Anda di halaman 1dari 17

Mini Riset

TANTANGAN GURU DALAM MENCIPTAKAN SUASANA PEMBELAJARAN


YANG KONDUSIF DI KELAS

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7
Nama : Fari Saputra Ndruru (222106012)
Mixra Kristiani Gulo (222106024)
Noverlin Lase (222106023)
Serlin Ningsih Zebua (222106036)
Syukur Eli Gulo (222106044)
Fakultas : FKIP
Prodi : PPKn
Semester : Tiga (III)
Kelas :A
Mata Kuliah : Belajar dan Pembelajaran

DOSEN PENGAMPU
BERKAT PERSADA LASE, S. Pd., M. Pd.

UNIVERSITAS NIAS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
T.A 2023/2024
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI 1

RINGKASAN/ABSTRAK i

BAB I: PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan dan Manfaat 2

BAB II: KAJIAN PUSTAKA 3

BAB III: METODE PELAKSANAAN 8

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN 9

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN 13

DAFTAR PUSTAKA 14

i
RINGKASAN/ABSTRAK

Guru dihadapkan pada tantangan menciptakan suasana belajar yang kondusif karena
adanya keragaman latar belakang dan kemampuan kognitif siswa. Guru berperan penting
memfasilitasi pembelajaran melalui komunikasi dan kepemimpinan yang efektif serta
memahami kebutuhan individual siswa. Pendekatan kolaboratif antara siswa, guru dan
sekolah dibutuhkan agar dapat mengakomodasi perbedaan siswa lewat strategi yang inklusif
dan berfokus pada keberagaman. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
melakukan wawancara terhadap guru dan beberapa siswa SMP Swasta Pembda 2
Gunungsitoli. Tujuannya adalah untuk mengetahui tantangan guru dalam menciptakan kelas
kondusif serta peran guru dan pendekatan kolaboratif yang dapat dilakukan. Hasilnya
menunjukkan guru menghadapi tantangan keragaman siswa dan variasi kemampuan kognitif.
Peran guru vital meliputi komunikasi efektif, kepemimpinan kelas, dan pemahaman
kebutuhan siswa. Pendekatan kolaboratif antara siswa, guru dan sekolah dapat menciptakan
pembelajaran inklusif yang mengakomodasi perbedaan siswa.

Kata Kunci: Tantangan guru, suasana pembelajaran kondusif, Peran guru

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru memiliki tantangan dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif di


kelas karena adanya diversitas siswa dari segi latar belakang budaya, sosial, dan ekonomi
yang berpengaruh pada gaya belajar. Selain itu, setiap siswa juga memiliki tingkat
pemahaman dan kemampuan kognitif yang berbeda-beda. Hal ini menuntut guru untuk dapat
memahami setiap perbedaan dan memberikan pendekatan serta dukungan pembelajaran yang
sesuai.

Suasana kelas yang kondusif sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar
yang efektif. Namun, berdasarkan pengamatan di SMP Swasta Pembda 2 Gunungsitoli, masih
ditemukan beberapa tantangan yang dihadapi oleh para guru dalam upaya menciptakan
suasana pembelajaran yang kondusif.

Salah satu tantangan utama adalah adanya keragaman latar belakang sosial, ekonomi,
dan budaya di antara para siswa yang dapat memengaruhi gaya belajar dan interaksi mereka
di dalam kelas. Selain itu, terdapat pula variasi tingkat kemampuan kognitif dan daya tangkap
informasi di antara para siswa. Kondisi ini memerlukan pendekatan pembelajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan individu siswa.

Di sisi lain, peran guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif di
kelas sangatlah vital. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi dan
kepemimpinan kelas yang baik, serta memahami keragaman dan kebutuhan para siswa. Guru
juga berperan sebagai fasilitator yang mampu merancang metode pembelajaran yang inklusif
dan menarik bagi seluruh siswa.

Oleh karena itu, diperlukan pendekatan kolaboratif yang melibatkan kerjasama antara
siswa, guru, dan pihak sekolah. Pendekatan ini diharapkan dapat mengakomodasi
keberagaman siswa dan merespons perbedaan kemampuan kognitif mereka melalui strategi
pembelajaran yang disesuaikan. Dengan demikian, suasana pembelajaran yang kondusif dapat
tercipta untuk mendukung perkembangan setiap siswa.

2
B. Rumusan Masalah

1. Apa tantangan yang di hadapi guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif di Kelas?
2. Bagaiman peran utama seorang guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif di Kelas
3. Bagaimana pendekatan dan kerjasama antara siswa, guru dan pihak sekolah dalam
upaya menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif di kelas?

C. Tujuan Dan Manfaat

Tujuan pembuatan mini riset ini adalah untuk mengetahui tantangan guru dalam
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif di kelas khususnya di SMP (Sekolah
Menengah Pertama, sehingga kita dapat mengetahui peran utama seorang guru dalam
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif di Kelas dan pendekatan dan kerjasama
antara siswa, guru dan pihak sekolah dalam upaya menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif di kelas khususnya di SEKOLAH MENEGAH PERTAMA.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tantangan

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan tantangan merupakan hal


atau objek yang menggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah
artinya sebuah hal yang membuat kita semakin tekad dalam melakukan sesuatu dan
mendapatkan hasil. Menurut Utami Munandar (2013:42), tantangan adalah situasi sulit
yang menuntut seseorang untuk mengerahkan seluruh kemampuannya agar dapat
memecahkan masalah tersebut. Tantangan merupakan suatu kondisi yang menuntut
individu untuk menampilkan kemampuan, keterampilan dan pemikiran terbaiknya dalam
upaya menyelesaikan masalah yang dihadapi (Safaria et al. 2009:143).

Berdasarkan definisi diatas dapat dikatakan bahwa tantangan merupakan suatu hal
atau situasi yang mendorong seseorang untuk meningkatkan tekad dan kemampuannya
dalam menghadapi masalah. Tantangan dapat berupa objek atau kondisi sulit yang
menuntut individu untuk memobilisasi seluruh potensi mereka guna mencari solusi.
Dengan adanya tantangan, seseorang diharapkan dapat menampilkan kemampuan,
keterampilan, dan pemikiran terbaiknya dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi. Oleh karena itu, tantangan tidak hanya dipandang sebagai hambatan, tetapi juga
sebagai peluang untuk pertumbuhan dan pengembangan pribadi.

B. Guru

Guru adalah subjek paling penting dalam keberlangsungan pendidikan. Tanpa


guru, sulit dibayangkan bagaimana pendidikan dapat berjalan. Bahkan meskipun ada teori
yang mengatakan bahwa keberadaan orang/manusia sebagai guru akan berpotensi
menghambat perkembangan peserta didik, tetapi keberadaan orang sebagai guru tetap tidak
mungkin dinafikan sama sekali dari proses pendidikan (Dja’far Siddik ( Abdul Rouf dan
Raghda Lufita 2018:907)

Guru merupakan pendidik yang merupakan orang dewasa yang bertanggung


jawab memberikan pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan baik jasmani
maupun rohaninya. Agar tercapai tingkat kedewasaan mampu berdiri sendiri memenuhi
tugasnya sebagai mahluk Tuhan, mahluk sosial dan mahluk individu yang mandiri
(Gunawan (Hasma Nur Jaya 2017:24).

4
Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam menggali seluruh potensi
kecerdasan anak, untuk itu guru mesti menguasai konsep kepengajaran (pedagogi) dan
modalitas belajar. Guru harus mengerti dan bisa mempraktikkan konsep pedagogi yang
efektif agar tujuan pendidikan tercapai. Guru harus mampu melakukan terobosan dalam
pembelajaran, terutama dalam memilih strategi pembelajaran di kelas agar siswa-siswanya
senantiasa semangata dalam belajar, tanpa adanya strategi yang baik dan bervariasi dalam
proses kegiatan belajar mengajar, mereka akan cenderung cepat bosan (Tri Sugiarti
(Multazam et al. 2022:81)

Berdasarkan uraian diatas, guru memiliki peran yang sangat penting dan tidak
tergantikan dalam proses pendidikan. Guru bertanggung jawab untuk membimbing
perkembangan anak didik, menggali potensi dan kecerdasan mereka, serta memastikan
tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk menguasai konsep
pedagogi yang efektif dan mampu menerapkan strategi pembelajaran yang baik dan
bervariasi agar anak didik senantiasa termotivasi dalam belajar. Tanpa keberadaan guru
yang berkualitas, sulit membayangkan pendidikan dapat berjalan dengan baik.

C. Suasana Kelas

Suasana kelas adalah kondisi atau keadaan yang terjadi di dalam kelas selama
proses pembelajaran. Suasana kelas yang baik tentu akan menambah semangat peserta
didik untuk mengikuti proses belajar mengajar. Interaksi guru dengan guru, siswa dengan
siswa, dan siswa dengan guru juga sangat mempengaruhi suasana kelas. Adanya interaksi
yang baik antara semua elemen yang ada didalam kelas akan menghilangkan kekakuan
dalam pembelajaran. Namun, pada saat pembelajaran Pembuatan Busana Industri masih
terdapat sekolah yang belum memiliki kelas dengan suasana yang baik. Peserta didik
sering kali gaduh saat mengikuti pembelajaran dan pengaturan fasilitas kelas kurang baik
sehingga mengganggu teman-teman yang lain (Siti Bayana 2019:161)

Suasana belajar dapat menyenangkan bagi siswa jika guru dapat menghadirkan
dan memanfaatkan humor yang tepat. Untuk membantu guru menciptakan kondisi
pembelajaran dan suasan interaksi yang dapat mengundang dan menentang siswa untuk
berkreasi secara aktif, pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan berarti materi yang
disampaikan guru dapat diterima dengan mudah oleh sisiwa dan siswa akan lebih tertarik
mendalami materi yang disampaikan oleh guru. Dalam hal ini bahwa penyampaian ilmu
seorang guru harus dengan cara penuh kelembutan dalam menghadapi siswa dan mudah

5
maafkan selain itu dalam pengambilan keputusan harus dilakukan musyawara agar tujuan
dari sekolah dapat tercapai dengan baik (Arianti 2017:45).

Berdasarkan uraian di atas, suasana kelas yang kondusif sangat penting untuk
terciptanya pembelajaran yang efektif. Suasana kelas yang tenang dan interaksi yang baik
antar guru dan murid serta antar murid itu sendiri dapat meningkatkan semangat belajar.
Guru juga perlu menciptakan suasana yang menyenangkan dengan memanfaatkan humor
agar murid lebih tertarik mengikuti pembelajaran. Selain itu, guru harus bersikap lembut,
mudah memaafkan, dan mengambil keputusan secara musyawarah dalam mengelola kelas
agar tujuan pendidikan dapat tercapai

D. Pembelajaran yang Kondusif

Menurut Duffy dan Roehler (Akhiruddin et al. 2019:12) Pembelajaran adalah


suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang
dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Gagne dan Briggs (Akhiruddin et al.
2019:12) mengartikan pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa
yang bersifat internal.

Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta pendidik dengan pendidikan dan


sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sehingga, pembelajaran dapat dimaknai
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadinya proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan
pada peserta pendidik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu
peserta pendidik agar dapat belajar dengan baik (V. Liansari & R. S. Untari 2020:2)

Menurut Arianti (2017:44) Pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan


berarti materi yang disampaikan guru dapat diterima dengan mudah oleh siswa dan siswa
akan lebih tertarik mendalam materi yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran yang
berkualitas sangat tergantung dari motivasi kreativitas pengajar, pembelajaran yang
memiliki motivasi tinggi motivasi tinggi ditunjang dengan mengajar yang mampu
memfasilitasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target
belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan peserta pendidik melalui
proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang menandai,
ditambah dengan kreatifitas pendidik akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai
target belajar (V. Liansari & R. S. Untari 2020:2)
6
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran yang kondusif dapat diartikan sebagai
suatu proses pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja dan dirancang sedemikian
rupa untuk mencapai tujuan kurikulum. Proses ini melibatkan interaksi antara peserta
pendidik (siswa) dengan pendidikan, guru, dan sumber belajar dalam suatu lingkungan
belajar. Pembelajaran yang kondusif menekankan pada usaha guru dalam menggunakan
pengetahuan profesionalnya untuk memberikan bantuan kepada peserta pendidik agar
dapat mencapai proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,
serta pembentukan sikap dan kepercayaan.

Pembelajaran yang kondusif juga melibatkan desain pembelajaran yang baik,


fasilitas yang mendukung, serta kreativitas dari pendidik. Materi yang disampaikan oleh
guru harus dapat diterima dengan mudah oleh siswa, sehingga siswa menjadi lebih tertarik
dan mendalam dalam memahami materi pembelajaran. Motivasi yang tinggi dari pengajar,
didukung oleh fasilitas yang memadai, serta kreativitas dalam menyampaikan materi, dapat
membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Keberhasilan tersebut dapat diukur
melalui perubahan sikap dan kemampuan peserta pendidik selama proses pembelajaran.

7
BAB III

METODE PELAKSANAAN

Dalam pengerjaan mini riset di dalam kelompok kami kami menggunakan metode
kualitatif dalam bentuk melakukan wawancara kepada narasumber. Metode kualitatif adalah
pendekatan penelitian yang bertujuan untuk memahami dan menjelaskan fenomena sosial atau
perilaku manusia melalui analisis deskriptif dan interpretatif. Metode ini fokus pada
pemahaman mendalam tentang konteks, makna, dan hubungan antara berbagai variabel
dimana kami memberikan beberapa pertanyaan kepada narasumber untuk menggali informasi
yang ingin kami ketahui.

a. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di SMP SWASTA PEMBDA 2 GUNUNGSITOLI pada hari
Jumat 27 Oketober 2023
b. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah guru dan siswa SMP SWASTA PEMBDA 2
GUNUNGSITOLI. Sampel pada penelitian ini adalah 6 orang siswa dari kelas VII-2,
dan guru yang diwawancarai yaitu bapak Beatus Ndruru, S. Pd.
c. Daftar pertanyaan
1. Apa tantangan yang dihadapi guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif di kelas?
2. Bagaimana peran utama seorang guru dalam menciptakan suasana pembelajaran
yang kondusif di kelas?
3. Bagaimana pendekatan dan kerjasam antara siswa, guru dan pihak sekolah dalam
upaya menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif di kelas?

8
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tantangan yang di Hadapi Guru dalam Menciptakan Suasana Pembelajaran yang


Kondusif di Kelas

Dalam upaya menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif di kelas, guru di


SMP Swasta Pembda 2 Gunungsitoli dihadapkan pada sejumlah tantangan yang menuntut
kreativitas dan ketangguhan mereka. Salah satu tantangan utama adalah adanya diversitas
siswa dalam kelas. Diversitas ini mencakup perbedaan latar belakang budaya, sosial, dan
ekonomi yang dapat memengaruhi gaya belajar serta interaksi antar siswa. Guru perlu
memahami dan merespons keberagaman ini dengan menciptakan lingkungan yang inklusif
dan mendukung bagi setiap siswa. Diversitas yang dimaksud mencakup beberapa hal yaitu:

 Siswa berasal dari berbagai suku bangsa dan budaya yang berbeda-beda. Perbedaan
nilai dan norma budaya ini dapat memengaruhi interaksi dan dinamika di dalam
kelas.
 Siswa berasal dari beragam strata sosial yang berbeda, mulai dari kelas menengah
ke bawah hingga menengah ke atas. Perbedaan status sosial ekonomi ini juga
memengaruhi perilaku dan harapan siswa terhadap pendidikan.
 Perbedaan latar belakang ekonomi, kondisi ekonomi orang tua dan keluarga siswa
juga sangat beragam. Ada yang berasal dari keluarga kaya, kelas menengah, dan
miskin. Hal ini berpengaruh pada fasilitas dan dukungan belajar yang diterima
masing-masing siswa.

Perbedaan-perbedaan inilah yang menuntut guru untuk responsif dan inklusif


dalam menciptakan lingkungan belajar yang adil dan mendukung bagi seluruh siswa dengan
berbagai latar belakang tersebut. Guru dituntut kreatif dalam mengakomodasi keragaman
siswa ini agar semua siswa mendapat kesempatan belajar yang optimal di kelas.

Selain itu, guru juga dihadapkan pada tantangan terkait dengan variasi
kemampuan kognitif siswa. Setiap siswa memiliki tingkat pemahaman dan penerimaan
informasi yang berbeda, yang dapat memperlambat atau mempercepat proses
pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu mengidentifikasi dan merespons kebutuhan
individual siswa dengan menyediakan pendekatan pembelajaran yang dapat disesuaikan.
Tantangan ini menekankan pentingnya pemberian dukungan ekstra kepada siswa yang

9
menghadapi kesulitan belajar, sementara juga memberikan materi yang menantang bagi
siswa yang lebih mampu secara kognitif. Variasi kemampuan kognitif siswa terdiri atas

 Siswa dengan kemampuan kognitif tinggi biasanya lebih cepat memahami konsep-
konsep yang diajarkan. Mereka mampu menangkap dan mengolah informasi
dengan lebih baik. Siswa ini cenderung bosan jika harus mengikuti pelajaran
dengan kecepatan rata-rata kelas dan membutuhkan tantangan ekstra.
 Sementara itu, siswa dengan kemampuan kognitif rata-rata dapat mengikuti
pelajaran dengan baik pada kecepatan kelas standar. Namun mereka mungkin
membutuhkan penjelasan dan latihan tambahan untuk benar-benar menguasai
materi.
 Siswa dengan kemampuan kognitif di bawah rata-rata seringkali mengalami
kesulitan untuk memahami konsep-konsep yang diajarkan. Mereka membutuhkan
pendekatan khusus dengan kecepatan yang lebih lambat, contoh-contoh nyata, serta
banyak latihan agar dapat menguasai materi dengan baik.

Perbedaan tingkat kemampuan kognitif ini seringkali tampak kontras di dalam


satu kelas. Sementara beberapa siswa sudah akrab dengan konsep tertentu, siswa lainnya
masih berjuang untuk memahaminya. Hal ini bisa jadi tantangan bagi guru untuk
merancang pengajaran yang kondusif, sekaligus kesempatan untuk menerapkan
diferensiasi pembelajaran di kelas.

B. Peran Utama Seorang Guru dalam Menciptakan Suasana Pembelajaran yang


Kondusif di Kelas

Peran utama seorang guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang


kondusif di SMP Swasta Pembda 2 Gunungsitoli sangatlah vital. Guru bukan hanya
sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai pengelola lingkungan belajar yang dapat
memengaruhi tingkat partisipasi dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
Pertama-tama, seorang guru perlu memiliki kemampuan komunikasi yang baik untuk
memfasilitasi pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Komunikasi yang efektif dapat
memotivasi siswa untuk aktif bertanya dan berdiskusi, menciptakan suasana di mana siswa
merasa nyaman untuk mengungkapkan ide dan pendapat mereka.

Selanjutnya, guru juga berperan sebagai pemimpin kelas yang mampu


menciptakan aturan dan norma yang mendukung pembelajaran. Pembentukan aturan yang
jelas dan penerapannya secara konsisten dapat menciptakan kedisiplinan yang positif di
kelas, memberikan siswa keamanan dan kenyamanan untuk belajar. Selain itu, guru perlu
10
peka terhadap kebutuhan dan minat siswa agar dapat merancang metode pembelajaran
yang relevan dan menarik. Ini melibatkan pemahaman mendalam tentang karakteristik
individu siswa, sehingga setiap siswa dapat diajak untuk berkembang sesuai dengan
potensinya.

Guru di SMP Swasta Pembda 2 Gunungsitoli diharapkan dapat menjadi fasilitator


dalam menciptakan lingkungan inklusif yang mengakomodasi perbedaan individual siswa.
Dengan memahami keberagaman siswa, guru dapat mengidentifikasi strategi pembelajaran
yang dapat menjangkau berbagai tingkat kemampuan dan gaya belajar. Selain itu, guru
juga berperan sebagai model peran yang baik, menginspirasi siswa untuk mengembangkan
sikap positif, etika kerja, dan nilai-nilai moral.

Pentingnya peran guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif di


SMP Swasta Pembda 2 Gunungsitoli juga mencakup keterlibatan orang tua dan
masyarakat. Guru perlu berkomunikasi secara efektif dengan orang tua siswa untuk
mendapatkan dukungan dalam mendidik anak-anak mereka. Kolaborasi antara guru, orang
tua, dan masyarakat dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh.

Dengan demikian, peran guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang


kondusif di SMP Swasta Pembda 2 Gunungsitoli sangat penting dan melibatkan berbagai
aspek, mulai dari komunikasi yang efektif, kepemimpinan kelas, pemahaman terhadap
keberagaman siswa, hingga kolaborasi dengan orang tua dan masyarakat. Seorang guru
yang memahami perannya secara holistik dapat menciptakan lingkungan belajar yang
mendukung perkembangan optimal siswa secara akademis, sosial, dan emosional.

C. Pendekatan dan Kerjasam antara Siswa, Guru dan Pihak Sekolah dalam Upaya
Menciptakan Suasana Pembelajaran yang Kondusif di Kelas

Pendekatan dan kerjasama antara siswa, guru, dan pihak sekolah di SMP Swasta
Pembda 2 Gunungsitoli menjadi kunci utama dalam upaya menciptakan suasana
pembelajaran yang kondusif di kelas. Siswa, sebagai subjek utama dalam proses
pembelajaran, perlu dilibatkan aktif dalam aktivitas belajar. Pendekatan yang berorientasi
pada siswa, seperti pembelajaran berbasis proyek atau diskusi kelompok, dapat
digunakan untuk mengakomodasi gaya belajar yang beragam di antara siswa. Guru,
sebagai fasilitator pembelajaran, harus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi
kebutuhan dan potensi setiap siswa. Peningkatan keterampilan interpersonal guru dalam
mendengarkan dan memberikan umpan balik konstruktif akan meningkatkan kualitas
interaksi guru-siswa.
11
Selain itu, kerjasama antara guru dan siswa perlu dibangun melalui komunikasi
terbuka dan dialog yang memotivasi. Guru dapat mengadakan pertemuan reguler dengan
siswa untuk mendengarkan aspirasi mereka, memberikan arahan, dan memberikan
dukungan. Pihak sekolah memiliki peran strategis dalam menciptakan lingkungan yang
mendukung pembelajaran. Dukungan infrastruktur, seperti fasilitas kelas dan
perpustakaan yang memadai, serta pengelolaan waktu yang efektif, akan memberikan
kontribusi signifikan terhadap suasana pembelajaran yang kondusif.

Tantangan utama di SMP Swasta Pembda 2 Gunungsitoli adalah diversitas siswa


dan perbedaan kemampuan kognitif di antara mereka. Pendekatan diferensiasi harus
diterapkan, di mana guru mengakui dan merespons keberagaman siswa melalui strategi
pengajaran yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan masing-masing. Program
bimbingan dan remedial dapat dirancang untuk memberikan dukungan tambahan kepada
siswa dengan tingkat kemampuan yang beragam. Kerjasama antara guru, siswa, dan
pihak sekolah dalam merumuskan strategi pembelajaran yang inklusif dan berfokus pada
keberagaman akan menjadi kunci keberhasilan dalam mengatasi tantangan ini.

Dengan demikian, pendekatan kolaboratif antara siswa, guru, dan pihak sekolah di
SMP Swasta Pembda 2 Gunungsitoli dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang
mengakomodasi keberagaman siswa dan merespons perbedaan kemampuan kognitif.
Melalui upaya bersama, mereka dapat membangun suasana yang kondusif untuk
pertumbuhan intelektual dan perkembangan pribadi setiap siswa, menciptakan fondasi
yang kuat untuk pendidikan yang inklusif dan berdaya saing.

12
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif di SMP Swasta Pembda 2


Gunungsitoli, tantangan utama yang dihadapi guru adalah keberagaman latar belakang siswa
dan variasi kemampuan kognitif mereka. Guru memiliki peran sentral sebagai fasilitator dan
pengelola lingkungan belajar yang mampu merespons kebutuhan individu siswa melalui
pendekatan yang inklusif dan kolaboratif dengan berbagai pihak. Pendekatan diferensiasi,
dukungan tambahan bagi siswa tertentu, serta kerjasama aktif antara guru, siswa, dan pihak
sekolah merupakan kunci keberhasilan dalam mengatasi tantangan keberagaman tersebut
untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan mendukung pertumbuhan
seluruh siswa

B. Saran

Untuk mengatasi tantangan ini, pendekatan yang disarankan adalah penerapan strategi
pembelajaran yang inklusif dan responsif, seperti pembelajaran diferensiasi, yang dapat
mengakomodasi kebutuhan individu setiap siswa. Selain itu, diperlukan peningkatan
kolaborasi antara guru, siswa, dan pihak sekolah melalui komunikasi terbuka dan penyediaan
dukungan yang memadai, baik akademik maupun non-akademik. Dengan demikian
diharapkan dapat tercipta lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung perkembangan
optimal seluruh siswa tanpa terkecuali.

13
DAFTAR PUSTAKA

Akhiruddin, dkk. (2019). Belajar dan Pembelajaran. Gowa: Cahaya Bintang Cemerlang.

Arianti, A. (2019). Urgensi lingkungan belajar yang kondusif dalam mendorong siswa belajar
aktif. Didaktika: Jurnal Kependidikan, Vol 11 No 1, hal. 41-62.

Bayanah, S. (2019). Pengaruh suasana kelas terhadap hasil belajar pembuatan busana industri
di sekolah menengah kejuruan. Jurnal Keluarga, Vol 5 No 1, hal. 160-166

Hasma, H. (2017). Keterampilan dasar guru untuk menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan. Didaktis: Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Pengetahuan, Vol 17 No 1,
hal. 23-35.

Liansari, Untari (2020). Buku Ajar Strategi Pembelajaran. Siduarjo: UMSIDA Press.

Multazam, R. Buhaerah, & Aras, A. (2022). Tantangan dan Strategi Guru Pendidikan Agama
Islam Kontemporer dalam Menginternalisasikan Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
Kepada Peserta Didik. Al-Ishlah: Jurnal Pendidikan Islam, Vol 20 No 1, hal. 79-98.

Munandar, U. (2013). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Rouf, A., & Lufita, R. (2018). Peranan guru dalam implementasi kurikulum 2013 di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 1 Jombang. Sumbula: Jurnal Studi Keagamaan, Sosial dan
Budaya, Vol 3 No 2, hal. 903-926.

Safaria, T., Nusantara, T., & Hidayanto, E. (2009). Pengaruh Tantangan dalam Pembelajaran
Matematika terhadap Berpikir Kreatif. Jurnal Kependidikan, Vol 39 No 2, hal. 141-
152.

14
LAMPIRAN WAWANCARA

15

Anda mungkin juga menyukai