hun koperasi selalu mengalokasikan ang-
{garan sekian persen dari SHU untuk dipin-
jamkan kepada anggota. Itu sebelum bank
booming memberkan kredit perumahan.
Programnya kerudian beraih, memberi
pinjaman produkt untuk anggota, misal-
nya, untuk buka warung di rumah, atau
kegiatan wirausaha lainnya,
Mengaku tidak punya background
tentang perkoperasian, kebetulan, diplin
‘menjadi ketua koperasi di kantor, sehingga
‘muncul ide-ide untuk membangun koperasi
‘menjadi besar, dan punya nama yang bai.
‘Artinya, manajemennya balk, pengelolaan-
nya balk, dan secara bisnis juga baik. Itulah
yang ditrapkan dalam mengelola koperas
Setelah berkecimpung di koperasi, banyak
‘eman, dan semua sejalan.
Semakin tahu banyak tentang perko-
pe rasian ketika menjabat pengurus ko-
pperasi, dua periode sebagai Ketua Deko-
piinda (Dewan Koperasi Indonesia Daerah),
Jakarta Timur, yang mewadahi seluruh
gerakan koperasi; ada Koperasi Pasar, Ko-
pperasi Simpen Pinjam, Koperasi Karyawen,
Koperasi Pegawai, Koperasi Serba Usaha
dan segala macam. “Di situlah saya banyak
belajar,” tutur alumni ASMI yang kemudian
rmeraih gelar Sarjana Sosial (S Sos)
Karena teman-temannya _mengang-
{9ap sebagai orang koperasi, mendorong
Tutik_memperdalam imu perkoperasian
dengan mengikuti berbagai_pendidlkan.
Misalnya, mengikuti pendidikan di Lapen-
kop, di Jatinangor, Subang, Jawa Barat.
Dengan bekal imu dari Lapenkop itu seka-
rang Tutik bisa mengajar di mana saja, baik
tingkat lokal maupun nasional
Koperasi akan berkembang baik, bila
sumber daya manusia (SDM)-nya paham
benar tentang koperasi. “Kerenanya, soal
pendidikan_ perkoperasian menjadi_mu-
tlak,” kata Tutik membeberkan pokok pang
kal mencapai sukses.
Dia mengembangkan Dekopinda Ja~
karta Timur menjadi bagus, karena menan-
ganinya melalui pendidikan. Membangun
koperasi langkah awal adalah membangun
kesadaran dari seluruh pengurus di kope
asi melalui pendidikan,” kata Tutik tentang
konsep pembinaan SDM koperasi
‘Merasa punya tanggung jawab untuk
membangun dunia perkoperasian, meski
kesibukannya luar biasa Tutik masih mau
membagi waktu untuk menyebar luaskan
ilmunya melalui pendidikan,
"Saya sering memberikan pendidikan
di koperasi TNI, Koperasi Pegawai, Kope-
rasi Pasar (Kopas), dan koperasi apa saa’
jelasnya. Kalau di koperasi pasar lanjut dia
ngajamnya pada hari Sabtu, di KSU sering
malam. Waktu untuk koperesi hanya Sabtu
= Miunggu, atau setelah jam kantor. Kalau
jam Kantor terkonsentrai untuk pekerjaan
kantor.
Pendidikan yang diberikan macam-
macam, tergantung kepentingannya apa?
Bila _kepentingannya untuk wiraswasta,
materinya tentang usaha. Bila ingin memba
gun SOM koperasi, disi pendidikan yang
berbau koperasi. Kalau ingin membangun
system pelaporan yang bagus, materinya
tentang manajemen,
Menyelenggarakan pendidikan, tidak
asal, Kepada anagota ditanya, apa kepen
tingannya, apa maunya? Setelah tahu yang
dibutuhkan, baru disesuaikan materinya,
“Dengan cara seperti itu pendidikan men-
jadi efektif,” kata Tutlk member alasan
Sebagai ketua umum Puskopkar, lan-
Jutnya, selalu mengarahkan anggota, untuk
membuat program kerja yang betul-betul
bisa membangun kekuatan perekonomian
anggotanya. "Pengurus yang berhasil ada-
lah pengurus yang bisa melayani anggotan-
ya dengan baik,” begitu pendapatnya,
DIINDONESIA, koperasi diakul sebagai
sokoguru perekonomian nasional. Tujuan-
‘nya pun jelas untuk meningkatkan ekonomi
kerakyatan. Ambil contoh, di wilayeh Jakar-
ta Timur kurang lebih ada 150-an Kopker
yang kuat. Kalau di dalam perekonomian
dia punya kekuatan cukup beser, otomatis
punya daya beli untuk kehidupan dan ke-
mampuan membangun lingkungannya,
Kopkarrata-rata punya program mem
berikan pinjaman kepada anggota untuk
‘modal usaha keluarga, buka warung, buka
korwveksi, buka bengkel, atau apa saa yang
sifatnya berwirausaha, sehingga diharap-
kan kelak mempunyal kekuatan ekonomi
dilingkungan,
Untuk memibangun —_perkuatan
ekonomi, misalnya, anggota diberi pinja-
man Rp 5 juta, sudah bisa buka warung,
dan membuka akses untuk mendapatkan
barang-barang dengan harga murah dan
muah. Tutik mengakui, belum berani
memberikan prosentase seberapa besa,
Kopkar mendukung usaha ekonomi ke-
larga. Namun bila karyawan mampu
mengembangkan usaha, otomatis pereko-
nomian di lingku ngan akan meningkat.
Tutik membeberkan kiatnya; “Con-
toh di kantor saya, awalnya ister-isteri
anggota dikumpulkan, ditanya mau usaha
‘apa. Setelah jelas, diadakan survey. Seka-
rang, ister-steri karyawan itu sepertinya
tidak terlalu pusing, berapa besar sang
suami ngasih uang. Tidak seperti duly,
Edis! Vill + Mei 2008 + Tahun