CAPA - Di - PBF - Docx 2
CAPA - Di - PBF - Docx 2
Oleh:
1. CITRA DEWI HAMAMI S.FARM 1641012333
2. RAHMA HULYENI S.FARM 1641012335
i
i
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS KHUSUS
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)
KIMIA FARMA TRADING AND DISTRIBUTION, BATAM
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh,
Program Studi Pendidikan Apoteker
Universitas Andalas
Koordinator,
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan
akhir Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PBF Kimia Farma Trading &
Distribution (KFTD) Batam. Kegiatan PKPA ini telah dilaksanakan dari tanggal 13
Maret - 22 April 2017.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Rudi Syahrial, S.Farm, Apt sebagai Branch Manager Kimia Farma
Trading & Distribution (KFTD) cabang Batam.
2. Bapak Edgar Firnando, S.Farm, Apt sebagai Apoteker Penanggung Jawab di PBF
Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) cabang Batam selaku pembimbing
I Prakterk Kerja Profesi Apoteker bidang PBF.
3. Ibu Lili Fitriani, M.Pharm. Sc., Apt selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan kepada penulis selama
melaksanakan PKPA hingga penyusunan laporan.
4. Bapak Prof. Dr. H. Helmi Arifin, M.S, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Andalas.
5. Bapak Syofyan, S.Si, M.Farm, Apt sebagai Ketua Program Studi Pendidikan
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Andalas.
6. Seluruh karyawan KFTD cabang Batam atas bantuan dan kerjasama yang
diberikan selama PKPA.
Penulis berharap laporan akhir ini dapat diterima sebagai salah satu syarat ujian
komprehensif program studi apoteker yang sedang penulis jalani. Semoga laporan ini
dapat menambah ilmu dan pengetahuan di bidang farmasi khususnya pengetahuan
tentang pedagang besar farmasi.
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pencegahannya (CAPA) wajib untuk segera dilakukan pada setiap temuan hasil
pengawasan, baik dari Balai POM maupun pihak internal dan eksternal lainnya, agar
tidak ada temuan serupa di masa yang akan datang. Penyimpangan penerapan CDOB
yang masih sering ditemukan seperti penetapan struktur organisasi, pelatihan
personil, pelaksanaan inspeksi diri serta ketidak-terlibatan secara aktif Apoteker
Penanggungjawab pada setiap pengelolaan obat. Apabila PBF menerapkan secara
konsisten Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB), maka penyimpangan-
penyimpangan tersebut diharapkan tidak ditemukan lagi.
2
BAB II
TINJAUAN UMUM
Dalam sediaan farmasi dan alat kesehatan, CAPA diperlukan untuk menjadi
bagian dari sistem manajemen mutu. Kegagalan untuk mematuhi penanganan CAPA
yang tepat dianggap sebagai pelanggaran terhadap aturan pada praktek-praktek
manufaktur yang baik. Akibatnya, obat atau perangkat medis dapat disebut tercemar
atau di bawah standar jika perusahaan telah gagal untuk menyelidiki, merekam dan
menganalisa akar penyebab dari ketidaksesuaian dan gagal untuk merancang dan
menerapkan CAPA efektif (Pharmacy Pharma Journal, 2013). Sama halnya dalam
proses distribusi, dalam panduan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB), CAPA
termasuk ke dalam pemeliharaan sistem mutu. Salah satunya sistem mutu harus
memastikan bahwa tindakan perbaikan dan pencegahan (CAPA) yang tepat
diambil untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya penyimpangan sesuai
dengan prinsip manajemen risiko mutu (PerkaBPOM, 2012).
3
standar bisnis ISO lainnya di jalur industri obat. Namun pada pedoman CDOB di
jalur distribusi juga diwajibkan pelaksanaan CAPA dalam mempertahankan sistem
mutu obat. CAPA berfokus pada penyelidikan sistematis akar penyebab masalah yang
diidentifikasi atau risiko yang teridentifikasi dalam upaya untuk memperbaiki akar
masalah (untuk tindakan korektif) atau untuk mencegah terjadinya penyimpangan
(untuk tindakan preventif) (ISO 9000, 2005).
Deviasi adalah segala aspek mulai dari pembuatan sampai penyaluran obat
yang tidak sesuai dengan prosedur pabrik ataupun aturan pemerintah (CDOB maupun
CPOB), contohnya salah dalam pencatatan kartu stok ataupun dokumentasi lainnya,
proses penyimpanan obat yang tidak sesuai, kinerja personalia yang tidak sesuai
standar operarasional (SOP) dan lain-lain (WHO, 2013).
a. Critical
Deviasi yang berpotensi dapat merusak kualitas produk secara langsung, serta
melanggar regulasi yang berlaku baik sehingga dapat mengakibatkan dibekukannya
4
lahan distribusi, seperti tidak adanya izin lokasi pembangunan PBF atau
ketidaklengkapan persyaratan izin Apoteker Penanggung Jawab.
b. Major
c. Minor
I. Deviasi Minor
Evaluasi adanya potensi yang berdampak pada produk atau batch lain dan
melaksanakan CAPA dengan segera sangat diperlukan pada jenis deviasi ini,
sehingga deviasi minor tersebut dapat ditutupi.
5
2.3 Proses CAPA
1. Pengumpulan informasi
2. Analisis informasi
Dokumen yang diterima dari berbagai sumber informasi dikaji oleh para
profesional untuk mengidentifikasi peluang potensial CAPA. Tahap ini
meliputi perbandingan dokumen dari jenis yang diterima dari berbagai unit
serta perbandingan dokumen dari berbagai jenis terkait dengan kasus.
6
tahapan kerja, termasuk memperbarui instruksi kerja yang relevan
(jika memang ada).
b. Beralih ke alat pengembangan yang lebih efektif dan tahan terhadap
kesalahan yang sudah terdekteksi
c. Pengembangan dalam pelaporan, termasuk perubahan isi laporan,
frekuensi laporan dan penyerahan laporan. Arahan ini bertujuan agar
kesalahan dapat teridentifikasi lebih dini.
d. Pelaksanaan training, retraining dan pembaharuan staff. Arah ini
diambil hanya dalam kasus-kasus ketika kekurangan pelatihan yang
sama ditemukan di beberapa tim.
4. Penerapan metoda yang dikembangkan
5. Follow up
7
b. Tindak lanjut penerapan CAPA.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menunjukkan apakah tindakan-tindakan yang
dirancang berupa:
· kegiatan pelatihan
· penggantian dari tool-tool development
· perubahan prosedur (setelah persetujuan),
telah dilaksanakan. Umpan balik yang memadai dikirimkan ke badan-badan
yang bertanggung jawab untuk pelaksanaan tindakan perbaikan dan
pencegahan.
c. Tindak lanjut hasil CAPA.
Tindak lanjut hasil yang nyata dari metode perbaikan seperti yang diamati
oleh tim proyek dan unit organisasi, memungkinkan penilaian sejauh mana
tindakan korektif atau preventif telah mencapai hasil yang diharapkan. Umpan
balik terhadap hasil akan dikirimkan unit ke pengembangan metode
perbaikan. Dalam kasus kinerja rendah, maka diperlukan formulasi dari
tindakan korektif yang direvisi, ini merupakan tugas yang dilakukan oleh tim
CAPA (Galin, 2004).
8
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
CAPA pada tugas khusus ini dibuat berdasarkan pemeriksaan Balai Pengawas
Obat dan Makanan (POM) terhadap Kimia Farma Trading and Distribution cabang
Batam pada tanggal 2 Maret 2017, dengan kondisi penyimpangan sebagai berikut:
9
lokasi pada lokasi yang sama?
2 ORGANISASI
10
pelatihan sesuai dengan
tanggung jawabnya?
11
barang?
4. PENGADAAN
12
Apakah setiap penerimaan
barang dilakukan pemeriksaan
terhadap tersebut meliputi:
b. nomoe izin edar, nomor bets, M √ -
tanggal kadaluarsa, kebenaran
kemasan, mutu produk secara
fisik?
13
dan terkunci?
6. PENYALURAN
14
sarana penerima (sesuai surat
pesanan), diberi tanda tangan,
nama terang dan No. SIK
penanggung jawab
saran/petugas teknis
kefarmasian yang diberi
kewenangan?
15
Apakah produk recall dicatat
dalam buku penerimaan
pengembalian barang
kemudian diamankan di tempat
c. M √ -
terpisah dan terkunci sampai
obat tersebut dikembalikan
sesuai instruksi dari pihak yang
berwenang?
Apakah distributor
menghubungi produsen obat
melaporkan ke Badan POM
b. M - - √
atau Balai Besar/Balai POM
setempat bila ditemukan obat
palsu/diduga palsu?
16
buku penerimaan
pengembalian barang
berdasarkan bukti
pengembalian dari sarana yang
mengembalikan?
11. PEMUSNAHAN
17
Apakah terdapat Tim Inspeksi
a. Diri yang ditunjuk oleh M - √
pimpinan distributor?
13. LAIN-LAIN
PERSONALIA
18
BANGUNAN DAN PENYIMPANAN VAKSIN/CCP
19
menjamin generator yang tidak
otomatis berfungsi dengan baik
selama 24 jam?
PENYALURAN VAKSIN/CCP
Apakah penyaluran
vaksin/CCP menggunakan
wadah kedap yang dilengkapi
a. ice pack/dry ice sedemikian C - - √
rupa sehingga mencapai
temperatur yang sesuai dengan
vaksin tersebut?
20
Dari tabel pemeriksaan di atas, Kimia Farma Trading and Distribution cabang Batam
memiliki beberapa deviasi, yaitu:
1. Mempunyai program pelatihan sesuai tugas dan fungsi tetapi tidak dilakukan
evaluasi. Dokumentasi hanya berupa daftar hadir dan materi.
2. Ruangan penyimpanan dilengkapi dengan alat pencatat suhu tetapi tidak
dikalibrasi, terakhir dikalibrasi tahun 2014, dilakukan monitoring pencatatan
suhu tetapi tidak dilakukan konsisten.
3. Obat sudah disimpan terpisah sesuai dengan kondisi yang tercantum pada
kemasan, tetapi masih terdapat produk selain obat di dalam ruangan tersebut
seperti enkasari, dan consumer product.
4. Jumlah dalam kartu stok tidak sesuai dengan fisik baik manual ataupun
komputer.
5. Penanggung jawab tidak membubuhkan tandatangan/paraf terhadap pesanan
yang dapat dilayani.
6. Sistem dokumentasi tidak mendukung pelaksanaan recall secara efektif, cepat
dan tuntas (nomor bets produk yang disalurkan tidak sama dengan nomor bets
yang tercantum pada faktur disebabkan sistem pengadaan terpusat dan hanya bisa
ditarik sehingga tidak dapat dirubah sesuai produk yang datang data-datanya.
Perbedaan nomor bets sudah terjadi saat faktur/pengiriman barang dari pusat).\
7. Tidak mempunyai ruangan tersendiri dan terkunci untuk barang
rusak/kadaluarsa.
8. Tidak pernah melakukan inspeksi diri mulai dari tahun 2015.
Dari hasil pemeriksaan inilah disusun tindakan korektif dan tindakan preventif
sesuai dengan form yang sudah tersedia, dalam hal ini digunakan form CAPA dari
Balai Pengawas Obat dan Makanan (POM). Pada form tersebut terdapat kolom
persyaratan, GAP Analysis, dampak, Tindakan Perbaikan Dan Pencegahan
(TPP)/Corrective and Preventive Action (CAPA), timeline, PIC (Person in Charge),
serta bukti pebaikan.
21
Kolom persyaratan pada form berisikan pedoman-pedoman resmi yang
menjadi persyaratan dasar dalam melakukan suatu manajemen mutu dan dalam
menyusun tindakan perbaikan dan pencegahan. Pedoman ini dapat berupa CDOB,
Undang-undang serta peraturan-peraturan yang berlaku lainnya. Sedangkan untuk
GAP Analysis merupakan hasil analisis kesenjangan antara SOP atau pedoman yang
berlaku dengan kinerja institusi atau temuan-temuan yang ada. Dampak yang terjadi
akibat adanya kesenjangan beserta analisisnya dituliskan pada kolom selanjutnya.
Untuk penyusunan TTP/CAPA perlu dijelaskan secara terperinci langkah-langkah
tindakan perbaikan dan tindakan pencegahannya sesuai dengan SOP institusi dan juga
persyaratan yang telah dituliskan. Misalnya untuk permasalahan alat pencatat suhu
ruangan yang tidak dikalibrasi (terakhir dikalibrasi tahun 2014) serta pemantauan dan
pencatatan suhu ruangan yang tidak dilakukan secara konsisten, tindakan
perbaikannya dapat berupa penentuan kegiatan kalibrasi alat pencatat suhu ruangan
dan pegontrolan pada pencatatan kartu monitoring suhu dilakukan setiap hari kerja,
serta tindakan pencegahannya berupa sosialisasi yang dilakukan kepada petugas
gudang untuk memberikan pemahaman pentingnya monitoring suhu di gudang.
Kolom timeline merupakan batas waktu penyelesaian yang reasonable dan diisi untuk
tiap langkah tindakan perbaikan dan pencegahan yang telah disusun. Sedangkan
untuk kolom PIC (Person in Charge) merupakan personalia yang bertanggung jawab
pada tindakan perbaikan dan pencegahan yang telah disusun bisa berdasarkan SOP
institusi maupun pedoman resmi yang berlaku. Dan untuk bukti perbaikan merupakan
hasil yang diperoleh sesuai dengan tindakan perbaikan dan pencegahan serta timeline
yang telah ditentukan. Bukti ini dapat berupa surat keterangan, dokumen daftar hadir
ataupun media lainnya seperti foto.
Pada penyusunan CAPA kali ini tidak disertakan penulisan timeline dan bukti
perbaikan, dikarenakan keterbatasan waktu serta ketidaksesuaian jadwal dalam
pelaksanaan tindakan perbaikan dan pencegahan, sehingga batas waktu penyeleseian
tidak dapat diperkirakan dan dokumen bukti tidak diperoleh.
22
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. KESIMPULAN
a. Fasilitas distribusi harus mempertahankan sistem mutu yang mencakup
tanggung jawab, proses dan langkah manajemen risiko terkait dengan
kegiatan yang dilaksanakan.
b. Salah satun sistem mutu harus memastikan bahwa Tindakan Perbaikan dan
Pencegahan/TPP (Corrective Action and Preventive Action = CAPA) yang
tepat diambil untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya penyimpangan
sesuai dengan prinsip manajemen risiko mutu.
c. CAPA (Corrective and Preventive Action) atau bisa disebut tindakan
perbaikan dan pencegahan adalah proses perbaikan yang dilakukan untuk
menghilangkan penyebab penyimpangan / ketidaksesuaian (deviasi) atau
situasi yang tidak diinginkan lainnya.
d. Pembuatan CAPA di Kimia Farma Trading and Distribution cabang Batam
berdasarkan hasil pemeriksaan badan pemeriksa eksternal yakni Balai
Pengawas Obat dan Makanan (POM) kota Batam.
e. CAPA ini disusun sesuai dengan penyimpangan (deviasi) yang terjadi pada
sistem distribusi berdasarkan undang-undang maupun standar operasional
(SOP) yang sudah disusun, baik itu berupa deviasi minor, mayor maupun
critical.
4.2. SARAN
Penyusunan Tindakan Perbaikan dan Pencegahan sebaiknya dilanjutkan
hingga tahap adanya bukti perbaikan agar sistem mutu lahan distribusi segera
diperbaiki dan terjaga serta menjamin integritas rantai distribusi.
27
DAFTAR PUSTAKA
28