Anda di halaman 1dari 15

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG

NOMOR 3 TAHUN 2011

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN RANGKAIAN MUSRENBANG RKPD


DAN TATACARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA SKPD

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PANDEGLANG,

Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal (8) ayat 3 Peraturan Daerah
Kabupaten Pandeglang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Sistem Perencanaan
Dan Penganggaran Pembangunan Daerah perlu menetapkan Peraturan
Bupati tentang Petunjuk Pelaksanaan Rangkaian Musrenbang dan Tata Cara
Penyusunan Rencana Kerja SKPD;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi
Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4389);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
-2-

8. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara


Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4664);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
10.Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 83, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738);
11.Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4816);
12.Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah ((Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4817);
13.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;
14.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
15.Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2007
tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Pandeglang Tahun 2008 Nomor 10, Seri E.5);
16.Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 1 Tahun 2008 tentang
Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Pandeglang (Lembaran Daerah
Kabupaten Pandeglang Tahun 2008 Nomor 1);
17.Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Pandeglang (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang
Tahun 2008 Nomor 6) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 4 Tahun 2010 (Lembaran Daerah
Kabupaten Pandeglang Tahun 2010 Nomor 4);
18.Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 7 Tahun 2010 tentang
Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Daerah
Kabupaten Pandeglang (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang
Tahun 2010 Nomor 7)
19.Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Pandeglang
Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun
2010 Nomor 8);
-3-

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI PANDEGLANG TENTANG PETUNJUK


PELAKSANAAN RANGKAIAN MUSRENBANG RKPD DAN
TATACARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA SKPD.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Pandeglang.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
3. Bupati adalah Bupati Pandeglang.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pandeglang.
5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah satuan kerja yang
berada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pandeglang.
6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang selanjutnya disingkat Bappeda adalah
satuan kerja perangkat daerah yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan tugas dan
fungsi perencanaan pembangunan di Kabupaten Pandeglang.
7. Kepala Bappeda adalah Kepala Bappeda Kabupaten Pandeglang.
8. Unit Kerja adalah perangkat daerah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada kepala SKPD yang tugas Pokok dan fungsinya mengenai perencanaan adalah
Penanggungjawab Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Perencanaan SKPD.
9. Kecamatan adalah Wilayah Kerja Camat sebagai perangkat daerah Kabupaten yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
10. Kelurahan adalah adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat daerah Kabupaten dalam
Wilayah Kerja Kecamatan.
11. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan berada di Kabupaten Pandeglang.
12. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
13. Perencanaan adalah proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui
urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia.
14. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJPD adalah
dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun.
15. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah
dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
16. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen
perencanaan pembangunan daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
17. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya
disebut Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang disingkat Renstra-SKPD,
adalah dokumen perencanaan pembangunan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun.

18. Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang disingkat Renja SKPD, adalah dokumen
perencanaan pembangunan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
-4-

19. Prakiraan Maju (forward estimate) adalah perhitungan kebutuhan dana untuk tahun
anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan
program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran tahun
berikutnya.
20. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang
selanjutnya disingkat Musrenbang RKPD adalah forum antar pemangku kepentingan dalam
rangka menyusun rencana pembangunan daerah.
21. Forum SKPD adalah wahana antar pihak-pihak yang langsung atau tidak langsung
mendapatkan manfaat atau dampak dari program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan
fungsi SKPD.
22. Forum gabungan SKPD adalah forum SKPD yang dilaksanakan dengan mengabungkan
beberapa SKPD dalam satu forum dengan mempertimbangkan keterkaitan isu antar SKPD,
tingkat urgensi, efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan.
23. Rapat koordinasi bidang adalah forum pemangku kepentingan sebagai forum Pra-
Musrenbang RKPD untuk memaduserasikan perencanaan dan penganggaran program dan
kegiatan SKPD.
24. Hasil reses DPRD adalah hasil kunjungan kerja secara berkala anggota DPRD kepada
konstituennya secara rutin pada setiap masa reses.
25. Fasilitator adalah tenaga terlatih atau berpengalaman dalam memfasilitasi dan memandu
diskusi kelompok/konsultasi publik yang memenuhi kualifikasi kompetensi teknis/substansi
dan memiliki keterampilan dalam penerapan berbagai teknik dan instrumen untuk
menunjang partisipatif dan efektivitas kegiatan.
26. Narasumber adalah pihak pemberi informasi yang perlu diketahui peserta Musrenbang untuk
proses pengambilan keputusan hasil Musrenbang.
27. Delegasi adalah perwakilan yang disepakati peserta Musrenbang untuk menghadiri
Musrenbang pada tingkat yang lebih tinggi.
28. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan
oleh pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi
anggaran atau kegiatan yang dikoordinasikan oleh Pemerintah Daerah.
29. Program Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah satu atau lebih kegiatan suatu Satuan Kerja
Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah.
30. Program Lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah instrumen kebijakan yang berisi satu
atau lebih kegiatan dari beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah
Daerah.
31. Program Kewilayahan dan Lintas Wilayah adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau
lebih kegiatan kewilayahan yang terpadu antar Satuan Kerja Perangkat Daerah dilingkungan
Pemerintah Daerah.
32. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan
kerja, sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari
sekumpulan tindakan pengerahan sumberdaya, baik yang berupa personil (SDM), barang
modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa jenis
sumberdaya sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk
barang dan jasa.
33. Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang dilaksanakan
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan Nasional atau Daerah.
34. Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban
setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-
fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani,
memberdayakan, dan mensejahterakan masyarakat.
35. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang
diharapkan dari suatu kegiatan.
36. Masukan (input) adalah pengerahan sumberdaya, baik yang berupa personil (SDM), barang
modal termasuk peralatan dan teknologi, dana dan waktu atau kombinasi dari beberapa
jenis sumberdaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan.
-5-

37. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan
untuk mendukung pencapaian program.
38. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari
kegiatan-kegiatan dalam satu program.

BAB II
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUNAN
Pasal 2
Ruang lingkup perencanaan pembangunan daerah tahunan meliputi:
a. RKPD;
b. Renja SKPD.

BAB III
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a merupakan penjabaran dari RPJM Daerah
dan mengacu pada RKP, memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan
Daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pernerintah
maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat

Bagian Kedua
Penyusunan RKPD
Pasal 4

(1) Bappeda menyusun RKPD.


(2) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1, disusun dengan tahapan sebagai berikut:
a. Persiapan penyusunan RKPD;
b. Penyusunan rancangan awal RKPD;
c. Penyusunan rancangan RKPD;
d. Pelaksanaan Musrenbang RKPD;
e. Perumusan rancangan akhir RKPD; dan
f. Penetapan RKPD.

Bagian Ketiga
Ruang Lingkup Pelaksanaan Rangkaian Musrenbang RKPD

Pasal 5

Ruang lingkup pelaksanaaan Musrenbang RKPD terdiri atas :


a. Musrenbang Desa/Kelurahan;
b. Musrenbang Kecamatan;
c. Rapat Koordinasi Bidang;
d. Musrenbang RKPD.
-6-

Paragraf 1
Musrenbang Desa/Kelurahan
Pasal 6
(1) Musrenbang Desa/Kelurahan sebagimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, dilaksanakan
dengan memperhatikan rencana pembangunan jangka menengah Desa, rencana strategis
Kelurahan, kinerja implementasi rencana tahun berjalan serta masukan dari nara sumber
dan peserta yang menggambarkan permasalahan nyata yang sedang dihadapi.
(2) Musrenbang Desa/Kelurahan dilaksanakan dengan tujuan:
a. Menampung dan menetapkan kegiatan prioritas sesuai kebutuhan masyarakat yang
diperoleh dari musyawarah perencanaan pada tingkat di bawahnya
b. Menetapkan kegiatan prioritas Desa/Kelurahan yang akan dibiayai melalui APB-Desa,
APBD Kabupaten maupun sumber pendanaan lainnya.
c. Menetapkan kegiatan prioritas yang akan diajukan untuk dibahas pada Forum
Musrenbang Kecamatan.
Pasal 7
(1) Musrenbang Desa/Kelurahan dilaksanakan pada bulan Januari.
(2) Jadwal pelaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan diatur melalui Surat Edaran Camat
setelah terlebih dahulu berkoordinasi dengan Kepala Bappeda.
(3) Musrenbang Desa/Kelurahan dilaksanakan oleh Kepala Desa/Lurah dan dapat dibantu
fasilitator, setelah berkoordinasi dengan Camat.
(4) Bappeda dan atau Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
mengoordinasikan penyelenggaraan Musrenbang Desa/Kelurahan.
(5) Peserta Musrenbang Desa/Kelurahan dapat berasal dari perwakilan komponen masyarakat
(individu atau kelompok) yang berada di Desa/Kelurahan, seperti: ketua RT/RW, tokoh
agama, tokoh masyarakat, wakil kelompok perempuan, wakil kelompok pemuda, organisasi
masyarakat, pengusaha, kelompok tani/nelayan, komite sekolah dan unsur lain yang
diperlukan.
(6) Narasumber Musrenbang Desa/Kelurahan dapat berasal dari Bappeda, Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa, Kepala Desa/Lurah, Ketua dan para
Anggota Badan Perwakilan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Desa/Kelurahan, Camat dan aparat Kecamatan, Kepala Sekolah, UPT di Kecamatan, dan
LSM yang wilayah kerjanya di Desa yang bersangkutan serta unsur lain yang diperlukan.
Pasal 8

(1) Hasil Musrenbang Desa/Kelurahan dituangkan dalam berita acara kesepakatan hasil
Musrenbang Desa/Kelurahan.
(2) Hasil Musrenbang Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-
kurangnya memuat :
a. Daftar Kegiatan Prioritas yang akan dilaksanakan sendiri oleh Desa/Kelurahan
bersangkutan yang akan dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB-
Desa), APBD, APBD Provinsi, APBN maupun sumber pendanaan lainnya;
b. Daftar Kegiatan Prioritas yang akan diusulkan ke Kecamatan untuk dibiayai melalui
APBD Kabupaten, APBD Provinsi APBN dan sumber pendanaan lainnya;
c. Daftar nama anggota delegasi yang akan mengikuti Musrenbang Kecamatan.
(3) Kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan sendiri oleh Desa/Kelurahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a mengacu kepada kriteria sebagai berikut :
a. Merupakan kewenangan otonomi desa;
b. Memerlukan biaya relatif kecil;
c. Tidak memerlukan teknologi tinggi;
d. Merupakan aset desa; dan
e. Memiliki dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan masyarakat Desa;
-7-

(4) Hasil Musrenbang Desa dijadikan bahan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa.
(5) Hasil Musrenbang Kelurahan dijadikan bahan penyusunan Renja SKPD Kelurahan.
(6) Kepala Desa/Lurah menyampaikan Hasil Musrenbang Desa/Kelurahan kepada Camat untuk
dijadikan bahan Musrenbang Kecamatan dan kepada Kepala Bappeda sebagai bahan
penyusunan rancangan RKPD.
Pasal 9
Mekanisme pelaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan sebagaimana tercantum dalam lampiran
I Peraturan Bupati ini.

Paragraf 2
Musrenbang Kecamatan
Pasal 10
(1) Musrenbang Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b, dilaksanakan untuk
penajaman, penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan usulan rencana kegiatan
pembangunan Desa/Kelurahan, yang diintegrasikan dengan prioritas pembangunan daerah
di wilayah pembangunan daerah di wilayah Kecamatan.
(2) Penajaman, penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), mencakup:
a. Usulan rencana kegiatan pembangunan Desa/Kelurahan yang tertuang dalam berita
acara Musrenbang Desa/Kelurahan yang akan menjadi kegiatan prioritas pembangunan
di wilayah Kecamatan yang bersangkutan;
b. Hasil reses anggota DPRD yang dilaksanakan sebelum Musrenbang Kecamatan di
wilayah Kecamatan bersangkutan;
c. Kegiatan prioritas pembangunan di wilayah Kecamatan yang belum tercakup dalam
prioritas kegiatan pembangunan desa; dan
d. Pengelompokan kegiatan prioritas pembangunan di wilayah Kecamatan berdasarkan
tugas dan fungsi SKPD Kabupaten, SKPD Provinsi dan Instansi Pusat.
(3) Kegiatan prioritas pembangunan daerah di wilayah Kecamatan mengacu pada program
dalam rancangan awal RKPD yang disampaikan oleh Bappeda.

Pasal 11
(1) Musrenbang Kecamatan dilaksanakan pada bulan Pebruari.
(2) Jadwal pelaksanaan Musrenbang Kecamatan diatur lebih lanjut dengan Surat Edaran
Kepala Bappeda.
(3) Penyelenggaraan Musrenbang Kecamatan dilaksanakan oleh Camat dan dapat dibantu oleh
fasilitator, setelah berkoordinasi dengan Kepala Bappeda.
(4) Musrenbang Kecamatan diikuti oleh Kepala Desa dan Lurah, delegasi Musrenbang Desa,
delegasi Kelurahan, anggota DPRD asal daerah pemilihan Kecamatan bersangkutan, kepala
UPT di wilayah Kecamatan bersangkutan, perwakilan SKPD Kabupaten, tokoh agama, tokoh
masyarakat, keterwakilan perempuan dan kelompok masyarakat rentan termarjinalkan dan
pemangku kepentingan lainnya dalam skala Kecamatan.
(5) Narasumber Musrenbang Kecamatan sekurang-kurangnya berasal dari unsur Bappeda,
perwakilan DPRD dari wilayah pemilihan bersangkutan dan Camat.
(6) Perwakilan SKPD Kabupaten dan unsur lain, dapat pula menjadi narasumber Musrenbang
Kecamatan sepanjang diperlukan.

Pasal 12
(1) Hasil Musrenbang Kecamatan, dituangkan dalam berita acara kesepakatan hasil
Musrenbang Kecamatan dan ditandatangani oleh yang mewakili setiap unsur pemangku
kepentingan yang menghadiri Musrenbang.
(2) Perwakilan DPRD yang menghadiri Musrenbang Kecamatan turut menandatangani berita
acara kesepakatan hasil Musrenbang Kecamatan.
-8-

(3) Format berita acara kesepakatan hasil Musrenbang Kecamatan beserta lampiran terdiri
dari:
a. Daftar kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan sendiri oleh Kecamatan;
b. Daftar kegiatan prioritas Kecamatan menurut instansi dan SKPD;
c. Daftar kegiatan yang belum disetujui dalam Musrenbang Kecamatan;
d. Daftar hadir peserta Musrenbang Kecamatan; dan
e. Daftar nama delegasi Kecamatan yang akan mengikuti forum SKPD dan atau forum
gabungan SKPD.
(4) Hasil Musrenbang Kecamatan dijadikan bahan penyusunan Renja SKPD Kecamatan.
(5) Camat menyampaikan salinan berita acara kesepakatan hasil Musrenbang Kecamatan
beserta lampirannya kepada Kepala Bappeda sebagai bahan penyusunan rancangan RKPD
dan kepada Kepala SKPD Kabupaten sebagai bahan masukan dalam penyusunan rancangan
Renja SKPD yang akan dibahas di forum SKPD atau forum gabungan SKPD.

Pasal 13
Mekanisme pelaksanaan Musrenbang Kecamatan sebagaimana tercantum dalam lampiran II
Peraturan Bupati ini.

Paragraf 3
Rapat Koordinasi Bidang
Pasal 14
(1) Rapat Koordinasi Bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c, merupakan forum
pemangku kepentingan sebagai forum Pra-Musrenbang RKPD untuk memaduserasikan
perencanaan dan penganggaran program dan kegiatan SKPD;
(2) Rapat Koordinasi Bidang dilaksanakan oleh Bappeda.

Pasal 15
(1) Rapat koordinasi bidang dilaksanakan pada bulan Maret atau sebelum Musrenbang RKPD
Kabupaten dilaksanakan.
(2) Rapat koordinasi bidang terdiri atas :
a. Rapat koordinasi bidang fisik dan prasarana;
b. Rapat koordinasi bidang sosial budaya; dan
c. Rapat koordinasi bidang ekonomi dan penanaman modal.
(3) Rapat koordinasi bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diikuti oleh seluruh SKPD
sesuai dengan lingkup koordinasinya.
(4) Rapat koordinasi bidang menghasilkan skala prioritas pembangunan menurut koordinasi
bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Pasal 16
(1) Hasil rapat koordinasi bidang dituangkan ke dalam berita acara hasil rapat koordinasi
bidang.
(2) Berita acara hasil rapat koordinasi bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
selanjutnya dikompilasi oleh Bidang Program Penganggaran Penelitian Pengembangan dan
Statistik Bappeda, sebagai bahan penyusunan rancangan RKPD.

Pasal 17
Mekanisme pelaksanaan rapat koordinasi bidang sebagaimana tercantum dalam lampiran III
Peraturan Bupati ini.
-9-

Paragraf 4
Musrenbang RKPD
Pasal 18

(1) Musrenbang RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d, dilaksanakan untuk
penajaman, penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan terhadap rancangan RKPD dengan
memperhatikan hasil pembahasan Forum SKPD atau Forum Gabungan SKPD, rapat
koordinasi bidang, RPJMD, kinerja pembangunan tahun berjalan dan masukan dari para
peserta.
(2) Penajaman, penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), mencakup:
a. Prioritas dan sasaran pembangunan daerah Kabupaten dengan arah kebijakan, prioritas
dan sasaran pembangunan daerah Provinsi;
b. Usulan program dan kegiatan yang telah disampaikan masyarakat kepada Pemerintah
Kabupaten pada Musrenbang Kecamatan dan/atau sebelum Musrenbang RKPD
dilaksanakan;
c. Indikator kinerja program dan kegiatan prioritas Kabupaten;
d. Prioritas pembangunan daerah serta program dan kegiatan prioritas daerah; dan
e. Sinergi dengan RKP dan RKPD Provinsi.
(3) Musrenbang RKPD dilaksanakan dan dikoordinasikan oleh Bappeda dan dapat dibantu oleh
fasilitator.
(4) Musrenbang RKPD dikuti oleh Bupati dan Wakil Bupati, Pimpinan dan Anggota DPRD
Kabupaten, unsur pemerintah Provinsi, SKPD Kabupaten, para Camat, para delegasi
mewakili peserta Musrenbang Kecamatan, akademisi, LSM/Ormas, tokoh masyarakat,
unsur pengusaha/investor, keterwakilan perempuan dan kelompok masyarakat rentan
termarjinalkan serta unsur lain yang dipandang perlu.
(5) Narasumber dalam Musrenbang RKPD dapat berasal dari Pimpinan atau Anggota DPRD
Kabupaten, unsur Kementerian/Lembaga ditingkat Pusat, SKPD Provinsi, SKPD Kabupaten,
akademisi/tenaga ahli atau unsur lain yang dipandang perlu.
(6) Hasil Musrenbang RKPD dirumuskan ke dalam berita acara kesepakatan dan
ditandatangani oleh yang mewakili setiap unsur pemangku kepentingan yang menghadiri
Musrenbang.
(7) Hasil Musrenbang RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat menjadi bahan bagi
swasta untuk berperan serta dalam pembangunan melalui kegiatan tanggungjawab sosial
perusahaan (Coorporate Social Responsibility).

Pasal 19

(1) Pelaksanaan Musrenbang RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1),
dilaksanakan pada bulan April.
(2) Kepala Bappeda menyusun agenda pelaksanaan Musrenbang RKPD.
(3) Berita acara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (6), dijadikan sebagai bahan
penyusunan rancangan akhir RKPD dan bahan masukan untuk membahas rancangan RKPD
Provinsi dalam Musrenbang RKPD Provinsi.
(4) Kepala Bappeda menyampaikan salinan berita acara kesepakan hasil Musrenbang RKPD
kepada DPRD, SKPD, Camat, Lurah dan Kepala Desa atau kepada pihak lain yang dianggap
perlu untuk mengetahuinya.

Pasal 20

Mekanisme pelaksanaan Musrenbang RKPD lebih lanjut diatur dalam Lampiran IV Peraturan
Bupati ini.
- 10 -

BAB IV
RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 21
(1) Renja SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b, adalah dokumen perencanaan
SKPD untuk periode 1 (satu) tahun, yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
(2) Renja SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memuat:
a. Program dan kegiatan;
b. Lokasi kegiatan;
c. Indikator kinerja;
d. Kelompok sasaran; dan
e. Pagu indikatif dan prakiraan maju.
Pasal 22

(1) Program dan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a, meliputi program
dan kegiatan yang sedang berjalan dan kegiatan alternatif atau baru.
(2) Lokasi kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b, merupakan lokasi atau
tempat dari setiap kegiatan yang akan dilaksanakan seperti nama Desa/Kelurahan,
Kecamatan.
(3) Indikator kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c, terdiri dari:
a. Indikator kinerja program yang memuat ukuran spesifik secara kuantitatif dan/atau
kualitatif hasil yang akan dicapai dari program; dan
b. Indikator kinerja kegiatan yang memuat ukuran spesifik secara kuantitatif dan/atau
kualitatif masukan dan keluaran yang akan dicapai dari kegiatan.
(4) Kelompok sasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf d, memuat penjelasan
terhadap karakteristik kelompok sasaran yang memperoleh manfaat langsung dari hasil
kegiatan, seperti kelompok masyarakat berdasarkan status ekonomi, profesi, gender dan
kelompok masyarakat rentan termarginalkan.
(5) Prakiraan maju sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf e, memuat kebutuhan dana
untuk tahun berikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan, guna memastikan
kesinambungan kebijakan yang telah disetujui untuk setiap program dan kegiatan.
Pasal 23

(1) Program dan kegiatan yang sedang berjalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat
(1), yaitu program dan kegiatan 1 (satu) tahun sebelum tahun yang direncanakan yang
tercantum dalam Renstra SKPD.
(2) Program dan kegiatan alternatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1), yaitu
program dan kegiatan SKPD, lintas SKPD dan kewilayahan yang berdasarkan analisis perlu
dilakukan pergeseran pelaksanaannya atas pertimbangan mempunyai dampak
mempercepat pencapaian sasaran pembangunan daerah.
(3) Program dan kegiatan baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1), yaitu program
dan kegiatan yang tidak tercantum pada Renstra SKPD dengan kriteria sebagai berikut:
a. Tidak bisa ditunda karena dapat menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi
pemerintah maupun masyarakat;
b. Dalam rangka mempercepat capaian target sasaran renstra SKPD;
c. Adanya kebijakan pemerintah yang menjadi prioritas nasional yang mendukung
percepatan pembangunan daerah; dan
d. Dilakukan jika kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya belum memberikan
keluaran dan hasil yang sesuai dengan sasaran renstra SKPD.
- 11 -

Bagian Kedua
Penyusunan Renja SKPD
Pasal 24

(1) SKPD menyusun Renja SKPD.


(2) Renja SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disusun dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Persiapan penyusunan Renja SKPD;
b. Penyusunan rancangan awal Renja SKPD;
c. Pelaksanaan forum SKPD dan atau forum gabungan SKPD;
d. Penyusunan rancangan Renja SKPD;
e. Perumusan rancangan akhir Renja SKPD; dan
f. Penetapan Renja SKPD.
(3) Dalam tahapan penyusunan Renja SKPD, Kelurahan dan Kecamatan tidak harus
melaksanakan forum SKPD/forum Gabungan SKPD.
Paragraf 1
Persiapan Penyusunan Renja SKPD
Pasal 25
Persiapan penyusunan renja SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf a,
meliputi:
a. Pembentukan tim penyusun Renja SKPD;
b. Orientasi mengenai Renja SKPD;
c. Penyusunan agenda kerja tim penyusun Renja SKPD; dan
d. Penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah.

Paragraf 2
Penyusunan Rancangan Awal Renja SKPD
Pasal 26

Rancangan awal Renja SKPD disusun:


a. Mengacu pada rancangan awal RKPD;
b. Mengacu pada Renstra SKPD;
c. Mengacu pada hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan periode sebelumnya;
d. Untuk memecahkan masalah yang dihadapi; dan
e. Berdasarkan usulan program serta kegiatan yang berasal dari masyarakat.
Pasal 27
(1) Rancangan awal RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a, menjadi acuan
perumusan program, kegiatan, indikator kinerja dan dana indikatif dalam Renja SKPD,
sesuai dengan rencana program prioritas pada rancangan awal RKPD.
(2) Renstra SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf b, menjadi acuan penyusunan
tujuan, sasaran, kegiatan, kelompok sasaran, lokasi kegiatan serta prakiraan maju
berdasarkan program prioritas rancangan awal RKPD yang disusun ke dalam rancangan
Renja SKPD, selaras dengan Renstra SKPD.
(3) Hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan periode sebelumnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 huruf c, menjadi acuan perumusan kegiatan alternatif dan/atau
baru untuk tercapainya sasaran Renstra SKPD berdasarkan pelaksanaan Renja SKPD
tahun-tahun sebelumnya.
(4) Masalah yang dihadapi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf d, menjadi acuan
perumusan tujuan, sasaran, kegiatan, kelompok sasaran, lokasi kegiatan serta prakiraan
maju dalam rancangan Renja SKPD yang dapat menjawab berbagai isu-isu penting terkait
dengan penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD.
- 12 -

(5) Usulan program serta kegiatan yang berasal dari masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 huruf e, dapat menjadi acuan perumusan kegiatan dalam rancangan awal
Renja SKPD.
(6) Usulan masyarakat yang dapat dijadikan acuan perumusan kegiatan dalam rancangan awal
Renja SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (5), adalah usulan masyarakat yang selaras
dengan program prioritas yang tercantum dalam rancangan awal RKPD.

Pasal 28

Penyusunan rancangan awal Renja SKPD, sebagaimana dimaksud pada 27 ayat (2), terdiri atas:
a. Perumusan rancangan awal Renja SKPD; dan
b. Penyajian rancangan awal Renja SKPD.

Pasal 29

Perumusan rancangan awal Renja SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a,
mencakup:
a. Persiapan penyusunan rancangan awal Renja SKPD;
b. Pengolahan data dan informasi;
c. Analisis gambaran pelayanan SKPD;
d. Mereview hasil evaluasi Renja SKPD tahun lalu berdasarkan Renstra SKPD;
e. Penentuan isu-isu penting penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD;
f. Penelaahan rancangan awal RKPD;
g. Perumusan tujuan dan sasaran;
h. Penelaahan usulan masyarakat; dan
i. Perumusan kegiatan prioritas.

Pasal 30

Penyajian rancangan awal Renja SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf b, dengan
sistematika paling sedikit sebagai berikut:
a. Pendahuluan;
b. Evaluasi pelaksanaan renja SKPD tahun lalu;
c. Tujuan, sasaran, program dan kegiatan;
d. Indikator kinerja dan kelompok sasaran yang menggambarkan pencapaian renstra SKPD;
e. Dana indikatif beserta sumbernya serta prakiraan maju berdasarkan pagu indikatif;
f. Sumber dana yang dibutuhkan untuk menjalankan program dan kegiatan; dan
g. Penutup.

Pasal 31
Rancangan awal Renja SKPD dibahas dalam forum SKPD atau forum gabungan SKPD.

Paragraf 3
Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD
Pasal 32

(1) Forum SKPD atau forum gabungan SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2)
huruf c, berkedudukan sebagai forum musyawarah perencanaan masyarakat ditingkat SKPD
dalam penyusunan dan penetapan skala prioritas kegiatan pembangunan
- 13 -

(2) Forum gabungan SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
menggabungkan beberapa SKPD sekaligus dalam satu forum dengan mempertimbangkan
keterkaitan isu antar SKPD, tingkat urgensi, efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan.

Paragraf 4
Pelaksanaan Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD
Pasal 33
(1) Pembahasan rancangan awal Renja SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31,
dilaksanakan setelah terlebih dahulu berkoordinasi dengan Bappeda.
(2) Pembahasan rancangan awal Renja SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
mencakup:
a. Penyelarasan program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD
berdasarkan usulan program dan kegiatan hasil Musrenbang Kecamatan;
b. Penajaman indikator dan target kinerja program dan kegiatan sesuai dengan tugas
dan fungsi SKPD;
c. Penyelarasan program dan kegiatan antar SKPD dalam rangka sinergi pelaksanaan dan
optimalisasi pencapaian sasaran sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing SKPD;
dan
d. Penyesuaian pendanaan program dan kegiatan prioritas berdasarkan pagu indikatif
untuk masing-masing SKPD, sesuai dengan rancangan awal RKPD yang disampaikan
oleh Bappeda.
Pasal 34

(1) Peserta forum SKPD dan atau forum gabungan SKPD antara lain terdiri dari wakil peserta
Musrenbang Kecamatan dan SKPD lainnya, serta pihak-pihak yang langsung atau tidak
langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari program dan kegiatan sesuai dengan
tugas dan fungsi SKPD.
(2) Pimpinan atau anggota komisi DPRD yang terkait dengan tugas dan fungsi SKPD, dapat
diundang menjadi narasumber dalam pembahasan forum SKPD/forum gabungan SKPD.
(3) Forum SKPD atau forum gabungan SKPD dilaksanakan oleh masing-masing SKPD atau
gabungan SKPD dan dapat dibantu oleh fasilitator setelah berkoordinasi dengan Bappeda.
(4) Penyelenggaraan forum SKPD dan atau forum gabungan SKPD dilaksanakan paling lama
minggu pertama bulan Maret.
(5) Hasil kesepakatan dalam pembahasan forum SKPD dan atau forum gabungan SKPD
dirumuskan ke dalam berita acara kesepakatan hasil forum SKPD/forum gabungan SKPD,
dan ditandatangani oleh yang mewakili setiap unsur yang menghadiri forum SKPD/forum
gabungan SKPD.
(6) Berita acara kesepakatan hasil forum SKPD/forum gabungan SKPD sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), dijadikan bahan penyusunan rancangan Renja SKPD.

Paragraf 5
Penyusunan Rancangan Renja SKPD
Pasal 35
(1) Kepala SKPD menyusun rancangan Renja SKPD berdasarkan berita acara kesepakatan hasil
forum SKPD/forum gabungan SKPD.
(2) Sistematika penyusunan rancangan Renja SKPD, paling sedikit sebagai berikut :
a. BAB I Pendahuluan;
b. BAB II Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu;
c. BAB III Tujuan, Sasaran, Program dan Kegiatan;
d. BAB IV Penutup;
- 14 -

e. Lampiran berupa berita acara hasil kesepakatan Musrenbang Kecamatan beserta


lampirannya dan berita acara kesepakatan hasil forum SKPD dan atau forum gabungan
SKPD beserta lampirannya serta hal lain yang dipandang perlu.
(3) Rancangan Renja SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada Kepala
Bappeda untuk diverifikasi, paling lambat pada minggu kedua bulan Maret.
(4) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), mengintegrasikan program, kegiatan,
indikator kinerja dan dana indikatif pada setiap rancangan Renja SKPD sesuai dengan
rencana program prioritas pada rancangan awal RKPD.
(5) Apabila dalam verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ditemukan hal-hal yang
perlu disempurnakan, hasil penyempurnaan rancangan Renja SKPD Kabupaten/kota
disampaikan kembali kepada kepala Bappeda paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak
verifikasi dilakukan.
(6) Hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dijadikan bahan penyusunan
rancangan RKPD.
Paragraf
Perumusan Rancangan Akhir renja SKPD
Pasal 36
Kepala SKPD merumuskan rancangan akhir Renja RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
ayat (2) huruf e, dengan berpedoman pada RKPD yang telah ditetapkan.
Paragraf 7
Penetapan Renja SKPD
Pasal 37
(1) Rancangan akhir Renja SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, disampaikan kepada
Kepala Bappeda untuk diverifikasi, paling lambat 1 (satu) minggu setelah RKPD ditetapkan.

(2) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah verifikasi akhir untuk memastikan
rancangan akhir Renja SKPD telah sesuai dengan RKPD.
(3) Apabila dalam verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditemukan hal-hal yang
perlu disempurnakan, rancangan akhir Renja SKPD disampaikan kembali kepada Kepala
Bappeda paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak verifikasi dilakukan.
(4) Kepala Bappeda menghimpun seluruh rancangan akhir Renja SKPD yang telah
disempurnakan.
(5) Kepala Bappeda menyampaikan rancangan akhir Renja SKPD yang telah sesuai dengan
RKPD kepada Bupati untuk memperoleh pengesahan paling lambat 3 (tiga) minggu setelah
RKPD ditetapkan.

Pasal 38
(1) Bupati mengesahkan rancangan akhir renja SKPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 37
ayat (5), paling lambat 14 (empat belas) hari setelah Rancangan akhir renja SKPD
disampaikan oleh kepala bappeda.
(2) Pengesahan Rancangan akhir Renja SKPD yang telah sesuai dengan RKPD sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(3) Penetapan Renja SKPD oleh kepala SKPD paling lama 14 (empat belas) hari, setelah Renja
SKPD disahkan oleh Bupati.

Paragraf 7
Tata Cara Penyusunan Renja SKPD
Pasal 39
Tata cara penyusunan Renja SKPD sebagaimana tercantum dalam lampiran V Peraturan Bupati
ini.
- 15 -

BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 40
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Pandeglang.

Ditetapkan di Pandeglang
pada tanggal
Pj. BUPATI PANDEGLANG,

Cap/Ttd

ASMUDJI HW

Diundangkan di Pandeglang
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG,

Cap/Ttd

ENDJANG SADINA

BERITA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2011 NOMOR

Anda mungkin juga menyukai