Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN MASALAH

KORBAN PEMERKOSAAN

Untuk tugas mata kuliah : Keperawatan Psikiatri

Dosen pengampu : Riza Arisanty Latifah M.Kep.,Ners

Kelompok 2

Disusun oleh :

1. Devin Vindrian ( 210711027)


2. Moch. Fadillah Nurfathoni ( 210711038)
3. Yani ( 210711034)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta kasih sayan
g dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada seluruh ciptaan- Nya, shalawat dan salam semog
a dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.

Alhamdulillah berkat kemudahan yang diberikan Allah SWT. saya dapat menyelesaikan
makalah "ASUHAN KEPERAWATAN ".

Adapun tujuan dari Penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Psikiatri. Dalam Penyusunan makalah ini, saya banyak mengalami kesulitan dan ha
mbatan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan ilmu pengetahuan yang saya miliki.

saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya pada khususnya, dan bagi
para pembaca pada umumnya. Aamiin.

Saya sebagai penyusun sangat menyadari bahwa dalam Penyusunan makalah ini masih ba
nyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik
dan saran yang ditujukan untuk membangun.

Cirebon, 17 November 2023

Penyusun

i
Daftar Isi

ii
Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pelecehan seksual terhadap anak adalah suatu bentuk penyiksaan anak dimana orang
dewasa melampiaskan libidonya pada anak atau dengan kata lain orang yang sudah dewasa
mendapatkan stimulasi seksualnya pada anak yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun.
Bentuk pelecehan seksual anak termasuk atau menekan (memaksa) seorang anak untuk
melakukan aktivitas seksual, paparan tidak senonoh dari alat kelamin kepada anak, menampilkan
pornografi pada anak, kontak seksual yang sebenarnya pada anak, kontak fisik dengan alat
kelamin anak, melihat alat kelamin anak tanpa kontak fisik serta menggunakan anak untuk
memproduksi pornografi anak (Roy, 2018)

Anak menjadi kelompok yang sangat rentan terhadap kekerasan seksual karena anak
selalu diposisikan sebagai sosok lemah atau yang tidak berdaya dan memiliki ketergantungan
yang berdaya dan memiliki ketergantungan yang tinggi de tinggi dengan orang-orang dewasa
ngan orang-orang dewasa di sekitarnya. Hal inilah yang membuat anak tidak berdaya saat
diancam untuk tidak memberitahukan apa yang dialaminya. Hampir dari setiap kasus yang
diungkap, pelakunya adalah orang yang dekat korban. Tak sedikit pula pelakunya adalah orang
yang memiliki dominasi atas korban, seperti orang tua dan guru. Tidak ada satupun karakteristik
khusus atau tipe kepribadian yang dapat diidentif dapat diidentifikasi dari ikasi dari seorang
pelaku kekerasan seksual terhadap anak. Dengan kata lain, siapa pun dapat menjadi pelaku
kekerasan seksual terhadap anak atau pedofilia. Kemampuan pelaku menguasai korban, baik
dengan tipu daya maupun ancaman dan kekerasan, menyebabkan kejahatan ini sulit dihindari.
Dari seluruh kasus kekerasan seksual pada anak baru terungkap setelah peristiwa itu terjadi, dan
tak sedikit yang berdampak berdampak fatal.

Banyak kasus tersebut yaitu kekerasan seksual terhadap anak dapat terjadi di mana saja,
bisa di dalam rumah, bisa diluar rumah, bisa di jalan, bisa di sekolah dan bisa di tempat lainnya.
Dengan kata lain, kekerasan seksual di zaman sekarang mengintai anak dimana pun mereka
berada. Dari segi umur, kasus pelecehan seksual atau pemerkosaan memanglah tidak mengenal
berapa pun usia korban yang dimana usia mereka masih dibawah dibawah umur, hal ini
terungkap dari data yang di dapat Tiga tahun terakhir yang dimana menjadi tahun yang
memperhatinkan bagi dunia anak Indonesia. Pasalnya Komisi Perlindungan Anak Indonesia

1
(KPAI) menemukan ratusan kasus kekerasan seksual terhadap anak yang diduga dilakukan orang
terdekat sebagai pelaku.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasra Putra mengungkapkan,


data menunjukkan bahwa pihaknya menemukan 218 kasus kekerasan seksual anak pada 2015.
Sementara pada 2016, KPAI mencatat terdapat 120 kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak.
Kemudian di 2017, tercatat sebanyak 116 kasus. Sementara dari segi umur pelaku, di temukan
bahwa pelaku mulai dari anak-anak anak-anak hingga kakek-kakek. kakek-kakek. Dalam kasus
anakanak dan remaja biasanya dikarenakan dampak VCD porno dan media internet. Sedangkan
untuk usia pelaku yang sudah dewasa lebih dominasi hubungan relasi kuasa, misalnya ayah
dengan anak, kakek dengan cucu, tetangga dengan anak di sebelah rumahnya, dukun dengan
pasiennya. Selanjutnya, untuk mencegah perluasan masalah dalam skripsi ini maka pelecehan
pelecehan seksual seksual yang dimaksud dimaksud dibatasi dibatasi pada masalah masalah
persetubuhan persetubuhan yang terjadi terhadap anak dibawah umur dan pelakunya adalah
orang dewasa dan kebanyakan adalah orang yang telah dikenal korban.

1.2. Rumusan Masalah

Dari rumusan masalah diatas memiliki rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa perngertian dari pelecehan seksual pada anak atau kekerasan seksual pada anak ?
2. Apa penyebab terjadinya pelecehan seksual pada anak atau kekerasan seksual pada anak?
3. Apa saja jenis pelecehan atau kekerasan sesksual yang bisa terjadi pada anak ?
4. Bagaimana gambaran pathway terjadinya pelecehan seksual atau kekerasan seksual pada
anak?
5. Apa saja manifestasi klinis yang dapat muncul pada anak yang mengalami pelecehan
seksual atau kekerasan seksual ?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang yang dapat diberikan pada anak dengan pelecehan
seksual atau kekerasan seksual ?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak yang mengalami pelecehan seksual
atau kekerasan seksual ?

2
8. Bagaimana asuahan keperawatan yang diberikan pada anak yang mengalami pelecehan
seksual atau kekerasan seksual ?

1.3. Tujuan

Dari rumusan masalah diatas memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui definisi dari kekerasan seksual pada anak


2. Untuk mengetahui penyebab kekerasan seksual pada anak
3. Untuk mengetahui klasifikasi atau jenis pelecehan seksual yang terjadi pada anak
4. Untuk mengatahui bagaimana gambaran pathway terjadiya kekerasan seksual pada anak
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis yang muncul pada anak yang mengalami kekerasan
seksual
6. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang yang bisa diberikan untuk anak
yang mengalami gangguan kekerasan seksual
7. Untuk mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak yang mengalami
kekerasan seksual
8. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada anak yang
mengalami kekerasan seksual

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 definisi
Kekerasan seksual terhadap anak menurut End Child Prostitution in Asia Tourism
Tourism (ECPAT) Internasional merupakan hubungan atau interaksi antara seorang anak dengan
seorang yang lebih tua atau orang dewasa seperti orang asing, saudara sekandung atau orang tua
dimana anak dipergunakan sebagai objek pemuas kebutuhan seksual pelaku. Perbuatan ini
dilakukan dengan menggunakan paksaan, ancaman, suap, tipuan bahkan tekanan.

Pelecehan seksual terhadap anak adalah suatu bentuk penyiksaan anak dimana orang
dewasa melampiaskan libidonya pada anak atau dengan kata lain orang yang sudah dewasa
mendapatkan stimulasi seksualnya pada anak yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun.
Bentuk pelecehan seksual anak termasuk atau menekan (memaksa) seorang anak untuk
melakukan aktivitas seksual, paparan tidak senonoh dari alat kelamin kepada anak, menampilkan
pornografi pada anak, kontak seksual yang sebenarnya pada anak, kontak fisik dengan alat
kelamin anak, melihat alat kelamin anak tanpa kontak fisik serta menggunakan anak untuk
memproduksi pornografi anak (Roy, 2018)

2.1.2. Etiologi

Melihat dari teori-teori sebab terjadinya kejahatan menurut kriminologi, maka terjadinya
kekerasan seksual terhadap anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang memengaruhinya
demikian kompleks, secara umum dapat disebutkan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya
kejahatan seksual pada anak dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu :

1) Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu. Faktor ini khusus
dilihat pada diri individu dan hal-hal yang mempunyai hubungan dengan kejahatan seksual
meliputi:

a. Faktor Kejiwaan. Kondisi kejiwaan atau keadaan diri yang tidak normal dari seseorang
dapat mendorong seseorang melakukan kejahatan. Misalnya, nafsu seks yang abnormal

4
dapat menyebabkan pelaku pelaku melakukan melakukan pemerkosaan pemerkosaan
terhadap korban anak-anak dengan tidak menyadari keadaan diri sendiri. Psikologis
(kejiwaan) seseorang yang pernah menjadi korban pemerkosaan sebelumnya seperti
kasus Emon yang kejiwaannya telah terganggu sehingga ia kerap melakukan kejahatan
seksual pada anak.
b. Faktor Biologis. Biologis. Pada realitanya kehidupan manusia mempunyai berbagai
macam kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan biologis itu terdiri atas tiga jenis,
yakni kebutuhan makanan, kebutuhan seksual dan kebutuhan proteksi. Kebutuhan akan
seksual sama dengan kebutuhan-kebutuhan lain yang menuntut pemenuhan.
c. Faktor Moral. Moral merupakan faktor penting untuk menentukan timbulnya kejahatan.
Moral sering disebut sebagai filter terhadap munculnya perilaku yang menyimpang.
Pemerkosaan, disebabkan moral pelakunya yang sangat rendah. Seperti kasus terbaru
yang terjadi di Jakarta Timur yaitu seorang ayah berinisial YS tega memperkosa anak
kandungnya sendiri sebanyak 35 kali menyetubuhi si anak.

2) Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang berada di luar diri si pelaku, sebagai berikut:

a. Faktor Sosial Budaya. Meningkatnya kasus-kasus kejahatan asusila atau perkosaan terkait
erat dengan aspek sosial budaya. Akibat modernisasi berkembanglah budaya yang
semakin terbuka dan pergaulan yang semakin bebas.
b. Faktor Ekonomi. Keadaan ekonomi yang sulit menyebabkan seseorang memiliki
pendidikan yang rendah dan selanjutnya akan membawa dampak kepada baik atau tidak
baiknya pekerjaan yang diperoleh. Secara umum, seseorang yang memiliki tingkat
pendidikan rendah cenderung mendapatkan pekerjaan yang tidak layak. Keadaan
perekonomian merupakan merupakan faktor yang secara langsung langsung maupun
tidak langsung akan mempengaruhi pokok-pokok kehidupan masyarakat. Akibatnya
terjadi peningkatan kriminalitas termasuk kasus pemerkosaan.
c. Faktor Media Massa. Media massa merupakan sarana informasi didalam kehidupan
seksual. Pemberitaan tentang kejahatan pemerkosaan yang sering diberitahukan
diberitahukan secara terbuka dan didramatisasi umumnya digambarkan tentang barkan

5
tentang kepuasan pelaku. Hal seperti ini dapat merangsang para pembaca khususnya
orang yang bermental jahat memperoleh ide untuk melakukan pemerkosaan.

Faktor-fakor yang menyebabkan terjadinya tindakan kekerasan seksual yang dialami oleh subyek
adalah sebagai berikut :

a. Faktor kelalaian orang tua. Kelalaian orang tua yang tidak memperhatikan tumbuh
kembang dan pergaulan anak yang membuat subyek menjadi korban kekerasan seksual
b. Faktor rendahnya moralitas dan mentalitas pelaku. Moralitas dan mentalitas yang tidak
dapat bertumbuh dengan baik, membuat pelaku tidak dapat mengontrol nafsu atau
perilakunya.
c. Faktor ekomoni. Faktor ekonomi membuat pelaku dengan mudah memuluskan
rencananya dengan memberikan imingiming kepada korban yang menjadi target dari
pelaku.

2.1.3. Klasifikasi

Menurut Resna dan Darmawan (dalam Huraerah, 2006), tindakan kekerasan seksual dapat dibagi
atas tiga kategori, yaitu :

a. Perkosaan. Pelaku tindak perkosaan biasanya pria. Perkosaan terjadi pada suatu saat di mana
pelaku lebih dulu mengancam dengan memperlihatkan kekuatannya kepada anak. Bila perkosaan
dilakukan dengan kekerasan pada anak, merupakan suatu resiko terbesar terbesar karena
penganiayaan penganiayaan sering berdampak emosi tidak stabil.

b. Incest, digambarkan sebagai kejadian relasi seksual diantara individu yang berkaitan
berkaitan darah. Secara lebih luas, yaitu menerangkan menerangkan hubungan seksual ayah tiri
dengan anak tiri, antar saudara tiri. Padahal kedua hubungan seksual yang terakhir ini tidak
terjalin pada individu yang berkaitan darah. Incest merupakan perbuatan terlarang bagi hamper
setiap lingkungan budaya. budaya. Incest biasanya terjadi terjadi dalam waktu yang lama dan
sering menyangkut suatu proses terkondisi.

c. Eksploitasi. Eksploitasi seksual meliputi prostitusi dan pornografi. Sering melibatkan suatu
kelompok secara berpartisipasi, dapat terjadi sebagai sebuah keluarga atau di luar rumah bersama
beberapa orang dewasa dan tidak berhubungan dengan anak-anak dan merupakan suatu

6
lingkungan seksual. Pada beberapa kasus meliputi keluarga-keluarga, seluruh keluarga ayah, ibu
dan anak-anak dapat terlibat. Hal ini merupakan situasi patologi di mana kedua orang tua sering
terlibat kegiatan seksual dengan anak-anaknya dan mempergunakan anak-anak sebagai prostitusi
atau untuk pornografi. Eksploitasi anak-anak membutuhkan membutuhkan intervensi dan
penanganan yang serius.

Komisi Perlindungan Anak, Kekerasan seksual meliputi: mencolek, meraba, menyentuh


hingga melontarkan kata-kata berorientasi seksual pada anak-anak. Diperparah dengan tindakan
pencabulan, pemerkosaan, sodomi, dan sejenisnya. (Sinar Harapan, 13 Maret 2004). Yuwono
(2015) menyebutkan bentuk-bentuk kekerasan seks, sexual gesture (serangan seksual secara
visual termasuk eksibisionisme, sexual remarx (serangan seksual secara verbal). Menurut Brison
(Kusmiran, 2011) kekerasan seksual dapat bersifat verbal atau non-verbal yang disertai ancaman
atau intimidasi, penganiayaan. Sampai pada pembunuhan. Menurut Collier (Kusmiran, 2011)
kategori kekerasan seksual meliputi pelecehan seksual, ancaman perkosaan, percobaan
perkosaan, perkosaan disertai disertai kekerasan, kekerasan, perkosaan disertai pembunuhan, dan
pemaksaan untuk melacur.

Kekerasan seksual berdasarkan intensitasnya dikategorikan pada pelecehan seksual dan


pelecehan seksual dan serangan seksual. Pelecehan serangan seksual. Pelecehan seksual diberi
batasan dari ringan sampai sedang, seperti siulan nakal, kedipan mata, gurauan atau olokolok
yang menjurus pada seks, memandangi tubuh mulai dari ujung rambut sampai mata kaki,
pernyataan mengenai tubuh atau penampilan fisik, memberi isyarat berkonotasi seksual,
memperlihatkan gambar-gambar porno, memperlihatkan organ seks, organ seks, mencolek,
meraba, dan mencubit. Sedangkan serangan seksual dikategorikan sebagai kekerasan seksual
dengan intensitas berat. berat. Serangan seksual berakhir pada hubungan seksual secara paksa.
(Kusmiran, 2011).

7
Pathway

8
2.1.5. Manifestasi Klinis

Ciri-Ciri anak yang mengalami kekerasan seksual menurut Zastrow (dalam Huraerah, 2006),
yaitu:

a. Tanda-tanda perilaku
1. Perubahan-perubahan mendadak pada perilaku dari bahagia ke depresi atau
permusuhan, dari bersahabat ke isolasi atau dari komunikatif ke penuh rahasia.
2. Perilaku ekstrim
Perilaku lebih agresif atau lebih pasif dari teman sebayanya atau dari perilaku
individu sebelumnya, menjadi sensitive dan gampang marah.
3. Gangguan Tidur
Takut pergi ke tempat tidur, sulit tidur atau terjaga dalam waktu yang lama, takut
tidur sendiri, mimpi buruk.
4. Perilaku regresif
Kembali pada perilaku awal perkembangan anak tersebut, seperti mengompol,
mengisap jempol.
5. Perilaku anti-sosial atau nakal
Bermain-main api, mengganggu anak lain atau binatang tindakan-tindakan
merusak
6. Perilaku menghindar
Takut akan atau menghindar dari orang tertentu (orang tua, kakak, tetangga,
saudara lain, pengasuh, lari dari rumah, nakal, membolos sekolah)
7. Perilaku seksual yang tidak pantas
Masturbasi berlebihan, berbahasa atau bertingkah porno melebihi usianya, perilaku
seduktif terhadap anak yang lebih muda, menggambar porno.
8. Penyalahgunaan NAPZA
Alkohol atau obat terlarang khususnya pada anak remaja.
9. Bentuk perlakuan salah terhadap diri sendiri ( self abuse)
Merusak diri sendiri, gangguan makan, berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan
beresiko tinggi, percobaan atau melakukan bunuh diri

9
b. Tanda-tanda Kognisi

Tanda-tanda Kognisi Tidak dapat berkonsentrasi: sering melamun dan berkhayal, fokus
perhatian perhatian singkat/terpecah. Minat sekolah sekolah memudar: menurunnya perhatian
pada perhatian pada tugas sekolah dibanding sebelumnya. Respons atau reaksi berlebihan:
khususnya terhadap terhadap gerakan gerakan tiba – tiba dan orang lain dalam jarak dekat.

c. Tanda-tanda Sosial – emosional

1) Rendahnya kep nya kepercayaan diri : perasaan tidak berharga

2) Menarik Diri : mengisolasi dari teman, lari ke dalam khayalan atau ke bentuk-bentuk lain
yang tidak berhubungan.

3) Depresi tanpa penyebab jelas: Perasaan tanpa harapan dan ketidakberdayaan, pikiran dan
pernyataan-pernyataan ingin bunuh diri.

4) Ketakutan berlebihan: Kecemasan, hilang, kepercayaan terhadap orang lain.

5) Keterbatasan Perasaan: tidak dapat mencintai, tidak riang sepertti sebelumnya atau
sebagaimana dialami teman dekatnya.

d. Tanda-tanda Fisik

1) Perasaan sakit yang tidak jelas: mengeluh sakit kepala, sakit perut, tenggorokan tanpa
penyebab jelas, menurunnnya berat badan secara drastis, tidak ada kenaikan berat badan secara
memadai, muntah-muntah.

2) Luka-luka pada alat kelamin atau mengidap penyakit kelamin: Pada vagina, penis atau anus
yang ditandai dengan pendarahan, lecet, nyeri atau gatal-gatal di seputar alat kelamin (menderita
penyakit seksual) dan kekerasan seksual pada korban juga akan mengakibatkan kehamilan.

10

Anda mungkin juga menyukai