Anda di halaman 1dari 14

PRESPEKTIF ISLAM TENTANG ILMU

MAKALAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Dosen Pengampu: Agus Abdussalam,M.pd

Disusun oleh :

Yulisa Astri Nur : 22080003379

Rifani Nafiatu Dian : 2208000398

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAMCIAMIS

JAWA BARAT

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Peranan
dan Fungsi Administrasi dalam Pendidikan serta Objek dan Sasaran Administrasi
Pendidikan” dengan tepat waktu. Sholawat beserta salam semoga selamanya tetap tercurah
limpahkan kepada baginda alam Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita
dari jaman jahiliyah hingga pada jaman yang terang benderang oleh ilmu seperti sekarang
ini.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Administrasi PAUD. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu
atas bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis. Serta ucapan terima kasih
kepada rekan kelompok yang saling membantu dalam menyelesaikan penulisan makalah
ini.

Penulis menyadari bahwasannya masih terdapat kekurangan dalam penulisan makalah


ini. Oleh karena itu, penulis menerima dengan sangat apabila ada kritik, saran, dan
masukan dari pembaca terhadap makalah yang ditulis ini. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi pembaca dan bisa menambah wawasan baru.

Ciamis, 26 September 2023

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perspektif Islam, pengembangan ilmu pengetahuan merupakan keniscayaan,


sehingga mengembangkan bidang keilmuan tidak boleh terlepas dari tata nilai Islam. Ilmu
pengetahuan dan proses pendidikan, di pihak lain menjadi jembatan untuk memahami
hakikat ketuhanan. Sebagaimana hal itu dikemukakan Hasan Langgulung bahwa konsep
dasar pendidikan adalah bertumpu pada landasan epistemologis mengenai manusia
seutuhnya, yaitu berupa potensi yang terus menerus mendaya.

Islam telah lahir sejak 1400 tahun silam. Sepanjang sejarah itu, selainmenyiarkan
ajaran agama, para pemimpin Islam juga turut menyebarkanbudaya, ilmu pengetahuan,
dan teknologi pada setiap wilayah masyarakatyang didatanginya. Sejak zaman Nabi
Muhammad, Islam telah menyebar luashingga ke luar wilayah jazirah Arab. Dan pada
masa-masa puncak kejayaankekuasaan para khalifah agung, Islam merambah masuk
(sebagian menjadipenguasa) di Afrika, Asia Pasifik, dan Eropa bahkan juga ke Amerika.1
Islam yang begitu cepat menyebar hampir ke seluruh dunia membawapandangan baru dan
nilai-nilai baru dalam kehidupan masyarakat. Islamdatang dengan membawa pesan-pesan
untuk sebuah kemajuan peradabanyang bernilai dan bertuju pada kebahagiaan yang haq
bagi seluruh ummat manusia. Peradaban yang dibangun di atas pondasi ilmu yang
kuat.Kedudukan ilmu pengetahuan dalam Islam, adalah pegetahuan sebagaikebudayaan.
2 Islam yang sangat memperhatikan bahkan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ilmu?
2. Apa saja keutamaan ahli ilmu?
3. Apa itu pradigma integratip ilmu dan agama?
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian ilmu.


2. Untuk mengetahui keutamaan ahli ilmu.
3. Untuk mengetahui pradigma integrative ilmu dan agama.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu
Asal kata ilmu adalah dari bahasa Arab, ‘alama. Arti dari kata ini adalah
pengetahuan. Dalam bahasa Indo-nesia, ilmu sering disamakan dengan sains yang
berasal dari bahasa Inggris “science”. Kata “science” itu sendiri berasal dari bahasa
Yunani yaitu “scio”, “scire” yang artinya pengetahuan. “Science”dari bahasa Latin
“scientia”, yang berarti “pengetahuan” adalah aktivitas yang sistematis yang
membangun dan mengatur penge-tahuan dalam bentuk penjelasan dan prediksi
tentang alam semesta. Berdasarkan Oxford Dictionary, ilmu didefinisikan sebagai
aktivitas intelektual dan praktis yang meliputi studi sistematis tentang struktur dan
perilaku dari dunia fisik dan alam melalui pengamatan dan percobaan”.
Dalam kamus bahasa Indonesia ilmu didefinisikan sebagai pengetahuan
tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang
dapat digunakan untuk menerangkan ﴾ 160 ﴿ gejala tertentu di bidang pengetahuan.
Pengertian ilmu pengetahuan adalah sebuah sarana atau definisi tentang alam
semesta yang diterjemahkan kedalam bahasa yang bisa dimengerti oleh manusia
sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu. dalam kata lain
dapat kita ketahui definisi arti ilmu yaitu sesuatu yang didapat dari kegiatan
membaca dan memahami benda-benda maupun peristiwa, diwaktu kecil kita belajar
membaca huruf abjad, lalu berlanjut menelaah kata-kata dan seiring bertambahnya
usia secara sadar atau tidak sadar sebenarnya kita terus belajar membaca, hanya saja
yang dibaca sudah berkembang bukan hanya dalam bentuk bahasa tulis namun
membaca alam semesta seisinya sebagai usaha dalam menemukan kebenaran.
Dalam kamus bahasa Indonesia ilmu didefinisikan sebagai pengetahuan
tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang
dapat digunakan untuk menerangkan ﴾ 160 ﴿ gejala tertentu di bidang pengetahuan.
Pengertian ilmu pengetahuan adalah sebuah sarana atau definisi tentang alam
semesta yang diterjemahkan kedalam bahasa yang bisa dimengerti oleh manusia
sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu. dalam kata lain
dapat kita ketahui definisi arti ilmu yaitu sesuatu yang didapat dari kegiatan
membaca dan memahami benda-benda maupun peristiwa, diwaktu kecil kita belajar
membaca huruf abjad, lalu berlanjut menelaah kata-kata dan seiring bertambahnya
usia secara sadar atau tidak sadar sebenarnya kita terus belajar membaca, hanya saja
yang dibaca sudah berkembang bukan hanya dalam bentuk bahasa tulis namun
membaca alam semesta seisinya sebagai usaha dalam menemukan kebenaran.
Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh
Bakhtiar tahun 2005 diantaranya adalah:
a. Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur
tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama
tabiatnya, maupun itu menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut
bangunannya dari dalam.
b. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang
empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.
c. Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang
komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang
sederhana.
d. Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang
disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk
menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
e. Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang
disistemasikan dan suatu pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia
yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati
oleh pancaindrea manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara
menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu
proposisi dalam bentuk: “jika… maka”.
f. Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan
pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan hokumhukum,
yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.
Dari beberapa definisi ilmu yang dijelaskan para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang rasional, sistematik,
konfrehensif, konsisten, dan bersifat umum tentang fakta dari pengamatan yang telah
dilakukan. Dan berdasarkan definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang
berbeda antara ilmu dengan pengetahuan. Pengetahuan adalah keseluruhan ilmu
pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat
juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang ada dan berupa common sense,
tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan
tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan.
Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan
samarsamar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi
yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error
dan berdasarkan pengalaman belaka. ilmu pengetahua dapat didefinisikan sebagai
seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman
manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi
agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepas-tian dengan
membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu yang ada dan diperoleh dari
keterlibatannya.
Mengetahui bahwa sebenarnya merupakan suatu kebutuhan manusia, sebab
manusia pada dasarnya berada pada posisi sebagai makhluk hidup yang dari tidak
tahu menjadi tahu, manusia yang tidak tahu ingin menjadi tahu karena adanya rasa
ingin tahu yang tinggi, dari rasa ingin tahu itulah menjadi suatu kebutuhan manusia
untuk menambah pengetahuan menjadi suatu ilmu yang dimilikinya.

B. Keutamaan Ilmu

Betapa pentingnya ilmu pengetahuan dalam kehidupan menusia tidak


di ragukan lagi. Dalam melaksanakan pekerjaan dari yang sekecil kecilnya
sampai kepada yang sebesar besarnya manusia membutuhkan ilmu
pengetahuan. Dalam al qur’an dapat di lihat bahwa setelah Allah menyatakan
Adam sebagai khalifah di muka bumi, maka ia dipersiapkan dengan ilmu
pengetahuan. Hal ini
dimaksudkan agar Adam mampu mengemban tugasnyasebagai khalifah. Hal ini
dapat di lihat, antara lain dalam ayat berikut.
Dan dia mengajarkan kepada adam nama nama (benda- benda) seluruhnyak
kemudian mengemukakanaya kepada malaikat lalu berfirman.”sebutkanlah nama
benda benda itu jika kalian memang orang- orang yang benar!”mereka menjawab
“mahasuci engkau tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah engkau
ajarkan kepada kami,sesungguhnya engkau maha mengetahui lagi maha
bijaksana.”Allah berfirman,”Hai adam,beritahukanlah kepada mereka nama- nama
benda ini.”,maka setelah diberitahukanya kepada mereka nama -nama benda
itu.Allah berfirman,”Bukankah sudah ku-katakan kepada kalian bahwa
sesungguhnya aku maha mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa
yang kalian lahirkan dan apa yang kalian sembunyikan?.”

Apa yang telah dikhususkan oleh Allah baginya berupa ilmu tentang
nama-nama segala sesuatu, sedangkan para malaikat tidak mengetahuinya. Hal ini
terjadi sesudah para malaikat diperintahkan untuk bersujud kepada
Adam.Sesungguhnya bagian ini didahulukan atas bagian tersebut (yang
mengandung perintah Allah kepada para malaikat untuk bersujud kepada
Adam) karena bagian ini mempunyai kaitan erat dengan keti-aktahuan para
malaikat tentang hikmah penciptaan khalifah, yaitu di saat mereka menanyakan
hal tersebut. Kemudian Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia mengetahui apa
yang tidak mereka ketahui. Karena itulah Allah menyebutkan bagian ini
sesudah hal tersebut, untuk menjelaskan kepada mereka keutamaan Adam,
berkat kelebihan yang dimilikinya di atas mereka berupa ilmu pengetahuan
tentang nama-nama segala sesuatu. Untuk itu Allah Swt. Berfirman

Dan Dia mengajarkan kepada "(Al-Baqarah: 31).As-Saddi mengatakan dari


orang yang menceritakannya dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya:Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya. (Al-Baqarah: 31) BahwaAllah Swt. mengajarkan kepada Adam
nama-nama semua anaknya seorang demi seorang, dan nama-nama seluruh
hewan, misalnya ini keledai, ini unta, ini kuda, dan seterusnya.Ad-Dahhak
meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai makna firman-Nya ini, bahwa yang
dimaksud ialah nama-nama yang dikenal oleh manusia, misalnya manusia,
hewan, langit, bumi, dataran rendah, laut, kuda, keledai, dan nama-nama
makhluk yang serupa lainnya.

Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari hadis Asim ibnu
Kulaib, dari Sa'id ibnu Ma'bad, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
ayat ini, bahwa Allah mengajarkan nama piring dan panci kepada Adam. Ibnu
Abbas mengatakan, "Memang benar diajarkan pula namaangin yang keluar dari
dubur." Menurut Mujahid, makna ayat ini ialah Allah mengajarkan kepada
Adam nama semua hewan, semua jenis burung, dan nama segala sesuatu. Hal
yang sama dikatakan pula oleh riwayat dari Sa'id ibnu Jubair, Qatadah, dan
lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf, bahwa Allah mengajarkan
kepadanya nama-nama segala sesuatu. Ar-Rabi' dalam salah satu riwayatnya
mengatakan bahwa yang dimaksud ialah nama-nama malaikat. Hamid Asy-
Syami mengatakan nama-nama bintang-bintang. Abdur Rahman ibnu Zaid
mengatakan bahwa Allah mengajarkan kepadanya nama-nama seluruh
keturunannya.

Menurut Al-Maraghi, ayat tersebut merupakan isyarat tentang


wajibnya mendalami agama, bersedia mengajarkannya di tempat-tempat
pemukiman, dan memberikan pemahaman kepada orang banyak. Dengan
demikian, mereka tidak bodoh lagi tentanghukum-hukum agama secara
umum yang wajib diketahui oleh setiap mukmin yang wajib diketahui oleh
setiap mukmin.orang-orang yang beruntung adalah orang yang memperoleh
kesempatan untuk mendalami agama dengan maksud seperti ini. Mereka
mendapat kedudukan yang tinggi di sisi Allah dan tidak kalah tingginya dari
kalangan pejuang yang mengurbankan harta dan jiwa dalam meninggikan
kalimat Allah –membela agama dan ajaran-Nya. Bahkan, mereka boleh jadi
lebih utama dari pejuang pada situasi lain ketika mempertahankan agama
menjadi fardhu ‘ain bagi setiap orang.

a. Ilmu adalah warisan para Nabi

Rasulullahshalallahu‘ alaihi wasallam bersabda:(Artinya),“Dan


sesungguhnya para Nabi tidak pernah mewariskan uang emas dan tidak pula
uang perak, akan tetapi mereka telah mewariskan ilmu (ilmu syar’i) barang siapa
yang mengambil warisan tersebut maka sungguh ia telah mengambil bagian
yang banyak”. (HR. Ahmad,shahih)”.
b. Menuntut ilmu adalah jalan menuju surga.

Surga adalah idaman setiap muslim, tempat tinggal yang abadi,


kebahagiaan yang hakiki, penuh dengan kenikmatan silih berganti tanpa
terhenti. Ketika Allah menjadikan ilmu sebagai jalan utama menuju surga,
maka ini menunjukkan besarnya keutamaan ilmu.Rasulullahshalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:(Artinya): “...Barang siapa yang meniti suatu jalan dalam
rangka menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju
surga...”. (HR. Ahmad, Shahih)4Abdullah Al-Haddad, Nashoihud Diniyyah,
(Jakarta:Darul Hawy,1999).
c. Dengan sebab ilmu, Allah meninggikan derajat seorang hamba

Artinya: “Allah mengangkat orang-orang beriman diantara kalian dan orang-orang


yang diberi ilmu beberapa derajat”. (Al-Mujadalah: 11).
Imam syaukani berkata tentang tafsiran ayat ini: “Dan makna ayat ini
bahwasanya Allah mengangkat beberapa derajat orang-orang beriman dari
orang-orang yang tidak beriman, dan mengangkat beberapa derajat orang-orang
yang berilmu (dan beriman) dari orang-orang yang hanya beriman. Maka
barang siapa yang memadukan antara iman dan ilmu maka Allah
mengangkatnya beberapa derajat karena imannya lalu Allah mengangkat
derajatnya karena ilmunya”.
d. Memahami ilmu agama merupakan pertanda bahwa Allah menghendaki
kebaikan bagi seorang hamba
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda

“Barang siapa yangAllah kehendaki baginya kebaikan maka Allah akan


menjadikannya paham akan agamanya”. (HR. Bukhari -Muslim).

C. Pradigma Intregratif Ilmu Dan Agama


Menurut Murad W. Hofman, terjadinya pemisahan agama dari ilmu
pengetahuan terjadi pada abad pertengahan, yakni pada saat umat Islam kurang
memperdulikan (baca: meninggalkan) iptek. Pada masa itu yang berpengaruh di
masyarakat Islam adalah ulama tarekat dan ulama fiqih. Keduanya menanamkan
paham taklid dan membatasi kajian agama hanya dalam bidang yang sampai
sekarang masih dikenal sebagai ilmu-ilmu agama seperti tafsir, fiqih, dan tauhid.
Ilmu tersebut mempunyai pendekatan normatif dan tarekat, tarekat hanyut dalam
wirid dan dzikir dalam rangka mensucikan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah
swt dengan menjauhkan kehidupan duniawi.
Sedangkan ulama tidak tertarik mempelajari alam dan kehidupan manusia
secara objektif, bahkan ada yang mengharamkan untuk mempelajari filsafat, padahal
dari filsafatlah iptek bisa berkembang pesat. Keadaan ini mengalami perubahan pada
akhir abad ke-19, yakni sejak ide-ide pembaharuan diterima dan didukung oleh
sebagian umat. Mereka mengkritik pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern yang dipisahkan dari ajaran agama, seperti dikemukakan oleh Muhammad
Naquib al-Attas dan Ismail Razi al-Faruqi dengan tujuan agar ilmu pengetahuan
dapat membawa kepada kesejahteraan bagi umat manusia. Menurut para ilmuwan
dan cendekiawan muslim tersebut, pengembangan iptek perlu dikembalikan pada
kerangka dan perspektif ajaran Islam. Oleh sebab itu, al-Faruqi menyerukan
perlunya dilaksanakan islamisasi sains. Dan, sejak itu gerakan islamisasi ilmu
pengetahuan digulirkan, dan kajian mengenai Islam dalam hubungannya dengan
pengembangan iptek mulai digali dan diperkenalkan.
Dewasa ini, dunia pendidikan tinggi Islam sebagian besar masih mengikuti
platform keilmuan klasik yang didominasi ulûm al-shar’î. Memasuki periode
modern, tradisi itu mengalami kesenjangan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang telah sangat kuat mempengaruhi peradaban umat manusia.
Kesenjangan itu telah menghadapkan dunia pendidikan tinggi Islam dalam tiga
situasi yang buruk: pertama, dikotomi yang berkepanjangan antara ilmu agama dan
ilmu umum; kedua, keterasingan pengajaran ilmu-ilmu keagamaan dari realitas
kemodernan; dan ketiga menjauhnya kemajuan ilmu pengetahuan dari nilai-nilai
agama.

Dalam tulisanya Khudhori Sholeh menguraikan bahwa perceraian sains


modern (Barat) dari nilai-nilai teologis ini memberikan implikasi negatif. Pertama,
dalam aplikasinya, sains modern (Barat) melihat alam beserta hukum dan polanya,
termasuk manusia sendiri, hanya secara material dan insidental yang eksis tanpa
interfensi Allah swt. Oleh karena itu, manusia bisa memperkosa dan mengeksploitir
kekayaan alam tanpa perhitungan. Kedua, secara metodologis, sains modern tidak
terkecuali ilmu-ilmu sosial, tidak bisa diterapkan untuk memahami realitas sosial
masyarakat muslim yang mempunyai pandangan hidup berbeda dari Barat.
Sementara itu keilmuan Islam sendiri yang dianggap bersentuhan dengan nilai-nilai
teologis, terlalu berorientasi pada religiusitas dan spiritualitas tanpa memperdulikan
betapa pentingnya ilmu-ilmu sosial dan ilmu kealaman yang dianggap ”sekuler”
tersebut.
Dengan dalih menjaga identitas keislaman dalam liberalisasi budaya global,
para ulama dan ilmuwan Muslim bersikap defensif dengan mengambil posisi
konservatif-statis, yakni dengan melarang segala bentuk inovasi dan mengedepankan
ketaatan fanatik terhadap syariah (fiqih produk abad pertengahan). Mereka
menganggap bahwa syariah (fiqih) adalah hasil karya yang fixed dan paripurna,
sehingga segala perubahan dan pembaharuan adalah merupakan bentuk
penyimpangan dan setiap penyimpangan adalah terkutuk, sesat, dan bid’ah. Mereka
melupakan sumber utama kreativitas yakni ijtihad, bahkan mencanangkan
ketertutupannya.
Dalam menghadapi perubahan dan perkembangan pesat ilmu pengetahuan
dan teknologi manusia pada zaman sekarang ini, umat Islam dapat menyusun semula
dasar keutamaan mereka dalam bidang pendidikan untuk masa depan. Konsep
penggabungan dan keterpaduan ilmu antara ilmu aqli dan naqli, atau ilmu wahyu dan
ilmu ciptaan manusia, haruslah diberikan keutamaan berdasarkan konsep al-Ghazali
sendiri. Masyarakat Islam juga tentunya tidak boleh mengabaikan pendidikan ilmu
ketuhanan dan kerohanian, atau bidang yang dikenali sekarang sebagai bidang
pengajian Islam. Namun dalam masa yang sama kita juga tidak mau masyarakat
Islam ketinggalan dalam bidang ilmu keduniaan dan profesional yang dapat
mengangkat martabat dan kehidupan masyarakat kita dalam dunia yang penuh
dengan persaingan ini.
Dalam menghadapi perubahan dan perkembangan pesat ilmu pengetahuan
dan teknologi manusia pada zaman sekarang ini, umat Islam dapat menyusun semula
dasar keutamaan mereka dalam bidang pendidikan untuk masa depan. Konsep
penggabungan dan keterpaduan ilmu antara ilmu aqli dan naqli, atau ilmu wahyu dan
ilmu ciptaan manusia, haruslah diberikan keutamaan berdasarkan konsep al-Ghazali
sendiri. Masyarakat Islam juga tentunya tidak boleh mengabaikan pendidikan ilmu
ketuhanan dan kerohanian, atau bidang yang dikenali sekarang sebagai bidang
pengajian Islam. Namun dalam masa yang sama kita juga tidak mau masyarakat
Islam ketinggalan dalam bidang ilmu keduniaan dan profesional yang dapat
mengangkat martabat dan kehidupan masyarakat kita dalam dunia yang penuh
dengan persaingan ini.
Dalam kaitan dengan hal di atas, Iwan Satriawan memaparkan bahwa ada
dua permasalahan yang muncul dalam masyarakat muslim. Pertama, pada praktiknya
al-Quran masih dipahami oleh masyarakat terbatas sebagai kitab hukum agama yang
mengatur masalah wajib, haram, sunah, makruh, dan mubah. Al-Quran belum
ditempatkan pada posisi yang sebenarnya, yakni sebagai petunjuk, sebagaimana
dinyatakan dalam surat al-Baqarah ayat 2: ”Kitab (al-Quran) Ini tidak ada keraguan
padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
Bab111
PENUTUP
A. Kesimpulan
ilmu merupakan pengetahuan yang rasional, sistematik, konfrehensif,
konsisten, dan bersifat umum tentang fakta dari pengamatan yang telah dilakukan.
Dan berdasarkan definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda antara
ilmu dengan pengetahuan. Pengetahuan adalah keseluruhan ilmu pengetahuan yang
belum tersusun, baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan
pengetahuan adalah informasi yang ada dan berupa common sense, tanpa memiliki
metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang
menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan.
DAFTAR PUSTAKA

https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/alhikmah/article/download/322/272

https://www.ejournal.an-nadwah.ac.id/index.php/Attalim/article/view/133/101

https://media.neliti.com/media/publications/143712-ID-integrasi-ilmu-dan-agama-
studi- atas-para.pdf

Anda mungkin juga menyukai