Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS SURAT PERJANJIAN JUAL BELI KREDIT MOTOR

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Perancangan Kontrak oleh Bapak Yakop
Abd. Mahmud, SH., MH

Oleh:
Kelompok 1 Kelas F

1. Azelchie Caroline (1011420176)


2. De Arnita Angelika Simanjorang (1011420233)
3. Fauzia Musdalifa Z. A. Nuna ((1011420217)
4. Julian Rizky Nathanael (1011420088)
5. Muh. Nabil Putra Naufal Acub Umar (1011420229)
6. Nurfatiah Pasungke (1011420115)
7. Siti Maryam Nasir (1011420203)
8. Sarifudin Rauf

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
PERJANJIAN PEMBIAYAAN MULTIGUNA - PEMBELIAN KENDARAAN DENGAN
PEMBAYARAN SECARA ANGSURAN
No. PGY1900560
Pada hari Kamis, tanggal 12, bulan Oktober, tahun 2023 telah dibuat dan ditanda-tangani
Perjanjian Pembiayaan, oleh dan antara:
I. PT Suzuki Finance Indonesia, sebuah Perseroan Terbatas yang telah terdaftar dan
diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan yang bergerak di bidang pembiayaan kendaraan
bermotor roda dua dan roda empat, yang didirikan menurut hukum Negara Republik
Indonesia berkedudukan di Jl. Prof. Dr. H.B. Jassin, Limba B, Kota Sel., Kota
Gorontalo, Gorontalo 96135 dalam hal ini diwakili Muh. Nabil oleh dalam
kedudukannya sebagai Direktur PT Suzuki Finance demikian berdasarkan surat kuasa
Direksi; Selanjutnya disebut sebagai "KREDITUR"
II. Azelchie Caroline bertempat tinggal di jl. Kasmat Lahay Desa Bongopini Kecamatan
Tilongkabila, Bone Balango, Gorontalo dalam melakukan tindakan hukum ini telah
mendapat persetujuan dari suami/istri yang turut menandatangani Perjanjian ini atau
Zayn Malik, dalam hal ini selaku Suami dari dan sebagai demikian bertindak untuk
dan atas nama Azelchie Caroline berkedudukan di jl. Kasmat Lahay Desa Bongopini
Kecamatan Tilongkabila, Bone Balango, Gorontalo yang telah mendapat persetujuan
dari Pihak yang turut serta menandatangani Perjanjian ini. Selanjutnya disebut
"DEBITUR":
KREDITUR dan DEBITUR (selanjutnya disebut "PARA PIHAK") telah saling setuju untuk
membuat, menetapkan, melaksanakan dan mematuhi Perjanjian ini dengan syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
PASAL 1 - FASILITAS PEMBIAYAAN
Berdasarkan permohonan DEBITUR, KREDITUR dengan ini menyatakan setuju
menyediakan Fasilitas Installment Financing sebagaimana DEBITUR setuju menerima
Fasilitas tersebut dari KREDITUR untuk pembelian Kenderaan Motor Suzuki GSX-R150.
Dengan perincian pembiayaan sebagai berikut:
1. Harga Objek Barang / Kendaraan : Rp. 35.000.000
2. Uang Muka : Rp. 3.500.000
3. Biaya-biaya yang harus dibayarkan sebelum pencairan pembiayaan:
a. Biaya Asuransi Unit : Rp. 30.000.000
b. Biaya Asuransi Jiwa : Rp. 25.000.000
c. Biaya Pengikatan & Fidusia : Rp. 875.000
d. Biaya Notaris : Rp. 1.000.000
e. Biaya Administrasi : Rp. 250.000
f. Biaya Survei : Rp. 200.000
g. Biaya Provisi : Rp. 350.000
Total Biaya – Biaya : Rp. 57.675.000
4. Pokok Utang : Rp. 1.458.000
5. Total Utang DEBITUR : Rp. 36.384.000
6. Suku Bunga : 4% efektif p.a setara Rp. 58.533
7. Jangka Waktu Pembiayaan : 24 kali angsuran
8. Tanggal pembayaran angsuran (jatuh tempo) : 12 Oktober 2025
9. Nilai angsuran pembiayaan per bulan : Rp. 1. 516.000
PASAL 2 - RINCIAN BARANG PEMBIAYAAN
Rincian objek barang atau jasa pembiayaan dalam Perjanjian ini adalah sebagai berikut:
1. Merek/Tahun Kendaraan : Motor Suzuki
GSX-R150
2. Nomor Mesin : Water-cooled, 4-stroke
3. Nomor Rangka : 130/70-17 (TL)
4. Nomor Polisi : DM 4444 VB
5. BPKB atas Nama : Azelchie Caroline
PASAL 3 - KETENTUAN TAMBAHAN
1. Syarat dan Ketentuan Perjanjian Pembiayaan sebagaimana terlampir merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Pembiayaan ini. Apabila terdapat ketidaksesuaian
apapun antara Syarat dan Ketentuan Pembiayaan dan Perjanjian Pembiayaan, maka
Perjanjian Pembiayaan ini yang berlaku. Dalam hal terdapat ketentuan-ketentuan lain
yang berlaku kemudian terhadap KREDITUR berdasarkan peraturan perundang-
undangan Republik Indonesia, maka DEBITUR diwajibkan tunduk pada ketentuan-
ketentuan lain tersebut.
2. Semua biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pembuatan Perjanjian
Pembiayaan ini menjadi beban dan tanggung jawab DEBITUR secara sepenuhnya dan
wajib dibayarkan DEBITUR atas permintaan pertama dari KREDITUR, kecuali yang
secara tegas ditentukan dalam Perjanjian Pembiayaan.
3. Sehubungan dengan Fasilitas Pembiayaan yang diberikan KREDITUR kepada
DEBITUR, DEBITUR memberikan jaminan sebagaimana disebutkan pada Pasal 2
Perjanjian ini .
Demikian Perjanjian ini dibuat atas itikad baik oleh PARA PIHAK dan dibuat dalam rangkap
2 (dua) yang masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama.

KREDITUR DEBITUR PENJAMIN SAKSI MENYETUJUI

SYARAT DAN KETENTUAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN


Sehubungan dengan hal-hal tersebut pada Perjanjian Pembiayaan antara KREDITUR dan
DEBITUR telah saling setuju untuk membuat, menetapkan, melaksanakan dan mematuhi
Perjanjian ini dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

PASAL 1 - PENGERTIAN
1.1. Yang dimaksud Perjanjian ini adalah Perjanjian Pembiayaan untuk pembelian kendaraan
bermotor yang diperlukan oleh DEBITUR dalam jangka waktu yang diperjanjikan,
dimana KREDITUR memberikan fasilitas pinjaman kepada DEBITUR untuk pembelian
kendaraan menggunakan fasilitas Pembiayaan Multiguna dengan cara Pembelian Dengan
Pembayaran Secara Angsuran ("Fasilitas Installment Financing") dari KREDITUR
sehingga DEBITUR memberikan kuasa yang tidak dapat dicabut kembali kepada
KREDITUR untuk mempergunakan dana yang diperoleh dari pencairan Fasilitas
Installment Financing ini untuk pembayaran harga kendaraan kepada Penjual serta
menerima tanda terima pembayaran dari Penjual yang juga merupakan bukti penerimaan
pinjaman dari KREDITUR kepada DEBITUR. Pencairan Fasilitas Installment Financing
ini dilakukan setelah DEBITUR memenuhi seluruh kewajiban yang ditentukan oleh
KREDITUR.
1.2. Yang dimaksud dengan Utang dalam Perjanjian ini adalah semua jumlah uang terutang
oleh DEBITUR kepada KREDITUR, baik Utang pokok, bunga, denda keterlambatan,
bea meterai, pajak dan biaya yang berkaitan dengan proses hukum untuk
melaksanakan
penagihan Utang dan pemenuhan hak-hak KREDITUR oleh DEBITUR serta untuk
pelaksanaan eksekusi jaminan berkenaan dengan objek Perjanjian.

PASAL 2 - JANGKA WAKTU


Perjanjian ini berlalai sejak ditanda tanganinya Perjanjian oleh PARA PIHAK dan berakhir
pada saat DEBITUR sudah menyelesaikan seluruh kewajibannya kepada KREDITUR

PASAL 3 - HAK DAN KEWAJIBAN DEBITUR


3.1. DEBITUR dengan ini menyatakan berhak dan berwenang untuk menerima fasilitas
pembiayaan sebagaimana dijelaskan dalam Perjanjian Pembiayaani
3.2. Bahwa atas Fasilitas Pembiayaan yang diberikan oleh KREDITUR, DEBITUR wajib
membayar setiap angsuran secara tepat waktu setiap bulannya sebagaimana yang sudah
ditentukan dalam Perjanjian Pembiayaan dan tidak dapat menggunakan alasan apapun untuk
menunda pembayaran atau membuat permohonan penjadwalan kembali pembayaran atas
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada DEBITUR
3.3. DEBITUR wajib melakukan pembayaran angsuran sesuai dengan tanggal jatuh tempo
yang berlaku. Dalam hal terjadi keterlambatan pembayaran angsuran dan/atau pelunasan
dipercepat, maka DEBITUR akan dibebankan biaya denda/penalty sebagaimana diatur dalam
Syarat dan Ketentuan ini.
3.4. DEBITUR wajib memberitahukan melakukan atau pengkinian secara tertulis kepada
KREDITUR mengenai nomor telepon, alamat surat menyurat namun tidak terbatas pada
alamat email, alamat rumah, alamat penagihan dan/atau alamat lain yang digunakan untuk
tujuan korespondensi sehubungan dengan Perjanjian ini dan setiap perubahannya setiap kali
DEBITUR melakukan perubahan.
3.5. Bahwa selama DEBITUR masih berutang kepada KREDITUR berdasarkan Perjanjian
Pembiayaan berikut perjanjian lain yang terkait, maka segala pajak, asuransi dan beban/biaya
lainnya yang sekarang ataupun yang timbul dikemudian hari akan dikenakan pada
Barang/Kendaraan Jaminan wajib dibayar seluruhnya oleh DEBITUR sendiri.
3.6. DEBITUR menyetujui untuk melaksanakan setiap tagihan yang dimilikinya terhadap
KREDITUR atau badan lainnya secara terpisah atau tersendiri, terlepas apakah tagihan
tersebut berhubungan atau tidak dengan Perjanjian ini atau yang timbul oleh transaksi ini atau
oleh sebab apapun juga. DEBITUR menyetujui bahwa tagihan tersebut (bila ada) tidak dapat
dijadikan alasan untuk tidak membayar atau menuntut kembali pembayaran atau atau
melakukan pengurangan untuk diperhitungkan atau dikompensasikan dengan pembayaran
atau pemenuhan kewajiban-kewajiban DEBITUR berdasarkan Perjanjian ini berikut
perjanjian/pernyataan lain yang berkaitan dengan Perjanjian ini.
3.7. DEBITUR wajib mengesampingkan seluruh hak untuk melakukan perjumpaan hutang
(“set-off”) sebaimana dimaksud dalam pasal 1435 KUHPerdata dan seluruh hak lain yang
serupa dengan Perjumpaan Hutang ("set-off").
3.8. DEBITUR berkewajiban untuk menjaga dan merawat terhadap Kendaraan yang
merupakan Objek Pembiayaan. selama Jangka Waktu Pembiayaan.

PASAL 4 - HAK DAN KEWAJIBAN KREDITUR


4.1. KREDITUR berhak melakukan konfirmasi pembelian atau pemesanan atas barang serta
jika dipandang perlu melakukan pemesanan barang kepada penjual.
4.2. KREDITUR berhak mengurus, menerima, mengambil serta menatausahakan seluruh
dokumen kepemilikan barang, membuat, meminta dibuatkan serta menandatangani tanda
penerimaan atas dokumen kepemilikan barang tersebut.
4.3. KREDITUR berhak untuk memberikan surat peringatan dan/atau somasi apabila
DEBITUR lalai atau melakukan wanprestasi dengan tidak melaksanakan kewajiban dan/atau
hal-hal yang tidak sesuai dengan Perjanjian ini.
4.4. Apabila terjadi perubahan kebijakan moneter yang berakibat tetapi tidak terbatas pada
kenaikan suku bunga pinjaman, maka KREDITUR akan menyesuaikan jumlah kewajiban
pembayaran DEBITUR kepada KREDITUR sebagaimana akan diberitahukan secara tertulis
kepada DEBITUR dan dalam Perjanjian ini DEBITUR menyatakan sepakat dan setuju atas
penyesuaian tersebut.

PASAL 5 - TATA CARA DAN TEMPAT PEMBAYARAN


51. Pembayaran dilakukan oleh DEBITUR dengan cara mengasur setiap bulan dan terus
menerus serta tidak terputus padal tanggal yang telah diatur pada Perjanjian Pembiayaan
5.2. Pembayaran angsuran dapat dilakukan diseluruh kantor cabang KREDITUR, dan
ditempat lainnya atau dengan cara lain yang ditentukan oleh KREDITUR, dan DEBITUR
melalui Perjanjian ini menyatakan setuju dengan biaya administrasi yang akan dikenakan
pada saat pembayaran angsuran tersebut. Proses pembayaran tagihan melalui PIHAK
KETIGA, dapat dikenakan biaya tambahan yang telah ditentukan oleh PIHAK KETIGA.
5.3. DEBITUR dengan ini mengakui bahwa pembukuan dan catatan yang dikeluarkan
KREDITUR merupakan bukti yang sah mengenal pembayaran Angsuran yang telah
dilakukan DEBITUR atau jumlah Angsuran yang belum dibayar oleh DEBITUR atau
jumlah Utang / sisa Utang DEBITUR yang wajib dibayar kepada KREDITUR.
5.4. Semua pembayaran harus dalam bentuk mata uang Rupiah, kecuali KREDITUR
menyetujui secara tertulis mengenai pembayaran menggunakan mata uang lain, serta
dilakukan pada dan di kantor KREDITUR atau kantor cabang/perwakilan KREDITUR atau
di tempat lain yang ditentukan oleh KREDITUR
5.5. Pembayaran menggunakan Cek dan Giro Bilyet, dianggap sebagai pembayaran apabila
Cheque atau Giro Bilyet telah diuangkan atau dipindah bukukan dengan cara sebagaimana
mestinya, dan pembayaran menggunakan Cheque atau Giro Bilyet harus dibuat atas nama
KREDITUR dan kata-kata "Pembawa" harus dicoret. Pembayaran melalui Pihak Ketiga
yang
bekerja sama dengan KREDITUR dianggap sebagai pembayaran apabila telah masuk dalam
pembukuan KREDITUR
5.6. Untuk setiap hari keterlambatan pembayaran angsuran DEBITUR wajib membayar
kepada KREDITUR denda keterlambatan atas jumlah nilai pembayaran angsuran Utang
Pokok dan bunga perbulan yang terutang yang diperhitungkan untuk setiap harinya sebesar
0.5
% x jumlah hari keterlambatan x angsuran perbulan, dimana pembayaran denda dapat ditagih
secara seketika dan sekaligus tanpa diperlukan teguran telebih dahulu untuk itu.
5.7. DEBITUR diperkenankan membayar kembali sebagian atau seluruh Fasilitas
Pembiayaan berikut bunga dan biaya-biaya lainnya, lebih awal dari tanggal pembayaran yang
telah ditetapkan, dengan pemberitahuan tertulis 30 hari sebelum tanggal jatuh tempo
pembayaran berikutnya atau sebelum pelunasan dilakukan. Pemberitahuan tertulis tersebut
mengikat dan tidak dapat ditarik kembali oleh DEBITUR Untuk Pelunasan Dipercepat,
DEBITUR akan dikenakan biaya tambahan atau pinalti sebesar 5% (lima persen) dari sisa
Utang Pokok pembiayaan yang akan dilunasi

PASAL 6 - PENGIKATAN JAMINAN SECARA FIDUSIA


6.1. Terhitung sejak Perjanjian dan/atau Akta Jaminan Fidusia atas Kendaraan ditandatangani
oleh DEBITUR, maka hak milik atas Kendaraan berada pada KREDITUR, sedangkan
DEBITUR hanya sebagai peminjam pemakai sampai dengan DEBITUR melunasi seluruh
Hutangnya kepada KREDITUR.
6.2. DEBITUR wajib segera menyerahkan kembali Kendaraan dimaksud apabila diminta
oleh KREDITUR. DEBITUR bertanggung jawab penuh atas kondisi dan keselamatan /
keamanan Kendaraan, dan wajib merawat mengurus kendaraan dengan sebaik-baiknya
(antara lain: melakukan "service" secara rutin, memperbaiki apabila ada yang rusak/tidak
berfungsi sebagaimana mestinya) atas tanggungan dan biaya dari DEBITUR sendiri.
6.3. DEBITUR selaku pemberi Fidusia dengan ini setuju untuk memberi kuasa kepada
KREDITUR selaku penerima Fidusia dalam suatu Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia
("Surat Kuasa") tersendiri, yang mana dalam Surat Kuasa tersebut DEBITUR memberi kuasa
kepada KREDITUR untuk menghadap Notaris, Pejabat-pejabat pada instansi yang
berwenang, untuk membuat Akta Jaminan Fidusia atas Kendaraan dengan spesifikasi sesuai
pasal 3 di atas, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia, dan mendaftarkan Jaminan Fidusia tersebut pada Kantor Pendaftaran Fidusia
setempat, menandatangani surat-surat permohonan, pernyataan dan dokumen lainnya,
melakukan semua tindakan yang dianggap perlu oleh Penerima Fidusia atau kuasanya dalam
rangka Pendaftaran Jaminan Fidusia tersebut, serta melakukan segala tindakan yang dianggap
perlu dan berguna.
6.4. DEBITUR menyerahkan Jaminan atas Kendaraan kepada KREDITUR disertai dengan
dokumen-dokumen sebagai berikut:
- Surat Kuasa Pengikatan Fidusia
- Polis asuransi selama masa pembiayaan
- Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB)
- Faktur Pembelian
6.5. DEBITUR menyerahkan dokumen tambahan yang diperlukan termasuk tetapi tidak
terbatas pada:
- Surat Instruksi Penyerahan BPKB
- Kuitansi Blanko 3 (Tiga) rangkap
- Surat Pesanan
6.6. Apabila dibutuhkan, DEBITUR setuju untuk menyerahkan jaminan tambahan kepada
KREDITUR dalam bentuk : Barang, Tanah dan/atau Kendaraan lainnya (apabila ada
penjamin).
6.7. Apabila jangka waktu Perjanjian berakhir yaitu saat seluruh kewajiban DEBITUR
kepada KREDITUR telah dipenuhi seluruhnya, DEBITUR wajib mengambil bukti
kepemilikan atas Kendaraan Jaminan dalam waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal selesainya
seluruh kewajiban DEBITUR.
6.8 Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal selesainya seluruh kewajiban,
DEBITUR tidak mengambil bukti kepemilikan atas Kendaraan Jaminan, KREDITUR
berhak untuk mengenakan biaya penyimpanan atas bukti kepemilikan atas Kendaraan
Jaminan sebesar Rp 50.000,- (lima puluh ribu Rupiah) per bulan.
PASAL 7 - PERNYATAAN DAN JAMINAN
7.1. Bahwa DEBITUR telah mengerti dan menyetujui seluruh isi Perjanjian beserta syarat-
syarat dan penjelasan perhitungan pokok utang pembiayaan, bunga & biaya-biaya, serta
pengenaan denda dan biaya eksekusi agunan yang diatur dalam Perjanjian ini.
7.2. DEBITUR menyatakan bahwa seluruh dokumen dan keterangan yang diberikan adalah
yang sebenar-benarnya.
7.3 Jaminan yang diserahkan kepada KREDITUR adalah benar milik DEBITUR dan/atau
Penjamin dan tidak ada pihak lain yang turut memiliki jaminan tersebut, sehingga Penjamin
adalah pihak satu-satunya yang berhak dan berwenang penuh untuk menjaminkannya; bahwa
jaminan tersebut tidak sedang dijamikan kepada pihak manapun, tidak sedang dijual , tidak
tersangkut dalam suatu perkara atau sengketa, tidak dalam sitaan, dan bebas dari segala utang
pajak dan/atau bea kepada Pemerintah, demikian sehingga KREDITUR dibebaskan
sepenuhnya dari sepenuhnya dari tanggung tanggung jawab, ternyata timbul tuntutan-tuntutan
hari ternyata dikemudian hari mengenai hal-hal tersebut di atas dari pihak manapun juga.

PASAL 8 - ASURANSI
8.1. Selama Perjanjian ini berlaku dan Kendaraan telah diterima (telah memenuhi syarat
untuk diasuransikan) hingga selesainya segala kewajiban sebagaimana diatur dalam
Perjanjian, maka DEBITUR wajib mengasuransikan kendaraan tersebut dari terjadinya
kerusakan (disengaja atau tidak), kewajiban membayar pihak ketiga (Third Party Liability),
kehilangan, kehancuran, bencana alam dan huru-hara, pada perusahaan asuransi yang
ditunjuk oleh KREDITUR dengan jumlah pertanggungan yang disesuaikan dengan jumlah
Utang dan/atau nilai Kendaraan berdasarkan ketentuan dari KREDITUR. Semua premi dan
biaya-biaya lain atas penutupan polis asuransi untuk Kendaraan menjadi kewajiban
DEBITUR, dan asli polis asuransi harus diserahkan dan disimpan oleh KREDITUR. Untuk
itu DEBITUR setuju untuk
menandatangani dokumen permohonan pertanggungan asuransi dan dokumen lain sehubungan
dengan penutupan asuransi tersebut.
8.2. DEBITUR mengikatkan diri untuk mengalihkan semua hak- haknya yang timbul dari
perjanjian asuransi yang ditutup kemudian, sebagai jaminan tambahan atas pembayaran
seluruh kewajiban DEBITUR kepada KREDITUR sesuai kesepakatan dalam perjanjian ini.
Untuk itu KREDITUR berhak untuk mencatat nama KREDITUR dalam polis asuransi
sebagai pihak yang berhak menerima uang realisasi klaim asuransi atau uang ganti rugi dalam
hal terjadinya risiko (Leasing Clause).
8.3. Apabila DEBITUR tidak memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut, maka KREDITUR
dengan ini diberi Kuasa oleh DEBITUR untuk menutup sendiri asuransi Kendaraan dan/atau
hal-hal lainnya atas beban DEBITUR. DEBITUR wajib membayar pada KREDITUR, dan
bilamana DEBITUR tidak membayar biaya-biaya tersebut, maka jumlah biaya asuransi
tersebut akan ditambahkan pada Utang Pokok DEBITUR pada KREDITUR.
8.4. Dalam Perjanjian ini DEBITUR tidak berhak untuk membatalkan asuransi atas
Kendaraan dan/atau hal-hal lainnya, dan DEBITUR berkewajiban untuk selalu
memperpanjang jangka waktu asuransi yang telah berakhir sesuai dengan syarat-syarat
sebagaimana yang ditetapkan oleh KREDITUR dan menanggung biaya-biaya yang timbul
untuk perpanjangan asuransi. Bilamana terjadi kerusakan, kehilangan atau resiko lain tersebut
maka DEBITUR harus segera melaporkan kepada KREDITUR dalam waktu yang tidak
lebih dari 24 jam.
8.5. DEBITUR harus membayar angsuran Utang Pokok dan bunga hingga pembayaran klaim
asuransi atau ganti rugi diterima dari Perusahaan Asuransi terkait. Pelanggaran terhadap
ketentuan ini dan/atau dalam hal terjadi peristiwa/kejadian yang menurut penilaian
perusahaan asuransi tidak termasuk sebagai risiko yang telah ditutup pertanggungannya
dalam polis asuransi, sehingga klaim atas kerugian yang diakibatkan oleh peristiwa/kejadian
tersebut tidak dapat dibayarkan, maka peristiwa tersebut tidak dapat dijadikan alasan untuk
tidak melaksanakan atau menunda kewajiban pembayaran angsuran DEBITUR kepada
KREDITUR.

8.6. DEBITUR setiap saat apabila diperlukan dapat meminta KREDITUR untuk melakukan
penutupan asuransi lainnya yang dirasa perlu sebagai bentuk mitigasi risiko DEBITUR.
PASAL 9 - LALAI dan/atau WANPRESTASI
9.1. DEBITUR dan KREDITUR sepakat bahwa DEBITUR dapat dinyatakan lalai dan/atau
wanprestasi dan/atau cidera janji oleh KREDITUR melalui surat peringatan dan/atau somasi
oleh karena tidak dilakukannya dan/atau mengalami peristiwa dari salah satu hal sebagai
berikut:
a. DEBITUR lalai dalam membayar angsuran atau angsuran-angsurannya dari tanggal
jatuh Tempo, atau DEBITUR melalaikan kewajibannya dalam Perjanjian ini berikut
perjanjian lain yang merupakan bagian penting dan satu kesatuan dengan Perjanjian ini.
b. Kendaraan Jaminan tersebut dipindahtangankan dan/atau dijaminkan kepada pihak lain
tanpa persetujuan tertulis dari KREDITUR atau disita oleh Instansi yang berwenang
baik untuk sebagian ataupun seluruhnya, atau bilamana Kendaraan tersebut hilang,
rusak atau musnah karena sebab apapun.
c. Jika suatu pernyataan, surat keterangan atau dokumen yang diberikan oleh DEBITUR
sehubungan dengan Perjanjian ini, ternyata tidak benar atau tidak sesuai dengan
kenyataan sebenarnya, dalam atau mengenai hal - hal yang oleh KREDITUR dianggap
penting.

d. DEBITUR mengajukan permohonan untuk dinyatakan pailit atau permohonan


penundaan kewajiban pembayaran utang-utangnya,atau DEBITUR dinyatakan pailit
oleh suatu Putusan Pengadilan.
e. Harta kekayaan DEBITUR, baik sebagian atau seluruhnya disita oleh pihak/ instansi lain.
f. DEBITUR meninggal dunia, kecuali bila ahli warisnya dapat memenuhi semua dan
setiap kewajiban DEBITUR dan dalam hal ini disetujui oleh KREDITUR.
g. DEBITUR dibawah pengampuan (onder Curatele gesteld) atau karena sebab apapun
tidak cakap atau berhak atau berwenang untuk mengurus atau memiliki harta
kekayaannya, baik sebagian ataupun seluruhnya.
h. DEBITUR terlibat dalam suatu perkara pidana / menjadi tersangka karena diduga
melakukan tindak pidana.
i. DEBITUR digugat secara perdata oleh pihak lain dan yang menurut penilaian
KREDITUR membahayakan kemampuan keuangannya, dan/atau disangka.
j. DEBITUR dianggap dinyatakan wanprestasi / lalai berdasarkan perjanjian perjanjian-
perjanjian lainnya yang diibuat dan ditandatangani oleh DEBITUR dan KREDITUR
(cross-default).
9.2. Atas keadaan lalai dan/atau wanprestasi dan/atau cidera janji tersebut, KREDITUR
mempunyai hak untuk memberikan Surat Peringatan baik secara cetak maupun elektronik
kepada DEBITUR, Surat Elektronik tidak mengurangi makna dan keabsahan sebagaimana
tercantum dalam Surat bentuk cetak. Surat Peringatan akan diberikan sebanyak 3 (tiga) kali
dalam selang waktu 7 (tujuh) hari. Surat Peringatan pertama diberikan 7 (tujuh) hari setelah
tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran yang tertunggak, dan untuk Surat Peringatan
Kedua dan Ketiga diberikan 7 hari sejak tanggal Surat Peringatan sebelumnya.
9.3. Apabila DEBITUR tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan Surat Peringatan
dari KREDITUR, maka DEBITUR secara sukarela akan menyerahkan Kendaraan Jaminan
kepada KREDITUR dalam waktu secepatnya atau selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
kalender sejak diminta oleh KREDITUR, dan DEBITUR berjanji untuk tidak akan
menghambat/menghalangi usaha KREDITUR untuk melaksanakan hak-haknya berdasarkan
Perjanjian atau Akta Jaminan Fidusia.
9.4. Apabila DEBITUR tidak melunasi Utangnya atau tidak melaksanakan/menunda
kewajibannya kepada KREDITUR, maka DEBITUR dengan ini memberi Kuasa kepada
KREDITUR dengan hak subtitusi yang tidak dapat dicabut untuk menerima/melakuk
penarikan dan/atau mengambil dimanapun dan/atau pada penguasaan siapapun Kendaraan
tersebut berada dan untuk dan atas nama DEBITUR menjual dimuka umum atau secara
dibawah tangan atau dengan perantara pihak lain.
9.5. Setelah Kendaraan di serahkan kepada atau ditarik dan/atau diambil oleh KREDITUR
dari DEBITUR atau pihak lain yang menguasai Kendaraan Jaminan tersebut, maka
DEBITUR secara sukarela melepaskan haknya untuk membayar jumlah angsuran yang telah
lewat waktu,
dan/atau KREDITUR secara mutlak berhak untuk dan atas nama DEBITUR melaksanakan
penjualan atas Barang/Kendaraan yang telah diserahkan oleh DEBITUR tersebut, untuk
menghadap kepada siapapun dan dimanapun, memberikan dan meminta keterangan-
keterangan, membuat/meminta membuat Akta/Perjanjian/Risalah Lelangnya,
menandatangani tanda penerimaannya, menyerahkan Kendaraan tersebut kepada yang berhak
menerimanya dan selanjutnya melakukan tindakan tanpa ada yang dikecualikan guna
tercapainya penjualan Kendaraan tersebut di atas. PARA PIHAK saling setuju dan sepakat
bahwa penyerahan hak milik secara fidusia atas Jaminan tersebut dilakukan dan diterima
sesuai dengan ketentuan- ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Fidusia dan
peraturan pelaksanaannya.
PASAL 10 -BENTUK PENYELESAIAN
10.1. KREDITUR berkewajiban membayarkan uang hasil penjualan atas semua biaya yang
dikeluarkan selama penjualan dan pajak lainnya, mempergunakan sisa uang hasil penjualan
itu untuk melunasi semua Utang dan denda dan kewajiban DEBITUR lainnya. Apabila masih
terdapat sisanya, KREDITUR akan menyerahkan sisa itu kepada DEBITUR, namun
sebaliknya apabila uang hasil penjualan itu ternyata tidak cukup untuk melunasi Utang, denda
dan kewajiban DEBITUR maka DEBITUR tetap berkewajiban membayar sisa Utang
tersebut kepada KREDITUR selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) minggu setelah
pemberitahuan KREDITUR kepada DEBITUR.
10.2. KREDITUR pada waktu menggunakan haknya berdasarkan Perjanjian ini atau
perjanjian/pernyataan lainnya yang dibuat oleh DEBITUR dan KREDITUR, berhak untuk
menentukan menurut catatan perhitungannya sendiri seluruh jumlah penagihannya terhadap
DEBITUR, baik berupa Utang Pokok, sisa Utang Pokok, denda, biaya. pelelangan/penjualan,
honorarium Pengacara/Kuasa untuk menagih serta biaya-biaya atau jumlah-jumlah uang
lainnya yang wajib ditanggung/dibayar oleh DEBITUR, termasuk dan tidak terbatas biaya
penarikan unit apabila dilakukan penarikan unit oleh pihak rekanan KREDITUR.
DEBITUR dengan ini melepaskan semua haknya untuk mengajukan keberatan atau tuntutan
atas penarikan Kendaraan atau perhitungan yang diberikan KREDITUR atas hasil penjualan
Kendaraan dan potongannya serta jumlah hutang atau sisa hutang bunga dan biaya-biaya
lain/denda-denda serta ongkos-ongkos yang bersangkutan dengan pengambilan kembali dan
penjualan Kendaraan sebagaimana diuraikan di atas.
10.3. KREDITUR berhak untuk menjual dan/atau mengalihkan kepada Pihak Ketiga
manapun atas haknya yang diperoleh berdasarkan Perjanjian dan/atau Akta Jaminan Fidusia
dan/atau Perjanjian lainnya yang telah ditandatangani oleh DEBITUR dan KREDITUR, dan
atas hal tersebut KREDITUR dapat dan berhak memberitahukan DEBITUR.
PASAL 11 - PENJAMINAN SILANG (CROSS-COLLATERAL)
11.1. Apabila DEBITUR menandatangani perjanjian atas barang- barang lainnya yang
dilakukan / dibuat antara DEBITUR dan KREDITUR, maka barang-barang jaminan tersebut
juga menjamin Utang atas objek jaminan lainnya ("cross- collateral), dan untuk itu
KREDITUR berhak untuk melaksanakan haknya melakukan eksekusi atas barang- barang
jaminan dimaksud untuk digunakan sebagai pembayaran Utang berdasarkan Perjanjian ini.
11.2. Selama berlangsungnya Perjanjian atau selama Utang belum lunas, DEBITUR dilarang
mengalihkan penguasaan, menyewakan, menggadaikan menjaminkan, memindahtangankan /
menjual atas Kendaraan dan/atau bagian dari Kendaraan kepada pihak lain atau melakukan
hal
lain yang dapat membahayakan merugikan kepentingan KREDITUR, dan dilarang melakukan
/ mengadakan penambahan pengurangan / perubahan- perubahan baik bentuk, permesinan,
fungsi atas Kendaraan, kecuali bila ada persetujuan tertulis terlebih dahulu dari KREDITUR.
PASAL 12 - PENANGGUNGAN UTANG
12.1. Untuk menambah jaminan atas utang, DEBITUR dapat dijamin oleh penanggung utang
("borghtocht") baik itu perusahaan (badan hukum) dan/atau perseorangan, selanjutnya akan
disebut "Penjamin".
12.2. Apabila terdapat penjaminan yang diberikan oleh Penjamin sebagaimana dimaksud
pada pasal 14.1 di atas akan dibuat dalam suatu Perjanjian Penjaminan tersendiri yang dalam
Perjanjian Penjaminan tersebut Penjamin menjamin hal-hal sebagai berikut:
a. Apabila DEBITUR dinyatakan wanprestasi/lalai oleh KREDITUR berdasarkan
Perjanjian, maka Penjamin wajib membayar kepada KREDITUR seluruh Hutang
DEBITUR sampai lunas saat diminta oleh KREDITUR.
b. Apabila DEBITUR tidak beritikad baik dan lalai dalam menjalankan kewajibannya
membayar Hutang/Angsuran sesuai dengan Perjanjian dan sampai adanya Perkara
Pidana maupun Perdata maka Penjamin akan mempertanggungjawabkan secara hukum
yang berlaku sesuai dengan Perjanjian Penjaminan.

PASAL 13 - LARANGAN
Selama berlangsungnya Perjanjian atau selama Utang DEBITUR belum lunas, tanpa
persetujuan terlebih dahulu dari KREDITUR, DEBITUR dan/atau Penjamin dilarang:
13.1. Mengalihkan haknya yang diperoleh berdasarkan Perjanjian termasuk mengalihkan
penguasaan, menyewakan, menggadaikan/menjaminkan, memindahtangankan/menjual
Jaminan dan/atau bagian dari Jaminan dengan cara apapun kepada pihak lain atau melakukan
hal lain yang dapat membahayakan/merugikan kepentingan KREDITUR
13.2. Melakukan/mengadakan penambahan, pengurangan, perubahan-perubahan baik bentuk,
permesinan, fungsi atas Jaminan.
PASAL 14 - HUKUM YANG DIPAKAI DAN YURIDIKSI PENGADILAN
14.1. Perjanjian ini dibuat, ditafsirkan dan dilaksanakan berdasarkan hukum Negara Republik
Indonesia. 14.2. Apabila terdapat perselisihan akibat pelaksanaan Perjanjian ini, maka PARA
PIHAK akan menyelesaikan secara musyawarah, namun jika tidak tercapai kesepakatan maka
PARA PIHAK sepakat untuk memilih tempat kedudukan hukum yang tetap dan tidak
berubah dikantor Panitera Pengadilan Negeri di wilayah KREDITUR berkantor dengan tidak
mengurangi hak KREDITUR untuk mengajukan tuntutan- tuntutan hukum terhadap
DEBITUR dihadapan pengadilan-pengadilan dimanapun juga yang dianggap baik oleh
KREDITUR sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, dan DEBITUR dengan ini
melepaskan haknya untuk mengajukan keberatan/eksepsi dalam bentuk apapun mengenai
kewenangan suatu pengadilan dalam memeriksa dan mengadili perkara yang diajukan oleh
KREDITUR.
14.3. Mengenai ketentuan yang telah di sepakati oleh PARA PIHAK, apabila terjadi keluhan
dari DEBITUR maka dapat diselesaikan melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa
yang diawasi oleh OJK OJK sebagai wadah penyelesaian sengketa sesuai dengan ketentuan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Tentang Perlindungan Konsumen. Sektor Jasa Keuangan.
PASAL 15- KETENTUAN LAIN
15.1. Perjanjian ini telah dibuat berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK yang telah
ditandatangani oleh KREDITUR dan DEBITUR.
15.2. Semua dan setiap kuasa yang diberikan oleh DEBITUR kepada KREDITUR
berdasarkan Perjanjian ini merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Perjanjian ini,
dan dengan demikian kuasa-kuasa tersebut tidak dapat dibatalkan oleh sebab-sebab yang
tercantum di dalam pasal 1813, 1814 dan 1818 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Republik Indonesia.
15.3. Sepanjang mengenal pengakhiran dari perjanjian, PARA PIHAK dengan ini sepakat
melepaskan pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang
pengakhiran/pembatalan perjanjian.
15.4. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Perjanjian secara tertulis, mutatis mutandis
berlaku juga ketentuan- ketentuan yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku di negara Republik
Indonesia.
15.5. DEBITUR dengan ini memberikan persetujuan kepada KREDITUR untuk
menggunakan semua data, keterangan dan informasi yang diperoleh KREDITUR mengenai
DEBITUR termasuk namun tidak terbatas pada penggunaan sarana komunikasi pribadi
DEBITUR untuk segala keperluan lainnya yang terkait dengan kegiatan. usaha KREDITUR
sepanjang dimungkinkan dan diperkenankan oleh perundang-undangan yang berlaku,
termasuk yang bertujuan untuk pemasaran produk-produk KREDITUR ataupun produk
pihak lain yang bekerja sama dengan KREDITUR.
15.6. Apabila terdapat ungkapan ketidakpuasan DEBITUR baik lisan maupun tertulis yang
disebabkan oleh adanya kerugian dan/atau potensi kerugian materiil, wajar dan secara
langsung pada DEBITUR karena tidak dipenuhinya Perjanjian ini, DEBITUR dapat
melakukan Pengaduan Konsumen pada kantor-kantor cabang KREDITUR atau pada sarana
pengaduan penerimaan pengaduan yang dimiliki KREDITUR pada bagian Credit Relation
Management.
15.7. Perjanjian ini telah disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
termasuk ketentuan. Peraturan OJK terkait dengan Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan
dan Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.
15.8. Bahwa DEBITUR telah membaca, mengerti dan menyetujui syarat-syarat dan
ketentuan- ketentuan dari perjanjian- perjanjian dan dokumen-dokumen lainnya yang
berkaitan dengan pemberian Fasilitas Pembiayaan berdasarkan Perjanjian Pembiayaan &
Ketentuan Pembiayaan.
PENDAHULUAN

Kontrak atau perjanjian kerjasama adalah suatu dokumen hukum yang berisi
kesepakatan tertulis antara dua pihak atau lebih yang saling berjanji untuk melakukan atau
tidak melakukan suatu perbuatan tertentu yang berkaitan dengan usaha atau kepentingan
bersama. Kontrak digunakan dalam berbagai konteks, baik dalam dunia bisnis, hukum,
maupun sektor lainnya untuk mengatur hubungan dan transaksi antara pihak-pihak yang
terlibat. Surat kontrak atau perjanjian kerjasama menyatakan adanya hubungan kerja sama
antara kedua belah pihak yang bisa menjadi arsip atau dokumentasi. Lebih tepatnya sebagai
bukti atau arsip dan dokumentasi mengenai terwujudnya kerjasama dengan berbagai hak dan
kewajiban yang telah disepakati oleh masing-masing pihak .

Pada dasarnya surat perjanjian kontrak kerjasama ini bersifat menjaga hak dan
kewajiban kedua belah pihak. Oleh karena itu adanya surat perjanjian kontrak kerjasama ini
akan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak sehingga tujuan masing-masing pihak
bisa tercapai. Dari definisi-definisi tersebut di atas maka yang menjadi inti dari jual-beli
secara kredit adalah kepercayaan dan mempunyai harapan dapat memperoleh imbalan
tertentu. Dalam pengertian kredit ada beberapa unsur di dalamnya antara lain unsur
persetujuan, penyerahan dan pelunasannya sehingga dapat disimpulkan bahwa ada dua belah
pihak yang berjanji, yaitu pemberi kredit (kreditur) dan penerima kredit (debitur). Jadi
kreditur mempunyai kewajiban menyerahkan barang dan berhak menerima kembali nilai
ekonominya setelah jangka waktu yang ditentukan habis. Sedangkan debitur mempunyai hak
menerima barang dari pihak kreditur sesuai perjanjian dan bertanggung jawab untuk
mengembalikan nilai ekonominya pada waktu yang telah disepakati. Permasalahannya
adalah pada cara penyelesaian dan bentuk jaminannya bila terjadi wanprestasi terutama oleh
debitur.

Berdasarkan teori, di dalam suatu hukum kontrak terdapat 5 (lima) asas yang dikenal
menurut ilmu hukum perdata. Kelima asas itu antara lain adalah: asas kebebasan berkontrak
(freedom of contract), asas konsensualisme (concsensualism), asas kepastian hukum (pacta
sunt servanda), asas itikad baik (good faith), dan asas kepribadian (personality).

Rumusan Masalah:

1. Apakah Perjanjian Pembelian Kenderaan Dengan Pembayaran Secara Angsuran


antara PT Finance Suzuki Indonesia dengan Debitur sudah memenuhi unsur-unsur
perjanjian?
2. Bagaimana jika dalam perjanjian tersebut terdapat wanprestasi oleh kreditur karena
hilangnya barang saat masih dalam masa pembayaran?
Analisis dan Pembahasan:

1. Pasal 1 Terkait Fasilitas Pembiayaan

Dalam pasal pertama tertera fasilitas pembiayaan yang sudah disetujui oleh Debitur
dan Kreditur dalam hal penyediaan fasilitas Installment Financing dengan rincian
pembiayaan yang disertakan lengkap oleh Kreditur. Hal tersebut sudah memenuhi unsur
kelayakan dan kesepakatan antara Kreditur dan Debitur karena dalam rincian tersebut tertera
segala bentuk pembayaran hingga waktu pembayaran oleh kreditur dan telah disepakati oleh
kedua pihak yang menandakan bahwa unsur kelayakan dan kesepakatn telah terpenuhi.

2. Pasal 2 Terkait Rincian Barang Pembiayaan

Dalam Pasal tersebut sudah sesuai dengan unsur essensialia dimana terdapat barang
atau jasa yang dalam hal ini Motor Suzuki GSX-R150 yang merupakan barang/jasa yang
dijadikan sebuah pembahasan Pembelian Kredit Motor yang juga disertakan lengkap dengan
nomor mesin, nomor rangka, nomor polisi, hingga BPKB atas nama Debitur.

3. Pasal 3 Terkait Ketentuan Tambahan

Seperti yang sudah dikatahui, unsur esensialia merupakan unsur utama dalam
perjanjian yakni adanya barang/jasa serta harga. Namun, terdapat juga unsur lain yaitu unsur
naturalia dan juga unsur aksidentalia. Unsur naturalia merupakan unsur yang tidak bersifat
wajib namun bisa jadi penting dalam Surat Perjanjian karena memuat ketentuan-ketentuan
tambahan yang memperjelas mekanisme ataupun prosedur yang berlaku hingga pada
pemecahan masalah apabila terjadi peristiwa yang mengarah pada wanprestasi. Dalam hal ini
telah dijabarkan seperti:

Pasal 1: Pengertian, yang berisi penjelasan terkait mekanisme pembiayaan secara angsuran,
juga menjelaskan tentang rrincian pembayaran yang telah disepkati pada pasal sebelumnya.

Pasal 2: Jangka Waktu,yang berisi terkait jangka waktu yang dimulai sejak perjanjian ditanda
tangani oleh para pihak dan berakhir saat Debitur telah menyelesaikan seluruh kewajibannya
kepada Kreditur.

Pasal 3: Hak Dan Kewajiban Debitur, yang menjelaskan hak-hak dan kewajiban Debitur
selama perjanjian.
Pasal 4: Hak dan Kewajiban Kreditur, yang menjelaskan hak-hak dan kewajiban Kreditur
selama perjanjian.

Pasal 5: Tata Cara dan Tempat Pembayaran, yang berisi tentang prosedur pembayaran yang
harus dilakukan oleh Debitur kepada Kreditur.

Pasal 6 : Pengikatan Jaminan Secara Fidusia, yang menjelaskan terkait kewajiban debitur
untuk menjaga barang/jasa yang merupakan kepemilikan Kreditur terhitung sejak Perjanjian
dan/atau Akta Jaminan Fidusia atas kenderaan ditandatangani oleh Debitur. Debitur hanya
sebagai peminjam/pemakai sampai dengan Debitur melunasi seuluruh hutangnya kepada
Kreditur serta ketentuan lainnya yang mengikat jaminan secara fidusia.

Pasal 7 : Pernyataan dan Jaminan, yang berisi pernyataan oleh kedua pihak atas kesepekatan
yang sudah disepakati.

Pasal 8 : Asuransi, berisi penjelasan terkait pembayaran asuransi yang ditanggung oleh
Debitur kepada Perusahaan asuransi untuk mengantisipasi adanya kerusakan, kehilangan, dll
dalam masa pembayaran angsuran sehingga tidak ada alasan bagi Debitur untuk menunda
atau membatalkan kewajiban pembayaran angsuran kepada kreditur.

Pasal 9 : Lalai dan/atau Wanprestasi berisi tentang apa saja yang menjadi resiko yang
diterima Debitur apabila dinyatakan cedera janji atau wanprestasi yang mengakibatkan pihak
Kreditur melakukan adanya peringatan ataupun somasi.

Pasal 10 : Bentuk Penyelesaian, yang berisi terkait bentuk penyelesaian kedua pihak apabila
terjadinya wanprestasi

Pasal 11 : Penjaminan Silang (Cross Collateral), berisi tentang ketentuan barang jaminan
yang apabila ditandatangani oleh Debitur sebagai jaminan pembayaran, maka pihak Kreditur
berhak untuk melaksanakan haknya melakukan eksekusi atas barang-barang jaminan
dimaksud untuk digunakan sebagai pembayaran Utang berdasarkan perjanjian tersebut.

Pasal 12 : Penanggungan Hutang, yang menjelaskan tentang adanya Penanggung Hutang


(borghtocht) Debitur yang akan bertanggung jawab apabila Debitur dinyatakan
wanprestasi/lalai oleh Kreditur berdasarkan perjanjian.

Pasal 13 : Larangan, yang berisi pantangan yang tidak boleh dilakukan oleh kedua pihak
selama berlangsungnya perjanjian.
Pasal 14 : Hukum yang dipakai dan Yuridiksi Pengadilan, menjelaskan tentang perjanjian
yang dibuat berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia, yang apabila terdapat
perselisihan antara kedua pihak dan tidak dapat dilakukan secara musyawarah, maka para
pihak sepakat untuk memilih tempat kedudukan hukum yang tetap dan tidak berubah
dikantor Panitera Pengadilan Negeri di wilayah Kreditur maupun Debitur.

Pasal-pasal tersebut merupakan unsur naturalia yang dalam hal ini satu pihak bisa saja
dengan sengaja tidak membahas suatu perkara agar tidak merasa dirugikan dalam sebuah
kerjasama.

4. Ketentuan Tambahan

Dalam hal ini terdapat pada Pasal 15 terkait Ketentuan Lain dalam perjanjian anatara
kedua pihak, dimana ketentuan lain tersebut mengandung unsur aksidentalia, yang
merupakan unsur pelengkap yang dinilai membahas hal-hal khusus yang sangat pentung oleh
kedua pihak.

Dari penjabaran diatas, maka Perjanjian Jual Beli Kredit Motor oleh Suzuki Finance
dengan Debitur Azelchie Caroline sudah memenuhi unsur – unsur perjanjian yaitu unsur
essenselia, naturalia dan aksidentalia. Namun, apakah surat perjannian diatas sudah
memenuhi asas-asas Hukum Kontrak? Berikut analisisnya:

1) Asas Kebebasan Berkontrak

Asas ini dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUHPer, yang
berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya.”Asas ini merupakan suatu asasyang memberikan
kebebasan kepada para pihak untuk: (1) membuat atau tidak membuat perjanjian; (2)
mengadakan perjanjian dengan siapa pun; (3) menentukan isi perjanjian, pelaksanaan,
dan persyaratannya, serta (4) menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau
lisan. Dalam perjanjian tersebut, sudah memenuhi asas Kebebasan Berkontrak karena
asas ini membebaskan kepada siapapun untuk melakukan perjanjian asalkan pihak
yang berkontrak sudah memenuhi unsur kespakatan, kecakapan, suatu hal tertentu,
dalam hal ini ialah jual beli kredit motor, dan suatu sebab yang halal.

2) Asas Konsensualisme (concensualism)


Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPer. Pada
pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya
kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini merupakan asas yang
menyatakan
bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan cukup
dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan adalah persesuaian
antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak. Dalam surat
perjanjian tersebut, sudah tejadi kesepakatan melalui surat surat perjanjian yang
ditanda tangani oleh pihak Kreditur maupun Debitur secara formal.
3) Asas Kepastian Hukum (pacta sunt servanda)
Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda merupakan
asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan
asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat
oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh
melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Asas
pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPer. Dalam hal
ini, asas tersebut berlaku apabila terjadi wanprestasi oleh kedua pihak. Pihak lainnya
dapat mengajukan permohonan ke Pengadilan apabila terdapat kelalaian/wanprestasi
oleh pihak lainnya.
4) Asas Itikad Baik (good faith)
Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPer yang berbunyi:
“Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. "asas ini merupakan asas bahwa
para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak
berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para
pihak. Perjanjian diatas juga telah memenuhi asas ini karena kedua pihak sama-sama
memiliki itikad baik untuk mencari jalan terbaik dalam hal jual beli kredit motor yang
juga disepekati bersama sesuai dengan persyaratan yang telah ditanda tangani oleh
kedua pihak.
5) Asas Kepribadian (personality)
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan
melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja.
Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPer. Pasal 1315 KUHPer
menegaskan: “Pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau
perjanjian selain untuk dirinya sendiri. "inti ketentuan ini sudah jelas bahwa untuk
mengadakan suatu perjanjian, orang tersebut harus untuk kepentingan dirinya sendiri.
Pasal 1340 KUHPer berbunyi: “Perjanjian hanya berlaku antara pihak yang
membuatnya.” Hal ini mengandung maksud bahwa perjanjian yang dibuat oleh para
pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. Dari surat perjanjian tersebut
diketahui bahwa oleh para pihak melakukan suatu hubungan kontrak atas dasar
kepentingan masing-masing dan tidak diwakili ataupun mewakili kepentingan
orang lain. Meskipun, ketentuan itu terdapat pengecualiannya sebagaimana
diintridusir dalam Pasal 1317 KUHPer yang menyatakan: “Dapat pula perjanjian
diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk
diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung suatu syarat
semacam itu.” Pasal ini mengkonstruksikan bahwa seseorang dapat mengadakan
perjanjian/ kontrak untuk kepentingan pihak ketiga, dengan adanya suatu syarat
yang ditentukan. Sedangkan di dalam Pasal 1318 KUHPer, tidak hanya mengatur
perjanjian untuk diri sendiri, melainkan juga untuk kepentingan ahli warisnya dan
untuk orang-orang yang memperoleh hak daripadanya. Jika dibandingkan kedua
pasal itu, maka Pasal 1317 KUHPer mengatur tentang perjanjian untuk pihak
ketiga, sedangkan dalam Pasal 1318 KUHPer untuk kepentingan dirinya sendiri,
ahli warisnya dan orang-orang yang memperoleh hak dari yang membuatnya.
Dengan demikian, Pasal 1317 KUHPer mengatur tentang pengecualiannya,
sedangkan Pasal 1318 KUHPer memiliki ruang lingkup yang luas. Oleh karena itu,
asas ini dianggap telah terpenuhi.

CONTOH KASUS

Dalam Putusan No. 18/Pdt.G/2022/PN Lbo termuat Gugatan Perbuatan Melawan Hukum
yang digugat oleh Debitur sebagai Penggugat dan Kreditur sebagai Tergugat. Dalam kasus
tersebut, Penggugat (Debitur) merasa bahwa pihak Tergugat (Kreditur) telah melakukan
Perbuatan Melawan Hukum karena telah menarik paksa Motor yang dianggap menjadi
milik dari Penggugat kemudian melelang Motor tersebut tanpa adanya pemberitahuan
kepada Penggugat. Adapun, Petitum yang diajukan Pengguat adalah sebagai berikut:

PETITUM
Dengan mempertimbangkan segala dalil dan bukti yang diajukan penggugat, maka
kepada Ketua Pengadilan Negeri Limboto,Penggugat memohon agar terhadap
gugatan ini diberikan keadilan dengan amar Putusan sebagai berikut;
MENGADILI,
Primair
1. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan:
2.1. Tindakan tergugatyang dengan sengaja tidak memberikan salinan kontrak
perjanjian pembiayaan nomor :PGY1900570, tertanggal 21 Mei 2019
kepada penggugat I, dan tidak memberikan Surat Peringatan (SP) terlebih
dahulu kepada penggugat I sebanyak 3x berturut-turut, serta dengan
sengaja telah menolak itikad baik Penggugat I untuk melunasi tunggakan
keterlambatan selama 4 (empat) bulan sebesar Rp. 3.320.000, (tiga juta
tiga ratus dua puluh ribu rupiah);
2.2. Tindakan tergugat yang melakukan penarikan secara paksa motor milik
penggugatI disaat penggugat I masih memiliki itikad baik;
2.3. Tindakan tergugat yang dengan sengaja tidak menunjukan sertifikat
jaminan fidusia kepada penggugat I disaat melakukan penarikan secara
paksa terhadap motor milik Penggugat I;
2.4. Tindakan tergugat yang melelang sepeda motor milik penggugat secara
sepihak tanpa memberikan tembusan dan pemberitahuan lelang secara
resmikepada penggugat;
Adalah Perbuatan Yang Melawan Hukum(Onrechtmatige Daad);
3. Menghukum tergugat untuk memberikan ganti kerugian kepada penggugat I dan II
berupa:
3.1. Kerugian Materil;
a. Ganti Rugi biaya Angsuran selama 21 (dua puluh satu) bulandengan
rincian, AngsuranRp. 810.000 x 21 bulan = Rp. 17.010.000, (tujuh
belas juta sepuluh ribu rupiah);
b. Biaya Uang muka (doyn payment) sepeda motor Rp. 2.800.000, (dua
juta delapan ratus ribu rupiah);
Dengan demikian total kerugian materil penggugat I dan II yang harus dibayarkan
tergugat kepada penggugatI dan IIadalah sebesar Rp.19.810.000,00-(Sembilan
belas juta delapan ratus sepuluh ribu rupiah);---
3.2. Kerugian Imateril;
I. Karena Penggugat I tidak dapat lagi melakukan aktifitasnya menjual ikan
dengan cara keliling, dan kehilangan pekerjaan utama sebagai penjual ikan
keliling;dan
II. Karena Penggugat II tidak dapat lagi melanjutkan kuliahnya sebagaimana
mestinya dan tidak dapat lagi berdagang sayur di pasar;-
Adalah sebesar Rp. 100.000.000,00- (seratus juta rupiah);
Dengan Ketentuan;
Ganti kerugian tersebut wajib dibayarkan tergugat kepada penggugatI dan II
dengan sekaligus paling lambat 7 (tujuh) hari setelah Putusan mempunyai
kekuatan hukum mengikat, apabila tergugat tidak mampu membayar ganti rugi
tersebut maka kepada tergugat dihukum untuk menyerahkan seluruh harta benda
miliknya baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak yang sekarang ataupun yang akan datang yang
nilainya akan diperhitungkan dikemudian hari nanti tanpa batas waktu serta dapat
dilakukan penjualan dihadapan umum (lelang) sampai nilainya setara dengan nilai
kerugian penggugatI dan II baik secara suka rela ataupun terpaksa dengan atau
tanpa alat bantu negara;
4. Memerintahkan kepada turut tergugat untuk tunduk dan patuh terhadap putusan
ini baik dengan terpaksa ataupun sukarela;
5. Menghukum tergugat untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini
sebesar yang di tetapkan;
Subsidair;

Apabila Yang Mulia Ketua Pengadilan Negeri Limboto berpendapat lain, Mohon
Putusan yang seadil-adilnya; (ex aequo et bono);

Namun, dalam putusan tersebut Hakim menolak Gugatan Penggugat sebagaimana


berikut:

MENGADILI

Dalam Eksepsi

Menolok Eksepsi Tergugat untuk seluruhnya

Dalam Pokok Perkara

Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp. 1.198.000


(Satu Juta Seratus Sembilan Puluh Delapan Ribu Rupiah)

ANALISIS KASUS
Dalam Putusan No. 18/Pdt.G/2022/ PN Lbo dapat diketahui bahwa pihak Debitur yang
mengajukan Gugatan terhadap Pihak Kreditur atas Gugatan Perbuatan Melawan Hukum disebabkan
oleh perbuatan Tergugat (Kreditur) yang dianggap merugikan pihak Penggugat dalam hal Perjanjian
Fidusia Kredit Motor. Diketehui bahwa sejak awal penandatanganan kontrak, penggugat I tidak
pernah diminta tergugat untuk membaca kontrak terlebih dahulu dan tidak pernah pula
diberikan salinan kontrak perjanjian pembiayaan nomor:PGY1900570, Tanggal 21 Mei 2019,
hal itu dikarenakan akan keawamam penggugat I mengenai hukum perikatan . Kemudian
dijelaskan lagi bahwa pada tanggal 16 April 2022 pukul 11.05 Wita di Desa Girisa, Kec Paguyaman.
Penggugat II di datangi olehlaki-laki bernama Febrianto A. Abdul dan kawan-kawan yang
mengatasnamakansebagai karyawan Tergugat, dengan alasan sepeda motor milik Penggugat I sudah
menunggak selama 4 (empat) bulan terhitung sejak bulan januari 2022 sampai dengan bulan april
2022 serta akan membawa sepeda motor milik Penggugat I ke kantor Tergugat.Sontak hal itu di tolak
oleh Penggugat II karena Penggugat I masih memiliki itikad baik untuk membayar angsuran. Dan
akhirnya pada pukul 11.30 Wita Penggugat II di bujuk oleh laki-laki bernama Febrianto A. Abdul
agar kiranya menitipkan terlebih dahulu sepeda motor milik penggugat I di kantor Kelompok
I/Tergugat yangsewaktu-waktu dapat di ambil kembali oleh Penggugat I ataupun Penggugat II.
Kemudian laki-laki bernama Febrianto A. Abdul kembali menyampaikan kepada Penggugat II bahwa
sepeda motor tersebut dapat diterima kembali oleh Penggugat I atau Penggugat II dengan
menyetorkan sebanyak 4 (empat) bulan angsuran sebesar Rp. 3.320.000,00- (tiga juta tiga ratus dua
puluh ribu rupiah). dalam proses negosiasi dengan TergugatIn CasuPihak PT Kelompok I,
PenggugatII diyakinkan kembali oleh Pihak Tergugat akan menjamin keamanan sepeda motor
tersebut dan memberikan waktu yang tidak ditentukan kepada Penggugat I untuk menebus sepeda
motor tersebut, hingga pada akhirnya sepeda motor Penggugat I dibawa oleh pihak Tergugat, atas hal
itu dengan terpaksa penggugat II mengiyakan seluruh perkataan/ penyampaian tergugat.
Kemudian dalam jawaban Tergugat, pihak Kreditur menyampaikan alasan apa saja sehingga
mereka melakukan penrikan terhadap Motor yang masih belum sah menjadi kepemilikan Penggugat.
Dalam hal tesebut Kreditur memberikan bukti Surat Somasi dan beberapa dokumen lain yang
menyatakan bahwa pihak Penggugat telah melakukan Wanprestasi sejak awal sehingga pihak Kreditur
melakukan Penarikan terhadap Motor tersebut. Namun, sesuai petitum yang diajukan oleh Penggugat,
pihak Penggugat merasa dirugikan dan ingin meminta kembali kerugian materiil yang dialami oleh
Penggugat. Kemudian dalam Putusan tersebut Hakim menolak gugatas dengan mempertimbangkan
beberapa bukti Surat dan juga bukti Saksi.
Dalam pertimbangan tersebut, penulis melihat bahwa ada beberapa surat penting yang
menjadi alasan utama mengapa Hakim menolak Gugatan tersebut. Adapun bukti yang dimaksud
berupa Surat Somasi dan juga Berita Acara Penyerahan serah terima kenderaan yang ditandatangani
oleh Penggugat dan juga Tergugat saat penarikan Sepeda Motor oleh pihak Tergugat. Penulis menilai
bahwa bukti tersebut merupakan bukti terkuat dari bukti lainnya yang dimiliki oleh pihak Tergugat
sehingga Hakim menolak Gugatan atas Penggugat tersebut. Mengapa demikian, karena bukti tersebut
membantah adanya pernyataan Penggugat bahwa Tergugat melakukan Penarikan Motor secara paksa
tanpa adanya pemberitahuan. Sedangkan, dalam bukti tersebut terdapat surat Somasi/Peringatan atas
kelalaian Penggugat yang sudah menunggak pembayaran selama 9 bulan. Kemudian, terdapat juga
Berita Acara Penyerahan Sepeda Motor yang sudah ditanda tangani oleh kedua pihak yang
menunjukkan bahwa penarikan motor tersebut tidak dilakukan secara paksa melainkan melalui
peringatan yang dilakukan Tergugat berulang kali kepada Penggugat.
Adapun pertimbangan Hakim lainnya yang menurut penulis menjadi poin penting ditolaknya Gugatan
ialah:
Menimbang,bahwa bukti T.5 adalah Surat Kuasa Membebankan Jaminan secara Fidusia,
secara jelas membuktikan bahwa dengan adanya bukti tersebut telah memberikan kewenangan penuh
kepada tergugat untuk melakukan perbuatan Hukum untuk membebankan jaminan Fidusia kepada
tergugat hal mana dalam pengurusan fidusia tersebut dibutuhkan seluruh salinan perjanjian untuk
pembiayaan multiguna;
Menimbang bahwa dalam petitumnya menyatakan bahwa pihak tergugat tidak pernah
memberikan surat peringatan kepada penggugat, bahwa bukti T.8 adalah surat peringatan/somasi
yang telah dilakukan oleh tergugat kepada penggugat I (satu) hal demikian benar adanya peringatan
surat yang dilayangkan oleh tergugat terkait keterlambatan dari penggugat I (satu) untuk melakukan
kewajibannya membayar angsuran sebagaimana yang menjadi kesepakatan antara penggat dan
tergugat;
Menimbang bahwa dalam petitumnya penggugat meminta pula untuk tindakan penggugat
yang menolak itikad baik penggugat untuk membayar keterlambatan angsurannya, hal tersebut adalah
dalil penggugat semata yang belum dapat dibuktikan dikarenakan penarikan Sepeda Motor oleh
Tergugat kepada Penggugat karena adanya tunggakan selama 4 (empat) bulan kemudian setelah
motor tersebut berada dipihak tergugat terdapat waktu kurang lebih selama 3 (tiga) minggu penggugat
tidak melakukan pembayaran keterlambatannya, dengan waktu demikian bahwa cukup panjang waktu
yang seharusnya dimanfaatkan penggugat I (satu) untuk melunaskan seluruh tunggakannya;
Menimbang, dari rangkaian peristiwa yang telah terurai maka dapat disimpulkan peristiwa
perjanjian kontrak pembelian unit sepeda motor adalah benar terjadi antara penggugat I (satu) dan
tergugat namun namun kemudian penggugat I (satu) dalam melaksanakan isi perjanjian yakni
membayar dengan cara berangsur namun tidak dapat melaksanakan sesuai isi perjanjian sehingga
terjadi penunggakan pembayaran selama 4 (empat) bulan kemudian oleh pihak tergugat melakukan
upaya untuk memberi peringatan kepada penggugat I (satu) namun belum dapat dilaksanakan oleh
penggugat I (satu);

KESIMPULAN:

Dari Surat Perjanjian diatas, dapat disimpulkan bahwa adanya ketiga unsur (essenselia,
naturalia dan aksidentalia) dalam pembuatan surat perjanjian sangatlah penting agar dapat
memperjelas hal-hal yang dirasa akan menjadi risiko ataupun masalah yang akan timbul
saat masih berlangsungnya suatu hubungan kontrak. Selain itu, Perjanjian Jual Beli Kredit
Motor tersebut sudah memenuhi asas-asas dalam berkontrak yang menjadi dasar bagi
kedua pihak untuk mengikatkan dirinya dalam suatu perjanjian. Namun, menurut penulis
perjanjian tersebut memiliki prosedur dan syarat yang lebih mewaspadai pihak Debitur.
Padahal, siapapun dapat saling memberikan ketentuan yang akan menjadi undang-undang
bagi mereka yang terlibat didalamnya, dengan kata lain Debitur dapat memberikan
ketentuan kepada Kreditur sesuai dengan keinginan Debitur untuk melakukan perjanjian.
Meskipun seperti itu, surat perjanjian tersebut tetaplah dikatakan sah karena sudah
disepakati oleh masing-masing pihak.
Kemudian, dari kasus putusan No. 18/Pdt.G/2022 PN Lbo dapat diketahui bahwa pihak
Debitur telah melakukan Wanprestasi dengan adanya penunggakan pembayaran sehingga
diberikan Somasi oleh pihak Kreditur hingga akhirnya dilakukan penarikan barang fidusia
karena tidak adanya respon dari pihak debitur. Hal tersebut menujukan adanya hak atas
pihak Kreditur untuk melakukan penarikan sesuai dengan adanya bukti-bukti surat seperti
Surat Somasi, Surat Membebankan Jaminan Secara Fidusia, dan surat lainnya. Pihak
Debitur tidak dapat meminta kerugian materiil kepada Kreditur maupun Majelis Hakim
karena hak tersebut sudah termuat dalam ketentuan Perjanjian Multiguna antara pihak
Debitur dan juga Kreditur. Oleh karena itu, Gugatan Penggugat (Debitur) terhadap
Tergugat (Kreditur) atas Gugatan Perbuatan Melawan Hukum ditolak karena Penggugat
(Debitur) dinilai telah melakukan Wanprestasi.

REFERENSI:

Aufa Atila, https://www.jojonomic.com/blog/kontrak-kerjasama-usaha/

Draft Perjanjian Pembiayaan Multiguna – Pembelian Kenderaan Dengan Pembayaran


Secara Angsuran Suzuki Finance

Universitas Muhammadiyah Surakarta https://eprints.ums.ac.id › ...PDF SISTEM JUAL-


BELI KREDIT MOTOR DI UD SABAR

Asas-Asas Hukum Perjanjian: Suatu Landasan Dalam Pembuatan Kontrak, M. Muhtarom,


Dosen Jurusan Syariah Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Jurnal SUHUF, Vol. 26, No. 1, Mei 2014: 48-56

Anda mungkin juga menyukai