus. Tidak masalah percik atau selam, bayi
atau dewasa sebab baptisan merupakan akibat dari anugerah;
b u k a n k a re n a b a p t i s a n o ra n g d i b e n a rk a n d a n
diselamatkan, tetapi karena kasih karunia Allah. Semua
oleh karena iman. Dengan iman dan baptisan, kita dibebaskan
dari kutuk Taurat, menjadi manusia baru, milik Kristus, dan
terhimpun sebagai keluarga Allah. Inilah yang sungguh luar
biasa iman dalam Kristus.

Kita yang terhisab dalam Kristus, memiliki kedudukan


yang setara; anak-anak Abraham menjadi anak-anak Allah. Janji
Allah yang diberikan melalui Abraham yakni diberkati dan
terus menjadi berkat tetap pada kita orang percaya. Dengan
iman kepada Kristus dan melalui Kristus, maka kita pun
berhak atas janji-janji Allah tersebut. Syarat utama selain
iman dalam Kristus, memberi hati berbalik kepada Kristus, kita
juga melihat dan mewujudkan rencana Allah agar umat-Nya
dalam kesatuan yang utuh, terus saling mengasihi, saling
mendukung, melayani, sehingga tidak ada yang terhilang.
Seperti dalam lagu KJ 403: Hujan berkat siap tercurah, itulah
janji kudus yang Ilahi.

Tuhan memberkati kita. Amin.

98

Kabar Minggu IV Setelah Pentakosta:


Kemerdekaan Kristen (Gal. 5:1, 13-25)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu IV setelah
Pentakosta ini diambil dari Gal. 5:1, 13-25. Nas ini berbicara
tentang kemerdekaan Kristen. Nas sebelumnya, pada Minggu
III setelah Pentakosta menekankan, dengan Taurat manusia
mengenal dosa dan di mana ada Taurat di situ ada dosa. Setiap
orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa. Hukum Taurat
mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan dosa, dan
menjadi belenggu yang mengikat. Manusia tidak mungkin bisa
menjalankan hukum Taurat yang dibuat menjadi rumit oleh
para pemimpin Yahudi.

Tetapi kini orang Kristen adalah orang merdeka. Kita


telah dipanggil untuk merdeka tetapi diingatkan,
janganlah mempergunakan kemerdekaan itu untuk
kesenangan diri sendiri. Kebebasan dari ritual-ritual
keagamaan Yahudi jangan dipakai untuk kesenangan pribadi.
Justru kebebasan itu harus dipakai untuk membangun iman
sesama, melayani seorang akan yang lain dengan kasih. Seluruh
hukum Taurat tercakup dalam satu irman ini, yaitu: "Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" (ayat 13-14, Rm.
13:9). Artinya, kita dimerdekakan dari perbudakan dosa dan
dari kutuk hukum Taurat supaya hidup dalam kasih dan
mempraktikkan kasih dengan melayani kepada sesama. Inilah
kebenarannya, dan kebenaran yang memerdekakan orang
percaya (Yoh. 8:32, 36).

Mungkin itu tidak mudah. Tetapi nas pada Minggu IV


setelah Pentakosta ini memberikan arahan jelas, yakni
"hiduplah oleh Roh." Dengan hidup yang dipimpin Roh
Kudus, maka kita tidak akan menuruti keinginan daging,
sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan
keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging – karena
keduanya bertentangan (ayat 16-17). Barangsiapa menjadi
milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala
99

hawa nafsu dan keinginannya (ayat 25). Apakah bisa? Bisa,


kalau kita katakan bisa. Tidak bisa, jika kita katakan tidak
bisa. Jadi semua kembali kepada diri kita masing-masing.

Mereka yang hidup dalam daging berarti masih


mengikuti hawa nafsu, iri hati, amarah, kepentingan diri
sendiri, penyembahan berhala (dunia), perseteruan,
perselisihan, kedengkian, kemabukan dan sejenisnya (ayat
19-21a). Maka mereka yang masih melakukannya, tidak layak
mengklaim telah mendapat anugerah keselamatan dan
mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (ayat 21b).

Hidup oleh Roh dan dipimpin oleh Roh, tentu akan


berbuah baik. Ayat 22 dan 23 menuliskan buah-buah Roh,
yakni: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan,
kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Buah
Roh tersebut tampak, ada yang bersifat ke dalam diri kita,
bersifat ke luar berupa pelayanan, dan ada yang bersifat
kontrol. Jadi untuk mengukur diri kita apakah sudah merdeka
dalam kebenaran Kristus dan hidup dipimpin oleh Roh Kudus,
mari kita periksa kesembilan buah itu dalam diri kita, dan
teruslah berusaha diperbarui, semakin hari semakin lebih baik.
Itu tuntutan Kristiani. Tidak ada yang sempurna, tetapi kita
terus menuju kesempurnaan.

Tuhan memberkati kita. Amin.

100

Kabar Minggu V Setelah Pentakosta:


Tabur Tuai (Gal. 6: [1-6] 7-16)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu V setelah
Pentakosta ini diambil dari Gal. 6: [1-6] 7-16. Nas ini berbicara
tentang hukum tabur tuai dan kewajiban membantu mereka
yang berkekurangan. "Bertolong-tolonganlah menanggung
bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus" (ayat
1b-2). Saling menanggung dalam nas ini tidak terbatas pada
kebutuhan hidup, tetapi juga dalam berbagai kesulitan hidup
lainnya. Ada yang miskin, ada yang lemah secara rohani, belum
kuat dan teguh dalam kepribadian, dan lainnya. Maka kita
yang lebih mampu dan lebih kuat, baik secara ekonomi
atau keteguhan rohani, perlu menolong dan mendukung.
Mereka yang terjatuh dalam dosa, perlu dituntun keluar dari
kubangan itu (ayat 1a; Yoh. 13:34).

Ini pentingnya ada para pengajar, penunjuk jalan atau


hamba-hamba Tuhan. Berangkat dari hukum dan tradisi Israel,
adanya suku Lewi dan para imam menjadi tanggungan jemaat
(ayat 6). Tentu tujuannya agar mereka dapat lebih fokus dalam
pelayanan. Memang Rasul Paulus juga memberi arahan dan
contoh, agar para pengajar tidak terlalu tergantung pada
pemberian orang, berupaya hidup mandiri. Paulus memberi
teladan dengan membuat dan menjual tenda, bahkan dengan
itu mendukung teman sepelayanannya (Kis. 20:34-35).

Nas minggu ini menekankan agar pengikut Kristus tidak


menekankan hal-hal isik, lahiriah, legalisme semu, seperti
bersunat, berpantang makan minum, memakai asesoris rohani
khusus, menonjolkan diri agar mendapat pujian orang. Rasul
Paulus mengatakan itu nonsens, sia-sia (ayat 12, 15). Untuk itu
semua orang perlu menguji dirinya sendiri, dan
bertanggung jawab atas tindakannya; merenung dan
bere leksi. Kerendahan hati akan membawa orang pada
Kristus; Kesombongan dan mencari pujian akan menghambat
pelayanan (ayat 3-5). Tujuan utama, kita menjadi manusia
101
f
f

baru dan terus bertumbuh menyenangkan hati Kristus


(ayat 15).

Firman Minggu V setelah Pentakosta ini mengajak kita


untuk terus menabur kebaikan. "Karena apa yang ditabur
orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa
menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari
dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan
menuai hidup yang kekal dari Roh itu" (ayat 7b-8). Setiap
kesempatan, detik, dan menit yang kita miliki bisa
menjadi berkat bagi sesama. Mulai dari berbuat ramah
menyapa, senyum, memberi kehangatan dan sukacita bagi
orang lain, semua itu dapat menjadi berkat. Mereka yang
menanam padi akan memanen padi. Mereka yang menanam
semak, tentu akan menumbuhkan semak. Hukum tabur tuai
adalah keniscayaan. Hukum alam dan hukum Kristus
selalu hidup bergandengan.

Firman Tuhan berkata: "Adalah lebih berbahagia


memberi dari pada menerima". Terutama ini dimaksudkan
membantu orang-orang yang lemah (Kis. 20:35). Mereka yang
ditebus harus ikut merasakan hadirnya kerajaan sorga
saat ini, bukan hanya nanti pada saat semua digenapi.
Untuk itu, kebahagiaan memberi dapat dirasakan karena
dasarnya adalah kasih Tuhan Yesus. Oleh karenanya, ayat
penutup nas ini, dikuatkan dalam doa Rasul Paulus: "Dan
semua orang, yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini,
turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat atas mereka dan
atas Israel milik Allah" (ayat 16). Damai sejahtera dan rahmat.
Itulah segalanya. Haleluya.

Tuhan memberkati kita. Amin.

102

Kabar Minggu VI Setelah Pentakosta:


Layak dan Berkenan (Kol. 1:1-12)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu V setelah
Pentakosta ini diambil dari Kol. 1:1-12. Nas ini berbicara
tentang bagaimana kehidupan orang Kristen yang sebenarnya.
Melalui nas ini Rasul Paulus menjadi teladan bagi kita, dalam
memberi salam pembukaan, ungkapan rasa syukur disertai doa
pengharapan, yang merupakan ciri khasnya. Begitu pulalah
yang diperbuatnya untuk jemaat di Kolose yang tidak
dikenalnya. Kita pun, dalam berkomunikasi, termasuk
lewat telepon/SMS/WA, hendaknya menampilkan hal-hal
itu sebagai ciri umat Kristiani, selalu mengawali dengan
salam pembuka.

Jemaat Kolose dibimbing oleh Epafras, murid Rasul


Paulus di Efesus (Kis. 19:10; Kol. 4:12-13). Semula wilayah ini
penuh dengan ajaran palsu, kekuatan mistik dan penyembahan
berhala. Rasul Paulus menekankan kembali Injil yang
diajarkannya, yakni: berpusat pada Kristus (ayat 4), irman
kebenaran (ayat 5), yang berkembang di seluruh dunia, dan
mengenalkan kasih karunia Allah (ayat 6). Inilah yang
menjadi sukacita bagi Rasul Paulus dan kita semua, ketika
Injil itu berbuah, dan buahnya adalah beriman kepada
Kristus Yesus, berwujud kasih terhadap semua orang
percaya (dan sesama), serta kuatnya pengharapan yang
disediakan bagi kita di sorga (ayat 4-5, band. 1Kor. 13:13).

Tujuan semua itu, pertama, agar hidup kita semakin


layak di hadapan Tuhan, serta berkenan kepada-Nya dalam
segala hal, dan memberi buah dalam segala pekerjaan yang
baik. Tujuan kedua, agar pengenalan dan pengetahuan kita
yang benar tentang Allah terus bertumbuh (ayat 10). Ini akan
terjadi jika setiap orang percaya, menerima segala hikmat dan
pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan
dengan sempurna (ayat 9).

103

Kita hidup di dunia ini dengan segala hasrat keinginan


daging, ingin mendapat hormat dan pujian, serta tawaran
dunia, bahkan juga dengan segala ujian, tantangan dan rasa
sakit, yang semuanya itu tidak mudah diabaikan. Oleh
karenanya, kita perlu berdoa agar terus dikuatkan dengan
segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya, untuk menanggung
segala sesuatu dengan tekun dan sabar (ayat 11). Tetapi
kadang-kadang kita kalah dan jatuh, mengikuti keinginan
daging dan iblis. Tidak apa, bila kita memiliki kuncinya
yakni kembali kepada Kristus dengan penyesalan dan
mohon pengampunan. Kunci pengampunan dalam Kristus
adalah seketika itu; tidak ada istilah nanti atau ditunda dulu.

Rasa syukur wajib dinaikkan kepada Bapa, yang telah


melayakkan kita dengan melepaskan kita dari kuasa kegelapan,
dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang
kekasih, Yesus Kristus; di dalam Dia kita memiliki penebusan,
yaitu pengampunan dosa (ayat 13-14). Maka teruslah
berbuah, menjadi berkat di setiap saat, bertambah hikmat
memahami kehendak Bapa, dan semakin berkenan
kepadaNya.

Tuhan memberkati kita. Amin.

104

Kabar Minggu VII Setelah Pentakosta:


Keutamaan Kristus (Kol. 1:15-28)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu VI setelah
Pentakosta ini diambil dari Kol. 1:15-28. Nas ini berbicara
tentang Keutamaan Kristus (ayat 15-23) dan dikaitkan dengan
pelayanan dan penderitaan Paulus (ayat 24-28). Melalui
Kristus, Allah yang sebelumnya tidak kelihatan menjadi
tampak nyata bagi manusia; menjadi manusia dan berbicara
langsung dengan manusia (ayat 15). Hampir 400 tahun Allah
“tidak berbicara” kepada manusia melalui nabi-nabi baru
setelah yang terakhir nabi Maleakhi. Maka keputusan Allah
menjadi manusia menjadi sangat tepat.

Yesus Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan


sebagaimana ayat dalam nas ini: “karena di dalam Dialah telah
diciptakan segala sesuatu yang ada di sorga dan yang ada di
bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana,
maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala
sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih
dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam
Dia” (ayat 16-17). Seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di
dalam Dia (ayat 19), yang satu dengan Bapa (Yoh. 10:30) dan
itu semua sangat lengkap diperlukan oleh kita umat percaya.

Tuhan Yesus adalah kepala jemaat dan Dia yang


mendirikannya (Mat. 16:18) serta menumbuhkannya (1Kor.
3:6). Umat Yahudi yang semula pilihan Allah untuk menjadi
teladan dan model umat-Nya, agar seluruh isi bumi
menyembah-Nya, telah gagal. Tetapi Allah tidak bisa lepas
mengasihi manusia ciptaan-Nya, kasih yang tidak terbatas
(Yoh. 3:16). Maka menjadi alur yang logis jika Allah ingin
menyelamatkan manusia dan membangun umat baru yang
kudus dan pembawa damai bagi dunia. Dan dosa manusia
yang sebelumnya menjadi penghalang hubungan yang erat
manusia dengan Allah, harus dihilangkan dan dihapus,
serta hubungan itu dipulihkan.
105

Yesus menjadi manusia untuk kepentingan manusia,


memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang
ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia
mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus (ayat 20).
Dengan perdamaian tersebut, mereka yang dahulu hidup jauh
dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran
seperti yang nyata dari perbuatan yang jahat, sekarang
diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh
kematian-Nya (ayat 21-22a). Semua itu sebagai penebusan
untuk menempatkan kita menjadi umat yang kudus, tak
bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya (ayat 22b). Allah pun
dapat diam di dalam diri kita yang telah dikuduskan.
Buahnya, kita semakin diteguhkan, iman kita semakin
dikuatkan, dan seluruh pengharapan sorgawi kita tidak
goyang dan bergeser. Kini, Kristus telah ada di tengah-tengah
kita, dan menjadi pengharapan akan kemuliaan! (ayat 27b).

Rasul Paulus memberi kita teladan dengan ikut


menderita sebagaimana Kristus menderita. Ia memberikan
hidupnya menjadi pelayan untuk memberitakan dan
meneruskan irman-Nya, yaitu rahasia yang tersembunyi dari
abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi yang
sekarang dinyatakan kepada kita orang percaya (ayat 26-27).
Terpujilah Tuhan.

Melalui penderitaan itu Rasul Paulus bersukacita,


karena ikut melayani, berkontribusi. Sikap dan semangat
itulah mestinya yang hidup di dalam setiap hati kita orang
percaya, yakni bersukacita ketika ikut berkontribusi
memberitakan Kristus, memperluas kerajaan-Nya. Jadi,
kita tidak hanya bersukacita ketika memperoleh berkat-berkat
dunia.

Tuhan memberkati kita. Amin.

106

Kabar Minggu VIII Setelah Pentakosta


Berakar dan Bertumbuh (Kol. 2:6-15)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu VII setelah
Pentakosta ini diambil dari Kol. 2:6-15. Nas ini memberi kita
petunjuk tentang pentingnya berakar yang kokoh dalam
Kristus, dan terus bertumbuh di dalam Dia. Untuk kita yang
sudah lama lulus sidi atau baptis dewasa, topik ini tetap
relevan bagi kita. Penerimaan dan pengakuan terhadap Kristus
semestinya menjadi akar pemahaman. Dan iman kita
semestinya semakin tumbuh berakar kuat ke bawah dan
batangnya tumbuh ke atas, bertambah kokoh serta tahan
badai goncangan. Semua itu tampak dalam buahnya di
kehidupan kita.

Memang ada godaan yang mengatakan isi Alkitab tidak


masuk akal, sehingga tidak layak dipercaya. Itu jelas
merupakan bisikan setan yang membohongi manusia.
Pengutamaan hikmat manusia dengan ilmu pengetahuan dan
ilsafat kata-kata indah bersama tesis dan antitesis, yang
seolah-olah lebih mampu menjelaskan dunia ini dan
permasalahan manusia, jelas tidak berdasar (ayat 8). Semua
ada tempat dan konteksnya, dan saling mengisi. Apalagi
mengatakan ada ajaran atau agama lain yang lebih baik, jelas
itu isapan jempol. Tidak ada ajaran lain lebih baik yang
meminta mengasihi musuh dan Tuhan mau tetap campur
tangan dalam segala urusan manusia. Itulah ajaran
Alkitab, ajaran Kristiani.

Hari kemarin kita mungkin tidak sempurna, hari ini pun


belum sempurna semua perilaku kita. Kadang-kadang kita
tidak puas. Itu tidak apa-apa. Yang penting semakin hari
semakin lebih baik. Sebab, di dalam Kristus kita telah
disunat hati, sunat Kristus, sunat yang mengutamakan
penanggalan sifat-sifat dan perilaku yang membawa kita
ke lembah dosa (ayat 11). Kadang-kadang kita kalah
melawan godaan dunia, daging atau iblis. Mohonkanlah
107
f

pengampunan, dan berusahalah agar menjadi lebih baik lagi.


Itu hakekat menjadi manusia baru, hati yang terus diperbarui.

Fokuslah melangkah ke depan menuju hidup yang


semakin menyenangkan hati Tuhan. Jangan berpaling ke
masa lalu yang mungkin penuh kotoran dan luka. The past
belong to the past. Ingat yang dikatakan Rasul Paulus: "... aku
melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri
kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan
untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah
dalam Kristus Yesus" (Flp. 3:13b-14). Manusia lama kita telah
dikuburkan bersama kematian Tuhan Yesus melalui baptisan
dan pengakuan sidi (ayat 12). Kita telah dibangkitkan dari
kematian yang kekal.

Yesus, Allah yang menjadi manusia jasmaniah, dan


dapat dilihat manusia (lihat kabar sebelumnya yakni Kabar
Minggu VII setelah Pentakosta yang berjudul Keutamaan
Kristus), yang ajaran-ajaran-Nya mendobrak legalisme dan
formalitas kaku Yahudi. Ia lahir bukan dari benih manusia,
melakukan puluhan mukjizat, dan terangkat naik kembali ke
sorga, benar-benar kepenuhan Allah ada pada-Nya (ayat 9). Ia
berkuasa atas segala sesuatu. Ia menjadi pemenang dan
kita pun ikut sebagai pemenang (ayat 15). Tetaplah kokoh
kuat, bertumbuh dan terus berbuah, agar melalui hidup kita
nama Tuhan Yesus semakin dipermuliakan dan kerajaan-Nya
diperluas.

Tuhan memberkati kita. Amin.

108

Kabar Minggu IX Setelah Pentakosta:


Perkara di Atas (Kol. 3:1-4)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu IX setelah
Pentakosta ini diambil dari Kol. 3:1-4. Nas ini meminta kita
untuk berpikir dan fokus tentang perkara-perkara di atas,
bukan soal-soal yang di bumi. Kita orang percaya telah
dibangkitkan bersama Kristus, berarti hidup kerohanian kita
memasuki hidup baru bersama Kristus. Meski isik kita
belum berubah, yakni masih memiliki tubuh yang sama,
tetapi Allah telah memperbarui roh dan jiwa kita, dengan
Roh Kudus yang tinggal dan berkuasa di dalam hati kita.
Betul, sewaktu hidup dan tinggal di dunia ini kita tidak bisa
lepas dari kebutuhan pangan, sandang, biologis, rasa aman, dan
lainnya; demikian juga kita tidak bisa menghindar dari
penyakit dan kematian tubuh duniawi yang ada. Bangkit
bersama Kristus berarti memberi kesempatan kepada Roh
Kudus untuk membaharui hidup kita secara terus
menerus (lihat pasal 2 sebelumnya). Bersama Kristus
berarti mengakui bahwa hidup kita sudah menjadi milik-Nya,
sehingga kita memiliki sifat dan perilaku serupa seperti Kristus
(band. Rm. 6:5).

Memikirkan hal-hal di atas berarti berjuang untuk


menempatkan prioritas sorgawi dalam kehidupan praktis
sehari-hari. Meski cara berpikir dunia akan mempengaruhi
tindakan kita, tetapi kita tetap berkonsentrasi pada hal-hal
yang abadi dibandingkan dengan hal yang sementara di dunia
ini, dan itu memperlihatkan kedewasaan dalam berpikir.
Memikirkan tentang hal-hal di atas berarti melihat
kehidupan ini dari sudut pandang Allah dan mencari
rencana-Nya dalam hidup kita (lihat Kol. 3:15 hingga pasal 4,
yakni gambaran bagaimana Kristus menguasai hati dan pikiran
orang-orang Kristen (band. Flp. 4:9). Hal ini juga akan
menghasilkan penangkal bagi kecenderungan materialisme,
dan memberi kita pemahaman yang benar tentang materi dan

109

f
kekayaan duniawi, dengan melihatnya dari sudut pandang
sorgawi.

Dalam kitab Filipi dikatakan, “Karena kewargaan kita


adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan
Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah
tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya
yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan
segala sesuatu kepada diri-Nya” (Flp. 3:20-21). Dengan
demikian, kita diminta membuat penilaian dan
pertimbangan segala aspek kehidupan dari sudut pandang
sorgawi.

Kita hidup di dunia bukan berarti kita harus


membenci dunia, dan menjadi terpisah dengannya. Kita
hanya memperlakukan dunia di sekitar kita sebagaimana Allah
menciptakan dengan maksud tujuan-Nya, dan kita hidup secara
harmoni di dalamnya. Membenci dunia haruslah dalam
pengertian sifat-sifat duniawinya, bukan membenci isi ciptaan-
Nya, sebab tugas dan tanggungjawab kita ada juga di dalamnya,
yakni sebagai orang-orang yang menerima mandat budaya dari
Allah untuk mengelola demi kemuliaan-Nya (Kej. 1:28).

Tersembunyi di dalam Kristus pada ayat 3 berarti, yang


terjadi bukan lagi penonjolan diri. Apa yang kita perbuat dan
capai dalam hidup saat ini, pekerjaan dan pelayanan, harus kita
akui itu adalah kehendak dan pertolongan Allah, sehingga Dia-
lah yang ditinggikan, bukan diri kita. Kita bermegah hanya
dalam salib Tuhan (Gal. 6:14; Luk. 9:23). Apa yang kita
lakukan, tidak masalah tersembunyi bagi mata dan pujian
manusia, akan tetapi itu semua akan terbuka dan terungkap
dalam buku kehidupan.

Kita jangan terjebak dalam kegiatan-kegiatan yang


membawa kita seolah-olah rajin bersekutu, ikut beribadah,
membaca irman Tuhan, bahkan melayani, namun kemudian
kita merasa tidak bahagia. Pasti ada yang salah dalam hal ini.
Jangan sampai dalam melakukan itu kita sebenarnya

110

melupakan hakekat dan tujuan melakukan itu, sehingga kita


kecewa dan merasa tidak puas. Jangan sampai ibadah dan
pelayanan kita berpusat pada diri sendiri, dan bukan pada
Kristus. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi atas tujuan dan
penyertaan Roh dalam melakukan semua itu, sebelum akhirnya
kekecewaan membawa kita kepada dosa. Perlu dilihat dan
diperhatikan komunitas kita bergaul, yang sangat menentukan
dalam cara berpikir kita, di samping tentu saja kecenderungan
bawaan dari bawah sadar yang merupakan hasil pendidikan
dan masa kecil.

Saat ini Tuhan Yesus sudah duduk bertakhta di sorga


(Mzm. 110:1; Ef. 1:20). Rumah kediaman orang Kristen adalah
tempat di mana Kristus hidup (Yoh. 14:2, 3). Semangat kita
adalah semangat pengabdian dan rasa syukur, bukan semangat
mencari imbal jasa. Upah adalah sesuatu hak yang melekat
dan bukan tujuannya. Kesempurnaan dalam panggilan dan
pilihan Tuhan yang membuat kita sebagai orang yang merdeka
dimaksudkan supaya kita semakin memberi buah, menjadi
serupa dengan gambar Kristus (2Kor. 3:18); Hidup semakin
berbuahkan kebenaran (2Kor. 9:10). Kita perlu memahami itu
dan rindu untuk berbakti, melayani Allah dengan segenap hati
dan melayani sesama kita. Maka semua itu nanti hasilnya akan
dibukakan dan dinyatakan pada saat Parusia, kedatangan
Tuhan kembali, dan janji kemuliaan itu datang bersama-sama
dengan Dia (Yoh. 17:24).

Nas Minggu IX setelah Pentakosta ini meminta


perubahan cara berpikir kita yang akan mempengaruhi dan
membuat pengakuan: hal yang kita lakukan adalah semua
karena pertolongan Tuhan, dan membuat kita tidak
menonjolkan diri. Diri kita menjadi tersembunyi di dalam
Kristus yang sudah hidup di dalam diri kita. Kita tidak perlu
kecewa atau kesal meski manusia tidak melihat dan
menghargai hal itu. Seperti dikatakan ayat terakhir nas ini,
“Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak,
kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam
kemuliaan.” Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia,

111

dan kepada Dia; Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-


lamanya” (Rm. 11:36).

Tuhan memberkati kita. Amin.

112

Kabar Minggu X Setelah Pentakosta:


Iman dan Percaya (Ibr. 11:1-3, 8-16)
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan
bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr. 11:1)

Firman Tuhan bagi kita pada Minggu X setelah


Pentakosta ini diambil dari Ibr. 11:1-3, 8-16. Ayat 1-3
berbicara tentang iman. Ayat 8-16 menjelaskan tentang iman
Abraham. Sebagai informasi, ayat 4-7 bercerita tentang iman
beberapa hamba-Nya dalam PL: Habel yang diterima
persembahannya, Henokh terangkat ke sorga, dan Nuh yang
taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan
keluarganya.

Kekristenan berprinsip tentang tiga hal pokok; percaya


bahwa Allah ada, dan Allah bekerja dalam hidupnya melalui
Roh Kudus. Di antara kedua hal itu, percaya Yesus adalah Allah
yang menjadi manusia dan mengakui sebagai Juruselamat
pribadinya melalui penebusan dosa di kayu salib Golgota.

Hubungan Allah dan manusia menurut Derek Prince


dalam bukunya Faith to Live By (Derek Prince Ministries, India,
1977), dilihat dari dua hal yang seolah-olah kontradiktif. Dari
sudut Allah: Bagi Allah segala sesuatu mungkin (Mat.
19:26b); dan dari sudut manusia: Tidak ada yang mustahil
bagi orang yang percaya! (Mrk. 9:23b). Tetapi dari segi
praktiknya, ini menjadi sejalan dan dapat diterima, yakni
melalui iman, segala sesuatu yang mungkin bagi Allah sejajar
dan menjadi mungkin bagi orang percaya. Artinya, iman-lah
yang menjadi penghubung (channel) antara yang mungkin bagi
Allah menjadi tersedia bagi manusia. Melalui iman, segala yang
mungkin bagi Allah, menjadi sama, mungkin bagi manusia yang
percaya. Dahsyat, kan?

Derek Prince juga menjelaskan, dari segi bahasa Yunani,


percaya adalah pelaksanaan (exercising) iman, dan
113

penghikmatan (exercising) iman adalah percaya. Dengan


memahami hubungan tersebut, ayat 1 nas ini menjadi lebih
mudah dimengerti: "Iman adalah dasar dari segala sesuatu
yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak
kita lihat." Segi prakteknya, selain Habel, Henokh dan Nuh, ayat
8-16 nas minggu ini menjelaskan tentang iman Abraham: ia
berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui, dan
menjadi kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan
dibangun oleh Allah, dan tinggal berdiam di sana bersama
keluarganya. Kemudian ia teguh dalam iman, melalui Sara
istrinya, orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan
besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut,
yang tidak terhitung banyaknya (ayat 11-12). Dan, puji Tuhan,
semua terbukti!

Kita pun dalam perjalanan kehidupan di dunia saat


ini, tidak terlepas dari adanya pengharapan dan
pergumulan. Mari semua itu kita kembalikan kepada dua
relasi tadi: percaya dan teguh dalam iman. Bagian kita
adalah memberi dan berusaha dengan yang terbaik, dan
selebihnya Allah yang mengambil bagian kuasa-Nya untuk
memberi yang terbaik bagi kita. Dengan demikian, seperti ayat
13-14, “Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai
orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu,
tetapi yang dari jauh melihatnya dan melambai-lambai
kepadanya dan yang yang mengakui, bahwa ...mereka rindu
mencari tanah air.” Bagi kita yang rindu untuk lebih baik yaitu
satu tanah air sorgawi, tetaplah percaya dan teguh. "Allah
memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari
Dia" (ayat 6b). Terpujilah Dia.

Tuhan memberkati kita. Amin.

114

Kabar Minggu XI Setelah Pentakosta: Iman


dan Kemenangan (Ibr. 11:29-40; 12:1-2)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu XI sdetelah
Pentakosta ini diambil dari dua pasal, yakni Ibr. 11:29-40 dan
Ibr. 12:1-2. Kita tahu naskah Alkitab saat ditulis tidak memakai
pasal dan ayat. Tetapi kadang-kadang pengelompokan pasal
yang dilakukan oleh bapa-bapa gereja terdahulu, tidak
semuanya tepat. Akhirnya sering kita temukan beberapa ayat
lebih baik ditarik ke pasal sebelumnya atau sesudahnya yang
lebih cocok konteksnya. Nas ini menceritakan kekuatan iman
dari tokoh-tokoh dalam Alkitab PL, dan kesimpulannya ada di
ayat terakhir.

Nas diawali dengan kisah Nabi Musa dan bangsa Israel


yang berhasil lolos melewati Laut Merah, kemudian runtuhnya
tembok Yerikho setelah dikelilingi tujuh hari yang dipimpin
Yoshua. Lantas ada Rahab, perempuan sundal yang selamat
berkat dukungan dan imannya terhadap kemenangan Israel;
Lalu Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel yang
menjadi pemenang, semuanya oleh karena pertolongan Allah.
Iman merekalah yang membuat Allah senang dan berkenan
(Ibr. 11:6).

Dengan adanya iman, maka ada motivasi yang kuat,


dorongan dan energi tambahan untuk membuat sesuatu
tercapai dan berhasil. Berjalan dengan iman, memang tidak
menjanjikan bahwa perjalanan menjadi mudah. Tetapi iman
yang kuat menghasilkan ketekunan sampai lolos dari ujian
(Yak. 1:3). Keraguan dan setengah hati sering membuat
upaya tidak maksimal. Jadi jangan bimbang, sebab orang
yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-
ambingkan kian ke mari oleh angin (Ibr. 11:6). Target dan
tujuan tidak akan tercapai.

Pesan lainnya nas ini yakni ketika berjalan dengan iman,


kita perlu menanggalkan semua beban serta dosa yang begitu

115

merintangi, dan justru berlomba dengan tekun dalam


perlombaan yang diwajibkan bagi kita (12:1). Artinya, beban
dosa tidak berkenan kepada Allah, dan menjadi
penghalang dalam mencapai tujuan dan rencana Allah.
Upaya sendiri manusia jelas tidak bisa maksimal. Perlu fokus
dan memohon pertolongan Allah. Ajakan di akhir nas sangat
penting: "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju
kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang
membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan
mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita
yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah
kanan takhta Allah" (12:2).

Satu hal lain yang juga perlu kita renungkan, berkaitan


dengan bangsa kita ketika menyatakan kemerdekaan dan
mendirikan negara. Para pendiri bangsa Indonesia memiliki
keyakinan akan tujuan bangsa kita sebagaimana mereka
rumuskan dalam Pancasila. Kita umat Kristiani sebagai
bagian bangsa ini sejak awal, perlu terus menjaga dan
meneruskannya, agar tujuan-tujuan tersebut terwujud dan
terutama tidak dalam waktu yang terlalu jauh.

Janganlah menghabiskan energi dengan sia-sia.


Pertentangan dan radikalisme yang tampak menonjol akhir-
akhir ini, agar disikapi dengan kasih Tuhan Yesus. Arogansi
dan eksklusi isme tidak pernah efektif. Justru daya semua
anak bangsa, perlu dihimpun dan diarahkan untuk saling
mendukung, mengisi, sehingga perjuangan bapak bangsa
benar-benar terwujud nyata. Iman kita mengaku seperti ayat
11:40, "Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik
bagi kita...." Jadilah pemenang dengan iman yang kuat
teguh.

Tuhan memberkati kita. Amin.

116

Kabar Minggu XII Setelah Pentakosta:


Kemenangan atau Hukuman (Ibr. 12:18-29)
Suatu kali saya ikut ibadah di gereja besar dan populer
di mal daerah Kuningan, Jakarta. Saat khotbah, pendetanya
membaca ayat terakhir nas kita pada Minggu XII setelah
P a n t e k o s t a : " S e b a b A l l a h k i t a a d a l a h a p i y a n g
menghanguskan." Kemudian pendeta membuka khotbahnya
dengan pertanyaan: apakah Allah kita itu penuh kasih atau
pemarah? Jemaat menjawab: "Penuh kasih." Lantas
pengkhotbah meresponnya: "Betul, tetapi Allah kita itu
pemarah, berupa api yang menghanguskan." Semua kaget,
termasuk saya; dan saya dengar, ia tidak pernah lagi dipanggil
berkhotbah di tempat itu. Jelas, ia kurang bisa memahami Allah
kita itu Maha Kasih tetapi juga Maha Adil, sehingga harus
menghukum; bukan karena pemarah apalagi pendendam.

Firman Tuhan bagi kita pada Minggu XII setelah


Pentakosta ini diambil dari Ibr. 12:18-29. Nas ini berbicara
tentang tanggung jawab yang berat bagi umat yang telah
mengikut Kristus, tentu termasuk kita semua. Pasal
sebelumnya (ayat 3-17) meminta mereka untuk tetap kuat
teguh dalam penderitaan yang mereka alami, dan agar
tetap berusaha hidup damai dengan sesama, serta terus
menjaga kekudusan hidup. Penjelasannya: "Memang tiap-
tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan
sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan
buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang
dilatih olehnya" (ayat 11).

Dalam nas ini, mereka diminta agar tetap bersukacita,


sebab Allah mereka adalah Allah yang mereka kenal dengan
baik dan sangat dekat serta akrab. Penulis Ibrani
membandingkannya saat Musa menerima hukum Taurat di
gunung Sinai: suasana kekelaman dan kegelapan, dan
pemandangan yang mengerikan. Mereka yang mendengarnya
saat itu memohon, supaya jangan lagi berbicara kepada mereka

117

(ayat 19). Musa sampai berkata: “Aku sangat ketakutan dan


sangat gemetar” (ayat 21).

Sementara Allah melalui Kristus yang datang dengan


perjanjian baru, digambarkan dengan Bukit Sion, kota Allah
yang hidup, Yerusalem surgawi, dan ada beribu-ribu malaikat,
suatu kumpulan yang meriah. Jadi mereka yang mengikut
Kristus telah melakukan hal yang benar, datang kepada Allah
yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-
orang benar yang telah menjadi sempurna, dan kepada Yesus,
Pengantara perjanjian baru yang akan menjadi Hakim bagi
semua orang (ayat 23-24).

Oleh karena itu, siapapun yang sudah mengenal Yesus,


janganlah menolaknya. Dia yang langsung berbicara dari sorga,
tidak lagi melalui nabi-nabi seperti dalam PL sebelumnya. Allah
memberi peringatan bagi kita tentang adanya godaan
kekuasaan, harta dan wanita/pria. Seberat apapun beban
dan masalah yang kita hadapi, jangan berpaling dari Dia
yang api-Nya menghanguskan. Kita yang sudah diberi
anugerah keselamatan kekal, tetaplah setia dan terus
mengucap syukur, beribadah kepada-Nya menurut cara yang
berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Allah itu
baik dan adil. Jadilah pemenang, bukan kalah dan
terhukum.

Tuhan memberkati kita. Amin.

118

Kabar Minggu XIII Setelah Pentakosta:


Iman dan Kasih (Ibr. 13:1-8, 15-16)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu XIII setelah
Pentakosta ini diambil dari Ibr.13:1-8, 15-16. Lembaga Alkitab
Indonesia memberi judul kepada bagian yang mencakup kedua
perikop ini "Nasihat dan doa selamat." Kitab Ibrani pasal 1 - 12
menyampaikan tentang iman dengan ayat puncak Ibr 11:1
yakni de inisi "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita
harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."
Nas kita ditutup dengan penjelasan kasih. Ini menguatkan yang
disampaikan Rasul Paulus di kitab Korintus: "Demikianlah
tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan
yang paling besar di antaranya ialah kasih" (1Kor. 13:13).
Ujung semuanya adalah kasih.

Wujud nyata iman adalah perbuatan kasih, kepada


Tuhan dan terhadap sesama. Iman tanpa disertai perbuatan
pada hakekatnya mati (Yak. 2:17). Ini ditegaskan oleh dua
hukum utama: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal
budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang
kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada
kedua hukum ini" (Mrk. 12:30-31). Kasih kepada Allah
puncaknya dinyatakan dalam rasa hormat, ketaatan dan
kesetiaan, yang meski dalam kehidupan ada hal berat
menimpa, termasuk penganiayaan seperti yang dialami
pengikut Kristus saat surat Ibrani ini ditulis. Tetaplah taat
dan setia.

Kasih terhadap sesama, pertama mesti dinyatakan


terhadap keluarga. Menjaga kekudusan perkawinan
merupakan bukti kasih terhadap keluarga (ayat 4). Menjaga
kesucian hati dengan selalu bersyukur bersama keluarga, dan
mencukupkan yang ada dengan tidak menjadi hamba uang.
Andalan kita dalam hidup ini bukan uang, tetapi Tuhan Yesus
119
f

yang hidup dan menjadi penolong setia. “Aku sekali-kali tidak


akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan
meninggalkan engkau”, demikian irman-Nya (ayat 5-6).

Kasih berikutnya dinyatakan terhadap gereja,


dengan memberi dukungan kepada para hamba-hamba
Tuhan, agar mereka cukup sejahtera hingga masa tua (ayat
7, band. Gal 6:6). Dukungan juga perlu kita berikan pada
gerakan misi sebagaimana dinyatakan di ayat 2-3, yakni
menolong dan memberi tumpangan bagi para misionaris dan
orang asing, termasuk bagi orang-orang yang (saat itu) banyak
diusir dari rumah orang tuanya, karena menjadi pengikut
Kristus. Mereka membutuhkan tempat tinggal sementara.
Menerima mereka dihitung sebagai menjamu malaikat (ayat 2).

Bagian terakhir nas ini (ayat 15-16) meminta kita untuk


"senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah,
yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya. Dan janganlah
kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-
korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah." Maka
pesan irman-Nya bagi kita pada kesempatan ini: Milikilah
iman yang kuat dan teguh, berbicara atau chat dengan
perkataan yang selalu sejuk dan indah dalam kehidupan
sehari-hari, serta lakukan tindakan kasih berupa bantuan
nyata kepada sesama. Itulah semua yang menjadikan hidup
kita semakin menyenangkan hati Allah.

Tuhan memberkati kita. Amin.

120
f
f

Kabar Minggu XIV Setelah Pentakosta:


Bersyukur dan Peduli (Fil. 1-25)
"Dan aku berdoa, agar persekutuanmu di dalam iman turut
mengerjakan pengetahuan akan yang baik di antara kita untuk
Kristus" (ayat 6).

Firman Tuhan bagi kita pada Minggu XIV setelah


Pentakosta ini diambil dari Surat Paulus kepada Filemon, satu
keseluruhan kitab yang hanya 1 pasal berisi 25 ayat. Filemon
adalah rekan pekerja Rasul Paulus, orang terpandang di Kolose,
pemilik para budak. Salah satu budaknya, Onesimus, pernah
melarikan diri dan kemudian menjadi pelayan Paulus di
penjara. Surat Paulus ini meminta agar Filemon menerima
Onesimus kembali dan memaa kannya.

Permintaan Paulus tersebut ada dasarnya, setelah ia


melihat hidup Filemon yang sudah menerima Kristus dan
berbuah. Filemon membuka persekutuan jemaat di rumahnya
(ayat 2), penuh dengan iman dan kasih. Rasul Paulus sangat
bersyukur dan sangat bergembira tentang hal itu dan terus
mendoakan Filemon bersama rekan-rekannya, seperti Ap ia
dan Arkhipus. Inilah pelajaran pertama dari nas ini, agar
kita selalu bersyukur atas kemajuan orang lain, terus
mendoakan, dan tidak malah iri hati.

Rasul Paulus dalam meminta, tidak dengan paksa atau


menggunakan wewenangnya sebagai rasul. Ia meminta dengan
rendah hati, memakai bahasa kasih, meminta Filemon
menyetujuinya dengan sukarela (ayat 14). Rasul Paulus bahkan
bersedia mengganti kerugian yang diderita Filemon atas
larinya Onesimus, yang tidak sepatutnya dilakukan seorang
hamba (ayat 18). Kerendahan hati, tidak merasa hebat dan sok
berkuasa. Ia tanpa penonjolan diri tidak lupa menyertakan
salam dari teman-teman sepelayanan (ayat 1, 23). Ini menjadi
pelajaran kedua bagi kita dari nas ini, yakni merendahkan
hati dan mengutamakan kebersamaan.
121

f
Pelajaran ketiga, kita perlu mengikut teladan Paulus,
bagaimana ia peduli dan penuh kasih terhadap orang lain
khususnya orang-orang baik, meski ia sendiri sedang susah di
penjara. Onesimus hanya seorang hamba yang melayaninya,
tetapi telah dianggapnya menjadi anaknya. Sikapnya ia
perlihatkan dengan menyebut Onesimus sebagai buah hatinya
(ayat 12) dan saudara kekasih (ayat 16). Mari bere leksi, bila
kita sering mengganti staf, supir atau pembantu, perlu
bertanya: apakah kita sudah memperlakukan orang lain
dengan kasih, dan selalu peduli. Peduli dan kasih adalah ciri
pengikut Kristus.

Kesimpulan nas ini mengajarkan kita pengikut Kristus,


pertama, tentang cara bersikap dalam menjalin hubungan
antar sesama. Iman tetap menjadi dasar, yakni Tuhan bekerja
dan punya rencana dalam hidup kita dan memakai kita menjadi
duta-duta-Nya. Kedua, dasar hubungan kita kepada sesama
adalah kasih. Kita perlu menaruh rasa hormat dan tidak
bersikap sombong tanpa melihat status dan latar belakang
orang. Ketiga, segala yang kita lakukan perlu tuntas, all-out;
dengan segenap hati, perbuatan kita seperti untuk Tuhan dan
bukan untuk manusia (Kol. 3:23). Ada kesediaan dan sigap
untuk rela berkorban, kesediaan untuk memberi dan menjadi
berkat. Itulah buah dari kasih karunia yang sudah kita terima.
Dengan demikian kita menjadi terang, buku yang terbuka
dilihat orang, dan ikut membangun kerajaan-Nya dan
meninggikan nama-Nya.

Tuhan memberkati kita. Amin.

122

f
Kabar Minggu XV Setelah Pentakosta:
Anugerah dan Kesaksian (1Tim.1:12-17)
"Meski tak layak diriku, tetapi kar'na darahMu, dan kar'na kau
memanggilku, 'ku datang, Yesus, padaMu; Sebagaimana adanya
jiwaku sungguh bercela, darahMu-lah pembasuhnya; 'ku datang,
Tuhan, padaMu" (KJ. 27:1-2).

Firman Tuhan bagi kita pada Minggu XV setelah


Pentakosta ini diambil dari 1Tim. 1:12-17. Nas ini tentang
pengakuan Rasul Paulus atas kebaikan Tuhan dalam hidupnya.
Ia menyadari sebenarnya tidak layak memperoleh anugerah
yang sedemikian besar, sebab masa lalunya kelam, penuh
dengan dosa dan kebencian. Ia menghujat Allah, dan
menganiaya jemaat dengan ganas (ayat 13; Kis. 8:1-3; 9:1-2).
Tetapi ternyata ia merasakan Allah telah mengasihaninya, dan
menguatkannya, menganggapnya setia, dan memberinya
kepercayaan untuk masuk dalam pelayanan (ayat 12).

Ia bersyukur atas semua itu. Kasih karunia Tuhan


sungguh berlimpah. Anugerah melahirkan rasa syukur.
Gratia membuahkan Gratude. Paulus semakin meyakini
bahwa “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan
orang berdosa." Dan, semua dilakukan Yesus dengan
kesabaran-Nya, dengan tujuan agar orang yang merasa paling
berdosa sekali pun, tidak akan berputus asa meminta belas
kasihan Allah. Mereka yang percaya dan taat pasti
menerima hidup kekal dan bukan hukuman kekal.

Hidup jangan sekedar dijalani tetapi juga harus diisi.


Hidup bukan hanya menikmati anugerah keselamatan Allah
melalui penebusan Tuhan Yesus, tetapi juga meresponnya
dengan membagi hidup kita dalam pelayanan. Kita mesti ikut
bertanggungjawab. Janganlah anugerah keselamatan diterima
dengan sukacita, tetapi hubungan dan tanggungjawab terhadap
Allah dihindari. Kebaikan Tuhan yang tidak layak bagi kita,

123

mesti menjadi dasar penguatan iman dan berbuah dalam


pelayanan kasih di dalam Yesus Kristus (ayat 14).

Kesadaran keberdosaan membawa kita kepada


kerendahan hati. Rasul Paulus mengakuinya, dan menyebut
dirinya "yang paling berdosa." Adanya pertobatan membuka
kesadaran bahwa Allah itu baik. Jangan hati kita menjadi
tumpul, tidak peka, dan merasa biasa-biasa saja.
Perjalanan hidup yang diwarnai hidup baru akan menghasilkan
rasa syukur dan ingin terus melekat dengan Allah (2Kor. 4:1).
Mungkin kadang-kadang kita dibiarkan jatuh bahkan sangat
dalam, tetapi di baliknya pasti ada rencana Allah, termasuk
pengampunan dan pembentukan sebagai manusia baru.

Pesan terakhir nas ini, agar kita menempatkan Allah


sebagai Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak,
yang esa! Selalu ada rasa rindu untuk dipakai-Nya, dan
percaya Allah menempatkan dan memampukan setiap
orang untuk melakukan pelayanan (Kis. 26:16-17). Melalui
pelayanan, kita menjadi berkat bagi sesama. Pelayanan
membuat kita semakin bersyukur tentang kebaikan dan
kebesaran Allah. Sudahkah yang terbaik kita berikan? Hormat
dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi-Nya.

Tuhan memberkati kita. Amin.

124

Kabar Minggu XVI Setelah


Pentakosta: Doa Syafaat (1Tim. 2:1-7)
Dalam memimpin sesi Pemahaman Alkitab, sering saya
tanyakan: apa arti "syafaat"? Ternyata banyak yang tidak tahu,
meski tiap hari Minggu mendengar kata doa syafaat. Bahkan
ada yang mengartikan doa syafaat sebagai doa panjang, doa
gado-gado. Syafaat berarti perantaraan, intercession (Inggris),
entugkhanein (Yunani). Doa syafaat berarti permohonan
melalui (kita sebagai) perantara. Intinya doa untuk pihak lain.
Jadi janganlah dalam doa syafaat, fokus permohonan
kepada diri atau kelompok kita sendiri.

Firman Tuhan bagi kita pada Minggu XVI setelah


Pentakosta ini diambil dari 1Tim. 2:1-7. Nas ini mengenai doa
jemaat. Kita diminta menaikkan permohonan, doa syafaat, dan
ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk
semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram
dalam segala kesalehan dan kehormatan (ayat 1-2). Dalam ayat
berikutnya dinyatakan, Allah, Juruselamat kita, menghendaki
supaya semua orang diselamatkan, dan memperoleh
pengetahuan tentang kebenaran (ayat 4, band. 2Pet. 3:9).
Untuk itu peran doa dan saling mendoakan sangatlah penting
(band. Yak. 5:14).

Kekristenan dasarnya adalah pengakuan iman, yakni


percaya adanya Allah yang Esa (ayat 5) dan Allah Bapa sebapai
Pencipta; percaya Allah telah menjadi manusia yakni Yesus
Kristus untuk menyelamatkan semua manusia dengan
menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan (ayat 6); dan percaya
Allah kita itu Allah yang hidup untuk menyertai dan menolong
kita dalam kehidupan ini melalui Roh Kudus. Semua itu tertulis
dalam Alkitab yang kita yakini sebagai kebenaran yang tanpa
salah (infallibility dan inerrancy).

Manusia diciptakan sempurna, tetapi tetap terbatas


kemampuannya. Untuk melihat kuping dengan mata langsung
125

saja kita tidak bisa, apalagi memahami alam semesta ini


termasuk jalan kehidupan di tengah-tengah dinamika
kehidupan yang berjalan, dan terlebih melihat masa yang akan
datang. Untuk itu manusia membutuhkan orang lain, termasuk
untuk saling mendoakan. Berdoa, berarti kita mengakui
keterbatasan, tanda ketaatan, tanda kasih dan kesatuan
umat, dengan memohon pertolongan Allah yang hidup
untuk campur tangan. Berdoa bukan hanya untuk diri sendiri
- dengan daftar yang panjang seperti belanjaan, tetapi juga
untuk pihak lain sebagaimana diminta irman-Nya hari ini.

Sebagai pegangan mudah, pihak-pihak yang masuk


dalam doa syafaat lebih mudah diingat dengan menggunakan
tangan dan kelima jari kita sebagai model.

•Tangan diangkat, bermakna doa dimulai dengan ucapan


syukur (ayat 1; Flp. 4:6);
•Ibu jari, memaknai berdoa bagi orang tua dan keluarga
dekat (Ef. 6:2; Kel. 20:12);
•Jari telunjuk, memaknai doa bagi penunjuk jalan
keselamatan, yakni: para pendeta, pengerja gereja, dan para
hamba Tuhan khususnya di ladang misi (Kol. 4:3; 2Tes. 3:1);
•Jari tengah yang tertinggi/terpanjang, menandai berdoa
untuk para pemimpin kita, organisasi, kumpulan, RT/RW
bahkan negara (Mzm. 21:9-14; 1Tim. 2:1-2);
•Jari manis, memaknai berdoa bagi semua persoalan dan
pergumulan termasuk musuh kita (Mat. 5:44)
•Jari kelingking menandakan berdoa bagi yang kecil
lemah dan kaum miskin termasuk bagi musuh kita (Luk.
6:28).

Doa menyambung hasrat dan pengharapan kita kepada


Allah. Melalui nas ini diajarkan dengan doa kita menjadi
dekat dengan-Nya. Alkitab meminta kita bertekun dalam doa
(Rm. 12:22; 1Tes. 5:17). Pentingnya doa juga dinyatakan
dengan Roh Kudus berdoa bagi kita (Rm. 8:26-27),
sebagaimana Tuhan Yesus berdoa dari sorga (Yoh. 17:9, 20).
Tetaplah berdoa dan "percayalah bahwa kamu telah

126

menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu”


(Mrk. 11:24).

Tuhan memberkati kita. Amin.

127

Kabar Minggu XVII Setelah Pentakosta:


Ibadah dan Kecukupan (1Tim. 6:6-19)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu XVII setelah
Pentakosta ini diambil dari 1Tim. 6:6-19. Pokok renungan nas
ini tentang ibadah, cinta uang, dan kebajikan. Ibadah berasal
dari kata Ibrani abodah, avodah yang menurut KBBI berarti
"Perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang
didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya."

Alkitab meminta kita orang percaya agar jangan


menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah (Ibr.
10:25a). Pertemuan ibadah yang dimaksud mencakup ritual
rutin, seperti doa pagi dan membaca Alkitab/Renungan, doa
syukur malam, ibadah Minggu, doa-doa bersama, PA bulanan.
Semua itu mestinya menjadi bagian dari kehidupan kita.

Tetapi Alkitab juga memberikan pemahaman, bahwa


melakukan kegiatan baik dalam kerangka pekerjaan, sosial,
rumah tangga dan lainnya, itu pun merupakan ibadah.
Perintahnya cukup jelas, "Apa pun juga yang kamu perbuat,
perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan
bukan untuk manusia" (Kol. 3:23). Dengan demikian seluruh
kehidupan kita harus dianggap sebagai ibadah, dalam arti
totalitasnya mewujudkan misi Allah di dunia ini.

Manusia perlu uang. Itu wajar. Kita tahu tanpa uang


hidup akan susah. Tapi uang bukanlah segalanya. Banyak
kesaksian dari orang kaya raya, bahwa uang tidak bisa membeli
kebahagian. Uang juga tidak bisa membeli keselamatan. Oleh
karena itu nas ini menekankan, jangan cinta uang sebab itu
menjadi akar semua kejahatan (ayat 10). Kita tidak membawa
sesuatu apapun ke dalam dunia saat lahir, dan kita pun tidak
dapat membawa apa-apa saat mati (ayat 7). Cinta uang
membawa kita menghalalkan secara cara. Menumpuk uang

128

serta harta dapat menjadi tujuan dan menjadikannya mammon


sebagai penyembahan berhala (Kol. 3:5; Ef. 5:5).

K i t a d i a j a r u n t u k m e m a h a m i s u k a c i t a
mencukupkan diri dan terhindar dari keserakahan. Kita
diminta bijak membedakan keperluan hidup dan
keinginan hidup. Keinginan mudah terkontaminasi dengan
godaan kedagingan, kuasa dunia, dan pengaruh iblis; semua
dipadu melalui jerat dan nafsu keserakahan. Dan, motivasi
ibadah kita janganlah untuk mencari berkat kekayaan.
Waspada, tidak sedikit yang kecewa, berakhir dengan penjara,
rasa malu, tekanan pikiran, atau putus asa.

Pemazmur berkata, "Lebih baik yang sedikit pada orang


benar dari pada yang berlimpah-limpah pada orang
fasik" (Mzm. 37:16). Untuk itu bersyukurlah atas hal yang
sudah diterima. Justru perasaan syukur lebih dinikmati
saat dapat memberi, bukan menerima. "Adalah lebih
berbahagia memberi dari pada menerima" (Kis. 20:35b).
Kita anak-anak Allah atau manusia Allah disebut dalam nas ini
(ayat 11), diminta: "engkau hai manusia Allah, jauhilah
semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih,
kesabaran dan kelembutan." Jelas. Jangan kalah karena rakus
uang, jadilah pemenang pertandingan dan teruslah rebut hidup
yang kekal.

Tuhan memberkati kita. Amin.

129

Kabar Minggu XVIII Setelah Pentakosta:


Berpegang Teguh (2Tim. 1:1-14)
Namun ‘ku tahu yang kupercaya; dan aku yakin ‘kan kuasa-Nya;
Ia menjaga yang kutaruhkan, hingga hari-Nya kelak (Reff. KJ.
387)

Firman Tuhan bagi kita pada Minggu XVIII setelah


Pentakosta ini diambil dari 2Tim. 1:1-14. Nas ini adalah
renungan tentang keyakinan teguh yang mesti dimiliki oleh
setiap pengikut Kristus. Keyakinan itu akan terpelihara dan
tidak tergoyahkan bila kita memahami pondasinya dengan
kuat. Pondasi pertama, mengetahui Allah adalah kasih dan
kasih karunia diberikan kepada yang mau menerima dan
mengikuti-Nya (ayat 1, 9-10). Pondasi kedua, menerima dan
meyakini hal yang diberikan-Nya saat ini merupakan panggilan
tugas dari Tuhan bagi kita (ayat 11), sepanjang yang kita
lakukan dan raih tidak melanggar perintah-Nya. Setiap
pekerjaan, apapun, memiliki kadar pelayanan yang sama bila
diimani dan dilakukan untuk kemuliaan nama Tuhan.

Keyakinan tersebut diperkuat dengan janji tentang


hidup dalam Kristus Yesus, yakni Allah memberikan kepada
kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan
kekuatan, kasih dan ketertiban (ayat 7). Pada setiap tempat,
waktu dan lintasan kehidupan, tantangan pasti ada; bahkan
rasa sakit dan derita dapat muncul seperti yang dialami Rasul
Paulus (ayat 12). Tetapi Allah tidak membiarkan kita sendiri.
Roh Kudus hidup menguatkan, untuk melampaui semuanya
dengan berpegang pada yang telah dikaruniakan kepada kita
(ayat 13).

Oleh karena itu irman-Nya mengatakan, tetaplah


menjadi saksi, jangan malu atau takut. Ikutlah terus. Kita
bahkan perlu merasa bangga tentang kesaksian hidup para
rasul dan juga para bapa-bapa gereja. Rasul Paulus menulis
surat ini dari penjara, dan dianggap sebagai surat terakhirnya,
130

hingga kematian martirnya. Kekristenan memiliki kekuatan


sejarah yang panjang dan terbuka melalui penderitaan
ratusan tahun dalam semangat para rasul yang tidak
terperikan, dan semua akhirnya berbuah kemenangan.

Hal lain yang ditekankan irman-Nya minggu ini, yakni


keyakinan iman juga dapat tumbuh dari benih-benih para
orangtua atau kakek nenek kita. Rasul Paulus mengingatkan
iman yang tulus dimiliki Timotius, itu datang dari iman yang
pertama-tama hidup di dalam neneknya Lois dan di dalam
ibunya, Eunike (ayat 5). Oleh karena itu, kita sebagai orang
tua perlu menyadari hal ini, dengan menjaga dan
menumbuhkan keyakinan iman tersebut dalam diri kita,
agar anak cucu kita memiliki iman yang kuat juga kepada
Kristus, harta kita yang terindah (ayat 14).

Melalui nas ini kita diajar, Timotius pelayan muda di


Efesus, yang sering mencucurkan airmata dalam memimpin
jemaat (ayat 4), telah dikuatkan dengan irman-Nya melalui
Rasul Paulus (ayat 6-8). Kita pun, yang saat ini sudah menjadi
pengikut Kristus, hendaknya dikuatkan dan melihat panggilan
Kristus dalam hidup kita di segala bidang kita ditempatkan.
Mari tunjukkan kualitas iman kita yang sejati, rela
berkorban, dan jangan menjadi hamba yang tidak
berguna. "Peliharalah harta yang indah, yang telah
dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di
dalam kita" (ayat 14). Alangkah indahnya, karena “ku tahu yang
kupercaya; dan aku yakin ‘kan kuasa-Nya.”

Tuhan memberkati kita. Amin.

131
f

Kabar Minggu XIX Setelah Pentakosta:


Panggilan dan Kelayakan (2Tim. 2:8-15)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu XIX setelah
Pentakosta ini diambil dari 2Tim. 2:8-15. Nas ini merupakan
renungan tentang peneguhan panggilan bagi kita orang
percaya. Perjanjian Baru atau Injil berbicara dan fokus tentang
Yesus Kristus. Pekabaran Injil (PI) berarti pemberitaan
tentang Tuhan Yesus. Dia adalah pusat pemberitaan dan
sekaligus pengenalan kita terhadap Allah beserta janji baru
bagi orang yang percaya dan taat.

Setiap orang percaya dipanggil untuk ikut dalam


pemberitaan itu. Tidak ada alasan berkelit, mengelak.
Bagaimana dan di mana pun kita ditempatkan oleh Tuhan,
jalan untuk pembawa misi dan menjadi berkat bagi orang lain
itu tersedia lebar dan luas. Kadang kala perlu berkorban dan
menderita, maka itu harus dijalani dan diimani sebagai bagian
rencana Tuhan. Injil tidak untuk diterima dan dinikmati
semata, tetapi juga dikumandangkan sebagai kabar baik.
Oleh karena memberitakan Injil Rasul Paulus dibelenggu
seperti penjahat, tetapi irman Allah tidak terbelenggu (ayat
9).

Oleh karenanya setiap kita akan diuji, apakah kita layak


disebut sebagai orang percaya pemegang panggilan yang telah
ikut berkorban dalam PI. Pegangan kebenaran dalam nas ini
adalah: “Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan
Dia; jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan
Dia; jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita;
jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat
menyangkal diri-Nya” (ayat 11-13). Jelas dan tegas!

Tantangan lain yang juga sering muncul adalah,


ketika fokus PI tidak lagi Kristus tetapi pikiran duniawi
seperti doktrin denominasi dan masuk terjebak dalam
diskusi perdebatan yang malah bersilat lidah (ayat 14).
132

Yang terjadi malah penonjolan diri dan orientasi menang,


sehingga Yesus Kristus malah hilang terkaburkan. Tujuan PI
adalah memberitakan Dia yang Putra Daud, yang terbukti
bangkit dari mati, supaya yang mendengarnya mengaku
percaya, dan ikut dibangkitkan dalam keselamatan kekal.

Untuk itu mari kita menguji diri kita sendiri, apakah kita
telah layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang
terpanggil, tidak malu atau berkelit, dan terus memberitakan
kebenaran itu (ayat 15). Merasa tidak mampu itu bukan
alasan, karena Tuhan akan memampukan sepanjang kita
memiliki motivasi baik dan tanggungjawab. Firman-Nya,
"sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak.
Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan
nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing
orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun
seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah (1Kor. 3:13-14).
Semoga kita sudah ikut serta.

Tuhan memberkati kita. Amin.

133

Kabar Minggu XX Setelah Pentakosta:


Kebenaran dan Iman (2Tim. 3:14-45)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu XX setelah
Pentakosta ini diambil dari 2Tim. 3:14 - 4:5. Nas ini berbicara
pada kita tentang kebenaran Alkitab dan iman yang berbuah
untuk melakukan sesuatu. Timotius telah melihat dan
merasakan penderitaan yang dialami oleh para pengikut
Kristus saat itu, tetapi Rasul Paulus menegaskan agar Timotius
tetap berpegang pada kebenaran yang telah diterima dan
diyakininya, sebagaimana telah diajarkan kepadanya oleh
neneknya dan keluarga, serta oleh Paulus sendiri (ayat 14-15).

Kebenaran Alkitab dijelaskan dalam ayat 16 berikutnya:


"Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat
untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran." Poinnya adalah, seluruh tulisan dalam Alkitab
itu diilhamkan oleh Allah, ditulis oleh para hamba-hamba
pilihan Allah dengan tuntunan Roh Kudus, dan dijaga
kemurniannya melalui bapa-bapa gereja saat dikanonkan
menjadi Kitab Suci orang percaya.

Tujuan Allah untuk memberikan Alkitab bagi kita,


agar "tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi
untuk setiap perbuatan baik" (ayat 17). Dengan demikian
setiap pengikut Yesus memiliki pegangan, standar, kanon, SOP,
manual, benteng dan teladan bagi umat pilihan Allah dalam
menjalani kehidupan ini. Semua itu sesuai dengan panggilan
dan penetapan yang Allah berikan, dan kita diperlengkapi
dengan talenta dan karunia rohani yang diperlukan.

Panggilannya adalah menjadi saksi, menjadi berkat,


menjadi alat Tuhan dalam memberitakan irman, langsung
atau tidak langsung, melalui perkataan atau perbuatan, pelaku
134

kebenaran yang semuanya demi penyataan-Nya dan demi


Kerajaan-Nya (ayat 1). Masa kini, tantangan semakin berat,
hambatan semakin besar, "lawan" semakin kuat, ajaran
dunia semakin canggih yang serasa enak ditelinga,
sehingga kita perlu saling mendukung, saling mendorong
dan menguatkan (ayat 2-4).

Metoda pekabaran Injil (PI) tidak dapat lagi terbatas


pada pendekatan lama, statis, diakonia semata, cukup
menolong kaum miskin dan melakukan pemberdayaan, tetapi
kini mesti diperkuat dengan pemahaman yang dalam tentang
pribadi Kristus, memperbandingkan inti ajaran dan sejarah,
serta esensi dan berkat mengikuti Kristus. Untuk itu kita
diminta siap sedia, rela dan sabar dalam penderitaan, demi
pekabaran Injil dalam setiap tugas dan pelayanan. Yang
penting, jangan tidak peduli, dan terus bertanya: apa yang
bisa saya lakukan untuk PI? Bila belum ada, bertanya pada
hamba-hamba Tuhan, dan lakukanlah sesuatu sekarang.
Tidak ada alasan untuk menunda.

Tuhan memberkati kita. Amin.

135

Kabar Minggu XXI Setelah Pentakosta:


Akhir Pertandingan (2Tim. 4:6-8, 16-18)
“To God be glory forever and ever. Amen!” (4:18b)

Firman Tuhan bagi kita pada Minggu XXI setelah


Pentakosta ini diambil dari 2Tim. 4:6-8, 16-18. Nas ini
berbicara tentang hidup bagaikan sebuah pertandingan. Ketika
mulai menjadi dewasa dengan pengakuan iman, kita
sebenarnya telah masuk ke dalam arena pertandingan, bagian
perjalanan kehidupan, hingga tiba saatnya semua usai, yakni
k i t a d i p a n g g i l p u l a n g m e n g h a d a p - N y a ,
m e m p e r t a n g g u n g j awa b ka n " p e r m a i n a n" ya n g k i t a
pertunjukkan.

Jelas tidak masuk akal, bila kita ada di dunia ini


hanyalah sebuah kebetulan atau proses alamiah semata.
Manusia memiliki jiwa dan kekuatan akal untuk merencanakan
dan memilih yang terbaik, yang mampu dikembangkannya
sendiri atau bersama. Firman Tuhan memberi mandat budaya
kepada manusia untuk meneruskan masa depan ciptaan Allah,
dan mengelolanya dengan berkhikmat (Kej. 1:28). Oleh
karena itu, setiap orang wajib mengambil bagian di
dalamnya dan merumuskan tujuan hidupnya.

Merujuk kepada ayat 1-5 sebelumnya, sangat jelas


bahwa kita ada dan hadir di dunia ini mengemban misi Allah.
Misi tersebut tidak terlepas pada rencana Allah menciptakan
bumi dan segala isinya, yakni agar ciptaan-Nya itu tetap
sempurna dan semua baik (Kej. 1:31). Allah menciptakan
Taman Eden bagi Adam dan Hawa, untuk hidup tenteram
sejahtera seturut rencana-Nya. Kehadiran iblis dalam seekor
ular membuyarkan rencana tersebut, sehingga rencana lain
dijalankan dan manusia perlu bersusah payah serta harus
menderita dalam menjalani kehidupan di bumi ini (Kej.
3:16-19). Tetapi maksud Allah tetap, yakni menghadirkan

136

kerajaan sorga di bumi dengan seluruh mosaik keindahan dan


persoalannya.

Hidup adalah pertandingan, dan yang ingin dicapai


adalah kemenangan. Kemenangan tidak selalu harus
dengan menyakiti. "Lawan" bisa berupa diri sendiri seperti
disiplin dalam sebuah permainan golf. Diri sendiri juga perlu
dikalahkan dengan mengalahkan ego, ambisi, keinginan daging
dan tawaran keduniaan, atau kesombongan meninggikan diri.
Lawan dapat berupa pihak lain dengan berbagai siasat dan
kekuatan. Iblis adalah komandan semuanya. Tetapi bagi
seorang pemenang, yang dasarnya kuat dalam iman, ia tentu
dapat mengendalikan semuanya, tetap bertumbuh secara
rohani. Tujuan akhirnya yakni: menjadi pemenang, penerima
mahkota kebenaran (ayat 8).

Masalah selalu ada. Lawan bisa saja lebih kuat untuk


sesaat. Kita kadang-kadang ditinggalkan kawan dan merasa
sendiri, nelongso (ayat 18). Tetapi seperti Rasul Paulus
tekankan dalam akhir nas ini, tidak usah terlalu dikuatirkan.
Allah selalu setia mendampingi dan menguatkan (ayat 17).
Fokuslah dalam panggilan sorgawi, yakni menjadikan
hidup ini adalah persembahan dan kesaksian, berbuah
dan tetap teguh. Kematian sebagai akhir pertandingan bagi
orang percaya, menjadi sebuah akhir kelepasan dari tugas-
tugas di dunia, dan masuk ke dalam kehidupan sukacita abadi
yang indah, yakni Kerajaan-Nya di sorga yang baka. Kini
pertanyaannya: sudahkah aku ikut ambil bagian dalam
pertandingan itu dan tidak hanya sebagai penonton? Sesal di
akhir jelas tidak berguna. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-
lamanya! Amin.

Tuhan memberkati kita. Amin.

137

Kabar Minggu XXII Setelah Pentakosta:


Bersandar dan Bersyukur (2Tes. 1:1-4, 11-12)

Minggu-minggu setelah Pentakoskan akan berakhir dan


kita akan memasuki masa adven, masa sukacita penantian bagi
orang percaya. Penantian yang penuh pengharapan berdasar
kasih Allah yang begitu besar pada kita dan iman yang
diberikan, yakni kita percaya Tuhan Yesus menjadi manusia
dan mati di kayu salib untuk menjadi Juruselamat dan Penebus
dosa-dosa kita semua. Oleh karena itu Firman Tuhan bagi kita
pada Minggu XXII setelah Pentakosta ini diambil dari 2Tes.
1:1-4, 11-12. Nas ini berbicara tentang bersyukur dan
bersyukur (ayat 1-4).

Meski ada sesuatu yang membuat hati kita sedih, kita


patut dan wajib bersyukur bila melihat semua kebaikan Tuhan
pada kita, sejak lahir hingga saat ini. "Aku bersyukur kepada-
Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang
Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya," kata Daud
dalam mazmurnya (Mzm. 139:14). Bila bersyukur itu sulit
karena ada persoalan dan pengharapan yang belum
terkabul, maka kita perlu membersihkan hati dan pikiran,
sehingga dapat melihat dengan mata rohani yang benar.
Seperti pemazmur mengatakan, "Aku mau memberitakan dan
mengatakannya, tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung"
(Mzm. 40:6; KJ. 439).

Penganiayaan dan penderitaan pada manusia (atau


gereja) selalu ada, dan Tuhan punya maksud, sebagaimana
yang dialami jemaat Tesalonika dalam nas ini. Maksud Tuhan
mulai dari mengajar kita untuk lebih baik, menguji untuk lulus
ke tingkatan yang tinggi, atau Tuhan pakai sebagai proses
pengudusan. Betul, kadang-kadang penderitaan itu datang
karena ulah kebodohan kita dan miskinnya hikmat,
sehingga Tuhan "membiarkan" sebagai pengajaran. Tetapi
pegangan dasar kita tetap, yakni: Allah itu Mahatahu, Kasih dan
Mahaadil. Seperti pada kabar sebelumnya, semua ada yang
138

mengaturnya, semua dalam kendali-Nya. Tugas kita hanya


bersandar penuh kepada-Nya.

Rasul Paulus menekankan agar kita melihat seperti itu


atas penderitaan yang datang. Tuhan tidak akan membiarkan
anak-anak-Nya jatuh tergeletak tidak berdaya (Mzm. 37:24),
kecuali memang kita yang mudah menyerah dan mengikuti
kelemahan daging dan kekuatan Iblis. Bila kita merasa
sesuatu terjadi karena ulah orang lain, tidak perlu kita
merepotkannya dan menjadi bersusah. Firman-Nya
menegaskan, Tuhan akan membalas yang menentang anak-
anak-Nya (ayat 6-9). Tuhan akan datang kelak untuk dikagumi
oleh semua kita orang yang percaya (ayat 10). "Pembalasan
adalah hak-Ku," kata Tuhan (Rm. 12:19; Ibr. 10:30). Maka,
diamlah, dan bersyukurlah.

Hal yang penting menurut nas irman-Nya ini, meski


kita dalam penderitaan, agar tetap layak bagi panggilan-Nya,
kita diminta tetap melakukan kebaikan. Kekuatan-Nya
menyempurnakan segala pekerjaan iman kita (ayat 11).
Allah setia dan sanggup membekali dan menguatkan kita,
hingga berbuah kemenangan di akhirnya. Dan dari semua
itu, "nama Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu dan
kamu di dalam Dia, menurut kasih karunia Allah kita dan
Tuhan Yesus Kristus" (ayat 12). Bersyukurlah. Haleluya.

Tuhan memberkati kita. Amin.

139

Kabar Minggu XXIII Setelah Pentakosta:


Durhaka atau Selamat (2Tes. 2:1-5, 13-17)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu XXIII setelah
Pentakosta ini diambil dari 2Tes. 2:1-5, 13-17. Ayat 1-5
berbicara tentang "Kedurhakaan sebelum kedatangan Tuhan"
dan ayat 13-17 tentang "Dipilih untuk diselamatkan." Kedua
bagian ini berhubungan, khususnya terkait pemahaman
predestinasi yang intinya manusia dipilih Tuhan untuk
menerima anugerah dan keselamatan yang tidak mungkin
ditolak. Tuhan memilih berdasarkan kedaulatan-Nya dan
bukan karena kebaikan atau kelebihan manusia.

Pesan Allah datang kepada jemaat di Tesalonika oleh


karena ada ajaran-ajaran palsu yang mengatakan Tuhan Yesus
segera akan datang dan murka Allah akan ditampakkan.
Pengajar palsu ini mengaku mendapat ilham dari roh dan surat
(palsu) dari Rasul Paulus (ayat 1-2). Jemaat pun menjadi
bingung, gelisah dan takut. Situasi seperti ini pun beberapa kali
terjadi di era sekarang, yang berakhir tragis dengan bunuh diri
massal, masuk penjara, karena penipuan bermotif ekonomi
untuk diri pemimpinnya semata.

Oleh karena itu jangan mudah percaya tentang


ramalan akhir zaman, apalagi tujuan menakut-nakuti.
Alkitab bertujuan memberi kesadaran, pengetahuan dan
hikmat, bukan alat untuk menakuti. Dan Alkitab berkata
akan ada tanda-tanda yang mendahului, seperti penghulu
malaikat berseru dan bunyi sangkakala, ada kebangkitan orang
mati terlebih dahulu, untuk bersama-sama orang percaya yang
hidup naik ke sorga (1Tes. 4:15-17). Nas minggu ini
menambahkan, sebelum itu terjadi, akan ada murtad massal,
manusia menjadi durhaka dan binasa, serta lawan pun
meninggikan diri mengaku di atas Allah (ayat 3-5). Sejarah
menimbulkan tafsir, yang dimaksudkan dalam hal ini adalah
kerajaan Roma yang sempat membuat penderitaan besar bagi
orang percaya.
140

Oleh karena itu jangan terlalu melotot menatap ke


langit. Penyesat banyak muncul dengan motivasi beragam. Nas
ini menekankan kesiapan, yang utama berupa iman yang teguh,
tertuju pada Tuhan Yesus. Ada keyakinan, bahwa Tuhan kita
Allah yang hidup telah memilih kita untuk diselamatkan dalam
Roh, yang menguduskan dan dalam kebenaran (ayat 13).
Tuhan akan menjaga kita domba-dombanya, tetapi kita perlu
taat. Bagi yang teguh dan taat tidak akan mudah disesatkan.
Bila pun tersandung, maka pintu terbuka dan datanglah
memohon pengampunan Tuhan, agar kekudusan kembali
menjadi dasar hidup kita. Jangan jadi anak durhaka.

Kita diminta berdiri teguh dan berpegang pada ajaran-


ajaran yang benar (ayat 17), dan terus rajin belajar irman
Tuhan dan mencari tahu akan kehendak-Nya. Hidup orang
percaya utamanya bukan semata untuk di dunia ini, tetapi
memenuhi panggilan sebagai saksi, sehingga kita kelak "boleh
memperoleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita" (ayat 14).
Apapun yang menjadi tantangan dan kesukaran yang kita
hadapi, "Ia terus mengasihi kita, ... menghibur dan
menguatkan hati kita dalam pekerjaan dan perkataan
yang baik" (ayat 17). Terpujilah DIA dan bersyukurlah.

Tuhan memberkati kita. Amin.

141

f
Kabar Minggu XXIV Setelah Pentakosta:
Berdoa dan Bekerja (2Tes. 3:6-13)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu XXIV setelah
Pentakosta ini diambil dari 2Tes. 3:6-13, dengan judul perikop
"Berdoa dan Bekerja”. Sasaran pesan nas ini ada tiga
kelompok.

Kelompok pertama, mereka yang berharap hari Tuhan


akan datang segera, melihat dunia berakhir, sehingga tidak
perlu (lagi) bekerja keras. Pandangan seperti ini tidak banyak
lagi saat ini, hanya terjadi sesekali pada kelompok kecil ekstrim
dengan motivasi yang salah.

Kelompok kedua, mereka yang terlalu mengandalkan


doa dalam segala persoalan. Kita percaya Allah ikut bekerja
dalam segala hal, tetapi bukan berarti kita menyerahkan semua
kepada Allah untuk menyelesaikan persoalan kita, dan kita
hanya pasif. Betul, semua perlu dimulai dan didasari doa,
dengan tujuan agar Allah berkenan menolong dan memimpin.
Tapi jangan dilupakan, dalam doa juga kita perlu berjanji untuk
melakukan yang terbaik. Pameo "doa adalah setengah
pekerjaan" tidaklah pas, sebab peran Allah tidak layak
dimatematisir. Itu hanya polesan dari pameo, "perencanaan
yang baik telah menyelesaikan setengah dari pekerjaan." Itu
yang betul.

Dengan dasar doa yang baik dan hubungan yang kuat


dengan Allah, peran kita tidak berarti dikecilkan. Upaya yang
terbaik dan maksimal dari kita perlu dilakukan, dalam arti
seolah-olah "tidak perlu mukjizat" dan Allah senang kita bisa
menyelesaikannya dengan baik. Firman Tuhan mengatakan,
"Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap
hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia" (Kol.
3:23). Do your best and let God do the rest!

142

Terlebih bagi kita anak-anak Tuhan, yang dipanggil


sebagai saksi dan teladan dalam kehidupan (ayat 7), tidak ada
ruang untuk malas. Seorang Kristiani, dalam pekerjaan bila
pimpinan meminta output 10, maka berikan 15. Tunjukkan
kita mampu. Jangan pimpinan meminta 10 dan hasil yang kita
berikan hanya 5, dengan alasan-alasan yang tidak masuk akal
apalagi menyalahkan. Kerja, kerja, kerja, itu hakekatnya,
dan awalilah dengan doa. Ora et Labora.

Nas ini cukup keras mengatakan, jika seorang tidak mau


bekerja, janganlah ia makan (ayat 10). Bila tidak menerima
nasihat, jangan berkawan dengan mereka (ayat 6, 14-15).
Jangan menjadi beban orang lain, yang semua mau gratisan
(ayat 8, band. 1Tes. 5:14). Jangan juga sibuk dengan hal-hal
yang tidak berguna (ayat 11), seperti ngobrol omong
kosong, debat tanpa data, bergossip, suka iseng, sibuk ikut
campur yang bukan urusannya, dan lainnya. Hidup ini lebih
baik diisi dengan melakukan hal lain yang menjadi berkat bagi
sesama, seperti ayat penutup nas ini: Dan kamu, saudara-
saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik (ayat 13).

Tuhan memberkati kita. Amin.

143

Kabar Minggu XXV - Minggu Kristus


Raja: Layak Menerima Raja (Kol. 1:11-20)

Firman Tuhan bagi kita pada Minggu Kristus Raja ini


diambil dari Kol. 1:11-20, dengan judul perikop: doa syukur
dan keutamaan Kristus. Pesan yang ditekankan yakni
kelayakan kita untuk masuk ke masa adven dan menanti
kedatangan Kristus Raja. Nas ini sebuah himne rasa syukur,
menjelaskan Allah Bapa telah membuka jalan perdamaian atas
dosa-dosa kita, dan melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan
memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya (band. Ef.
6:12). Di dalam Dia yang telah menjadi manusia, kita memiliki
penebusan yaitu pengampunan dosa (ayat 14) dan rekonsiliasi
(ayat 21-22). Ia telah menanggung segala sesuatu dengan
tekun dan penuh kesabaran bagi kita (ayat 11).

Kita akan menjadi layak di hadapan-Nya jika hidup


kita menerima pengajaran yang benar dari-Nya, bukan
dari nabi-nabi palsu dan juga hikmat dunia. Sebagai anak-
anak terang, kita harus terus memberi buah dalam segala
pekerjaan yang baik, dan bertumbuh dalam pengetahuan yang
benar tentang Allah (ayat 10). Oleh karena itu pula, hidup kita
harus lepas dari segala akar pahit, dendam dan permusuhan,
bersih dari rasa kecewa dan kehilangan semangat. Kita percaya
selain ditebus oleh-Nya, kita dikuatkan oleh kuasa kemuliaan-
Nya melalui Roh Kudus yang diam di dalam hati kita.

Pemimpin gereja-gereja memilih nas irman ini di


akhir kalender gereja untuk mengingatkan kita, agar
menempatkan Kristus sebagai Raja dalam kehidupan kita
dan alam semesta. Ia adalah gambar Allah yang tidak
kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan.
Ia setara dengan Bapa yang mengutus-Nya, menjadi manusia
agar serupa dengan kita. Di dalam Dialah telah diciptakan
segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang
kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun

144

kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu


diciptakan oleh Dia dan untuk Dia (ayat 16).

Tuhan Yesus menjadi utama oleh karena memang


istimewa. Ia lahir tanpa benih laki-laki (dan agama lain
mengakuinya). Ia melayani hanya 3,5 tahun, tetapi memiliki
pengikut terbesar di dunia, melakukan paling banyak mukjizat,
dan terutama Ia mati berkorban dengan disalibkan. Tidak ada
"manusia" atau nabi seperti Dia. Ajaran-Nya penuh kasih,
mengampuni, membalas kejahatan dengan kebaikan.
Suungguh dahsyat. Super.

Itulah sebabnya kepenuhan Allah berkenan diam di


dalam Dia. Ia lebih utama dalam segala sesuatu. Ia
memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang
ada di bumi, maupun yang ada di sorga. Kini pertanyaan
kembali kepada diri kita: sudahkah kita mensyukurinya dan
membereskan segala dosa-dosa kita dengan memohon
pengampunan dan bertobat? Sudahkan kita menjadikan
Yesus Kristus sebagai yang utama dan Raja yang
memerintah hidup kita sehari-hari? Sudahkan kita
melakukan sesuatu untuk Dia sesuai dengan perintah-
Nya? Marilah hidup untuk menyenangkan Dia.

Tuhan memberkati kita. Amin.

145

Lampiran

146

Lampiran A: Kalender Gerejawi


Kalender atau penanggalan liturgi gerejawi terdiri dari dua
lingkaran (siklus) yang diambil dari kehidupan Tuhan Yesus,
yakni siklus Natal sebagai masa kelahiran, dan siklus Paskah
sebagai masa penderitaan, pelayanan, kebangkitan dan
kenaikan ke sorga. Siklus pertama dimulai dari minggu pma
Adven dan berakhir ketika memasuki Rabu Abu, yakni 40 hari
menjelang Paskah. Kemudian siklus Paskah dimulai pada hari
Rabu Abu dan berakhir pada Hari Raya Kristus Raja sebagai
penutup tahun kalender sebelum kembali masuk masa minggu
adven.

Untuk kalender gerejawi, referensi tanggal yang tetap


adalah hari natal yang jatuh pada tanggal 25 Desember, karena
menggunakan sistem kalender matahari (solar) dan mengacu
kepada sistem kalender Gregorian yang umum kita pakai saat
ini. Sementara untuk tanggal hari raya Paskah selalu berubah
karena mengikuti sistem kalender luna-solar, yakni ditentukan
berdasarkan posisi bulan dan matahari.

Pembagian dua siklus tersebut dapat dijabarkan sebagai


berikut:

Siklus Pertama/Natal
1. Masa Adven (minggu pertama sampai minggu keempat
Adven)
2. Hari Natal 25 Desember
3. Minggu Pertama sesudah Natal
4. Minggu Epifani
5. Minggu Pertama sesudah Epifani (disebut juga dengan
minggu pembaptisan Yesus)
6. Minggu Kedua sesudah Epifani sampai Minggu Ketujuh
sesudah Epifani
7. Minggu Trans igurasi yakni Minggu Kedelapan/terakhir
sesudah Epifani sebelum masuk ke siklus Paskah

147

Jadi siklus Natal ini terdiri dari 12 – 13 minggu,


tergantung kepada jumlah hari minggu pada tahun kalender
Gregorian.

Siklus Kedua/Paskah
1. Rabu Abu
2. Minggu pertama Masa Pra-Paskah s/d minggu kelima
Pra-Paskah
3. Minggu Sengsara atau Pekan Suci yang terdiri dari:
• Minggu Palma/Passion
• Senin di dalam Minggu Sengsara
• Selasa di dalam Minggu Sengsara
• Rabu di dalam Minggu Sengsara (disebut Rabu Abu)
• Kamis Putih
• Jumat Agung – memperingati kematian Tuhan Yesus
• Sabtu Suci atau Malam Paskah
• Hari Raya Paskah
4. Minggu kedua Paskah s/d minggu keenam Paskah
5. Hari Kenaikan Tuhan Yesus yakni hari Kamis pada
minggu ketujuh
6. Minggu ketujuh Paskah
7. Hari Raya Pentakosta atau Pencurahan Roh Kudus
disebut juga hari berdirinya gereja
8. Minggu Pertama sesudah Pentakosta (disebut Hari
Trinitas)
9. Masa Paskah selama 8 minggu
10. Kemudian masuk ke minggu-minggu biasa sesudah
Pentakosta sampai kepada minggu terakhir yang
disebut sebagai Hari Kristus Raja.

Jadi untuk siklus Paskah ada 39 – 40 minggu (sebab


dalam setahun total bisa 52 atau 53 hari minggu dalam
kalender Gregorian).

Dengan demikian secara keseluruhan kalender gerejawi


dalam 1 tahun dapat dibagi dalam beberapa kelompok minggu
sebagai berikut:
• Masa Advent = 4 minggu dan berpuncak di Hari Raya Natal

148

• Minggu Pertama sesudah Natal


• Minggu Epifani
• Minggu biasa sesudah Epifani = 8 minggu
• Masa Pra Paskah = 6 minggu
• Minggu Sengsara atau Pekan Suci = 1 minggu dan berpuncak
pada Hari Raya Paskah
• Masa Paskah = 8 minggu
• Minggu biasa = 25 - 26 minggu yang berakhir pada Hari
Kristus Raja.

Secara umum dalam satu tahun kalender ada 32 atau 33


hari minggu yang disebut sebagai minggu biasa, meski kita
harus menempatkan hari minggu tersebut tetap sebagai hari
raya kemenangan.

Tanggal Paskah Selalu Berubah

Hari raya Paskah dikaitkan dengan titik musim semi,


yaitu tanggal 21 Maret. Pada tanggal ini biasanya matahari
tepat berada di atas garis ekuator (equinox). Penetapan Paskah
juga dikaitkan dengan penanggalan lunar (berdasarkan posisi
bulan), seperti tradisi Yahudi untuk merayakan Paskah
tanggal 14 Nisan, sebagaimana dalam Im. 23: 5, ”Dalam bulan
yang pertama, pada tanggal empat belas bulan itu, pada waktu
senja, ada Paskah bagi TUHAN.”

Berdasarkan Konsili Nicea tahun 325 SM, pesta


kebangkitan harus dirayakan pada hari Minggu sesudah
tanggal 14 Nisan. Dengan demikian, Paskah ditetapkan dengan
kombinasi penanggalan lunar dan solar (berdasarkan posisi
matahari) yang jatuh pada Hari Minggu Pertama sesudah bulan
purnama yakni setelah tanggal 21 Maret tersebut. Oleh karena
itu, Paskah selalu berada di antara tanggal 22 Maret dan 25
April.

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka untuk tahun


2013 dan seterusnya, siklus Paskah dan Siklus Natal
ditentukan sebagaimana di bawah ini:

149

Thn Rabu Abu Paskah Pentakosta Adven I


------------------------------------------------------------------------------

2019 6 Mar 21 Apr 6 Jun 1 Des


2020 26 Febr 12 Apr 31 Mei 29 Nov
2021 17 Febri 4 Apr 23 Mei 28 Nov
2022 2 Mar 17 Apr 5 Jun 27 Nov
2023 22 Febr 9 Apr 28 Mei 3 Des
2024 14 Febr 31 Mar 19 Mei 1 Des
2025 5 Mar 20 Apr 8 Jun 30 Nov
2026 18 Febr 5 Apr 24 Mei 29 Nov
2027 10 Febr 28 Mar 16 Mei 28 Nov
2028 2 Mar 16 Apr 4 Jun 3 Des
2029 14 Febr 1 Apr 20 Mei 2 Des
2030 6 Mar 21 Apr 9 Jun 1 Des

Catatan: Rabu Abu adalah awal masa Pra Paskah dan


Jumat Agung adalah dua hari sebelum tanggal Paskah

150

Lampiran B: Nats dan Tema Khotbah


Berdasarkan Leksionari

Ada beberapa model Leksionari yang dikenal, seperti


The Roman Catolic Lectionary, Anglican Church Lectionary,
Episcopal Church Lexionary, Armenian Lectionary, The Greek
Ortodox Lectionary, Revised Common Lectionary, dll.

Leksionari adalah suatu jadwal yang berisi kumpulan


pembacaan Alkitab yang digunakan dalam ibadah umat
percaya menurut perayaan tahun ibadah. Bacaan leksionari
umumnya dibuat secara oikoumenis yang dipergunakan oleh
sebagian besar gereja-gereja sedunia, dan dipergunakan secara
am dalam kehidupan berjemaat. Pola susunan pembacaan
leksionari pada umumnya terdiri dari 4 bacaan Alkitab, yang
terdiri dari:
1. Bacaan I : Perjanjian Lama
2. Antar Bacaan : Mazmur
3. Bacaan II : Kisah Para Rasul atau Surat-surat
Rasuli
4. Bacaan III : Injil

Pembacaan secara leksionari prinsipnya memiliki


struktur/urutan yang tetap, tidak boleh dibolak-balik. Bacaan I
diambil dari Alkitab Perjanjian Lama (kecuali kitab Mazmur);
Bacaan II diambil dari surat-surat rasul Paulus, surat Ibrani,
surat Yakobus, surat I dan II Petrus, surat I, II dan III Yohanes,
surat Yudas dan kitab Wahyu. Setelah itu, bacaan III diambil
dari kitab Injil yaitu Injil Matius (tahun A), Markus (tahun B),
dan Lukas (tahun C). Injil Yohanes umumnya disampaikan pada
waktu Paskah, dan juga digunakan dalam beberapa masa
khusus seperti masa Adven, Natal dan masa Pra-Paskah, atau
Injil Yohanes ditempatkan di antara tahun A, tahun B & tahun
C. Sebagai contoh, tahun 2019 adalah tahun C (Lukas) dan
tahun 2020 menjadi tahun A (Matius), tahun 2021 menjadi

151

tahun B (Markus), demikian seterusnya hingga berulang


kembali.

Daftar bacaan Leksionari selalu memperhatikan


kalender gerejawi, seperti masa Adven, masa Natal, masa
Epifani, masa Pra Paskah, masa Paskah, Kenaikan Tuhan Yesus,
masa Pentakosta, dan minggu-minggu biasa. Karena prinsip
pembacaan Alkitab secara leksionari memperhatikan tahun
gerejawi, maka gereja-gereja Tuhan dapat mengambil manfaat
dari pola bacaan leksionari ini, yaitu:

1. Memberitakan irman dalam suatu liturgi dengan tepat,


sesuai dengan tahun gerejawi. Tidak mungkin terdapat
kesalahan pemilihan bacaan Alkitab yang tidak sesuai
dengan tahun gerejawi yang sedang berlangsung;
2. Tidak terjadi pengulangan tema khotbah dalam waktu
yang pendek, sebab tema telah diatur berdasarkan kalender
gerejawi;
3. Pembacaan Alkitab secara Leksionari mendukung
pelaksanaan liturgi secara menyeluruh, khususnya
pemberitaan irman, sehingga umat dapat lebih fokus dan
menghayati makna dari tahun gerejawi.

Hal pertama yang perlu diketahui, pembacaan rutin


leksionari kadang tidaklah mudah. Banyak Jemaat merasa
bahwa pembacaan 4 nas lengkap membutuhkan waktu yang
lama. Hal kedua, ada kalanya waktu tertentu situasi lokal
membutuhkan tema yang khusus dan berbeda. Hal ini perlu
disikapi dengan penuh hikmat dan tidak perlu kaku total.
Demikian juga untuk satu nas dapat dijadikan bacaan utama
dan nas lainnya cukup mengutip beberapa ayat, dipakai
sebagai nas pembimbing/pembuka atau berita anugerah/
petunjuk hidup baru sepanjang ayat tersebut relevan. Hal lain
dapat dilakukan dengan membaca 2 nas saja yang secara jelas
berkaitan temanya. Namun, untuk hari raya besar, ada baiknya
keseluruhan 4 nas tersebut dibacakan secara lengkap.

152

f
f

Gereja-gereja di dunia pada umumnya menggunakan


Revised Common Lectionary. Hal ini mengacu pada kesepakatan
dasawarsa 1960-an, antara badan oikoumenis Katolik dan
Protestan yang bernama “Konsultasi Teks-Teks Bersama”
(Consultation on Common Text-CCT) dan menghasilkan apa
yang kini dikenal dengan sebutan “Leksionari Bersama yang
Diperbarui” (Common Revised Lectionary).

Bagi yang ingin mengikuti bacaan leksionari untuk


tahun A, B dan C dapat dilihat pada lampiran buku ini atau
diunduh langsung dari website:
http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php

153

Lampiran C: Daftar Nas Khotbah


Berdasarkan Leksionari Tahun A-B-C
Sebagaimana dijelaskan dalam tulisan sebelumnya tentang
tema khotbah berdasarkan leksionari, tahun kalender gerejawi
dibagi dalam tiga tahun, yakni tahun A (kitab Matius), tahun B
(kitab Markus) dan tahun C (kitab Lukas). Di bawah ini
diberikan rincian pembagian nas tersebut untuk dapat
dijadikan referensi.

NAMA TAHUN A TAHUN B TAHUN C


MINGGU
Tahun Tahun T ahun
2020, 2021, 2024, 2019, 2022,
2023, 2027, dst. 2025, dst.
2026, dst.
ADVEN I Yes. 2:1-5 Yes. 64:1-9 Yer.
Mzm. 122 Mzm. 33:14-16
Rm. 80:1-7, Mzm.
13:11-14 17-19 25:1-10
Mat. 1Kor. 1:3-9 1Tes. 3:9-13
24:36-44 Mrk. Luk.
13:24-37 21:25-36
ADVEN II Yes. Yes. Luk. 1:68-79
11:1-10 40:1-11 Mal. 3:1-4
Mzm. Mzm. Flp. 1:3-11
72:1-7, 85:1-2, Luk. 3:1-6
18-19 8-13
Rm. 2Pet
15:4-13 3:8-15a
Mat. Mrk. 1:1-8
3:1-12

154

















ADVEN III Yes. Yes. 61:1-4, Yes. 12:2-6


35:1-10 8-11 Zef. 3:14-20
Mzm Mzm. 126 Flp. 4:4-7
146:5-10 atau Luk. 3:7-18
atau Luk. Luk.
1:47-55 1:47-55
Yak. 1Tes
5:7-10 5:16-24
Mat. Yoh 1:6-8,
11:2-11 19-28
ADVEN IV Yes. 2 Sam. Mi. 5:2-5a
7:10-16 7:1-11, 16 Luk. 1:47-55
Mzm. Mzm. atau Mzm.
80:1-7, 89:1-4, 80:1-7
17-19 19-26 atau Ibr. 10:5-10
Rm. 1:1-7 Luk. Luk..
Mat. 1:47-55 1:39-45,
1:18-25 Rm. 46-55
16:25-27
Luk.
1:26-38
NATAL I Yes. 9:2-7 Yes. 9:2-7 Yes. 9:2-7
Mzm. 96 Mzm. 96 Mzm. 96
Tit. Tit. 2:11-14 Tit. 2:11-14
2:11-14 Luk. 2:1-14, Luk. 2:1-14,
Luk.as 15-20 15-20
2:1-14,
15-20
NATAL Yes. Yes. Yes. 62:6-12
II (Alternatif) 62:6-12 62:6-12 Mzm. 97
Mzm. 97 Mzm. 97 Tit. 3:4-7
Tit. 3:4-7 Tit. 3:4-7 Luk. 2:1-7,
Luk. Luk. 2:1-7, 8-20
2:1-7, 8-20
8-20

155



































NATAL III Yes. Yes. Yes. 52:7-10
(Alternatif) 52:7-10 52:7-10 Mzm. 98
Mzm. 98 Mzm. 98 Ibr. 1:1-4,
Ibr. 1:1-4, Ibr. 1:1-4, 5-12
5-12 5-12 Yoh. 1:1-14
Yoh. Yoh. 1:1-14
1:1-14
MINGGU PERTAMA Yes. Yes. 1Sam.
SETELAH NATAL 63:7-9 61:10-62:3 2:18-20, 26
Mzm. 148 Mzm. 148 Mzm. 148
Ibr. Gal. 4:4-7 Kol. 3:12-17
2:10-18 Luk. Luk. 2:41-52
Mat. 2:22-40
2:13-23
TAHUN BARU (1 Pkh. Pkh. 3:1-13 Pkh. 3:1-13
Januari) 3:1-13 Mzm. 8 Mzm. 8 Why.
(A-B-C) Mzm. 8 Why. 21:1-6a
Why. 21:1-6a Mat.
21:1-6a Mat. 25:31-46
Mat. 25:31-46
25:31-46
MINGGU KEDUA Yer. Yer. 31:7-14 Yer. 31:7-14
SETELAH NATAL 31:7-14 ; Mzm.
(A-B-C) (Jika ada) Mzm. Mzm. 147:12-20
147:12-2 147:12-20 Ef. 1:3-14
0 Ef. 1:3-14 Yoh. 1:1-9,
Ef. 1:3-14 Yoh. 1:1-9, 10-18
Yoh. 10-18
1:1-9,
10-18
MINGGU Yes. Yes. 60:1-6 Yes. 60:1-6
EPIFANI 60:1-6 Mzm. Mzm. 72:1-7,
(A-B-C) Mzm. 72:1-7, 10-14
72:1-7, 10-14 Ef. 3:1-12
10-14 Ef. 3:1-12 Mat. 2:1-12
Ef. 3:1-12 Mat. 2:1-12
Mat.
2:1-12
156









































MINGGU Yes. Kej. 1:1-5 Yes. 43:1-7


EPIFANI I TUHAN 42:1-9 Mzm. 29 Mzm. 29
YESUS Mzm. 29 Kis.19:1-7 Kis. 8:14-17
DIBAPTIS Kis. Mark Luk.
10:34-43 1:4-11 3:15-17,
Mat. 21-22
3:13-17
MINGGU Yes. 1Sam. Yes. 62:1-5
EPIFANI II 49:1-7 3:1-10, Mzm.
Mzm. 11-20 36:5-10
40:1-11 Mzm. 1Kor.
1Kor. 139:1-6, 12:1-11
1:1-9 13-18 Yoh. 2:1-11
Yoh. 1Kor.
1:29-42 6:12-20
Yoh.
1:43-51
MINGGU Yes. 9:1-4 Yun. 3:1-5, Neh. 8:1-3,
EPIFANI III Mzm. 10 5-6, 8-10
27:1, 4-9 Mzm. Mzm. 19
1Kor. 62:5-12 1Kor.
1:10-18 1Kor. 12:12-31a
Mat. 7:29-31 Luk. 4:14-21
4:12-23 Mark
1:14-20
MINGGU Mi. 6:1-8 Ul. Yer. 1:4-10
EPIFANI IV Mzm. 15 18:15-20 Mzm. 71:1-6
1Kor. Mzm. 111 1Kor.
1:19-31 1Kor. 13:1-13
Mat. 8:1-13 Luk. 4:21-30
5:1-12 Mark
1:21-28

157


































MINGGU EPIFANI V Yes. Yes. Yes. 6:1-8,
58:1-9a, 40:21-31 9-13
9b-12 Mzm. Mzm. 138
Mzm. 147:1-11 1Kor.
112:1-9, 1Kor. 15:1-11
10 9:16-23 Luk. 5:1-11
1Kor. Mark
2:1-12, 1:29-39
13-16
Mat.
5:13-20
MINGGU EPIFANI Ul. 2Raj. Yer 17:5-10
VI 30:15-20 5:1-14 Mzm. 1
Mzm. Mzm. 30 1Kor.
119:1-8 1Kor. 15:12-20
1Kor. 9:24-27 Luk. 6:17-26
3:1-9 Mar.
Mat. 1:40-45
5:21-37
MINGGU EPIFANI Im. Yes. Kej. 45:3-11,
VII 19:1-2, 43:18-25 15
9-18 Mzm. 41 Mzm.
Mzm. 2Kor. 37:1-11,
119:33-4 1:18-22 39-40
0 Mark 1Kor.
1Kor. 2:1-12 15:35-38,
3:10-11, 42-50
16-23 Luk. 6:27-38
Mat.
5:38-48
MINGGU EPIFANI Yes. Hos. Yes.
VIII 49:8-16a 2:14-20 55:10-13
Mzm. 131 Mzm. Mzm. 92:1-4,
1Kor. 103:1-13, 12-15
4:1-5 22 1Kor.
Mat. 2Kor. 3:1-6 15:51-58
6:24-34 Mrk. Luk. 6:39-49
2:13-22
158


































MINGGU EPIFANI Ul Ul. 5:12-15 1Raj.
IX 11:18-21, Mzm. 8:22-23,
26-28 81:1-10 41-43
Mzm. 2Kor. Mzm. 96:1-9
31:1-5, 4:5-12 Gal. 1:1-12
19-24 Mrk. Luk. 7:1-10
Rm. 2:23-3:6
1:16-17,
3:22b-28,
29-31
Mat.
7:21-29
M I N G G U Kel 2Raj 2:1-12 Kel 34:29-35
T E R A K H I R 24:12-18 Mzm. Mzm. 99
EPIFANI, YESUS Mzm. 2 50:1-6 2Kor.
DIMULIAKAN atau 2Kor. 4:3-6 3:12-4:2
Mzm. 99 Mrk. 9:2-9 Luk.
2Pet 9:28-36,
1:16-21 37-43
Mat.
17:1-9
RABU ABU Yos. 2:1-2, Yos. 2:1-2, Yos. 2:1-2,
(A-B-C) 12-17 12-17 atau 12-17 atau
Aw a l m a s a P r a atau Yes. Yes. Yes. 58:1-12
Praskah 58:1-12 58:1-12 Mzm..
Mzm. Mzm.. 51:1-17
51:1-17 51:1-17 2Kor.
2Kor. 2Kor. 5:20b-6:10
5:20b-6:1 5:20b-6:10 Mat. 6:1-6,
0 Mat. 6:1-6, 16-21
Mat. 16-21
6:1-6,
16-21

159
























M I N G G U P R A Kej. Kej. 9:8-17 Ul. 26:1-11
PASKAH I 2:15-17, Mzm. Mzm. 91:1-2,
3:1-7 25:1-10 9-16
Mzm. 32 1Pet. Rm.
Rm. 3:18-22 10:8b-13
5:12-19 Markus Luk. 4:1-13
Mat. 1:9-15
4:1-11
MINGGU PRA Kej. Kej. 17:1-7, Kej. 15:1-12,
PASKAH II 12:1-4a 15-16 17-18
Mzm. 121 Mzm. 22: Mzm. 27
Rm. 4:1-5, 23-31 Flp. 3:17-4:1
13-17 Rm. Luk.
Yoh. 4:13-25 13:31-35
3:1-17 Mrk atau Luk.
atau Mat. 8:31-38 9:28-36
17:1-9 atau Mark
9:2-9
M I N G G U P R A Kel. Kel. Yes. 55:1-9
PASKAH III 17:1-7 20:1-17 Mzm. 63:1-8
Mzm. 95 Mzm. 19 1Kor.
Rm. 1Kor.. 10:1-13
5:1-11 1:18-25 Luk. 13:1-9
Yoh. Yoh.
4:5-42 2:13-22
M I N G G U P R A 1 Sam Bil. 21:4-9 Yos. 5:9-12
PASKAH IV 16:1-13 Mzm. Mzm. 32
Mzm. 23 107:1-3, 2Kor.
Ef. 5:8-14 17-22 5:16-21
Yoh. Ef. 2:1-10 Luk. 15:1-3,
9:1-41 Yoh. 11b-32
3:14-21

160

































M I N G G U P R A Yeh. Yer. Yes.


PASKAH V 37:1-14 31:31-34 43:16-21
Mzm. 130 Mzm. Mzm. 126
Rm. 51:1-12 Flp. 3:4b-14
8:6-11 atau Mzm. Yoh. 12:1-8
Yoh. 119:9-16
11:1-45 Ibr. 5:5-10
Yoh.
12:20-33
MINGGU VI - MASA Yes. Yes. Yes. 50:4-9a
SENGSARA 50:4-9a 50:4-9a Mzm.
Mzm. Mzm. 31:9-16
31:9-16 31:9-16 Flp. 2:5-11
Flp. Flp. 2:5-11 Luk.
2:5-11 Mrk 22:14-23:56
Mat. 14:1-15:47 atau Luk.
26:14-27: atau Mrk 23:1-49
66 15:1-39,
atau Mat. 40-47
27:11-54
KAMIS PUTIH Kel. Kel. 12:1-4, Kel. 12:1-4,
(A-B-C) – Persiapan 12:1-4, 5-10, 11-14 5-10, 11-14
PK 5-10, Mzm. Mzm.
11-14 116:1-2, 116:1-2,
Mzm. 12-19 12-19
116:1-2, 1Kor. 1Kor.
12-19 11:23-26 11:23-26
1Kor. Yoh. Yoh. 13:1-17,
11:23-26 13:1-17, 31b-35
Yoh. 31b-35
13:1-17,
31b-35

161




























JUMAT. AGUNG Yes. Yes. Yes.


(A-B-C) 52:13-53: 52:13-53:1 52:13-53:12
12 2 Mzm. 22
Mzm. 22 Mzm. 22 Ibr. 10:16-25
Ibr. Ibr. atau
10:16-25 10:16-25 4:14-16,
atau atau 5:7-9
4:14-16, 4:14-16, Yoh.
5:7-9 5:7-9 18:1-19:42
Yoh. Yoh.
18:1-19:4 18:1-19:42
2
SABTU SEPI (A-B- Ay. Ay. 14:1-14 Ay. 14:1-14
C) 14:1-14 atau Rat. atau Rat.
atau Rat. 3:1-9, 3:1-9, 19-24
3:1-9, 19-24 Mzm. 31:1-4,
19-24 Mzm. 15-16
Mzm. 31:1-4, 1Pet. 4:1-8
31:1-4, 15-16 Mat.
15-16 1Pet. 4:1-8 27:57-66
1Pet. Mat. atau Yoh.
4:1-8 27:57-66 19:38-42
Mat. atau Yoh.
27:57-66 19:38-42
atau Yoh.
19:38-42

162





















H A R I R A Y A Kis. Kis. Kis.


PASKAH 10:34-43 10:34-43 10:34-43
atau Yer atau Yes. atau Yes.
31:1-6 25:6-9 65:17-25
Mzm. Mzm. Mzm.
118:1-2, 118:1-2, 118:1-2,
14-24 14-24 14-24
Kol. 3:1-4 1Kor. 1Kor.
atau Kis. 15:1-11 15:19-26
10:34-43 atau Kis atau Kis
Yoh. 10:34-43 10:34-43
20:1-18 Yoh. Yoh. 20:1-18
atau Mat. 20:1-18 atau Luk.
28:1-10 atau Mark 24:1-12
16:1-8
MINGGU PASKAH II Kis. Kis. Kis. 5:27-32
2:14a, 4:32-35 Mzm.
22-32 Mzm. 133 118:14-29
Mzm. 16 1 Yoh. atau Mzm.
1Pet. 1:1-2:2 150
1:3-9 Yoh. Why. 1:4-8
Yoh. 20:19-31 Yoh.
20:19-31 20:19-31
MINGGU PASKAH Kis. Kis. Kis. 9:1-6,
III 2:14a, 3:12-19 7-20
36-41 Mzm. 4 Mzm. 30
Mzm. 1 Yoh. 3:1-7 Why.
116:1-4, Luk. 5:11-14
12-19 24:36b-48 Yoh. 21:1-19
1Pet.
1:17-23
Luk.
24:13-35

163


























MINGGU PASKAH Kis. Kis. 4:5-12 Kis. 9:36-43
IV 2:42-47 Mzm. 23 Mzm. 23
Mzm. 23 1 Yoh. Why. 7:9-17
1Pet 3:16-24 Yoh.
2:19-25 Yoh. 10:22-30
Yoh. 10:11-18
10:1-10
MINGGU PASKAH V Kis. Kis. Kis. 11:1-18
7:55-60 8:26-40 Mzm. 148
Mzm. Mzm. Why. 21:1-6
31:1-5, 22:25-31 Yoh.
15-16 1 Yoh. 13:31-35
1Pet. 4:7-21
2:2-10 Yoh. 15:1-8
Yoh.
14:1-14
MINGGU PASKAH Kis. Kis. Kis. 16:9-15
VI 17:22-31 10:44-48 Mzm. 67
Mzm. Mzm. 98 Why. 21:10,
66:8-20 1 Yoh. 5:1-6 22-22:5
1Pet atau Yoh.
3:13-22 Yoh. 14:23-29
Yoh. 15:9-17 atau Yoh.
14:15-21 5:1-9
T U H A N Y E S U S Kis. Kis. 1:1-11 Kis. 1:1-11
NAIK KE SORGA 1:1-11 Mzm. 47 Mzm. 47
(A-B-C) Mzm. 47 atau Mzm. atau Mzm.
atau 93 93
Mzm. 93 Ef. 1:15-23 Ef. 1:15-23
Ef. Luk. Luk.
1:15-23 24:44-53 24:44-53
Luk.
24:44-53

164




































MINGGU PASKAH Kis. Kis. Kis.


VII 1:6-14 1:15-17, 16:16-34
Mzm. 21-26 Mzm. 97
68:1-10, Mzm. 1 Why.
32-35 1 Yoh. 22:12-14,
1Pet. 5:9-13 16-17, 20-21
4:12-14, Yoh. Yoh.
5:6-11 17:6-19 17:20-26
Yoh.
17:1-11
PENTAKOSTA Kis. Kis. 2:1-21 Kis. 2:1-21
2:1-21 atau Yeh. atau Kej.
atau Bil. 37:1-14 11:1-9
11:24-30 Mzm. Mzm.
Mzm. 104:24-34, 104:24-34,
104:24-3 35b 35b
4, 35b Rm. Rm. 8:14:-17
1Kor. 8:22-27 atau Kis.
12:3b-13 atau Kis. 2:1-21
atau Kis. 2:1-21 Yoh. 14:8-17,
2:1-21 Yoh. (25-27)
Yoh. 15:26-27,
20:19-23 16:4b-15
atau
7:37-39
M I N G G U I Kej. Yes. 6:1-8 Ams. 8:1-4,
SETELAH PENTA 1:1-2:4a Mzm. 29 22-31
KOSTA-TRINITAS Mzm. 8 Rm. Mzm. 8
2Kor. 8:12-17 Rm. 5:1-5
13:11-13 Yoh. 3:1-17 Yoh.
Mat. 16:12-15
28:16-20

165



























MINGGU II Kej. 1Sam. 1Raj.


SETELAH PENTA 6:9-22, 3:1-10, 18:20-21,
KOSTA 7:24, 11-20 atau 22-29, 30-39
8:14-19 Ul 5:12-15 atau 1Raj.
atau Ul. Mzm. 8:22-23,
11:18-21, 139:1-16, 41-43
26-28. 13-18 atau Mzm. 96
Mzm. 46 Mzm. atau Mzm.
atau 81:1-10 96:1-9
Mzm. 2Kor. Gal. 1:1-12
31:1-5, 4:5-12 Luk. 7:1-10
19-24 Mark
Rm. 2:23-3:6
1:16-17,
3:22b-28,
29-31
Mat.
7:21-29
MINGGU III Kej. 1Sam 1Raj.
SETELAH PENTA 12:1-9 8:4-11, 17:8-16,
KOSTA atau Hos. 12-15, 17-24 atau
5:15-6:6 16-20, 1Raj.
Mzm. 11:14-15 17:17-24
33:1-12 atau Kej. Mzm. 146
atau 3:8-15 atau Mzm.
Mzm. Mzm. 138 30
50:7-15 atau Mzm. Gal. 1:11-24
Rm. 130 Luk. 7:11-17
4:13-25 2Kor.
Mat. 4:13-5:1
9:9-13, Mark
18-26 3:20-35

166















MINGGU IV Kej. 1Sam. 1Raj.


SETELAH PENTA 18:1-15, 15:34-16:1 21:1-10,
KOSTA 21:1-7 3 atau Yeh. 11-14,
atau Kel 17:22-24 15-21a atau
19:2-8a Mzm. 20 2Sam.
Mzm. atau Mzm. 11:26-12:10,
116:1-2, 92:1-4, 13-15
12-19 12-15 Mzm. 5:1-8
atau 2Kor. atau Mzm.
Mzm. 100 5:6-10, 32
Rm. 5:1-8 11-13, Gal. 2:15-21
Mat. 14-17 Luk.
9:35-10:8 Mrk 7:36-8:3
(9-23) 4:26-34
MINGGU V Kej. 1Sam. 17 1Raj. 19:1-4,
S E T E L A H 21:8-21 (1a, 4-11, 5-7, 8-15a
PENTAKOSTA atau Yer. 19-23), atau Yes.
20:7-13 32-49 atau 65:1-9
Mzm. 1Sam. Mzm. 42 dan
86:1-10, 17:57-18:5, 43 atau
16-17 10-16 atau Mzm.
atau Ay. 38:1-11 22:19-28
Mzm. Mzm. Gal. 3:23-29
69:7-10, 9:9-20 atau Luk. 8:26-39
11-15, Mzm.
16-18 107:1-3,
Rm. 23-32 atau
6:1b-11 Mzm. 133
Mat. 2Kor.i
10:24-39 6:1-13
Mark
4:35-41

167





















MINGGU VI Kej. 2 Sam 1:1, 2Raj. 2:1-2,


SETELAH PENTA 22:1-14 17-27 atau 6-14 atau
KOSTA Mzm. 13 Rat. 1Raj.
atau 3:23-33 19:15-16,
Mzm. Mzm. 130 19-21
89:1-4, atau Mzm. Mzm. 77:1-2,
15-18 30 11-20 atau
atau Yer. 2Kor. Mzm. 16
28:5-9 8:7-15 Gal. 5:1,
Rm. Mark 13-25
6:12-23 5:21-43 Luk. 9:51-62
Mat.
10:40-42
MINGGU VII Kej. 2 Sam. 2Raj. 5:1-14
SETELAH PENTA 24:34-38, 5:1-5, 9-10 atau Yes.
KOSTA 42-29, atau Yeh 66:10-14
58-67 2:1-5 Mzm. 30
atau Za. Mzm. 48 atau Mzm.
9:9-12 atau Mzm. 66:1-9
Mzm. 123 Gal. 6:1-6,
45:10-17 2Kor. 7-16
atau 12:2-10 Luk.
Mzm. Mark 10:1-11,
145:8-14 6:1-13 16-20
atau Kis.
2:8-13
Rm.
7:15-25a
Mat.
11:16-19,
25-30

168





















MINGGU VIII Kej. 2 Sam. Ams. 7:7-17


SETELAH PENTA 25:19-34 6:1-5, atau Ul.
KOSTA atau Yes. 12b-19 30:9-14
55:10-13 atau Ams. Mzm. 82
Mzm. 7:7-15 atau Mzm.
119:105- Mzm. 24 25:1-10
112 atau atau Mzm. Kol. 1:1-14
Mzm. 85:8-13 Luk.
65:1-8, Ef. 1:3-14 10:25-37
9-13 Mrk.
Rm. 6:14-29
8:1-11
Mat.
13:1-9,
18-23
MINGGU IX Kej. 2Sam. Ams. 8:1-12
SETELAH PENTA 28:10-19 7:1-14a atau Kej.
KOSTA a atau Yer. 18:1-10a
atau Yes. 23:1-6 Mzm. 52
44:6-8 Mzm. atau Mzm.
Mzm. 89:20-37 15
139:1-12, atau Mzm. Kol. 1:15-28
23-24 23 Luk.
atau Ef. 2:11-22 10:38-42
Mzm. Mrk
86:11-17 6:30-34,
;Rm. 53-56
8:12-25;
Mat.
13:24-30,
36-43

169


















MINGGU X Kej. 2 Sam. Hos. 1:2-10


SETELAH PENTA 29:15-28 11:1-15 atau Kej.
KOSTA atau 1Raj. atau 2Raj. 18:20-32
3:5-12 4:42-44 Mzm. 85
Mzm. Mzm. 14 atau Mzm.
105:1-11, atau Mzm. 138
45b 145:10-18 Kol. 2:6-15,
atau Ef. 3:14-21 16-19
Mzm. Yoh. 6:1-21 Luk.11:1-13
119:129-
136 atau
Mzm. 128
Rm.
8:26-39
Mat.
13:31-33,
44-52
MINGGU XI Kej. 2 Sam. Hos. 11:1-11
SETELAH PENTA 32:22-31 11:26-12:1 atau Pkh.
KOSTA atau Yes. 3a atau Kel. 1:2, 12-14,
55:1-5 16:2-4, 2:18-23
Mzm. 9-15 Mzm.
17:1-7, Mzm. 107:1-9, 43
15 atau 51:1-12 atau Mzm.
Mzm. atau Mzm. 49:1-12
145:8-9, 78:23-29 Kol. 3:1-11
14-21 Ef. 4:1-16 Luk.
Rm. 9:1-5 Yoh. 12:13-21
Mat. 6:24-35
14:13-21

170



















MINGGU XII Kej. 2 Sam. Yes. 1:1,


SETELAH PENTA 37:1-4, 18:5-9, 15, 10-20 atau
KOSTA 12-28 31-33 atau Kej. 15:1-6
atau 1Raj. 1Raj. Mzm. 50:1-8,
19:9-18 19:4-8 22-23 atau
Mzm. Mzm. 130 Mzm.
105:1-6, atau Mzm. 33:12-22
16-22, 34:1-8 Ibr. 11:1-3,
45b atau Ef. 4:25-5:2 8-16
Mzm. Yoh. 6:35, Luk.
85:8-13 41-51 12:32-40
Rm.
10:5-15
Mat.
14:22-33
MINGGU XIII Kej. 1Raj. Yes. 5:1-7
SETELAH PENTA 45:1-15 2:10-12, atau Yer.
KOSTA atau Yes. 3:3-14 atau 23:23-29
56:1, 6-8 Ams. 9:1-6 Mzm. 80:1-2,
Mzm. 133 Mzm. 111 8-19 atau
atau atau Mzm. Mzm. 82
Mzm. 67 34:9-14 Ibr.
Rm. Ef. 5:15-20 11:29-12:2
11:1-2a, Yoh. Luk.
29-32 6:51-58 12:49-56
Mat.
15:10-20,
21-28

171


















MINGGU XIV Kel. 1Raj. 8 Yer. 1:4-10


SETELAH PENTA 1:8-2:10 (1,6,10-11), atau Yes.
KOSTA atau Yes. 22-30, 58:9b-14
51:1-6 41-43 atau Mzm. 71:1-6
Mzm. 124 Yos atau Mzm.
atau 24:1-2a, 103:1-8
Mzm. 138 14-18 Ibr. 12:18-29
Rm. Mzm. 84 Luk.
12:1-8 atau Mzm. 13:10-17
Mat. 34:15-22;
16:13-20 Ef.
6:10-20;Yo
h. 6:56-69
MINGGU XV Kel. Kid. 2:8-13 Yer. 2:4-13
SETELAH PENTA 3:1-15 atau Ul. atau Ams..
KOSTA atau Yer. 4:1-2, 6-9 25:6-7
15:15-21 Mzm. Mzm. 81:1,
Mzm. 45:1-2, 6-9 10-16
105:1-6, atau Mzm. Ibr. 13:1-8,
23-26, 15 15-16
45c atau Yak Luk. 14:1,
Mzm. 1:17-27 7-14
26:1-8 Mark 7:1-8,
Rm. 14-15,
12:9-21 21-23
Mat.
16:21-28

172
















MINGGU XVI Kel. Ams. Yer. 18:1-11


SETELAH PENTA 12:1-14 22:1-2, 8-9, atau Ul
KOSTA atau Yeh. 22-23 atau 30:15-20
33:7-11 Yes. Mzm.
Mzm. 149 35:4-7a 139:1-6,
atau Mzm. 125 13-18 atau
Mzm. atau Mzm. Mzm. 1
119:33-4 146 Fil 1-21
0 Yak 2:1-10, Luk.
Rm. 11-13, 14:25-33
13:8-14 14-17
Mat. Mark
18:15-20 7:24-37
MINGGU XVII Kel. Ams. Yer. 4:11-12,
SETELAH PENTA 14:19-31 1:20-33 22-28 atau
KOSTA atau Kel. atau Yes. Kel. 32:7-14
15:1b-11, 50:4-9a Mzm. 14
20-21 atau Ams. atau Mzm.
atau Kej. 7:26-8:1 51:1-10
50:15-21 Mzm. 19 1Tim
Mzm. 114 atau Mzm. 1:12-17
atau 116:1-9 Luk. 15:1-10
Mzm. Yak 3:1-12
103:1-7, Mark
8-13 8:27-38
Rm.
14:1-12
Mat.
18:21-35

173



















MINGGU XVIII Kel Ams. Yer. 8:18-9:1


SETELAH PENTA 16:2-15 31:10-31 atau Ams.
KOSTA atau Yun. atau Ams. 8:4-7
3:10-4:11 1:16-2:1, Mzm. 79:1-9
Mzm. 12-22 atau atau Mzm.
105:1-6, Yer 113
37-45 11:18-20 1Tim. 2:1-7
atau Mzm. 1 Luk. 16:1-13
Mzm. atau Mzm.
145:1-8 54
Flp. Yak
1:21-30 3:13-4:3,
Mat. 7-8a
20:1-16 Mark
9:30-37
MINGGU XIX Kel. Est. 7:1-6, Yer. 32:1-3a,
SETELAH PENTA 17:1-7 9-10, 6-15 atau
KOSTA atau Yeh. 9:20-22 Ams. 6:1a,
18:1-4, atau Bil. 4-7
25-32 11:4-6, Mzm. 91:1-6,
Mzm. 10-16, 14-16 atau
78:1-4, 24-29 Mzm. 146
12-16 Mzm. 124 1Tim. 6:6-19
atau atau Mzm. Luk.
Mzm. 19:7-14 16:19-31
25:1-9 Yak.
Flp. 5:13-20
2:1-13 Mrk.
Mat. 9:38-50
21:23-32

174



















MINGGU XX Kel. Ay. 1:1, Rat. 1:1-6


SETELAH PENTA 20:1-4, 2:1-20 atau atau Rat.
KOSTA 7-9, Kej. 3:19-26 atau
12-20 2:18-24 Hab. 1:1-4,
atau Yes. Mzm. 26 2:1-4
5:1-7 atau Mzm. Mzm. 37:1-9
Mzm. 19 8 atau Mzm.
atau Ibr. 1:1-4, 137
Mzm. 2:5-12 2Tim. 1:1-14
80:7-15 Mrk. Luk. 17:5-10
Flp. 10:2-16
3:4b-14
Mat.
21:33-46
MINGGU XXI Kel. Ay. 23:1-9, Yer. 29:1, 4-7
SETELAH PENTA 32:1-14 16-17 atau atau 2Raj.
KOSTA atau Yes. Am 5:6-7, 5:1-3, 7-15c
25:1-9 10-15 Mzm.
Mzm. Mzm. 66:1-12 atau
106:1-6, 22:1-15 Mzm. 111
19-23 atau Mzm. 2Tim. 2:8-15
atau 90:12-17 Luk.
Mzm. 23 Ibr. 4:12-16 17:11-19
Flp. 4:1-9 Mark
Mat. 10:17-31
22:1-14

175


















MINGGU XXII Kel. Ay. 38:1-7, Yer.


SETELAH PENTA 33:12-23 34-41 atau 31:27-34
KOSTA atau Yes. Yes. atau Kej.
45:1-7 53:4-12 32:22-31
Mzm. 99 Mzm. Mzm.
atau 104:1-9, 119:97-104
Mzm. 24, 35c atau Mzm.
96:1-9, atau Mzm. 121
10-13 91:9-16 2Tim.
1Tes Ibr. 5:1-10 3:14-4:5
1:1-10 Mrk Luk. 18:1-8
Mat. .10:35-45
22:15-22
MINGGU XXIII Ul. Ay. 42:1-6, Yos. 2:23-32
SETELAH PENTA 34:1-12 10-17 atau atau Yer.
KOSTA atau Im. Yer 31:7-9 14:7-10,
19:1-2, Mzm. 19-22
15-18 34:1-8, Mzm. 65
atau 19-22 atau atau Mzm.
Mzm. Mzm. 126 84:1-7
90:1-6, Ibr. 7:23-28 2Tim. 4:6-8,
13-17 Mrk. 16-18
atau 10:46-52 Luk. 18:9-14
Mzm. 1
1Tes.
2:1-8
Mat.
22:34-46
MINGGU XXIV Why. Yes. 25:6-9 Dan. 7:1-3,
SETELAH PENTA 7:9-17 atau Ams. 15-18
KOSTA Mzm. 3:1-9 Mzm. 149
34:1-10, Mzm. 24 Ef. 1:11-23
22 Why. Luk. 6:20-31
Yoh. 3:1-3 21:1-6a
Mat. Yoh.
5:1-12 11:32-44

176



























MINGGU XXV Yos. Rut. 1:1-18 Hab. 1:1-4,


SETELAH PENTA 3:7-17 atau Ul. 2:1-4 atau
KOSTA atau Mi. 6:1-9 Yes. 1:10-18
3:5-12 Mzm. 146 Mzm.
atau atau Mzm. 119:137-144
Mzm. 119:1-8 atau Mzm.
107:1-7, Ibr. 9:11-14 32:1-7
33-37 Mrk. 2Tes. 1:1-4,
atau 12:28-34 11-12
Mzm. 43 Luk. 19:1-10
1Tes.
2:9-13
Mat.
23:1-12
MINGGU XXVI Yos. Rut. 3:1-5, Hag.
SETELAH PENTA 24:1-3a, 4:13-17 1:15b-2:9
KOSTA 14-25 atau 1Raj. atau Ay.
atau Ams. 17:8-16 19:23-27a
5:18-24 Mzm. 127 Mzm.
Mzm. atau Mzm. 145:1-5,
78:1-7 146 17-21 atau
atau Ibr. 9:24-28 17:1-9 atau
Mzm. 70 Mrk. 98
1Tes. 12:38-44 2Tes. 2:1-5,
4:13-18 13-17
Mat. Luk.
25:1-13 20:27-38

177
















MINGGU XXVII Hak. 1Sam.1:4-2 Yes.


SETELAH PENTA 4:1-7 0 atau 65:17-25
KOSTA atau Zef. 1Sam. atau Yes. 12
1:7, 2:1-10 atau atau Mal.
12-18 Dan. 12:1-3 4:1-2a Mzm.
Mzm. 123 Mzm. 16 98
atau Ibr. 2Tes. 3:6-13
Mzm. 10:11-14, Luk. 21:5-19
90:1-8, 15-18,
9-11, 12 19-25
1Tes. Mrk. 13:1-8
5:1-11
Mat.
25:14-30
MINGGU XXVIII Yeh. 2 Sam. Yer. 23:1-6
SETELAH PENTA 34:11-16, 23:1-7 atau Mzm. 46
KOSTA 20-24 Dan. Kol. 1:11-20
(MINGGU KRISTUS Mzm. 100 7:9-10, Luk. 1:68-79
RAJA) atau 13-14 atau Luk.
Mzm. Mzm. 23:33-43
95:1-7a 132:1-12,
Ef. 13-18 atau
1:15-23 Mzm. 93
Mat. Why.
25:31-46 1:4b-8
Yoh.
18:33-37

Keterangan:
1. Leksionari ini diambil dari beberapa sumber dengan
penyesuaian. Informasi yang lebih lengkap dapat diunduh
juga dari situs http://lectionary.library.vanderbilt.edu/
index.php atau situs lainnya.
2. Tanggal masing-masing minggu disesuaikan dengan
kalender yang berjalan, dimulai dari Minggu Adven I, yakni
empat hari minggu sebelum hari raya Natal.

178

















3. Jumlah minggu biasa dan/atau minggu setelah pestakosta


dapat berbeda, tergantung tahun kalender yang berlaku.
Patokan tetap diambil dari tanggal-tanggal dalam tulisan
KALENDER GEREJAWI pada bagian sebelumnya di buku ini.
4. Nas yang dipilih dalam tabel kadang tidak sama, bisa
berbeda 1- 2 minggu dan itu tidak mengubah makna tema
minggu yang sesuai.

179

Tentang Penulis

Pdt. Em. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D. Min.

Lahir di Perdagangan, Sumatera Utara, 23-11-1955.


Setamat SMA melanjutkan studi di ITB Bandung, jurusan
Teknik Mesin dan lulus tahun 1982. Tahun 1991 mengambil
Program MBA di GS Fame Jakarta. Tahun 2001 mengambil
Program Master of Ministry di STT Agapes, lulus tahun 2004,
dan kemudian melanjutkan Program Doctor of Ministry di STT
Internasional Harvest Karawaci, lulus tahun 2006. Sering
mengikuti program pendidikan singkat di dalam dan luar
negeri.

Setelah lulus ITB, aktif sebagai profesional di dunia


usaha dan menduduki berbagai jabatan Direktur dan Komisaris
di Bukaka grup. Berhenti tahun 2004 dan kemudian tahun
2005 dengan teman-temannya menekuni industri pelapisan
logam hingga tahun 2006.

180

Sejak kecil aktif di kegiatan ekstra kurikuler seperti


Pramuka dan OSIS hingga menjadi pemimpin mahasiswa di
ITB. Menentang rezim Suharto dan akhirnya diadili dan
dipenjara selama 1 tahun di Sukamiskin Bandung.

Sejak SD telah aktif dalam kegiatan gereja, dan pernah


menjadi Asisten Dosen Pdt. Dr. Dorothy Marx di ITB. Setelah
menyelesaikan studi teologi tahun 2006, mengajar di STT
SETIA dan STT lainnya. Pernah menjadi Penatua dan Sekretaris
Umum Majelis di GKI Kebayoran Baru Jakarta, kemudian
pindah pelayanan ke STT SETIA dan GKSI.

Setelah diminta menjadi Wakil Sekretaris Umum Badan


Pengurus Sinode GKSI lalu ditahbiskan menjadi pendeta tahun
2011. Tahun 2014-2015 ditunjuk menjadi Plt. Ketua Umum
Badan Pengurus Sinode GKSI. Setelah memasuki pendeta
emeritus tahun 2016, kemudian terpilih menjadi Ketua Umum
Gaja Toba, perkumpulan alumni ITB peduli Kawasan Danau
Toba hingga tahun 2019, selanjutnya sebagai Ketua Dewan
Penasihat (www.gajatoba.org).

Saat ini tetap dalam pelayanan gerejawi dan juga


komisaris/penasihat senior di dua perusahaan swasta.

Pdt. Ramles menikah dengan Dameria Nadeak, memiliki


3 anak dan ketiganya telah bekerja dan 2 anak telah menikah
dengan 2 cucu.

181

182

Anda mungkin juga menyukai