Analisis Surat Perjanjian Jual Beli Kredit Motor
Analisis Surat Perjanjian Jual Beli Kredit Motor
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Perancangan Kontrak oleh Bapak Yakop
Abd. Mahmud, SH., MH
Oleh:
Kelompok 1 Kelas F
PASAL 1 - PENGERTIAN
1.1. Yang dimaksud Perjanjian ini adalah Perjanjian Pembiayaan untuk pembelian kendaraan
bermotor yang diperlukan oleh DEBITUR dalam jangka waktu yang diperjanjikan,
dimana KREDITUR memberikan fasilitas pinjaman kepada DEBITUR untuk pembelian
kendaraan menggunakan fasilitas Pembiayaan Multiguna dengan cara Pembelian Dengan
Pembayaran Secara Angsuran ("Fasilitas Installment Financing") dari KREDITUR
sehingga DEBITUR memberikan kuasa yang tidak dapat dicabut kembali kepada
KREDITUR untuk mempergunakan dana yang diperoleh dari pencairan Fasilitas
Installment Financing ini untuk pembayaran harga kendaraan kepada Penjual serta
menerima tanda terima pembayaran dari Penjual yang juga merupakan bukti penerimaan
pinjaman dari KREDITUR kepada DEBITUR. Pencairan Fasilitas Installment Financing
ini dilakukan setelah DEBITUR memenuhi seluruh kewajiban yang ditentukan oleh
KREDITUR.
1.2. Yang dimaksud dengan Utang dalam Perjanjian ini adalah semua jumlah uang terutang
oleh DEBITUR kepada KREDITUR, baik Utang pokok, bunga, denda keterlambatan,
bea meterai, pajak dan biaya yang berkaitan dengan proses hukum untuk
melaksanakan
penagihan Utang dan pemenuhan hak-hak KREDITUR oleh DEBITUR serta untuk
pelaksanaan eksekusi jaminan berkenaan dengan objek Perjanjian.
PASAL 8 - ASURANSI
8.1. Selama Perjanjian ini berlaku dan Kendaraan telah diterima (telah memenuhi syarat
untuk diasuransikan) hingga selesainya segala kewajiban sebagaimana diatur dalam
Perjanjian, maka DEBITUR wajib mengasuransikan kendaraan tersebut dari terjadinya
kerusakan (disengaja atau tidak), kewajiban membayar pihak ketiga (Third Party Liability),
kehilangan, kehancuran, bencana alam dan huru-hara, pada perusahaan asuransi yang
ditunjuk oleh KREDITUR dengan jumlah pertanggungan yang disesuaikan dengan jumlah
Utang dan/atau nilai Kendaraan berdasarkan ketentuan dari KREDITUR. Semua premi dan
biaya-biaya lain atas penutupan polis asuransi untuk Kendaraan menjadi kewajiban
DEBITUR, dan asli polis asuransi harus diserahkan dan disimpan oleh KREDITUR. Untuk
itu DEBITUR setuju untuk
menandatangani dokumen permohonan pertanggungan asuransi dan dokumen lain sehubungan
dengan penutupan asuransi tersebut.
8.2. DEBITUR mengikatkan diri untuk mengalihkan semua hak- haknya yang timbul dari
perjanjian asuransi yang ditutup kemudian, sebagai jaminan tambahan atas pembayaran
seluruh kewajiban DEBITUR kepada KREDITUR sesuai kesepakatan dalam perjanjian ini.
Untuk itu KREDITUR berhak untuk mencatat nama KREDITUR dalam polis asuransi
sebagai pihak yang berhak menerima uang realisasi klaim asuransi atau uang ganti rugi dalam
hal terjadinya risiko (Leasing Clause).
8.3. Apabila DEBITUR tidak memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut, maka KREDITUR
dengan ini diberi Kuasa oleh DEBITUR untuk menutup sendiri asuransi Kendaraan dan/atau
hal-hal lainnya atas beban DEBITUR. DEBITUR wajib membayar pada KREDITUR, dan
bilamana DEBITUR tidak membayar biaya-biaya tersebut, maka jumlah biaya asuransi
tersebut akan ditambahkan pada Utang Pokok DEBITUR pada KREDITUR.
8.4. Dalam Perjanjian ini DEBITUR tidak berhak untuk membatalkan asuransi atas
Kendaraan dan/atau hal-hal lainnya, dan DEBITUR berkewajiban untuk selalu
memperpanjang jangka waktu asuransi yang telah berakhir sesuai dengan syarat-syarat
sebagaimana yang ditetapkan oleh KREDITUR dan menanggung biaya-biaya yang timbul
untuk perpanjangan asuransi. Bilamana terjadi kerusakan, kehilangan atau resiko lain tersebut
maka DEBITUR harus segera melaporkan kepada KREDITUR dalam waktu yang tidak
lebih dari 24 jam.
8.5. DEBITUR harus membayar angsuran Utang Pokok dan bunga hingga pembayaran klaim
asuransi atau ganti rugi diterima dari Perusahaan Asuransi terkait. Pelanggaran terhadap
ketentuan ini dan/atau dalam hal terjadi peristiwa/kejadian yang menurut penilaian
perusahaan asuransi tidak termasuk sebagai risiko yang telah ditutup pertanggungannya
dalam polis asuransi, sehingga klaim atas kerugian yang diakibatkan oleh peristiwa/kejadian
tersebut tidak dapat dibayarkan, maka peristiwa tersebut tidak dapat dijadikan alasan untuk
tidak melaksanakan atau menunda kewajiban pembayaran angsuran DEBITUR kepada
KREDITUR.
8.6. DEBITUR setiap saat apabila diperlukan dapat meminta KREDITUR untuk melakukan
penutupan asuransi lainnya yang dirasa perlu sebagai bentuk mitigasi risiko DEBITUR.
PASAL 9 - LALAI dan/atau WANPRESTASI
9.1. DEBITUR dan KREDITUR sepakat bahwa DEBITUR dapat dinyatakan lalai dan/atau
wanprestasi dan/atau cidera janji oleh KREDITUR melalui surat peringatan dan/atau somasi
oleh karena tidak dilakukannya dan/atau mengalami peristiwa dari salah satu hal sebagai
berikut:
a. DEBITUR lalai dalam membayar angsuran atau angsuran-angsurannya dari tanggal
jatuh Tempo, atau DEBITUR melalaikan kewajibannya dalam Perjanjian ini berikut
perjanjian lain yang merupakan bagian penting dan satu kesatuan dengan Perjanjian ini.
b. Kendaraan Jaminan tersebut dipindahtangankan dan/atau dijaminkan kepada pihak lain
tanpa persetujuan tertulis dari KREDITUR atau disita oleh Instansi yang berwenang
baik untuk sebagian ataupun seluruhnya, atau bilamana Kendaraan tersebut hilang,
rusak atau musnah karena sebab apapun.
c. Jika suatu pernyataan, surat keterangan atau dokumen yang diberikan oleh DEBITUR
sehubungan dengan Perjanjian ini, ternyata tidak benar atau tidak sesuai dengan
kenyataan sebenarnya, dalam atau mengenai hal - hal yang oleh KREDITUR dianggap
penting.
PASAL 13 - LARANGAN
Selama berlangsungnya Perjanjian atau selama Utang DEBITUR belum lunas, tanpa
persetujuan terlebih dahulu dari KREDITUR, DEBITUR dan/atau Penjamin dilarang:
13.1. Mengalihkan haknya yang diperoleh berdasarkan Perjanjian termasuk mengalihkan
penguasaan, menyewakan, menggadaikan/menjaminkan, memindahtangankan/menjual
Jaminan dan/atau bagian dari Jaminan dengan cara apapun kepada pihak lain atau melakukan
hal lain yang dapat membahayakan/merugikan kepentingan KREDITUR
13.2. Melakukan/mengadakan penambahan, pengurangan, perubahan-perubahan baik bentuk,
permesinan, fungsi atas Jaminan.
PASAL 14 - HUKUM YANG DIPAKAI DAN YURIDIKSI PENGADILAN
14.1. Perjanjian ini dibuat, ditafsirkan dan dilaksanakan berdasarkan hukum Negara Republik
Indonesia. 14.2. Apabila terdapat perselisihan akibat pelaksanaan Perjanjian ini, maka PARA
PIHAK akan menyelesaikan secara musyawarah, namun jika tidak tercapai kesepakatan maka
PARA PIHAK sepakat untuk memilih tempat kedudukan hukum yang tetap dan tidak
berubah dikantor Panitera Pengadilan Negeri di wilayah KREDITUR berkantor dengan tidak
mengurangi hak KREDITUR untuk mengajukan tuntutan- tuntutan hukum terhadap
DEBITUR dihadapan pengadilan-pengadilan dimanapun juga yang dianggap baik oleh
KREDITUR sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, dan DEBITUR dengan ini
melepaskan haknya untuk mengajukan keberatan/eksepsi dalam bentuk apapun mengenai
kewenangan suatu pengadilan dalam memeriksa dan mengadili perkara yang diajukan oleh
KREDITUR.
14.3. Mengenai ketentuan yang telah di sepakati oleh PARA PIHAK, apabila terjadi keluhan
dari DEBITUR maka dapat diselesaikan melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa
yang diawasi oleh OJK OJK sebagai wadah penyelesaian sengketa sesuai dengan ketentuan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Tentang Perlindungan Konsumen. Sektor Jasa Keuangan.
PASAL 15- KETENTUAN LAIN
15.1. Perjanjian ini telah dibuat berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK yang telah
ditandatangani oleh KREDITUR dan DEBITUR.
15.2. Semua dan setiap kuasa yang diberikan oleh DEBITUR kepada KREDITUR
berdasarkan Perjanjian ini merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Perjanjian ini,
dan dengan demikian kuasa-kuasa tersebut tidak dapat dibatalkan oleh sebab-sebab yang
tercantum di dalam pasal 1813, 1814 dan 1818 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Republik Indonesia.
15.3. Sepanjang mengenal pengakhiran dari perjanjian, PARA PIHAK dengan ini sepakat
melepaskan pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang
pengakhiran/pembatalan perjanjian.
15.4. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Perjanjian secara tertulis, mutatis mutandis
berlaku juga ketentuan- ketentuan yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku di negara Republik
Indonesia.
15.5. DEBITUR dengan ini memberikan persetujuan kepada KREDITUR untuk
menggunakan semua data, keterangan dan informasi yang diperoleh KREDITUR mengenai
DEBITUR termasuk namun tidak terbatas pada penggunaan sarana komunikasi pribadi
DEBITUR untuk segala keperluan lainnya yang terkait dengan kegiatan. usaha KREDITUR
sepanjang dimungkinkan dan diperkenankan oleh perundang-undangan yang berlaku,
termasuk yang bertujuan untuk pemasaran produk-produk KREDITUR ataupun produk
pihak lain yang bekerja sama dengan KREDITUR.
15.6. Apabila terdapat ungkapan ketidakpuasan DEBITUR baik lisan maupun tertulis yang
disebabkan oleh adanya kerugian dan/atau potensi kerugian materiil, wajar dan secara
langsung pada DEBITUR karena tidak dipenuhinya Perjanjian ini, DEBITUR dapat
melakukan Pengaduan Konsumen pada kantor-kantor cabang KREDITUR atau pada sarana
pengaduan penerimaan pengaduan yang dimiliki KREDITUR pada bagian Credit Relation
Management.
15.7. Perjanjian ini telah disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
termasuk ketentuan. Peraturan OJK terkait dengan Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan
dan Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.
15.8. Bahwa DEBITUR telah membaca, mengerti dan menyetujui syarat-syarat dan
ketentuan- ketentuan dari perjanjian- perjanjian dan dokumen-dokumen lainnya yang
berkaitan dengan pemberian Fasilitas Pembiayaan berdasarkan Perjanjian Pembiayaan &
Ketentuan Pembiayaan.
PENDAHULUAN
Kontrak atau perjanjian kerjasama adalah suatu dokumen hukum yang berisi
kesepakatan tertulis antara dua pihak atau lebih yang saling berjanji untuk melakukan atau
tidak melakukan suatu perbuatan tertentu yang berkaitan dengan usaha atau kepentingan
bersama. Kontrak digunakan dalam berbagai konteks, baik dalam dunia bisnis, hukum,
maupun sektor lainnya untuk mengatur hubungan dan transaksi antara pihak-pihak yang
terlibat. Surat kontrak atau perjanjian kerjasama menyatakan adanya hubungan kerja sama
antara kedua belah pihak yang bisa menjadi arsip atau dokumentasi. Lebih tepatnya sebagai
bukti atau arsip dan dokumentasi mengenai terwujudnya kerjasama dengan berbagai hak dan
kewajiban yang telah disepakati oleh masing-masing pihak .
Pada dasarnya surat perjanjian kontrak kerjasama ini bersifat menjaga hak dan
kewajiban kedua belah pihak. Oleh karena itu adanya surat perjanjian kontrak kerjasama ini
akan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak sehingga tujuan masing-masing pihak
bisa tercapai. Dari definisi-definisi tersebut di atas maka yang menjadi inti dari jual-beli
secara kredit adalah kepercayaan dan mempunyai harapan dapat memperoleh imbalan
tertentu. Dalam pengertian kredit ada beberapa unsur di dalamnya antara lain unsur
persetujuan, penyerahan dan pelunasannya sehingga dapat disimpulkan bahwa ada dua belah
pihak yang berjanji, yaitu pemberi kredit (kreditur) dan penerima kredit (debitur). Jadi
kreditur mempunyai kewajiban menyerahkan barang dan berhak menerima kembali nilai
ekonominya setelah jangka waktu yang ditentukan habis. Sedangkan debitur mempunyai hak
menerima barang dari pihak kreditur sesuai perjanjian dan bertanggung jawab untuk
mengembalikan nilai ekonominya pada waktu yang telah disepakati. Permasalahannya
adalah pada cara penyelesaian dan bentuk jaminannya bila terjadi wanprestasi terutama oleh
debitur.
Berdasarkan teori, di dalam suatu hukum kontrak terdapat 5 (lima) asas yang dikenal
menurut ilmu hukum perdata. Kelima asas itu antara lain adalah: asas kebebasan berkontrak
(freedom of contract), asas konsensualisme (concsensualism), asas kepastian hukum (pacta
sunt servanda), asas itikad baik (good faith), dan asas kepribadian (personality).
Rumusan Masalah:
Dalam pasal pertama tertera fasilitas pembiayaan yang sudah disetujui oleh Debitur
dan Kreditur dalam hal penyediaan fasilitas Installment Financing dengan rincian
pembiayaan yang disertakan lengkap oleh Kreditur. Hal tersebut sudah memenuhi unsur
kelayakan dan kesepakatan antara Kreditur dan Debitur karena dalam rincian tersebut tertera
segala bentuk pembayaran hingga waktu pembayaran oleh kreditur dan telah disepakati oleh
kedua pihak yang menandakan bahwa unsur kelayakan dan kesepakatn telah terpenuhi.
Dalam Pasal tersebut sudah sesuai dengan unsur essensialia dimana terdapat barang
atau jasa yang dalam hal ini Motor Suzuki GSX-R150 yang merupakan barang/jasa yang
dijadikan sebuah pembahasan Pembelian Kredit Motor yang juga disertakan lengkap dengan
nomor mesin, nomor rangka, nomor polisi, hingga BPKB atas nama Debitur.
Seperti yang sudah dikatahui, unsur esensialia merupakan unsur utama dalam
perjanjian yakni adanya barang/jasa serta harga. Namun, terdapat juga unsur lain yaitu unsur
naturalia dan juga unsur aksidentalia. Unsur naturalia merupakan unsur yang tidak bersifat
wajib namun bisa jadi penting dalam Surat Perjanjian karena memuat ketentuan-ketentuan
tambahan yang memperjelas mekanisme ataupun prosedur yang berlaku hingga pada
pemecahan masalah apabila terjadi peristiwa yang mengarah pada wanprestasi. Dalam hal ini
telah dijabarkan seperti:
Pasal 1: Pengertian, yang berisi penjelasan terkait mekanisme pembiayaan secara angsuran,
juga menjelaskan tentang rrincian pembayaran yang telah disepkati pada pasal sebelumnya.
Pasal 2: Jangka Waktu,yang berisi terkait jangka waktu yang dimulai sejak perjanjian ditanda
tangani oleh para pihak dan berakhir saat Debitur telah menyelesaikan seluruh kewajibannya
kepada Kreditur.
Pasal 3: Hak Dan Kewajiban Debitur, yang menjelaskan hak-hak dan kewajiban Debitur
selama perjanjian.
Pasal 4: Hak dan Kewajiban Kreditur, yang menjelaskan hak-hak dan kewajiban Kreditur
selama perjanjian.
Pasal 5: Tata Cara dan Tempat Pembayaran, yang berisi tentang prosedur pembayaran yang
harus dilakukan oleh Debitur kepada Kreditur.
Pasal 6 : Pengikatan Jaminan Secara Fidusia, yang menjelaskan terkait kewajiban debitur
untuk menjaga barang/jasa yang merupakan kepemilikan Kreditur terhitung sejak Perjanjian
dan/atau Akta Jaminan Fidusia atas kenderaan ditandatangani oleh Debitur. Debitur hanya
sebagai peminjam/pemakai sampai dengan Debitur melunasi seuluruh hutangnya kepada
Kreditur serta ketentuan lainnya yang mengikat jaminan secara fidusia.
Pasal 7 : Pernyataan dan Jaminan, yang berisi pernyataan oleh kedua pihak atas kesepekatan
yang sudah disepakati.
Pasal 8 : Asuransi, berisi penjelasan terkait pembayaran asuransi yang ditanggung oleh
Debitur kepada Perusahaan asuransi untuk mengantisipasi adanya kerusakan, kehilangan, dll
dalam masa pembayaran angsuran sehingga tidak ada alasan bagi Debitur untuk menunda
atau membatalkan kewajiban pembayaran angsuran kepada kreditur.
Pasal 9 : Lalai dan/atau Wanprestasi berisi tentang apa saja yang menjadi resiko yang
diterima Debitur apabila dinyatakan cedera janji atau wanprestasi yang mengakibatkan pihak
Kreditur melakukan adanya peringatan ataupun somasi.
Pasal 10 : Bentuk Penyelesaian, yang berisi terkait bentuk penyelesaian kedua pihak apabila
terjadinya wanprestasi
Pasal 11 : Penjaminan Silang (Cross Collateral), berisi tentang ketentuan barang jaminan
yang apabila ditandatangani oleh Debitur sebagai jaminan pembayaran, maka pihak Kreditur
berhak untuk melaksanakan haknya melakukan eksekusi atas barang-barang jaminan
dimaksud untuk digunakan sebagai pembayaran Utang berdasarkan perjanjian tersebut.
Pasal 13 : Larangan, yang berisi pantangan yang tidak boleh dilakukan oleh kedua pihak
selama berlangsungnya perjanjian.
Pasal 14 : Hukum yang dipakai dan Yuridiksi Pengadilan, menjelaskan tentang perjanjian
yang dibuat berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia, yang apabila terdapat
perselisihan antara kedua pihak dan tidak dapat dilakukan secara musyawarah, maka para
pihak sepakat untuk memilih tempat kedudukan hukum yang tetap dan tidak berubah
dikantor Panitera Pengadilan Negeri di wilayah Kreditur maupun Debitur.
Pasal-pasal tersebut merupakan unsur naturalia yang dalam hal ini satu pihak bisa saja
dengan sengaja tidak membahas suatu perkara agar tidak merasa dirugikan dalam sebuah
kerjasama.
4. Ketentuan Tambahan
Dalam hal ini terdapat pada Pasal 15 terkait Ketentuan Lain dalam perjanjian anatara
kedua pihak, dimana ketentuan lain tersebut mengandung unsur aksidentalia, yang
merupakan unsur pelengkap yang dinilai membahas hal-hal khusus yang sangat pentung oleh
kedua pihak.
Dari penjabaran diatas, maka Perjanjian Jual Beli Kredit Motor oleh Suzuki Finance
dengan Debitur Azelchie Caroline sudah memenuhi unsur – unsur perjanjian yaitu unsur
essenselia, naturalia dan aksidentalia. Namun, apakah surat perjannian diatas sudah
memenuhi asas-asas Hukum Kontrak? Berikut analisisnya:
Asas ini dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUHPer, yang
berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya.”Asas ini merupakan suatu asasyang memberikan
kebebasan kepada para pihak untuk: (1) membuat atau tidak membuat perjanjian; (2)
mengadakan perjanjian dengan siapa pun; (3) menentukan isi perjanjian, pelaksanaan,
dan persyaratannya, serta (4) menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau
lisan. Dalam perjanjian tersebut, sudah memenuhi asas Kebebasan Berkontrak karena
asas ini membebaskan kepada siapapun untuk melakukan perjanjian asalkan pihak
yang berkontrak sudah memenuhi unsur kespakatan, kecakapan, suatu hal tertentu,
dalam hal ini ialah jual beli kredit motor, dan suatu sebab yang halal.
CONTOH KASUS
Dalam Putusan No. 18/Pdt.G/2022/PN Lbo termuat Gugatan Perbuatan Melawan Hukum
yang digugat oleh Debitur sebagai Penggugat dan Kreditur sebagai Tergugat. Dalam kasus
tersebut, Penggugat (Debitur) merasa bahwa pihak Tergugat (Kreditur) telah melakukan
Perbuatan Melawan Hukum karena telah menarik paksa Motor yang dianggap menjadi
milik dari Penggugat kemudian melelang Motor tersebut tanpa adanya pemberitahuan
kepada Penggugat. Adapun, Petitum yang diajukan Pengguat adalah sebagai berikut:
PETITUM
Dengan mempertimbangkan segala dalil dan bukti yang diajukan penggugat, maka
kepada Ketua Pengadilan Negeri Limboto,Penggugat memohon agar terhadap
gugatan ini diberikan keadilan dengan amar Putusan sebagai berikut;
MENGADILI,
Primair
1. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan:
2.1. Tindakan tergugatyang dengan sengaja tidak memberikan salinan kontrak
perjanjian pembiayaan nomor :PGY1900570, tertanggal 21 Mei 2019
kepada penggugat I, dan tidak memberikan Surat Peringatan (SP) terlebih
dahulu kepada penggugat I sebanyak 3x berturut-turut, serta dengan
sengaja telah menolak itikad baik Penggugat I untuk melunasi tunggakan
keterlambatan selama 4 (empat) bulan sebesar Rp. 3.320.000, (tiga juta
tiga ratus dua puluh ribu rupiah);
2.2. Tindakan tergugat yang melakukan penarikan secara paksa motor milik
penggugatI disaat penggugat I masih memiliki itikad baik;
2.3. Tindakan tergugat yang dengan sengaja tidak menunjukan sertifikat
jaminan fidusia kepada penggugat I disaat melakukan penarikan secara
paksa terhadap motor milik Penggugat I;
2.4. Tindakan tergugat yang melelang sepeda motor milik penggugat secara
sepihak tanpa memberikan tembusan dan pemberitahuan lelang secara
resmikepada penggugat;
Adalah Perbuatan Yang Melawan Hukum(Onrechtmatige Daad);
3. Menghukum tergugat untuk memberikan ganti kerugian kepada penggugat I dan II
berupa:
3.1. Kerugian Materil;
a. Ganti Rugi biaya Angsuran selama 21 (dua puluh satu) bulandengan
rincian, AngsuranRp. 810.000 x 21 bulan = Rp. 17.010.000, (tujuh
belas juta sepuluh ribu rupiah);
b. Biaya Uang muka (doyn payment) sepeda motor Rp. 2.800.000, (dua
juta delapan ratus ribu rupiah);
Dengan demikian total kerugian materil penggugat I dan II yang harus dibayarkan
tergugat kepada penggugatI dan IIadalah sebesar Rp.19.810.000,00-(Sembilan
belas juta delapan ratus sepuluh ribu rupiah);---
3.2. Kerugian Imateril;
I. Karena Penggugat I tidak dapat lagi melakukan aktifitasnya menjual ikan
dengan cara keliling, dan kehilangan pekerjaan utama sebagai penjual ikan
keliling;dan
II. Karena Penggugat II tidak dapat lagi melanjutkan kuliahnya sebagaimana
mestinya dan tidak dapat lagi berdagang sayur di pasar;-
Adalah sebesar Rp. 100.000.000,00- (seratus juta rupiah);
Dengan Ketentuan;
Ganti kerugian tersebut wajib dibayarkan tergugat kepada penggugatI dan II
dengan sekaligus paling lambat 7 (tujuh) hari setelah Putusan mempunyai
kekuatan hukum mengikat, apabila tergugat tidak mampu membayar ganti rugi
tersebut maka kepada tergugat dihukum untuk menyerahkan seluruh harta benda
miliknya baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak yang sekarang ataupun yang akan datang yang
nilainya akan diperhitungkan dikemudian hari nanti tanpa batas waktu serta dapat
dilakukan penjualan dihadapan umum (lelang) sampai nilainya setara dengan nilai
kerugian penggugatI dan II baik secara suka rela ataupun terpaksa dengan atau
tanpa alat bantu negara;
4. Memerintahkan kepada turut tergugat untuk tunduk dan patuh terhadap putusan
ini baik dengan terpaksa ataupun sukarela;
5. Menghukum tergugat untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini
sebesar yang di tetapkan;
Subsidair;
Apabila Yang Mulia Ketua Pengadilan Negeri Limboto berpendapat lain, Mohon
Putusan yang seadil-adilnya; (ex aequo et bono);
MENGADILI
Dalam Eksepsi
ANALISIS KASUS
Dalam Putusan No. 18/Pdt.G/2022/ PN Lbo dapat diketahui bahwa pihak Debitur yang
mengajukan Gugatan terhadap Pihak Kreditur atas Gugatan Perbuatan Melawan Hukum disebabkan
oleh perbuatan Tergugat (Kreditur) yang dianggap merugikan pihak Penggugat dalam hal Perjanjian
Fidusia Kredit Motor. Diketehui bahwa sejak awal penandatanganan kontrak, penggugat I tidak
pernah diminta tergugat untuk membaca kontrak terlebih dahulu dan tidak pernah pula
diberikan salinan kontrak perjanjian pembiayaan nomor:PGY1900570, Tanggal 21 Mei 2019,
hal itu dikarenakan akan keawamam penggugat I mengenai hukum perikatan . Kemudian
dijelaskan lagi bahwa pada tanggal 16 April 2022 pukul 11.05 Wita di Desa Girisa, Kec Paguyaman.
Penggugat II di datangi olehlaki-laki bernama Febrianto A. Abdul dan kawan-kawan yang
mengatasnamakansebagai karyawan Tergugat, dengan alasan sepeda motor milik Penggugat I sudah
menunggak selama 4 (empat) bulan terhitung sejak bulan januari 2022 sampai dengan bulan april
2022 serta akan membawa sepeda motor milik Penggugat I ke kantor Tergugat.Sontak hal itu di tolak
oleh Penggugat II karena Penggugat I masih memiliki itikad baik untuk membayar angsuran. Dan
akhirnya pada pukul 11.30 Wita Penggugat II di bujuk oleh laki-laki bernama Febrianto A. Abdul
agar kiranya menitipkan terlebih dahulu sepeda motor milik penggugat I di kantor Kelompok
I/Tergugat yangsewaktu-waktu dapat di ambil kembali oleh Penggugat I ataupun Penggugat II.
Kemudian laki-laki bernama Febrianto A. Abdul kembali menyampaikan kepada Penggugat II bahwa
sepeda motor tersebut dapat diterima kembali oleh Penggugat I atau Penggugat II dengan
menyetorkan sebanyak 4 (empat) bulan angsuran sebesar Rp. 3.320.000,00- (tiga juta tiga ratus dua
puluh ribu rupiah). dalam proses negosiasi dengan TergugatIn CasuPihak PT Kelompok I,
PenggugatII diyakinkan kembali oleh Pihak Tergugat akan menjamin keamanan sepeda motor
tersebut dan memberikan waktu yang tidak ditentukan kepada Penggugat I untuk menebus sepeda
motor tersebut, hingga pada akhirnya sepeda motor Penggugat I dibawa oleh pihak Tergugat, atas hal
itu dengan terpaksa penggugat II mengiyakan seluruh perkataan/ penyampaian tergugat.
Kemudian dalam jawaban Tergugat, pihak Kreditur menyampaikan alasan apa saja sehingga
mereka melakukan penrikan terhadap Motor yang masih belum sah menjadi kepemilikan Penggugat.
Dalam hal tesebut Kreditur memberikan bukti Surat Somasi dan beberapa dokumen lain yang
menyatakan bahwa pihak Penggugat telah melakukan Wanprestasi sejak awal sehingga pihak Kreditur
melakukan Penarikan terhadap Motor tersebut. Namun, sesuai petitum yang diajukan oleh Penggugat,
pihak Penggugat merasa dirugikan dan ingin meminta kembali kerugian materiil yang dialami oleh
Penggugat. Kemudian dalam Putusan tersebut Hakim menolak gugatas dengan mempertimbangkan
beberapa bukti Surat dan juga bukti Saksi.
Dalam pertimbangan tersebut, penulis melihat bahwa ada beberapa surat penting yang
menjadi alasan utama mengapa Hakim menolak Gugatan tersebut. Adapun bukti yang dimaksud
berupa Surat Somasi dan juga Berita Acara Penyerahan serah terima kenderaan yang ditandatangani
oleh Penggugat dan juga Tergugat saat penarikan Sepeda Motor oleh pihak Tergugat. Penulis menilai
bahwa bukti tersebut merupakan bukti terkuat dari bukti lainnya yang dimiliki oleh pihak Tergugat
sehingga Hakim menolak Gugatan atas Penggugat tersebut. Mengapa demikian, karena bukti tersebut
membantah adanya pernyataan Penggugat bahwa Tergugat melakukan Penarikan Motor secara paksa
tanpa adanya pemberitahuan. Sedangkan, dalam bukti tersebut terdapat surat Somasi/Peringatan atas
kelalaian Penggugat yang sudah menunggak pembayaran selama 9 bulan. Kemudian, terdapat juga
Berita Acara Penyerahan Sepeda Motor yang sudah ditanda tangani oleh kedua pihak yang
menunjukkan bahwa penarikan motor tersebut tidak dilakukan secara paksa melainkan melalui
peringatan yang dilakukan Tergugat berulang kali kepada Penggugat.
Adapun pertimbangan Hakim lainnya yang menurut penulis menjadi poin penting ditolaknya Gugatan
ialah:
Menimbang,bahwa bukti T.5 adalah Surat Kuasa Membebankan Jaminan secara Fidusia,
secara jelas membuktikan bahwa dengan adanya bukti tersebut telah memberikan kewenangan penuh
kepada tergugat untuk melakukan perbuatan Hukum untuk membebankan jaminan Fidusia kepada
tergugat hal mana dalam pengurusan fidusia tersebut dibutuhkan seluruh salinan perjanjian untuk
pembiayaan multiguna;
Menimbang bahwa dalam petitumnya menyatakan bahwa pihak tergugat tidak pernah
memberikan surat peringatan kepada penggugat, bahwa bukti T.8 adalah surat peringatan/somasi
yang telah dilakukan oleh tergugat kepada penggugat I (satu) hal demikian benar adanya peringatan
surat yang dilayangkan oleh tergugat terkait keterlambatan dari penggugat I (satu) untuk melakukan
kewajibannya membayar angsuran sebagaimana yang menjadi kesepakatan antara penggat dan
tergugat;
Menimbang bahwa dalam petitumnya penggugat meminta pula untuk tindakan penggugat
yang menolak itikad baik penggugat untuk membayar keterlambatan angsurannya, hal tersebut adalah
dalil penggugat semata yang belum dapat dibuktikan dikarenakan penarikan Sepeda Motor oleh
Tergugat kepada Penggugat karena adanya tunggakan selama 4 (empat) bulan kemudian setelah
motor tersebut berada dipihak tergugat terdapat waktu kurang lebih selama 3 (tiga) minggu penggugat
tidak melakukan pembayaran keterlambatannya, dengan waktu demikian bahwa cukup panjang waktu
yang seharusnya dimanfaatkan penggugat I (satu) untuk melunaskan seluruh tunggakannya;
Menimbang, dari rangkaian peristiwa yang telah terurai maka dapat disimpulkan peristiwa
perjanjian kontrak pembelian unit sepeda motor adalah benar terjadi antara penggugat I (satu) dan
tergugat namun namun kemudian penggugat I (satu) dalam melaksanakan isi perjanjian yakni
membayar dengan cara berangsur namun tidak dapat melaksanakan sesuai isi perjanjian sehingga
terjadi penunggakan pembayaran selama 4 (empat) bulan kemudian oleh pihak tergugat melakukan
upaya untuk memberi peringatan kepada penggugat I (satu) namun belum dapat dilaksanakan oleh
penggugat I (satu);
KESIMPULAN:
Dari Surat Perjanjian diatas, dapat disimpulkan bahwa adanya ketiga unsur (essenselia,
naturalia dan aksidentalia) dalam pembuatan surat perjanjian sangatlah penting agar dapat
memperjelas hal-hal yang dirasa akan menjadi risiko ataupun masalah yang akan timbul
saat masih berlangsungnya suatu hubungan kontrak. Selain itu, Perjanjian Jual Beli Kredit
Motor tersebut sudah memenuhi asas-asas dalam berkontrak yang menjadi dasar bagi
kedua pihak untuk mengikatkan dirinya dalam suatu perjanjian. Namun, menurut penulis
perjanjian tersebut memiliki prosedur dan syarat yang lebih mewaspadai pihak Debitur.
Padahal, siapapun dapat saling memberikan ketentuan yang akan menjadi undang-undang
bagi mereka yang terlibat didalamnya, dengan kata lain Debitur dapat memberikan
ketentuan kepada Kreditur sesuai dengan keinginan Debitur untuk melakukan perjanjian.
Meskipun seperti itu, surat perjanjian tersebut tetaplah dikatakan sah karena sudah
disepakati oleh masing-masing pihak.
Kemudian, dari kasus putusan No. 18/Pdt.G/2022 PN Lbo dapat diketahui bahwa pihak
Debitur telah melakukan Wanprestasi dengan adanya penunggakan pembayaran sehingga
diberikan Somasi oleh pihak Kreditur hingga akhirnya dilakukan penarikan barang fidusia
karena tidak adanya respon dari pihak debitur. Hal tersebut menujukan adanya hak atas
pihak Kreditur untuk melakukan penarikan sesuai dengan adanya bukti-bukti surat seperti
Surat Somasi, Surat Membebankan Jaminan Secara Fidusia, dan surat lainnya. Pihak
Debitur tidak dapat meminta kerugian materiil kepada Kreditur maupun Majelis Hakim
karena hak tersebut sudah termuat dalam ketentuan Perjanjian Multiguna antara pihak
Debitur dan juga Kreditur. Oleh karena itu, Gugatan Penggugat (Debitur) terhadap
Tergugat (Kreditur) atas Gugatan Perbuatan Melawan Hukum ditolak karena Penggugat
(Debitur) dinilai telah melakukan Wanprestasi.
REFERENSI: