Anda di halaman 1dari 130
PEDOMAN MRITERIA DESAIN EMBUNG KECIL UNTUK DAERAH SEMI KERING DI INDONESIA Oleh: Ibnu Kasiro Wanny Adidharma Bhre Susanti Rusli CL. Nugroho Sunarto © Dipindai dengan CamScanner KATA PENGANTAR ian selatan Indonesia Ragian Timur, meliputi propinsi » Bali, Nusa ‘Tenggara Barat (NTB), fast Regan Tawe NTT, dan bagian selatan Propinsi Malik: merupakan daerah dengan im ng. Ketersediaan air-di musim kering merupakin masatah besar bagi penduduk Keterbatasan curah hujan dan sumber air lain, Bangunan penyimpan air cadangan untuk im Kemarau sangat diperlukan, Namun Gemikian dacrah tersebut merupakas. derctan puiay relatif keeil, Keadaan topografinya berbukit dengan dataran readah yang, sempit, Oleh a itu embung sebagai bangunan penampung alr yang relatif kecil sangat cocok dengan in alam setempat. Bangunan semacam ini dapat dibanigun secara masal dengan cepat dan yyebar mendekati pemukiman penduduk, mendukung dan Penpercaest program pembangunan embung, sejak tahun 1992 Puslit- Pengairan, Badan Litbang Pekerjaan Umum miengadakan penelitian di P. Timor, P dan P. Flores - Propinsi NTT tentang embung. Penelitian ini mencakup berhzeai fara lain : kebutuhan air (untuk : penduduk, hewan ternak, dan kebun), ketersediaa isis banjir, geoteknik untuk fondasi embung dan dinding kolam embung, bahan ba pemoliharaan embung. pedoman ini berisi kriteria dan pertinbangan untuk mendesain embung dati dan disusun berdasarkan hasil penelitian di atas yang disajikan bérupa : koefisien dessin, dimensi bangunan, peta, dan besaran Tain, Penyusunannya dibuat seprok skin dengan mengurangi dan menyederhanakan’sebanyak mungkin pekerjaan pengolahan penyelidikan, dan analisis, schinggr pemakai dapat menggunakannya untuk menyelesai- desain secara mudah dan cepat, ya untuk P. Timor, P. Sumba, dan P. Flores telah disediakan data hidrologi eta, baik untuk menghitung ketersediaan air maupun analisis banjir dessin. - ini disusun oleh satu Tim Peneliti terdiri atas : 1. Sadr. it. Ionu Kasiro, Dip. HE 2. Sdr. ir. Wanny Adidarma, Dip. H, M.Sc = 3. Sdr. ir. Bhre Susantini Rusli, Dip. HE 4. Sdz. i CL. Nugroho 5: Sdr. ir, Sunarto, M.S. mya kami ucapkan terima kasih kepada penyusun buku ini, serta kepada semua pihiak ¢ telah membant dalam peneliian daa penyusinan buku in, 199, Bandung, M Kepala Pusat Lidbang ¥ Lo Ore tl 2 Ble Badrud tf iran NIP”: 11600782 © Dipindai dengan CamScanner DAY A pustas PENGANTAR PENERBIT * NO Derap pembangunan yang menggebu-gebu kadang-kadang dapat menimbulkan perubahan lingkungan ke arah yang tidak menguntungkan, Bagian-bagian permukaan tanah yang dabulu berupa embung ada yang Ialu dijadikan daerah pemukiman ‘Akibatnya tempat-tempat reservoir air dari limpahan air hujan yarig Sangat penting fangsinya, menjadi hilang, Selain itu, untuk daerah-daerh yang semi-kering seperti di daerah- daerah yang termsuk propinsi Nusa Tenggara Barat dan sekitarnya, embung-embung yang ada bukan saja perlu dipelihara, tetapi peru dikembangkan secara kualitatif maupun secara Jowantitatif, agar sesuai dengan kebutuhan dan sesuai pula dengan persyaratan teknis yang baik. Buku Pedoman_Membuat Desain Embung Keeil untuk Daerah Semi-Kering di Indonesia ini sangat penting untuk pembuatan embung baru atau penyempumaan embung-embung yang sudah ada, agar sesuai dengan persyaratan teknis yang diperlukan. Buku ini sebenamya merupakan seri 1 (mengenai desain) dan seri duanyaa adalah Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengeiran Untuk Pedesaan (mengenai konstruksi). Hanya saja, kareve perubahan-perubalian, seri satu ini terbit belakangan: Karena itu kata “seri satu” dan “seri dua” belum sempat dinyatakan pade judulnya Sudah selayaknya buku ini dimiliki oleh para pet ok pembangunan, baik pemerintah maupun swasta terutama ditin Kabupaten dan Kecamatan, karena derap pembangunan sekar memberikan kesempatan yang makin besar kepada pihak sw serta partisipasi masyarakat Jakarta, Agustus 1997 PT MEDISA Yayasan Badan Penerbit PU © Dipindai dengan CamScanner | | DAFTAR ISI | | Nal, | KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL ‘i DAFTAR GAMBAR vit DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN its 1.1. Gambaran Umum Daerah Semi-Kering di Indonesia Mw | 1.1.1, Gambaran umum i ww 1.1.2, Gambaran umum topografi at 1.2. Batasan lw 1.3. Lingkup az I. PROSEDUR DESAIN 2.1. Gambaran Umum Embung Kecil 2.2, Beberapa, Langkah Mendesain 2.2.1. Penentuan lokasi dan tempat embung (site) 2.2.2. Pengukuran dan penyelidikan geoteknik sederhana 2.2.3, Penentuan tata letak embung 2.2.4. Analisis hidrologi . Penentuan tipe dan tinggi tubuh embung. Ma . Desain bangunan dan jaringan distribusi U. GEOTEKNIK MAT 3.1. Fondasi Bangunan al 3.1.1. Batu Rl 3.1.2. Tanah at 3.2. Bahan Bangunan a2 3.2.1. Tanah berkohesi (lempung) aa 3.2.2. Tanah tk herkohesia (lanau, pasir halus hingga kasar) 2 3.2.2. Pecahan batu Ad © Dipindai dengan CamScanner Hal. 33. bung 33 Infilteasi air 33 as dinding kolam 34 HIDROLOG! 4.1-4.39 41. 4a 42. 4a Data yang diperlukan 44 Data di Propinsi NTT 42 4.3. Perkiraan Debit Aliran Masuk Embung 42 4.3.1, Metoda NRECA 42 4.3.2. Hujan rata-rata bulanan di dalam daerah tadah hujan 43 4.3.3, Penguapan dan pengupan peluh potensial 44 4.3.4. Perhitungan debit bulanan 45 4.4. Tampungan Embung 49 Kapasitas tampung yang dibutuhkan 49 4.4.2. Ketersediaan air 49 4.4.3. Kebutuhan air da tampungan hidup 4.10 4.4.4, Ruang sedimen 4.4L 4.4.5. Jumlah penguapan 41 «4.4.6. Jumlah resapan 4.12 4.4.7. Menentukan kapasitas tampung desain 4.12 4.5. Perkiraan Debit Banjir 4.14 4.14 4.5.2. Metoda Rasional Singapura 414 4.8.3, Metoda Rasional dari Australia 4.20 TUBUH EMBUNG S.1-5.14 5.1. Tipe Tubuh Embung 51 $.1.1. Urugan tanah homogen 5. $.1.2. Urugan majemuk 52 5.1.3. Pasangan batu/beton 52 © Dipindai dengan CamScanner 5.1.4. Komposit 52. Dinding Halang 53. Lebar Puncak 5.4. Kemiringan Lereng Urigan 5.5. Tinggi Jagan 5,6. Tinggi Tubuh Embung 5.7. Selimut (blanket) Kolam Embung S.7.1. Umum 5.7.2. Jenis selimut kedap air PELIMPAH 6.1, Umum Pelimpah Tipe Saluran Terbuka 6.2.1. Struktur 6.2.2. Hidraulik 6.3. _ Pelimpah Tipe Ogee (Overflow) dengan Peredam Energi USBR T 63.1. Steuktur 6.3.2. Hidraulik SISTEM DISTRIBUSI 7A, Umum 7.2. Perhitungan Hidraulik 7.2.1. Kebutuhan tinggi tekanan 7.2.2. Kehilangan tinggi tekanan 7.3. Pemasangan Pipa 7.4. Bak Distribust {PIRAN © Dipindai dengan CamScanner 6.1-6.13 6.1 6.1 6.1 62 63 63 6.4 TAT AS DAFTAR TABEL Kesesuaian antara tipe tubuh embung dengan jenis fondasi, lembah, dan bahan bangunan aa Kiasifikasi tanah sistem kelompok 36 Klasifikasi sifat bahan urugan at ‘Klasifikasi sifat tulus air tanah dan batw 39 » oefisien reduksi penguapan peluh untuk luas daerah tadah hujan Tebih kecil daripada 100 ha 44 ‘Contoh perhitungan debit butanan dengan cara NRECA 48.2 Koefisien kekasaran Manning 4.16 Kecepatan infiltrasi aie Parameter untuk rumus (4.13) Harga komponen C oleh faktor intensitas hujan ‘Harga komponen C oleh faktor topografi 4.24 Harga komponen C oleh faktor tampungan permukaan 424 Harga komponen C oleh faktor infiltrasi 424 Harga komponen C oleh fakior penutup Iahan Lebar puncak tubuh embung Kemiringan lereng urugan untuk tinggi maksimum 10 m 3s Tinggi jagaan embung 38 Kriteria desain hidraulik pelimpah 62 Koefisien kekasaran Manning untuk berbagai jenis pelindung pada pelimpah 63 Hubungan tinggi air kolam di atas mercu pelimpah “ogee”, debit, dan lebar pelimpah 6s Hubungan antara sudut lengkungan dengan f, 23 © Dipindai dengan CamScanner Hal. ‘A. Potongan melintang tipikal pelimpah tipe "ogee" dengan peredam energi USBRI 6.10 5. Grafik hubungan nilai Froude dengan rasio L/d, 6.11 6, Grafik hubungan debit, tinggi mercu, lebar mercu, dan panjang kolam peredam energi untuk debit = 10 - 25 m°/d 6.12 7, Grafik hubungan debit, tinggi thercii; febar meréu, dan panjang kolam peredam energi untuk debit = 30 - 50 m°/d 6.13 i, Grafik hubungan antara debit dan kehilangan tekanan setiap m/100 m panjang pipa, untuk tipe pipa SDR 17° 1 2. | Grafik hubungan antara debit dan keliilangai tekanan setiap m/100 m panjang pipa, untuk tipe pipa SDR 21 78 3, Grafik hubungan antara debit dan kehilangan tekanan setiap m/100 m panjang pipa, untuk tipe pipa SDR 26 19 4, Denah pemasangan pipa distribusi utama 7.10 5, — Denah dan potongan bak untuk kebutuhani manusia TAL 6. Denzh dan potongan bak hewan 7.12 7. Denah dan potongan bak kebun 7.13 viii ‘itcanthcotmnsentennenttnen tenant & Dipindai dengan CamScanner I, PENDAHULUAN Gambaran Umum Daerah Semi-Kering di Indonesia 1.1.1. Gambaran umum iktim, Rangkalan Kepulavan mulai dari sebelah timur P. Jawa, yakni P. Bali, menuju ke timur hingga P, Seram di Maluku Tenggara mencakup daerah pantai sepanjang 49.000 km, dan membentang dari barat ke timur sejauh 1.250 km, Pulau paling selatan dari rangkaian ini, yaitu P. Rote, rmerupakan pulau paling selatan dari kepulauan Nusantara dan terletak di 11° Lintang. Selatan. Periksa gambar 1.1. Telim kawasan ini pada umumnya cukup kering. Hal ini merupakan konsekuensi dari letak geografiknya dan orientasi rangkaian kepulavan tersebut terhadap sirkulasi masa udara dan gerakan angin yang berlaku di daerah tersebut. Evapotranspirasi tahunan terhitung kira-kira 1.800 mm sampai 1.850 mm di daerah pantai, dan 1.400 mm hingga 1.600 mm di pedalaman/ Perbukitan, Angka-angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan evapotcanspirasi tahunan Gi drerah pantai umumnya di Indonesia sebesar 1.400 mm. Musim hujan umumnya berlangsung selama 3 sampai 5 bulan, sedangkan musim kering berlangsung selama 7 sampai 9 bulan. Curah hujan tahunan rata-rata kurang dari 1.000 mm di daerah pantai, sedangkan di deerah perbukitan di pedalaman dapat mencapai 2.000 mm atau lebih, Sebagian besar curah hujan terjadi dalam hujan badai yang hanya terjadi beberapa kali, sehingga menyebabkan banjit bandang yang selanjutnya terbuang ke laut. Mata air yang merupakan sumber aliran dasae suatw sungai jerang sekali dijumpai di musim kering. Dengan demikian ciri utama daerah semi kering adalah bahwa musim kering berlangsung. lebih dari setengah tahun, lebih panjang dari pada kebanyakan daerah lain di Indonesia. 1.1.2. Gambaran umum topografi Daerah dengan iklim semi kering adalah kawasan kepulauan Indonesia Timur bayian selatan, Daerah ini terdiri atas puluhan pulau yang relatif kecil. Pada umumnya pulau-pula tersedst bertopografi perbukitan dengan ketinggian puluhan hingga ratusen meter, sedangkan dataran & Dipindai dengan CamScanner rendah sangat sempit terdapat di pantai, Kadang-kadang terdapat gunung berapi dengan ketinggian mencapai ribuan meter, Karena keadaan topografi dan keadaan iklim yang kurang menguntungkan, maka pada umumnya lahan untuk tanaman pangan sebagian besar berupa lahan ering yang terdapat di perbukitan, Di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) misalnya, luas Jahan kering tanaman pangan mencapai 72%, sedangkan yang basah hanya sebesar 28%. Batasan Embung adalah bangunan penyimpanan alr yang dibangun di daerah depresi, biasanya di Iuar sungai, Kolam embung akan'menyimpan air di musim hujan, dan kemudian air dimanfaatkan oleh suatu desa hanya selama musim kemarau untuk memenuhi kebutuhan dengan urutan prioritas : penduduk, ternakj dan sedikit kebun, Jumlati kebutuhan tersebut akan menentukan tinggi tubuh embung, dan kapasitas tampung embung. Kedua besaran tersebut perl dibatasi karena kesederhanaan teknologi yang dipakai. Batasan tersebut sebagai berikut : (1) tinggi tubuh embung maksiium = 10,00 m untuk tipe urugan, dan 6,00 m untuk pe graviti atau komiposit; di -mana tinggi fubuh embung diukur dari permukaan galian fondasi terdalam hingga ke puncak tubuh embung. @)_ kapasitas tampung embung maksimum 100.000 m°. @) _luas daerah tadah hujan maksimum 100 ha = 1 km? Embung dalam batasan ini merupakan embung kecil. Lingkup = st Pedomen ini menyajikan kriteria desain yang diupayakan sesederhana mungkin untuk memudahkan dan mempercepat pekerjaan desain embung. Kriteria desain diberikan untuk berbagai tipe embung yaitu urugan, graviti, dan komposit dengan batasan seperti pada ayat 1.2 di atas, dan hanya disarankan untuk daerah semi kering di Indonesia. Aspek yang ditinjau mencakup kriteria desain tentang hidrologi, hidraulik, geoteknik dan struktus baik untuk tubuh embung, pelimpah, maupun jaringan distribusi aic. Khusus untuk P. Sumba,-P. Flores, dan P. Timor di Propinsi NTT telah dipersiapkan beberapa besaran hidrologi (seperti : hujan badai desain, penguapan, hujan bulanan) sehingga “analisisny: dapat dilakukan dengan cepat 1.2 © Dipindai dengan CamScanner $1,01 ig os el 021 sill T T I lL yoni. any aod eos pte f oe nH] vena eR] fi - 0 vavannea < m eg PE Peta daerah semi- kering - keoutcuan Gb. Ll. Indonesia Timur bagian selatan & Dipindai dengan CamScanner II, PROSEDUR DESAIN ambaran Umum Embung Kecil ng merupakan bangunan yang berfungsi menampung air hujan untuk persediaan suatu i di musim Kering, Selama musim kering aie akan dimanfaatkan oleh desa untuk memenubi aha’ penduduk, ternak, dan sedikt kebun, Di musim huyjan embung tidak becoperasi ena air di luar embung tersedia cukup banyak untuk memenuhi ketiga kebutuhan di atas. ich karen itu pada setip akhir musim hujan sangat diharapkan kolam embung dapat terisi ait sesuai desain. Untuk menjamin fungsi dan keamanannya embung mempunyai bagian yaitu : fubuh embung berfungsi menutup lembah atau cekungan (depresi ‘tertahan di udiknya , + kolam embung berfungsi menampung air hujan alat sadap berfungsi mengeluarkan air kolam bila diperlukan . ~ Jaringan_distribusi, berupa rangkaian pipa, berfungsi membawe air dari kolam ke bak ~tindon air harian di atau dekat pemukiman (desa) secara gravitasi dan bertekanan, 7 ‘sehingga pemberian air tidak menerus (tidak kontinyu). y Delimpah berfungsi mengalirkan banjir dari kolam ke lembah untuk mengemankan tubuh embung atau dinding kolam terhadap peluapan. pa Langkah Mendesain berbegai langkah yang perlu ditempuh untuk mendesain embung. Langkah tersebut penentuan lokasi dan tempat embung pengukuran dan penyelidikan sedethana geoteknik penentuan tata letak analisis hidrologi_ V Penentuan tipe dan tinggi tubuh embung desain bangunan dan jaringan distribus! © Dipindai dengan CamScanner a. Penentuan lokasi dan tempat embung (site) angkah pertama yang harus dilakukan dalam membangun embung adalah menentukan lokasi Meebung. Untuk mens 1okasi yang cocok untuk embung perty dilakukan peninjauan ke tempat te) dan mempetimbangkan beberapa hal sebagai berikut : )) tempat embung (its) merupakan eskungan yang cukup untuk menampung air, lebih disukai yang keadaan geo-tekniknya tidak lulus ait, sehingga kehilangan air sedikt. jp lokastdokatdesa yang memerlukan air schingg jaringan distribusi tidak begit panjang dan tidak banyak kehilangan energi. i | . [ips tokastdokat jalan sehingg jalan masuk tidak panjang dan lebih muah ditempuh, 2.2.2. Pengukuran dan penyelidikan geoteknik sederhana “setelsh tempat embung_dipilih maka periu dilakukan peng- ukuran geodetik dan selanjutnya ‘penyelidikan geoteknik sederhana, Peogukuran diharapkan meliputi seluruh daerah tadah hujan dan tempat embung. Hasil pengukuran akan berupa peta situasi berskala minimal 1 : 2000 dengan perbedaan kontur (garis etinggian) maksimum 1,00 m, Dengan peta semacam ini diharapkan cukup untuk mendesain enbung. Selanjutnya setelih pembuatan peta selesai penyelidikan geoteknik dapat dilakukan secara sedeshana dengan mengadakan pemboran tangan, pembuatan sumur uji atau parit uji Pesyelidikan ini bertujuan untuk menila karakteristik fondasi, bahan bangunan, dan dinding olam embung. Bila bahan berupa tanah, contoh perlu diambil dan pengujian di laboratorium pedu dilakukan. Tanah, baik untuk fondasi_ maupun bahan urugan, perlu diuji_ untuk mengecahui Klasifikasi dan karakteristik pemadatannya saje, sedangkan pengujian sifat mekanikaya (kekuatan geser dan konsolidasi) tidak diperlukan dalam pedoman ini, Dengan demikian pengujian di laboratorium yang diperlukan mencakup : kadar air asli (bila lempung), -Gistrbusi_butir, batas_onsistensi_Atterberg, pemadatan Proctor, (bila lempung). Pengujian tersebut cukup sederhana dan cepat dilaksanakan sehingga mampu dikerjakan oleh laboratorium setempat, misalnya : Bidang Uji - Kanwil PU, Bila bahan berupa batu perlu diamati strukturnya li, baik tanah maupun batu, disajikan dalam Bab Ill - Geoteknik. Dalam penyelidikan geoteknik untuk menilai sifat lulus air dan stabilitasnya bila digali, Petunjuk untuk evaluasi geoteknik, diharapkan pula saran tentang letak dan arah sumbu tubuh embung dan pelimpah. 22 © Dipindai dengan CamScanner (2.2.3. Penentuan tata letak embung, asi! penyelidikan geoteknik antara lain penentuan secara tentatif tata fetak embung. ‘Tata. letak jini kemudian diatur kembali sehingga diperoleh tata letak embung yang pasti, ‘Tempat tubub ‘embung. dipilih pada lembah paling sempit, dengan arah sumbu sedemikian sehingga panjang poncak ,embung ,pendek, Fondasi batu lebih disukal dalam mietilih’tetiipat embung dari pada fondasi tanah tebal. Pelimpah saluran terbuka ditempatkan terpisah dengan tubuh embung (tipe urugan) dan dipilih di celah bukit/dinding kolam (saddle) supaya galian tidak banyak. Untuk pelimpah saluran terbuka topografi yang agak landaidan fondasi berupa batu lebih sesuai kafena risiko kerusakan akibat erosi lebih kecil. |] pada tubuh embung dari beton/pasangan pelimpah ditempatkan menyatu dengan tubuh embung. [Pina sstap.citerpatkan pada. fondasi_batu.di bukit tumpu. Disisi kirk atau kanan lembah fergantung lokasi desa yang hendak diberi air. ‘Dengan_adanya tata letak dapat ditentukan daya tampung_kolam.embung atau tinggi maksimum tubuh embung yang dapat dibangun menurut topografi yang ada dengan Imemperhatikan batasan yang tersebut di ayat 1.2. bab I. 2.4. Analisis hidrologi analisis hidrologi akan dihasilkan : kebutuhan tampung kolam, ketersediaan ir, dan uncak banjir desain. Cara analisis hidrologi disajikan dalam Bab IV-Hidrologi. ebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan suatu desa ditentukan berdasarkan jumlah kep2la feluarga (KK) yang ada. Data KK dapat diperoleh dari pemerintah daerah setempat. Di ropinsi NTT, data semacam ini telah diterbitkan oleh Pemda dalam buku ; “Propinsi NTT alam Angka". Selain kebutuhan air sebagai faktor utama, dalam penentuan kebutuhan spung suatu embung perlu pula disediakan sejumlah cadengan untuk mengantisipasi ilangan air karena penguapan dan resapan (infiltrasi), serta perlu disediakan ruangan_ untuk imen. Setelah itu perlu diperkirakan besarnya air yang tersedia, yaitu besarnya potensi air 18 akan mengisi embung. Perhitungan dapat dilakukan secara bulanan untuk bulan-bulan di jusim hujan saja. Kebutuhan tampung embung perlu dibandingkan dengan ketersediaan n daya tampung yang wda (periksa ayat 2.2.3,). Dari ketiganys dipilih yang terkecil seb: pasitas desain kolam embung. Di samping kedua hal di atas puncak aliran banjir perle |Pralisis. Besaran ini selanjutnya akan dipakai untuk menentukan dimensi hidraulik pel 23 & Dipindai dengan CamScanner 2.2.5 Ponentuan tipe dan tinggl tubub embung quboh embung dapat dipilih dengan tipe urugan, pasangan atau beton, dan komposit. Penentuan tipe tubuh embung tergantung dari jenis fondasi, ketersediaan bahan di tempat, dan jebar tembah, Fondasi_batu dapat mendukung semua tipe tubuh embung. Dalam hal ini bila lembah sempit (rerbentuk V) tubuh embung bertipe pasangan/beton adalah yang paling tepat, sedangkan bila Aembah_cukyp lebar, tipe komposit akan lebih murah, Fondasi tanah hanya dapat_mendukung rubuh embung bertipe urugan, Namun semuanya itu harus pula mempertim-bangkan jenis dan jummfsh bahan yang tersedia di tempat. Periksa tabel 2.1, ‘Tabel 2.1. Késesuaian antara tipe tubuh embung dengan jenis fondasi, lembah, dan bahan bangunan Tipe Jenis Ukuran Jenis bahan tubuh embung fondasi lembah bangunan *) (2) Urugan 1. batu 1. lebar 1. lempung atau ta- nah berlempung. atau atau dan/atau 2. tanah 2. sempit 2. pasir sampai batu pecah (2) Beton/ Pasangan batu sempit pasir sampai batu pecah (3) Komposit batu lebar 1. lempung atau ta- nah berlempung | | dan/atau 2. pasir sampai batu pecah. *) periksa bab IT¥-Geoteknik. & Dipindai dengan CamScanner selanjlnya tinggi tubuh embung ditentukan berdasarkan kapasitas desain kolam embung_ yang teilih (eriksa ayat 2.24) dengan memperhatikan batasan di ayat 1.2 bab 1. Untuk ini dipeeukan grafik hubungan_antara elevasi dan kapasitas kolam yang. dapat diperoleh dengan penguin smenggunakan peta situasi tempat embung (periksa 2.2.2). 12.6, Desain bangunan dan Jaringan distribust pessin bangunan, yaitu tubuh embung dan pelimpah selanjutnya dapat dipersiapkan dengan eentuan dan petunjuk’ sepeiti’ akan diuraikan pada bab V-Tubuh Embung, dan bab VI - fpaimpah, Sedangkan jaringan distribusinya harus didesain sesuai petunjuk di bab VI - wingan Distribusi, Bab V, VI, dan VII akan menyajikan semua kriteria desain yang jgerlukan_untuk bangunan terkait, dan mencakup Kriteria geoteknik, struktural, dan hidraulik. analisis/ komputasi desain tidak diperlukan lagi dan desain dapat ditentukan sangat dengan tabel atau grafik. & Dipindai dengan CamScanner 26 © Dipindai dengan CamScanner Ill, GEOTEKNIK peinbahasan geoteknik mencakup beberapa aspek tama yaitu : ‘ (2) fondasi bangunan @) _ bahan bangunan @) _ kolam waduk “pi bawah int setiap aspek diuraikan secara singkat dan dipetlihatkan hubungan antar_aspek ‘ilimana perlu. Fondasi Bangunan Fondasi bangunan bisa dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu : (1) batu, dan (2) tanah. 31. Batu : ing dimaksud dengan batu adalah semua bahan kulit bumi yang tersemen dan sudah terkonso- idasi, Batu bisa berupa batuan beku, batuan sedimen atau batuan malihan (lihat Foto 3.1). Sehagai fondasi, batu pada umumnya stabil, Kecuali bila terdapat struktur yang rentan terhadap pecgerakan, Struktur -ini-bise berupa bidang diskontinuitas atau batuan hancur yang arah dan emiringannya tidak ‘menguntungkan (hat Foto 3.2). Fondasi jenis ini dapat mendukung nan dari urugan tanah, maupun pasangan atau beton. 2 dimaksud dengan tanah adalah bahan kulit bumi yang belum terkonsolidasi, Seperti dike- 1ui dalam teknik sipil tanah bisa dibagi dua kelompok besar, yaitu : tanah berkohesi atau berbutir halus misalnya Jempung (lihat Foto 3.3) tanah tak berkohesi atau berbutir kasar misalnya pasir (ihat Foto 3.4) © Dipindai dengan CamScanner Da das, Dengan demi : peakan bila-membangun embung di as tanah, Konsliast yang tidak seragam akan il sneoiniotkan retak pada bangunan aku yang menumpang di atasnya | definisi sederhana di atas jelas terlihat bahwa sifat umum tanah adalah belum terkonsoli- a . idasi Sifat ini in apabila tanah dibebani maka akan mengalami konsolidasi. Sifat ini harus pi samping_ itu tanah juga merupakan bahan yang berkekuatan geser rendah. Bangunan yang rmenvinpang. di atasnya sangat potensial rusak techadap longsoran, Dengan demikian bangunan ‘cook untuk fondasi tanah adalah tipe urugan, Oleh karena itu bila ketebalan tanah fondasi tidak teslalu Desay, maka blasanya tanah fondasi tersebut digali habis hingga mencapai fondasi _ ‘ sift kelulusan air fondasi akan dibahas dalam uraian mengenai kolam. 32, Bahan Bangunan Jubuh embung bisa berupa urugan, pasangan batu atau beton, tergantung antara lain dari ihahan bangunan yang tersedia di tempat. Bahan bangunan tanah bisa dibagi dalam tiga ‘elompok, yaitu : 1) tanah berkohesi misalnya lempung, 2) tanah tak berkohesi misalnya iamau, dan. pasir, dan 3) pecahan batu misalnya Kerikil, Kerakal atau pecahan batugunung Ginat Foto 3.5). Periksa tabel 3.1 dan 3.2. 32. Tanah berkohesi (lempung) ‘Bahan ini bisa Lempung biasanya terdapat sebagai hasil pelapukan baruan dan terdapat dipermukaan tansh (iat Foro 3.6). Ketebalannya bervariasi dari beberapa sentimeter sampai beberapa meter. Apabila cukup tebal tanah bisa digali dari kolam tanpa menimbulkan efek negatif. Tetapi ki jadatkan_sedemikian rupa sehingga permeabilitasnya cukup rendah. wu tipis penggalian di Kolam akan menyebabkan batuandasar tersingkap dan bisa meningkatkan infiltrasi (kehilangan) ir kolam. Bahan jenis ini sangat cocok untuk urugan homogen tubuh embung, inti kedap ait, dan selimut (blanket) kedap a dasar dan dinding kolam, 3.2.2. Tanah tak berkohesi (lanau, pasir halus hingga kasar) Tanah jenis ini mudah dipadatkan tetapi bersifat sangat_lulus air dan mudah tererosi, Karena Mu pasir bersih —berbutir halus hingga kasar hanya disarankan untuk digunakan sebagai urugan 32 & Dipindai dengan CamScanner filter” dan “backfill”. 4.2.3. Pecahan batu Yang dimaksud dengan pecahan batu adalah batu keras yang karena proses alami (lihat Foto © 34 sebelah kinan) atau perbuatan manusla (ihat,, Foto 3.5) terpecah-pecah schingga + pkurannya sedemikian rupa sehingga pecahan tersebut mudah dipakai sebagai bahan bangunan. * Pecahan batu bisa digunakan sebagai bahan urugan, pasangan batu, dan beton untuk embung. ‘Ada beberapa embung resapan di Kabupaten Sikka, Flores dan Kabupaten Kupang, Timor yang dibuat dari_pasangan batu (lihat Foto 3.12) atau beton (lihat Foto 3.7). Bangunan ini bersifat Kaku sehingga fondasinya harus mantap, yaitu fondasi batu, Pecahan batu bisa dipakai sebagai bahan urugan asal dilengkapi dengan tirai atau zona kedap air, Embung Bismark di Kabupaten Kupang, Timor, dibangun dari pecahan napal tanpa tirai atau zona kedapair sehingga rembesan melalui tubuh embung ini cukup besar. Pecahan bata yang terbentuk oleh alam biasanya ditemukan di dasar alur sebagai endapan. ‘Ukurannya bisa kerikil, kerakal, atau bongkah yang umumnya berbentuk bulat atau_meayudut. Bongkah yang diameternya melebihi 50 cm biasanya harus dipecah agar mudah dikerjakan. Pecahan batu buatan manusia bisa diambil dari singkapan-singkapan batuan. Pengambilan dan pemecahan bisa dil Kalau batuannya masif perlu digunakan alat berat atau bahan peledak skukan dengan tenaga manusia bila batuannya banyak mengandung retakan, | Kolam Embung Aspek geoteknik kolam embung ada dua, yaitu : infiltrasi air dan stabilitas dinding kolam. 33.1, Infiltrasi air Infiltrasi air bisa terjadi melalui rongga antarbutir atau melalui retakan, i) Infiltrasi_ melalui rongga antarbutir, Infiltrasi jenis ini umumnya terjadi pada tanah tak berkohesi, misalnya pasir dan lanau atau tanah berkohesi yang permeabilitasnya tinggi. Selain itu juga bisa terjadi pada beberapa jenis baru misalnya batupasir (ihat Foto & Dipindai dengan CamScanner ee 4,8) dan. batugamping Klastk (lihat Foto 3.9) jq.__niteas melalui retakan, elas jens initerjadi pada batu yang mengandung anyak retakan yang bersifat terbuks dan saling berhubungan. Napal di embung Bismark, Kabupaten Kupang merupakan salah satu contoh (lihat Foto 3.10). Di gamping ity dikenal rongga-rongga dalam batugamping yang terbentuk karena pelarutan Kimia dan_meninggalkan rongga-rongga yang saling berhubungan dalam ‘masa batugamping (lihat Foto 3.9) jafitras! melalul fondastcubuh embung dapat menyebabkan stabilitas tubuh embung, terganggu “arena rembesad, Rembesan seal fondasilanav atau pasir dapat menyebabkan terjadinya proseé erosi Bula, Solangkan tfiltris! Yang ‘terjadt pada dinding kolam menyebabkan’Kehilangen air kolam. Besarnya Kehilangan air tergantung pail sifat lulus air material dasar dan’dinding kolam. Untuk febotuhan praktis, sifat lulus air dalam hubungannya dengan kehilangan air tersebut, dibagi menjadi tiga Kelas yaitu : tidak lulus ar, semi lulus ai, dan sangat lulus air. Beberapa jenis ahah dan jenis strukti bat yang mempengaruhi klasifikasi dapat dilihat pada Tabei 3.3. "3.3.2. Stabilitas dinding kolam Di daerah depfesi (cekungan) pada umimnya bahan urugan terdapat di dalam lembah calon “kplam embung. Penggalian bahan tersebut dari dasar kolam sekaligus akan menambah tapasitas tampung embung. ‘Kemiringan galian harus dibuat dengan mempertimbangkan kondisi geotekniknya. Dinding kolam bisa terdiri atas tanah atau batu, atau keduanya. 2 Bila dinding kolam terdiri atas tanah maka lereng kolam harus disesuaikan dengan sudut lereng alam dalam kondisi jenuh (periksa gambar 3.1a) ii) Bila dinding kolam terdiri atas batu perlu diperhatikan arah dan kemiringan bidang diskontinuitasnya. Yang dimaksud dengan bidang diskontinuitas adalah semua struktur yang menyebabkan masa batuan terpisah atau bahkan terpecah-pecah, Bidang itu bisa berupa perlapisan atau kekar. Apabila bidang diskontinuitas miring ke arah kolam dengan sudut” kemiringan berkisar antara 20° sampai 80° maka lereng cenderung tidak stabil dan berpotensi Jongsor ke dalam waduk (hat Foto 3.11). Galian pada batu seperti itu harus dibuat 34 & Dipindai dengan CamScanner dengan kelandaian minimal sebesar kemiringan bidang diskontinuitasnya (pertksa gambar 3.10), Bila dinding kolam terdiri atas lapisan tanah yang tenumpang di atas bat, maka galian pada lapisan tanah akan potensial longsor, Longsoran int terjadi akibat lereng \Aehilangan tumpuannya schingga ‘lapisan>tanahbetgerak meluntcur di atas bat + ongsoran - planar), Kejadian semacam int hanya” dapat dicegah dengan cara mienempatkan bangunan penahan, atau menggali lapisan tanah sesuai kemiringan patuan dasarnya (periksa gambar 3.1c). hal tersebut di atas harus pula dipertimbangkan dalam mendesain kemiringan galian saluran pelimpah dan galian lainnya. & Dipindai dengan CamScanner i Tabel 3.1 Klasifikasi tanah sistem kelompok an veo Siebot Wena Tipe ae Kelompok tt Gy | kecthit bergradast bak, capurag Kertkil-peste, = engen eedikit atau targa behen hates i- ls @ | kerikit beraradasl Jelek, earpuren kertktl-pe- 2al2 tir, dengan cedikit/tarpe behen hates o2i ls Ge) earth anaen, eomporar-ker i -pestertanat se |Eth yang agak kaser #8 |t22 423 | 83 Ge | Kerth Lenpungan, eanpuran Kerfkit-padtetew g22/" 22). | fara yong enek haar 338] 22/2883 258) 23] E E23 a Pract wear tle, parte tortion, deo fei| ss (? tedlete/terpa bahan hates $a Go| Paste bergradast_ jelek,-paste Kerik ten, dengen 6 ke Bahan bergrades! baile | Janna sedang Jdengan 1p > & ketahan- | | enya sedara I & Dipindai dengan CamScanner hub} 3u9d 30 wpe oan a uM Suspes vouoyeray si > at w @ w yoduo} 2y°0n! ‘uoueyoa9y 3wx6uj 1 ever syuar your awjys uesesyy & Dipindai dengan CamScanner Tabel 3.3, Klasifikasi sifat lulus air satuan tanah dan batu iy tulus air berkohesi (berbutir kasar), yaitu : lanau, pasir sampai kerakal, atau batu dengan diskontinuitas rapat tanpa isi, dan satuan batu dengan lubang pelarutan (lihat Foto 3.8 dan 3.9) ylasifikasi Nilai K Deskripai tanah dan batu Kebut uhan (em/d) eLimut, x2 10°39 | umumnya pada jenis tanah tidak sangat perlu Umumnya pada jenis tanah dengan sedikit kohesi, yaitu pasir halus dengan sedikit tanah lempung, atau batu dengan diskontinuitas sedang sampai rapat yang terisi sebagian (lihat Foto g.10) tidak perly bila kehilang- an air karena resapan dapat tercadangkan dalam kolan jembung x s 1075 Umumnya pada jenis tanah ber- kohesi, yaitu lempung atau lempung pasiran atau lanauan atau batu dengan diskontinui- tas sedang sampai rapat yang terisi seluruhnya (lihat Foto 3.1. dan 3.23). tidak & Dipindai dengan CamScanner smuka tanahastl y kolam emtung cemiringan disesuaikan dengan kekuatan gesertanah eee Ae (2). Galian dengon kemiringan tebih besar dari poda kemiringan topisan atu, akibatnya tapisan don (2) “akan meéluncur kebawah. = lapison botu lereng gation fereng gation Galian tebing poda tanah dlatos bat, kemiringan gation fetih curam dari pado kemtringan bidang pertapisan (ce) tanoh=batu, topisan tanch okon meluncur kebawah Gombor 3,1. Galian dan Stabilitas Dinding Kolam 3.10 © Dipindai dengan CamScanner Foto 3.2.Batu hancur. Kura © Dipindai dengan CamScanner © Dipindai dengan CamScanner Foto 3.5. Pecahan batugunung sebagai bahan timbunan. Terlihat sifatnya yang lulusair. pelap: ing sung: © Dipindai dengan CamScanner Foto 3.8. Rongga-rongga dalam batupasir yang terjadi dari perkembangan rongga antar butir. 3.14 & Dipindai dengan CamScanner Foto 3.9. Rongga yang saling berhubungan dalam batugamping Klastik, batuan sangat lulusair. bersifat sangat Julusair, infiltrasi cuk © Dipindai dengan CamScanner Foto 3.12. Embung terbuat dari p: an batu © Dipindai dengan CamScanner Foto 3.13. Batu retak-retak yang retakannya sudah terisi lempung. © Dipindai dengan CamScanner IV. HIDROLOGI Uraian Umum Analisis hidrologi untuk perencanaan embung, meliputi tiga hal, yaitu : 1) aliran masuk (inflow) yang mengisi embung 2) tampungan embung 3) _banjir desain untuk menentukan kapasitas dan dimensi bangunan pelimpah (spillway) Untuk menghitung semua besaran tersebut di atas, lokasi dari rencana embung harus ditentukan dan digambarkan pada peta. Hal ini dilakukan supaya penetapan dari hujan rata-rata dan evapotranspirasi (penguapan peluh) - yang tergantung dari lokasi-dapat ditentukan. Di samping ~ itu luas daerah tadah hujan atau cekungan harus sudah dihitung. Luas genangan embung harus diperkirakan dan elevasi dasar alur di tempat embung serta elevasi tertinggi di daerah_cekungan juga harus ditentukan. Karena cekungan relatif kecil maka luas daerah tadah hujan diperhitungkan efektif yaicu dikurangi terlebih dahulu dengan luas genangan embung. Data 4.2.1. Data yang diperlukan Dalam mempelajari dan menentukan debit banjir dan aliran masuk ke embung diperlukan ~ data hujan harian maksimum, dan hujan bulanan dari pos hujan yang terdekat, lebih dari satu pos hujan akan lebih baik. * data penguapan peluh (evapotranspirasi) dan penguapan (evaporasi) bulanan yane berlaku untuk wilayzh studi ~ peta topografi daerah cekungan dengan skala 1 ; $00 sampai 1 : 200¢ > posisi lokasi rencana embung dalam bujur dan lintang geografik: ~ _ kondisi penutup Iahan di daerah tadah hujan. © Dipindai dengan CamScanner mB 4.2.2, Data di Propinsi NTT : Khusus untuk P, Timor, P. Sumba, dan P. Flores - Propinsi NTT-Pusat Litbang Pen telah_mengadakan penelitian tentang embung sejak tahun 1992, Penelitian ini antara lain telat berhasil menyusun 5 1. daftar hujan rata-rata bulanan untuk semua pos hujan yang ada yang dirata-ratakan dar data sepanjang 10-30 tahun (lampiran 1) daftar penguapan rata-rata bulanan untuk semua pos hujan yang ada (lamp peta isohyt hujan rata-rata tahunan (lampiran III) peta isohyt hujan badai'yaitu hujan harian maksimum tahunan rata-rata (lampiran IV) peta isohyt jumlah hari badai tahunan untuk intensitas hujan > 30 mm/hari (lampirar 'V), khusus untuk P. Timor; peta ini untuk dua pulau lain belum tersedia. 1) yeep Dengan telah tersedianya informasi di atas maka khususnya untuk P, Timor, P. Flores, dan. Sumba analisis hidrologi dapat dikerjakan sangat cepat sebab erluka ‘pencarian dan elaborasi data hidrologi yang dipeclukan. nh Untuk daerah lain kiranya perlu disiapkan hal yang sama. Perkiraan Debit Aliran Masuk Embung 4.3.1. Metoda NRECA Untuk memperkirakan aliran masuk ke kolam embung Pusat Litbang Pengairan telah menyedechanakan cara analisisnya berdasarkan model NRECA. Pengembangan dengan model ini dilakukan sejak tahun 1992 dengan mengambil contoh lokasi di P. Timor-Propins: Nusz ‘Tenggara Timur. Debit aliran masuk ke dalam embung berasal dari hujan yang turun di dalam daerah_cekun, Sebagian dari hujan tersebut menguap, sebagian lagi turun mencapal permukaan tanah. Huj; yang turun mencapai tanah sebagian masuk ke dalam tanah (resapan), yang akan mengisi pori pori tanah sebagian mengalir menuju embung sebagai aliran bawah permukaan; sedangkan sisanya mengalir di atas tanah (aliran permukaan). Jika pori tanh sudah mengalami kejenuhan, air akan mengalir masuk ke dalam tampungan air tanah; Gerak air ini disebut perlokasi. Sedikit demi sedikit air dari tampungan air tanah mengelir ke luar sebagai mata air menuju alur dan disebut aliran dasar. Sisa dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan, disebut aliran 42 © Dipindai dengan CamScanner -pgeriuikaan, bersama aliran dasar bergerak masuk menuju embung. Penguapan _peluh (evapotranspirasi) tidak hanya terjadi di atas permukaan tetapi juga di bawah permukaan tanah giimana akar-akar tanaman berada. Skema siklus hidrologi ini dapat dilihat pada gambar 4.1, ‘Peredaran’ “air” di atmosfir (atas permukaan), permukaan, dan bawah Permukaan dapat “digambarkan_secara skematik seperti gambar 4.2, Skema ini merupakan konsep struktur model ‘RECA. © 432. ‘Hijan rata-rata bulanan di dalam daerah tadah hujan | Daerah tadah hujan dan kolam embung relatif sangat kecil sehingga prakiraan aliran sudah cokup teliti bila diambil secara bulanan, Apalagi di daerah semi kering pada umumnya aliran dssar tidak ada dan embung tidak dibangun di sungai. Dalam keadaan seperti itu aliran masuk 4 embung hanya dapat diperkirakan dari curah hujan, Curah hujan rata-rata bulanan dihitung melalui data dari pos hujan terdekat. Pos hiijan dipilih dengan persyaratan sbb. = 9) Pilih satu pos hujan yang jaraknya terdekat dengan embung, kurang dari 10 km i) Jika tidak ada pos hujan dengan jarak lebih kecil dari 10 km, cari pos Iain dengan jarak antara 11 km sampai 20 km tetaj jumlahnya harus minimal dua pos hujan. 3) Bile kedua pos dengan jarak antara 11-20 km tidak dapat diketemukan, cari 3 pos hujan atau lebih di sekeliling lokasi dengan jarak kurang dari 50 km. i) Untuk P. Timor yang tersedia peta isohit tahunan, dapat digunakan bila alternatif butir (iii) tidak dapat dilaksanakan. Jomus untuk menghitung hujan rata-rata bulanan sb, : = IME R,,), = In E Ry), Ind R,,.); = hujan rata-rata bulanan untuk bulan Januari di daerah tadah hujan (mm/bulan) J, = hujan rata-rata bulanan untuk bulan Januari di pos ke-i (mm/bulan) Gl Serr rr " = jumlah pos hujan 43. © Dipindai dengan CamScanner 43.3. Penguapan dun penguapan peluh potensial wma dari tahun ke tahun, dan dari satu Penguapan peluh potensial dan penguapan hampir Jokasi ke lokasi lain di wilayah yang sama, Karena itu, dapat dipilih satu set penguapan_peluh potensial yang mewakili seluruh wilayah Penguapanpeluh potensial adalah jumlah air yang dapat divapkan bila ketersediaan air permukaan dan bawah permukaan dianggap berlebihan serta permukaan tanah ditutupi dengan jenis tanamam tertentu. edangken kehilangan air karefa penguapan peluh pada kondisi ketersediaan air dan penutup Jahan yang sebenarnya sering disebut sebagai penguapan peluh sebenarnya, nilainya lebih kecil atau sama dengan penguapan peluh potensial. Penguapan peluh potensial dibutuhkan* sebagai masukan untuk perhitungan debit bulanan, sedangkan penguapan dipakai untuk menghitung kapasitas embung yang diperlukan. Kedua parameter tsb. diperlukan dalam rata-rata bulanan. Untuk luas daerah tadah hujan kecil, fungsi penguapan peluh kurang besar peranannya terutama untuk daerah yang kemiringannya cukup tinggi. Oleh Karena itu untuk kebutuhan desain embung harga penguapan peluh perlu direduksi. Koefisien reduksi terhadap penguapan peluh pada Tabel 4.1 di bawah ini dapat digunakan untuk menghitung debit bulanan. Besarnya reduksi tergantung dari kemiringan lahan. Tabel 4.1. Koefisien reduksi penguapan peluh untuk luas daerah tadah hujan lebih kecil dari 100 ha Kemiringan m/km Koefisien reduksi 0 - 50 0,9 51 - 100 08 301 - 200 0,6 > 200 O,4 44 & Dipindai dengan CamScanner 4.3.4. Perhitungan debit bulanan (1) Cara NRECA-sederhana Cara perhitungan ini paling sesuai untuk daerah eckungan yang setelah hujan bethenti masih ada “aliran air. di sungai selama beberapa hari: Kotidisi ini bisa terjadi bila tangkapan hujan cukup luas, sehingga sangat cocok untuk embung_besar, lebih besar dari batasan di ayat 1.2 bab I, Embung semacam ini banyak dibangun di Propinsi Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, dimana tingginya dapat miencapai 20,00 m, kapasitas tampung mencapai 2 juta m’, dan’ daérah tadah hujannya seluas ratusan ha. Namun demikian untuk embung kecil - seperti yang dimaksud dalam pedoman ini - cara ini dapat pula dipakai walau sedikit riniit! Langkah perhitungan mencakup 18 tahap yang dinyatakan dengan contoh seperti pade tabel 4.2. Perhitungan dapat dilakukan kolom per kolom dari kolom (1) hingga (18) seperti di bawah ini (semua satuan dalam mm). () Nama bulan Januari sampai December @) —_ Nilai hujan rata-rata bulanan (R,) yang dihitung dengan rumus (4.1) Untuk contoh di Propinsi NTT, data ini telah tersedia di lampiran I. G) _Nilai penguapan peluh potensial (PET) Untuk Propinsi NTT, data ini telah tersedia di lampiran Il. (4) Nilai tampungan kelengasan awal (W,). Nilai ini harus dicoba-coba, dan Percobaan pertama diambil 600 (mm/bulan) di bulan Januari, 5) Ratio tampungan tanah (soil storage ratio - W,) dihitung dengan rumu ®, wo = —2 i NOMINAL NOMINAL = 100 + 0,2 Ry a hojan tahunan (im) © Dipindai dengan CamScanner © a” tS) ° (10) ay a2) (13) Rasio R//PET = kolom (2) : kolom (3) Rasio AET/PET AET = penguapan peluh aktual yang dapat diperoleh dengan gambar 4.3, nilainya tergantung dari rasio R,/PET (kolom 6) dan W, (kolom 5). AET f (4 x PET x koefisien reduksi . PET : = kolom (7),x kolom @).x,koefisien reduksi Neraca air = R, - AET = kolom (2) - kolom (8) Rasio kelebihan kelengasan (excess moisture) yang dapat diperoleh sbb. : (@ bila neraca air (Kolom 9) positif, maka rasio tsb. dapat diperoleh dari gambar no. 4.4 dengan memasukkan nilai tampungan kelengasan tanh (W) di kolom 5. Gi)bila neraca zir negatif, rasio Kelebihan kelengasan = rasio kelebihan kelengasan x neraca air = kolom (10) x kolom (9) 4 Perubahen tampungan = neraca air - kelebihan kelengasan = kolom (9) - kolom (11) P1 x kelebihan kelengasan P1 x kolom (11) ‘Tampungen air tanah b PI = parameter yang menggambarkan karakteristik tanah_permukaan (kedalaman 0-2 m), nilainya 0,1 - 0,5 tergantung pada sifat lulus air lahan, PI = 0,1 bila bersifat kedap air PI = 0,5 bila bersifat lulus air 4.6 & Dipindai dengan CamScanner ‘Tampungan aie tanah awal yang harus diooda-cods dengan nila awal = 2, a ag) Tampungan air tanah akhir = tampungan air tanah + tampungan air tanah awal = kolom (13) + kolom (14) Q9 Alitan aie tanah = P2 x tampungan air tanah akhir = P2 x kolom (15) P2 = parameter eperti P1 tetapi untuk lapisan tanah dalam (edataman 2 ~ 10m). P2 = 0,9 bila bersifat kedap air P2 = 0,5 bila bersifat lulus air | | Q) Lorian tangsung Girect run off) = kelebihan kelengasan ~ tampungan air tanah = kolom (11) - kolom (13) (8) Alirentotel = larian langsung + aliran air tanzh = kolom (17) + kolom (16), dalam mavbulan Dalam m?/bulen = kolom (18) dalam mm x 10 x las tadah hujan (ha) Sauk perhitungan bulan berikutnya diperlukan nilai tampungan kelengasan (kolom 4) exk belan berikutaya dan tampungan air tanh (kolom 14) bulan derikutnya yang apat dihitung dengan menggunakan rumus berikut © Tampengan kelengasan = tampungan kelengasn bulan sebelumnya + Perubzhan tampungan = kolom (4) + kolom (12), semuany2 dari bulan sebelumaya. Tampungan air tanah = tampungan air tanah bulan sebelumnya - aliran air tanzh = kolom (15) - kolom (16), semuanya dari bulan sebelumnya. sm awal Ganuari) harus Iran i patokan di akhir perhitungan, nilai tampungaa kele jeksti_tumpungan Kelengasan bulan Desember. Jiks a keduanye Dipindai dengan CamScanner (ow) unin yepey Ysroup seny x01 x (at) wO}oH fet tat fata) cou tu (oun mols Wis 30% moor aoWOLs :sIOW aw aovucrs ma Gws Dawa Susy waasd) suaoe3 ron c a w w \ 2 » a ee a ——— on a VOSUN ee9 UeBUEp UeULINg TIqop ULbUI = H yoy -e bP jpeqey it Dipindai dengan CamScanner cukup jauh (>200 mm) perhitungan perlu diulang mulai bulan Januari lagi dengan mengambil nilai tampungan kelengasan awal (Januari) = tampungan kelengasan bulan Desember. Perhitungan biasanya dapat diselesaikan dalam dua kali j Cara (1) tersebut di atas dianggap terlalu rumit untuk mendeszin embung_menurut batasan pedoman ini. Karena itu sejak tahun 1992 Pusat Lithang Pengairan telah mengadakan penelitian dalam upaya mencari cara sedethana untuk menghitung aliran bulanan yang masuk ke embung. Di daerah semi kering aliran permukaan selama musim kering hampir tidak ada, sehingga aliran bulanan yang sangat penting diketahui adalah di musim hujan. Penelitian ini menggunakan model NRECA di 15 tempat embung di Propinsi NTT. Hasil penelitian berupa koefisien pengaliran (C) dalam rumus rasional. Dengan demikian aliran bulanan dapat dihitung secara sederhana dari hujan bulanan seperti berikut, Vi 5 10 G) fick coc saces 385 vo = ny, (untuk A < 100 ha = 1 km?) di mana : V, = aliran bulanan dari seluruh daerah tadah hujan untuk bulan j (rm*/butan) R, = curah hujan bulanan untuk bulan j (mm/bulan) C, = koefisien pengaliran untuk bulan j A = luas daerah tadah hujan efektif (ha), yaitu setelah dikurangi luas kolam embung dianggap sama dengan luas daerah tadah hujan aliran masuk ke embung selama musim hujan (m>) < u Nilai_ koefisien pengaliran (C) menurut hasil penelitian tersebut di atas tergantung pada tinggi hujan bulanan dan kemiringan lahan, dan besarnya dapst ditentukan menurut grafik pada gambar 4.5 sampai 4.10 48 & Dipindai dengan CamScanner pmpungan Embung qa. Kapasitas tampung yang dibutuhkan: bung yang akan dibangun di daerah semi kering akan menampung penuh air di musim hujan da kemudian dioperasikan selama musim kemarau untuk melayani berbagai kebutuhan, Di perth semi Kerli isin Hija akan berlangsung tendek''3-$ bilan, sedangkan musim iat berlangsung lebih’ dari 6 bulan yaitu 7-9 bulan. Sebagai contoh di Propinsi NTT, im hujan berlangsuing 4 bulah (November/Desember sampai Februari/Maret), dan musim ‘femarau berlangsung 8 bulan (Maret/April hingga Oktober/November). Di propinsi ini embung ‘Gergunakan ubtuk melayani kebutuhan penduduk, ternak, dan hewan ai suatu desa selama asim Kemarou, i tiustit hijan penduduk tidak mlénggunakan air embung untuk memenuhi semua kebutuhannya, Defigan demikian kapasitas tampung embung yang dibutuhkan harus ‘dat memenuhi kebutuhan di atas, dan juga harus mempertimbangkan kehilangan air oleh yeegvapan di kolam dah resapan di dasar dan dinding kolam, serta menyediakan ruangan untuk sefimen. Jadi kapasitas tampung yang diperlukan (V,) untuk sebuah embung adalah : V=VtV, FV, 49, - (4.3) = kapasitas tampung total yang diperlukan suatu desa (m*) volume hidup untuk melayani berbagai kebutuhan (m°) jumlah penguapan dari kolam selama musim kemarau (m>) = jumlah resapan melalui dasar, dinding, dan tubuh embung selama musim kemarau (m*) = ruangan yang disediakan untuk sedimen (m*) fizmun demikian dalam menentukan kapasitas total suatu embung harus pula memper- bangkan volume/debit air yang tersedia (V,) dan kemampuan topografi untuk menampung FE (V,). Apabila air yang tersedia atau kemampuan topografi kecil_maka embung harus ain dengan kapasitas yang lebih kecil dari pada kebutuhan méksimum suatu desa, Dalam éemikian untuk memenuhi kebutuhan maksimum suatu desa diperlukan pembangunan ih deri_ satu embung. Ketersediaan air Yang akan masuk ke dalam embung terdiri atas dua kelompok, yaitu (1) air permukaan dari “wh daerah tadah hujan, dan (2) sir hujan efektif yang langsung jatuh di ates _permukaan 409. © Dipindai dengan CamScanner g dapat dinyatakan se Kolam, Dengan demikian jumlah air yang vosuk ke alan end derikut ini, VEY) + WA ER ata Vs Ey en Vy = volume air yang dapat mengisi kolam embung selama mosinn hujan vy, = aliran bulanan pada bulan j (i'bulan), periksa ayat 48.4 (2) EV, = _jumlah aliran total selama musi hajan tm) curah hujan butanan pada bulan j (inv/botan) ER > curah hujan total selama musi hujan (mm), curah hujan musin kemar diabaikan A, = Tuas permukaan kolam embung (ha) Volume aie V, merupakan jumiah air maksinwum yang dapat mengisi kolam embang. Ol Karena itu air yang tersedia ini harus dibandingkan dengan kapasitas tampung yang diperiak (V,) dalam menentukan kapasitas total/tinggi embung (periksa ayat $4.1), 4.4.3. Kebutuhan air dan tampungan hidup Pusat Litbang Pengairan pada tahun 1993/94 telah melakukan penelitian tentang keducuhan a untuk penduduk, hewan, dan kebun di P. Timor, Penelitian dilakukan secara langsung. deag: memasang meteran air di jaringan pipa distribusi pada S bush embung yang telah didange Hasil penelitian dspat disebutkan berikut ini : 1) kebutuhan air untuk penduduk Qp= 150 Whari/KK 2) kebutuhan air untuk ternak = Qh= 200 Vhari/KK *) 3) keburuhan air untuk kebun Qk= 450 Imari/KK **) Toul Q, = 80 Vhari KK tiap KK dianggap memiliki 20 ekor ternak, KX = Kepala Keluarge tiap KK dianggap menggarap kebun seluas 200 mw, & Dipindai dengan CamScanner } gua ancka ini dianggap mewakili kebutuhan di daerah semi kering lainnya, maka kebutuhan pal untuk tampungan hidup (V,) adalah : Vy FIIRK SQ) ccccssssesseecseentereeee sesee 4.5) AK = jumlah KK per desa (), data dapat diperoleh dari buku statistik yang dikeluarkan Pemerintah Daerah seternpat. 4 = jumlah hari selama musim kemarau, yang secara praktis sebesar = 8 bulan x 30 hari = 240 hai {= Kebutuhan air untuk penduduk, ternak, dan kebun (I/hari/KK) Reagan memasukkan besaran di atas, maka : Vu = 240 x JKK x 800 192 000 JKK (dalam liter) 192 JKK (dalam m’) " (4.6) a4. Ruang sedimen (V,) fisxg untuk sedimen perlu disediakan di kolam embung mengingat daya tampungnya kecil, dzerah tadah hujan disarankan agar ditanami (rumput) untuk mengendalikan erosi. sn pengamatan pada beberapa embung yang ada, secara praktis ruang setinggi m di atas dasar kolam telah cukup untuk menampung sedimen (V,). Periksa gambar 4.11. ini masih dapat dimanfaatkan selama belum terisi sedimen ~ 0,05 V,. . Jumlah pen; daerah semi kering penguapan dari kolam embung akan relatif cukup besar jumlahnya digi aliran masuk di musim kering tidak ada. Dengan demikian jumlah penguapan selama kemarau perlu diperhitungkan dalam penentuan kapasitas atau tinggi embung. Pengua- i permukazn kolam embung dapat dihitung secara sederhana seperti berikut ini apan (V) a2) jumzh penguapan dari kolam embung selama musim kemarau (m') kolam embung pada setengah tinggi (ha), periksa gambar 4.11 = luas permuksa = penguapan bulunan di musim kemarau pada bulan ke-j (mm/bulan), didapat dengan 0,70. i!ntuk NTT mengulikzn hesaran penguapan pancl A dengan koefisien emb data penguapan panci A disediakan di lampiran I & Dipindai dengan CamScanner

Anda mungkin juga menyukai