1 2
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran tentang Pelayanan Publik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) Republik Indonesia Nomor 5038);
sebagaimana telah diubah beberapakali 7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
terakhir dengan Undang-Undang Nomor tentang Pajak Daerah dan Retribusi
12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Daerah (Lembaran Negara Republik
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,
2004 tentang Pemerintahan Daerah Tambahan Lembaran Negara Republik
(Lembaran Negara Republik Indoensia Indonesia Nomor 5049);
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia 8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Nomor 4844); tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
tentang Perimbangan Keuangan antara Tambahan Lembaran Negara Republik
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Indonesia Nomor 5234);
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, 9. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun
Tambahan Lembaran Negara Republik 1971 tentang Perubahan Batas-batas
Indonesia Nomor 4438); Daerah Kotamadya Makassar dan
Kabupaten-kabupaten Gowa, Maros dan
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Pangkajene dan Kepulauan dalam
tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Lingkungan Daerah Propinsi Sulawesi
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Selatan (Lembaran Negara Republik
Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Tahun 1971 Nomor 65,
Republik Indonesia Nomor 4851); Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2970);
3 4
10. Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33
1999 tentang Perubahan Nama Kota Tahun 2010 tentang Pedoman
Ujung Pandang Menjadi Kota Makassar Pengelolaan Sampah (Berita Negara
dalam Wilayah Propinsi Sulawesi Selatan Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
(Lembaran Negara Republik Indonesia 274);
Tahun 1999 Nomor 193); 15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 11/PMK.07/2010 tentang Tata Cara
2007 tentang Pembagian Urusan Pengenaan Sanksi Terhadap Pelanggaran
Pemerintahan Antara Pemerintah, Ketentuan Pajak Daerah dan Retribusi
Pemerintahan Daerah Propinsi dan Daerah;
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota 16. Peraturan Daerah Kota Makassar
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2009 tentang Urusan
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan
Lembaran Negara Republik Indonesia Pemerintah Kota Makassar (Lembaran
Nomor 4437); Daerah Kota Makassar Tahun 2009
12. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun Nomor 2);
2010 tentang Tatacara Pemberian dan 17. Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor
Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Susunan Organisasi Perangkat Daerah
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Kota Makassar (Lembaran Daerah
Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Kota Makassar Tahun 2009 Nomor 3)
Republik Indonesia Nomor 5161); sebagaimana telah diubah dengan
13. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor
tentang Pengesahan Pengundangan dan 2 Tahun 2011 tentang Perubahan
Penyebarluasan Peraturan Perundang- Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor
undangan; 3 Tahun (Lembaran Daerah Kota
Makassar Tahun 2011 Nomor 2) .
5 6
6. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia
Dengan Persetujuan Bersama dan/atau proses alam yang berbentuk padat;
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA 7. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Kota berupa usaha dan
MAKASSAR pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau
kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang
dan
pribadi atau badan;
WALIKOTA MAKASSAR 8. Tempat umum lainnya adalah tempat yang dapat
MEMUTUSKAN : digunakan oleh masyarakat umum dan dikelola oleh
Pemerintah Daerah;
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR
TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN 9. Jasa umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan
PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN oleh Pemerintah Kota untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang
BAB I pribadi atau badan;
KETENTUAN UMUM 10. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
Pasal 1 menurut Peraturan Perundang-undangan Retribusi
diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi;
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
11. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang
1. Daerah adalah Kota Makassar; merupakan batas waktu bagi wajib Retribusi untuk
2. Walikota adalah Walikota Makassar; memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari
3. Pemerintah Kota Makassar adalah perangkat kota Pemerintah Kota;
sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Kota 12. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya
Makassar; disingkat SSRD adalah bukti pembayaran atau
4. Satuan Kerja Perangkat Daerah selanjutnya disebut penyetoran Retribusi yang telah dilakukan dengan
SKPD adalah perangkat-perangkat Pemerintah Kota menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara
Makassar yang bertanggungjawab dalam bidang lain ke Kas Daerah melalui tempat pembayaran yang
persampahan dan kebersihan di Kota Makassar; ditunjuk oleh Walikota;
5. Pejabat adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas 13. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang dapat disingkat
tertentu dibidang Retribusi Daerah sesuai dengan SKRD adalah Surat ketetapan yang menentukan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; besarnya jumlah retribusi yang terutang;
7 8
14. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya membayar retribusi sesuai dengan jumlah retribusi yang
disingkat STRD adalah Surat untuk melakukan tagihan terutang;
Retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan 21. Utang Retribusi adalah utang Retribusi atas nama wajib
atau denda; Retribusi yang tercantum pada STRD, SKRDKB, atau
15. Perhitungan Retribusi Daerah adalah perincian besarnya SKRDKBT yang belum daluwarsa dan Retribusi yang
Retribusi yang harus dibayar oleh wajib retribusi, baik terutang.
pokok retribusi, bunga, kekurangan pembayaran retribusi, 22. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun
kelebihan pembayaran retribusi, maupun sanksi retrubsi; dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang
16. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan
dapat disingkat SKRDLB adalah Surat Keputusan yang suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi pemenuhan kewajiban retribusi dan/atau untuk tujuan lain
karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
retribusi yang terutang dan tidak seharusnya terutang; perundang-undangan retribusi daerah.
17. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang 23. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi adalah
dapat disingkat SKRDKB adalah Surat Keputusan yang serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk
menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang; mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
18. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar membuat terang tindak pidana di bidang retribusi yang
Tambahan, yang dapat disingkat S K R D K B T adalah terjadi serta menemukan tersangkanya.
Surat Keputusan yang menentukan tambahan atas
jumlah retribusi yang telah ditetapkan; BAB II
19. Pembayaran Retribusi Daerah adalah besarnya Bagian Pertama
kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib Retribusi Nama, Objek, subjek dan Wajib RetribusI
sesuai dengan SKRD dan STRD ke Kas Daerah atau Pasal 2
ketempat lain yang ditunjuk dengan batas waktu yang (1) Dengan nama Retribusi Pelayanan
telah ditentukan; Persampahan/Kebersihan, dipungut Retribusi sebagai
20. Penagihan Retribusi Daerah adalah serangkaian kegiatan pembayaran atas pelayanan Persampahan/Kebersihan
pemungutan Retribusi Daerah yang diawali dengan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.
penyampaian Surat Peringatan,Surat teguran yang
bersangkutan melaksanankan kewajiban untuk
9 10
Pasal 3 Bagian Kedua
(1) Obyek Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Golongan Retribusi
adalah pelayanan persampahan/kebersihan yang Pasal 6
diselenggarakan oleh Pemerintahan Daerah meliputi :
Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan digolongkan
a. Pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke dalam Retribusi Jasa Umum.
lokasi pembuangan sementara;
b. Pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi Bagian Ketiga
pembuangan sementara ke lokasi Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pelayanan
pembuangan/pembuangan akhir sampah;dan Persampahan/Kebersihan
c. Penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir
Pasal 7
sampah;
(1) Besarnya Retribusi yang terutang dihitung berdasarkan
(2) Dikecualikan dari obyek retribusi sebagaimana dimaksud perkalian antara tingkat penggunaan jasa dengan tarif
pada ayat (2) adalah pelayanan kebersihan jalan umum, retribusi.
taman, tempat ibadah/sosial, dan tempat umum lainnya. (2) Tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud ayat
Pasal 4 (1) adalah jumlah penggunaan jasa Alokasi yang
Subjek retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan adalah dijadikan dasar alokasi beban biaya yang dipikul
Orang pribadi atau badan yang memperoleh/menikmati Pemerintah Daerah untuk penyelenggaraan jasa
pelayanan persampahan/kebersihan. penyelenggaraan pelayanan persampahan/kebersihan.
(3) Apabila tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud
Pasal 5 pada ayat (1) sulit diukur maka tingkat penggunaan jasa
Wajib retribusi adalah setiap orang pribadi atau badan yang dapat ditaksir berdasarkan rumus yang dibuat oleh
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan diwajibkan Pemerintah Kota.
untuk melakukan pembayaran retribusi Pelayanan (4) Rumus sebagaimana dimaksud pada ayat (3), harus
Persampahan/Kebersihan. mencerminkan beban yang dipikul oleh Pemerintah Kota
dalam penyelenggaraan jasa pelayanan
persampahan/kebersihan.
11 12
(5) Tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bagian Kelima
adalah nilai rupiah atau persentase tertentu yang Struktur dan Besar Tarif
ditetapkan untuk menghitung Retribusi yang terutang. Pasal 9
(6) Tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dapat ditentukan seragam atau bervariasi menurut Struktur dan besar tarif retribusi persampahan/kebersihan
golongan sesuai dengan prinsip dan sasaran penetapan meliputi pengambilan, pengakutan dan pembuangan serta
tarif Retribusi. penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan sampah rumah
tangga, bangunan, institusional, industri dan perdagangan
Bagian Keempat ditetapkan retribusi sebagai berikut :
Prinsip Sasaran Penetapan Struktur dan
Besarnya Tarif Retribusi
NO JENIS BENTUK BESARNYA KETERANGAN
Pasal 8 PELAYANAN TARIF
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi,
ditetapkan dengan memperhatikan, kemampuan Pelayanan
masyarakat, aspek keadilan dan efektifitas pengendalian 1. penyedotan dan
atas pelayanan tersebut. Pipa tidak lebih
pengangkutan limbah Rp. 200.000 25 m
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tinja/jamban(Perseptik
meliputi biaya operasi dan biaya pemeliharaan, biaya tank/Tangki)
bunga dan biaya modal.
(3) Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan Pelayanan
biaya penyediaan jasa, penentapan tarif hanya untuk 2. penyedotan dan
menutup sebagian biaya. pengangkutan limbah
cair dan
Pipa tidak lebih
industri lainnya Rp. 250.000 25 m
(Perseptik
tank/Tangki)
13 14
Sewa pipa Pelayanan angkutan Per petak &
3. penyedotan limbah Rp. 5.000 Per Meter Pipa 9. sampah toko Rp. 40.000 satu lantai
tinja/industry dalam kawasan
perdagangan setiap bulan
Pelayanan angkutan
4. sampah Rp. 25.000 Per m³ secara Pelayanan angkutan Per petak &
rumah tangga (door to 10. sampah Rp. 45.000 satu lantai
door) Manual/bulan toko diluar kawasan
perdagangan setiap bulan
Pelayanan angkutan
5. sampah Rp. 30.000 Per m³ secara Pelayanan angkutan Per petak &
komersial manual / bulan 11. sampah Rp. 60.000 satu lantai
Pelayanan angkutan Per m³ secara rumah dan toko
6. sampah Rp. 35.000 Manual dalam setiap bulan
luar biasa atau alat berat dalam kawasan
perdagangan
Pelayanan angkutan
7. sampah Pelayanan angkutan
kawasan perumahan 12. kontainer
elit Rp. 50.000 Per m³ secara Diatas Ukuran 1 Per 1 (satu) X
dan jalan perkotaan Manual/ bulan sampai dengan 6 m3 Rp. 150.000 Angkut
17 18
BAB V (4) Tata cara pembayaran, pemungutan dan penyetoran
PENETAPAN RETRIBUSI retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3), diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pasal 12 Walikota.
(1) Retribusi yang terutang dipungut dengan menggunakan
SKRD atau dokumen lainnya yang dipersamakan. Pasal 14
(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan (1) Pembayaran retribusi Pelayanan
data baru atau data yang semula belum terungkap yang Persampahan/Kebersihan tidak dapat diangsur.
menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang (2) Dalam keadaan tertentu dapat dilakukan penundaan
terutang, maka ditagih dengan menggunakan STRD. pembayaran yang didasarkan permohonan penundaan
(3) Bentuk isi, dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen pembayaran dari wajib retribusi kepada Walikota.
lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud ayat (1) (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penundaan pembayaran
ditetapkan oleh Walikota. sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur lebih lanjut
BAB VI dengan Peraturan Walikota.
19 20
BAB VIII (3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran
PEMUNGUTAN RETRIBUSI retribusi, diatur dengan Peraturan Walikota.
Bagian Kesatu Bagian Ketiga
Tata Cara Pemungutan Tata Cara Penagihan
Pasal 16 Pasal 18
(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan. (1) Pembayaran Retribusi dilakukan oleh wajib retribusi
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau paling lambat 10 bulan.
dokumen lain yang dipersamakan. (2) Dalam hal wajib retribusi terlambat melakukan
(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana pembayaran sesuai jangka waktu sebagaimana dimaksud
dimaksud ayat (2) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu pada ayat (1), maka petugas pemungut berkewajiban
langganan. untuk melakukan penagihan.
(4) Pengawasan terhadap penggunaan berupa karcis, kupon (3) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud
dan kartu langganan sebagaimana dimaksud ayat (3) pada ayat (2) didahului dengan surat teguran.
dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk untuk itu. (4) Tata cara penagihan retribusi sebagaimana dimaksud
(5) Tata cara pemungutan retribusi , diatur dengan Peraturan pada ayat (2), diatur dengan Peraturan Walikota.
Walikota. Bagian Keempat
Bagian Kedua Keberatan
Tata Cara Pembayaran Pasal 19
Pasal 17 (1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan kepada
(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi Walikota atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau
sekaligus. dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa
(lima belas) hari sejak diterbitkan SKRD atau dokumen Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.
lain yang dipersamakan dan STRD. (3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan,
21 22
kecuali jika wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan
bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena Pasal 21
keadaan di luar kekuasaannya.
(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau
(4) Keadaan di luar kekuasannya sebagaimana dimaksud seluruhnya, kelebihan pembayaran retribusi dikembalikan
pada ayat (3) adalah suatu keadaan yang terjadi diluar dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua
kehendak atau kekuasaan wajib Retribusi. persen) sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan.
(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban (2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan
Retribusi. diterbitkannya SKRDLB.
Pasal 20 BAB IX
(1) Walikota atau pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN
paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat RETRIBUSI
Keberatan diterima harus memberi Keputusan atas Pasal 22
keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat
Keputusan keberatan. (1) Walikota berdasarkan permohonan wajib Retribusi dapat
memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Retribusi.
memberikan kepastian hukum bagi wajib Retribusi,
bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan (2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan
oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk. Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) disesuaikan
dengan kemampuan wajib Retribusi.
(3) Keputusan Walikota atas keberatan dapat berupa
menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau (3) Tata cara permohonan dan pemberian pengurangan,
menambah besarnya Retribusi yang terutang. keringanan dan pembebasan retribusi diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Walikota.
(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) telah lewat dan Walikota tidak memberi suatu
keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap
dikabulkan.
23 24
BAB X sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN pembayaran Retribusi.
29 30
Pasal 31
BAB XV Peraturan Daerah ini berlaku sejak tanggal 2 Januari 2012.
KETENTUAN PIDANA
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
Pasal 29 pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya dalam Lembaran Daerah Kota Makassar.
sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana
kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling Ditetapkan di Makassar
banyak Rp. 50 000 000 (lima puluh juta rupiah). pada tanggal 30 Desember 2011
(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1), adalah
WALIKOTA MAKASSAR,
pelanggaran.
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan
penerimaan negara.
BAB XVI
ILHAM ARIEF SIRAJUDDIN
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 30
Diundangkan di Makassar
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka pada tanggal 30 Desember 2011
Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Ujung
Pandang Nomor 14 Tahun 1999 tentang Retribusi SEKRETARIS DAERAH KOTA MAKASSAR,
Pelayanan Persampahan/Kebersihan (Lembaran Daerah
Kotamadya Daerah Tingkat II Ujung Pandang Nomor 14
Tahun 1999 Seri B Nomor 4), dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
M. ANIS ZAKARIA KAMA
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tehnis pelaksanaannya,
diatur dengan Peraturan Walikota.
LEMBARAN DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2011
NOMOR 12.
31 32