Anda di halaman 1dari 5

Analisis Debt to Equity Ratio, Return On Assets, Earnings Per Share Pengaruhnya Terhadap Underpricing

Harga Saham Perusahaan Sektor Konsumen Primer Tahun 2017-2021

Firmanda Faiz Alfany1, Ainun Jariah2, Ratna Wijayanti Daniar Paramita3

ITB Widya Gama Lumajang123


Email : firmandafaiz69@gmail.com1
Email : anjar040820@gmail.com2

ABSTRAK
Fenomena underpricing kerap terjadi di pasar modal seluruh dunia karena adanya asimetri informasi.
Underpricing dipengaruhi oleh beberapa rasio keuangan diantaranya Debt to Equity Ratio, Return On Assets,
dan Earnings Per Share. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Debt to Equity Ratio,
Return On Assets, dan Earnings Per Share terhadap underpricing perusahaan sektor konsumen primer yang
melakukan penawaran umum perdana tahun 2017-2021. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan sampel yang
berjumlah 34 perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis linier berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Return On Assets berpengaruh signifikan terhadap underpricing harga saham perusahaan
sektor konsumen primer tahun 2017-2021, sedangkan Debt to Equity Ratio dan Earnings Per Share tidak
berpengaruh signifikan terhadap Underpricing harga saham perusahaan sektor konsumen primer tahun 2017-
2021
Kata Kunci : Return On Assets, Debt to Equity Ratio, Earnings Per Share, Underpricing.

ABSTRACT
Undrpricing
Keyword : Return On Assets, Debt to Equity Ratio, Earnings Per Share, Underpricing.

PENDAHULUAN
Ekspansi bisnis dilakukan oleh perusahaan yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan usahanya. Untuk
melakukan ekspansi bisnis ini perusahaan memerlukan tambahan modal cukup besar. Sumber dana yang
dibutuhkan tidak hanya berasal dari dalam perusahaan tetapi juga membutuhkan sumber dana dari luar
perusahaan melalui pasar modal, dengan cara menerbitkan saham. Fenomena underpricing kerap terjadi di pasar
modal seluruh dunia karena adanya asimetri informasi. Untuk mengurangi adanya asimetri informasi tersebut
maka perusahaan yang hendak melakukan penawaran umum perdana diharuskan menerbitkan prospektus,
prospektus sendiri merupakan dokumen tertulis yang berisi informasi yang sifatnya keuangan dan non keuangan
dari perusahaan yang bersangkutan.
Informasi keuangan lebih digunakan dalam penelitian ini, berupa rasio-rasio keuangan. Variabel rasio keuangan
yang digunakan pada penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio, Return On Assets, Earnings Per Share. Debt to
Equity Ratio merupakan salah satu dari rasio leverage yang digunakan untuk membandingkan utang terhadap
ekuitas. Rasio ini dicari dengan melakukan perbandingan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan
seluruh ekuitas. Fungsi Debt To Equity Ratio yaitu untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
untuk jaminan utang Kasmir, (2016:157). Selain Debt To Equity Ratio yang perlu diperhatikan adalah Return On
Assets.
Return On Assets berfungsi untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
cara memanfaatkan aset yang dimilikinya. Nilai profitabilitas yang semakin tinggi akan menunjukkan
perusahaan mampu menghasilkan laba di masa akan datang dan laba merupakan informasi penting bagi investor
sebagai pertimbangan investor dalam menanamkan modalnya.
Informasi tentang kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan dapat membantu investor untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas yang baik di masa depan. Variabel Earnings Per
Share merupakan perbandingan antara laba bersih tahun berjalan dengan Jumlah lembar saham yang beredar.
Rasio ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai keuntungan yang akan didapatkan
dalam periode tertentu dengan memiliki suatu saham.
Beberapa penelitian sejenis dengan variabel nilai perusahaan sebagai variabel dependen antara lain Wahyusari,
(2013); Retnowati, (2013); Gunawan & Jodin, (2015); Marlina dkk., (2017); Ariyanto dkk., (2020); Pratiwi dkk.,
(2020); Damanik & Sembiring, (2020); Octafian dkk., (2019); Astuti & Djamaluddin, (2021); Kasmad dkk.,
(2021) Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya yaitu obyek penelitian yakni Perusahaan Sektor Konsumen
Primer. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disusun hipotesis yang pertama yaitu Debt to Equity Ratio
memiliki pengaruh signifikan terhadap Underpricing harga saham. Hipotesis kedua yaitu Return On Assets
memiliki pengaruh signifikan terhadap Underpricing harga saham, dan hipotesis ketiga yaitu Earnings Per
Share memiliki pengaruh signifikan terhadap Underpricing harga saham. Dengan adanya hipotesis tersebut
maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menguji dan menganalisis pengaruh dari Debt to Equity Ratio, Return
On Assets, serta Earnings Per Share terhadap Underpricing harga saham secara parsial pada perusahaan sektor
konsumen primer tahun 2017-2021.
METODE PENELITIAN
jenis penelitian kuantitatif. Sugiyono, (2017:6) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif merupakan metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari www.idx.co.id dan
Aplikasi IPOT On Windows milik Indopremier Sekuritas. Sumber data berasal dari prospektus perusahaan dan
chart pergerakan harga saham perusahaan sektor konsumen primer yang melakukan penawaran umum perdana di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2021. Populasi penelitian ini merupakan perusahaan sektor konsumen primer
yang melakukan penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2017-2021. Pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak 34 perusahaan.
Penentuan sampel penelitian ini mempertimbangkan bebeapa kriteria sebagai berikut: (1) Perusahaan sektor
konsumen primer yang melakukan penawaran umum perdana pada tahun 2017-2021; dan (2) Perusahaan sektor
konsumen primer yang melakukan penawaran umum perdana pada tahun 2017-2021 dan mengalami
underpricing.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengujian normalitas data menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dengan kriteria data residual dikatakan normal
jika nilai signifikan berada diatas 0.05 atau 5%. Hasil uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov
Smirnov menunjukan bahwa nilai signifikan 0,200 > 0,05 (5%), data dapat memenuhi kriteria normalitas
sehingga model residual dinyatakan normal. Pada penelitian ini uji multikolinearitas diukur dengan pemenuhan
kriteria bahwa nila VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1. Hasil uji multikolinearitas
menunjukan Debt to Equity Ratio menghasilkan nilai tolerance sebesar 0,965 > 0,1 dan nilai VIF sebesar 1,036
< 10 sehingga model tersebut dikatakan terbebas dari kesalahan pengujian multikolinearitas. Return On Assets
menghasilkan nilai tolerance sebesar 0,604 > 0,1 dan nilai VIF sebesar 1,655 < 10 sehingga model tersebut
dikatakan terbebas dari kesalahan pengujian multikolinearitas. Earnings Per Share menghasilkan nilai tolerance
sebesar 0,604 > 0,1 dan nilai VIF sebesar 1,655< 10 sehingga model tersebut dikatakan terbebas dari kesalahan
pengujian multikolinearitas. Uji heteroskedastisitas menggunakan uji glejser dengan kriteria (1) Jika nilai
signifikasi (sig) lebih besar sama dengan 0,05, maka kesimpulannya tidak terjadi gejala heteroskedastisitas; (2)
Sebaliknya jika nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05, maka kesimpulannya adalah terjadi gejala
heterokedastisitas dalam model regresi. Hasil uji heteroskedastisitas menunjukan bahwa bahwa nilai sig. dari
masing-masing variabel adalah sebesar 0.330 untuk DER, 0.219 untuk ROA, dan 0.859 untuk EPS. Dari hasil
tersebut, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan
menggunakan uji Durbin-Watson. Jika D-W terletak diantara -2 sampai 2 maka menunjukkan tidak adanya
masalah autokorelasi dalam model regresi. Sedangkan penelitian ini memperoleh nilai D-W sebesar 1.786 yang
berarti tidak ada masalah autokorelasi dalam model regresi. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian pada
penelitian ini telah lolos uji asumsi klasik sehingga penelitian ini dapat diteruskan untuk dilanjutkan ke analisis
regresi linier berganda.
Tabel 1.1 Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Ustandardized Coeffiencients
No Model
B Std. Error
1 (Constant) -2.015 .826
2 Debt to Equity Ratio -.106 .139
3 Return On Assets -.277 .172
4 Earnings Per Share -.008 .132
Sumber: Output SPSS versi 25, 2022
Berdasarkan hasil penelitian analisis regresi linier berganda yang ditunjukkan Tabel 1.1 dituliskan dari hasil
tersebut dalam bentuk persamaan regresi Unstandardized coefficients adalah sebagai berikut:

UN = (-) 2.015 + (-) 0.106DER + (-) 0.277ROA + (-) 0.008EPS


Nilai constant sebesar -2.015 menunjukkan bahwa nilai variabel Underpricing (Y) sama dengan -2.015 jika nilai
variabel Debt to Equity Ratio (X1), Return On Assets (X2), Earnings Per Share (X3) sama dengan 0. Koefisien
variabel Debt to Equity Ratio (X1) senilai -0,106 (negatif menunjukkan hubungan berbalik arah) menyatakan
bahwa setiap kenaikan 1 (satu) variabel Debt to Equity Ratio akan menurunkan Underpricing sebesar -0,106 dan
sebaliknya setiap penurunan 1 (satu) variabel Debt to Equity Ratio akan menaikkan Underpricing sebesar -0,106,
dengan asumsi variabel independen lainnya konstan atau tetap. Koefisien variabel Return On Assets (X2) sebesar
-0,277 (negatif menunjukkan hubungan berbalik arah) menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 (satu) variabel
Return On Assets akan menurunkan Underpricing sebesar -0,277 dan sebaliknya setiap penurunan 1 (satu)
variabel Return On Assets akan menaikkan Underpricing sebesar -0,277, dengan asumsi variabel independen
lainnya konstan atau tetap. Koefisien variabel Earnings Per Share (X3) sebesar -0,008 (negatif menunjukkan
hubungan berbalik arah) menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 (satu) variabel Earnings Per Share akan
menurunkan Underpricing sebesar -0,008 dan sebaliknya setiap penurunan 1 (satu) variabel Earnings Per Share
akan menaikkan Underpricing sebesar -0,008, dengan asumsi variabel independen lainnya konstan atau tetap.

Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Underpricing


Hasil pengujian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh variabel Debt to Equity Ratio
terhadap underpricing Harga saham perusahaan sektor konsumen primer tahun 2017-2021. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh siginifikan terhadap underpricing Harga
saham perusahaan sektor konsumen primer tahun 2017-2021.
Debt to Equity Ratio menunjukkan imbangan antara tingkat leverage (penggunaan hutang) dibandingkan modal
sendiri perusahaan. Semakin tinggi pendanaan dalam bentuk hutang yang dilakukan perusahaan pada struktur
modalnya, maka financial leverage akan semakin tinggi. Dengan nilai Debt to Equity Ratio yang tinggi, maka
perusahaan memiliki dana yang cukup untuk melakukan ekpansi dan menghasilkan keuntungan yang besar di
masa depan sehingga menjamin kesejahteraan investor di masa depan. Hal ini menjadi sinyal positif bagi pasar
bahwa kinerja perusahaan akan menjanjikan di masa depan dan mengurangi ketidakpastian yang dihadapi
investor sehingga akan menurunkan underpricing.
Tidak berpengaruhnya Debt to Equity Ratio didukung oleh pendapat Modligiani Miller (MM) yang dituangkan
dalam teori struktur modal pendekatan net operating income dan menyatakan bahwa struktur modal tidak
optimal dan tidak berpengaruh pada nilai total perusahaan. Berapapun hutang yang diadakan oleh perusahaan itu
tidak akan berdampak pada nilai total perusahaan. artinya setiap perubahan nilai hutang tidak akan berpengaruh
terhadap biaya modal rata-rata tertimbang. Nilai total perusahaan yang mana dalam penelitian ini dilambangkan
oleh underpricing tidak berubah walaupun adanya perubahan nilai hutang sehingga dalam pendekatan ini dapat
dikatakan tidak ada struktur modal yang optimal, berapapun penggunaan nilai hutang tidak akan mengubah nilai
total perusahaan atau underpricing.
Penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Damanik & Sembiring, (2020) yang mengatakan bahwa Debt to
Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing saham.

Pengaruh Return On Assets terhadap Underpricing


Hasil pengujian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh variabel Return On Assets terhadap
underpricing Harga saham perusahaan sektor konsumen primer tahun 2017-2021. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel Return On Assets berpengaruh siginifikan terhadap underpricing Harga saham perusahaan sektor
konsumen primer tahun 2017-2021.
Profitabilitas suatu perusahaan merupakan perbandingan antara laba dengan aktiva atau dengan modal yang
menghasilkan laba tersebut. Salah satu rasio profitabilitas adalah Return On Assets. Return On Assets digunakan
untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan cara memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya. Nilai profitabilitas yang semakin tinggi akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba di masa yang akan datang dan laba merupakan informasi penting bagi investor sebagai
pertimbangan investor dalam menanamkan modal pada perusahaan tersebut.
Witjaksono, (2012) mengatakan profitabilitas yang diukur dengan Return On Assets merupakan salah satu
potensi yang dimiliki oleh perusahaan dalam menentukan harga perdana saham. Semakin tinggi tingkat
profitabilitas perusahaan menunjukkan tingginya kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau
laba sehingga hal tersebut dapat dilihat investor sebagai perusahaan yang menguntungkan. Hal ini dapat
mengurangi ketidakpastian melakukan initial public offering dalam menentukan harga saham yang wajar
sehingga dapat menurunkan tingkat underpricing. Maka dapat disimpulkan semakin tinggi Return On Assets,
maka semakin kecil tingkat underpricing, dan sebaliknya semakin rendah Return On Assets, maka semakin besar
kemungkinan tingkat underpricing yang akan terjadi.
Hal ini sejalan dengan penelitian Gunawan & Jodin, (2015) yang menyatakan bahwa ROA memiliki pengaruh
signifikan terhadap underpricing.

Pengaruh Earnings Per Share terhadap Underpricing


Hasil pengujian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh variabel Earnings Per Share
terhadap underpricing Harga saham perusahaan sektor konsumen primer tahun 2017-2021. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel Earnings Per Share tidak berpengaruh siginifikan terhadap underpricing Harga
saham perusahaan sektor konsumen primer tahun 2017-2021.
Earnings Per Share merupakan gambaran tentang jumlah yang akan diperoleh untuk setiap lembar saham biasa
atau merupakan laba bersih per lembar saham biasa. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya, maka akan mempengaruhi return saham
perusahaan tersebut di pasar modal. Earnings Per Share akan sangat membantu investor karena informasi
Earnings Per Share dapat menggambarkan prospek earning suatu perusahaan di masa yang akan datang, karena
Earnings Per Share menunjukkan laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham
perusahaan. Semakin besar Earnings Per Share akan menarik investor untuk melakukan investasi di perusahaan
tersebut, sehingga akan mengakibatkan permintaan saham akan meningkat dan harga saham meningkat pula
(Susilowati dan Turyanto, 2011).
Hasil pengujian secara parsial penelitian ini menunjukkan Earnings Per Share tidak berpengaruh terhadap
underpricing variabel EPS tidak berpengaruh terhadap underpricing saham perdana. Variabel EPS tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underprice. Rasio ini tidak memberikan ekspektasi kepada
investor untuk memperoleh pengembalian terhadap investasi yang diberikannya. Apabila EPS semakin tinggi
maka harapan untuk memperoleh keuntungan akan semakin besar, sehingga harga perdana yang diberlakukan
oleh emiten akan mengalami peningkatan. Namun, rasio EPS bukan merupakan bahan pertimbangan dalam
rangka menetapkan harga penawaran saham perdana karena rasio EPS yang dimiliki emiten sebelum melakukan
IPO akan mengalami perubahan setelah emiten melakukan IPO karena adanya perkembangan laba perusahaan
yang dipengaruhi oleh kebijakan pajak dan kondisi ekonomi. Oleh karena itu, EPS bukan merupakan variabel
yang memberikan pengaruh terhadap underpricing saham perdana.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Pratiwi dkk., (2020) yang menyatakan bahwa EPS tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap underpricing.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis mengenai pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Assets, dan Earnings Per Share
terhadap underpricing harga saham perusahaan sektor konsumen primer tahun 2017-2021 dengan metode
pengujian analisis regresi linier berganda dan pengujian secara parsial maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
(1) Hasil pengujian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh variabel Debt to Equity Ratio
terhadap underpricing Harga saham perusahaan sektor konsumen primer tahun 2017-2021. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh siginifikan terhadap underpricing Harga
saham perusahaan sektor konsumen primer tahun 2017-2021. (2) Hasil pengujian hipotesis kedua yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh variabel Return On Assets terhadap underpricing Harga saham perusahaan
sektor konsumen primer tahun 2017-2021. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Return On Assets
berpengaruh siginifikan terhadap underpricing Harga saham perusahaan sektor konsumen primer tahun 2017-
2021. (3) Hasil pengujian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh variabel Earnings Per
Share terhadap underpricing Harga saham perusahaan sektor konsumen primer tahun 2017-2021. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel Earnings Per Share tidak berpengaruh siginifikan terhadap underpricing
Harga saham perusahaan sektor konsumen primer tahun 2017-2021.

DAFTAR PUSTAKA
A., Hasnawati, S., & Hendrawaty, E. (2020). Analysis of Factors Which Affect Company Shares Underpricing
Level at Initial public offering (IPO) on the Indonesia Stock Exchange Period 2013-2018. In SSRG
International Journal of Economics and Management Studies (SSRG-IJEMS (Vol. 7).
www.internationaljournalssrg.org
Damanik, J., & Sembiring, F. (2020). The Effect of Return on Assets, Current Ratio, Debt to Equity Ratio and
Underwriter’s Reputation on Underpricing During Initial Public Offering (IPO) on The Indonesia Stock
Exchange in Period 2014-2018. https://doi.org/10.4108/eai.26-9-2020.2302725
Gunawan, M., & Jodin, V. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham Pada
Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. XX(02),
174–192.
Kasmad, K., Pranoto, P., Bhasnawi, M., Maddinsyah, A., & Sunarsi, D. (2021, Januari 25). Changes in
Underpricing Due to Changes in Return on Assets, Debt to Equity Ratio, and Firm Size Analysis.
https://doi.org/10.4108/eai.17-7-2020.2302980
Kasmir. (2016). Analsisi Laporan Keuangan. In Analisis laporan Keuangan (hal. xii,374). Raja Grafindo
Persada.
Kirana Astuti, D., Djamaluddin, S., & Author, C. (2021). UNDERPRICING DETERMINANTS ON THE
PUBLIC OFFERING OF PRIMARY SHARES (IPO) IN INDONESIA STOCK EXCHANGE 2015-2019.
2(1). https://doi.org/10.38035/dijefa.v2i1
Marlina, dkk. (n.d.).
Octafian, M., Wijayanti, A., & Masitoh, E. (2019). Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan ( JDEP ). JDEP
(Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan), 2(2), 172–177.
http://jdep.upnjatim.ac.id/index.php/jdep/article/view/121
Pratiwi, I. A., Nasir, A., & Hariadi. (2020). Pengaruh Debt To Equity Ratio, Return On Equity, Earning Per
Share, Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Dan Reputasi Auditor Terhadap Underpricing Pada
Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018. JOM
FEB, 7.
Retnowati, E., Akuntansi, J., & Ekonomi, F. (2013). 82 AAJ 2 (2) (2013) Accounting Analysis Journal
PENYEBAB UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI INDONESIA.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. CV. Alfabeta.
Wahyusari, A. (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Saham Saat Ipo Di Bei.
Accounting Analysis Journal, 2(4), 386–394. https://doi.org/10.15294/aaj.v2i4.2882
WITJAKSONO, L. S. (2012). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEUANGAN YANG MEMPENGARUHI
FENOMENA UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA 2002-2010. Berkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, 1(1).

Anda mungkin juga menyukai