PDGK 4202 Pembelajaran IPA Di SD
PDGK 4202 Pembelajaran IPA Di SD
Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Rahutbosi, 05 Juli 2023
1. Teori belajar Bruner dikembangkan oleh psikolog Amerika Jerome Bruner. Teori ini menekankan
peran aktif siswa dalam konstruksi pengetahuan dan pemahaman mereka sendiri.
Bruner berfokus pada bagaimana siswa memproses informasi baru dan bagaimana mereka
mengorganisir pengetahuan dalam struktur kognitif mereka. Sebagai Pak Ahmad, jika Anda ingin
mengimplementasikan materi Perubahan Wujud Zat sub materi macam-macam Perubahan Wujud Zat
dengan menggunakan teori belajar Bruner, berikut adalah contoh penerapan pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran:
a. Menjelaskna konsep dengan pendekatan spiral
Sesuai dengan teori belajar Bruner, pendekatan spiral digunakan untuk mengajarkan konsep
secara bertahap dengan tingkat kompleksitas yang meningkat. Pembelajaran dapat memulai
dengan memberikan pengantar singkat tentang perubahan wujud zat dan mengidentifikasi
beberapa contoh yang sederhana, seperti perubahan es menjadi air atau air menjadi uap.
Kemudian, secara bertahap, tingkatkan kompleksitas contoh-contoh tersebut dengan melibatkan
lebih banyak macam perubahan wujud zat yang berbeda dan mengaitkannya dengan situasi sehari-
hari.
b. Menggunakan pendekatan inkuiri
Teori belajar Bruner menekankan pentingnya proses penemuan dan eksplorasi siswa. Anda dapat
mengorganisir kegiatan eksperimen atau demonstrasi di laboratorium atau di dalam kelas yang
melibatkan siswa secara aktif dalam mengamati, dan menyelidiki perubahan wujud zat. Berikan
pertanyaan-pertanyaan terbimbing yang memicu pemikiran kritis dan mengarahkan siswa untuk
membuat kesimpulan mereka sendiri.
c. Menggunakan representasi visual
Gunakan alat bantu visual seperti diagram, grafik, atau gambar untuk membantu siswa memahami
dan memvisualisasikan konsep perubahan wujud zat. Misalnya, Anda dapat menampilkan diagram
sederhana yang menggambarkan perubahan wujud zat dari padat ke cair, cair ke gas, dan
sebaliknya. Meminta siswa untuk mengidentifikasi contoh-contoh di sekitar mereka yang sesuai
dengan setiap perubahan wujud zat.
d. Menggunakna pendekatan yang konstruktif
Teori belajar Bruner mendorong siswa untuk secara aktif mengkonstruksi pemahaman mereka
sendiri melalui pengalaman dan interaksi dengan materi pembelajaran. Guru dapat mengatur
diskusi kelompok kecil di mana siswa dapat berbagi pemahaman mereka tentang perubahan wujud
zat, bertukar ide, dan berdebat.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
2. Penerapan pengalaman belajar siswa dalam pembelajaran IPA menggunakan pendekatan Sains-
Lingkungan Teknologi-Masyarakat (SLTM) di kelas dapat memberikan banyak manfaat dalam
memperbaiki pemahaman siswa tentang lingkungan dan memberdayakan mereka untuk menjadi agen
perubahan yang peduli terhadap masalah lingkungan.
Berikut adalah beberapa cara penerapan pendekatan SLTM dapat meningkatkan pembelajaran IPA di
kelas:
a. Pendekatan berbasis masalah
Dalam pendekatan SLTM, siswa diajak untuk memahami dan memecahkan masalah lingkungan di
sekitar mereka. Misalnya, mereka dapat mempelajari dampak sampah plastik di lingkungan mereka
atau mencari solusi untuk mengurangi konsumsi air. Siswa diajak untuk mengamati, menyelidiki, dan
mengidentifikasi permasalahan lingkungan serta mengembangkan solusi yang berkelanjutan.
b. Kolaborasi dan diskusi
Siswa diberi kesempatan untuk bekerja dalam kelompok atau tim untuk menyelesaikan
masalah lingkungan. Mereka dapat melakukan eksperimen, survei, atau penelitian lapangan bersama-
sama. Diskusi dan kolaborasi ini mendorong siswa untuk saling berbagi ide, mengeksplorasi berbagai
sudut pandang, dan bekerja sama dalam mencapai tujuan yang sama.
c. Penerapan teknologi
Siswa diajak untuk menggunakan teknologi dalam mempelajari dan memahami lingkungan. Mereka
dapat menggunakan perangkat lunak atau aplikasi untuk memvisualisasikan data lingkungan,
membuat presentasi, atau mengakses informasi yang relevan.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Pemanfaatan teknologi ini tidak hanya membantu siswa untuk lebih memahami konsep-konsep
ilmiah, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan teknologi yang ada di dunia
nyata.
d. Pembelajaran berbasis pengamalan
Pendekatan SLTM mendorong pembelajaran yang melibatkan pengalaman langsung di luar kelas.
Misalnya, siswa dapat mengunjungi tempat-tempat terkait lingkungan, seperti taman nasional, pantai,
atau pusat daur ulang. Mereka dapat berinteraksi dengan ahli lingkungan atau komunitas setempat
yang berfokus pada masalah lingkungan. Dengan demikian, siswa dapat mengalami sendiri gejala
alam dan tantangan nyata yang terkait dengan lingkungan.
e. Penerapan nilai-nilai kritis dan etika
Melalui pendekatan SLTM, siswa diajak untuk mempertanyakan dan mempertimbangkan dampak
sosial, ekonomi, dan lingkungan dari kegiatan manusia. Mereka diberi kesempatan untuk
mengembangkan sikap kritis dan etis terhadap masalah lingkungan. Ini melibatkan pemikiran kritis
tentang keberlanjutan, tanggung jawab, dan keadilan dalam pengelolaan sumber daya alam. Dalam
rangka meningkatkan penerapan pengalaman belajar siswa dalam pembelajaran IPA menggunakan
pendekatan SLTM, penting bagi guru untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang terbuka,
mendukung, dan interaktif. Guru juga dapat menggabungkan sumber daya tambahan, seperti buku
teks, materi multimedia, atau kunjungan ke lapangan, untuk memberikan pengalaman belajar yang
kaya dan bervariasi.
4. Untuk mengukur hasil belajar siswa terkait Perubahan Fisik dan Kimia dalam Makanan pada
pembahasan pembusukan makanan, beberapa alat evaluasi yang cocok dapat digunakan. Berikut ini
adalah beberapa pilihan alat evaluasi yang dapat dipertimbangkan oleh Bu Nina:
1. Tes Tertulis: Bu Nina dapat menyusun tes tertulis yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan objektif
dan subjektif terkait materi perubahan fisik dan kimia dalam makanan. Tes ini dapat mencakup
konsep-konsep penting, contoh kasus, dan pemahaman siswa terhadap mekanisme pembusukan
makanan. Bu Nina juga dapat menyertakan pertanyaan yang memerlukan penjelasan dan pemikiran
kritis siswa.
2. Praktikum Laboratorium: Bu Nina dapat mengadakan praktikum laboratorium di mana siswa akan
melakukan eksperimen terkait perubahan fisik dan kimia dalam makanan. Selama praktikum, Bu Nina
dapat mengamati keterampilan siswa dalam melakukan percobaan, interpretasi hasil, dan pemahaman
mereka tentang konsep-konsep yang terlibat.
3. Presentasi Proyek: Bu Nina dapat memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan penelitian
mandiri tentang perubahan fisik dan kimia dalam makanan serta proses pembusukan. Siswa kemudian
diharapkan membuat presentasi proyek untuk menyajikan temuan mereka kepada kelas. Hal ini akan
menguji pemahaman siswa tentang konsep dan kemampuan mereka dalam berkomunikasi secara
efektif.
4. Diskusi Kelompok: Bu Nina dapat membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil dan
memberikan topik terkait perubahan fisik dan kimia dalam makanan. Setiap kelompok akan
berdiskusi tentang topik mereka dan menyajikan temuan mereka secara lisan. Diskusi ini akan
menguji pemahaman siswa, kemampuan berpikir kritis, dan kolaborasi dalam kelompok.
5. Observasi dan Penilaian Kinerja: Bu Nina dapat mengamati siswa selama aktivitas kelas terkait
perubahan fisik dan kimia dalam makanan. Observasi ini dapat mencakup partisipasi aktif,
kemampuan memecahkan masalah, pemahaman konsep, dan penerapan keterampilan praktis. Selain
itu, Bu Nina juga dapat memberikan penilaian kinerja berdasarkan tugas atau proyek yang telah
diberikan kepada siswa.