Anda di halaman 1dari 2

Jakarta, CNN Indonesia -- Institute for Development of

Economics and Finance (Indef) mengingatkan pemerintah


berbagai tantangan yang bakal menghantui perekonomian di
tahun ini. Mulai dari inflasi akibat efek kenaikan BBM yang
masih terasa, hingga kenaikan harga beras dan kelangkaan
minyak goreng.

Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad mengatakan apalagi di


awal tahun ini belum ada event khusus ataupun kebijakan
pemerintah yang bisa merangsang perekonomian.
"Bantuan sosial di awal tahun nyatanya memang belum bisa
didistribusikan dengan baik karena administrasi. Baru-baru ini kita
dihadapkan harga beras tinggi dan minyak goreng sulit diperoleh.
Ini merupakan tantangan besar," ujarnya dalam diskusi Indef,
Selasa (7/2).

Selain itu, kinerja ekspor yang mendorong perekonomian sepanjang


2022 hingga bisa tumbuh 5,31 persen kini terlihat mulai melambat
sejak akhir tahun lalu. Artinya, keuntungan dari kenaikan harga
komoditas unggulan di pasar global tak akan secerah 2022.

"Trennya tiga bulan terakhir dan masih terasa di awal Januari kalau
pertumbuhan ekspor makin turun, maka tentu saja ini menjadi sinyal
2023 efek dari global dirasakan makin berat," jelasnya.

Dengan kondisi ini, maka pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2023


diramal hanya bisa tumbuh 4,9 persen atau tak setinggi kuartal IV-
2022 yang terealisasi 5,01 persen.

"Saya kira ini menjadi signal pemerintah harus memperbaiki


beberapa hal, termasuk mengurangi tekanan inflasi yang
menggerus daya beli, mempertahankan konsumsi masyarakat dan
tentu saja memperbaiki stimulus pemerintah agar lebih baik lagi,"
kata Tauhid.

Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto menekankan jika dibandingkan


dengan negara tetangga di ASEAN, pertumbuhan ekonomi
Indonesia masih kalah dan tak sekuat yang digadang-gadang
pemerintah. Misalnya dengan Vietnam dan Filipina, Indonesia kalah
padahal memiliki tantangan perekonomian yang sama.

"Ekonomi Indonesia itu tidak impresif banget sebetulnya karena


negara lain mampu lebih tinggi. Vietnam mampu tumbuh 8,02
persen dan Filipina juga tumbuh 7,6 persen di 2022. Artinya walau
kita bisa tumbuh 5,3 persen, tapi dibandingkan tetangga, kita
kalah," pungkas Eko.

Anda mungkin juga menyukai