Anda di halaman 1dari 43

i

MANAJEMEN KOMUNIKASI KEPALA SEKOLAH UNTUK


MENINGKATKAN MOTIVASI KINERJA GURU PAI DI SMA YP UNILA
BANDAR LAMPUNG

Skripsi

Adi Widiatmoko

1711030005

Program Studi Manajement Pendidikan Islam

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1442 H / 2021 M
BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul
1. Penegasan Konseptual
Agar tidak terjadi salah penafsiran dalam memahami istilah yang dipakai dalam penelitian ini,
maka perlu adanya penegasan istilah.

a. Manajemen Komunikasi
Manajemen komunikasi merupakan proses manajemen yang diterapkan dalam
kegiatan komunikasi. Ia berarti manajemen akan berperan sebagai penggerak aktivitas
komunikasi dalam usaha pencapaian tujuan komunikasi. 1
b. Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah seorang pemimpin dan manajer dalam sekolah yang mempunyai
kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada disekolah, sehingga dapat
didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama.
c. Motivasi
Motivasi ialah keinginan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan
(need), keinginan (wish), dorongan (desire) atau impuls. Motivasi kerja dapat diartikan
sebagai keinginan/kebutuhan yang melatarbelakangi seseorang sehingga ia terdorong untuk
bekerja.2
d. Kinerja Guru PAI
Kinerja guru merupakan suatu kemampuan kerja dari seorang guru dalam melakukan
pekerjaannya sebagai tenaga pendidik secara optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
Guru merupakan orang yang paling penting dalam proses pendidikan dan
bertanggungjawab atas semua proses pembelajaran, terutama menjalankan
kurikulum secara ko nsisten. Guru juga berperan penting dalam proses
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kurikulum yang digunakan dalam
mengajar.3
Fokus penelitian ini adalah guru PAI, guru PAI memegang peran yang penting, guru PAI
bukan hanya sebagai pengajar yang mentransfer ilmu agama islam saja, tetapi juga sebagai
pendidik yang mentransformasikan nilai-nilai pada diri siswa dan sekaligus sebagai pembimbing
yang memberikan pengarahan kepada siswa dalam belajar. Guru PAI mempunyai tugas
menanamkan idiologi Islam yang sesungguhnya pada jiwa anak. Guru PAI tidak hanya
memberikan pemahaman yang benar tentang ajaran agama islam, tetapi juga diharapkan
dapat membangun jiwa dan karakter keberagamaan yang dibangun melalui pengajaran agama
islam.
2. Penegasan Oprasional
Dari definisi diatas yang dimaksud dengan judul "Manajemen Komunikasi Kepala Sekolah
Untuk Meningkatkan Motivasi Kinerja Guru PAI di SMA YP UNILA Bandar Lampung", adalah
manajemen komunikasi yang diterapkan oleh kepala sekolah dalam memberikan motivasi kepada
guru atau tenaga pendidik yang mana dalam komunikasi ini terdapat unsur-unsur di dalamnya yakni
1
Tommy Suprapto, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, (Yogyakarta: MedPress, 2009), 132
2
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014),277
3
Kompri, Belajar Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Yogyakarta: Media Akademi, 2017), 58
2

sumber (pengirim pesan), pesan, media, penerima, efek dan umpan balik. Dimana dalam melakukan
semua itu perlu diadakannya manajemen komunikasi yang berupa perencanaan, pengorganisasian,
dan pelaksanaan dari perencanan yang telah dibuat sebelumnya. Motivasi itu sendiri merupakan salah
satu alat yang diterapkan oleh seorang atasan kepada bawahannya supaya mau bekerja keras dan
bekerja cerdas sesuai dengan yang diharapkan dan dalam pemberian motivasi ini tidak lepas dari
proses komunikasi didalamnya.

B. Latar Belakang
Arangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku serta mengembangakan potensi diri. Sebagai upaya
yang bukan saja membuahkan manfaat yang besar, pendidikan juga merupakan salah satu kebutuhan
pokok manusia. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003, Definisi pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.

Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,
maksudnya pendidikan adalah menuntun segala kemampuan kodrat yang ada pada anak-anak, agar
mereka sebgaai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai kebahagiaan dan keselamatan
setinggi-tingginya.4 M. J. Langeveld Pendidikan merupakan upaya dalam membimbing manusia yang
belum dewasa kearah kedewasaan. Pendidikan adalah suatu usaha dalam menolong anak untuk melakukan
tugas-tugas hidupnya, agar mandiri dan bertanggung jawab secara susila. Pendidikan juga diartikan
sebagai usaha untuk mencapai penentuan diri dan tanggung jawab. 5 Dalam Islam juga dijelaskan tentang
pentingnya pendidikan seperti yang dijelaskan pada Al-Qur’an surat At-Taubah ayat: 122 sebagai berikut:

 
     
 
     
   
 
        
    
  
        
   
   
    
   
   

 
  
  
 
 
    
        
    
 
      
   

Artinya: “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang).
Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan
agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar
mereka dapat menjaga dirinya.”

Dari beberapa definisi pendidikan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan upaya
manusia untuk memperluas cakrawala pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai, sikap serta
perilaku agar manusia dapat menajalankan kehidupannya dengan baik dan tidak bergantung pada orang
lain. Sebagai upaya yang bukan saja membuahkan manfaat yang besar, pendidikan juga merupakan salah
satu kebutuhan pokok manusia yang sering dirasakan belum memenuhi harapan. Hal itu disebabkan
banyak lulusan pendidikan formal yang belum dapat memenuhi kriteria tuntutan lapangan kerja yang

4
Jurnal Filsafat Pendidikan Indonesia, Vol 2 No 3 tahun 2019 ISSN: E-ISSN 2620-7982, P-ISSN: 2620-7990
5
Hujaer AH. Sanaky, Pembaharuan Pendidikan Islam Menuju Masyarakat Madani ( Tinjauan Filosofis),
(Yogyakarta: Safiria Insani Press), 2. Diakses dari www.sanaky.com, tanggal 2 Februari 2020.
3

tersedia, apalagi menciptakan lapangan kerja baru sebagai hasil penguasaan ilmu yang diperolehnya dari
lembaga pendidikan. Kondisi seperti ini merupakan gambaran rendahnya kualitas pendidikan kita.

Banyak faktor yang turut mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan. Apabila pendidikan
dilihat sebagai suatu sistem maka faktor yang turut mempengaruhi kualitas pendidikan tersebut meliputi:
(1) input mentah atau siswa, (2) lingkungan intruksional, (3) proses pendidikan, dan (4) keluaran
pendidikan. Dalam proses pendidikan, di dalamnya terdapat aktivitas guru mengajar, peran serta dalam
belajar, sistem pengelolaan administrasi, serta mekanisme kepemimpinan kepala sekolah merupakan hal
yang perlu dioptimalkan fungsinya agar kualitas pendidikan dapat ditingkatkan.

Salah satu faktor yang menjadi tolak ukur keberhasilan pendidikan disekolah adalah kinerja guru.
Kinerja guru adalah hasil kerja guru yang terefleksi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai
proses belajar mengajar (PBM) yang intensitasnya dilandasi oleh etos kerja guru, serta disiplin profesional
guru dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dilihat bahwa tugas guru bukan
saja mengajar semata tetapi dimulai dari proses perencanaan sampai penilaian. Tugas tersebut tidak
mudah dilakukan, apabila guru tidak memiliki motivasi kerja yang baik serta koordinasi kepala sekolah.

Menurut Noor Jamaluddin Guru adalah pendidik, orang dewasa yang bertanggung jawab untuk
memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam pengembangan tubuh dan jiwa untuk mencapai
kematangan, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi,
sebagai makhluk sosial dan individu yang mampu berdiri sendiri.

Guru adalah tenaga pendidik profesional dibidangnya yang memiliki tugas utama dalam
mendidik, mengajar, membimbing, memberi arahan, memberi pelatihan, memberi penilaian, dan
mengadakan evaluasi kepada peserta didik yang menempuh pendidikannya sejak usia dini melalui jalur
formal pemerintahan berupa sekolah dasar hingga sekolah menengah. (Undang Undang No 14 Tahun
2005). Menurut M. Uzer Usman guru adalah seseorang yang memiliki kewenangan dan tugas dalam dunia
pendidikan serta pengajaran pada lembaga pendidikan formal. Dalam penelitian ini fokus penelitiannya
adalah guru pedidikan agama islam dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa guru pendidikan agama
islam adalah seseorang yang berprofesi sebagai guru bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI), yang
bertanggung jawab untuk mendidik, mengajar dan membimbing siswanya melalui pengajaran Pendidikan
Agama Islam.6 Pendidikan agama islam sangat penting untuk ditanamkan kepada siswa agar siswa agar
siswadapat menjanui kehiduipan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an, sepertui yang di jelaskan dalam surat
An-Nahl ayat 64-65 sebagai berikut:

ٓ‫س َمآ ِٓء‬ ُٰٓ ‫ َو‬َٓٓ‫ِّلٓ ِلتُبَ ِيّنَٓٓلَ ُه ُٓمٓالَذِىٓا ْختَلَفُ ْوآفِ ْي ِٓهٓ َو ُهدًىٓ َو َر ْح َم ٓةًٓ ِلّقَ ْومٓٓيُّؤْ ِمنُ ْون‬
َٓ َ‫ّللآا َ ْنز‬
َ ‫لٓ ِمنَٓٓال‬ َٓ ٓ‫ْكٓ ْال ِكت‬
َٓ ‫بٓا‬ َٓ ‫َو َمآٓا َ ْنزَ ْلنَآ َعلَي‬

َٓٓ‫ّليَ ٓةًٓ ِلّقَ ْومٓٓيَ ْس َمعُ ْون‬


َٓ ٓ‫ك‬
َٓ ‫يٓذٓ ِل‬ َٓ ‫َمآ ًٓءٓفَا َ ْحيَآبِ ِٓهٓ ْاّلَ ْر‬
َٓ ‫ضٓبَ ْع َٓدٓ َم ْوتِ َهآٓا‬
ْٓ ِ‫ِنٓف‬

Artinya: “Dan Kami tidak menurunkan Kitab (Al-Qur'an) ini kepadamu (Muhammad), melainkan
agar engkau dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan, serta menjadi petunjuk
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit dan dengan

6
Dakir dan Sardimi, Pendidikan Islam & ESQ: Komparasi- Integratif Upaya Menuju Stadium Insan Kamil, (Rasail Media
Group, Semarang, 2011), 31
4

air itu dihidupkan-Nya bumi yang tadinya sudah mati. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran)”.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru pendidikan agama islam adalah
seseorang yang mendidik, mengadakan pengajaran, memberi bimbingan, menambahkan pelatihan fisik
atau non fisik dan spiritual serta memberikan penilaian, dan melakukan evaluasi berkala berkaitan dengan
ilmu Pendidikan Agama Islam kepada seluruh peserta didik sesuai dengan tingkatannya untuk mengetahui
perkembangan peserta didik.

Meneliti guru Pendidikan Agama Islam sebagai salah seorang pelaksana kegiatan pendidikan di
sekolah sangat diperlukan. Tidak jarang ditemukan guru pendidikan agama islam yang kurang memiliki
gairah dalam melakukan tugasnya, yang berakibat kurang berhasilnya tujuan yang dicapai. Hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kurangnya motivasi kerja guru. Oleh karena itu,
motivasi kerja guru mempunyai andil yang sangat besar dalam menentukan kinerja guru, dengan kata lain
motivasi kerja yang baik dari guru akan melahirkan kinerja yang baik pula. Bagi seorang kepala sekolah,
persoalan yang dihadapkan kepadanya adalah bagaimana menciptakan suatu situasi dimana bawahan
dapat memperoleh kepuasaan kebutuhan individualnya di dalam melaksanakan pekerjaan untuk mencapai
tujuan sekolah atau dengan kata lain, bagaimana kepala sekolah dapat menyesuaikan keinginan bawahan
dengan jalan memberikan motivasi kerja agar tujuan sekolah dapat dicapai. Motivasi adalah proses
psikologi yang terjadi pada diri seseorang akibat adanya interaksi antara sikap, kebutuhan, keputusan, dan
persepsi seseorang dengan lingkungannya.

Sekolah sebagai suatu organisasi yang didalamnya terdapat personal guru, yang perlu
dikembangkan motivasi kerjanya. Motivasi kerja dimaksud adalah suatu dorongan mental yang muncul
dari dalam dan dari luar diri guru untuk melaksanakan tugas. Menurut Duncan sebagaimana yang dikutip
oleh Hamzah B. Uno, mengemukakan bahwa motivasi kerja berkaitan dengan dorongan yang muncul dari
diri seseorang untuk melakukan tugas secara keseluruhan berdasarkan tanggungjawab masing-masing.7
Dari beberapa definisi motivasi kerja daiatas dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi kerja guru
penddikan agama islam adalah semangat kerja yang dimiliki oleh guru bidang studi Pendidikan Agama
Islam (PAI) ketika melaksanakan tugasnya dan tanggungjawabnya dalam proses pembelajaran pendidikan
agama islam di sekolah yang didorong oleh dimensi internal dan eksternal yang mempengaruhinya. Oleh
sebab itu, bagi seorang guru, tugas dan tanggungjawab tersebut terlihat pada aktivitas pembelajaran dan
administrasi sekolah yang dikerjakan akibat dorongan dari dalam diri serta dorongan yang diberikan oleh
kepala sekolah.

Sehubungan dengan pengertian motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi terdiri dari
dua dimensi, yaitu (1) dimensi dorongan internal, dan (2) dimensi dorongan eksternal. Motivasi internal
adalah motivasi yang datang dari dalam diri seseorang dan tidak memerlukan rangsangan dari luar.
Sedangkan motivasi eksternal adalah motivasi yang berasal dari lingkungan dan timbul karena adanya
rangsangan dari luar. Dalam dunia kerja kedua motivasi ini merupakan suatu bagian yang sangat penting.
Baik motivasi internal dan motivasi eksternal mempunyai hubungan yang erat satu sama lain.

Agar dapat memberikan motivasi yang baik dan efektif pada guru diperlukan kepemimpinan
dan komunikasi yang baik dari seorang kepala sekolah. Peranan seorang kepala sekolah dalam dunia
pendidikan selain sebagai seorang leader dalam meningkatkan mutu pendidikan, kepala sekolah juga
berperan sebagai motivator bagi semua anggota ataupun stafnya. Untuk meningkatkan mutu suatu

7
H.Hamzah, B. Uno,Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 64
5

lembaga pendidikan yang dipimpin maka seorang kepala sekolah harus dapat menjalin hubungan baik
antara staff, tenaga pendidik maupun tenaga non pendidikan. Seluruh komponen pendidikan harus dapat
berjalan dengan baik dan hal ini perlu dukungan dari seorang kepala sekolah, karena kepala sekolah
merupakan seorang pemimpin lembaga pendidikan yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan
program pendidikan di sekolah.

Perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa
bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap guru baik sebagai individu maupun kelompok, yang
berarti bahwa kepemimpinan seorang kepala sekolah tidak membedakan kedekatan dan diskriminasi
dengan para individu tenaga pengajar. 8 Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh proses pembelajaran
di lembaga pendidikan. Seperti halnya kepala sekolah dan guru yang merupakan penggerak utama yang
berpengaruh signifikan terhadap setiap pelaksanaan proses pembelajaran siswa selama berada di
lingkungan sekolah. Tanpa adanya kinerja guru yang baik dan peran kepala sekolah yang memadai dalam
mengelola sekolah, sangat sulit meningkatkan kualitas pendidikan atau mencapai standar nasional
pendidikan.

Untuk menjalin kedekatan antara kepala sekolah dengan guru supaya kepala sekolah dapat
memahami apa kebutuhan dan kondisi psikis guru guna mengefektifkan dalam memberikan motivasi
kerja diperlukan komunikasi yang baik dari kepala sekolah. Komunikasi merupakan suatu yang sangat
pokok dalam setiap hubungan orang-orang, begitu pula dalam suatu organisasi terjadinya komunikasi
tentunya ada tujuan yang ingin dicapai. Hal sesuai dengan pendapat Maman Ukas mengemukakan tujuan
komunikasi sebagai berikut :

1. Menentapkan dan menyebarkan maksud dari pada suatu usaha.


2. Mengembangkan rencana-rencana untuk mencapai tujuan.
3. Mengorganisasikan sumber-sumber daya manusia dan sumber daya lainnya seperti efektif dan
efisien.
4. Memilih, mengembangkan, menilai anggota organisasi.
5. Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan suatu iklim kerja di mana setiap orang
mau memberikan kontribusi.
Seluruh kegiatan manusia di manapun berada, selalu tersentuh dengan komunikasi, begitu juga
dalam dunia pendidikan. Pendidikan tidak dapat berjalan tanpa adanya komunikasi. Dengan kata lain
tidak ada perilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh komunikasi, karena dalam proses belajar
mengajar terjadi interaksi antara kepala sekolah dengan pendidik, pendidik dan peserta didik dan antara
peserta didik dengan peserta didik. Sudah disebutkan bahwa tidak mungkin mendidik manusia tanpa
komunikasi, atau memberi pelajaran tanpa berbicara, jadi proses pendidikan pasti tak terlepas dari
komunikasi. Inilah yang dimaksud dengan komunikasi memiliki fungsi sebagai pendidikan, sebagaimana
dikatakan oleh Effendy “komunikasi berfungsi sebagai information, education dan reaction”. Bila dilihat
pengertian komunikasi menurut Berelson dalam Effendy, adalah “Penyampaian informasi, ide, emosi,
keterampilan dan lain-lain melalui penggunaan simbol kata, gambar, angka, gragfik dan lain-lain. Untuk
itu maka komunikator harus mempunyai kemampuan yang baik dalam memahami komunikan agar pesan
yang disampaikan dapat dimengerti, diterima dan bahkan dilakukan oleh komunikan. Dengan kata lain
pesan itu merupakan pikiran bersama antara komunikator dan komunikan”

8
Hadari Nawari dan Martini Hadiri, Kepemimpinan Yang Efektif, (Yogyakarta: Gadjah Mada UNIVERSITY Press, 2012),
25.
6

Tujuan yang ingin dicapai dari komunikasi adalah mengubah perilaku sasaran, maka berbagai
pendekatan teoretis ataupun praktis tentang perubahan perilaku, yang di dunia komunikasi dan
pendidikan dikenal dengan teori belajar. Gunanya antara lain untuk memudahkan para komunikator,
dalam konteks penelitian ini komunikator pendidikan adalah kepala sekolah yang akan melakukan
kegiatan komunikasi dilapangan dalam mengenali situasi dan kondisi medan kegiatan yang bersangkutan,
termasuk di dalamnya masalah kelompok sasaran yang menjadi subjek komunikasinya.

Pada suatu lembaga pendidikan yakni SMA YP UNILA Bandar Lampung, di SMA YP UNILA
Bandar Lampung ini dipimpin oleh kepala sekolah yang memiliki kharisma tersendiri dalam
kepemimpinannya, hal tersebut dapat dlihat dari berkembangnya organisasi yang beliau pimpin serta
banyaknya prestasi yang diperoleh oleh sekolah tersebut, sehingga membuat SMA YP UNILA Bandar
Lampung menjadi salah satu sekolah favorit di Bandar Lampung, semua itu adalah hasil dari
kepemimpimpinan serta pola komunikasi untuk menjalin hubungan kerja yang baik kepada seluruh
stakeholder sekolah.

SMA YP UNILA Bandar Lampung adalah salah satu lembaga pendidikan formal swasta yang
ada di Bandar Lampung, SMA ini memiliki banyak guru dan salah satunya adalah guru pendidikan
agama islam, guru pendidikan agam islam yang akan mencetak para siswa berakhlak karimah setelah
menempuh pendidikan di SMA khususnya untuk siswa yang bergarama islam.

Para guru pendidikan agama islam yang ada di SMA SMA YP UNILA Bandar Lampung
walaupun berstatus guru honorer, akan tetapi mereka tetap memiliki semangat yang tinggi dalam
mengajar. Berdasarkan pada hasil research sementara semangat para guru PAI ini dapat di lihat pada
indikator sebagai berikut:

1. Lima menit sebelum bel berbunyi para guru PAI sudah berada di kelas.
2. Guru PAI senang mengunjungi perpustakaan dan ruang komputer sekolah untuk memperkaya
referensi materi pelajaran.
3. Guru PAI tidak pulang sebelum jam kerja selesai.
4. Sebelum jam 07.00 WIB semua guru terutama guru PAI sudah berada di sekolah.
5. Guru PAI memfasilitasi siswa yang ingin belajar baca tulis Al-Qur’an dan seputar agama islam
secara indidvidu untuk para siswa saat ada jam kosong atau istirahat di musola sekolah.
Dibalik semangat yang dimiliki oleh para guru PAI tersebut, tentunya ada komunikasi yang
baik dengan kepala sekolah dan motivasi yang mendorong dirinya untuk terus mengajar. Peneliti memilih
meneliti komunikasi kepala sekolah kepada guru pendidikan agama islam karena menurut peneliti guru
pendidikan agama islam adalah bagian terpenting dalam pembangunan ahklak siswa. Berdasarkan uraian
di atas dan untuk memperjelas kearah mana pembahasan penelitian ini, maka ruang lingkup masalah
penelitian ini dibatasi pada Manajemen Komunikasi Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Motivasi
Kinerja Guru PAI di SMA YP UNILA Bandar Lampung.

C. Fokus Penelitian dan Sub Fokus Penelitian


1. Fokus Penelitian
Berdasarkankontekspenelitiandiatas,maka penelitimemfokuskan pada Manajemen Komunikasi
Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Motivasi Kinerja Guru PAI di SMA YP UNILA Bandar Lampung.
2. Sub Fokus Penelitian
Dari fokus penelitian diatas, maka dalam penelitian ini penulis memfokuskan penelitiannya
pada bagaimana Manajemen Komunikasi Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Motivasi Kinerja Guru
7

PAI diSMA YP UNILA Bandar Lampung. Peneliti merumuskan sub fokus penelitian yaitu sebagai
berikut:
Manajemen Komunikasi Kepala Sekolah untuk meningkatkan Motivasi Kinerja Guru PAI
meliputi:
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
c. Pelaksanaan
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas inilah beberapa rumusan masalah yang akan
penulis teliti.
Bagaimana Manajemen Komunikasi Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Motivasi Kinerja
Guru PAI di SMA YP UNILA Bandar Lampung?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian secara umum sebagai berikut:
Untuk mengetahui bagaimana proses manajemen komunikasi kepala sekolah untuk meningkatkan
motivasi kinerja guru PAI.
F. Manfaat Penelitian
Pada hakikatnya penelitian untuk mendapatkan suatu manfaat-manfaat, dalam penelitian ini
dibagi menjadi dua yaitu: manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangsih untuk memperkaya khazanah ilmiah
tentang manajemen komunikasi kepala sekolah untuk meningkatkan motivasi kinerja guru
khususnya guru pendidikan agama islam.
2. Praktis
Penelitian tentang manajemen komunikasi kepala sekolah untuk meningkatkan motivasi
kinerja guru memperoleh manfaat praktis yaitu:
a. Bagi lembaga pendidikan
Diharapkan melalui penelitian ini dapat menjadi refleksi bagi kepala sekolah dalam
mengornaisasikan manajemen komunikasi untuk meningkatkan motivasi kerja guru.
b. Bagi Kepala Sekolah
Sebagai acuan akan pentingnya manajemen komunikasi kepala sekolah untuk
meningkatkan motivasi kinerjaguru.
c. Bagi Guru
Meningkatkan motivasi kinerjaguru PAI dalam hal kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikanyang di cita-citakan.
d. Bagi Siswa
Dengan adanya penelitian ini maka dapat diketahui seberapa besar pentingnya motivasi
terhadap kinerja guru dalam pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan yang di
cita-citakan.
e. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dari hasil penelitianini dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam penyusunan
desain penelitian lanjutan yang relevan dan variatif, serta memberikan ilmu pengetahuan dan pemikiran
baru utamanya yang berkaitan dengan manajemen komunikasi kepala sekolah untuk meningkatkan
motivasi kinerjaguru.
8

Dengan demikian kepala sekolah memiliki peranan yang sangat menentukan. Ia seharusnya
selalu memberikan motivasi, dorongan, dan ajakan untuk senantiasa memberikan yang terbaik bagi
lembaga pendidikannya. Komunikasi yang dilakukan secara intensif dan berkelanjutan akan berimplikasi
kuat pada pribadi guru, karyawan, dan juga para siswa untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik.

G. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan


Penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan perbandingan dan menghindari duplikasi atau
pengulangan penulisan skripsi. Selain itu kajian penelitian terdahulu juga memiliki peranan besar dalam
rangka mendapatkan informasi sebelumnya untuk mendapatkan landasan teori ilmiah. Adapun yang
menjadi kajian penelitian terdahulu dalam skripsi ini yaitu:
1. Gading Puspaningtyas Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Pendidikan Universitas
Negeri Semarang, dalam judul skripsinya yaitu "Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Komunikasi Organisasi, Motivasi, dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Guru di SMP
Negeri 16 Semarang". Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang
kepemimpinan kepala sekolah komunikasi organisasi, motivasi, dan lingkungan kerja di
SMP Negeri 16 Semarang. Sedangkan penelitian saya bertujuan untuk mengetahui
Manajemen Komunikasi Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Motivasi Kinerja Guru PAI
di SMA YP UNILA Bandar Lampung, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
2. Mutiara Nur Ahlaini Jurusan Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah Ilmu
Keguruan, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, dalam judul skripsinya yaitu
"Hubungan Komunikasi Interpersonal Kepala Madrasah Dengan Motivasi Kerja Guru di
MA AL-HIKMAH Bandar Lampung". Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Komunikasi Interpesonal
Kepala Sekolah dengan Motivasi Kerja Guru di Madrasah Aliyah Al-Hikmah Bandar
Lampung. Sedangkan penelitian saya bertujuan untuk mengetahuin Manajemen
Komunikasi Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Motivasi Kinerja Guru PAI di SMA YP
UNILA Bandar Lampung, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
3. Penelitian Muhammad Tibyan, dengan judul ‟Peran Komunikasi Organisasi pada Loyalitas
Karyawan Studi Deskriptif pada perusahaan Otobus Blue Star Salatiga”. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan peran komunikasi organisasi yang dilakukan perusahaan
outbus dalam mewujudkan loyalitas karyawan, hasil penelitian ini menunjukan bahwa
komunikasi organisasi yang terjadi pada antar anggota organisasi yang terjadi antar anggota
organisasi PO Blue Star memberikan pengaruh terhadap karyawan sehingga mereka
loyalitas, dedikasi tinggi terhadap perusahaan dan sikap mental yang positif. Sedangkan
penelitian saya bertujuan untuk mengetahui Manajemen Komunikasi Kepala Sekolah Untuk
Meningkatkan Motivasi Kinerja Guru PAI di SMA YP UNILA Bandar Lampung,
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
4. Penelitian Mar‟atus Sholichah (2012), dengan judul "Pengaruh Iklim Komunikasi
Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Servey Pada Bagian Humas Pemerintah Provinsi
DIY". Penelitian ini bertujuan untuk mencari atau menemukan pengaruh iklim komunikasi
terhadap kinerja pegawai humas provinsi DIY atau adanya korelarasi antara iklim
komunikasi organisasi terhadap kinerja pegawai. Sedangkan penelitian saya bertujuan
untuk mengetahui Manajemen Komunikasi Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Motivasi
Kinerja Guru PAI di SMA YP UNILA Bandar Lampung, Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung.
9

5. Penelitian Arif Sehfudin dengan judul Pengaruh Komunikasi Organisasi dan Motivasi Kerja
terhadap Kinerja Karyawan pada PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Semarang.”.
Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komunikasi organisasi dan motivasi
kerja terhadap kinerja karyawan pada PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Semarang.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dan wawancara.
Jenis penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil
penelitian komunikasi organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, dan
motivasi kerja terhadap karyawan. Sedangkan penelitian saya bertujuan untuk mengetahui
Manajemen Komunikasi Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Motivasi Kinerja Guru PAI
di SMA YP UNILA Bandar Lampung, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
H. Metode Peneltian
Penelitian dengan judul "Manajemen Komunikasi Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Motivasi
Kinerja Guru PAI di SMA YP UNILA Bandar Lampung", apabila dilihat dari jenis pengumpulan datanya
maka penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian kualitatif, dengan sumber data yang diperoleh
dengan menggunakan teknik penelitian lapangan (field research). Menurut Sugiyono terdapat empat
teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan
gabungan dari ketiganya.9 Pada jenis penelitian kualitatif ini posisi peneliti dilapangan adalah sebagai
instrument penelitian utama.
1. Sumber Data
Sumber data dalam sebuah penelitian merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh. 10 Sumber
data merupakan asal informasi yang diperoleh dalam kegiatan penelitian. Secara garis besar sumber data
terbagi ke dalam dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur dan teknik
pengambilan data yang dapat berupa wawancara, observasi, maupun penggunaan instrument pengukuran
yang khusus dirancang sesuai dengan tujuannya.
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan.Selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain.Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya
di bagi ke dalam kata- kata dan tindakan, sumber data tertentu. 11
Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Data Primer
1. Bapak Drs. H. Berchah Pitoewas, M.H. Sebagai Kepala Sekolah SMA YP UNILA Bandar
Lampung.
2. Ibu HJ. Sri Andayani, M.Pd.I.
3. Bapak Subakir, S.Ag
4. Ibu Siti Masruroh, S.Ag
5. Bapak Zaini Zein, S.Pd.I.

b) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain, dan telah terdokumentasikan,
sehingga peneliti tinggal menyalin data tersebut untuk kepentingan penelitiannya.12 Adapun yang akan
menjadi data sekunder dalam penelitian ini adalah data tentang latar belakang obyek penelitian,

9
Anis Fuad Kandung Sapto Nugroho, Panduan Praktis Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), 10
10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,( Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 129
11
Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, (Yogyakarta: Teras, 2011), 58
12
Zainal Mustafa EQ, Mengurai Variabel hingga Instrumentasi,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),9
10

foto-foto kegiatan pembelajaran, foto-foto mengenai prestasi siswa, struktur organisasi, nama-
nama guru, tenaga kependidikan dan kepegawaian, sarana prasarana, jumlah ekstrakurikuler,
serta kondisi sarana prasarana yang menunjang dalam proses kegiatan belajar mengajar.

2. Teknik Pengumpulan Data


a. Wawancara
Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden
secara langsung.13 Berdasarkan sifat pertanyaan wawancara dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Wawancara Terpimpin (Guide Interview)
Wawancara ini dilakukan dengan membuat pertanyaan-pertanyaan sebelum dilakukannya
wawancara. Pada saat wawancara peneliti membaca pertanyaan yang telah dibuat,
sekaligus untuk ceklist pertanyaan yang telah terjawab

2. Wawancara tidak terpimpin (Unguided Interview)


Wawancara ini diperuntukkan untuk peneliti yang sudah terbiasa mengajukan
pertanyaan, bertemu dengan siapa saja, sehingga tidak memerlukan catatan pertanyaan.
Namun ada kekurangannya yaitu pertanyaan tidak terfokus karena pertanyaan diajukan
secara spontan, juga kadang terjadi ada pertanyaan yang belum ditanyakan kepada
responden.

3. Wawancara Bebas Terpimpin (Controlled Interview)


Wawancara ini dilakukan dengan membaca pertanyaan yang telah dibuat sambil
menanyakan lebih dalam untuk mendapatkan data penelitian. Wawancara bebas terpimpin ini
sangat disarankan bagi para peneliti. Kelebihan teknik wawancara, yaitu fleksibel dalam hal
mengadaptasi, mengadopsi, dan mengubah pertanyaan. Terdapat dua teknik wawancara,
yaitu:14
a) Wawancara Tidak Terstrukstur (Unstructured Interview)
Dengan teknik wawancara ini, pewawancara tidak memasuki situasi wawancara
dengan urutan pertanyaan yang terencana untuk ditanyakan kepada responden. Tujuan
wawancara tidak terstruktur, yaitu membawa beberapa isu pendahuluan ke permukaan
agar peneliti dapa menentukan variable yang memerlukan investigasi mendalam lebih
lanjut.
b) Wawancara Terstruktur (Structured Interview)
Dengan teknik ini, wawancara dilakukan ketika diketahui permulaan informasi apa
yang diperlakukan. Pewawancara memiliki daftar pertanyaan yang direncanakan untuk
ditanyakan kepada responden, baik secara pribadi, melalui telepon, atau media PC.
Pertanyaan kemungkinan besar difokuskan pada faktor-faktor yang mengemuka selama
wawancara tidak terstruktur dan dianggap relevan dengan masalah.

Pada saat responden mengemukakan pendapatnya, maka pewawancara akan


mencatatnya. Degan pertanyaan yang sama akan diajukan kepada responden, akan tetap,
terkadang berdasarkan urgensi situasi. Dengan mengutip jawaban yang diberikan oleh

13
Ibid., 15
14
Ananta Wikrama Tungga, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014),69
11

responden maka pewawancara dapat mengajukan pertanyaan relevan lain sehingga akan
menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam.

Berikut wawancara yang saya lakukan dengan bebrapa guru pendidikan agama islam
di SMA YP UNILA

Bapak Subakir sebagai selaku guru yang mengampu mata pelajaran pendidikan
agama islam di SMA YP UNILA Bandar Lampung menuturkan sebagai berikut:

Dalam berkomunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru maupun
siswa-siswi disini itu memiliki kesan tersendiri mas, jadi misalnya beliau menyampaikan
informasi kepada guru itu maka beliau menyampaikannya dengan baik, bahasanya
santun dan beliau juga seperti memahami karakter guru-guru disini sehingga apa yang
disampaikan beliau bisa kami terima dengan baik, beliau pun tegas dan gak segan-segan
menegur bahkan memarahi guru jika melakukan kesalahan.

Pernyataan dari bapak Subakir juga diperkuat dengan pendapat yang disampaikan
oleh guru pendidikan agama islam lain yakni ibu Siti Masruroh yang ada di SMA YP
UNILA pernyataan yang disampaikan ibu Siti Masruroh sebagai berikut:

Bapak itu dalam menjalin hubungan komunikasinya baik mas dengan guru-guru dan
bapak itu paham betul dengan karakter guru-guru disini, jadi dalam berkomunikasi apa
yang disampaikan beliau mudah buat kita menerimanya, bapak juga tegas mas jika
bicara soal pendidikan dan pengajaran beliau banyak sekali memotivasi kami agar salalu
memberikan pengajaran yang berkualitas pada para siswa. Bapak sudah seperti orang tua
bagi saya dan guru-guru disini mas panutan yang sangat menginspirasi dan memotivasi.

b. Observasi
Observasi merupakan suatu metode pengukuran data untuk mendapatkan data primer, yaitu
dengan cara melakukan pengamatan langsung secara seksama dan sistematis, dengan menggunakan
alat indra (indra mata, telinga, hidung, tangan dan pikiran). Observasi juga dapat diartikan
pengamatan dari pencatatan sistematik mengenai fenomena-fenomena yang diteliti. 15

Kegiatan observasi ini dilakukan untuk mengamati kegiatan manajemen komunikasi kepala
sekolah yang ada di SMA YP UNILA Bandar Lampung. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
pelaksanaan manajemen komunikasi untuk meningkatkan motivasi kerja guru. Keunggulan dari
metode observasi ini adalah data yang diperoleh merupakan data yang segar dan keabsahan alat
ukur penelitian dapat diamatai secara langsung.

c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu cara pengumpulan data dengan menelusuri berbagai
referensi historis dan aktual yang berkaitan dengan fokus permasalahan sosial dan pendidikan
yang diteliti.16 Metode dokumentasi ini sumber informasinya berupa buku-buku tertulis atau
catatan, selanjutnya memindahkan bahan-bahan tertulis yang relevan pada lembaran-lembaran
isian yang telah disiapkan.17

15
Zainul Mustafa EQ, Mengurai Variabel Hingga Instrumentasi,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),94
16
Basiliatus Redan Werang, Pendekatan Kuantitatif dalam Penleitian Sosial,(Yogyakarta: Calpulis, 2015), 122
17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Rineka Cipta, 2006),231
12

d. Analisis Data
Analisis merupakan proses pemecahan data menjadi komponen-komponen yang lebih kecil
berdasarkan elemen dan strnktur tertentu. Analisis data kualitatif adalah proses mencari serta
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lainnya sehingga mudah dipahami agar dapat diinformasikan kepada orang lain.
Tujuan akhir analisis data kualitatif adalah untuk memperoleh makna, menghasilkan pengertian-
pengertian, konsep-konsep serta mengembangkan hipotesis atau teori baru. Analisis data
penelitian kualitatif dilakukan dengan mngorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-
unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang
akan dikaji dimulai sejak sebelum peneliti memasuki lapangan, dilajutkan pada saat peneliti
berada dilapangan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas sehingga
datanya valid.18

Proses penelitian data kualitatif ini terbagi menjadi tiga, adapun prosesnya yaitu:
1) Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses memilah dan memilih, menyederhanakan data
yang terkait dengan kepentingan penelitian saja, abstraksi transformasi data-data kasar dari
field notes (catatan lapangan).
Tahapan dari reduksi data adalah memilah dan memilih data yang pokok, fokus pada
hal-hal yang penting, mengelompokkan data sesuai dengan tema, membuat ringkasan,
memberi kode, membagi data dalam partisipasi-partisipasi dan akhirnya di analisis sehingga
terlihat pola-pola tertentu.
2) Penyajian Data (Display Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data. Penyajian
data adalah proses pengumpulan informasi yang disusun berdasarkan kategori atau
pengelompokan-pengelompokan yang diperlukan display dalam penelitian kualitatif bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sebagainya.
Menurut Miles and Huberman menyatakan yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Selain
dalam bentuk naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, dan chart.
3) Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif yakni penarikan kesimpulan. Penarikan
kesimpulan merupakan proses perumusan makna dari hasil penelitian yang diungkapkan
dengan kalimat yang singkat-padat dan mudah difahami, serta dilakukan dengan cara
berulangkali melakukan peninjauan mengenai kebenaran dari penyimpulan itu, khususnya
berkaitan dengan relevansi dan konsistensinya terhadap judul, tujuan dan perumusan masalah
yang ada.19

e. Pengecekan Keabsahan Data


Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu
subyektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian
yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika
dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa control, dan sumber data kualitatif yang kurang
kredibel akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan teknik pemeriksaan

18
Danu Eko Agustino, Memahami Metode Penelitian KualitatiftTeori & Praktik, (Yogyakarta: Calpulis, 2015), 63
19
Ibid,.,65
13

keabsahan/validitas data. Validitas membuktikan hasil yang diamati sudah sesuai dengan kenyataan
dan memang sesuai dengan yang sebenarnya atau kejadiannya.

Untuk menentukan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik


pemeriksaan didasarkan sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu:
1. Credibility (Derajat Kepercayaan)
Kriteria ini berfungsi: pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga
tingkat kepercayaan penemuannya dapat tercapai. Kedua, mempertunjukan derajat
kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan
ganda yang sedang diteliti.
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai
kejenuhan pengumpulan data tercapai. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan
memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. 20 Untuk itu
keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data, sehingga diperlukan
perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian.
b. Triangulasi
Triangulasi merupakan salah satu proses yang harus dilalui oleh seorang peneliti
disamping proses lainnya, dimana proses ini menentukan aspek validitas informasi yang
diperoleh untuk kemudian disusun dalam suatu penelitian. Triangulasi dapat
dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu: triangulasi sumber, triangulasi pengumpulan data
dan triangulasi waktu.
1) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. 21 Dalam
triangulasi sumber yang terpenting adalah mengetahui adanya alasan-alasan
terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut. Misalnya, membandingkan hasil
pengamatan yang diperoleh melalui wawancara, dengan dokumen-dokumen yang
ada. Dengan demikian triangulasi sumber berarti membandingkan (mengecek ulang)
informasi yang telah diperoleh melalui sumber yang berbeda.
2) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik merupakan cara yang dilakukan untuk menguji kredibilitas data
yang dilakukan dengan cara menegcek data kepada sumber data sama dengan teknik
yang berbeda.
3) Triangulasi Waktu
Triangulasi dalam pengujian keabsahan data ini diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Tringulasi waktu
juga sering mempengaruhi kredibilar data. Data yang dikumpulkan dengan teknik
wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah,
akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.
2. Transferability (Keterealihan)
Transferability berkaitan dengan sejauh mana hasil penelitian dapat diterapkan atau
digunakan dalam situasi lain. 22 Oleh karena itu, agar orang lain dapat memahami hasil

20
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2011), 329
21
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif,Kualitatif,dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2016), 274
22
Nusa Putra, Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), 105
14

penelitian dan ada kemungkinan menerapkannya, maka peneliti harus membuat laporan
secara rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.
Dari sebuah perspekyif kualitatif trasferbilitas adalah tanggungjawab seseorang
dalam melakukan generalisasi. Orang yang ingin mentransfer hasil penelitian pada konteks
yang berbeda bertanggungjawab untuk membuat keputusan tentang bagaimana transfer
tersebut dapat masuk akal.23
3. Dependability (Kebergantungan)
Dalam penelitian kualitatif uji dependabilitas adalah audit keseluruhan proses
penelitian. Terkadang suatu penelitian kualitatif ada beberapa peneliti melakukan
kecurangan, tidak pernah turun ke lapangan namun memiliki data. Seolah-olah peneliti
mendapatkan data setelah melalui semua tahapan atau proses penelitian.

Uji dependabilitas sesungguhnya sering dilakukan ketika peneliti diuji dalam


seminar hasil penelitian, sidang skripsi, tesis maupun disertasi. Secara internal uji
dependabilitas dilakukan oleh pembimbing atau promotor penelitian.

4. Confirmability (Kepastian)
Uji konfirmabilitas hampir sama dengan uji dependability, yaitu menguji hasil
penelitian dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Menguji konfirmabilitas berarti menguji
hasil penelitian yang berkaitan dengan proses yang dilakukan. 24 Penelitian ini bisa dikatakan
memenuhi standar konfirmabilitas, apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses
penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian kualitatif kriteria kepastian atau objektivitas
hendaknya harus menekankan pada datanya bukan pada orang atau banyaknya orang.
Selain uji dependability, uji konfirmabilitas juga perlu dilakukan dalam penelitian
kualitatif. Uji konfirmabilitas dilakukan secara bersamaan dengan uji dependabilitas. Yang
mebedakan adalah mempertanyakan seberapa obyektif peneliti memperlakukan data, apakah
melakukan manipulasi data atau tidak.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan memperoleh gambaran jelas mengenai isi penulisan proposal ini, maka
penulis secara umum memberikan gambaran sitematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, terdiri dari: Penegasan Judul, Latar Belakang Masalah, Fokus dan Sub
Fokus Penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian Penelitian
Terdahulu yang Relevan, Metode Penelitian, Sistematika Pembahasan.

BAB II Landasan Teori, terdiri dari: Manajemen Komunikasi, Pengertian Kepala Sekolah,
Motivasi Kinerja Guru PAI.

BAB III Deskripsi Objek Penelitian, terdiri dari: Gambaran Objek Umum Penelitian,
Penyajian Fakta dan Data Penelitian, Deskripsi Penelitian.

BAB IV Analisis Data Penelitian, terdiri dari: Analisis Data Penelitian, Temuan Penelitian,
Korelasi Teori Manajemen Komunikasi dengan Temuan Penelitian.

BAB V Kesimpulan berisi kesimpulan dari hasil penelitian.

23
Danu Eko Agustino, Memahami Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik, (Yogyakarta: Calpulis, 2015),46
24
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2016), 277
15

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Manajemen Komunikasi

Pemahaman mengenai manajemen komunikasi harus dapat dikuasai oleh manajer yang memikul
tanggungjawab penuh atas proses organisasi. Manajemen komunikasi diimplementasikan dalam suatu
lembaga berdasarkan fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling.
Manajemen telah memenuhi syarat sebagai sebuah ilmu sebab tersusun secara sistematis dan teratur,
dapat dipelajari dan diajarkan menggunakan metode-metode ilmiah serta merupakan suatu teori,
objektif dan rasional. Kata manajemen berasal dari kata kerja "to manage" yang berarti mengurus,
mengatur mengemudikan, mengendalikan, menangani, mengelola, menyelenggarakan, menjalankan,
melaksanakan, dan memimpin. 25 Manajemen itu sendiri berasal dari dari bahasa Latin, yaitu dari kata
manus yang berarti tangan dan agree (melakukan). Manager diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris to
manage (kata kerja), management (kata benda), dan manager untuk orang yang melakukannya. 26
Menurut Made Pidarta menjelaskan bahwa, manajemen ialah proses mengintegrasikan sumber-sumber
yang tidak berhubungan menjadi sistem total untuk menyelesaikan suatu tujuan. Sedangakan menurut
Ricky W. Griffin, manajemen adalah proses perencanaan, organisasi, koordinasi, dan kontrol pada
sumber daya agar tujuan tercapai secara efektif dan efisien. Efektif di sini maksudnya tujuan tercapai
sesuai rencana, dan efisien berarti bahwa manajemen dilakukan secara cermat, terorganisir, dan tepat
waktu.

Manajemen dalam arti sempit berarti penegelolaaan. Sedangkan manajemen dalam arti luas
berarti perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan (P3) sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
secara efektif dan efisien. Dalam proses interaksi antara individu satu dengan yang lainnya terjadi
komunikasi dalam rangka penyampaian informasi. Keterampilan komunikasi yang dilakukan oleh
seorang kepala sekolah merupakan suatu hal yang mutlak yang harus dimiliki oleh seorang kepala
sekolah. Kepala sekolah harus mampu menjalin komunikasi yang baik dengan sesama guru, pegawai,
siswa, dan masyarakat. Sepanjang hari dalam pelaksanaan tugasnya kepala sekolah harus berkoordinasi
dengan lainnya. Maka dari itu komunikasi yang baik harus dilakukan oleh seorang kepala sekolah demi
tercapainya tujuan lembaga yang dipimpin.27

Menurut Oteng Sutisna "Komunikasi ialah proses menyalurkan informasi, ide, penjelasan,
perasaan, pertanyaan dari orang ke orang lain atau dari kelompok ke kelompok. Ia adalah proses
interaksi antara orang-orang atau kelompok- kelompok yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan
perilaku orang-orang dan kelompok-kelompok didalam suatu organisasi". Menurut Effendy,
komunikasi merupakan upaya yang sistematis untuk mengubah sikap atau perilaku orang lain.
"Communications is the process by which an individual, the communicator, transmits stimulus (usualy
verbal symbols) to modify, the behavior of other individual. 28

Komunikasi menurut Hovland, Janis dan Kelley memiliki pengertian yaitu proses individu
mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain.

25
Imam Machali, H. Noor Hamid, Pengantar Manajemen Pendidikan Islam, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2017),5.
26
Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, (Bandung: Agnini Bandung, 2004), 1.
27
Alben Ambarita, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), 92
28
Dasrun Hidayat, Komunikasi Antar Pribadi dan Medianya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), 22-23.
16

Sedangkan menurut Forsdale, komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan
tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara, dan diubah. 29 Jadi, dapat
diartikan komunikasi merupakan proses penyampaian dan penerimaaan pesan dari satu orang kepada
orang lain, baik langsung maupun tidak langsung, secara tertulis, lisan maupun bahasa nonverbal.
Dengan demikian secara sederhana dapat dikatakan bahwa seseorang yang berkomunikasi mengharapkan agar
orang lain ikut serta berpartisipasi atau bertindak sesuai dengan harapan dan isi pesan yang disampaikan.

Menurut Parag Diwan, manajemen komunikasi adalah proses penggunaan berbagai sumber daya
komunikasi secara terpadu melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan
unsur-unsur komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Antar Venus manajemen
komunikasi adalah proses pengelolaan sumber daya komunikasi yang ditujukan untuk meningkatkan
kualitas dan efektivitas pertukaran pesan yang terjadi dalam berbagai konteks komunikasi. Konteks
komunikasi yang dimaksud disini berarti tataran komunikasi individual, interpersonal, organisasional,
governmental, sosial.

Manajemen komunikasi sangat identik dengan interaksi sosial. Ada kalanya kita harus mampu
untuk memposisikan diri dengan tepat dalam situasi tertentu, kita juga harus mampu menghadapi dan
menjalin kerjasama dengan orang lain tanpa mencampurnya dengan urusan pribadi. Ini merupakan
sebagian alasan diperlukannya sikap professional dalam diri anda masing-masing. Manajemen komunikasi
berada di dalam dan diantara sistem sosial. Manajemen komunikasi meliputi P4I (Penerimaan, Pengolahan,
Penyimpanan, dan Penyampaian Informasi) dalam sub-sub sistem sosial, diantaranya adalah individu,
kelompok, organisasi, massa, dan masyarakat.

Konsep manajemen dalam perspektif ilmu komunikasi pada hakikatnya dipahami sebagai proses
memengaruhi orang lain. Selain itu, konsep dari manajemen komunikasi juga memberi saran kepada kita
bahwa kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik bukan hanya sebagai hal yang sudah melekat
dalam diri kita saja, melainkan sebagai suatu hal yang dapat kita pelajari dan kita kembangkan. Sebagai
contohnya, kita dapat meningkatkan kemampuan kita dalam berkomunikasi agar dapat menjadi seorang
komunikator yang memiliki kredibilitas. Disinilah letak kegunaan mempelajari manajemen komunikasi,
yaitu agar kita dapat lebih mengerti bagaimana seharusnya berkomunikasi dengan orang lain, sehingga
komunikasi yang terjadi merupakan komunikasi yang efektif. Komunikasi merupakan suatu proses yang
mempunyai komponen dasar sebagai berikut: pengirim pesan, pesan dan penerima pesan. 30 Semua
proses manajer melibatkan proses komunikasi. Proses komunikasi dapat dilihat pada skema berikut ini

29
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2011),2
30
Bakri Yusuf dan Harnina Ridwan, Manajemen Komunikasi dalam Pengelolaa Informasi Pembangunan Daerah,Jurnal
Komunikasi hasil Pemikiran danPenelitian Program Study Ilmu Komunikasi, Universitas Garut, Vol.4, No. 1, Tahun 2018, 53.
17

Skema 2.1

Pengirim
Pesan

Umpan
Pesan
Balik

Efek Media

Penerima
Pesan

Keterangan:

a) Sumber Pengirim Pesan (Komunikator)


Komunikator adalah penyampai atau penyebar pesan. Komunikator dapat berupa individu
yang sedang berbicara atau menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar,
radio, televisi, dan sebagainya. Dalam komunikasi, komunikator dapat menjadi komunikan, dan
sebaliknya komunikan dapat menjadi komunikator .Menurut hemat peneliti siapa yang
memberikan pesan dialah komunikatornya. Suryanto menjelaskan beberapa syarat yang perlu
diperhatikan oleh seorang komunikator yaitu sebagai berikut:
a. Memiliki kedekatan dengan khalayak.
b. Memiliki kesamaan dan daya tarik sosial serta fisik.
c. Kesamaan yang meliputi gender, pendidikan, umur, agama, latar belakang sosial,
ras,hobi dan kemampuan bahasa.
d. Memiliki dan dikenal kredibilitasnya dan otoritasnya.
e. Pandai dalam cara penyampaian pesan.
f. Dikenal status, kekuasaan dan kewenangannya.
b) Pesan
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator kepada penerima
atau komunikan. Pesan hendaknya berisi inti pesan (tema) sebagai pengaruh didalam mencoba
mengubah sikap dan tingkah laku komunikan.Pesan dapat disampaikan secara panjang lebar,
namun perlu diperhatikan dan diarahkan pada tujuan akhir dari komunikasi. Menurut Suryanto
pesan yang disampaikan akan tepat dan mengenai sasaran, memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Pesan harus direncanakan dengan baik (disiapkan) serta sesuai dengan kebutuhan.
b. Artiunya: “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka, yang mereka khawatirkan
terhadap (kesejahteraannya)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada
Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar (qaulan
18

sadida)”.Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta
menimbulkan kepuasan. 31

Adapun bentuk pesan meliputi tiga hal yaitu; informatif, persuasif dan koersif. Informatif
yaitu pesan yang ditujukan untuk memberikan keterangan fakta dan data kemudian komunikan
mengampil kesimpulan dan keputusan sendiri. Persuasif yaitu pesan yang ditujukan untuk
membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa yang disampaikan akan mengubah
sikap penerima pesan. Perubahan ini diterima bukan karena paksaan melainkan atas kesadaran
dan keterbukaan. Koersif yaitu pesan yang bersifat memaksa dan menggunakan sanksi-sanksi.
Koersif berbentuk perintah atau instruksi untuk penyampaian suatu target.

Dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita dapat menemukan beberapa jenis
gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika
komunikasi Islam, yaitu:

1. Qaulan Sadida (perkataan yang benar, jujur)

QS. An-Nisa ayat 9

            

  

Artiunya: “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka, yang mereka khawatirkan terhadap
(kesejahteraannya)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah
mereka berbicara dengan tutur kata yang benar (qaulan sadida)”.

2. Qaulan Baligha (tepat sasaran, komunikatif,, mudah dimengerti)

QS. An-Nisa ayat 63

  
  
  
  
     
 
 
 
  
   
 
  
   
       
  
    
 
   
     

    


  

Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan
katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”.

31
Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), 172
19

c) Media
Media adalah perantara dalam penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan
yang bertujuan untuk efisiensi penyebaran informasi atau pesan tersebut. Menurut Suryanto
media komunikasi memiliki beberapa fungsi yaitu: 1) Efektifitas yaitu mempermudah kelancaran
penyampaian informasi, 2) Efisiensi yaitu mempercepat penyampaian informasi, 3)Konkret yaitu
membantu mempercepat isi pesan yang bersifat abstrak, 4)Motivatif yaitu menambah semangat
untuk melakukan komunikasi.32
d) Penerima Pesan (Komunikan)
Komunikan adalah penerima pesan yang sekaligus merupakan tujuan dari proses komunikasi.
Adapun syarat komunikan sebagai faktor penyebab keberhasilan komunikasi yang patut diperhatikan
ialah kerangka pengetahuan dan lingkup pengalaman. Penerima pesan dapat digolongkan dalam
tiga jenis, yakni personal, kelompok, dan massa. Hal tersebut penting karena jika seorang
komunikan tidak cukup memiliki pengetahuan dan pengalaman komunikator harus lebih pandai
untuk bisa membuat pesan itu sampai dan dimengerti oleh komunikan
e) Efek
Efek adalah perubahan yang terjadi dipihak komunikan atau tujuan setelah menerima
pesanmenjelaskan bahwa efek merupakan akhir dari proses komunikasi, yaitu sikap dan tingkahlaku
orang yang dijadikan sasaran komunikasi, sesuai atau tidak sesuai dengan yang dilakukan. Jika sikap
dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang diinginkan komunikan maka komunikasi dapat
dikatakan berhasil, demikian pula sebaliknya.
f) Umpan Balik
Umpan balik ialah tanggapan yang diberikan oleh komunikan oleh seorang komunikator.
Umpan balik yang ditimbulkan dalam proses komunikasi memberikan gambaran kepada
komunikator tentang hasil komunikasi yang dilakukannya. Umpan balik merupakan elemen yang
dapat menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya komunikasi
Selain itu terdapat delapan prinsip yang perlu dilakukan agar komunikasi bisa dikerjakan
dengan efektif, yaitu sebagai berikut:
a. Berpikir dan berbicara dengan jelas.
b. Ada sesuatu yang penting untuk disampaikan.
c. Ada tujuan yang jelas.
d. Penguasaan terhadap masalah.
e. Pemahaman proses komunikasi dan penerapannya dengan konsisten.
f. Mendapatkan empati dari komunikan.
g. Selalu menjaga kontak mata, suara yang tidak terlalu keras, serta menghindari ucapan
pengganggu.
h. Komunikasi harus direncanakan (apa yang ingin dikomunikasikan, siapa komunikan
yang dituju, buatlah skenario yang jelas, dan hendaknya mempersiapkan diri agar
menguasai masalah). 33
1. Tujuan dan Manfaat Komunikasi
Tujuan dan manfaat komunikasi adalah sebagai sarana untuk:
a) Meningkatkan kemampuan manajerial dan hubungan sosial.
b) Menyampaikan dan atau menerima informasi.
c) Menyampaikan dan menjawab pertanyaan.

32
Ibid, 187-188
33
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam,
(Jakarta:Erlangga,2007), 255.
20

d) Megubah perilaku (pola pikir, perasaan, dan tindakan) melalui perencanaan,


pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.
e) Mengubah keadaan sosial. 34
f) Saran untuk menyampaikan perintah, pengarahan, pengendalian, pengkoordinasian, dan
pengambilan keputusan.
2. Proses Manajemen Komunikasi
Berikut ini penjelasan tentang manajemen komunikasi kepala sekolah untuk meningkatkan
motivasi kinerja guru, diantaranya:
a) Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan fungsi yang paling awal dari keseluruhan fungsi manajemen
sebagaimana banyak dikemukakan oleh para ahli. Perencanaan adalah proses kegiatan yang
menyiapakan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu. Perencanaan meliputi beberapa hal, diantara lain: penetapan tujuan-tujuan organisasi,
perkiraan lingkungan (sumber keberhasilan dan hambatan) sejauhmana tujuan-tujuan dan
maksud itu harus dicapai, penentuan pendekatan yang akan mencapai tujuan-tujuan dan maksud
itu.
Perencanaan dalam manajemen komunikasi ini diawali dengan memahami orang yang
akan diberikan informasi dan menguasai informasi atau masalah apa yang hendak disampaikan
kepada komunikan, sehingga dalam penyampaiannya tidak mengalami hambatan dan komunikan
dapat menerima informasi tersebut dengan baik dan dapat dipahami oleh komunikan.
b) Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan lanjutan dari fungsi perencanaan dalam sebuah manajemen.
Pengorganisasian bisa dikatakan sebagai "urat nadi" bagi seluruh organisasi atau lembaga, oleh
karena itu pengorganisasian sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya suatu organisasi atau
lembaga, termasuk didalamnya lembaga pendidikan. Terry menjelaskan bahwa pengorganisasian
merupakan kegiatan dasar manajemen. Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan
menyusun semua sumber yang disyaratkan dalam rencana, terutama sumber daya manusia
dengan sedemikian rupa sehingga kegiatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien. Dengan pengorganisasian, orang-orang dapat disatukan
dalam satu kelompok atau lebih untuk melakukan berbagai tugas. Tujuan pengorganisasian
adalahuntuk membantu orang-orang bekerjasama secara efektif dalam wadah organisasi/lembaga.35
Pengorganisasian, dalam hal ini kepala sekolah harus mengetahui dan memahami kepada siapa
informasi tersebut akan disampaikan, sehingga informasi yang akan disampaikan tepat kepada
orang yang bersangkutan, dalam hal pelaksanaan. Sehingga nantinya hal-hal yang sudah
direncanakan dapat terlaksana dengan baik. Selain itu pemilihan media yang digunakan maupun situasi
pada saat penyampaian informasi berlangsung juga berpengaruh terhadap hasil akhir dari proses
penyampaian informasi yakni pada saat penerimaan umpan balik.
c) Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan adalah salah satu fungsi manajemen yang berfungsi untuk merealisasikan
hasil perencanaan dan pengorganisasian. Actuating dalam organisasi dapat diartikan sebagai
keseluruhan proses pemberian motif bekerja kepada para bawahan dengan sedemikian rupa
sehingga mereka bersedia bekerja secara sungguh-sungguh demi tercapainya tujuan organisasi.
Cara melakukannya dapat dengan memanfaatkan beberapa media seperti papan pengumuman,

34
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 30.
35
Sudjana, Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Non Formal dan Pengembangan SDM, (Bandung:
FalahProduction, 2004), 106
21

pertemuan, seminar, rapatkerja dan lain sebagainya. 36 Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam proses komunikasi, yaitu:
1) Faktor-faktor psikologis, seperti kepercayaan diri, rasa curiga, ketakutan dan
peasaan/emosi yang lain.
2) Perencanaan komunikasi, meliputi tujuan, media yang akan digunakan dan pemilihan
waktu berkomunikasi yang tepat agar dapat meningkatkan pemahaman dan
menghindari penolakan terhadap perubahan.
3) Seleksi bahasa, kata-kata dan istilah yang diekspresikan.
4) Rentang komunikasi yang ditempuh. Semakin panjang rentang komunikasi, maka
akan semakin rentan terjadi miskomunikasi.
5) Pengaturan arus komunikasi dan recording, jika perlu untuk mengurangi beban
komunikasi yang berlebihan.
6) Listening, menghendaki adanya perhatian penuh dan swadisiplin (menguasai diri). 37
d) Pengawasan (Controling)

Pengawasan adalah keseluruhan aktifitas mengawasi, memeriksa, mencocok-kan, dan


mengendalikan segenap kegiatan agar berlangsung sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan
hasil yang dikehendaki. Pengontrolan dengan demikian tidaklah semata-mata dimaksudkan untuk
menemukan dan membetulkan kesalahan-kesalahan melainkan justru untuk mencegah terjadinya
kekeliruan atau penyimpangan-penyimpangan yang sebetulnya dapat dihindarkan sebelum
terlambat. Dalam manajemen komunikasi pengawasan berguna untuk mengetahui bagaimana
respon guru setelah diberi pesan atau informasi oleh kepala sekolah apakah dapat diaksankan
dengan baik atau tidak. 38

3. Jenis-jenis Komunikasi
Menurut Terry pada suatu manajemen terdapat lima jenis komunikasi, yaitu:39
a) Komunikasi Formal
Komunikasi yang dilakukan dalam jalur organisasi formal yang memiliki wewenang dan
tanggungjawab, misalnya: instruksi dalam bentuk tertulis dan lisan sesuai dengan prosedur
secara fungsional yang berlaku dari atas ke bawah atau sebaliknya.

b) Komunikasi Non Formal


Komunikasi yang tidak membutuhkan pengaturan khusus dan biasanya terjadi secara
spontan. Jenis komunikasi ini umumnya terjadi secara spontan. Misalnya memberikan
masukan terkait tugas dan tanggungjawab dalam pekerjaan.
c) Komunikasi Informal
Komunikasi yang dilakukan untuk membicarakan hal-hal diluar pekerjaan.Jenis
komunikasi ini lebih menekankan pada hubungan antar manusianya. Misalnya dua orang
karyawan yang saling menceritakan tentang kehidupan pribadi diluar pekerjaan.
d) Komunikasi Teknis

36
Ibid.,471.
37
M. Chazienul Ulum, Perilaku Organisasi Menuju Orientasi Pemberdayaan, (Malang: UB Press, 2016),85
38
Hikmat, Manajemen Pendidikan, Cet. III, (Bandung: Pustaka Setia, 2014),138.
39
Nasution, Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan, Konsep, Fenomena, dan Aplikasinya, (Malang: UMM
Press,2006), 19-20
22

Komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan strategi tertentu. Misalnya seorang


manajer pemasaran menjelaskan cara teknis dalam melakukan pemasaran melalui media
sosial.
e) Komunikasi Prosedural
Komunikasi yang diterapkan untuk membuat suatu pelaporan kinerja perusahaan.

Sedangkan komunikasi dalam manajemen menurut Onong dibagi menjadi dua yaitu:40

1) Komunikasi Internal
Komunikasi Internal yaitu komunikasi yang berada didalam orgarnisasi secara timbal
balik. Komunikasi ini dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Komunikasi Vertikal
Komunikasi dari bawahan kepada pimpinan secara timbal balik. Dalam komunikasi
vertikal, pemimpin memberikan instruksi, petunjuk, informasi dan penjelasan kepada
bawahannya. Dalam komunikasi bawahan kepada pimpinan, bawahan memberikan
laporan, saran serta pengaduan kepada pimpinan.
Komunikasi dua arah secara timbal balik tersebut dalam organisasi penting sekali
karena jika hanya salah satu arah saja dari pimpinan kepada bawahan, roda organisasi
tidak akan berjalan dengan baik.
b. Komunikasi Horizontal
Komunikasi secara mendatar antara karyawan dengan karyawan, guru/ dosen/ ustadz
dan siswa/santri. Berbeda dengan komunikasi vertikal yang sifatnya lebih formal. Mereka
berkomunikasi satu sama lain bukan pada waktu mereka sedang bekerja, melainkan pada
saat waktu-waktu luang.
c. Komunikasi Diagonal
Komunikasi dalam organisasi antara yang berbeda kedudukannya, seperti komunikasi
pimpinan divisi dengan anggota lain.
2) Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal, yaitu komuikasi antara organisasi dengan publik di luar
organisasi. Dalam hal ini dibagi menjadi dua jalur yang berlangsung secara timbal balik
yaitu komunikasi dari organisasi ke khalayak luar atau dari khalayak luar ke organisasi. 41
Komunikasi harus mendapat perhatian semaksimal mungkin.Akibat manajemen
komunikasi yang baik ini, diharapkan bukan hanya berfungsi menghindari salah faham,
ketersinggungan bahkan permusuhan, melainkan bisa mengharmoniskan pergaulan sosial
maupun hubungan kerja sehingga kondusif memajukan lembaga pendidikan.

4. Proses Pemberian Informasi


Istilah proses dalam komunikasi pada dasamya menjelaskan tentang bagaimana
komunikasi itu berlangsung melalui berbagai ta hapan yang dilakukan secara terus
menerus, berubah-ubah, dan tidak ada hentinya dalam rangka penyampaian pesan. Proses
komunikasi ini merupakan proses yang timbal balik karena antara si pengirim dan si penerima
pesan saling mempengaruhi satu sama lainnya.
Dalam menyampaikan informasi hams memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Menarik perhatian terhadap komunikasi

40
Chusnul Chotimah, Manajemen Public Relations Integratif, (Tulungagung: STAIN Tulungagung Press, 2013),87
41
Onong Uchajana Effendy,Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Rosda Karya, 2007),l 23
23

b) Mendapatkan penerimaan pesan


c) Mengusahakan agar pesan ditafsirkan sebagaimana diharapkan
d) Menyimpan pesan untuk penggunaan selanjutnya.

Didalam pemberian informasi terkadang terkesan membosankan dan ada pula yang
menyenangkan, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, yaitu:

a) Pribadi Komunikan
Pada aspek pribadi ini ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan: pribadiharus
pandang secara kesatuan yang utuh, pribadi itu dinamis, setiap pribadi mempunyai nilai
sendiri, setiap pribadi itu unik, dan pribadi itu sukar dinilai.
b) Arti Kata atau Kalimat
Setiap orang mengartikan kata sesuai dengan pengalaman hidupnya. Maka dalam
berkomunikasi, kata-kata kunci harus dijelaskan secara rinci dengan contohnya.
c) Konsep Diri
Ketepatan memahami konsep diri itu sangat membantu dalam efektivita s
komunikasi.
d) Empati
Hal ini perlu diperoleh dari orang lain sehingga komunikasi bias efektif karena ada
kesamaan sudutpandang antara komunikator dengan komunikan.
e) Umpan Balik
Komunikator dalam berkomunikasi perlu mendapatkan umpan balik dari komunikan
untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kesalahan/perbedaan tafsir. 42

5. Media Komunikasi
Media komunikasi merupakan sarana yang digunakan untuk memproduksi, mengolah,
reproduksi, serta mendistribusikan untuk menyampaikan sebuah informasi.Media komunikasi
sangat berperan penting untuk kehidupan seluruh masyarakat.Dengan sederhana, media
komunikasi merupakan perantara dalam menyampaikan sebuah informasi dari komunikator
kepada komunikan yang memiliki tujuan agar efisien dalam menyebarkan pesan atau informasi.
Adapun pengertian media komunikasi menurut para ahli daintaranya Leslie J. Briggs
menurutnya meedia adalah alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi,
dapat berupa buku, video recorder, tape recorder, kaset, video kamera, gambar, grafik, televisi
atau komputer. Menurut National Education Asociation (NEA). Media adalah sarana
komunikasi, baik dalam bentuk cetak maupun audio visual. Mencakup teknologi perangkat lunak
dan perangkat kerasnya. Menurut Santoso S. Hamijaya. Media adalah segala bentuk perantara
yang dipakai seseorang untuk menyebarkan ide, agar ide tersebut sampai pada penerimanya. Dari
beberapa pengertian tentang media komunikasi diatas dapat disimpulkan bahwa media
komunikasi adalah sarana yang digunakan untuk membantu komunikator menyampaikan
informasi kepada komunikan agar informasi yang disapaikan dapatditerima dengan baik
contohnya seperti menggunakan media elektronik saat rapat seperti komputer/laptop dan
proyektor untuk menyampaikan informasi.

42
Mujamil Qomar,Manajemen Pendidikan Islam, Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam ( Jakarta:
Erlangga, 2007), 23
24

Terdapat beberapa macam media komunikasi dalam organisasi.Media adalah alat atau
sarana yang di gunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan
(khalayak). Media komunikasi yang digunakan dalam organisasi antara lain adalah:
a) Media Antar Pribadi
Media komunikasi antar pribadi salah satunya adalah telepon. Sejak temukannya
teknologi seluler, penggunaan telepon genggam (handphone) semakin marak dikalangan
anggota masyarakat. Ini pertanda bahwa telepon seluler tidak lagi di maksudkan sebagai
simbol prestise, melainkan lebih banyak digunakan untuk kepentingan bisnis, kantor,
organisasi dan urusan keluarga.
b) Media Kelompok
Dalam aktivitas komunikasi yang melibatkan khalayak lebih dari 15 orang, maka
media komunikasi yang lebih banyak digunakan media kelompok.Misalnya rapat, seminar
dan konferensi.Rapat biasanya digunakan untuk membicarakan hal-hal penting yang di
hadapi oleh suatu organisasi. Media kelompok banyak digunakan dalam bentuk organisasi
profesi, organisasi olahraga, pengajian, arisan, dan organisasi lainnya. 43

6. Strategi dan Efektifitas Komunikasi


Strategi komunikasi yang merupakan panduan perencanaan komunikasi dengan manajemen
komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini harus mampu
menunjukkan bagaimana operasional praktis yang harus dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan
bisa berbeda-beda sewaktu-waktu tergantung pada situasi dan kondisi.
Menurut Byrne sebagaimana dikutip oleh Brannan mendefinisikan strategi sebagai sebuah
pola yang mendasar dari sasaran yang berjalan dan yang direncanakan, penyebaran sumber daya
dan interaksi organisasi dengan pasar (khalayak umum), pesaing dan faktor-faktor
lingkungan.Effendi juga menjelaskan bahwa strategi pada hakekatnya merupakan perencanaan
(planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut
Littlemore dalam The Communicative Effectiveness of Diferent Types of Communication Strategy
menjelaskan bahwa strategi komunikasi merupakan langkah-langkah yang harus diambil di
dalam meningkatkan efektifitas komunikasi.44
Guna memudahkan dalam memahami strategi perlu kiranya dijelaskan beberapa istilah kata
yang identik dengan strategi diantaranya ialah, metode dan taktik. Metode ialah cara yang teratur
dan sistematis untuk pelaksanaan suatu cara kerja agar tercapai hasil yang diharapkan. Sedangkan
taktik ialah tahap-tahap atau langkah-langkah tertentu yang dipakai untuk melaksanakan strategi.
Jika manajemen sudah merumuskan tujuan dan strateginya, maka ia berada dalam posisi untuk
menentukan taktik. Dengan demikian maka dapat dipahami bahwa metode ruang lingkupnya ebih
luas dibandingkan dengan strategi. Hal ini dikarenakan strategi sudah masuk pada wilayah
perencanaan yang didukung dengan manajemen, sedangkan metode baru pada wilayah
pembuatan cara yang tersistematis. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa metode sebagai
kerangka besar sedangkan strategi adalah bentuk turunan dari kerangka besar tersebut. 45
Adapun taktik lebih bersifat spesifik karena sudah pada tataran praktik atau pelaksanaan
sebuah strategi. Artinya metode dan strategi cenderung bersifat permanen sedangkan taktik bisa
berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisi tapi tanpa keluar dari kerangka besar metode dan
strategi. Menurut peneliti hal ini dikarenakan metode memiliki target tujuan secara umum,

43
HendyTannady, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Expert, 2017), 205-205
44
Sondang Siagian, Manajemen Strategi, (Jakarta:Bumi Aksara, 2014), 45
45
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, 2015), 167
25

sedangkan strategi sebagai tahapan langkah untuk mewujudkannya, adapun taktik sebagai sebuah
langkah akhir dalam pelaksanaan sebuah rencana akan tetapi pada ruang lingkup yang lebih kecil
namun menunjang keberhasilan dalam mencapai tujuan besar atau umum.
Terdapat beberapa strategi yang harus diketahui dalam berkomunikasi yaitu:
a) Mengenali Sasaran Komunikasi
Sebelum melakukan komunikasi, kita perlu mempelajari person atau individu yang
akan menjadi sasaran komunikasi tersebut untuk memudahkan pemimpin dalam memilih
media penyampaian agar pesan yang dismapikan dapat diterima dengan baik oleh
bawahannya.
b) Pemilihan Media Komunikasi
Media komunikasi sangat beragam, mulai dari yang tradisional sampai dengan yang
modern. Maka untuk mencapai sasaran komunikasi, kita bisa memilih salah satu atau
menggabungkan beberapa media,tergantung pada tujuanyang akan dicapai,pesan yang akan
disampaikan, dan teknik yang akan dipergunakan.
c) Pengajian Tujuan Komunikasi
Pesan komunikasi yang akan disampaikan memiliki suatu tujuan tertentu, sehingga
hal tersebut mempengaruhi media serta teknik apa yang akan digunakan.
d) Peranan komunikator dalam komunikasi yakni ada pada daya tarik dan kredibilitasnya.

B. Pengertian Kepala Sekolah


Kepala sekolah adalah seorang pemimpin dalam suatu lembaga pendidikan yang mempunyai
wewenang dan kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada disekolah, sehingga dapat
didayagunakan dengan maksimal untuk mencapai tujuan bersama.46 Wahjosumidjo mendefinisikan
Kepala Sekolah sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu
sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara
guru yang memberi pelajaran dan murid sebagai penerima pelajaran.

Sedangkan menurut Mulyasa, pengertian kepala sekolah adalah salah satu komponen pendidikan
yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kepala Sekolah adalah penanggung
jawab atas penyelenggaraan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga pendidikan lainnya,
pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana juga sebagai supervisor pada sekolah yang
dipimpinnya. Jika dilihat dari syarat guru untuk menjadi Kepala Sekolah, Kepala Sekolah bisa dikatakan
sebagai jenjang karier dari jabatan fungsional guru. Apabila seorang guru memiliki kompetensi sebagai
Kepala Sekolah dan telah memenuhi persyaratan atau tes tertentu maka guru tersebut dapat memperoleh
jabatan Kepala Sekolah. M Daryanto menjelaskan Kepala sekolah merupakan personel sekolah yang
bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah, mempunyai wewenang dan tanggung
jawab untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang
dipimpinnya dengan dasar pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, meningkatkan kecerdasan dan ketrampilan, mempertinggi budi pekerti dan memperkuat
kepribadian.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah merupakan pimpinan tertinggi
dalam lembaga pendidikan yang bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan
kelancaran jalannya sekolah demi terwujudnya tujuan sekolah tersebut. Seorang kepala sekolah
hendaknya dapat meyakinkan kepada masyarakat bahwa segala sesuatunya telah berjalan dengan baik,

46
Sowiyah, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Yogyakarta: Media Akademi, 2016),14
26

termasuk perencanaan dan implementasi kurikulum, penyediaan dan pemanfaatan sumber daya guru,
rekruitmen sumber daya peserta didik, kerjasama sekolah dengan orang tua, serta lulusan yang
berkualitas. Kepala sekolah sebagai unsur vital bagi efektivitas dalam lembaga pendidikan menentukan
tinggi rendahnya kwalitas lembaga tersebut, kepala sekolah diibaratkan sebagai panglima pendidikan
yang melaksanakan fungsi kontrol berbagai pola kegiatan pengajaran dan pendidikan didalamnya, oleh
kerana itu suksesnya sebuah sekolah tergantung pada sejauh mana pelaksanaan misi yang dibebankan
diatas pundaknya, kepribadian, dan kemampuannya dalam bergaul dengan unsurunsur yang ada
didalamnya.

1. Peran dan Fungsi Kepala Sekolah


Menurut Mulyasa kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai
educator,.manajer, administrator dan supervisor (EMAS). 47 Dalam perkembangan yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, kepala sekolah juga harus mampu
berperan sebagai leader, innovator, motivator dan entrepreneur disekolahnya.
Dengan demikian dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala sekolah sedikitnya
harus mampu berfungsi sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator,
motivator (EMASLIM).
a) Kepala Sekolah Sebagai Educator ( Pendidik )
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan
pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala sekolah yang menunjukkan
komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar
disekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya,
sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat
secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatanbelajar mengajar dapat
berjalan efekti dan efisien.
Kepala sekolah sebagai educator atau pendidik bermakna sebagai sebuah proses
pembentukan karakter yang didasari nilai-nilai dari esensi pendidikan. Proses pembentukan
karakter didasarkan pada, alat pendidikan, kewibawaan, keteladanan kasih yang tulus, penguatan
dan ketegasan mendidik.48 Dalam konteks kependidikan dimana kepala sekolah berperan sebagai
pendidik haruslah berorientasi pada tindakan, bertindak sebagai guru, membimbing guru,
mrmbimbing siswa, mengembangkan staff.
b) Kepala Sekolah Sebagai Manajer
Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah
adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi guru.Dalam hal ini
kepala sekolah harus memfasilitasi guru dan memberikan kesempatan yang luas bagi guru untuk
dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan seperti kegiatan
pendidikan dan pelatihan.
Selain itu kepala sekolah sebagai seorang manajer memiliki peranan penting dalam proses
pengelolaan manajemen sekolah yang sesuai dengan fungsi-fungsi manajerial, dengan bertindak
dalam menyusun program, menyusun organisasi kepegawaian, menggerakkan staff, serta
mengoptimalkan Sumber Daya Manusia. 49
c) Kepala Sekolah Sebagai Administrator

47
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 98
48
Ibid, 102
49
Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, (Yogyakarta: AR-Ruzz Media,2008), 16
27

Kepala sekolah sebagai Administrator merupakan penanggungjawab atas kelancaran pelaksanaan


pendidikan dan pengajaran. Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk
tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Oleh karena itu kepala
sekolah seyogyanya dapat memberikan anggaran yang memadai bagi guru sebagai upaya
peningkatan kompetensi guru. Peran kepala sekolah sebagai administrator juga berkenaan dengan
penatalaksanaan sistem administrasi pada bidang bidang: kesiswaan, kurikulum dan
pembelajaran, personil, keuangan, tata usaha, sarana dan prasarana.
d) Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala
kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan
kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam
pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterl ibatan siswa dalam
proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini dapat diketahui kelemahan sekaligus
keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, selanjutnya diupayakan solusi
pembinaan dan tindaklanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada
sekaligus mempertahankan keunggulan dalam melaksanakan pembelajaran.
Supervisi dalam pendidikan merupakan bantuan yang sengaja diberikan oleh supervisor yang
dalam hal ini kepala sekolah kepada guru untuk memperbaiki dan mengembangkan situasi
belajar mengajar termasuk menstimulir, mengkoordinasi, dan bimbingan secara berkelanjutan
pertumbuhan guru-guru secara lebih efektif dalam
e) Kepala Sekolah Sebagai Leader (Pemimpin)
Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang kepala sekolah sangat berpengaruh
terhadap peningkatan kompetensi guru. Didalam teori kepemimpinan setidaknya terdapat dua
gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang
berorientasi pada manusia. Kedua gaya kepemimpinan tersebut dapat diterapkan secara tepat dan
fleksibel dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada.
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan,
meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan
mendelegasikan tugas. Dalam Al-Qur’an juga dijelaskan bagaima seorang pemipin yang baik
seperti yang dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 124:

ٓٓ ٓٓٓٓ ٓ ٓٓٓ ٓ ٓ ٓ ٓٓٓٓٓ

ٓٓٓٓٓ

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah
dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman, sesungguhnya Aku akan
menjadikanmu imam bagi seluruh manusia. Ibrahim berkata, Dan saya mohon juga dari
keturunanku. Allah berfirman, Janji-Ku ini tidak mengenai orang yang yang zalim.”

Ayat ini mengisyaratkan bahwa seorang pemimpin harus adil dan orang-orang zalim tidak
boleh menjadi pemimpin. Nabi Ibrahim adalah hamba Allah, setelah melalui proses pendekatan
diri kepada Allah, hingga naik menjadi kekasih Allah atau “khalilullah.” Setelah menjadi
“khalilullāh” naik lagi menjadi rasulallah dan saat beliau menjadi Rasulallah saw, Allah Ta’ala
28

mengangkatnya menjadi “imam” bagi seluruh manusia. Saat Nabi Ibrahim berharap agar semua
keturunannya menjadi imam, Allah Ta’ala menjawab bahwa kepemimpinan tidak akan jatuh ke
tangan orang-orang yang zalim.

f) Kepala Sekolah Sebagai Inovator


Kepala sekolah sebagai inovator adalah pribadi yang dinamis dan kreatif, yang tidak terjebak
pada suatu rutinitas.Pribadi yang inovatif harus melakukan upaya-upaya seperti kemampuan
menemukan gagasan-gagasan baru, melakukan pembaharuan di sekolah. Kepala sekolah harus
mampu mengelola dan membuat terobosan baru sesuai dengan perkembangan iptek untuk
kelancaran dan efektifitas proses belajar mengajar serta untuk meningkatkan motivasi kerja guru,
meningkatkan dispilin kerja guru, staf dan karyawan .
g) Kepala Sekolah Sebagai Motivator
Kepala sekolah sebagai motivator merupakan upaya kepala sekolah untuk menumbuhkan
dorongan dalam diri orang yang dipimpin untuk melaksanakan tugas sesuai dengan rencana suatu
organisasi agar mencapai tujuan yang diinginkan.Sebagai motivator, kepala sekolah harus
memiliki strategi atau cara-cara yang tepat untuk memotivasi guru agar tetap bersemangat dalam
bekerja. Menurut E. Mulyasa motivasi dapat ditumbuhkan melalui cara-cara sebagai berikut:
pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, adanya dorongan, dan memberi
penghargaan.
Sedangkan menurut Sudjana, untuk menumbuhkan dorongan dalam diri seorang pegawai
dalam bekerja dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut: kebutuhan
(needs), keinginan (wilingness), dorongan (drives), dan kata hati. Dari penegertian diatas dapat
disimpulkan bahwa kepala sekolah sebagai motivator harus terlebih dahulu paham bagaimana
kondisi sekolah, memahami keadaan dan kecenderungan guru dengan memahami akan hal
tersebut kepala sekolah dapat menciptakan melakukan perencanaan dengan baik untuk meningkat
motivasi kerja guru.
2. Kompetensi Kepala Sekolah
Standar kompetensi tentang Standar Kepala Sekolah atau terdapat dalam Permendiknas
Nomor 13 Tahun 2007 Kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah adalah:50
1. Kompetensi Kepribadian
a) Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan
akhlak mulia bagi komunitas disekolah.
b) Memiliki Integritas kepribadian sebagai pemimpin.
c) Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah.
d) Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.
e) Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala
sekolah/madrasah.
f) Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.
2. Kompetensi Manajerial
a) Menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkat perencanaan.
b) Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan.
c) Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumberdaya sekolah secara optimal.
d) Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi pembelajar yang
efektif.

50
Sowiyah, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Yogyakarta: M edia Akademi, 2016), 28
29

e) Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif daninovatif bagi pembelajaran
peserta didik.
f) Mengelolaguru dan staff dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara
optimal.
g) Mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaansecara optimal.
h) Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat dalam rangka perencanaan dukungan ide,
sumber belajar, dan pembiayaan sekolah.
i) Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan
dan pengembangan kapasitas peserta didik.
j) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan
tujuan pendidikan nasional.
3. Kompetensi Kewirausahaan
a) Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah
b) Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang
efektif.
c) Memiliki motivasi kuat untuk sukses dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya
sebagai pemimpin sekolah.
d) Pantang menyerah dan selalu mencarisolusi terbaik dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi sekolah.
e) Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produk atau jasa sekolah
sumber belajar peserta didik.
4. Kompetensi Supervisi
a) Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme
guru.
b) Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan
teknik supervisi yang tepat.
c) Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
5. Kompetensi Sosial
a) Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah.
b) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
c) Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.
3. Tipe Kepemimpinan
Siagian menyatakan bahwa terdapat lima tipe kepemimpinan yang mempunyai ciri masing-
masing, yaitu:
a. Tipe Otokratik
Kepemimpinan otokratik adalah seorang pemimpin yang memiliki ciri-ciri yang pada
umumnya negatif mempunyai sifat egois yang besar. Tipe kepemimpinan ini segalanya
akan diputuskan sendiri, serta memiliki anggapan bahwa bawahannya tidak mampu
memutuskan sesuatu.
b. Tipe Pternalistik
Kepemimpinan paternalistik adalah seorang pemimpin yang mempunyai ciri
menggabungkan antara ciri negatif dan positif, ciri-cirinya adalah:
1) Bersikap selalu melindungi
2) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan
sendiri.
30

3) Tidak memberikan kesempatan bagi bawahan untuk berinisiatif dan mengembangkan


imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri.
4) Melakukan pengawasan yang ketat.
c. Tipe Karismatik
Toman Sony Tambunan, Tipe kepemimpinan kharismatik memiliki kekuatan energi,
daya tarik dan wibawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga orang
lain itu bersedia untuk mengikutinya tanpa selalu bisa menjelaskan apa penyebab
kesediaan itu. Pemimpin kharismatik mempunyai banyak cara untuk memperoleh simpati
dari karyawannya yaitu dengan menggunakan pernyataan visi untuk menanamkan tujuan
dan sasaran kepada karyawannya, kemudian mengkomunikasikan ekspektasi kinerja
yang tinggi dan meyakini dengan meningkatkan rasa percayadiri bahwa bawahan bisa
mencapainya, kemudian pemimpin memberikan contoh melalui tindakan, serta
memberikan teladan supaya ditiru para bawahannya.
d. Tipe Laissez Faire
Kepemimpinan laissez faire adalah kepemimpinan yang gemar melimpahkan wewenang
kepada bawahannya dan lebih menyenangi situasi bahwa para bawahanlah yang mengambil
keputusan dan keberadaan dalam organisasi lebih bersifat suportif. Pemimpin ini tidak
senang mengambil resiko dan lebih cenderung pada upaya mempertahankan status quo
(keadaan tetap).
e. Tipe Demokratik
Kepemimpinan demokratik adalah kepemimpinan yang selalu mendelegasikan
wewenangnya yang praktis dan realistik tanpa kehilangan kendali organisasional dan
melibatkan bawahannya secara aktifdalam menentukan nasib sendiri melalui peran
sertanya dalam proses pengambilan keputusan serta memperlakukan bawahan sebagai
makhluk politik, ekonomi, sosial, dan sebagai individu dengan karakteristik dan jati diri.
51

C. Motivasi Kinerja Guru PAI


Motivasi kinerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kinerja seorang guru.
Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja guru tergantung pada seberapa besar motivasi
tersebut dipengaruhi oleh dimensi internal dan dimensi eksternal, dan adanya perbedaan motivasi
kinerja guru biasanya tercermin dalam berbagai kegiatan dan bahkan keberhasilan yang dicapai
dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kemudian pertanyaan yang muncul dari penjelasan
tersebut adalah apa yang dimaksud dengan motivasi kinerja guru itu? Dalam konteks penelitian ini
akan di fokuskan pada guru Pendidikan Agama Islam. Untuk membahas motivasi kerja guru,terlebih
dahulu dikemukakan tentang pengertian motivasi, pengertian motivasi kerja, dan pengertian guru
Pendidikan Agama Islam.

1. Pengertian Motivasi
a. Pengertian motivasi menurut pandangan beberapa ahli mendefinisikan motivasi sebagai
berikut:
1) Menurut Sertain yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, motivasi adalah “Suatu pernyataan
yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu
tujuan (goal) atau perangsang (intensive)”.52

51
Fauzie Rahman, dkk, Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: Expert, 2017),249
52
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 61.
31

2) Sutaryadi mendefinisikan motivasi sebagai “Kekuatan, penggerak, kebutuhan, ketegangan


yang kompleks atau mekanisme psikologi internal yang memiliki dan memelihara aktivitas
kearah pencapaian tujuan pribadi”.
3) Menurut Gray yang dikutip oleh J. Winardi menyebutkan bahwa motivasi merupakan
“Suatu proses yang bersifat internal dan eksternal, yang menyebabkan timbulnya sikap
antusiasme dan persistensi, dalam melaksanakan suatu kegiatan tertentu”. 53
4) Menurut Susilo martoyo, motivasi adalah “Suatu hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan
yang menimbulkan dorongan”.

Jadi motivasi menurut pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan
respons dari suatu aksi, yaitu tujuan. Dengan kata lain, motivasi memang muncul dari dalam diri
manusia, tetapi kemunculannya karena rangsangan atau dorongan oleh adanya unsur lain, dalam
hal ini adalah tujuan. Sehubungan dengan pengertian motivasi di atas, ada dua bentuk motivasi
yang meliputi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang
ditentukan oleh individu dalam melaksanakan tugasnya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah
motivasi yang tidak tergantung pada tugas yang dilaksanakan dan dikendalikan oleh pihak lain.
Dalam Al-qur’an juga dijelaskan terkait dengan motivasi seperti yang dijelaskan QS. Al-Mu’min
ayat: 60 sebagai berikut.

            

 

Artinya: Berdo’alah kepada ku pastilah aku kabulkan untukmu”. Setiap kali memiliki hajat atau
menginginkan sesuatu hendaknya mengusahakan dengan sungguh sungguh dan meminta pada
Allah untuk mengabulkan hajat anda. Allah senang pada hamba-Nya yang senantiasa berdoa,
karena doa menghubungkan langsung antara seorang hamba dengan Allah .

b. Teori-teori Motivasi
Menurut Gibson secara umum teori motivasi dibagi dalam dua kategori, yaitu teori kepuasan
(content theories), dan teori proses
1) Teori Kepuasan
Teori ini membahas berbagai macam persoalan motivasi yang menitikberatkan pada
kebutuhan dan sasaran tujuan suatu perilaku manusia. Teori kepuasan terdiri dari beberapa
teori sebagai berikut:
a) Teori Kebutuhan (Need Theory)
Teori ini dipelopori oleh Abraham Maslow yang mencetuskan teori hierarki kebutuhan.
Teori kebutuhan memusatkan perhatian pada apa yang diperlukan orang-orang untuk
mencapai kehidupan penuh pemuasan. Menurut teori kebutuhan, seseorang akan
termotivasi apabila belum mencapai tingkat-tingkat kepuasan dalam kehidupan.54 Teori
kebutuhan mengemukakan hierarki kebutuhan manusia sebagai berikut:

53
J. Winardi, Motivasi dan Permotivasian dalam Manajemen, (Jakarta: Raja Grafindo, 2002), 2.
54
H. Hamzah, B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 64
32

1. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik,


bernafas, dan seksual.
2. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman, bahaya,
pertentangan, dan lingkungan hidup.
3. Kebutuhan untuk merasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok,
berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai dan dicintai.
4. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati, dan dihargai oleh
orang lain.
5. Kebutuhan untuk mengaktualitas diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan
kemampuan, skill, dan potensi.
b) Teori ERG dari Clayton P. Alderfer
Teori ini merupakan pengembangan dari teori yang disampaikan oleh Maslow. Menurut
teori ini ada dua kebutuhan pokok manusia yaitu:
1. Existence needs, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan fisik dari eksistensi
pegawai, seperti makan, minum, pakaian, bernafas, gaji, keamanan, dan kondisi
kerja. Relatedness needs, yaitu kebutuhan interpersonal, yaitu kepuasan dalam
berinteraksi dalam lingkungan kerja.
2. Growth needs, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan dan meningkatkan
pribadi.55
c) Teori Dua Faktor Herzberg
Menurut Herzberg ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, yaitu faktor
pemeliharaan dan faktor yang memotivasi orang (motivasional). Faktor pemeliharaan
merupakan kondisi ekstrinsik yang turut membantu seseorang untuk berkarya dan
motivasional merupakan kondisi intrinsik yang mendorong seseorang untuk berprestasi.
Menurut Herzberg yang termasuk faktor pemeliharaan adalah status seseorang dalam
pekerjaan, hubungan antar pribadi, kondisi kerja, gaji, kebijaksanaan dan organisasi. Sedangkan
faktor motivasional meliputi perkerjaan seseorang, keberhasilan, pengembangan, pengakuan
kemajuan dalam berkarier. 56
d) Teori Prestasi dari McClelland
Teori ini memusatkan pada satu kebutuhan, yaitu kebutuhan berprestasi. Menurut teori ini
kebutuhan manusia ada tiga yaitu:
1. Kebutuhan untuk berprestasi, yaitu kebutuhan untuk melakukan pekerjaan lebih
baik guna meraih prestasi atau kesuksesan yang lebih tinggi.
2. Kebutuhan untuk berafiliasi, yaitu kebutuhan untuk mengadakan hubungan dengan
orang lain, dan mau melakukan sesuatu yang tidak merugikan orang lain.
3. Kebutuhan kekuasaan, yaitu kebutuhan untuk mencapai otoritas untuk memiliki
pengaruh terhadap orang lain.
2) Teori Proses
Teori ini membahas berbagai macam persoalan motivasi yang menitikberatkan pada
bagaimana orang berperilaku dan mengapa berperilaku berdasarkan pada motivasi yang
mereka pilih. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
a) Teori Pengharapan (Expectancy Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Victor H. Vroom, menurut teori ini segala motivasi
disebabkan karena suatu hasil yang ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan bahwa

55
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, ,2004), 98
56
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 290.
33

segala sesuatu yang dilakukannya akan berhasil seperti yang diinginkan, atau dengan
kata lain seseorang mengharapkan sesuatu untuk memperoleh keuntungan itu cukup
besar, maka yang bersangkutan akan terdorong untuk memperoleh hal yang
diinginkannya. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis,
maka motivasinya untuk mendapatkan hal tersebut akan menjadi rendah. Salah satu
faktor yang mempengaruhi teori harapan (expectancy theory) ini di antaranya adalah
Self-Eficacy yaitu suatu keadaan dimana seseorang yakin dan percaya bahwa mereka
dapat mengontrol hasil dari usaha yang telah dilakukan.Menurut Collquit ada
beberapa faktor yang mempengaruhi self efficacy yaitu:
1. Keberhasilan masa lalu (past accompplishmend), ketika karyawan mempertimbangkan
tingkat keberhasilan dalam melaksanakan pekerjaan yang akan dilakukannya
terlebih dahulu mereka mengingat kembali keberhasilan yang dilakukan pada
tugas-tugas sebelumnya atau prestasi masa lalu.
2. Pengalaman orang lain (vicarious expertences) dalam hal ini seseorang juga harus
mempertimbangkan pengalaman orang lain dengan diskusi dan memperhatikan
pertimbangan dari orang lain yang telah melakukan pekerjaan tersebut.
3. Pendekatan bahasa (verbal persuasion), self efficacy juga ditetntukan oleh
pendekatan bahasa atau lisan terutama kepada teman-teman, rekan kerja, dan
pemimpin karyawan, karena mereka dapat membujuk karyawan untuk dapat
melakukan pekerjaan yang akan dilaksanakannya.
4. Tanda-tanda emosional (emotional cues), self efficacy ditentukan oleh isyarat
emosional, dalam perasaan ketakutan atau kecemasan dapat membuat keraguan
tentang penyelesaian pekerjaan, sedangkan kebanggan dan semangat yang tinggi
dapat meningkatkan tingkat kepercayaan diri.57
b) Teori Pembentukan Perilaku oleh Skinner
Teori ini didasarkan pada hukum pengaruh, bahwa perilaku individu yang mempunyai
konsekuensi positif cenderung diulang dan yang mempunyai konsekuensi negatif
cenderung tidak diulang.
c) Equity Theory (Teori Keadilan)
Menurut teori ini semua perilaku individu dipengaruhi oleh rasa keadilan dan
ketidakadilan. Dalam menilai keadilan tersebut, seseorang biasanya menggunakan tiga
hal sebagai pembanding, yaitu:
5. Input, yaitu sesuatu yang diserahkan individu dalam menyelenggarakan tugas
pekerjaannya, seperti pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, dan pengalaman.
6. Outcome, yaitu sesuatu yang diterima dari perusahaan, sebagai imbalan atas
tugas, misalnya perumahan, kesehatan, dan kondisi kerja.
7. Comparison person, yaitu individu lain kepada siapa karyawan membandingkan
antara input dan outcome.

2. Pengertian Motivasi Kinerja

Berdasarkan pada definisi motivasi di atas, selanjutnya dipaparkan definisi dari motivasi
kinerja sebagai berikut:

57
JURNAL AL-IKHTIBAR (Jurnal Ilmu Pendidikan) Vol. 3 No. 2 Tahun 2016
34

1) Motivasi kinerja adalah “Dorongan dari dalam diri dan luar diri seseorang, untuk
melakukan sesuatu yang terlihat dari dimensi internal dan dimensi eksternal”. 58 Dari
pengertian motivasi kerja berikut ini dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja guru
memiliki dua dimensi, yaitu dimensi internal dan dimensi eksternal.
2) Dalam hubungannya dengan likungan kerja, menurut Ernest J. Mc Cormick yang dikutib
oleh Anwar mendefisinikan “Motivasi kerja sebagai kondisi yang berpengaruh
membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan
lingkungan kerja”.59
3) Susilo Martoyo mendefinisikan motivasi kerja sebagai, “Sesuatu yang menimbulkan
dorongan atau semangat kerja atau dengan kata lain pendorong semangat kerja”.
a. Aspek-aspek Motivasi Kerja
Menurut Munandar menjelaskan tentang aspek-aspek motivasi kerja adalah:
1. Adanya kedisiplinan dari karyawan
Yaitu, sikap tingkah laku atau perbuatan pada karyawan untuk melakukan aktivitas-
aktivitas kerja yang sesuai dengan pola-pola tertentu. Keputusankeputusan dan norma-
norma yang telah ditetapkan dan disetujui bersama baik tulis maupun lisan serta sanggup
menerima sanksi bila melanggar tugas dan wewenang yang diberikan.
2. Imajinasi yang tinggi dan daya kombinasi
Membuat hasil kerja dan kombinasi ide-ide atau gambaran disusun secara lebih teliti
atau inisiatif sendiri (kreatif) bukan meniru dan bersifat konstruktif sehingga membentuk
suatu hasil atau produk yang mendukung pada kualitas kerja yang lebih baik
3. Kepercayaan diri
Perasaan yakin yang dimiliki karyawan terhadap kemampuan dirinya. Daya berfikir
positif dalam menghadapi kenyataan yang terjadi serta bertanggung jawab atas
keputusan yang dapat diambil sehingga dapat menyelesaikan masalahnya dengan tenang.
4. Daya tahan terhadap tekanan
Reaksi karyawan terhadap pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang
dirasakan sebagai ancaman atau sebab adanya ketidakseimbangan antara tuntutan dan
kemauan yang dimiliki serta tekanan tersebut diselesaikan dengan cara tersendiri yang
khas bagi masing-masing individu.
5. Tanggung jawab dalam melakukan pekerjaan
Suatu kesadaran pada individu untuk melaksanakan kewajiban atau pekerjaan, diiringi
rasa keberanian menerima segala resiko, inisiatif yang besar dalam menghadapi
kesulitan terhadap pekerjaan dan dorongan yang besar untuk menyelesaikan apa yang
harus dan patut diselesaikan.
Menurut George dan Jones mengemukakan 3 aspek Motivasi kerja :
1) Perilaku (direction of behavior)
2) Tingkat Usaha (Level of effort)
3) Tingkat Kegigihan (level of persistence)

Winardi menggungkapkan ada tiga aspek motivasi yang mengarah tercapainya tujuan
tertentu, yaitu :

58
Ibid,.72
59
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
94.
35

1) Keinginan, ketika seseorang memiliki kainginan maka motivasinya terpacu untuk


melakukan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang diinginkannya.
2) Keinginan, ketika seseorang memiliki kainginan maka motivasinya terpacu untuk
melakukan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang diinginkannya.
3) Rasa aman, seseorang akan berusaha melakukan sesuatu juga disebabkan ketakutan saat
orang tersebut tidak melakukan sesuatu sehingga alasan motivasi muncul karena ketika
seseorang melakukan sesuatu dirinya merasa aman.60

Berdasarkan atas beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan
bahwa aspek-aspek dari motivasi kerja adalah: adanya kedisiplinan karyawan, imajinasi yang
tinggi dan daya kombinasi, kepercayaan diri, daya tahan terhadap tekanan, tanggung jawab dalam
melakukan pekerjaan, perilaku (direction of behavior), tingkat usaha (level of effort), tingkat
kegigihan (level of persistence), keinginan, kebutuhan, rasa aman.

b. Faktor-faktor Motivasi Kerja


Beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi kerja menurut J. Ravianto yang dikutib oleh
Susilo Martoyo adalah: atasan, rekan, sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan, imbalan jasa uang
dan non uang, jenis pekerjaan dan tantangan. Faktor-faktor motivasi kerja menurut Kae E Chung
dan Leon C. Megginson yang dikutib oleh Faustino, ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi
kerja seseorang, yaitu:

1) Faktor-faktor yang sifatnya individual adalah: kemampuan- kemampuan (abilities),


tujuan-tujuan (goals), sikap (attitudes), kebutuhan-kebutuhan (needs).
2) Faktor-faktor organisasional adalah: keamanan pekerjaan (job security), pujian (praise),
pengawasan (supervision), sesama pekerja (co-workers), pembayaran atau gaji (pay), dan
pekerjaan itu sendiri (job it self).
3. Pengertian Guru PAI
a. Pengertian guru PAI
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, guru didefinisikan sebagai orang yang dipekerjakan
(profesi atau pencahariannya) mengajar. Kata guru yang dalam bahasa arab disebut
mu’allimat ustadz yang artinya orang yang pekerjaaannya mengajar (hanya menekankan satu
sisi tidak melihat sisi lain sebagai pendidik dan pelatih). 61 Mecloed sebagaimana dikutip
Muhibbin Syah mengartikan guru sebagai A person whose accupation is theaching other,
yakni seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.
Guru disebut pendidik profesional karena guru telah menerima dan memiliki beban dari
orangtua untuk ikut mendidik anak. Guru juga dikatakan sebagai seseorang yang memperoleh
surat keputusan (SK), baik dari pemerintah atau swasta untuk melaksanakan tugasnya, karena
itu memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dilembaga
pendidik sekolah. Guru merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus pekerjaan
ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan
pekerjaansebagai guru. Menurut Husnul Chotimah, yang dikutip dalam bukunya Jamal
Ma’mur Asmani mengatakan bahwa guru adalah orang yang memfasilitasi alih ilmu

60
Dakir dan Sardimi, Pendidikan Islam & ESQ: Komparasi- Integratif Upaya Menuju Stadium Insan Kamil, (Rasail Media
Group, Semarang, 2011), 31
61
Jamil Suprihatiningrum, Guru Proposional “Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & KompetensiGuru”,(Ar-Ruzz Media,
Yogyakarta), 2013, 23
36

pengetahuan dari sumber belajar kepada paserta didik.62 Ahmad Tafsir mengartikan guru
ialah pendidik yang memberikan pengaaranj kepada siswa, biasanya guru adalah pendidik
yang memegang mata pelajaran disekolah. Sedang dalam pengertian sederhana, guru adalah
orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa. guru dalam pandangan masyarakat
adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak harus
dilembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, musolla, rumah dan sebagainya. 63
Guru sebagai pendidik, pengayom, pemberi inspirator maupun motivator hendaknya
didasarkan atas dasar keikhlasan dari lubuk hati yang sangat dalam. Keikhlasan bagi seorang
pendidik merupakan modal terbesar dalam membina masa depan anak bangsa karena belajar
sejatinya adalah mengembangkan prilaku peserta didik oleh karenanya tugas utama guru
sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, dan penilai dalam setiap jenjang.
Pendidikan merupakan tugas yang tidak dapat dipisahkan bagi guru professional (UU
Sisdiknas No. 14 Bab I Pasal 1 Ayat 1). Dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 159
dijelaskan sebagai berikut:

               

               

  

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Disisi lain Moh Uzer Usman memberikan pengertian spesifik tentang guru yaitu sebagai
jembatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru, dengan kata lain,
pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian khusus
melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. 64 Jadi guru bukanlah seseorang yang hanya
bertindak mengajar di sembarang tempat, tetapi ditempat-tempat khusus dan juga guru
berkewajiban mendidik siswa dengan mengabdikan dirinya untuk cita-cita mulia, yaitu
mencapai tujuan pendidikan universal, sehingga fungsi peranan guru menjadi sangat berat.
Pendidikan agama islam dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional itu disebutkan bahwa “Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh
pemerintah dan atau kelompok masyarakat dan pemeluk agama, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan”. Dalam hal ini pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang
mengajarkan agama Islam namun juga mengajarkan ilmu umum yaitu dengan tujuan untuk
menghormati agama lain dan hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat
untuk mewujudkan persatuan nasional.
62
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, Dan Inovatif, (Diva Press, Yogjakarta, 2012), 20
63
Amirulloh Syarbini, Guru Hebat Indonesia, (Ar-Russ Media, Yogyakarta, 2015), 30
64
Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001), 5
37

Secara khusus pendidikan agama Islam yaitu rangkaian proses sistematis terencana dan
komprehensif dalam upaya mentransfer nilai-nilai kepada peserta didik, mengembangkan
potensi yang ada pada diri anak didik sehingga mampu melaksanakan tugasnya dimuka bumi
dengan sebaik-baiknya dengan nilai-nilai Ilahiyah yang didasarkan pada ajaran agama (Al-
Qur’an dan Hadits) pada semua dimensi kehidupan. 65
Jadi guru pendidikan agama Islam (PAI) merupakan orang yang melaksanakan kegiatan
bimbingan pengajaran atau latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai
tujuan pembelajaran (menjadi muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT). Serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Atau
dengan kata lain guru pendidikan agama islam (PAI) adalah seseorang yang bertugas
mengajar, mendidik, membimbing serta orang yang memahami tingkat perkembangan
intelektual siswa di sekolahan dan menanamkan ilmu ilmu pengetahuan agama Islam dengan
tujuan menyiapkan kader-kader islam yang mempunyai nilai-nilai keimanan.
b. Tugas, Fungsi dan Tanggung Jawab Guru PAI
1) Tugas guru PAI
Tugas merupakan tanggung jawab yang diamanahkan kepada seseorang untuk
dilaksanakan atau dikerjakan. Semua profesi pasti mempunyai tugas, dan tugas itu
bersifat sangat spesifik. 66 Guru akan melaksanakan tugasnya dengan baik atau bertindak
sebagai pengajar yang efektif, jika ia mampu melaksanakan fungsinya sebagai guru.
Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar dinas
dalam bentuk pengabdian. Tugas guru ada tiga yaitu:67
a) Tugas guru sebagai profesi yaitu tugas guru sebagai suatu profesi yaitu menuntut
kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tugas guru sebagai profesi terbagi
menjadi tiga yaitu mendidik, mengajar, dan melatih. Tugas guru sebagai mendidik
berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didikTugas
guru sebagai mengajar.
b) Tugas guru sebagai pengajar ialah meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi kepada anak didik.
c) Tugas guru sebagai pelatih ialah mengembangkan ketrampilan dan menerapkannya
dalam kehidupan demi masa depan anak didik.

Heri Jauhar Muchtar menyatakan sebagaimana yang dikutip M.Fathurrohman &


Sulistyorini, tugas pendidik dibagi menjadi dua, yaitu tugas secara umum dan khusus.
Secara umum tugas pendidik adalah:

a) Mujadid, yaitu sebagai pembaharu ilmu baik dalam teori maupun praktek sesuai
dengan syariat Islam
b) Mujtahid, yaitu sebagai pemikir yang ulung
c) Mujahid, yaitu sebagai pejuang kebenaran. 68

Sedangkan secara khusus tugas pendidik di lembaga pendidikan adalah sebagai berikut:

a) Perencanaan yaitu mempersiapkan bahan, metode dan fasilitas


65
Ibid, 37
66
Hamka Abdul Aziz, Karakter Guru Profesional, (Al-Mawardi Prima, Jakarta, 2012), 21
67
At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume 10, No. 1, Juni 2018
68
M.Fathurrohman, Sulistyorini, Meretas Pendidik Berkualitas dalam Pendidikan Islam, (Teras,Yogyakarta, 2012), 39
38

b) Pelaksana yaitu pemimpin dalam proses pembelajaran


c) Penilaian yaitu mengumpulkan data-data, menganalisis dan menilai keberhasilan
proses belajar mengajar. 69

2. Fungsi Guru PAI


Fungsi guru dalam pendidikan, guru juga mempunyai fungsi. Fungsi yang artinya
keberadaannya sesuai dan cocok benar dengan manfaatnya. Keberadaan seorang guru
yaitu untuk memberikan pencerahan kepada manusia lainnya, dalam hal ini yaitu murid-
muridnya. Menurut Zakiah Daradjat, fungsi guru meliputi, pertama tugas mengajar,
kedua tugas bimbingan dan penyuluhan dan ketiga, tugas administrasi atau guru sebagai
pemimpin (manager kelas).
Dalam buku karakter guru profesional, guru mempunyai fungsi yang sangat strategis
yaitu:
a) Mengajarkan artinya menginformasikan pengetahuan kepada peserta didik secara
berurutan, langkah demi langkah.
b) Membimbing artinya memberikan petunjuk kepada orang yang tidak atau belum
tahu. Sedangkan mengarahkan adalah pekerjaan lanjutan dari membimbing, yaitu
memberikan arahan kepada orang yang dibimbing itu agar tetap on the track, supaya
tidak salah langkah atau tersesat jalan.
c) Membina hal ini adalah puncak dari rangkaian fungsi sebelumnya. Membina adalah
berupaya dengan sungguh-sungguh untuk menjadikan sesuatu lebih baik dan terus
lebih baik dari yang sebelumnya.

3. Tanggungjawab Guru PAI


Guru mempunyai tanggung jawab dalam pendidikan. Pada hakikatnya, agama Islam
juga sangat menghargai orang-orang yang berilmu pengetahuan (guru), sehingga hanya
mereka sajalah yang pantas mencapai taraf ketinggian dan kebutuhan hidup. 70 Dilihat
dari ilmu pendidikan Islam, maka secara umum menjadi guru yang baik dapat memenuhi
tanggung jawab sebagai berikut:
a) Takwa kepada Allah, sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin
mendidik anak agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-
Nya, sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya.
b) Berilmu yaitu seorang guru harus memiliki ilmu yang sesuai dengan kemampuan
dalam mengajar, tidak hanya ijazah saja yang ia miliki, namun keilmuannya yang
harus diperhitungkan, sebab dengan ilmu maka guru akan mengetahui tentang materi
yang akan disampaikan oleh anak didiknya.
c) Sehat jasmaniahnya yakni kesehatan kerap kali dijadikan salah satu syarat bagi
mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular
umpamanya sangat membahayakan kesehatan anak-anak, disamping itu, guru yang
berpenyakit tidak akan bergairah mengajar.
d) Berkelakuan baik yakni budi pekerti guru maha penting dalam pendidikan watak
murid. Guru harus menjadi suri teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. 71

69
Ibid,.40
70
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Bumi Aksara, Jakara, 2008), 40
71
Ibid,. 41-42
39

Oemar Humalik juga menyebutkan ada tiga tanggung jawab guru dalam
pendidikan, tanggungjawab itu adalah sebagai berikut:

a) Tanggungjawab moral yaitu setiap guru profesional berkewajiban menghayati dan


mengamalkan pancasila dan bertanggunjawab mewariskan moral pancasila itu serta
nilai Undang-Undang Dasar 1945 kepada generasi muda. Tanggung jawab ini
merupakan tanggungjawab moral bagi setiap guru di indonesia. Dalam hubungan
ini, setiap guru harus memiliki kompetensi dalam bentuk kemampuan menghayati
dan mengamalkan pancasila.
b) Tanggungjawab dalam bidang pendidikan di sekolah yakni melaksanakan kegiatan
pendidikan disekolah dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada
para siswa. Tanggungjawab ini direalisasikan dalam bentuk melaksanakan
pembinaan kurikulum, menuntun siswa, menganalisis kesulitan belajar, serta
menilai kemajuan belajar siswa.
c) Tanggungjawab guru dalam bidang kemasyarakatan yakni guru profesional tidak
dapat melepaskan dirinya dari bidang kehidupan masyarakat. Di satu pihak guru
adalah warga masyarakat dan di lain pihak guru bertanggung jawab turut serta
memajukan kesatan dan persatuan bangsa, menyukseskan pembangunan nasional,
serta menyukseskan pembangunan daerah khususnya yang dimulai dari daerah
mana dia tinggal.
d) Tanggungjawab dalam bidang keilmuan yakni guru selaku pendidik bertanggungjawab
mentransfer ilmu kepada peserta didik, terutama ilmu yang telah menjadi
spesialisasinya. Tanggungjawab ini dilaksanakan dalam bentuk mengadakan
penelitian dan pengembangan
74

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Hamka. 2012. Karakter Guru Profesional. Jakarta: Al-Mawardi Prima

Agustino, DE. 2015. Memahami Metode Peelitian Kualitatif: Teori & Praktik.Yogyakarta: Calpulis

AH. Sanaky Hujaer. 2003. Pembaharuan Pendidikan Islam Menuju Masyarakat Madani ( TinjauanFilosofis).
Yogyakarta: Safiria Insani Press. Diakses dari www.sanaky.com, tanggal 2 Februari 2020.

Ambarita, Alben. 2015. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Yogyakarta: Graha Ilmu

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

B. Uno, H. Hamzah. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Bagoes, MI. 2004. Filsafat Pendidikan dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Cangara, Hafied. 2015. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Perss

Chazienul, Ulum, M. 2016. Perilaku Organisasi Menuju Orientasi Pemberdayaan. Malang: UB Press.

Chotimah, Chusnul. 2013. Manajemen Public Relations Integratif. Tulungagung: STAIN Tulungagung Press.

Dani Vardiansyah. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Cet. II. Jakarta: PT Indeks.

Dakir dan Sardimi. 2011. Pendidikan Islam & ESQ: Komparasi- Integratif Upaya Menuju Stadium Insan
Kamil. Semarang: Rasail Media Group

EQ, Zainul Mustafa. 2009. Mengurai Variabel Hingga Instrumentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Fathurrohman. M, Sulistyorini. 2012. Meretas Pendidik Berkualitas dalam Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Teras

Fuad, Anis. 2014. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi Antar Pribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha Ilmu

JURNAL AL-IKHTIBAR (Jurnal Ilmu Pendidikan) Vol. 3 No. 2 Tahun 2016

Jones, Gareth R. dan Jennifer M George. 2010. Contemporary Management. New York: McGraw Hill.

Jurnal Filsafat Pendidikan Indonesia, Vol 2 No 3 tahun 2019 ISSN: E-ISSN 2620-7982, P-ISSN: 2620-7990

Kompri. 2017. Belajar Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Yogyakarta: Media Akademi.

M. Arifin. 2010. Kepemimpinan dan Motivasi Kerja. Yogyakarta: Teras

Ma’mur Asmani, Jamal. 2012. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, Dan Inovatif. Yogjakarta: Diva Press

Machali, Imam, H. Noor Hamid. 2017. Pengantar Manajemen Pendidikan Islam. Yogyakarta:UIN Sunan
75

Kalijaga Yogyakarta

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Muhajir, Noeng. 2007. Metodologi Keilmuan: Paradigma Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta:
Rake Sarasin

Muhammad, Arni. 2011. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mulyasa, E. 2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Munir, Abdullah. 2008. Menjadi Kepala Sekolah Efektif. Yogyakarta: AR-Ruzz Media

Naim, Ngainun. 2011. Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan. Jogjakarta: ArRuzz Media

Nasution. 2006. Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan, Konsep, Fenomena, dan Aplikasinya. Malang:
UMM Press

Nasib Tua Lumban Gaol. 2018. “Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru”. FKIP
Universitas Kristen Satya Wacana. Volume: 5, No. 1, Januari-Juni.

Nawari, Hadari dan Martini Hadiri. 2012. Kepemimpinan Yang Efektif. Yogyakarta: Gajah Mada
UNIVERSITY Press

Nugroho, AFKS. 2014. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Onong, UE. 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Rosda Karya

Putra, Nusa. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Qomar, Mujamil. 2007. Manajemen Pendidikan Islam, Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan
Islam. Jakarta: Erlangga

Rahman, Fauzie dkk. 2017. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Expert

Riduwan. 2005. Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta

Rivai, Veitzal. 2014. Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO
PERSADA

Sagala, Saiful. 2009. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Siagian Sondang. 2014. Manajemen Strategi. Jakarta: Bumi Aksara

Siswanto, VA. 2012. Strategi dan Langkah-langkah Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu

Somadayo, Samsu. 2013. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK). Yogyakarta: Graha Ilmu

Sowiyah. 2016. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Yogyakarta: Media Akademi


76

Sudarmanto. 2009. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM: Teori, Dimensi Pengukuran
dan Implementasi dalam Organisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sudjana. 2004. Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Non Formal dan Pengembangan SDM.
Bandung: Falah Production

Sugiyono. 2016. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata. Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta: Media Press

Suprihatiningrum Jamil. 2013. Guru Proposional “Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru”.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Syarbini, Amirulloh. 2015. Guru Hebat Indonesia. Yogyakarta: Ar-Russ Media.

Tambunan, Toman Sony. 2015. Pemimpin dan Kepemimpinan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Tannady, Hendy. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Expert

Tanzeh, Ahmad. 2011. Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras

Tungga Wikrama Ananta, dkk. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu

Ulum, M. Chazienul. 2016. Perilaku Organisasi Menuju Orientasi Pemberdayaan. Malang: UB Press

Undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Usman, Husaini. 2014. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Wahab, Abd, Andi Umiarso. 2011. Kepemimpian Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.

Werang, BR. 2015. Pendekatan Kuantitatif dalam Penelitian Sosial. Yogyakarta: Calpulis Bakri

Yusuf Bakrie & Harnina Ridwan. 2018. “Manajemen Komunikasi Dalam Pengelolaan Informasi
Pembangunan Daerah”. Jurnal Komunikasi Hasil pemikiran dan Penelitian. Program Studi
Ilmu Komunikasi. Universitas Garut, Vol. 4, No.1

Anda mungkin juga menyukai