Anda di halaman 1dari 11

PENGETAHUAN, KETERAMPILAN DAN SIKAP SEBAGAI MATERI

PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Taufik,1 Ikhfinaz Zahroh,


Wahyu Sekti Maulidya, Ananda Cahya Permana2
taufiksiraj@uinsby.ac.id, D02310204@uinsby.ac.id, ikhfinaz@gmail.com,
wahyusektimaulidya@gmail.com, ananda4cahya@gmail.com,

Abstrak: Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk Memahami


Pengetahuan Sebagai Materi Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Ilmu keislaman
memiliki dimensi universal, empiris, dan metafisik yang berbeda dengan
pengetahuan yang muncul dari pandangan dunia Barat, yang terbatas pada lingkup
empiris saja. Konsep ilmu keislaman merupakan bagian integral dari pandangan
dunia atau pandangan hidup Islam, sehingga memiliki ciri khas tersendiri yang
membedakannya dengan konsep-konsep peradaban lain.
Sains, menurut konsep kehidupan Islam, tidak hanya mencakup
kandungan pengetahuan, tetapi juga menjadi elemen penting peradaban.
Mengenai pentingnya status pengetahuan, beberapa tokoh seperti Ibnu Khaldun,
Imam al-Ghazali atau Syed Muhammad Naquib al-Attas menawarkan beberapa
karakteristik klasifikasi pengetahuan untuk menentukan mana yang utama, mana
yang masa depan. mengacu pada penentuan objek ilmu keislaman. Dari cerita-
cerita dalam bab-bab tersebut terlihat bahwa ilmu-ilmu keislaman tidak hanya
mencakup ilmu-ilmu agama dan syariat, tetapi masih banyak ilmu-ilmu lain
seperti fisika, biologi dan sebagainya yang harus dipelajari. Setiap metode
memperoleh ilmu memiliki pendekatan dan metode tersendiri, baik berupa panca
indera internal maupun eksternal, khabar shaadiq dan akal. Seorang Muslim harus
mengikuti tradisi ilmiah Islam dan tidak dibutakan oleh tradisi ilmiah Barat,
bahkan jika itu tampak lebih menarik.
Kata Kunci: Materi Pendidikan, Makalah IPI, Klasifikasi
Pengetahuan

Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk yang mempunyai kemampuan
dalam beradaptasi dengan lingkungan, mempunyai tugas yang
urgent dalam melakukan proses perubahan dalam kehidupan.

1
Dosen Pengampu Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam Program Studi PGMI Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya Angkatan 2022.
2
Mahasiswa Program Studi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya
Angkatan 2022
1
Manusia sebagai khalifah Allah mempunyai tugas
menyeimbangkan kehidupan dunia dalam dinamika persoalan
hidup. Sebagai mahkluk sosial manusia tidak lepas hubungan
simbiosis mutualisme dengan mahkluk lain. Potensi yang
dimiliki oleh manusia sebagai fitrah, haus diberdayakan dan
dikembangkan melalui proses pendidikan dan
pengejawantahan dari potensi – potensi manusia. Potensi
manusia sangat penting bagi kebutuhannya dalam melakukan
aktifitas, jika potensi manusia secara fitrahnya tidak
dikembangkan, maka manusia akan kesulitan dalam menjalani
kehidupannya.

Kemampuan yang dimiliki manusia berbeda dengan makhluk


lain, sehingga manusia berbeda dengan hewan, karena manusia
memiliki akal. Akal inilah yang perlu proses penggalian potensi
untuk menuju manusia yang sempurna sebagai agen
penyeimbang, agen perubahan, dan agen soisal kemasyarakatan.
Melalui media pendidikan potensi yang terdapat pada manusia
akan dikembangkan kepada arah untuk mewujudkan manusia
yang sempurna, memanusiakan manusia, dan memuliakannya.
Tanpa adanya proses pendidikan potensi yang dimiliki manusia
yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah library research atau yang


dikenal dengan penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan
menggunakan literatur kepustakaan, baik berupa buku, catatan, maupun laporan
hasil penelitian dari penelitian terdahulu. Data-data sekunder yang dibutuhkan
dalam menyelesaikan hasil penelitian ini diperoleh dari perpustakaan baik dari

2
sumber yang berupa buku, ensklopedi, kamus, jurnal, dokumen, majalah dan lain
sebagainya.3

Pengertian Materi Pendidikan

Materi Pendidikan adalah segala sesuatu yang diberikan kepada siswa


untuk membantu mereka mencapai tujuan pendidikannya. Oleh karena itu,
tujuan pendidikan tidak tercapai dengan baik tanpa memberikan bahan ajar
kepada siswa. Pada hakikatnya materi pendidikan adalah alat untuk
mengubah anak dari kondisi awal (fitrah) yang semula tidak tahu menjadi
tahu.

Menurut Brubacher, kurikulum terdiri atas the true (pengetahuan), the


good (etika), dan the beautiful (estetika). Sedangkan menurut Langgulung,
materi pendidikan terdiri atas pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill),
dan nilai – nilai (value). Kedua pendapat tersebut saling melengkapi dan
dapat kita simpulkan bahwa materi pendidikan terdiri atas pengetahuan,
keterampilan, dan nilai. Jadi, materi pendidikan yakni pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa untuk memenuhi
standar yang ditetapkan. Menurut Nasution, konsep lama kurikulum
memfokuskan pada isi pelajaran dan semua mata pelajaran yang ditawarkan
oleh lembaga pendidikan di sekolah atau universitas
harus.ditempuh.untuk.mencapai/suatu/jenjang.

Konsepsi Islam Tentang Pengetahuan

Ilmu diambil dari bahasa Arab “ilm” yang artinya pengetahuan.


Menurutt pandangan islam ilmu adalah pengetahuan mendalam hasil ijtihad
dari para ulama’/ mujtahid tentang dunia dan akhirat yang bersumber dari Al

3
Lihat: https://penelitianilmiah.com/penelitian-kepustakaan/ (diakses pada 9 September 2022)
3
Quran dan Hadits. Al Quran dan Hadits berfungsi sebagai petunjuk bagi umat
manusia termasuk petunjuk tentang ilmu pengetahuan.
Pengembangan Ilmu Pengetahuan Islam bergantung pada sistem
pendidikan yang lapang, termasuk pendidikaan formal dan informal yang
memungkinkan peningkatan dan transmisi pengetahuan dalam segala
bentuknya. Tentu saja, sistem pendidikan berdasar pada konsep pengetahuan
dan pendidikan islam tradisional. Ditekankan bahwa studi agama mencakup
semua bentuk pengetahuan lainnya.
Orang – orang islam melihat ada dua jalan yang terbuka bagi manusia
untuk memperoleh pengetahuan formal : yaitu melalui kebenaran yang
diwahyukan yang sesudah diwahyukan dipindahkan dari generasi kegenerasi
berikutnya dalam bentuk yang disebut “ilmu – ilmu pindahan” dan yang kedua
adalah pengetahuan yang diperoleh melalui kecerdasan atau akal yang diberi oleh
Tuhan kepada manusia.4

Jenis dan Klasifikasi Pengetahuan Manusia Menurut Islam


Dalam proses perkembangan sejarahnya, ilmu dipakai dalam dua hal
yaitu sebagia masdar atau proses pencapaian ilmu dan sebagai objek ilmu
(ma’lum). Dalam tulisan ini kita gunakan ilmu dengan dua pengertian yaitu
ilmu sebagai proses san ilmu sebagai objek. Dalam bagian ini akan diuraikan
ilmu sebagai objek, selanjutnya akan dibahas mengenai klasifikasi ilmu.

Dalam ayat-ayat Al Qur’an (Q.S 2 : 30-34) tentang pengangkatan dam


a.s sebgai khalifah ditegaskan bahwa sebabnya Adam a.s diangkat khalifah,
bukan malaikat dan bukan makhluk lain, adalah sebab Adam dan tentu juga
keturunannya memiliki kesanggupan untuk berilmu terhadap segala sesuatu,
sebab Allah telah mengajarkannya akan segala nama-nama.

4
Hasan Langgulung, Asas – Asas Pendidikan Islam . (Jakarta: Pustaka Al-Husna,1988) h.106

4
           

   

Artinya :“Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya,


kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman,
“Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!” (Q.S
Al Baqarah :31)

Dengan kata lain ia telah diberi kekuasaan untuk mengetahui


segala sesuatu dan itulah, rupanya, yang merupakan unsur pokok untuk
menjadi khalifah yang tidak dimiliki oleh malaikat. Dan setelah sadar akan
hal ini, dengan tidak segan-segan malaikat sujud kepada Adam dan meminta
ampun kepada Allah atas kelancangan mulutnya membantah keputusan
pengangkatan khalifah dengan katanya :

 
 
         
  
       
  
  
     
  
 
 
  
  
   

Artinya :“Maha Suci Engkau. Kami tak ada ilmu kecuali Engkau telah
ajarkan kepada kami. Engkaulah Maha Tahu dan Maha Bijaksana” (Q.S Al
Baqarah :32)

Kata ilmu dalam ayat diatas ialah ilmu sebagai proses yaitu
bagaimana memperoleh pengetahuan. Perbincangan tentang ilmu sebagai
proses ini membuka perbincangan tentang sumber-sumber ilmu disamping
perbincangan tentang klasifikasi ilmu itu dalam filsafah Islam. Tetapi
perbincangan tentang klasifikasi ilmu itu di kalangan filosof-filosof
pendidikan adalah berkenaan dengan ilmu sebgai proses.

5
Mengikuti pemahaman Ibnu Khaldun, ia membagi ilmu menjadi dua
jenis yaitu Ilmu Naqliyah dan Ilmu 'Aqliyah.

Klasifikasi Ilmu Menurut Ibnu Khaldun :

1. Ilmu Naqliyah Ilmu berdasarkan kewibawaan atau ada yang


menyebutnya sebagai ilmu-ilmu tradisional. Meliputi ilmu-ilmu Al-
Qur'an, Hadits, tafsir, kalam, tasawuf dan ta'bir ru'yah. Ilmu 'Aqliyah
2. Ilmu 'Aqliyah Ilmu berdasarkan akal atau argumentasi rasional.
Filsafat (metafisika), matematika dan fisika dengan macam macam
pembagiannya.
Bahkan, berdasarkan ontologi Islam, Wan Daud juga berpendapat
bahwa pembagian pengetahuan ke dalam beberapa kategori umum tergantung
pada beberapa aspek. Kategori pertama, yang paling sahih dan tertinggi,
adalah wahyu yang diterima Nabi SAW, disusul oleh para arif, suci, dan alim.
Kategori kedua didasarkan pada pengalaman empiris dan alasan. Para ulama
menyebut dua kategori ini sebagai ilmu naqliah dan ilmu aqliah (rasional)
atau tajribiyah (empiris). Menurut Al-Attas, ia juga mengklasifikasikan ilmu
menurut sifat keanekaragaman ilmu manusia dan bagaimana mereka
memperoleh dan mencerminkan. Kategorisasi ini sebagai bentuk keadilan,
menempatkan ilmu pengetahuan sebagai objek dan manusia sebagai subjek.
Dalam klasifikasinya, al-Attas membagi ilmu menjadi dua bagian, yaitu ilmu
pencerahan (ma'rifah) dan ilmu.

Dalam bahasa Melayu, yang pertama disebut pengetahuan dan yang


terakhir adalah informasi. Dalam konteks ini, yang juga diungkapkan oleh
Imam al-Ghazali, ia mengklasifikasikan jenis ilmu pertama sebagai ilmu
fardu'ain (tugas individu) yang dapat dan harus dipelajari oleh setiap Muslim.
Kategori kedua mengacu pada objek fisik dan terkait yang dapat dicapai
melalui penggunaan kekuatan intelektual dan fisik. Dalam perolehan, itu
adalah fardhu kifayah (wajib dalam kelompok).

6
Ilmu-ilmu yang termasuk fardu kifayah kemudian dibagi menjadi
ilmu-ilmu agama (syar'iyyah) yang diambil dari dan berkisar seputar sunnah
Allah dan Nabi Muhammad, seperti tafsir, hadits, fiqh, ushul fiqh, dll. Kedua,
ilmu non-agama (ghairu syar'iyyah) yang bersumber dari hasil nalar,
pengalaman dan eksperimen manusia, seperti kedokteran, matematika,
ekonomi, astronomi, dan lain-lain. Meski tampak seperti kategori, keduanya
memiliki hubungan dan hubungan.

Hubungan antara dua kategori, yaitu fardu 'ain dan fardu kifayah,
sangat jelas. Yang pertama mengungkapkan rahasianya. Being and Existence,
menjelaskan hubungan yang benar antara manusia dan Tuhan, dan
menjelaskan arti dari setiap pengetahuan dan tujuan hidup yang sebenarnya.
Kategorisasi pengetahuan ini mencerminkan adanya cara-cara yang diketahui.

Dengan demikian, kategori informasi pertama harus dipandu oleh


yang kedua. Menurut alGhazal, al-Attas mengklasifikasikan ilmu menjadi dua
bagian, yaitu ilmu yang fardu 'ain dan ilmu yang fardu kifayah. Beliau
menjelaskan bahwa ilmu fardu 'ain berkaitan dengan jiwa, naf, qalbi dan aql.
Padahal fardu kifayah berkaitan dengan ilmu fisika dan ilmu teknik. Isi umum
rinci dari dua kategori adalah sebagai berikut:

1. Fardu Ain (The ReligiousSciences /Ilmu-Ilmu Agama) :


 Al-Quran ( tafsir dan ta’wilnya),
 Sunnah (kehidupan Nabi SAW, sejarah dan risalah nabi-nabi
terdahulu, hadist dan periwayatannya).
 Syariah (fiqih dan hukum, prinsip-prinsip dalam islam),
 Teologi (Tuhan, Dzat-Nya, Sifat, Nama dan Perbuatan-Nya),
 Metafisika Islam (at-Tasawuf, Psikologi. Kosmologi dan
ontologi),
 Ilmu Bahasa (Bahasa Arab, tata bahasanya, leksikografi dan
sastra)

7
2. Fardu Kifayah (The Rational, Intellectual and Philoshopical
Sciences):
Ilmu kemanusiaan, ilmu alam, ilmu terapan, ilmu teknologi,
perbandingan agama, kebudayaan barat, ilmu linguistic, dan sejarah.

Lebih lanjut, Imam al-Ghazali mengklasifikasikan "ilmu agama"


menjadi dua kelompok: terpuji (mahmud) dan tercela (madzmum).
"Pengetahuan agama yang tidak terhormat" mengacu pada pengetahuan yang
tampaknya diarahkan pada Syariah tetapi sebenarnya menyimpang dari
ajarannya. Konsep klasifikasi ilmu Al-Ghazali di atas dapat diapresiasi
sebagai pandangan yang saling menguatkan dan melengkapi. Semua
pandangan ini terkait erat dengan pandangan dunia Islam dan sesuai dengan
epistemologi Islam. Tentu hal ini jelas berbeda dengan Barat yang tidak
melibatkan Tuhan dalam penciptaan, proses dan arah ilmunya.

Dan salah satu hal terpenting yang membedakan dengan peradaban


lain, penguasaan ilmu dalam Islam adalah upaya untuk sesempurna mungkin
menggunakan potensinya. Hal ini dilakukan untuk mencapai derajat yang
tinggi di hadapan Khaliq.

Akhirnya dapat disimpulkan dari uraian tersebut bahwa ilmu


keislaman tidak hanya mencakup ilmu-ilmu agama dan syariat. Selain kedua
ilmu tersebut, kita tetap wajib mencari ilmu yang lain. Dengan kata lain,
membagi fradu 'ain dan fardhu kifayah bukan untuk memisahkan keduanya,
melainkan melihat bahwa keduanya memiliki irisan yang saling menopang.

Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap Yang Harus Menjadi Materi


Pendidikan dalam Islam
Salah satu modal yang di miliki oleh ummat di bidang pendidikan
ialah kesadaran tentang Dienul-Islam sebagai materi dan sekaligus menjadi
sumber nilai bagi proses pendidikan. Masalah yang sudah cukup lama
dirasakan tetapi kurang mendapat perhatian adalah tentang apakah taksonomi
pendidikan umum yang dipakai sekarang ini, sudah tepat?
8
Sudah diketahui bahwa taksonomi Blom yang menstruktur perilaku
manusia dalam tiga hal, yaitu: Ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor yang sudah menjadi pedoman dalam pendidikan. Sebab
bagaimanapun juga disepakati bahwa taksonomi pendidikan sebagai salah
satu paradigma pemikiran yang digunakan manusia yang bersifat universal
dan sesuatu yang bebas nilai.

Kenapa hubungan antara ilmu dan agama di sebut suatu proses?


karena dalam perjalanan sejarah, istilah tersebut mengalami suatu evolusi,
baik makro-evolusi (perkembangan pemahaman yang terjadi karena
perkembangan peradaban dan budaya antara generasi manusia), maupun
mikro-evolusi (perkembangan pemahaman pada setiap individu). Evolusi
tersebut adalah suatu perjalanan panjang yang tidak berujung dari manusia
dalam upaya menangkap dan memahami Al Haq. 5

Pendidikan islam juga tidak terhindar dari yang dihadapi oleh


pendidikan pada umumnya. Bahkan konflik pada sistem pendidikan islam
jauh lebih besar. oleh karena itu, dalam pendidikan islam terdapat multi-
paradigma atau dengan kata lain, pendidikan islam mencakup aspek-aspek
yang sangat kompleks, seperti:

1. Dimensi intelektual
2. Dimensi kultural
3. Dimensi nilai-nilai transendental
4. Dimensi keterampilan fisik
5. Dimensi pembinaan kepribadian manusia sendiri

Di Pendidikan islam terkandung suatu pengertian bahwa pendidikan


islam menghindari adanya dikotomi antara kedua aspek tersebut (profan dan

5
Muslih Usa, Pendidikan Islam di Indonesia, (Yogyakarta: PT TIARA WACANA YOGYA
:1991), hal 100-106

9
immanen). Dalam masalah ini pendidikan islam akan terjerat pada
6
determinisme historik dan realisme praktis .

Penguasaan PITEK (pengetahuan, ilmu, dan tekhnologi) diperlukan


agar umat Islam mampu mencapai kemajuan material, sehingga dapat
menjalankan fungsinya sebagai pengatur dan pengurus di muka bumi dengan
baik. Islam menetapkan penguasaan sains sebagai fardu kifayah, yaitu
kewajiban yang harus dikerjakan oleh sebagian rakyat apabila ilmu-ilmu
tersebut sangat diperlukan umat, seperti kedokteran, kimia, fisika, industri
penerbangan, biologi, teknik, dll

Perhatian besar Islam pada ilmu teknik dan praktis, serta keterampilan
merupakan salah satu dari tujuan pendidikan Islam. Penguasaan keterampilan
yang serba material ini merupakan tuntutan yang harus dilakukan dalam
rangka pelaksanaan amanah Allah SWT. Hal ini diindikasikan dengan
terdapatnya banyak nas yang mengisyaratkan setiap muslim untuk
mempelajari ilmu pengetahuan umum dan keterampilan. Hal ini dihukumi
sebagai fardhu kifayah.

Maka materi pelajaran yang diajarkan dalam proses pendidikan, tidak


terlepas dari dua macam :

1) Pelajaran yang tidak berkaitan dengan pandangan hidup tertentu (sains dan
teknologi)
2) Pemikiran–pemikiran yang berkaitan secara langsung dengan pandangan
hidup tertentu (tsaqofah)7

6
S.S. Husein and S.A. Ashraf, Crisis in Muslim Education (Hodder and Stoughton, King Abdul
Aziz University, Jeddah, 1979).

7
Prasetiadi S. Yan dan Ichsan Wahyu, Studi Islam paradigm Komprehensif
,(Bogor : Al-Azhar Press , 2014),hlm.263

10
Simpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian library research ini yakni Materi


Pendidikan adalah segala sesuatu yang diberikan kepada siswa untuk
membantu mereka mencapai tujuan pendidikannya. islam melihat ada dua
jalan yang terbuka bagi manusia untuk memperoleh pengetahuan formal :
yaitu melalui kebenaran yang diwahyukan yang sesudah diwahyukan
dipindahkan dari generasi kegenerasi berikutnya dalam bentuk yang disebut
“ilmu – ilmu pindahan” dan yang kedua adalah pengetahuan yang diperoleh
melalui kecerdasan atau akal yang diberi oleh Tuhan kepada manusia.
Jadi yang terpenting dalam pendidikan islam pada zaman sekarang adalah
pengetahuan IPTEK

Daftar Pustaka

Langgulung, H. (1988). Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna.


Rahmadina, I. (2021, 07 12). Konsep dan Klasifikasi Ilmu Pengetahuan dalam
Islam. (D. M. Nur, Ed.) jurnal.radenfatah.ac.id, 1-10.

Roza Ria Sulistina, d. (2016, Mei 06). MAKALAH PENGETAHUAN SEBAGAI


MATERI PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM. Retrieved
September 22, 2022, from iwanariadi.blogspot.com1:
http://iwanariadi.blogspot.com/2015/05/pengetahuan-sebagai-materi-
pendidikan.html?m=1

Sabarudin. (2018, Januari 01). MATERI PEMBELAJARAN DALAM. Retrieved 09


22, 2022, from journal.an-nur.ac.id: https://journal.an-
nur.ac.id/index.php/annur/article/download/69/59/247

11

Anda mungkin juga menyukai