Anda di halaman 1dari 12

*€

a?:,
,tj
x
iirqtr2}

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT HINDU


NOMOR 66 TAHUN 2022
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS STANDAR RUMAH IBADAH HINDU YANG RAMAH BAGI
PEI{YANDANG DISABI LITAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT HINDU,

Menimbang a. bahwa dalam rangka menjamin setiap warga negara,


termasuk para penyandang disabilitas mendapatkan
pelayanan dan kenyamanan dalam menjalankan ibadah,
perlu disiapkan infrastruktur untuk penyandang
disabilitas;

b. bahwa untuk standaridisasi pelayanan di rumah ibadah


kepada para penyandang disabilitas perlu petunjuk teknis;

c bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu tentang
Petunjuk Teknis Standar Rumah Ibadah Hindu yang
Ramah bagi Penyandang Disabilitas.

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang


Penyandang Disabilitas (L.embaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2076 Nomor 69, Tambahan l-embaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5871);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2Ol2 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2OO9
Tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara RI Tahun
2Ol2 Nomor 215, Tambahan Lembaran Negara Nomor
s3s7);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang
standar Pelayanan Minimat (L,embaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2OL8 Nomor 2, Tambahan kmbaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6L781;
4. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang
Kementerian Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 168);
5. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2Ol9 tentang
Kementerian Agama (L,embaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2O3);
6. Peraturan Menteri Agama Nomor 42 tahun 2Ot6 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1a95);

Koordinator OKH Direktur Sekretaris

e
,^
I
-2-

7. Peraturan Menteri Agama Nomor 21 Tahun 2Ol9 tentang


Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Agama Nomor
67 Tahun 2Ol5 tentang Bantuan Pemerintah pada
Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2Ol5 Nomor 1655);
8. Peraturan Menteri Agama Nomor 19 Tahun 2Ol9 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian
Agama (kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol9
Nomor 1115);
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 173 /PMK.OS /2016 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan
Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian
Negara/Lembaga (berita Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor lTaQ;
10. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 8 dan Nomor 9 tahun 2006 tentang
Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan umat Beragama,
Pemberdayaan Forum Umat Beragama dan Pendirian
Rumah Ibadah;
j. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam
Negeri No Ol /Ber /mdn-mag/ 1969 tentang Pelaksanaan
Tugas Aparatur Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban
dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadah
Agama oleh Pemeluk-pemeluknya;
11. Keputusan Menteri Agama Nomor 35 Tahun 1980 tentang
Musyawarah Antar Umat Beragama.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN


MASYARAKAT HINDU TENTANG PETUNJUK TEKNIS
STANDAR RUMAH IBADAH HINDU YANG RAMAH BAGI
PEIiIYANDAN G DISABI LITAS .

KESATU Menetapkan Petunjuk Teknis Standar Rumah Ibadah


Hindu yang Ramah bagr Penyandang Disabilitas
sebagaimana tercantum dalam lampiran dan merupakan
bagran tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

KEDUA Petunjuk Teknis Standar Rumah Ibadah Hindu yang


Ramah bagi Penyandang Disabilitas sebagai pedoman bagi
pengelola/pengurus rumah ibadah, para
Pandita/Pinandita, para Pembimas /Kabid /Penyelenggara
dan L,embaga Agama dan Keagamaan Hindu serta Umat
Hindu.
Koordinator OKH Direktur Sekretaris

,^
CI L
-3-

KETIGA Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 20 Is,dei 2022

PIt. DIREKTUR JENDERAL


BIMBINGAN MASYARAKAT HINDU,

SRI MARHENI

Koordinator OKH Direktur Sekretaris

0 L
^
-4-

LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JEND ERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT HINDU
NOMOR 66 TAHUN 2022
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS STANDAR RUMAH
IBADAH HINDU YANG RAMAH BAGI
PEI{YANDANG DISABILITAS

PETUNJUK TEKNIS
STANDAR RUMAH IBADAH HINDU YANG RAMAH BAGI PENYANDANG
DISABILITAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. latar Belakang
Sebagai bagian dari Warga Negara Indonesia penyandang disabilitas
memiliki kedudukan, hak, dan kewqiiban yang sama dengan masyarakat non
disabilitas. Sudah sepantasnya penyandang disabilitas mendapatkan
perlakuan khusus, yang dimaksudkan sebagai upaya penyetaraan,
perlindungan dari kerentanan terhadap berbagai tindakan diskriminasi dan
terutama perlindungan dari berbagai pelanggaran hak asasi manusia.
Perlakuan khusus tersebut dipandang sebagai upaya maksimalisasi
penghormatan, pemajuan, perlindungan, dan pemenuhan hak asasi manusia
secara universal sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2Ot6 tentang Penyandang Disabilitas.
Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas, aksesibilitas khusunya
bagi penyandang disabilitas telah dibahas dan diatur di berbagai peraturan
pemerintah seperti Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3O Tahun 2006
tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan. Penyandang disabilitas mendapat kesamaan
kesempatan dalam segala aspek kehidupan melalui penyediaan
aksesibilitas, hal tersebut menunjukan bahwa terpenuhinya fasilitas dan
sarana yang aksesibel bagr penyandang disabilitas harus dilaksanakan
untuk menjamin kesamaan kesempatan hidup, salah satunya adalah
beribadah di rumah ibadah.

Rumah ibadah agama Hindu adalah tempat yang disucikan oleh


umat Hindu dan digunakan sebagai tempat untuk memuja Ida Sang Hyang
widhi wasa/Tuhan Yang Maha Esa, serta sebagai tempat untuk
melaksanakan kegiatan ritual keagamaan, pendidikan keagamaan dan
kegiatan sosial keagamaan.
Rumah Ibadah agama Hindu memiliki peran dalam pembinaan umat
di bidang keagamaan, yang difungsikan sebagai tempat yang sakral,
sehingga harus dipisah dengan aktivitas-aktivitas kemasyarakatan lainnya
yang bersifat duniawi. OIeh karenanya sebagai tempat suci keberadaan
rumah ibadah berbeda dengan bangunan lainnya.
Rumah Ibadah diartikan mempunyai peran yang strategis dalam
membangun dan membentuk karalcter umat. Penyandang disabilitas
merupakan salah satu kelompok pengguna rumah ibadah yang perlu
Koordinator OKH Direktur Sekretaris

0 -\ I
-5-

diperhatikan karena minimnya fasilitas yang aksesibel dan tidak sesuai


dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah bagr penyandang
disabilitas. Pentingrya fasilitas aksesibilitas bagi penyandang disabilitas
dapat mencapai suatu tempat, baik di dalam rumah ibadah maupun di
luar rumah ibadah tanpa hambatan.
Pasal L4 Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 secara khusus
menyatakan tentang hak disabilitas dalam bidang keagamaan. Rumah
ibadah agama Hindu berkewajiban mengerti hak-hak penyandang
disabilitas yang berada dilingkungannya. Penyandang disabilitas berhak:
Pertama, memeluk agama dan kepercayaannya serta beribadat
menurut agarna dan kepercayaannya tersebut. Hal ini berarti bahwa
penyandang disabilitas sesuai dengan instrumen HAM dalam Deklarasi
Universal HAM memiliki kebebasan menyatakan egama atau
kepercayaannya dengan cara meng4jarkan, melakukan, beribadat dan
menepati baik secara sendiri maupun secara bersama-sama dengan orang
lain (Sodikin, 2013). Dengan demikian rumah ibadah agama Hindu
berkewajiban menerima setiap penyandang disabilitas dalam segala
kondisinya untuk dapat menjalankan ibadah secara sendiri maupun
dengan yang lain;
Kedua, memperoleh kemudahan akses dalam memanfaatkan tempat
peribadatan. Rumah ibadah agama Hindu perlu memberi aksesibilitas
penyandang disabilitas. Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan
untuk penyandang disabilitas guna mewujudkan kesamaan kesempatan.
UU No 28 Tahun 2OO2, menyatakan tentang Bangunan Gedung. Oleh
karena bangunan rumah ibadah agama Hindu merupakan sarana
pelayanan publik, maka untuk memberikan hak akses bagi penyandang
disabilitas perlu prinsip-prinsip desain universal pelayanan publik yang
akses meliputi: kesetaraan penggunaan ruang, keselamatan dan
keamanan; kemudahan akses tanpa hambatan; kemudahan akses
informasi; kemandirian penggunaan, ruang; efisiensi upaya pengguna;
kesesuaian ukuran dan ruang secara ergonomis. Aksesibilitas dapat
berupa fisik dan non fisik. Aksesibilitas fisik adalah bangunan rumah
ibadah agama Hindu. Pada bangunan rumah ibadah agama Hindu
haruslah menyediakan: 1) akses ke, dari dan dalam bangunan rumah
ibadah agama Hindu; 2) pintu, tangga khusus untuk bangunan rumah
ibadah agama Hindu yang bertingkat; 3) ubin tekstur pemandu (guiding
blockl; 4) ramp dengan kemiringan yang sesuai; 5) ruang ibadah yang
akses; 6) toilet akses; 7) tempat parkir akses; 8) alarm lampu darurat
penyandang disabilitas rungu yang diletakkan pada dinding atas pintu; 9)
fasilitas teletert/ntnning tert penyandang disabilitas rungu; 10) papan
informasi dengan lampu indikator; 11) tempat minum; 12) peringatan
darurat; dan 13) tanda-tanda atau signase. Pelayanan non fisik bagi
penyandang disabilitas berupa pelayanan informasi dan komunikasi serta
pelayanan sensitif disabilitas. Pelayanan informasi dan komunikasi yang
dimaksud adalah bentuk pelatihan peningkatan kapasitas dalam bidang
teknologi informasi dan akses yar,.g mudah dalam mendapatkan informasi.
Sedangkan pelayanan sensitif disabilitas dapat berupa pelatihan bagi umat
Hindu dalam mengembangkan budaya inklusif. Dengan adanya gerakan
dari pemerintah yang terus menggalakan budaya inklusif, baik dalam
ranah pendidikan, ketenagakeq'aan, wisata, dan sebagainya. Rumah
ibadah agama Hindu perlu turut mengembangkan budaya inklusif yang
bertujuan mengedepankan konsep keanekaragaman setiap individu.

Koordinator OKH Direktur Sekretaris

0 -\ L
-6-

Untuk melaksanakan pelayanaan dan pengelolaan tempat ibadah


Hindu yang ramah bag penyandang disabilitas maka perlu disusun
standar tempat ibadah yang ramah bagi penyandang disabilitas.

B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2OL6 tentang Penyandang
Disabilitas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2076 Nomor
69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5871).
2. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2Ol2 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2OO9 Tentang Pelayanan Publik
(L,embaran Negara RI Tahun 2Ol2 Nomor 215, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5357);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang standar
Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2Ol8 Nomor 2, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6178);
4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 Tentang Organisasi
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 8);
5. Peraturan Presiden Nomor 83 tahun 2015 tentang Kementerian
Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 168);
6. Peraturan Menteri Agama Nomor 42 tahun 2016 tentang Organisasi
dan Tata Keq'a Kementerian Agama (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor I495l1'
7 . Peraturan Menteri Agama Nomor 21 Tahun 2Ol9 tentang Perubahan
Ketiga atas Peraturan Menteri agama Nomor 67 Tahun 2015 tentang
Bantuan Pemerintah pada Kementerian Agama (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1655);
8. Peraturan Menteri Agama Nomor 19 Tahun 2019 tentang Organisasi
dan Tata Keg'a Instansi Vertikal Kementerian Agama (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol9 Nomor 1115);
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.o5/2o15 tentang
Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada
Kementerian Negara/Lembaga sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor l73lPMK.os 12016 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran
Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga (berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor fia1cl;
10. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri
Nomor 8 dan Nomor 9 tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan
TUgas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan
Kerukunan umat Beragama, Pemberdayaan Forum Umat Beragama
dan Pendirian Rumah Ibadah;
1 1. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No
O1/Ber/mdn-mag/ 1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur
Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran
Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadah Agama oleh Pemeluk-
pemeluknya;
12. Keputusan Menteri Agama Nomor 35 Tahun 1980 tentang
Musyawarah Antar Umat Beragama.

Koordinator OKH Direktur Sekretaris

0 /
^
-7 -

C. Tujuan
Tujuan disusunnya Petunjuk Teloris Standar Rumah Ibadah Hindu yang
Ramah bagi Penyandang Disabilitas yaitu:
1. Tersedianya Standar Rumah Ibadah Hindu yang Ramah bagr
Penyandang Disabilitas;
2. Terdatanya Rumah Ibadah yang Ramah bagr Penyandang Disabilitas;
3. Sebagai acuan bag pengelola/pengurus rumah ibadah,
Pandita/ Pinandita dan Umat Hindu yang berkunjung ke tempat ibadah.

Koordinator Direktur Sekretaris

0 ,^,
L
-8-

BAB II
SYARAT DAN KRITERIA RUMAH IBADAH HINDU YANG RAMAH BAGI
PET.IYANDANG DISABI LITAS

A. Syarat-Syarat Rumah Ibadah yang Ramah bagi Penyandang Disabilitas


Rumah ibadah adalah tempat yang disucikan dan digunakan oleh
umat Hindu dalam melaksanakan persembatryangan secara ritual dan
digunakan pula sebagai tempat melaksanakan kegiatan upacara
keagamaan, pendidikan keagamaan dan sosial keagamaan. Dengan situasi
rumah ibadah yang ramah bagr penyandang disabilitas, umat Hindu yang
datang/berkunjung kerumah ibadah merasa nyaman, arnan, tentram dan
damai berada di tempat ibadah.
Syarat-syarat Rumah Ibadah yang Ramah bagi Penyandang Disabilitas
meliputi:
1. Aksesibilitas berupa fisik
a. Akses ke, dari, dan dalam bangunan rumah ibadah egama Hindu;
b. Pintu, tangga khusus untuk bangunan rumah ibadatr agama Hindu
yang bertingkat;
c. Ubin tekstur pemandu (guiding block);
d. Ramp (tangga landai) dengan kemiringan yang sesuai;
e. Ruang ibadah yang akses;
f. Toilet akses;
g. Tempat parkir akses;
h. Tempat cuci tangan akses;
i. Alarm lampu darurat penyandang disabilitas rungu yang diletakkan
pada dinding atas pintu;
j. Fasilitas kursi roda, tongkat, dan alat bantu jalan (utalker);
k. Fasilitas teletext/ntnning turt penyandang disabilitas rungu;
l. Papan informasi dengan lampu indikator;
m. Tempat minum;
n. Peringatan darurat;
o. Tanda-tanda signa.se.
2. Aksesibilitas berupa non fisik
a. Pelayanan informasi dan komunikasi adalah bentuk pelatihan
peningkatan kapasitas dalam bidang teknologi informasi dan akses
yang mudah dalam mendapatkan informasi;
b. Pelayanan sensitif disabilitas adalah pelatihan bagr umat Hindu
dalam mengembangkan budaya inklusif.

B. Kriteria Rumah Ibadah yang Ramah bagi Penyandang Disabilitas


1. Aksesibilitas jalur ke, dari, dan dalam rumah ibadah sudah ditengkapi
dengan fasilitas bagr penyandang disabilitas;
2. Lahan parkir dekat dengan pintu masuk dengan lambing aksesibilitas;
3. Selasar khusus penyandang disabilitas;
4. Pintu akses khusus penyandang disabilitas;
5. Toilet khusus penyandang disabilitas;
6. Tempat cuci tangan khusus penyandang disabilitas;
7. Jalur pedestrian harus stabil, kuat, tahan cuaca, dan tidak licin serta
dilengkapi guiding block dan warning block yang dapat mengarahkan
disabilitas netra untuk memasuki rumah ibadah;

Koordinator OKH Direktur Sekretaris

0 ,^
L
-9-

8. Guiding btock atau ubin pemandu bermotif garis dan menggunakan


$rarna kontras seperti kuning, jingga atau waftra lainnya sehingga
mudah dikenali oleh penyandang gangguan penglihatan;
9. Warning block atau ubin peringatan bermotif bulat dan menggunakan
warna kontras seperti kuning, jingga atau warna lainnya sehingga
mudah dikenali oleh penyandang gangguan penglihatan;
10. Tangga dengan kemiringan tidak lebih dari 35 derajat serta lebar anak
tangga minimal 3O cm dengan ketinggian anak tangga 15 cm;
1 1. Tangga dilengkapi dengan handrail, untuk anak tangga menggunakan
material yang tidak licin dan pada bagran tepinya diberi material anti
slip;
12. Rambu atau papan petunjuk harus informatif dan mudah dikenali
oleh setiap pengguna dan pengunjung rumatr ibadah.

Koordinator OKH Direktur Sekretaris

0 ,^
L
-10-

BAB III
AKSESIBILITAS BAGI PEI{YANDANG DISABILITAS DI RUMAH IBADAH DALAM
TINJAUAN PELAYANAN PUBLIK YANG INKLUSIF

Aksesibilitas merupakan sebuah kondisi yang dapat dikaitkan secara


sistematis antara sebuah peristiwa dengan perilaku yang muncul akibat
terjadinya peristiwa yarlg tefadi. Karenanya, memunculkan perilaku-perilaku
positif terkait dengan akses menuju ke sebuah tempat tentu akan
memunculkan peristiwa yang kompleks, dimulai menyediakan sarana
prasarana sampai pada tingkat kenyamanan dan perlindungan.
Tidak terkecuali, kenyamanan seseorang ketika berada di rumah ibadah.
Prinsipnya, semua orang yang akan beribadah harus memperoleh kemudahan
akses menuju ke rumah ibadahnya, termasuk di dalamnya bagi penyandang
disabilitas.
Rumah ibadah harus inklusif, dalam pengertian dapat dimanfaatkan oleh
siapa pun dan dalam kondisi apapun. Keiinklusifan sebuah rumah ibadah
dapat diwujudkan dalam bentuk pemenuhan kebutuhan sarana prasarana
untuk penyandang disabilitas. Apalagi kebutuhan menjalankan ibadah
merupakan salah satu bentuk hak asasi yang harus dilindungi oleh negara.
Perlindungan dan jaminan hak asasi tidak hanya diperuntukkan untuk
warga negara yang normal tetapi juga bagi penyandang disabilitas, yaitu orang
yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik. Dalam
kenyataan masih banyak penyandang disabilitas yang mendapatkan
diskriminasi terkait dengan pemenuhan hak memperoleh pendidikan,
pekerjaan, dan fasilitas publik salah satunya seperti rumah ibadah. Kondisi
umum penyandang disabilitas di Indonesia khusunya di rumah ibadah Hindu
masih memprihatinkan. Penyandang disabilitas sering diidentikkan dengan
orang ytrLg sakit, yang lemah tak berdaya, dan tidak produktif.
salah satu tujuan pelaksanaan dan pemenuhan hak penyandang
disabilitas sesuai UU No. 8 Tahun 2016 adalah memastikan pelaksanaan
upaya penghormatan, pemajuan, perlindungan, dan pemenuhan hak
penyandang disabilitas untuk mengembangkan diri serta mendayagunakan
seluruh kemampuan sesuai bakat dan minat yang dimiliki untuk menikmati,
berperan serta berkontribusi secara optimal, aman, leluasa, dan bermartabat
dalam segala aspek kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Hal
ini merupakan upaya dan langkah maju untuk memberikan hak penyandang
disabilitas secara utuh.
Dalam rangka menuju Indonesia yang ramah disabilitas salah satunya di
rumah ibadah, maka pentingnya melakukan langkah maju mengajak
masyarakat menuju masyarakat yang inklusif. Masyarakat inklusif adalah
masyarakat yang marnpu menerima berbagai bentuk keberagaman dan
mengakomodasikannya ke dalam berbagai tatanan maupun infrastruktur yang
terdapat dalam masyarakat.
Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas
bagian kesepuluh mengenai hak keagamaan untuk penyandang disabilitas
meliputi hak memeluk agama dan kepercayaan masing-masing dan beribadat
menurut agama dan kepercayaannya, memperoleh kemudahan akses dalam
memanfaatkan tempat peribadatan, mendapatkan kitab suci dan lektur
keagamaan lainnya yang mudah diakses berdasarkan kebutuhannya, dan
mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pada saat menjalankan
ibadat menurut agErma dan kepercayaannya, dan berperan aktif dalam
organisasi keagamaan.
Oleh karena itu, ketersediaan rumah ibadah yang inktusif dalam
menyediakan sarana prasararla bagr penyandang disabilitas sangat
Koordinator OKH Direktur Sekretaris

0 ,^
I'
-11-

dibutuhkan dalam kerangka menjamin kenyamanan, ketenangan, dan


membantu akses bagr penyandang disabilitas. Selain itu, proses aksesibilitas
bagi penyandang disabilitas di rumah ibadah semakin memperkuat layanan
yang komprehensif untuk masyarakat dalam menjalankan kehidupan
beragama di Indonesia.

Koordinator OKH Direktur Sekretaris

0 ,4 L
- t2-

BAB IV
PENUTUP

Petunjuk teknis Standar Rumah Ibadah Hindu yang Ramah bagr


Penyandang Disabilitasini disusun sebagai pedoman dalam pengelolaan dan
memfungsikan rumah ibadah sebagai tempat yang disucikan dalam
pelaksanaan peribadatan. Selain itu, sebagai tempat pelaksanaan pendidikan
ksagamaan dan pelaksanaan sosial keagamaan yang bersifat inklusif. Dengan
demikian penyandang disabilitas dapat beribadah seperti nondisabilitas pada
umumnya dengan nyarnan dan aman.

PIt. DIREKTUR JENDERAL


BIMBINGAN MASYARAKAT HINDU,

SRI MARHENI

Koordinator OKH Direktur Sekretaris

0 -\ L

Anda mungkin juga menyukai