Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH LUGHAH AL-QUR’AN

KALAM LAFZHI DAN KALAM NAFSI


Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Lughah Al-Qur’an
Dosen: Ali MursyidM.Ag

Disusun Oleh:
Annisa Tri Rizkiana 182109
AzizahFatin 18210936
Bella Bartiza 18210939
DzakiyahAgustira S.J. 182109

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN JAKARTA
1441 H / 2019M
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, makalah yang berjudul metode
tafsir muqaran dari materi mata kuliah Metodologi tafsir Al-qur’an, Alhamdulillah akhirnya
dapat kami selesaikan secara maksimal.

Kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pengajar atas segala bimbingan, ilmu, nasehat
serta arahannya yang diberikan.Terima kasih juga kami ucapkankepada teman-teman yang telah
memberikan dukungannya sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Terlepas dari itu, Apabila ada kekurangan dan kesalahan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya pada makalah ini, kami mohon maaf dan kami mengharapkan kritik dan
saran dari Dosen dan teman-teman sekalian. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
menambah wawasan kita semua mengenai lughah Al-Qur’an dalam mata kuliah lughah Al-
Qur’an. Aamiin.

Tangerang, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................2
A. Al-Qur’an sebagai Kalam Nafsi.......................................................................................................2
B. Al-Qur’an sebagai Kalam Lafzhi.....................................................................................................2
C. Pandangan Ulama.............................................................................................................................2
D. Pendapat Beberapa Aliran Mengenai Sifat Allah..........................................................................3
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................5
A. Kesimpulan....................................................................................................................................5

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Al-Qur’an adalah kalamullah diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. sebagai kitab
pedoman umat Islam yang terjaga keasliannya baik secara dalil naqli maupun dalil aqli. Namun
seiring berkembangnya zaman, banyak perbedaan pendapat dalam memahami makna
kalamullah yang warid dari Rasullah SAW. Bahkan tidak sedikit pemahaman yang salah dan
dapat menimbulkan nilai kekufuran apabila menyakini pemahaman tersebut. Oleh karena itu,
penting buat kita untuk mempelajari makna kalamullah secara benar, yang sudah dijelaskan
ulama-ulama ahli sunnah waljamaah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksuddengan Al-Qur’an sebagai kalam nafsi.


2. Apa yang dimaksuddengan Al-Qur’an sebagai kalam lafzhi.
3. Apa pandangan ulama mengenai kalam Allah.
4. Apa pendapat aliran-aliran tentang sifat Allah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Al-Qur’an sebagai Kalam Nafsi

Kalam Nafsi adalah kalam yang tidak berhuruf dan bersuara. Mengutip dalam kitab
Tafsir Ruuhul Maani karya Al-Alusi, kalam nafsi adalah kalam

pada zat Allah yang bersifat qadim yang tidak diketahui hakikatnya, tidak dapat di
dengar atau dibaca karena ia bukan termasuk jenis kalam manusia yang tersusun dari huruf
dan bunyi. Sebagai contoh peristiwa Nabi Musa as ketika berbicara dengan Allah.
Pembicaraan ini tidak dapat diterima oleh orang biasa karena pembicaraan ini adalah kalam
nafsi yang tidak berbentuk suara dan berhuruf karena perkataan dengan huruf dan suara
merupakan kalam makhluk.

Pada hari kiamat manusia akan mendengar Kalamullah yang bersifat an-Nafsi ketika
Allah menghisab seluruh hambaNya. Allah menghisab dalamwaktu yang singkat, jika Allah
menghisab kita dengan suara, susunan huruf, dan bahasa, maka Allah akan membutuhkan
waktu sangat lama untuk menyelesaikan hisabtersebut, Karen makhluk Allah sangat banyak.
Jadi hanya Allahlah yang tahu hakikat kalam nafsi.

B. Al-Qur’an sebagai Kalam Lafzhi

Kalam lafdzi adalah lafaz yang mengibaratkan kalam nafsi. Dalam pengertian lain kalam
lafdzi adalah kalam yang diciptakan Allah SWT yang diletakkan di Lauh Mahfudz. Mengutip
dalam kitab Tafsir Ruhuul Maani karya Al-Alusi, kalam lafdzi adalah kalam yang tersusun
dari huruf dan suara, kalam ini merupakan jenis kalam manusia yang bersifat baru.

C. Pandangan Ulama

Syeikh Mahmud Mukhtar (Cirebon) dalam kitabnya I’anah arrafiq ‘ala nazm
sulamattaufiq “Kalam Allah sebagaimana semua sifat-sifatNya adalah qadim bukan suara,
bukan huruf dah hija’ bukan dengan I’rab dan bina’. Jadi, Allah berbeda dengan semua
makhluk baik itu dzat, af’al maupun sifatNya.”

2
KH. Misbah Zaenal Musthafa (Bangilan, Tuban) dalam bukunya Al Fushul al
arba‟iniyyah fi muhimmat al masailaddiniyah “Allah memiliki sifat-sifat qadim (tidak
memiliki permulaan) yang tetap bagiNya, yaitu hayat, ilmu, qudrah, iradah, sama’, basher
dan kalam yang bukan dari jenis huruf dan suara”

KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addari (Bekasi) dalam kitabnya Ta’liqat ‘ala matn
aljawharah “Dan sifat kalam, yakni kalam an-Nafsi, dengan makna bahwa kalam adalah sifat
yang qadim yang tetap bagi dzat Allah, bukan huruf, bukan suara, dan tidak berlaku bagiNya
didahului dan diakhirkan”.

Guru Muhammad ThahirJam’an (Jatinegara) di dalambukunya “Mensucikan hati di


dalam menyatakan masalah ‘aqaid al iman” “Kalam Allah artinya sifat yang qadim yang
tetap bagi dzat Allah ta’ala yang berta’alluq (berkaitan) dengan apa yang ilmunya berta’alluq
dengannya dan suci dari terdahulu dan terkemudian, suci dari suara dan huruf serta segala
sifat makhluk.”

D. Pendapat Beberapa Aliran Mengenai Sifat Allah

1. Mu’tazilah

Mu’tazilah menafikan bahwa Allah memiliki substansi sifat, yaitu sifat tidak akan ada
tanpa zat dan sifat bukan hakikat dari zat, jadi Allah akan menjadi tempat yang baru atau
terdapat kebaharuan pada zat Allah. Jika Allah memiliki banyak sifat, maka akan banyak
qodim. Allah juga berkuasa dengan zatnya, menegtahui dengan zatnya, tidak ada
pertambahan sifat pada Allah.

2. Murji’ah

Allah berkuasa untuk menciptakan kalam pada zatnya Allah berkehedak di zaman azali.
Maka kalam Allah adalah baharu yang terdapat pada zatnya, menurut murjial sebelum itu
Allah tidak berkalam. Jidi sebelum Allah berkalam Allah diam. Diamnya Allah itulah
yang qadim.

3. Jahmiyah
Menurut jahmiyah ilmunya Allah adalah baru yang terdapat pada zatNya dan Allah juga
bersifat ghafil (lalai) sebelum Allah memperbaharui ilmu dalam zatNya
3
4. Ahli sunnah wal Jama’ah

Menurut ahlussunnah sifat Allah itu qadim, karena setiap yang baru keberadaannya boleh
ada boleh tiada tetapi qadim azali keberadaannya adalah wajib. Jika sifat Allah itu baru
maka akan bertentangan dengan wajibnya wujud Allah ta’ala, maka mustahilah jika sifat
Allah yang baru dimiliki pada zat Allah yang qodim dari sinilah patahnya argument dari
mu’tazilah.

4
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Al-Qur’an menurut akidah Asy’ariyyah adalah kalamullah yang maknanya dibedakan
menjadi dua; kalam Nafsi dan kalam Lafzhi. Kalam Nafsi yaitu suatu sifat qodim yang
berada pada zat Allah, tidak berupa huruf juga tidak berupa suara. Tidak bermula, juga tidak
berakhir. Berbeda dari segala makhluk dan bukanlah lafaz-lafaz yang terdapat pada kitab
Al-Qur’an yang sudah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW karena itu baru
diturunkan dan tentu saja mempunyai permulaan. Sedangkan kalam lafzhi yaitu kitab yang
sudah ada pada kita, punya permulaan, ada akhirnya, ada surat-suratnya dan ada ayat-
ayatnya.

5
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai