Sop Dermatitis Numularis
Sop Dermatitis Numularis
No. : UKP/VII/SOP-
Dokumen …/2017
No. Revisi :
SOP Tanggal :
Terbit
Halaman : 1/9
Cuci tangan
Pemeriksaan fisik
Cuci tangan
Membuat resep
Komplika
obat Tidak si
Konsultasi dan
Ya
edukasi
Persiapkan rujukan
eksternal ke RS
Mencatat di RM dan
buku register
Pelanggan ambil
obat di ruang obat
Pasien pulang
Unit :
Nama Petugas :
Tanggal Pelaksanaan :
NO KEGIATAN YA TIDAK
1. Apakah Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut
dan mencocokkan identitas pasien
2. Apakah Petugas melakukan 3S (senyum, salam, sapa)
3. Apakah Petugas melakukan anamnesa apakah pasien
mengeluh Bercak merah yang basah pada predileksi
tertentu dan sangat gatal. Keluhan hilang timbul dan
sering kambuh. riwayat trauma fisis dan kimiawi
(fenomena Kobner: gambaran lesi yang mirip dengan
lesi utama), riwayat dermatitis kontak alergi, riwayat
dermatitis atopik pada kasus dermatitis numularis
anak, stress emosional, minuman yang mengandung
alkohol, lingkungan dengan kelembaban rendah,
riwayat infeksi kulit sebelumnya
4. Apakah Petugas melakukan cuci tangan (air mengalir
dan sabun atau hand sanitizer)
5. Apakah Petugas melakukan pemeriksaan fisik :
1. Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel (0,3
– 1 cm), berbentuk uang logam, eritematosa,
sedikit edema, dan berbatas tegas.
2. Tanda eksudasi karena vesikel mudah pecah,
kemudian mengering menjadi krusta
kekuningan.
3. Jumlah lesi dapat satu, dapat pula banyak dan
tersebar, bilateral, atau simetris, dengan ukuran
yang bervariasi.
4. Tempat predileksi terutama di tungkai bawah,
badan, lengan, termasuk punggung tangan
6. Apakah Petugas memberikan pengobatan/terapi
farmakoterapi
a. Topikal (2 kali sehari)
• Kompres terbuka dengan larutan
permanganas kalikus 1/10.000, menggunakan
3 lapis kasa bersih, selama masing-masing
15-20 menit/kali kompres (untuk lesi
madidans/basah) sampai lesi mengering.
• Kemudian terapi dilanjutkan dengan
kortikosteroid topikal: Desonid krim 0,05%
(catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan
fluosinolon asetonid krim 0,025%) selama
maksimal 2 minggu.
• Pada kasus dengan manifestasi klinis
likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat
diberikan golongan Betametason valerat krim
0,1% atau Mometason furoat krim 0,1%).
• Pada kasus infeksi sekunder, perlu
dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal
atau sistemik bila lesi meluas.
b. Oral sistemik
• Antihistamin sedatif: klorfeniramin maleat 3 x
4 mg per hari selama maksimal 2 minggu atau
setirizin 1 x 10 mg per hari selama maksimal 2
minggu.
• Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10 mg
per hari selama maksimal 2 minggu.
c. Jika ada infeksi bakteri dapat diberikan antibiotik
topikal atau antibiotik sistemik bila lesi luas.
7. Apakah Petugas melakukan cuci tangan (air mengalir
dan sabun atau hand sanitizer)
8. Apakah Petugas menyerahkan resep pada pasien
9. Apakah Petugas melakukan konseling dan edukasi
Lumajang,…….…………….
(………………………..) (……………….………..)
Rekaman Historis Perubahan