Anda di halaman 1dari 9

DERMATITIS NUMULARIS

No. : UKP/VII/SOP-
Dokumen …/2017
No. Revisi :
SOP Tanggal :
Terbit
Halaman : 1/9

PUSKESMAS dr. ZAHROTUL ILMIYAH


SUKODONO NIP:197202172002122003

1. Pengertian Dermatitis numularis adalah dermatitis berbentuk lesi mata


uang (koin) atau lonjong, berbatas tegas, dengan efloresensi
berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah
(oozing/madidans). Penyakit ini pada orang dewasa lebih sering
terjadi pada pria daripada wanita. Usia puncak awitan pada
kedua jenis kelamin antara 55 dan 65 tahun, pada wanita usia
puncak terjadi juga pada usia 15 sampai 25 tahun. Dermatitis
numularis tidak biasa ditemukan pada anak, bila ada timbulnya
jarang pada usia sebelum satu tahun, umumnya kejadian
meningkat seiring dengan meningkatnya usia.
2. Tujuan Sebagai acuan petugas klinis sebelum melakukan tindakan
klinis terhadap pasien dan sebagai perlindungan bagi petugas
klinis bila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Sukodono Nomor 445/ …..
/ 427.55…./II/2017 tentang Standar Pelayanan Medis
4. Referensi 1. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas. Depkes RI.
2007.
2. Keputusan Menkes RI No. 514 tentang Panduan Praktik
Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama. 2015.
5. Alat dan 1. Alat : - Termometer
Bahan - Penlight/senter
- Stetoskop
2. Bahan: - Obat-obatan
6. Langkah- 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut dan
langkah mencocokkan identitas pasien
2. Petugas melakukan 3S (senyum, salam, sapa)
3. Petugas melakukan anamnesa apakah pasien mengeluh
1/5
Bercak merah yang basah pada predileksi tertentu dan
sangat gatal. Keluhan hilang timbul dan sering kambuh.
riwayat trauma fisis dan kimiawi (fenomena Kobner:
gambaran lesi yang mirip dengan lesi utama), riwayat
dermatitis kontak alergi, riwayat dermatitis atopik pada kasus
dermatitis numularis anak, stress emosional, minuman yang
mengandung alkohol, lingkungan dengan kelembaban
rendah, riwayat infeksi kulit sebelumnya
4. Petugas melakukan cuci tangan (air mengalir dan sabun
atau hand sanitizer)
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik :
1. Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel (0,3 – 1
cm), berbentuk uang logam, eritematosa, sedikit
edema, dan berbatas tegas.
2. Tanda eksudasi karena vesikel mudah pecah,
kemudian mengering menjadi krusta kekuningan.
3. Jumlah lesi dapat satu, dapat pula banyak dan
tersebar, bilateral, atau simetris, dengan ukuran yang
bervariasi.
4. Tempat predileksi terutama di tungkai bawah, badan,
lengan, termasuk punggung tangan.
6. Petugas memberikan pengobatan/terapi farmakoterapi
a. Topikal (2 kali sehari)
• Kompres terbuka dengan larutan permanganas
kalikus 1/10.000, menggunakan 3 lapis kasa bersih,
selama masing-masing 15-20 menit/kali kompres
(untuk lesi madidans/basah) sampai lesi mengering.
• Kemudian terapi dilanjutkan dengan kortikosteroid
topikal: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia
dapat digunakan fluosinolon asetonid krim 0,025%)
selama maksimal 2 minggu.
• Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan
hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan
Betametason valerat krim 0,1% atau Mometason furoat
krim 0,1%).
• Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan
pemberian antibiotik topikal atau sistemik bila lesi
meluas.
b. Oral sistemik
• Antihistamin sedatif: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per
hari selama maksimal 2 minggu atau setirizin 1 x 10
mg per hari selama maksimal 2 minggu.
• Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10 mg per hari
selama maksimal 2 minggu.
c. Jika ada infeksi bakteri dapat diberikan antibiotik topikal
atau antibiotik sistemik bila lesi luas.
7. Petugas melakukan cuci tangan (air mengalir dan sabun
atau hand sanitizer)
8. Petugas menyerahkan resep pada pasien
9. Petugas melakukan konseling dan edukasi
1. Memberikan edukasi bahwa kelainan bersifat kronis
dan berulang sehingga penting untuk pemberian obat
topikal rumatan.
2. Mencegah terjadinya infeksi sebagai faktor risiko
terjadinya relaps
10. Petugas merujuk bila kelainan tidak membaik dengan
pengobatan topikal standar. Apabila diduga terdapat faktor
penyulit lain, misalnya fokus infeksi pada organ lain, maka
konsultasi danatau disertai rujukan kepada dokter spesialis
terkait (contoh: gigi mulut, THT, obgyn, dan lain-lain) untuk
penatalaksanaan fokus infeksi tersebut.
11. Petugas menulis hasil pemeriksaan fisik, diagnose, dan
terapi kedalam rekam medis pasien
12. Petugas menandatangani rekam medik
13. Petugas menulis diagnose ke buku register rawat
jalan
7. Diagram Alir
Memanggil dan 3S (senyum,
mencocokan salam,sapa)
identitas
pasien
Ananmesis

Cuci tangan

Pemeriksaan fisik

Cuci tangan

Membuat resep
Komplika
obat Tidak si

Konsultasi dan
Ya
edukasi
Persiapkan rujukan
eksternal ke RS

Mencatat di RM dan
buku register

Pelanggan ambil
obat di ruang obat

Pasien pulang

8. Hal-hal yang Perhatikan indikasi rawat jalan atau rujukan


perlu
diperhatikan
9. Unit terkait 1. Ruangan Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Ruangan Pemeriksaan Umum
3. Ruangan Gawat Darurat
4. Ruangan Rawat Inap
5. Ruang Obat
10. Dokumen 1. Rekam Medis
Terkait 2. Form persetujuan/penolakan tindakan
3. Register Rawat Jalan/Rawat Inap
4. Buku ICD X
11. Rekaman
Historis Yang Isi
No Tgl mulai diberlakukan
Perubahan dirubah Perubahan
DERMATITIS NUMULARIS
No. Dokumen : UKP/VII/SOP-…/2017
Terbitan
DAFTAR No. Revisi :
TILIK Tgl. Mulai :
PUSKESMAS Berlaku
SUKODONO
Halaman : 6/9

Unit :

Nama Petugas :

Tanggal Pelaksanaan :

NO KEGIATAN YA TIDAK
1. Apakah Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut
dan mencocokkan identitas pasien
2. Apakah Petugas melakukan 3S (senyum, salam, sapa)
3. Apakah Petugas melakukan anamnesa apakah pasien
mengeluh Bercak merah yang basah pada predileksi
tertentu dan sangat gatal. Keluhan hilang timbul dan
sering kambuh. riwayat trauma fisis dan kimiawi
(fenomena Kobner: gambaran lesi yang mirip dengan
lesi utama), riwayat dermatitis kontak alergi, riwayat
dermatitis atopik pada kasus dermatitis numularis
anak, stress emosional, minuman yang mengandung
alkohol, lingkungan dengan kelembaban rendah,
riwayat infeksi kulit sebelumnya
4. Apakah Petugas melakukan cuci tangan (air mengalir
dan sabun atau hand sanitizer)
5. Apakah Petugas melakukan pemeriksaan fisik :
1. Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel (0,3
– 1 cm), berbentuk uang logam, eritematosa,
sedikit edema, dan berbatas tegas.
2. Tanda eksudasi karena vesikel mudah pecah,
kemudian mengering menjadi krusta
kekuningan.
3. Jumlah lesi dapat satu, dapat pula banyak dan
tersebar, bilateral, atau simetris, dengan ukuran
yang bervariasi.
4. Tempat predileksi terutama di tungkai bawah,
badan, lengan, termasuk punggung tangan
6. Apakah Petugas memberikan pengobatan/terapi
farmakoterapi
a. Topikal (2 kali sehari)
• Kompres terbuka dengan larutan
permanganas kalikus 1/10.000, menggunakan
3 lapis kasa bersih, selama masing-masing
15-20 menit/kali kompres (untuk lesi
madidans/basah) sampai lesi mengering.
• Kemudian terapi dilanjutkan dengan
kortikosteroid topikal: Desonid krim 0,05%
(catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan
fluosinolon asetonid krim 0,025%) selama
maksimal 2 minggu.
• Pada kasus dengan manifestasi klinis
likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat
diberikan golongan Betametason valerat krim
0,1% atau Mometason furoat krim 0,1%).
• Pada kasus infeksi sekunder, perlu
dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal
atau sistemik bila lesi meluas.
b. Oral sistemik
• Antihistamin sedatif: klorfeniramin maleat 3 x
4 mg per hari selama maksimal 2 minggu atau
setirizin 1 x 10 mg per hari selama maksimal 2
minggu.
• Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10 mg
per hari selama maksimal 2 minggu.
c. Jika ada infeksi bakteri dapat diberikan antibiotik
topikal atau antibiotik sistemik bila lesi luas.
7. Apakah Petugas melakukan cuci tangan (air mengalir
dan sabun atau hand sanitizer)
8. Apakah Petugas menyerahkan resep pada pasien
9. Apakah Petugas melakukan konseling dan edukasi

1. Memberikan edukasi bahwa kelainan bersifat


kronis dan berulang sehingga penting untuk
pemberian obat topikal rumatan.
2. Mencegah terjadinya infeksi sebagai faktor
risiko terjadinya relaps
10. Apakah Petugas merujuk bila kelainan tidak membaik
dengan pengobatan topikal standar. Apabila diduga
terdapat faktor penyulit lain, misalnya fokus infeksi
pada organ lain, maka konsultasi danatau disertai
rujukan kepada dokter spesialis terkait (contoh: gigi
mulut, THT, obgyn, dan lain-lain) untuk
penatalaksanaan fokus infeksi tersebut
11. Apakah petugas mencatat di rekam medis dan buku
register harian
12. Apakah petugas mempersilahkan pelanggan
mengambil obat di ruang obat
13. Apakah petugas mempersilahkan pelanggan pulang
CR : …………………………%.

Lumajang,…….…………….

Auditee Pelaksana / Auditor

(………………………..) (……………….………..)
Rekaman Historis Perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai