Pestisida
Pestisida
Argonofosfat
Disusun oleh
Nama: Cinderella Tauhid
Nim: 20330048
TOPIK PEMBAHASAN
PENGANTAR PESTISIDA ORGANOFOSFAT
KLASIFIKASI
PENGGUNAAN PESTISIDA
TINJAUAN KIMIA PESTISIDA ORGANOFOSFAT
TOKSISITAS ORGANOFOSFAT
TOKSOKINETIKA
PATOFISIOLOGI
TANDA DAN GEJALA KERACUNAN
PENGELOLAAN KERACUNAN
DIAGNOSIS KERACUNAN
PERTOLONGAN PERTAMA KERACUNAN
GAMBARAN KLINIS KERACUNAN
MEKANISME KERJA ORGANOFOSFAT
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERACUNAN
Pengantar
Keracunan akut dengan pestisida adalah masalah kesehatan
masyarakat global terutama di negara berkembang, Senyawa
organofosfat menghambat asetilkolinesterase sehingga terjadi
toksisitas akut. Sindroma intermediate dapat terjadi pada
sejumlah pasien dan dapat menyebabkan kelumpuhan serta
kematian. Diperkirakan 99% dari semua kematian akibat
keracunan pestisida terjadi di negara-negara berkembang.
KLASIFIKASI PESTISIDA
insetktisida Moluskisida
Fungisida Herbisida
Nematicida Pestisida
tikus moluksa
SENYAWA
UNTUK
MEMBUNUH
HAMA
nematooda gulma
tungau rumput
TINJAUAN KIMIA PESTISIDA ORGANOFOSFAT
Senyawa organofosfat yang banyak digunakan dikelompokkan
berdasarkan toksisitasnya dengan ukuran LD50 sebagai berikut
(LD50: 1 sampai 50 mg/kg), atau toksik (LD50: 501 sampai 5000 mg / kg), atau
(LD50: 51 sampai 500 mg/kg) : sedikit toksik (LD50: lebih dari 5000
Chlorfenvinphos, Chlorpyriphos, Demeton, mg/kg): Abate, Acephate, Coumaphos,
Diazinon, Dichlorvos, Dimethoate, Crufomate, Famphur, Glyphosate,
Disulfoton, Ediphenphos, Ethion, Malathion, Phenthoate, Primiphos Methyl,
Fenitrothion, Fensulfothion, Fenthion, Ronnel, Temephos, Triazophos, dan
Fonophos, Formothion, Methyl Parathion, Trichlorphon.
Mevinphos, Monocrotophos, Oxydemeton
Methyl, Phenthoate, Phorate,
Phosphamidon, Quinalphos, TEPP, dan
Thiometon
Toksisitas organoposfat
Toksisitas organofosfat merupakan akibat stimulasi kolinergik yang
berlebihan melalui penghambatan asetilkolinesterase. Efek toksiknya serupa
dengan inhibitor cholinesterase yang digunakan secara medis untuk
mengobati glaukoma (physostigmine), myasthenia gravis (neostigmine,
pyridostigmine), takikardia supraventrikular (edrophonium), dan penyakit
Alzheimer (tetrahydro aminoacridine).. Identifikasi keracunan mungkin
sederhana bila pasien hadir dengan paparan yang diketahui, atau mungkin
sangat sulit dilakukan pada pasien yang sakit kritis dengan gejala yang
membingungkan dan tidak ada riwayat pemaparan. Pengobatan terdiri dari
dekontaminasi, blokade hiperaktivitas muskarinik dengan atropin, pembalikan
penghambatan kolinesterase dengan nukleofil oxime (pralidoxime), dan
koreksi kelainan metabolik.
Terjadinya
organopospat
Keracunan organofosfat dapat terjadi melalui kulit, mata, mulut
jika tertelan, dan hidung jika terhirup dengan dosis berlebih.
Keracunan organofosfat melalui kulit terjadi jika zat ini berbentuk
cairan dan tumpah di kulit, atau melalui pakaian yang terpapar
organofosfat. Gas dan partikel semprotan yang sangat halus (<10
mikron) dapat masuk ke paru, sedangkan partikel yang lebih besar
(>50 mikron) akan menempel di selaput lendir atau kerongkongan.
Keracunan melalui saluran pencernaan dapat terjadi karena
makanan terpapar organofosfat atau jika zat ini terbawa angin
masuk ke mulut.
toksokinetika
Senyawa golongan organofosfat adalah kumpulan
senyawa yang memiliki kesamaan struktural. Kinetika
masing-masing kelompok sangat bergantung pada
beberapa faktor fisik. Beberapa diantaranya meliputi
rute pemberian (penyerapan, injeksi, inhalasi,
penyerapan transdermal dan transmukosa), jarak dari
organ target, metabolisme dan aktivasi lokal versus
sistemik, rute eliminasi, hidrolisis endogen, dan
konsumsi senyawa oleh berbagai esterase nonspesifik
sebelum mencapai organ target
Patofisiologi
Gejala awal keracunan paling cepat dengan paparan inhalasi (dalam hitungan detik
untuk gas tabun atau sarin) atau senyawa yang disuntikkan dan paling lambat
dengan penyerapan transdermal, walaupun VX dapat menyebabkan toksisitas
langsung setelah diaplikasikan pada kulit. Mayoritas agen harus menunjukkan
beberapa tanda dan gejala toksisitas dalam waktu 6 sampai 12 jam setelah terpapar
dengan pengecualian senyawa yang sangat larut dalam lemak (fenthion, difenthion,
chlorfenthion).
Senyawa organofosfat menghambat fungsi hidrolase ester karboksilat seperti
chymotrypsin, AChE, plasma atau BuChE (pseudocholinesterase), plasma dan hati
karboksilesterase (aliesterase), paraoxonase (asterase), dan esterase nonspesifik
lainnya di dalam tubuh. Efek klinis yang paling menonjol dari keracunan dengan
senyawa organofosfat terkait dengan penghambatan ACh
KERACUNAN KRONIS
ORGANOFOSF
SINDROMA STANDAR NILAI
SINDROMA SINDROMA AT-INDUCED
SISTEM SARAF PENURUNAN ACHE
MUSKARINIK NIKOTINIK DELAYED
PUSAT DI INDONESIA
NEUROPATHY
konstriksi bronkus,
Sindroma sistem 1. Normal bila kadar
hipersekresi bronkus,
Sindroma nikotinik saraf pusat terjadi Terjadi 2 – 4 AChE > 75%
edema paru,
pada umumnya akibat masuknya minggu setelah 2. Keracunan ringan
hipersalivasi, mual,
terjadi setelah pestisida ke otak keracunan. bila kadar AChE
muntah, nyeri
sindroma melalui Monitoring untuk 75%-50%
abdomen,
muskarinik yang sawar darah otak. pemaparan 3. Keracunan sedang
hiperhidrosis,
akan mencetuskan Pada keracunan akut organofosfat bila kadar AChE
bradikardi, polirua,
terjadinya berat akan dilakukan dengan 50%-25%
diare, nyeri kepala,
sindroma mengakibatkan penilaian kadar 4. Keracunan berat bila
miosis, penglihatatan
intermediate terjadinya AChE darah kadar AChE <25%
kabur, hiperemia
konvulsi
konjungtiva
MEKANISME KERJA ORGANOFOSFAT
DALAM TUBUH
JENIS
PENGETAHUA
KELAMIN
N
Faktor dari luar tubuh antara lain