Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“PENDEKATAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT”

DISUSUN OLEH :

A.SABRI RUSDI
05.01.19.1724

PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM
PERTANIANPOLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN
GOWA KEMENTERIAN PERTANIAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah membimbing
manusia dengan petunjuk-petunjuk-Nya sebagaimana yang terkandung dalam Al-
Quran dan As-Sunnah demikian juga penulis bersyukur kepada-Nya yang telah
menganugerahkan rahmat kemudahan, nikmat, berkah dan idarat-Nya serta
memberikan kekuatan dan kesabaran bagi penulis dalam menyelesaikan Makalah
ini.
Tidak lupa pula penulis mengucap terima kasih kepada Dosen pengampu
mata kuliah yang memberi kesempatan untuk penyelesaian makalah ini, dan terima
kasih penulis ucapkan kepada pihak yang telah memberikan sumbangsi demi
penyelesaian makalah ini. Melalui penyelesaian makalah ini tentunya penulis sadar
akan banyak ditemukan kekurangan, baik itu dari segi kualitas maupun dari segi
kuantitas yang penulis tampilkan.
Dengan sepenuh hati, penulispun sadar bahwa makalah ini masih penuh
dengan kekurangan dan keterbatasan, oleh sebab itu penulis memerlukan saran
serta kritikk yang membangun yang dapat menjadikan makalah ini lebih baik
kedepannya dan berguna bagi kemajuan pendidikan.

Gowa, 27 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi Pemberdayaan Masyarakat
B. Strategi Pemberdayaan Masyarakat
C. Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Strategi secara sederhana dan eksplisit memiliki makna sebagai cara
untuk mengerahkan tenaga, dana, daya, dan peralatan serta kemampuan
yang dimiliki guna mencapai tujuan yang ditetapkan. Arti pemberdayaan
masyarakat itu sendiri adalah suatu proses yang mengembangkan dan
memperkuat kemampuan masyarakat untuk terus terlibat dalam upaya
pembangunan yang berlangsung secara dinamis sehingga masyarakat dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi serta dapat mengambil keputusan
secara bebas (independent) dan mandiri.
Tujuan pemberdayaan adalah dalam rangka mengubah perilaku
masyarakat agar mampu berdaya sehingga dapat meningkatkaan kualitas
hidup dan kesejahteraannya. Strategi pemberdayaan hakikatnya merupakan
gerakan dari, oleh dan untuk masyarakat. Menurut Suyono, gerakan
masyarakat berbeda dengan membuat model (laboratorium). Suatu model
cenderung harus membuat dulu sebuah model percontohan secara ideal,
selanjutnya setelah teruji baru disebarluaskan. Berbeda dengan strategi
gerakan masyarakat, ditempuh melalui jangkauan kepada masyarakat seluas-
luasnya atau sebanyakbanyaknya. Benih pemberdayaan ditebar kepada
berbagai lapisan masyarakat. Masyarakat akhirnya akan beradaptasi,
melakukan penyempurnaan dan pembenahan yang disesuaikan dengan
potensi, permasalahan dan kebutuhan serta cara/pendekatan mereka.
Dengan demikian kondisi masyarakat lokal.
Parahnya lagi, belakangan kita juga telah disadarkan bahwa banyak
lulusan pendidikan formal tidak memiliki spesifikasi keahlian yang dibutuhkan
oleh dunia kerja. Menanggapi kondisi yang seperti ini, Paulus Wisnu Anggoro
Direktur UAJY - Delcam Traning Center, menuturkan bahwa banyak
darikalangan industri yang menjadi kliennya mengeluhkan keterbatasan
skill yang dimiliki oleh para lulusan perguruan tinggi, sehingga mau tidak mau
seorang fresh graduate harus dilatih dari awal lagi. Ini pemborosan untuk
pihak perusahaan sebagai user lulusan perguruan tinggi.
Pendidikan memerlukan sumber daya, khususnya sumber daya insani
nasional yang terbaik untuk meningkatkan kualitas, efisiensi, dan
produktivitas. Pendidikan memerlukan prasarana dan sarana, materi
pengajaran yang baik dan lebih baik. Diberbagai tempat, pendidikan
memerlukan pula makanan bagi murid yang lapar agar mereka dalam kondisi
siap belajar. Diatas semua itu pendidikan memerlukan hal-
hal yang tidak dapat dibeli dengan uang, yakni gagasan dan keberanian,
keputusan, keinginan baru untuk mengetahui kemampuan diri yang diperkuat
oleh suatu keinginan untuk berubah dan bereksperimen.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Pemberdayaan Masyarakat


Istilah pemberdayaan masyarakat atau empowerment merupakan
istilah yang diangkat dari hasil penelitian seorang sarjana pendidikan
nonformal Suzanne Kindervatter dalam bukunya “Nonformal as An
Empowering process”, memiliki makna agar orang-orang yang diberdayakan
itu mempunyai “daya” atau mempunyai kemampuan untuk hidup layak sama
dengan temannya sesama manusia. Pendidikan sebagai upaya
mencerdaskan bangsa berarti memberdayakan setiap warga negara agar
mampu berbuat seimbang baik dalam pikiran, perkataan dan perbuatan,
antara hak dan kewajiban, menjadi warga negara yang bersikap dan berbuat
demokratis terhadap sesama manusia menuju masyarakat yang memahami
akan hak, kewenangan dan tanggungjawab mereka dalam semua aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Chambers (dalam Kartasasmita, 1996: 142) menyatakan bahwa
pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi
yang merangkum nilai-nilai sosial yakni bersifat peoplecentered, participatory,
empowering and sustainable.
Pengertian lain yang disampaikan oleh Tjokrowinoto (dalam Kusnadi,
2006: 219) konsep ini lebih luas dari hanya sekedar memenuhi kebutuhan
dasar (basic need) akan tetapi juga menyediakan mekanisme untuk
mencegah proses kemiskinan lebih lanjut (safety need).
Sumodingrat (1996: 185) menyatakan memberdayakan masyarakat
adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat
yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari
perangkat kemiskinan dan keterbelakangan.
Pemberdayaan adalah memberikan daya atau penguatan terhadap
keberdayaan individu dan masyarakat dalam membangun keberdayaan
masyarakat demi mencapai tujuan bersama, juga dapat diartikan sebagai
upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan individu, kelompok,
dan masyarakat luas agar mereka memiliki kemampuan untuk melakukan
pilihan dan mengontrol lingkungannya agar dapat memenuhi aksesibilitas
terhadap sumberdaya yang terkait dengan aktivitas sosialnya.
Dalam pengertian lain pemberdayaan adalah suatu proses pribadi dan
sosial, sebuah pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan
kebebasan bertindak. Sedangkan ife mengemukakan bahwa pemberdayaan
mengacu pada kata “empowerment” yang berarti memberi daya, memberi”
power” (kuasa), kekuatan, kepada pihak yang kurang berdaya. Payne
menjelaskan bahwa pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk
membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan untuk
mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan
dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala pribadi dan sosial
dalam melakukan tindakan.

B. Strategi Pemberdayaan Masyarakat


Strategi pemberdayaan masyarakat adalah cara untuk
mengaktualisasikan potensi yang dalam hal ini dikenal dengan istilah modal
sosial, yang sudah dimiliki oleh masyarakat. Oleh karena itu, pendekatan
pemberdayaan masyarakat adalah penekanan pentingnya masyarakat lokal
yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir dan memanajemen
diri mereka sendiri untuk mampu mandiri pada akhirnya.
1. Metode Pendekatan yang Sesuai
Terdapat tiga cara pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan kesejahteraan dengan berpusat pada pemberian bantuan
kepada komunitas untuk menghadapi bencana. Misalnya, komunitas
yang terkena bencana alam.
b. Pendekatan pembangunan dengan berpusat pada peningkatan
kemandirian, kemampuan, dan keswadayaan komunitas. Misalnya,
pemberian dana bantuan untuk menumbuhkan keswadayaan tersebut.
c. Pendekatan pemberdayaan dengan melatih komunitas mengatasi
ketidakberdayaannya, agar segera terlepas dari ketidakberdayaan
tersebut. Di sini, kemiskinan dilihat sebagai akibat dari proses
politik.Misalnya pemberian modal usaha.
2. Komunikasi yang Baik
Dalam proses pemberdayaan diperlukan satu pemahaman yang sama,
dari setiap anggota komunitas dengan agen pemberdaya. Kesepakatan
pemahaman akan tercipta ketika komunikasi berjalan dengan baik.
Komunikasi dikatakan berhasil jika lawan bicara menangkap pesan atau
menafsirkan yang sama dengan pemberi pesan.
3. Pendampingan Berkelanjutan
Pendampingan harus dilakukan secara berkelanjutan, hal ini bukan
berarti membuat komunitas menjadi tidak mandiri. Namun, justru untuk
memastikan bahwa kegiatan pemberdayaan tetap berjalan sesuai tujuan.
Pendampingan tersebut dapat berupa fasilitasi, penguatan, perlindungan,
dan pendukungan.
4. Berfokus pada Masyarakat
Untuk menghindari pemberdayaan yang tidak tepat sasaran, maka
perlu diterapkan konsep demokrasi. Pemberdayaan harus berangkat dari
komunitas, dilakukan oleh komunitas, dan untuk kepentingan serta
kebutuhan komunitas tersebut.
5. Membangun Networking
Untuk mendukung keberlanjutan kegiatan pemberdayaan, maka
komunitas harus mengetahui cara yang baik dalam membangun networking.
Agen pemberdayaan harus dapat mengarahkan komunitas memanfaatkan
sarana dan prasarana yang ada, untuk kemudian mampu membangun
networking tersebut.
6. Kompetensi Agen Pemberdayaan
Pemberdayaan komunitas berarti proses membangun manusia
dengan meningkatkan mutu hidup. Oleh karena itu, agen pemberdayaan
harus memiliki kompetensi yang dapat mendorong komunitas untuk mau
serta mampu berubah ke arah yang lebih baik. Perubahan harus sesuai
dengan potensi dan kebutuhan dari komunitas tersebut.

C. Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat


Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa
masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi
merupakan subjek dari upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep
demikian, maka pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan
sebagai berikut:
1. Upaya itu harus terarah (targetted). Ini yang secara populer disebut
pemihakan. Ia ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan
program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai
kebutuhannya.
2. Program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan
oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat
yang akan dibantu mempunyai beberapa tujuan, yakni supaya bantuan
tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan kemampuan serta
kebutuhan mereka. Selain itu sekaligus meningkatkan keberdayaan
(empowering) masyarakat dengan pengalaman dalam merancang,
melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya
peningkatan diri dan ekonominya.
3. Menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri
masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya. Juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas kalau
penanganannya dilakukan secara individu. Karena itu seperti telah
disinggung di muka, pendekatan kelompok adalah yang paling efektif, dan
dilihat dari penggunaan sumber daya juga lebih efisien. Di samping itu
kemitraan usaha antara kelompok tersebut dengan kelompok yang lebih
maju harus terus-menerus di bina dan dipelihara secara sating
menguntungkan dan memajukan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemberdayaan masyarakat secara umum dimaknai sebagai cara
membangun masyarakat melalui aturan dan pelembagaan potensi-potensi
yang ada serta memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya
serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang
mempengaruhi kehidupannya.
Untuk memaksimalkan potensi dari pemberdayaan masyarakat
diperlukan strategi dan pendekatan yang benar kepada perorangan/individu
maupun kelompok yang akan diberdayakan. Dan perlunya mengetahui apa-
apa yang menjadi potensi dari wilayah atau potensi dari individu itu sendiri.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan agar mampu memahami
konsep pemberdayaan masyarakat dan penerapannya di lapangan olehnya
itu dimohon adanya saran serta masukan terkait penyusunan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132304795/penelitian/C18%20PEMBERDAY
AAN%20MASYARAKAT.pdf

https://www.academia.edu/38099698/Makalah_Pendekatan_dan_Strategi_Pe
mberdayaan_Masyarakat

http://repository.radenintan.ac.id/12535/2/3.%20Bab%20I1.pdf

Anda mungkin juga menyukai