Anda di halaman 1dari 9

BAB II

ELEMEN LALU LINTAS

Karakteristik arus lalu lintas adalah hasil interaksi antara manusia, kendaraan dan jalan
dalam suatu kondisi pengaturan dan lingkungan tertentu. Secara umum rekayasa lalu lintas
meliputi perencanaan dan perancangan dari elemen jalan dan pengaturannya ( traffic
control ) , elemen manusia , dan elemen kendaraan . Meskipun demikian , seluruh elemen
yang menghasilkan arus lalu lintas perlu dikenal agar dapat mencapai interaksi yang baik .
Dari seluruh elemen, manusia merupakan elemen utama, tetapi yang sangat rumit dan ini
membut teknik lalu lintas berbeda dari teknik lainnya yang lebih pasti.

2.1. MANUSIA

Manusia merupakan faktor yang paling tidak stabil dalam pengaruhnya terhadap kondisi
lalulintas serta tidak dapat diramalkan secara tepat. Beberapa tinjauan terhadap faktor
manusia ini perlu dilakukan guna menghasilkan perencanaan operasi lalulintas yang lebih
tepat.

2.1.1 Manusia Sebagai Pengemudi

Perilaku seorang pengemudi dipengaruhi oleh faktor luar berupa keadaan sekelilingnya,
keadaan cuaca, daerah pandangan (visibility) serta penerangan jalan dimalam hari. Selain
itu juga dipengaruhi oleh emosinya sendiri ( sifat bawaan ) seperti sifat tidak sabar dan
marah-marah, atau hati – hati dan tenang . Seorang pengemudi yang sudah hafal dengan
jalan yang dilaluinya akan berbeda sifatnya dengan seorang pengemudi pada jalan yang
belum dikenalnya. Dalam hal yang terakhir ini, pengemudi cenderung untuk mengikuti
kelakukan pengemudi-pengemudi lainnya.

Selain faktor-faktor tersebut diatas, faktor lain yang mempengaruhi perilaku manusia adalah
sifat perjalanan (bekerja, rekreasi atau hanya berjalan-jalan) serta faktor kecakapan,
kemampuan dan pengalaman mengemudi. Untuk menguji apakah seseorang dianggap
cukup cakap untuk mengemudi kendaraan atau tidak, perlu dilakukan serangkaian test yang
hasilnya, bila ia berhasil, berupa Surat Izin Mengemudi (SIM).

Indera Pada Manusia

Indera penglihatan adalah faktor terpenting dari faktor-faktor fisik manusia dalam
menjalankan kendaraan, hal ini disebabkan hampir semua informasi ( 90 %) yang
diperlukan untuk mengemudi diterima lewat indera penglihatan sehingga banyak yang
beranggapan indera penglihatan terlalu dibebani pada waktu mengemudi. Secara normal
daerah penglihatan tajam pada arah horizontal (H) dianggap sebesar 6 derajat dan pada arah
vertikal (V) sebesar 4 derajat sehingga seolah-olah membentuk kerucut. Penglihatan yang
tajam/penglihatan awas pada arah horizontal sampai sebesar 20 derajat dan pada arah
vertikal 13 derajat. Daerah penglihatan total dimana manusia mampu melihat suatu benda
walaupun kabur dan tidak bisa membedakan warna dan detail adalah sebesar 160 derajat
arah horizontal dan 115 derajat arah vertikal. Dengan mengetahui daerah pandangan ini,
maka sebaiknya diusahakan untuk menempatkan tanda-tanda rambu lalulintas didalam
jangkauan daerah penglihatan yang tajam.

Fakultas Teknik UPB II - 6


Gambar 2.1 menunjukan daerah bidang pandang.

Cacat pada indera mata tidak selamanya membuat orang tidak mampu mengemudikan
kendaraan dengan baik. Bagi orang yang buta warna, pengenalan rambu-rambu lalulintas
dapat dilakukan dengan mempergunakan ciri-ciri pada rambu lalulintas misalnya letak
lampu merah pada lalulintas. Orang yang kekurangan dalam penglihatan dekat dapat
dibantu dengan kaca mata atau alat optik lainnya sehingga tidak mengganggu dalam
mengemudi.

V
V

Gambar 2.1: Bidang pandang indera mata manusia

Indera pendengaran tidak begitu penting seperti halnya indera penglihatan. Beberapa hal
masih memerlukan pendengaran seperti bunyi klakson kendaraan, sirene polisi dan
ambulans, bunyi ban slip, peluit polisi dan lonceng pada persilangan jalan rel. Tapi pada
kebanyakan keadaan, bunyi yang dihasilkan biasanya disertai dengan isyarat-isyarat lain
yang tertangkap oleh mata. Pendengaran yang kurang sempurna dapat dibantu dengan suatu
alat pendengar (hearing aid) dan umumnya orang yang kurang pada suatu inderanya akan
mempertajam inderanya yang lain, sehingga membantu saat mengemudi kendaraan.

Waktu Reaksi Manusia

Waktu reaksi adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang manusia untuk bereaksi pada
saat menerima rangsangan baik berupa penglihatan, pendengaran maupun perasaan, sampai
ia melakukan tindakan sebagai tanggapan atas adanya rangsangan tersebut. Waktu reaksi
pengereman adalah waktu yang dibutuhkan pengemudi mulai saat melihat objek sampai
saat menginjak rem. Penyelidikan di Amerika Serikat menunjukan 90% dari jumlah
pengemudi memerlukan waktu 1,5 detik atau kurang sebagai waktu reaksinya dan hampir
seluruhnya perlu waktu dibawah 2 detik. Untuk keperluan perencanaan diambil waktu
reaksi pengereman sebesar 2,5 detik. Waktu ini biasa disebut juga PIEV time untuk
menjelaskan empat tahapan kegiatan pada pengemudi :
Fakultas Teknik UPB II - 7
P , Perception : mengenali suatu informasi yang memerlukan tanggapan
I , Intellection : mengintepretasikan informasi yang telah diterima .
E , Emotion : memutuskan melakukan tindakan tertentu menanggapi informasi
V , Velition : tindakan fisik akibat keputusan tersebut.

Dengan memperhatikan besarnya waktu reaksi yang diperlukan oleh manusia terhadap
suatu rangsangan serta kemampuan manusia untuk melihat suatu objek, pada perencanaan
lalulintas perlu diatur penempatan rambu-rambu lalulintas serta objek-objek yang lain.
Pada kecepatan tinggi sebaiknya penempatan rambu-rambu lalulintas lebih ke tengah sudut
pandangan. Batas jalan untuk jalan kendaraan dan pejalan kaki harus jelas. Keadaan jalan
diusahakan untuk tidak menjemukan dengan cara memberi variasi pandangan bagi
pengemudi sepanjang jalan. Demikian juga dengan pemasangan iklan dengan cara memberi
variasi pandangan bagi pengemudi sepanjang jalan. Demikian juga dengan pemasangan
iklan dan lampu harus diawasi sedemikian rupa agar tidak mengganggu perhatian
pengemudi.

Velocitation adalah suatu gejala dimana titik perhatian pengemudi akan menjauh pada
kecepatan tinggi. Pada waktu kecepatan harus diturunkan, pengemudi tidak sadar bahwa
kecepatannya begitu tinggi, sampai titik perhatiannya dialihkan ke jarak dekat lagi. Marka
melintang berupa garis – garis tebal dapat digunakan untuk mendekatkan kembali titik
perhatian pengemudi.

2.1.2 Manusia Sebagai Pejalan Kaki

Manusia sebagai pejalan kaki bergerak dengan kecepatan kira-kira 1 sampai 1,3 meter per
detik atau 3 sampai 5 KM perjam. Jarak yang dianggap cukup bagi pejalan kaki sebagai
"moda transportasi" adalah 500 m. Lebih dari jarak ini manusia memerlukan alat angkutan
tertentu. Kelakuan pejalan kaki sulit diramalkan karena mencakup semua lapisan umur dan
tidak ada pembatasan besar dan kecil. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa orang tua
sudah tidak segesit dalam mengelakkan bahaya serta adanya sejumlah pejalan kaki yang
tidak mengenal peraturan lalulintas.

2.2. KENDARAAN

Kendaraan yang berada dijalan mempunyai berbagai bentuk, ukuran dan kemampuan
dimana hal ini disebabkan masing-masing kendaraan direncanakan untuk suatu maksud
kegunaan tertentu. Untuk keperluan perencanaan Geometrik, AASHTO mengelompokkan
kendaraan dalam 2 kelompok besar yaitu mobil penumpang dan truk. Pengelompokan ini
didasarkan pada berat, dimensi dan karakteristik operasionalnya. Kendaraan yang termasuk
dalam kelompok kendaraan mobil penumpang adalah semua kendaraan ringan dan truk
pengangkut yang ringan seperti Van dan Pickup. Kendaraan yang termasuk dalam
kelompok kendaraan truk adalah single unit truck, kendaraan rekreasi, bus, truk, trailer dan
semi trailer. Total terdapat 10 jenis kendaraan yang dapat digunakan dalam perencanaan
Geometrik. Di Indonesia ukuran kendaraan ditetapkan dengan :

- Lebar maksimum 2,25 meter


- Tinggi maksimum sebesar 3,50 meter.

Dengan demikian dapat ditetapkan ukuran lebar lajur antar 3,00 meter sampai 3,60 meter
dan tinggi ruang bebas sekitas 4,50 sampai 5 meter .
Fakultas Teknik UPB II - 8
Berat maksimum kendaraan ditetapkan berdasarkan kekuatan jembatan yang akan dilalui
serta kekuatan mesinnya. Setiap kendaraan harus dilengkapi peralatan atau perlengkapan
tambahan seperti lampu, kaca spion, pelindung ban dll.

Perlengkapan lampu pada kendaraan mempunyai fungsi :

1. Memberitahukan kepada orang luar tentang kehadiran kendaraan dimalam hari yang
terlihat dari semua arah dan tidak menyilaukan.
2. Menerangi daerah yang perlu terlihat oleh pengemudi sesuai dengan kecepatan dan
keadaan sekelilingnya.
3. Memberikan isyarat-isyarat kepada sesama pemakai jalan mengenai maksud-maksud
tertentu misalnya belok kanan, belok kiri, mengurangi kecepatan dll.

Dalam setiap pengoperasian kendaraan bermotor di jalan harus senantiasa dijaga


kelengkapan dan kelaikan kendaraan bermotor, baik berupa kendaraan angkutan umum
maupun kendaraan pribadi. Kelaikan kendaraan bermotor dalam hal ini berarti siap
dioperasikan di jalan raya dengan segala kelengkapannya, baik kelengkapan administrasi
maupun kelengkapan secara teknis (fisik kendaran) tanpa ada gangguan ataupun hambatan.

Kelengkapan Administrasi
Kelengkapan administrasi kendaraan bermotor meliputi:
- surat izin mengemudi
- surat tanda nomor kendaraan bermotor
- surat tanda coba kendaraan bermotor
- tanda nomor kendaraan bermotor dan
- tanda coba kendaraan bermotor
- buku uji kendaraan bermotor

Kelengkapan Teknis
Kelengkapan teknis kendaraan bermotor meliputi:
1. sistem rem.
2. sistem kemudi.
3. posisi roda depan.
4. badan dan kerangka kendaraan yang kokoh.
5. alat muat penumpang yang senantiasa bersih bagi kendaraan penumpang dan alat muat
barang bagi kendaraan kendaraan angkutan yang memenuhi syarat untuk mengangkut
barang.
6. klakson.
7. lampu-lampu penerangan depan dan belakang.
8. penghapus kaca bagi kendaraan roda empat.
9. kaca spion.
10. sistem roda dan ban hidup.
11. emisi gas buang.
12. kaca depan dan samping yang aman (safety glass).
13. alat pengukur kecepatan (spedometer).
14. sabuk keselamatan dan perlengkapan serta peralatan lain yang diperlukan.

Fakultas Teknik UPB II - 9


2.3. JALAN DAN LINGKUNGAN

Faktor terakhir yang mempengaruhi perilaku arus lalulintas adalah jalan dan lingkungan.
Ukuran atau Geometrik dari jalan raya mempengaruhi arus lalulintas yang lewat diatasnya.
Walaupun sering dijumpai jalan dengan geometrik yang sama tetapi memiliki arus
lalulintas yang tidak serupa. Hal ini disebabkan lingkungan kedua jalan tersebut berbeda
satu sama lainnya, antara jalan yang terletak didaerah perkotaaan (urban) dan jalan yang
terletak didaerah antar kota (rural). Pada jalan dalam daerah perkotaan, gangguan yang
datang dari samping (jalan masuk, tempat penyeberangan, persimpangan) lebih banyak
jumlahnya dibandingkan dengan jalan didaerah antar kota.

Kelas geometrik jalan kota adalah sebagai berikut :


(Standard Specifications for Geometrik Design of Urban Roads , March 1992 )

Type Kelas Kecepatan Rencana

Type I Kelas I 80 atau 100 Km/j


Kelas II 60 atau 100 Km/j
Type II Kelas I 60 Km/j
Kelas II 50 atau 60 Km/j
Kelas III 30 atau 40 Km/j
Kelas IV 20 atau 30 Km/j
Catatan :
- Jalan Type I adalah jalan yang bebas hambatan ( full acces control )
- Jalan Type II adalah bukan jalan bebas hambatan ( partial or no acces control )

Kelas Geometrik jalan antar kota ada pada Rancangan Akhir Spesifikasi Standard untuk
perencanaan Geometrik Jalan Luar kota , Desember 1990

Daerah yang termasuk dalam jalan, bukan hanya daerah yang dipakai oleh kendaraan saja
melainkan juga termasuk daerah atau tanah yang digunakan sebagi bahu jalan, saluran
samping dan daerah daerah tepi jalan. Untuk menyediakan fasilitas yang cukup bagi
perkembangan lalulintas yang terus tumbuh, lingkungan sekitarnya perlu diawasi agar bila
sewaktu-waktu dibutuhkan adanya pembangunan baru tidak mengalami hambatan yang
berarti. Daerah yang tercakup dalam pengawasan tersebut dinamakan daerah pengawasan
jalan atau DAWASJA. Daerah yang sepenuhnya digunakan untuk kepentingan jalan
dinamakan Daerah Milik Jalan atau Damija (Right of Way=ROW)

DAMIJA

DAMAJA

BADAN JALAN

Gambar 2.2 : POTONGAN MELINTANG JALAN

Fakultas Teknik UPB II - 10


Fungsi jalan secara umum dapat dibagi atas fungsi untuk pergerakan dan fungsi untuk
mencapai pekarangan (access) atau fungsi gabungan antara pergerakan dan acces. Contoh
jalan yang hanya berfungsi sebagai pergerakan adalah jalan bebas hambatan dimana jumlah
jalan masuk atau keluar terbatas dan jalan tersebut dikontrol secara penuh (full control of
access) . Contoh jalan yang hanya berfungsi untuk ”access” adalah jalan buntu
keperumahan. Jalan-jalan yang ada pada umumnya memiliki fungsi campuran.

Fungsi jalan yang digunakan sebagai dasar pengklasifikasian jalan dalam undang-undang
jalan raya Republik Indonesia No. 13 tahun 1980 jalan terbagi atas 3 kelas yaitu:

Jalan arteri : jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak
jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi.

Jalan Kolektor : jalan yang melayani arus dan beberapa jalan lainnya dan
membagikannya untuk berbagai jurusan ciri-ciri jalan ini adalah
perjalanan jarak sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.

Jalan Lokal : jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak
dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Tabel 2.1: Klasifikasi Fungsional dan Kelas Teknis Jalan Kota

Tipe I

Fungsi LHR KELAS KECEPATAN Keterangan


(smp/jam) TEKNIS km/jam
Primer Arteri - I 80 – 100 Standar tertinggi antar
wilayah/kota

Kolektor - II 60 – 80 Standar tertinggi antar


wilayah atau dalam
metropolitan

Sekunder Arteri - II 60 - 80 Idem untuk kelas II

Fakultas Teknik UPB II - 11


Tipe II
Fungsi LHR KELAS KECEPATAN Keterangan
(smp/jam) TEKNIS km/jam
Primer Arteri - I 60 Standar tertinggi antar
wilayah/kota

Kolektor > 10.000 I 60 Idem untuk kelas I

< 10.000 II 50 – 60 Standar tertinggi, 2 lajur


antar/ dalam kota/
distrik.
Sekunder Arteri > 20.000 I 60 Idem untuk kelas I
< 20.000 II 50 – 60 Idem untuk kelas II
Kolektor > 6.000 I 50 – 60 Idem untuk kelas III
< 8.000 II 30 – 40 Standar sedang 2 lajur
antar distrik.

Lokal > 500 III 30 – 40 Idem untuk kelas III


Standar rendah, 1 lajur,
< 500 IV 20 – 30 akses kepemilikan tanah
disisi jalan.
Sumber: Departemen Perhubungan, Menuju Lalulintas dan Angkutan Jalan Yang Tertib,1995

Klasifikasi jalan yang lain adalah berdasarkan tingkat administrasi atau pembinaan yang
terbagi atas :
Jalan nasional adalah jalan dibawah pembinaan Menteri PU atau pejabat yang ditunjuk.
Jalan Propinsi adalah jalan dibawah pembinaan Pemda, TK I atau Instansi yang ditunjuk
Jalan Kabupaten adalah jalan dibawah pembinaan Pemda Tk II Kabupaten atau instansi
yang ditunjuk
Jalan Kotamadya adalah jalan dibaah pembinaan Pemda Tk II Kotamadya atau instansi
yang ditunjuk.
Jalan Desa adalah jalan dibawah pembinaan Pemerintahan Desa/Kelurahan
Jalan Khusus adalah jalan yang dibuat untuk tujuan tertentu misalnya : jalan inspeksi
pengairan, jalan perkebunan, jalan kehutanan, jalan pelabuhan, jalan dalam kompleks
,bukan umum dibawah pembinaan Pejabat atau orang yang ditunjuk. dll.

SISTEM JARINGAN JALAN

Jalan mempunyai suatu sistem jaringan jalan yang mengikat dan menghubungkan pusat
pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berbeda dalam pengaruh pelayannya dalam suatu
hubungan hirarki. Macam Sistem Jaringan Jalan (menurut Peranan Pelayan Jasa Distribusi)
dapat dibagi atas:
Sistem jaringan jalan primer
Sistem jaringan jalan sekunder

Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan yang berperan sebagai pelayanan jasa
distribusi untuk pengembangan semua wilayah ditingkat Nasional dengan simpul jasa
distribusi yang kemudian berwujud kota

Sistem Jaringan jalan sekunder adalah sistem jaringan jalan yang berperan sebagai
pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat didalam kota.

Fakultas Teknik UPB II - 12


Kajian antar sistem jaringan jalan Primer dengan Peranannya.
Jalan arteri primer menghubungi kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan atau
menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua.

Jalan kolektor primer menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau
menghubungkan kota jenjang jedua dengan kota jenjang ketiga. Jalan lokal primer
menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau kota kedua dengan persil, kota
jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang
dibawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil atau kota dibawah kota ketiga sampai persil.

2.4. PENGATURAN LALULINTAS

Untuk mencapai tujuan lalulintas yang aman dan nyaman, perlu dilakukan pengaturan
lalulintas agar perilaku pemakai jalan tidak merugikan/membahayakan pemakai jalan
lainnya. Pengaturan lalulintas tidak semata-mata dilakukan melalui perangkat keras seperti
rambu dan marka jalan tetapi perlu disiapkan juga perangkat lunaknya.

Secara umum pengaturan lalulintas dilakukan dengan perangkat berikut:


a. Undang Undang
b. Peraturan Pemerintah
c. Alat-alat kontrol
d. Pendidikan

a. Undang Undang
Undang-undang mengatur seluruh pemakai jalan untu berllaku sedemikian rupa
sehingga tercapai ketertiban dan kelancaran arus lalulintas. Dengan undang-undang
seorang hakim misalnya akan dapat menentukan sangsi yang haru diberikan kepad
pelanggar lalulintas.

b. Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah dibuat untuk melengkapi ketentuan-ketentuan yang belum
tercakup dalam Undang-undang atau lebih menjelaskan aturan dalam Undang Undang.
Peraturan Pemerintah yang berkaitan erat dengan masalah lalulintas adalah:
Peraturan Pemerintah nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan
Peraturan Pemerintah nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksan Kendaraan Bermotor
dijalan.
Peraturan Pemerintah nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana & Lalulintas Jalan
Peraturan Pemerintah nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan & Pengemudi.
Peraturan Pemerintah antara lain mengatur syarat-syarat mengenai pemberian lisensi
seperti: SIM, STNK.

c. Alat-alat Kontrol
Alat-alat Kontrol lalulintas meliputi rambu jalan, marka jalan dan perlengkapan jalan
seperti: lampu lalulintas dll. Khusus untuk rambu dan marka jalan, informasi yang
diberikan kepada pemakai jalan berupa:

Fakultas Teknik UPB II - 13


1. Memenuhi suatu kebutuhan tertentu
2. Terlihat dengan jelas.
3. Menarik perhatian
4. Memberikan arti yang jelas dan sederhana
5. Memberikan respek kepada pemakai jalan
6. Ditempatkan pada lokasi yang memberikan kesempatan untuk mengenali dan
bertindak

Lampu lalulintas mengatur pergerakan lalulintas melalui pergantian warna. Prinsip dasar
pengaturan lalulintas adalah mengatur arus-arus yang dapat menghasilkan konflik untuk
tidak memasuki daerah pertemuan secara bersamaan.
Selain rambu, marka dan lampu lalulintas, pengaturan dapat juga dilakukan dengan
kanalisasi, pengaturan parkir dll.

d. Pendidikan
Pengaturan lalulintas secara tidak langsung dapat diakukan melalui jalur pendidikan
lalulintas. Pedidikan seperti diyakini oleh banyak ahli, dapat memberikan pengetahuan
kepada pemakai jalan untuk lebh meningkatkan kewaspadaan sehingga tingkat
kecelakaan dapat ditekan serendah mungkin. Pengemudi yang baru belajar dapat
mengambil pengetahuan pengemudi yang sudah lebih berpengalaman melalui sekolah,
kursus mengemudi.
Pejalan kaki dapat diingatkan melalui pelatihan dan penyuluhan.
Pemerintah sendiri dapat membantu melalui penyuuha, slogan maupun pemberitaan
diberbagai media masa.

Organisasi

Beberapa organisasi kelembaga pada Daerah tingkt II di Indonesia yang terlibat


langsung dalam bidang transportasi jalan, antara lain:
1. Dinas Lalulintas dan Angkutan Jalan, yang bertugas melakukan perencanaan dan
pengelolaan angkutan dan lalulintas di jalan.
2. Dinas Pekerjaan Umum, yang bertugas melakukan pembinaan prasarana jalan.
3. Polisi Lalulintas, yang bertanggung jawab dalam melakukan pembinaan dan
penegakan hukum lalu intas.
4. Dinas Tata Kota, salah satu bagiannya , melakukan perencanaan prasarana
transportasi seperti: jalan, terminal dsb, dalam kaitannya dengan perencanaan kota.

Organisasi (non struktural) lainnya seperti: Badan Pengelola Parkir, Unit Pelaksana Teknis
Terminal, PT Jasa Marga (BUMN yang mengelola jaringan jalan tol di Indonesia).

Fakultas Teknik UPB II - 14

Anda mungkin juga menyukai