Anda di halaman 1dari 70

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES

TOURNAMENT) BERBANTUAN MEDIA PICK THE FRIES

TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

PKN KELAS 3 MINU WARU II SIDOARJO

PROPOSAL SKRIPSI

ZULFALAILA RAMADANI

06040720096

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

NOVEMBER 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................i
DAFTAR TABEL.............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................iii
DAFTAR RUMUS...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................1
B. Indetifikasi Masalah.............................................................................................6
C. Batasan Masalah..................................................................................................7
D. Rumusan Masalah................................................................................................7
E. Tujuan Penelitian.................................................................................................8
BAB II LANDASAN TEORI.........................................................................................11
A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament)......11
B. Media Pembelajaran Pick The Fries.................................................................17
1. Pengertian Media Pembelajaran...........................................................................17
C. Minat Belajar......................................................................................................25
D. Mata Pelajaran PKN..........................................................................................30
E. Kajian Penelitian yang Relevan........................................................................38
F. Kerangka Berpikir.............................................................................................44
G. Hipotesis Penelitian........................................................................................45
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................47
A. Jenis Penelitian...................................................................................................47
B. Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................................48
C. Populasi dan Sampel Penelitian........................................................................48
D. Variabel Penelitian.............................................................................................50
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data......................................................51
F. Validitas dan Reabilitas Instrumen...................................................................56
G. Teknik Analisi Data........................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................62

I
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian.........................................................40


Tabel 3. 1 Populasi Penelitian........................................................................................48
Tabel 3. 2 Aturan Skorsing Instrumen Minat Belajar.................................................54
Tabel 3. 3 Instrumen Pengumpulan Data.....................................................................55
Tabel 3. 4 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar...................................................................55

II
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Skema Pembelajaran TGT......................................................................16


Gambar 2. 2 Sketsa Media Pick The Fries....................................................................24
Gambar 2. 3 Media Pick The Fries...............................................................................24
Gambar 2. 4 Bagan Kerangka Berpikir.......................................................................45

III
DAFTAR RUMUS

Rumus 3. 1 Desain Penelitian........................................................................................47


Rumus 3. 2 Rumus Alpha Cronbach............................................................................58

IV
1

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat penting untuk peradaban dan aktivitas manusia karena

menghasilkan individu yang bermoral, berbakat, dan bertanggung jawab

terhadap lingkungannya, termasuk negara dan bangsa mereka sendiri. 1 Bab I

Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa "Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, dan negara."2

“Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode

tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara

bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan”. 3 Dengan pendidikan

diharapkan kualitas sumber daya manusia dapat berkembang secara optimal

baik kuantitas dan kualitasnya. Pendidikan berati tahapan kegiatan yang

bersifat kelembagaaan yang digunakan untuk menyempurnakan

perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, dan sikap.

Untuk mencapai tujuan pendidikan maka diselenggarakan rangkaian

1
Nuraini Soyomukti, Teori-Teori Pendidikan (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2015).
2
Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Th.2003), IV. (Jakarta: Sinar Grafika, 2011).
3
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakrya,2011), Cet 17, h.10
2

kependidikan secara sengaja, berencana, terarah, berjenjang, dan sistematis

melalui pendidikan formal seperti sekolah.

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi edukatif antara guru dan

siswa. Kegiatan ini berlangsung untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan eduaktif yang

dirancang bertujuan mendukung proses penyerapan ilmu pada siswa dengan

memperhitungkan kejadian ekstrim yang berpengaruh terhadap kejadian intern

siswa. Guru seringkali dihadapkan permasalahan-permasalahan dalam proses

belajar mengajar, yaitu : kemampuan, minat belajar dan latar belakang sosial

siswa. Maka dari itu, hasil belajar tidak hanya tergantung pada apa yang

disampaikan guru, namun bagaimana siswa mengelola informasi yang

diterima. Pada hakikatnya peran seorang guru tidak hanya memberikan

informasi saja namun guru juga harus memiliki jiwa pembimbing dan

melakukan pendekatan pada siswa agar kegiatan pembelajaran menjadi

efektif.

Penggunaan model pembelajaran merupakan salah satu hal yang penting

dalam keberhasilan kegiatan pembelajaran. Faktor penting dalam kegiatan

pembelajaran yaitu minat siswa terhadap pembelajaeran tersebut. Beberapa

faktor yang mempengaruhi minat belajar yaitu media ajar dan sikap guru

dalam mengajar. masih banyak guru yang menggunakan metode pembelajaran

secara lisan karena dianggap lebih mudah dan efisien. Namun, nyatanya

metode tersebut hanya berpusat kepada guru saja, sehingga siswa hanya

mendengarkan yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut rawan membuat


3

siswa menjadi bosan dan mengantuk dalam proses pembelajaran. Sedangkan

pada kurikulum 2013 dituntut untuk proses pembelajaran berpusat pada siswa

dan guru hanya sebagai fasilitator.4 Proses pembelajaran dapat dikatakan

berhasil apabila aspek afektif, aspek kognitif dan aspek psikomotorik dapat

berjalan secara seimbang. Aspek afektif dan aspek motorik hanya dapat

dilakukan dengan interaksi. Aspek-aspek tersebut dapat berjalan seimbang

bisa dipengaruhi oleh minat belajar siswa. Oleh karena itu minat belajar siswa

merupakan salah satu hal terpenting dalam proses pembelajaran untuk

ketercapaian 3 aspek pembelajaran.

Minat belajar yaitu suatu keinginan atau kemauan yang mendorong

seseorang untuk belajar atau untuk berperan aktif dalam suatu pembelajaran.

Dalam pembelajaran minat sangatlah penting dan diharapkan sangat berperan

pada proses pembelajaran, dengan minat belajar dari siswa yang kuat maka

dengan mudah guru dapat memberikan materi pelajaran sehingga tercapailah

tujuan pembelajaran. Kenyatannya minat dalam diri siswa berbeda-beda, ada

yang memiliki minat belajar yang kuat adapula yang kurang. Hal ini

disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhinya salah satunya ialah

mata pelajaran, biasanya siswa sangat aktif dan bersungguh-sungguh dalam

mengikuti pembelajaran pada mata pelajaran yang disukainya, lain halnya

pada mata pelajaran yang kurang disukai biasanya siswa akan bersifat lebih

pasif dalam pembelajaran tersebut.5

4
Ni Nyoman Sukasih, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament
(TGT) Untuk Meningkatkan Minat Belajar PKn,” Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar 2, no. 3 (2018): 224–
229.
5
Lailatul Fadilah, “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES
TOURNAMENT) BERBANTUAN MEDIA PERMAINAN KARTU BELAJAR TERHADAP MINAT BELAJAR
4

Hal ini yang seharusnya menjadi pekerjaan berat bagi guru agar dalam

pembelajaran PKN siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan tertib, aktif

dan senang. Banyak sekali strategi, pendekatan atau model pembelajaran yang

dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dan membuat pembelajaran

menjadi menyenangkan namun tidak keluar dari konteks yang dipelajari

dengan melakukan berbagai aktivitas dan juga permainan yang mengasyikkan.

Karena pada kenyataannya banyak siswa yang kurang menyukai dan

menganggap pelajaran PKN kurang menyenangkan dan lebih cenderung

membosankan. Mata pelajaran PKN merupakan mata pelajaran yang memiliki

banyak teori dan pembahasan. Siswa akan banyak mengalami kesulitan dan

kejenuhan dalam belajar PKN karena cara mengajar guru yang setiap harinya

ceramah tanpa adanya penerapan pendekatan dan model pembelajaran yang

dapat membuat siswa tertarik dan antusias terhadap materi yang disampaikan.

Guru setiap harinya hanya menggunakan pembelajaran berupa metode

pembelajaran secara lisan saja, hal ini menyebabkan pembelajaran yang pasif

dan kurang melibatkan keaktifan siswa pada setiap pembelajaran. Guru juga

jarang sekali membuat pembelajaran yang membuat siswa menjadi aktif dan

antusias untuk mengikuti pembelajaran, biasanya guru hanya mengajarkan

materi yang ada pada buku paket/panduan yang telah ditetapkan saja terlebih

semua pembelajaran dilakukan dengan metode lisan pada setiap harinya.

Selama pembelajaran berlangsung terutama pembelajaran PKN ada beberapa

siswa yang menyimak penjelasan guru dan banyak pula yang merasa bosan,

PADA MATA PELAJARAN PPKn TEMA 4 KELAS 3 SDN DUKUH MENANGGAL 1 SURABAYA,” UNIPA
Surabaya (2020).
5

siswa yang bosan dengan pembelajaran di kelas biasanya akan mengobrol

dengan teman-temannya atau bahkan bercanda ria. Hal ini yang sengaja

dilakukan siswa agar tugas yang diberikan guru tidak secepatkan diselesaikan

di kelas melainkan agar tugas tersebut menjadi pekerjaan rumah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Chima selaku wali kelas III B di

MI Nahdlatul Ulama Waru II Sidoarjo pada bulan November 2023

menunjukkan bahwa ketika proses pembelajaran dikelas berlangsung siswa

tidak tertarik untuk mendengarkan dan mengikuti proses pembelajaran.

Indikasinya yaitu masih banyak siswa yang mengantuk, berbicara dengan

temannya, sibuk bermain sendiri dan sibuk dengan dunianya sendiri. Dari

hasil pengamatan peneliti di MINU WARU II khususnya di kelas 3 mendapati

bahwa mata pelajaran PKN kurang diminati peserta didik karena mata

pelajaran PKN berisi materi yang begitu banyak, serta pemanfaatan media

dalam pembelajaran juga masih kurang, sehingga seringkali membuat siswa

menjadi jenuh. Tak jarang banyak siswa yang tidak memperhatikan saat guru

sedang menerangkan, mereka lebih memilih untuk bermain sendiri. Selain itu,

untuk mengurangi rasa bosan, beberapa siswa lebih memilih izin ke kamar

mandi sejenak dan kembali ke kelas. Sikap ini menunjukan bahwa siswa

kurang minat dan bosan untuk berlama-lama di dalam kelas mengikuti

pembelajaran oleh karenanya mereka keluar kelas agar mendapatkan suasana

yang baru dan tidak membosankan. Hal ini menunjukkan kurangnya minat

dan antusias siswa untuk mengikuti pembelajaran PKN di dalam kelas.


6

Peneliti akan mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT dalam pembelajaran PKN siswa kelas III MINU Waru II Sidoarjo karena

dianggap penerapan metode tersebut efektif digunakan untuk membantu

meningkatkan minat belajar dan keaktifan siswa pada saat proses belajar

berlangsung. Peneliti berharap model kooperatif tipe TGT ini dapat

memberikan pengaruh baik terhadap minat siswa dan keberlangsungan proses

pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka peneliti

tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh Model

Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Berbantuan Media

Pick The Fries Terhadap Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKN

Kelas 3 MINU Waru II Sidoarjo”.

B. Indetifikasi Masalah

Berdasarkan pernyataan latar belakang dan hasil pengamatan pada guru

kelas III MINU WARU 2 SIDOARJO sehingga dalam penelitian ini dapat

dijabarkan beberapa permasalahan yang akan diteliti peneliti antara lain:

1. Penyampaian guru yang masih menggunakan metode ceramah saat

pembelajaran berlangsung pada mata pelajaran PKN.

2. Pembelajaran di kelas masih terpusat pada guru sehingga peserta didik

cenderung bersikap pasif

3. Peserta didik kurang antusias, cenderung ramai sendiri dan tidak

mengerjakan tugas karena pembelajaran bersifat monoton dan kurang

menarik.
7

4. Lemahnya minat belajar dikarenakan peserta didik kurang memahami

materi mata pelajaran PKN.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, permasalahan yang akan diteliti,

dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Penelitian dilaksanakan di kelas III MINU WARU 2 SIDOARJO.

2. Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini yaitu model

pembelajaran kooperatif Tipe TGT dengan berbantuan media Pick The

Fries.

3. Penelitian ini meneliti tentang minat belajar PKN di kelas III MINU

WARU 2 SIDOARJO dengan indikator perasaan senang, ketertarikan,

perhatian, dan keterlibatan peserta didik.

4. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III di MINU WARU II

SIDOARJO.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perbedaan minat belajar siswa setelah diterapkan model

kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) berbantuan media pick the

fries pada mata pelajaran PKN kelas III MINU Waru II Sidoarjo?

2. Bagaimana peningkatan belajar siswa setelah diterapkan model kooperatif

tipe TGT (Team Games Tournament) berbantuan media pick the fries pada

mata pelajaran PKN kelas III MINU Waru II Sidoarjo?

E. Tujuan Penelitian
8

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di paparkan di atas, maka tujuan

dari diadakannya penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui perbedaan minat belajar siswa setelah diterapkan model

kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) berbantuan media pick the

fries pada mata pelajaran PKN kelas III MINU Waru II Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui peningkatan belajar siswa setelah diterapkan model

kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) berbantuan media pick the

fries pada mata pelajaran PKN kelas III MINU Waru II Sidoarjo.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian Model Kooperatif Tipe TGT dengan berbantuan Pick

The Fries dalam pembelajaran PKN diharapkan memperoleh manfaat bagi

semua pihak antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bisa memberikan informasi dan kontribusi ilmiah bagi

para guru mengenai mengenai pelaksanaan pembelajaran menggunakan

model pembelajaran TGT dengan berbantuan media Pick The Fries dalam

meningkatkan minat belajar dan berpikir kritis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman berharga

bagi peneliti selama berproses di bangku perkuliahan. Selain itu, untuk

menambah pengalaman mengenai dunia pendidikan sebagai calon guru


9

atau pendidik sebelum terjun langsung di lapangan terutama dalam aspek

penguasaan materi PPKn serta mengetahui model pembelajaran

kooperatif tipe TGT yang efektif dapat meningkatkan minat belajar bagi

peserta didik. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan

penelitian selanjutnya.

b. Bagi Guru

Dapat mengetahui model pembelajaran yang bervariasi sehingga

dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran yang ada

dikelas sehingga permasalahan yang ada dikelas dapat di minimalisir.

c. Bagi Siswa

Dengan adanya penelitian ini diharapkan agar minat belajar siswa

terhadap mata pelajaran PKN meningkat dibandingkan dengan

sebelumnya. Memberikan suasana pembelajaran yang berbeda yang lebih

menarik dan menyenangkan. Melatih siswa berperan lebih aktif dan

berpartisipasi dalan pembelajaran. Menumbuhkan sikap tanggung jawab

terhadap individu maupun kelompok.

d. Bagi Madrasah

Sebagai masukan pada pihak sekolah yang dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan dalam memacu proses belajar peserta didik.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament)


10

1. Pengertian Model Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai pembelajaran

secara berkelompok. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran

secara kerja sama dalam suatu kelompok kecil yang memiliki kemampuan

dari latar belakang akademik yang berbeda untuk menyelesaikan tugasnya.

Pendapat kelough dalam kasihani berpendapat bahwa pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaan berkelompok, siswa bekerja sama dan

saling membantu dalam menyelesaikan tugasnya saling suport antar

kelompok, karena keberhasilan kelompok tergantung dari anggota

kelompoknya sendiri.6 Menurut Saptono, berpendapat bahwa model

pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang menitik

beratkan pada pengelompokan siswa dengan memperhatikan tingkat

kemampuan akademik yang berbeda dalam kelompok-kelompok kecil

secara kolaboratif dengan struktur yang heterogen.7

Pembelajaran kooperatif tidak hanya sekedar belajar kelompok,

namun terdapat perbedaan yang mendasar. Pada pembelaajaran kooperatif

guru dapat mengelolah kelas dengan efektif serta dalam proses

pembelajaran tidak hanya dari guru, tetapi siswa dapat saling belajar dari

siswa ke siswa yang lainnya. Terdapat empat hal yang penting dalam

pembelajaran kooperatif yaitu (1) terdapat siswa dalam setiap kelompok

(2) terdapat aturan dalam kelompok tersebut (3) adanya pembelajararan

6
Salma Drayatun, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt Untuk Meningkatkan
Aktivitas Dan Motivasi Belajar Siswa Kelas Viid Smp Negeri 1 Kokop,” Jurnal Pena Sains 4, no. 1
(2017).
7
Ibid.
11

secara kelompok (4) terdapat kompetensi/ tujuan yang ingin dicapai secara

bersama dalam kelompok.8

Karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu (1) pembelajaran

dilakukan secara tim. Tim adalah tempat untuk mencapai tujuan bersama.

Sehingga setiap anggota tim harus saling membantu agar tujuan tersebut

tercapai. (2) berdasarkan manajemen kooperatif bahwa pelaksanaan

pembelajaran kooperatif harus dilakukan sesuai dengan rencana,

pembelajaran kooperatif memerlukan rencana yang matang agar proses

pembelajaran berjalan dengan baik. Pembelajaran kooperatif perlu

ditentukan tolak ukur keberhasilan melalui bentuk tes maupun nontes. (3)

keinginan untuk bekerja sama. Keberhasilan dalam pembelajaran

kooperaatif ditentukan oleh kelompok. sehingga tanpa kerja sama yang

baik, maka hasil yang dicapai kurang maksimal. (4) keterampilan untuk

bekerja sama. Kemampuan bekerja sama dipraktikan secara langsung

dalam kegiatan berkelompok. Sehingga perlu dorongan agar siswa mampu

berinteraksi dengan teman sebaya agar tujuan pembelajaran tercapai.9

2. Pengertian Model Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Game

Tournament) adalah pembelajaran secara berkelompok yang melibatkan

8
Robert E Salvin, Cooperative Learning (Bandung: Nusa Media, 2015).
9
and Made Putra. Oktayana Mahardika, I Kadek Dwi, “‘Teams Games Tournament Assisted by
Question Card Increases Student Knowledge Competence in Science Learning.,’” International
Journal of Elementary Education 4, no. 3 (2020): 301.
12

aktivitas peserta didik tanpa adanya perbedaan. Penggunanan model TGT

dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerjasama, dan terlibat belajar

secara langsung dengan teman lainnya. Menurut saco berpendapat bahwa

pembelajaran TGT adalah pembelajaran dengan bermain dengan sesama

anggota tim lainnya untuk memperoleh skor bagi timnya. Permainan dapat

disusun oleh guru dalam bentuk kuis yang berisi pertanyaan yang

berkaitan dengan materi pembelajaran. Rusman berpendapat pembelajaran

TGT dapat dilakukan secara berkelompok dengan kelompok kecil yang

beranggotakan 5 / 6 orang peserta didik secara heterogen yang mampu

mengasah pengetahuan kognitif dan terdapat reward di akhir pembelajaran

sebagi penyemangat dalam sebuahpertandingan. 10

Menurut priansa dalam tujuan model pembelajaran TGT yaitu (1)

meningkatkan kerja sama antar siswa dalam memecahkan masalah (2)

dapat membantu siswa untuk meningkatkan sifat positif dalam belajar (3)

membantu siswa untuk dapat menerima pendapat dari siswa lain (4)

menjadikan siswa lebih aktif dan semangat dalam belajar. 11 Kooperatif

TGT ini tipe pembelajaran yang mudah diterapkan yang melibatkan

seluruh siswa tanpa perbedaan status, siswa berperan sebagai tutor sebaya

dan belajar sambil bermain. Dalam proses pembelajarannya dilakukan

berkelompok dengan teman sejawatnya sehingga membuat siswa aktif

dalam pembelajaran dan menggunakan sistem game akademik.

10
and Sri Harmianto Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, Model-Model Pembelajaran Inovatif
(Bandung: Alfabeta, 2011).
11
Ibid.
13

Pembelajaran TGT ini menggunakan Scholatic Competition yang

artinya setiap individu siswa di dalam satu kelompok bersaing dengan

kelompok lain yang memiliki kapasitas yang sama dalam menilainnya.

Beberapa alat yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu perangkat

pembelajaran (RPP, Buku Teks, LKPD, Kartu permainan, dan lembar

penilaian). Sehingga kompetensi inilah yang membedakkan Model TGT

dengan Model lainnya.12 Model TGT ini dapat mendorong siswa untuk

berkolaborasi dengan temanya sehingga mereka yang memiliki

kemampuan tinggi akan membantu mereka yang kemampuan belajarnya

rendah. Namun dalam hal ini diharapkan bukan hanya melibatkan

penilaian akademik saja yang menajadi hasil satu -satunya. Namun hasil

lainnya seperti kerja sama dan penguasan materi juga menjadi bahan

pertimbangan penilaian.

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games

Tournament)

Menurut slavin dalam terdapat 5 tahapaan dalam pelaksanaan

pembelajaran model TGT yaitu presentasi dikelas / mengajar, belajar

dalam kelompok, game, turnamen dan penghargaan.13

a. Presentasi di Kelas/Mengajar

12
Eka Inda Saputri, “Pengaruh Model Pembelajaran Teams Games Tournament Berbantu Media
Flash Card Terhadap Hasil Belajar Pkn Peserta Didik Kelas V Sdn 2 Waluyojati Pringsewu
Lampung” (2020) 11-19.
13
Krisma Widi Wardani Muhammad Surya Hamdani, Mawardi, “PENERAPAN MODEL
Pembelajaran Tgt Pada Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas 5 Untuk Meningkatkan
Keterampilan Kolaborasi,” Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar 3, no. 4 (2019): 440–447 .
14

Guru menyajikan materi kepada siswa secara langsung di kelas.

Kemudian, menyamoaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

serta menyampaikan tugas yang harus diselesaikan oleh siswa dan

memberikan motivasi kepada siswa.

b. Belajar dalam Kelompok

Setelah guru selesai menyajikan materi, guru membagi siswa

menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri dari 5 siswa

yang bersifat heterogen. Lalu, guru memberikan LKPD kepada setiap

kelompok. Apabila dalam kelompok ada siswa yang mengajukan

pertanyaan maka anggota lain harus menjawabnya. Jika tidak bisa

menjawab maka pertanyaan diajukan kepada guru.

c. Game

Setelah siswa mengerjakan LKPD, dilanjut dengan game. Game ini

dilakukan oleh perwakilan setiap kelompok yang berada di meja yang

telah disediakan. Disetiap meja terdapat nomor soal berisi soal-soal

pertanyaan yang harus dikerjakan oleh peserta didik.

d. Tournament

Kegiatan ini dilakukan pada akhir pekan. Kegiatan ini diikuti oleh

seluruh siswa. Setiap siswa akan ditempatkan di meja turnament

dengan kelompok lain yang memiliki kemampuan setara. Meja

turnamen diurutkan dari tingkatan kemampuan tinggi hingga

kemampuan rendah. Jadi grur harus mampu merancang soal-soal

sesuai dengan tingkat kemampuannya. Tujuan dari permainan ini yaitu


15

untuk mengetahui apakah setiap siswa sudah memahami materi yang

telah dipelajari tadi. Pertanyaan yang diberikan sesuai dengan materi

yang didiskusikan.

e. Penghargaan

Penghargaan diberikan kepada kelompok yang memiliki point

terbanyak dan memenuhi kriteria yang dilihat dari cara kerja dalam tim

tersebut.

Gambar 2. 1 Skema Pembelajaran TGT


4. Kelebihan dan Kelemahan Model TGT (Teams games Tournament)

a. Kelebihan

De Vries dan Slavin memaparkan bahwa model pembelajaran ini

memiliki banyak kelebihan yaitu :14

1) Melatih siswa menyampaikan ide

2) Melatih siswa menghargai pendapat orang lain

3) Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial

4) Proses pembelajaran lebih aktif karena semua siswa terlibat

5) Memotivasi siswa agar lebih giat belajar

14
Firosalia Kristin Wahyu Astuti, “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAMES
TOURNAMENT UNTU MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA,” Jurnal Ilmiah
Sekolah Dasar 1, no. 3 (2017): 155–162.
16

6) Meningkatkan hasil belajar siswa

b. Kelemahan

Sedangkan kelemahan model pembelajaran ini yaitu :15

1) Sulit dalam mengelompokkan siswa yang memiliki kemampuan

heterogen dalam bidang akademik. Hal ini dapat diatasi apabila

guru memegang kendali dalam pemilihan anggota kelompok.

2) Membutuhkan durasi waktu yang cukup lama untuk melakukan

diskusi. Hal tersebut dapat diatasi apabila guru mampu mengelola

kelas dengan baik.

3) Masih ada siswa yang memiliki kemampuan tinggi tapi belum bisa

menjelaskan kepada temannya. Dapat diatasi dengan memberikan

bimbingan kepada siswa tersebut agar dapat membagi

pengetahuannya kepada temannya.

B. Media Pembelajaran Pick The Fries

1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin “medius” yang memiliki arti

tengah, perantara, atau pengantar. Media dalam bahasa Inggris berasal dari

kata “medium” berarti pengantara. Dalam bahasa arab media berasal dari

kata “wasa’il” berarti sarana. Secara istilah media dapat diartikan sebagai

alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari

sumber penerima kepada seseorang.16

15
Ibid.
16
Septy Nurfadhillah, Pengertian Media Pembelajaran, Landasan Fungsi, Manfaat, Jenis-Jenis,
Media Pembelajaran Dan Cara Penggunaan Kedudukan Media Pembelajaran (Sukabumi: CV
Jejak, 2021).
17

Nasional Educatian Asossiation (NEA) mengemukakan bahwa media

merupakan segala sesuatu yang dapat dinikmati oleh indra penglihatan,

didengarkan dibaca, dibicarakan dan dimanipulasi. Media dapat diartikan

juga sebagai alat-alat grafis, foto grafis, atau elektronis, untuk mengelolah

maupun merangkai kembali informasi baik visual maupun non verbal. 17

Menurut Arief S dalam bukunya menyatakan bahwa media merupakan

segala sesuatu yang digunakan dalam menyalurkan pesan dari pengirim ke

penerima pesan sehingga mampu merangsang pikiran, perasaan, minat,

dan perhatian siswa sehingga proses belajar terjadi.18

Dapat disimpulkan dari pemaparan di atas bahwasannya media

merupakan suatu alat komunikasi maupun alat bantu yang digunakan

untuk menyampaikan pesan kepada penerima khususnya pada bidang

pendidikan.

Pembelajaran merupakan suatu aktivitas belajar mengajar yang

diaplikasikan oleh guru dan siswa. Pembelajaran tidak hanya menyalurkan

informamasi atau pengetahuan, tetapi juga terkait pengondisian siswa agar

belajar. pembelajaran dapat dikatakan sebagai suatu hubungan antara siswa

dan guru yang berkaitan erat dengan memberikan informasi, dimana

keberhasilan pembelajaran tidak dapat tercapai apabila hanya salah satu

komponen yang mendukung.19

17
Ibid, 7-8.
18
Hamzah Pagarra and dkk, Media Pembelajaran (Makasar: Badan Penerbit UNM, 2022), 5.
19
Septy Nurfadhillah, Pengertian Media Pembelajaran, Landasan Fungsi, Manfaat, Jenis-Jenis,
Media Pembelajaran Dan Cara Penggunaan Kedudukan Media Pembelajaran, 4-5.
18

Media di MI/SD digunakan oleh guru untuk menyampaikan informasi

kepada siswa berupa bahan ajar agar siswa lebih tertarik dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran digunakan sebagai alat

penyampaian pesan, perangsang pikiran, perhatian dan kemauan siswa

dala mengikuti kegiatan pembelajaran.

Dalam proses belajar mengajar penggunaan media pembelajaran

sangatlah penting untuk meningkatkan minat belajar siswa. Media

pembelajaran bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna.

Dengan adanya instrumen pengantar pesan pembelajaran siswa mengalami

aktivitas baik kognitif maupun psikomotorik dalam proses

pembelajarannya. Sanaky berpendapat bahwa tujuan pembelajaran

merupakan sebagai pengantar materi pembelajaran dari guru untuk

disampaikan kepada siswa secara efisien, mampu meningkatkan

konsentrasi dan efektifitas siswa dalam pembelajaran.

Media pembelajaran merupakan alat penyamapaian meteri secara

verbal yang mampu membantu siswa dalam memahami materi secara

konkrit yang dapat menciptakan pembelajaran bermakna dan bersifat

stundent center.20

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran merupakan suatu alat yang digunakan dalam proses belajar

mengajar dengan adanya komunikasi antara guru dan siswa berlangsung

dengan lancar, sehingga siswa lebih mudah menerima dan memahami

materi yang disampaikan oleh guru.


20
Depdiknas, Media Pembelajaran (Jakarta, 2003).
19

2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Pada dasarnya media pembelajaran memiliki fungsi utama yaitu

sebagai sumber belajar. Selain itu, media pembelajaran berfungsi sebagai

sesuatu yang dapat menarik perhatian siswa, membantu mempercepat

pemahaman siswa, menjadikan siswa lebih produktif dan komunikatif,

serta menghilangkan rasa bosan siswa dalam proses pembelajaran.21

Sedangkan menurut Levie dan Lentz menyatakan bahwa media

pembelajaran khususnya pada media visual memiliki 4 fungsi, sebagai

berikut : 22

a. Atensi, media visual dapat mengarahkan dan menarik perhatian siswa

untuk berkonsentrasi dalam belajar. Siswa mampu berfokus pada isi

materi uang berkaitan dengan arti visual yang disajikan pada materi

pembelajaran.

b. Afektif, media visual dapat mengaktifkan emosional maupun sikap

siswa. Dapat dicontohkan pada informasi yang berkaitan dengan

masalah sosial dan ras.

c. Kognitif, media visual dapat mempercepat tercapainya suatu tujuan

untuk mengingat dan memeahami sebuah informasi atau pesan yang

disampaikan.

21
Peri Ramdani, Media Pembelajaran Animasi (Sukabumi: Farha Pustaka, 2021), 15.
22
Cecep Kustandi and Daddy Darmawan, Pengembangan Media Pembelajaran : Konsep &
Aplikasi Pengembangan Media Pembelajaran Bagi Pendidik Di Sekolah Dan Masyarakat Edisi
Pertama (Jakarta: Kencana, 2020), 16.
20

d. Kompernsatoris, media visual sebagai akomodasi siswa yang lambat

dalam menerima dan memahami isi mater pembelajaran yang

diberikan melalui teks maupun yang diberikan secara verbal.

Secara umum, media pembelajaran memiliki manfaat yaitu sebagai alat

yang dapat memperlancar kegiatan interaksi yang dilakukan oleh guru

kepada siswa yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang bertujuan

agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Menurut Kemp

dan Dayton, manfaat media pembelajaran secara khusus sebagai berikut :23

a. Penyampaian materi pembelajaran diseragamkan

b. Proses pembelajaran lebih menarik dan jelas

c. Menumbuhkan sikap interaktif siswa dalam proses pembelajaran

d. Proses pembelajaran lebih efektif dan efisien baik dalam waktu

maupun tenaga

e. Dapat meningkatkan hasil belajar

f. Proses belajar dapat dilakukan dimana dan kapan saja

g. Dapat meningkatkan sikap positif siwa terhadap materi yang diberikan

dalam proses belajar

h. Membangun posisi guru ke arah yang lebih positif dan produktif.

3. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Secara umum media pembelajaran dikelompokkan menjadi 3, yaitu

sebagai berikut :24


23
Isran Rasyid Karo-Karo and Rohani, “Manfaat Media Dalam Pembelajaran,” Axiom:Jurnal
Pendidikan & Matematika 07, no. 01 (2018): 94.
24
Muhammad Ramli, Media Dan Teknologi Pembelajaran (Banjarmasin: IAIN ANtasari Press,
2012), 17.
21

a. Media Visual, suatu media yang dinikmati oleh indra penglihat atau

yang dapat di lihat.

b. Media Audio, suatu media yang dapat dinikmati menggunakan indra

pendengar atau hanya dapat didengarkan saja.

c. Media audio visual, suatu media yang dapat dinikmati baik oleh indra

penglihat maupun indra pendengar.

4. Pengertian Media Pick The Fries

Media pembelajaran pick the fries termasuk dalam pembelajaran

berbasis visual. Pick the fries ini merupakan pengembangan media

question card. Media ini juga dapat disebut kartu soal merupakan media

visual yang terbuat dari kertas berukutan 10 x 10 cm. Dalam kartu tersebut

berisi pertanyaan terkait materi yang dipelajarinya.

Question card merupakan media pembelajaran visual yang berupa

kertas dan berisi pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang diajarkan.

Penggunaan media question card sebagai sarana dalam proses

pembelajaran yang berfungsi sebagai alat bantu untuk kegiatan

pembelajaran. Untuk mendapatkan poin siswa diminta menjawab

pertanyaan yang ada pada kartu soal tersebut.25

Berliana memaparkan bahwa media question card merupakan salah

satu media inovatif yang dirangcang untuk mendorong siswa agar

berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Question Card

berbentuk kartu dengan gambar atau soal atau permasalahan yang


25
Naniek Kusumawati, “Pengaruh Model Pembelajaran Scrambel Dengan Media Question Card
Terhadap Hasil Belajar IPA SIswa Kelas IV SDN Kertosari II Kabupaten Madiun,” Ibriez:Jurnal
Kependidikan Dasar Islam Berbasis Sains 4, no. 1 (2019): 81.
22

berkaitan dengan materi yang harus dipecahkan atau dijawab oleh siswa

selama proses pembelajaran. Media ini bertujuan untuk mendorong siswa

agar berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah. 26 Dapat

disimpulkan bahwa question card merupakan media visual berupa kertas

yang berisi pertanyaan terkakit materi yang diajarkan yang memiliki

fungsi utama sebagai alat bantu dalam prose pembelajaran.

Pick The Fries merupakan media berbentuk kartu soal yang digulung

dan dimasukkan dalam wadah kentang seperti HFC yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa baik secara individu

maupun berkelompok. Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan

Pick The Fries lebih menyenangkan bila dipadukan dengan permainan.

Media pembelajaran Pick The Fries sangat mudah di buat dan tidak

membutuhkan waktu yang lama. Adapun cara pembuatan media ini yaitu :

1. Menyiapkan templat wadah kentang seperti berikut

Gambar 2. 2 Sketsa Media Pick The Fries

2. Menyiapkan kertas berukuran berukuran 10 x 10 cm.

26
SD Putri, T Subroto, and W Sunarto, “Pengaruh Metode Aktif Team Quiz Berbantuan Question
Card Terhadap Hasil Belajar,” Chemistry In Education 2, no. 1 (2013): 2–3.
23

3. Menyusun pertanyaan-pertanyaan sesuai materi yang diajarkan

4. Pertanyaan-pertanyaan tersebut ditempel pada kertas berukuran 10 x

10 yang telah disiapkan

5. Kartu soal tersebut kemudian digulung menjadi panjang dan kemudian

di susun ke dalam wadah kentang.

Gambar 2. 3 Media Pick The Fries


6. Media pick the fries siap digunakan.

Media tersebut dianggap dapat membantu dan mempermudah guru

dalam melaksanakan pembelajaran dikarenakan penggunaan media ini

sangat praktis digunakan saat pembelajaran. Selain itu, media ini juga

didesain dengan ukuran yang minimalis, sesuai tujuan pembelajaran dan

fleksibel. Media ini dapat mengkonkritkan suatu konsep yang abstrak

menjadi nyata sehingga pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat


24

dipahami oleh siswa dan mampu meningkatkan siswa dalam berfikir

kritis.27

C. Minat Belajar

1. Pengertian Minat Belajar

Slameto mengungkapkan bahwa minat merupakan rasa keterkaitan

dan kesukaan pada kegiatan atau sesuatu tertentu, tanpa adanya paksaan

dari siapa pun. Pengertian lain juga diungkapkan oleh Djamarah bahwa

minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan. Jika seseorang berminat terhadap suatu

aktivitas maka akan memperhatikan aktivitas itu secara seksama dengan

rasa senang. Para ahli mengungkapkan bahwa minat merupakan bagian

dari aspek psikologis manusia yang tampak pada diri mereka dengan

berbagai macam gejala, seperti kecenderungan hati atau ketertarikan,

perasaan bahagia, keinginan, rasa ingin tahu akan sesuatu, dan

partisipasi.28

Perkembangan minat belajar peserta didik menjadi bagian penting.

Peserta didik yang mempunyai minat belajar, antusias tinggi akan lebih

mudah dan cepat dalam mempelajarinya. Kesimpulannya ialah minat

belajar merupakan dorongan dari dalam diri peserta didik agar belajar,

yang nantinya akan menyebabkan perasaan bahagia, antusias tinggi dan

mendatangkan keputusan dalam diri.


27
Nurul Laili, “Pengembangan Permainan Question Card Sebagai Media Pembelajaran Untuk
Meningkatkan Berfikir Kritis Siswa,” Jurnal Ekonomi Dan Pendidikan 16, no. 2 (2020): 61–68.
28
Yulia Pratami Putri and Alpha Galih Adirakasiwi, “Analisis Minat Belajar Siswa Kelas X SMA At-
Taubah Pada Materi SLPTV Dengan Metode Pembelajaran Daring,” Jurnal Cendikia:Jurnal
Pendidikan Matematika 5, no. 3 (2021): 2934–2940.
25

2. Faktor Minat Belajar

Faktor yang mempengaruhi minat belajar dibagi menjadi dua yakni,

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan sesuatu

yang membuat peserta didik berminat, yang asalnya dari diri sendiri.

Faktor internal tersebut antara lain pemusatan perhatian, keingintahuan,

motivasi, dan kebutuhan.29

a. Perhatian dalam belajar yakni konsentrasi atau pemusatan dari semua

aktivitas seseorang yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan

objek belajar.

b. Keingintahuan merupakan sikap atau perasaan yang kuat untuk

mengetahui lebih banyak tentang sesuatu hal.

c. Kebutuhan (motif) yakni keadaan pada diri pribadi seorang peserta

didik yang mendorongnya agar melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

untuk mencapai suatu tujuan.

d. Motivasi merupakan perubahan energi pada diri seorang yang ditandai

dengan munculnya perasaan dan reaksi agar mencapai tujuan.

Sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi minat belajar adalah

keluarga dan sekolah.

3. Indikator Minat Belajar

Darmadi juga mengungkapkan bahwa indikator minat belajar yakni :30

29
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2015).
30
Rizki Nurhana Friantini and Rahmat Winata, “Analisis Minat Belajar Pada Pembelajaran
Matematika,” JPMI (Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia) 4, no. 1 (2019): 6.
26

a. Fokus perhatian, perasaan dan pikiran dari subjek terhadap

pembelajaran disebabkan adanya ketertarikan.

b. Perasaan senang terhadap pembelajaran.

c. Kecenderungan atau kemauan pada diri untuk aktif dalam

pembelajaran agar mendapatkan hasil yang terbaik.

d. Keterlibatan dan partisipasi.

Brown mengatakan indikator minat belajar yaitu ;31

a. Perasaan senang

b. Ketertarikan

c. Perhatian

d. Keterlibatan dalam proses pembelajaran

e. Rajin mengerjakan tugas dan rajin belajar

f. Memiliki jadwal belajar

g. Tekun dan disiplin belajar.

Indikator minat belajar yang dikemukakan oleh safari dapat dijelaskan

sebagai berikut:32

a. Perasaan senang

Peserta didik akan memiliki perasaan senang pada pelajaran

tertentu maka tidak akan timbul perasaan terpaksa untuk belajar.

Perasaan ini juga akan terlihat pada saat mengikuti suatu kegiatan.

31
Avianti Permata Yuniar dan Aan Hendrayana, “Analisis Minat Belajar Siswa Pada Pembelajaran
Matematika Kelas Virtual Di SMA,” TIRTAMATH:Jurnal Penelitian dan Pengajaran Matematika 3
(2021): 80–94.
32
Herlina, Minat Belajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 20-22.
27

Perasaan ini akan tampak dengan berbagai usaha yang dilakukan

untuk menguasai pengetahuan dalam mata pelajaran dan tidak mudah

merasa lelah, dan selalu bersemangat untuk mengikuti pembelajaran.

b. Ketertarikan

Seseorang yang berminat akan suatu pelajaran maka akan

memiliki rasa ketertarikan pada pelajaran tersebut. Orang yang

memiliki rasa ketertarikan akan rajin belajar dan terus memahami

ilmu yang memiliki hubungan dengan bidang tersebut. Ia juga akan

mengikuti pembelajaran dengan penuh semangat dan tanpa ada beban

dalam dirinya.

c. Perhatian siswa

Perhatian adalah aktivitas jiwa atau konsentrasi pada

pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan hal lain dari

pada itu. Peserta didik yang memiliki minat pada objek tertentu, maka

dia akan dengan sendirinya fokus memperhatikan objek tersebut.

Peserta didik akan mudah memahami materi pelajaran dengan

perhatian besar yang diberikan.

d. Keterlibatan peserta didik

Keterlibatan seseorang akan suatu objek yang mengakibatkan

orang tersebut tertarik dan senang untuk mengerjakan atau melakukan

kegiatan dari objek tersebut. Sikap ketekunan dan kerja keras yang

tampak pada diri peserta didik menunjukkan peserta didik tersebut


28

memiliki keterlibatan dalam belajar. Seperti selalu belajar dengan

berusaha dan giat dalam menemukan hal-hal baru yang berhubungan

dengan pelajaran yang diajarkan.

e. Keinginan/kesadaran

Keinginan/kesadaran dimana siswa memiliki minat terhadap suatu

pelajaran dan akan berusaha belajar dengan maksimal atau sebaik-

baiknya. Sehingga siswa mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan

mempunyai kesadaran untuk belajar tanpa ada yang menyuruh

ataupun memaksanya.

Beberapa indikator telah dikemukakan oleh para ahli, indikator yang

digunakan dalam penelitian kali ini adalah indikator yang dikemukakan

oleh Safari yang terdiri dari lima indikator minat belajar yakni perasaan

senang, ketertarikan, perhatian, keterlibatan dan keinginan/kesadaran

peserta didik.

D. Mata Pelajaran PKN

1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Hakikat pendidikan kewarganegaraan di sekolah dasar yaitu sebagai salah

satu program pendidikan yang berasaskan nilai pancasila dalam

mengembangkan dan melestarikan moral dan nilai luhur budaya bangsa

yang mampu menjadi jati diri dan diwujudkan dalam perilaku kehidupan

sehari-hari. Pelajaran yang digunakan dalam pembentukan diri beragam

mulai dari segi ahama, sosbud, bahasa, ras, dan suku bangsa yang fokus
29

pada pembentukan warga negara uang mampu melaksanakan dan

memahami hak dan kewajibannya sebagai warga negara sebagaimana

yang diamanatkan oleh pancasila UUD 1945.33

Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang digunakan

sebagai wadah dalam mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan

moral yang berakar pada budaya Indonesia. Perilaku sehari-hari siswa,

baik secara pribadi maupun sebagai masyarakat diharapkan dapat

mencerminkan nilai luhur dan norma. Selain itu, sebagai usaha untuk

membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang

berhubungan dengan warga negara dan sebagai pendidikan bela negara

dengan tujuan agar siswa menjadi warga negara yang dapat diandalkan

oleh bangsa dan negara.34

Pembelajaran PKN di sekolah dasar menunjukkan bahwa siswa sudah

diajarkan untuk menjadi manusia beradab sejak dini. Manusia beradab

yang dimaksudkan adalah manusia yang dapat mengembangkan dan

melestarikan nilai luhur dan moral dalam bentuk perilaku dikehidupan

sehari-hari. Hal tersebut berdasarkan dengan apa yang dikatakan oleh Nabi

Muhammad Saw dalam haditsnya beliau berkata :

‫ وافضل العمل حفظ احلال‬,‫افضل العمل عمل احلال‬

Syekh Az-Zarmuji menjelaskan bahwa maksud dari hadis tersebut yaitu

untuk memudahkan manusia dalam menuntut ilmu. Wajib bagi manusia


33
Fadlatul Ramdhan Ina Magdalena, Ahmad Syaiful Haq, “Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Di Sekolah Dasar Negeri Bojong 3 Pinang,” Bintang:Jurnal Pendidikan dan Sains
2, no. 3 (2020): 418–430.
34
Suanto Ahmad, Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar (Jakarta: Kencana Prana
Media Group, 2013).
30

untuk menuntut ilmu, namun perlu diperhatikan bahwa ilmu yang wajib

dituntut merupakan ilmu yang dapat bermanfaat atau ilmu yang

memberikan dampak kepada perbuatan atau keadaan yang dihadapinya.

Sebagai contohnya, siswa diajarkan pembelajaran PKN sejak SD bertujuan

agar kelak diusia remaja mampu menerapkan apa yang boleh dilakukan

dan tidak boleh dilakukan, mana hak dan kewajiban. Sehingga mereka

dapat bergaul dengan baik dilingkungan.

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan pembelajaran PKN menurut Depdiknas yaitu untuk

memberikan kompetensi diantaranya :

a. Berpikir kritis, rasional dan kreatif

b. Berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dan bertindak

secara sadar dalam segala kegiatan masyarakat dan bernegara

c. Berkembang secara positif dan demokratis dalam membentuk diri

berdasarkan karakter yang ada

d. Berinteraksi dengan bangsa lain dalam peraturan dunia secara

langsung dengan memanfaatkan TIK.

Sedangkan menurut Maftuh dan Sapriya bahwa, secara umum tujuan

negara mengembangkan PKN yaitu agar setiap warga negara menjadi

warga yang baik (to be good citizens), yaitu menjadi warga negara yang

memiliki rasa bangga dan tanggung jawab (Civies responsibility), dan

mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. Maka dari itu dapat

disimpulkan, pendidikan Kewarganegaraan berorientasi pada penanaman


31

konsep kenegaraan dan juga bersifat implementasi dalam kehidupan

sehari-hari.

3. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

Mata pelajaran PKN memiliki fungsi sebagai sarana dalam

pembentukan peserta didik menjadi warga negara yang memahami dan

dapat melaksanakan hak-hak dan kewajibannya. Selain itu, mampu

berkomitmen setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengen

merefleksikan diri sebagai warga negara yang cerdas, terampil dan

berkarakter sesuai dengan pancasila dan UUD 1945. Pengembangan PKN

SD meliputi bahan ajar yang didalamnya terdapat model-model, strategi,

metode dan pendekatan dalam membantu guru menuangkan kreativitasnya

sebagai fasilitator. Pengembangan suplemen ini berdasarkan prinsip-

prinsip pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan

(PAIKEM). Pprinsip tersebut diaharapkan mempermudah siswa

memahami materi mata pelajaran PKN terutama dalam ranah afektif,

psikomotorik dan kognitif.

Mubarokah mengungkapkan bahwa, fungsi pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai berikut :35

a. Membantu memperoleh pemahaman cita-cita nasional

b. Mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab dalam

menyelesaikan masalah baik pribadi, masyarakat maupun negara.

c. Dapat mengapresiasikan cita-cita nasional

35
A. Mubarokah, Hakikat Dan Fungsi Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan, 2012.
32

d. Membuat keputusan yang cerdas

e. Wadah untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil dan

berkarakter yang setia kepada bangasa dan negara Indonesia.

4. Materi Hak dan Kewajiban

a. Hak

1) Pengertian Hak

Hak merupakan sesuatu yang seharusnya di peroleh. Hak dasar

adalah suatu anugerah yang di berikan Tuhan Yang Maha Esa

kepada hambanya. Hak merupakan kekuasaan seseorang dalam

melakukan sesuatu yang sudah diatur oleh undang-undang.

Contohnya, hak mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan

perlindungan dan lainnya. Sebagaimana yang telah di jelaskan

dalam surat Al-Mujadalah/58:11 tentang pentingnya hak

mendapatkan ilmu pendidikan.


‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء ا ُنٓو ۟ا َذ ا ِقيَل َلُك ْم َتَفَّسُحو۟ا ِفى ٱْل َٰج ِل َفٱْفَس ُحو۟ا َيْفَس ٱُهَّلل َلُك ْم ۖ َو َذ ا ِقيَل ٱنُشُز و۟ا‬
‫ِإ‬ ‫ِح‬ ‫َم ِس‬ ‫َم ِإ‬

‫َفٱنُشُز و۟ا َيْر َفِع ٱُهَّلل ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا ِم نُك ْم َو ٱَّلِذ يَن ُأوُتو۟ا ٱْلِع ْلَم َد َر َٰج ٍتۚ َو ٱُهَّلل ِبَم ا َتْع َم ُلوَن َخ ِبيٌر‬

Artinya :

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan

kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majlis-majlis,” maka

lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.

Dan apabila dikatakan, “Berdililah kamu,” maka berdirilah,

niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang


33

beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu beberapa

derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan.36

Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah akan meninggikan

derajat bagi hambanya yang berilmu diatas orang yang sekedar

beriman. Ditegaskan bahwa mereka memiliki derajat yang berbeda

lumayan jauh. Maksudnya, karena keutamaan ilmu, maka derajat

bagi hamba yang memiliki ilmu akan lebih tinggi dibanding orang

yang beriman saja. Ayat ini menjadi isyarat bahwasannya ilmu

yang dimiliki seseorang memiliki peran yang besar dalam

ketinggian derajat yang dimilikinnya. Maka, ilmu dan iman harus

berjalan secara seimbang.

Soegito berpendapat bahwa pemahaman hak dibedakan sebagai

berikut : 37

a) Hak merupakan salah satu anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa

melekat pada diri hambanya yang bersifat kodrati, universal

dan abadi, dan berkaitan dengan harkat dan martabat manusia.

b) Setiap manusia memiliki hak yang sama tanpa membedakan

jenis kelamin, warna kulit, kebangsaan, agama, usia, dan status

lainnya.

36
Kementrian Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Dan Terjemah (Jakarta: CV Pustaka Jaya Ilmu, 2014).
37
Andi Sugistino Prayoga and dkk, “Efektifitas Pembelajaran Jarak Jauh Dalam Perspektif Hak
Asasi Manusia Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Indonesia,” Jurnal Ilmiah Kajian Pendidikan
Kewarganegaraan 1, no. 1 (2021): 84.
34

c) Hak pada manusia bersifat historis dan dinamis. Maksudnya

yaitu pelaksanaan hak berkembang dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2) Contoh-Contoh Hak

Sebagai manusia tentunya kita berdekatan dengan keluarga,

masyarakat, dan bernegara. Setelah kita melaksanakan kewajiban

kita pastinya mendapatkan hak kita. Adapun contoh-contoh hak

dalam kehidupan sehari-hari yaitu :38

a) Hak di Rumah39

(1) Mendapatkan kasih sayang

(2) Mendapatkan perawatan ayah ibu

(3) Mendapatkan waktu bermain bersama keluarga

(4) Mendapatkan makanan dan minuman

(5) Mendapatkan rumah yang bersih dan rapi

(6) Dicintai, dilindungi, dijaga, dan dihargai

(7) Diperlakukan dengan lembut dan sopan

b) Hak di Sekolah

(1) Mendapatkan nilai dari guru

(2) Menyampaikan pendapat

(3) Memiliki teman

(4) Mendapatkan ilmu pengetahuan

(5) Mendapatkan perlakuan adil di sekolah


38
Iba Muhibba and Lubna Assagaf, Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Tema 4 Kewajiban Dan
Hakku Kelas 3 (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018)1-5.
39
Ibid, 10-140.
35

(6) Mendapatkan kasih sayang dari guru dan teman

(7) Mendapatkan kelas yang bersih dan nyaman

c) Hak di Masyarakat

(1) Mendapatkan tetangga yang baik

(2) Mendapatkan lingkungan yang aman dan tentram

(3) Mendapatkan kesempatan berpendapat

d) Hak sebagai Warga Negara

(1) Memilih agama yang diantunya

(2) Menggunakan jalan

(3) Merayakan hari besar umat beragama

(4) Memiliki kedudukan yang sama

(5) Mendapatkan tempat tinggal yang layak

(6) Mendapatkan perlindungan hukum

(7) Mendapatkan fasilitas kesehatan

b. Kewajiban

1) Pengertian Kewajiban

Kewajiban merupakan segala sesuatu yang harus kita

lakukan sebelum memperoleh hak.40 Apabila kewajiban tidak

dikerjakan atau dilanggar maka akan mendapatkan sanksi bagi

yang melanggarnya. Antara hak dan kewajiban harus berjalan

seimbang. Dimana kita tidak boleh menuntuk hak secara terus

menerus tanpa memenuhi kewajiban.


40
Nurlina Basri, “Meningkatkan Hasil Belajar PKN Materi Hak Dan Kewajiban Di Sekolah Dengan
Menggunakan Metode Pembelajaran Role Playing Siswa Kelas III SD Negeri 26 Kota Ternate,”
Jurnal PENDAS:Pendidikan Dasar 5, no. 1 (2023): 61.
36

2) Contoh-Contoh Kewajiban

Adapun contoh-contoh kewajiban yang harus kita lakukan baik

di keluarga, masyarakat, maupun bernegara.41

a) Kewajiban di Keluarga

(1) Membantu orang tua

(2) Mengerjakan PR

(3) Membantu adik mengerjakan tugas

(4) Mematuhi peraturan rumah

(5) Bekerja sama antar anggota keluarga

b) Kewajiban di Sekolah

(1) Menghormati bapak ibu guru

(2) Menghargai sesama siswa

(3) Menjaga nama baik sekolah

(4) Mengikuti proses pembelajaran dengan tertib

(5) Menjadi siswa yang berprestasi

c) Kewajiban di Masyarakat

(1) Menjaga keamanan dan ketentraman di lingkungan

(2) Menjaga kebersihan lingkungan

(3) Mengikuti kerja bakti

(4) Menghormati seluruh masyarakat

(5) Menjaga toleransi antar umat beragama

(6) Membantu tetangga yang membutuhkan bantuan

41
Prayoga and dkk, “Efektifitas Pembelajaran Jarak Jauh Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia
Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Indonesia. 21”
37

(7) Menjenguk tetangga yang sakit

d) Kewajiban sebagai Warga Negara

(1) Membayar pajak

(2) Mentaati serta menjunjung tinggi dasar pemerinyahan

(3) Turut serta dalam pembangunan bangsa dan negara

(4) Mentaati rambu-rambu lalu lintas

E. Kajian Penelitian yang Relevan

Peneliti mememukan beberapa kajian yang relevan dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti. Adapun penelitian tersebut yaitu :

Pertama, penelitian oleh I Gede gunarta mengenai Pengaruh Pembelajaran

TGT Berbantuan Media Question Card Terhadap Hasil Belajar IPA

menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara

kelompok yang diberikan perlakuan menggunakan model kooperatif tipe TGT

berbantuan media Question Card dan kelompok siswa yang diberikan

perlakuan pembelajaran konvesional. Hal ini dibuktikan dengan hasil

perhitungan statistik pada kelompok eksperimen diperoleh peningkatan

signifikan hingga mencapai 5%. Dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan media Question Card

berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas III SD

dibandingkan dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional.42

Kedua, penelitian oleh Anak Agung Oka Vera Widiani dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran TGT Berbantuan Permainan Tradisional

42
I Gd Gunarta, “Pengaruh Model Pembelajaran TGT Berbantuan Media Question Card Terhadap
Hasil Belajar IPA,” Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran 1 (2018): 2.
38

Terhadap Sikap Sosial dan Hasil Belajar Siswa” menyatakan bahwa 1)

terdapat perbedaan sikap sosial antara siswa yang mengikuti model

pembelajaran TGT berbantuan permainan tradisional dengan siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional. 2) terdapat perbedaan hasil belajar

PKN antara siswa yang mengikuti model pembelajaran TGT berbantuan

permainan tradisional dengan siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional. 3) terdapat perbedaan secara simultan terhadap sikap sosial dan

hasil belajar PKN antara siswa yang mengikuti model pembelajaran TGT

berbantuan permainan tradisional dengan siswa yang mengikuti pembelajaran

konvesional pada siswa kelas II SD.43

Ketiga, Penelitian oleh Slamet Mamanda dan Made Sumantri dengan judul

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Turnament

dengan Menggunakan Media Kartu Cetak untuk Meningkatkan Hasil Belajar”

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada hasil belajar siswa. Hal ini

dibuktikan dengan perhitungan secara klasikal dari 87,80% meningkat

menjadi 90,24%. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif

tipe Teams Games Tournament dengan berbantuan media kartu informasi

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 1 Banjar Jawa pada

mata pelajaran PKN.44

43
K Suarni A.A.O.V. Widiani, W. Lasmawan, “Pengaruh Model Pembelajaran TGT Berbantuan
Permainan Tradisional Terhadap Sikap Sosial Dan Hasil Belajar PKN Siswa,” PENDASI: Jurnal
Pendidikan Dasar Indonesia 04, no. 01 (2020).
44
Made Sumantri Slamet Mamanda, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games Tournament Dengan Menggunakan Media Kartu Cetak Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar,” Journal Of Education Action Research 2, no. 4 (2018).
39

Keempat, Penelitian oleh Dewi Ratnawati, Isnaini Handayani, dan Windia

Hadi dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran PBL Berbantuan Question

Card Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP”

menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dengan menggunakan model

Problem Based Learning berbantuan Question Card terhadap kemampuan

berpikir kritis matematis dengan kriteria sedang.45

Tabel 2. 1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian

No Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Pengaruh Pembelajaran - Model - Variabel y pada

TGT Berbantuan Media pembelajaran penelitian ini

Question Card Terhadap TGT yaitu hasil

Hasil Belajar IPA - Metode penelitian belajar

yang digunakan sedangkan

quasi eksperiment peneliti

menggunakan

minat belajar

siswa.

- Mata pelajaran

pada penelitian

tersebut yaitu

IPA sedangkan

pada penelitian
45
Windia Hadi Dewi Ratnawati, Isnaini Handayani, “Pengaruh Model Pembelajaran PBL
Berbantuan Question Card Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP,” Jurnal
Pendidikan Matematika 10, no. 01 (2020).
40

kali ini yaitu

PKN.

- Tempat

penelitian yang

berbeda yaitu

SD Gugus IV

Kecamatan

Petang dengan

MINU Waru II

Sidoarjo

2. Pengaruh Model - Variabel X : - Variabel Y pada

Pembelajaran TGT model penelitian

Berbantuan Permainan pembelajaran tersebut yaitu

Tradisional Terhadap TGT sikap sosial.

Sikap Sosial dan Hasil - Mata pelajaran Sedangkan

Belajar Siswa yang diteliti yaitu penelitian ini

PKN yaitu minat

- Menggunakan belajar

penelitian quasi - Media yang

ekxperiment digunakan

penelitian

tersebuut adalah

permainan
41

tradisional,

sedangkan pada

penelitian kali

ini

menggunakan

media pick the

fries.

- Subjek pada

penelitian

tersebut yaitu

siswa kelas II

sedangkan pada

penelitian kali

ini yaitu kelas

III

3. Penerapan Model - Variabel X : - Variabel Y pada

Pembelajaran Kooperatif Model penelitian

Tipe Teams Games pembelajaran tersebut yaitu

Turnament dengan TGT hasil belajar,

Menggunakan Media sedangkan pada

Kartu Cetak untuk penelitian kali

Meningkatkan Hasil ini yaitu minat

Belajar belajar.
42

- Metode

penelitian yang

digunakan pada

penelitian

tersebut adalah

Penelitian

Tindakan Kelas,

sedangkan pada

penelitian kali

ini yaitu kuasi

eksperimen.

4. Pengaruh Model - Media yang - Variabel x :

Pembelajaran PBL digunakan hampir PBL dengan

Berbantuan Question sama yaitu TGT

Card Terhadap question card - Variabel Y :

Kemampuan Berpikir - Metode penelitian berpikir kritis

Kritis Matematis Siswa yaitu quasi dengan minat

SMP eksperiment. belajar.

- Subjek

penelitian :

siswa SMP

dengan siswa

SD.
43

F. Kerangka Berpikir

Dalam proses pembelajaran, keterlibatan siswa menjadi salah satu hal

yang penting. Adanya komunikasi 2 arah yang dilakukan oleh guru dan siswa

menjadi suatu hal yang terus diperhatikan. Hal tersebut digunakan untuk

mengetahui keberhasilan dari proses pembelajaran yag dilakukan. Minat

belajar siswa menjadi salah satu prinsip penting yang dapat mencapai

keberhasilan pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi peneliti, diketahui

siswa kelas III MINU Waru 2 memiliki minat belajar yang masih kurang pada

mata pelajaran PKN. Hal tersebut dipengaruhi oleh model dan metode yang

digunakan dalam proses pembelajaran yaitu metode konvensial seperti

ceramah dan tugas saja, hal tersebut membuat siswa merasa bosan dan

mengantuk.

Adapun kerangka berpikir yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Pembelajaran Siswa tidak fokus, mudah bosan,


konvensional mata dan asyik dengan dunianya
pelajaran PKN sendiri saat proses pembelajaran
belrlangsung

Minat belajar siswa


rendah

Penelitian quasi eksperimen


menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT

Minat belajar
meningkat
44

Gambar 2. 4 Bagan Kerangka Berpikir


G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu dugaan atau jawaban sementara terhadap

suatu permasalahan penelitian.46 Sehingga, berdasarkan pernyataan yang telah

peneliti paparkan diatas, maka dapat memunculkan berbagai kemungkinan

yang akan digabungkan dalam hipotesis penelitian. Hipotesis ini akan

disampaikan dalam bentuk pernyataan baru yang didasarkan pada fakta saat

peneliti mengumpulkan informasi. Hipotesis sementara yaitu :

H0 : Tidak terdapat perbedaan minat belajar PKN siswa kelas III MINU Waru

II Sidoarjo yang diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT dengan kelompok siswa yang tidak diberikan perlakuan

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

H1 : Terdapat perbedaan minat belajar PKN siswa kelas III MINU Waru II

Sidoarjo yang diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT dengan kelompok siswa yang tidak diberikan perlakuan

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

46
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode Dan Paradigma Baru (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2012).
45

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian

Quasi Eksperimental Design tipe Nonequivalent Control Grup Design. Jenis

penelitian ini seringkali menjadi pilihan bagi para peneliti dikarenakan metode

penelitian ini merupakan yang paling produktif dan menghasilkan bukti

dengan tepat dan baik.47 Desain yang digunakan memberikan perlakuan (X)

pada kelompok eksperimen dan untuk kelompok kontrol tidak diberi

perlakuan. Pada kelompok eksperimen peserta didik diberi perlakuan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, sedangkan pada kelas

kontrol diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional. Selanjutnya

47
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2010).
46

dilakukan pengukuran minat belajar PKN dengan memberikan pretest dan

posttes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut desain penelitian :

Rumus 3. 1 Desain Penelitian


O1 : Kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan (pretest)

O2 : Kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan (posttest)

X : Perlakuan menggunakan model kooperatif tipe TGT

… : Perlakuan menggunaka metode konvensional

O3 : Kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan (pretest)

O4 : Kelas kontrol setelah diberi perlakuan (Posttest)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas III A dan III B MINU Waru II

Sidoarjo yang terletak di Jalan Jenderal S. Parman V, Krajan Kulon,

Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran

2023/2024.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Sugiyono mengatakan bahwa populasi merupakan daerah generalisasi

yang terdiri dari objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik

tertenntu yang diidentifikasi oleh peneliti, yang kemudian diambil


47

kesimpulan.48 Subjek dari penelitian ini yaitu siswa kelas 3 MINU Waru II

Sidoarjo tahun ajaran 2023/2024 dengan populasi dari dua kelas yaitu

kelas III A dan III B. Berikut tabel populasi penelitian :

Tabel 3. 1 Populasi Penelitian

Jumlah Siswa

Kelas L P Jumlah/kelas Jumlah

III A 14 11 25

III B 16 9 25 50

Jumlah 30 20

2. Sampel

Menurut Sugiono, sampel terdiri dari jumlah populasi dan

karakteristiknya. Sedangkan menurut Arikunto sampel yaitu metode

pengumpulan data dimana hanya sebagian kecil populasi yang akan di

teliti.49 Sampel memiliki dua makna yaitu pertama, setiap populasi harus

memiliki peluang untuk terambil sebagai unit dan kedua, besar sampel

harus mencukupi sebagai gambaran populasi.

Sampel merupakan representasi dari populasi yang diteliti. Peneliti

menggunakan teknik purposive sampling, dimana sampel dipilih dari

populasi sesuai dengan keinginan mereka. Teknik purposive sampling

bertujuan untuk mengumpulkan sampel secara sengaja, dengan kelas-kelas


48
Furqan Najib, Pengaruh Penggunaan Media Game Edukatif Wordwall Terhadap Kemampuan
Daya Ingat Mata Pelajaran IPA Pada Siswa Kelas 4 MINU Waru II Sidoarjo (Skripsi-Universitas
Islam Negeri Sunan AMpel Surabaya, 2023).
49
Suharsimi Arikunto, Prosedure Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2013).
48

yang dipilih memiliki kemampuan awal yang sama. 50 Sampel dalam

penelitian ini adalah terdiri dari 25 siswa kelas III A sebagai kelas kontrol

dan 25 siswa dari kelas III B sebagai kelas eksperimen.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas (x) dapat disebut dengan variabel independent,

merupakan variabel yang mempengaruhi dan menjadi sebab adanya

perubahan pada variabel terikat (dependent).51 Variabel bebas dalam

penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Team Group Turnament) yang membantu guru dalam mengaitkan

pembelajaran dan materi ajar dengan keadaan di dunia nyata yang

disajikan dalam bentuk permainan yang menarik, sehingga memancing

minat siswa terhadap pembelajaran dan mempermudah siswa memahami

dan mengingat materi PKN kelas III. Proses ini dilakukan agar siswa lebih

tertarik dan lebih berminat dalam mengikuti pembelajaran.

2. Variabel Terikat (y)

Variabel terikan (y) biasa disebut juga variabel dependent yang

merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel

bebas (x), seperti faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk

menentukan adanya akibat dari variabel bebas (independent).52 Variabel

terikat dalam penelitian ini yaitu minat belajar siswa kelas III MINU Waru

50
Rahmi Ramadhani and Nuraini Sri Bina, Statistika Penelitian Pendidikan : Analisis Perhitungan
Matematis Dan Aplikasi SPSS (Jakarta: Kencana Prana Media, n.d.).
51
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
52
Syafrida Hafni Sahir, Merodologi Penelitian (Jogjakarta: Penerbit KBM Indonesia, 2021).
49

II Sidoarjo. Minat belajar dapat diukur melalui beberapa indikator

diantaranya perasaan senang siswa, ketertarikan siswa, perhatian siswa,

dan keterlibatan siswa. Peneliti menggunakan angket sebagai alat ukur

yang digunakan dalam mengukur minat belajar siswa. Variabel terikat

dalam penelitian ini mengarah kepada minat belajar siswa pada daat proses

berlangsungnya pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe TGT

(Team Group Turnament).

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik dan instrumen merupakan suatu cara atau alat yang digunakan

peneliti dalam mengumpulkan data sebagai salah satu bagian yang pentin

dalam melakukan suatu penelitian. Teknik dan instrumen merupakan satu

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan metode penelitian. 53 Teknik dan

instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

diantaranya:

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Angket

Hadjar berpendapat bahwa aangket (questionary) merupakan suatu

daftar pernyataan atau pertanyaan tentang suatu topik tertentu yang

diberikan kepada subjek, baik dilakukan secara individu maupun

kelompok. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tertentu

seperti prefensi, keyakinan, minat dan perilaku.54

53
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, ed. CV Pusaka Setia (Bandung, 2011).
54
Syahrum and Salim, Metodologi Penelitian Kuantitatif, ed. Rusydi Ananda (Bandung:
Citapustaka Media, 2014).
50

Sugiyono menyatakan bahwa angket merupakan suatu teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Penyebaran

angket dilakukan dengan tujuan agar mendapatkan jawaban atas

pertanyaan penelitian yang digunakan untuk memecahkan masalah

penelitian.55

Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

memberikan sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab sesuai dengan indikator setiap variabel yang

sesuai dengan kriteria dalam penelitian yang dilakukan dengan tujuan

untuk mendapatkan informasi.

Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengukur minat

belajar siswa dalam pembelajaran PKN. Angket ini berisi pertanyaan

positif dan negatif tentang minat belajar pada mata pelajaran PKN.

Angket di berikan dengan 20 pertanyaan yang dikerjakan dengan

memberikan tanda centang (√) pada kolom jawaban yang telah

disediakan. Pada setiap butir jawaban angket memiliki 5 alternatif

jawaban yaitu56 :

1) Sangat tidak setuju, apabila responden merasa tidak sependapat

dengan pernyataan yang diberikan.

2) Tidak setuju, apabila responden tidak sependapat dengan

pernyataan yang diberikan.

55
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
56
Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013).
51

3) Ragu-ragu, apabila responden merasa ragu-ragu dengan pernyataan

yang telah diberikan.

4) Setuju, apabila responden merasa hanya setuju dengan pernyataan

yang telah diberikan.

5) Sangat setuju, apabila responden merasa sangat setuju dan

sependapat dengan pernyataan yang telah diberikan.

Pengukuran minat belajar PKN dalam penelitian ini menggunakan

aturan skorsing. Aturan skorsing instrumen minat belajar dalam

penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 3. 2 Aturan Skorsing Instrumen Minat Belajar

Sangat
Sangat Ragu- Tidak
Pernyataan Setuju Tidak
Setuju Ragu Setuju
Setuju

Positif (+) 5 4 3 2 1

Negatif (-) 1 2 3 4 5

b. Dokumentasi

Menurut KBBI dokumentasi merupakan suatu proses

pengumpulan, pengelolahan, pemilihan dna penyimpanan informasi

dibidang pengetahuan.57 Dalam penelitian ini dokumentasi yang

digunakan berupa foto dan video selama proses penelitian

berlangsung.

57
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2015).
52

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati. Menurut Sugiyono,

instrumen penelitian adalah alat bantu bagi peneliti dalam menggunakan

metode pengumpulan data. Penelitian kali ini memilih metode penelitian

berupa observasi, wawancara, angket dan dokumentasi.58

Tabel 3. 3 Instrumen Pengumpulan Data

No Teknik Jenis Data

Pengumpulan Instrumen

Data

1 Angket Butir Angket Minat belajar siswa terhadap

pembelajaran PKN

2 Dokumentasi RPP, data File dan foto

siswa kelas III

dan guru.

a. Lembar Angket Minat Belajar

Angket ini diberikan untuk mengukur minat belajar matematika

peserta didik. Berikut ini kisi - kisi pada angket minat belajar:59

58
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
59
Umi Kalsum, Upaya Peningkatan dan Hasil Belajar Matematika Materi Luas Bangun Ruang
dengan Media Bangun Ruang Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 002 Bengkong Semester 2 Tahun
Pembelajaran 2021/2022, (Jember: CV RFM Pramedia Jember, 2022), 19.
53

Tabel 3. 4 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar

Indikator Item Jumlah

+ -

Perasaan senang 2 3 5

Ketertarikan 1 2 3

Perhatian dalam 5 4 9

belajar

Partisipasi dalam 2 2

pembelajaran

Keinginan/ 1 1

kesadaran dalam

belajar

Jumlah 11 9 20

Kriteria Penelitian :

STS = Sangat tidak setuju

TS = Tidak setuju

RR = Ragu-ragu
54

S = Setuju

SS = Sangat Setuju

F. Validitas dan Reabilitas Instrumen

1. Uji Validitas

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan validitas terhadap

instrument. Instrument yang di uji coba harus menunjukkan kesesuaian

pada aspek yang ingin diuji. Validitas merupakan alat ukur yang

menunjukkan sejauh mana apa yang ingin diukur. Hasil validitas diukur

menggunakan uji validitas isi dan validitas konstruksi. Validitas isi dengan

exspert judgment (dosen ahli dalam validasi angket minat belajar) dimana

validasi isi ini bersifat subjektif dari expert yang menilai, oleh karena itu

sejauh mana kesepakatan penilaian dari expert dapat mendukung tujuan

pengukuran pada instrument yang berfungsi secara valid. Validitas

konstruk dilakukan untuk mengetahui scara empiris kemampuan

instrumen untuk menafsirkan konstruk teoritik yang mendasari disusunnya

instrument tersebut. Instrument yang akan digunakan pada penelitian ini

adalah angket minat belajar PKN dengan menggunakan 5 indikator minat

belajar yaitu: perasaan senang, ketertarikan, perhatian siswa, partisipasi,

dan keinginan/kesadaran dalam belajar. Kelima indikator tersebut menjadi

faktor dalam Menyusun instrument minat belajar PKN.

2. Uji Reliabilitas
55

Reliabilitas merupakan alat ukur untuk mengetahui sejauh mana hasil

pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau

lebih pada gejala yang sama dengan alat ukur yang sama. 60 Setelah uji

coba instrumen dengan uji validasi, langkah selanjutnya yakni uji

reliabilitas. Uji reliabilitas instrument menggunakan Alpha.

Relibel dalam bahasa artinya dapat dipercaya. Secara umum

menyatakan bahwa penelitian harus realibel, reliabilitas dibagi menjadi

dua yakni relibilitas eksternal dan relibilitas internal. Diuji dengan

menggunakan rumus Alpha Cronbach digunakan untuk mencari relibilitas

instrument yang skornya 1 dan 0, seperti angket atau soal berbentuk

uraian. Adapun rumus Alpha Cronbach yang digunakan yaitu:

Rumus 3. 2 Rumus Alpha Cronbach


G. Teknik Analisi Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian perlu

digunakan analisi statistic deskriptif dan inferensial. Pada penelitian ini data

yang terkumpul berupa nilai pretest dan posttest yang dijadikan sebagai bahan

perbandingan dalam mengukur sebuah pengaruh model pembelajaran

kooperatif tipe TGT.61 Pengukuran yang diujikan berdasarkan hasil secara

murni dengan melihat perbedaan nilai awal saat pre-test dan nilai akhir saat

60
Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dengan Perbandingan Perhitungan Manual Dan SPSS, 55
61
Albi Anggito, Metode Penelitian Kualitatif (Jawa Barat: CV Jejak, 2018)
56

post-test. Pengujian perbedaan nilai hanya dilakukan terhadap rata - rata kedua

nilai saja, dan untuk keperluan itu digunakan teknik yang disebut dengan uji-t

(t-test). Langkah – Langkah analisis data eksperimen dengan model

eksperimen Nonequivalent Control Group Desaign adalah dengan melakukan

analisis statistik inferensial.

Sedangkan analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis

penelitian dengan menggunakan uji-t. Jenis uji t yang digunakan dalam

penelitian ini adalah jenis Independent T-Test, karena peneliti akan

menghitung perbedaan rata - rata dari kelompok eksperimen dan control.

Selain itu uji-t bertujuan untuk mengidentifikasi apakah terdapat peningkatan

sebelum dan sesudah diberikan perlakuan terhadap kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Namun pelaksanaan uji ini dilakukan setelah perlakuan uji

normalitas dan uji homogenitas. Berikut penjelasan kedua uji tersebut

diantaranya, yaitu :

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data dari subjek

penelitian yang terdistribusi normal atau tidak. Jika berditribusi normal

maka menggunakan metode parametrik atau uji homogenitas. Jika data

tidak berditribusi normal maka menggunakan Uji perbedaan dua rata – rata

(Uji-t), Statistik Non Parametrik dan Uji Mann – Whitney (U-test).62

62
Priati Assiroj, Rasona Akbar, and Bobby Briando, Statistika Dasar (BPSDM KUMHAM
PRESS, 2022).
57

Uji Normalitas pada penelitian ini menggunakan Shapiro Wilk yang

diujikan pada pretest-posttest pada kelas eksperimen dan kontrol. Uji

Shapiro Wilk digunakan karena jumlah data kurang dari 50. Adapun

kriteria yang digunakan dalam mengambil keputusan uji normalitas yakni

sebagai berikut :

1. Apabila nilai signifikansi (sig) > 0,05 maka data memiliki distribusi

normal.

2. Apabila nilai signifikansi (sig) < 0,05 maka data memiliki distribusi

tidak normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data pada

sampel yang mewakili populasi homogen dengan populasi tersebut. Uji

homogenitas merupakan uji statistik yang dikatakan mampu

memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari

populasi yang memiliki varian yang sama.

Jenis uji homogenitas yang digunakan adalah uji lavene’s test. Uji ini

digunakan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar jenis varian yang

berbeda dari dua data kelompok yang didapatkan baik dari kelompok

eksperimen dan kelompok control.63 Melalui hasil pengujian homogenitas

dapat diketahui adakah kesamaan antara dua kelompok yang berbeda

63
Eviana Hikamudin, Diana Suzana Mandar, and Suprananto, Modul Ajar Statistika Terapan (Pusat
Asesmen Pendidikan, BSKAP, Kemendikbudristek, 2023).
58

setelah melakukan pengujian data yang terindikasi berbeda Kriteria yang

digunakan dalam mengambil keputusan uji homogenitas, yakni sebagai

berikut :

1. Apabila nilai signifikansi (sig) pada based on mean > 0,05 maka data

dinyatakan homogen.

2. Apabila nilai signifikansi (sig) pada based on mean < 0,05 maka data

dinyatakan tidak homongen.

3. Uji T

Setelah prasyarat uji-T terpenuhi, kemudian dilakukan Uji-T untuk

menentukan apakah data memiliki perbedaan yang signifikan di tingkat

probabilitas pilihan. Uji-T pada penelitian ini menggunakan uji-T untuk

dua sampel independent. Uji-T dua sampel independent merupakan uji

static parametrik yang digunakan untuk membandingkan rata-rata dua

kelompok sampel yang berbeda.64 Contohnya uji-T dapat digunakan untuk

membandingkan minat belajar peserta didik yang menggunakan model

kooperatif tipe TGT (Team Group Tournament) pada kelas eksperimen (III

B) dan tidak menggunakan model kooperatif tipe TGT (Team Group

Tournament) kelas control (III A).

64
Jarnawi Afgani Dahlan, Pengantar Statistika (Perpustakaan UT,2020).
59

DAFTAR PUSTAKA

A. Mubarokah. Hakikat Dan Fungsi Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan, 2012.

A.A.O.V. Widiani, W. Lasmawan, K Suarni. “Pengaruh Model Pembelajaran

TGT Berbantuan Permainan Tradisional Terhadap Sikap Sosial Dan Hasil

Belajar PKN Siswa.” PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 04, no.

01 (2020).

Arikunto, Suharsimi. Prosedure Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

PT. Rineka Cipta, 2013.

Avianti Permata Yuniar dan Aan Hendrayana. “Analisis Minat Belajar Siswa

Pada Pembelajaran Matematika Kelas Virtual Di SMA.”

TIRTAMATH:Jurnal Penelitian dan Pengajaran Matematika 3 (2021): 80–

94.
60

Basri, Nurlina. “Meningkatkan Hasil Belajar PKN Materi Hak Dan Kewajiban Di

Sekolah Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Role Playing Siswa

Kelas III SD Negeri 26 Kota Ternate.” Jurnal PENDAS:Pendidikan Dasar 5,

no. 1 (2023): 61.

Burhan Burgin. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prana Media, 2010.

Depdiknas. Media Pembelajaran. Jakarta, 2003.

Dewi Ratnawati, Isnaini Handayani, Windia Hadi. “Pengaruh Model

Pembelajaran PBL Berbantuan Question Card Terhadap Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP.” Jurnal Pendidikan Matematika 10,

no. 01 (2020).

Eka Inda Saputri. “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES

TOURNAMENT BERBANTU MEDIA FLASH CARD TERHADAP

HASIL BELAJAR PKN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2

WALUYOJATI PRINGSEWU LAMPUNG” (2020).

Friantini, Rizki Nurhana, and Rahmat Winata. “Analisis Minat Belajar Pada

Pembelajaran Matematika.” JPMI (Jurnal Pendidikan Matematika

Indonesia) 4, no. 1 (2019): 6.

Furqan Najib. Pengaruh Penggunaan Media Game Edukatif Wordwall Terhadap

Kemampuan Daya Ingat Mata Pelajaran IPA Pada Siswa Kelas 4 MINU

Waru II Sidoarjo. Skripsi-Universitas Islam Negeri Sunan AMpel Surabaya,

2023.
61

Herlina. Minat Belajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

I Gd Gunarta. “Pengaruh Model Pembelajaran TGT Berbantuan Media Question

Card Terhadap Hasil Belajar IPA.” Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran 1

(2018): 2.

Ina Magdalena, Ahmad Syaiful Haq, Fadlatul Ramdhan. “Pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Dasar Negeri Bojong 3 Pinang.”

Bintang:Jurnal Pendidikan dan Sains 2, no. 3 (2020): 418–430.

Karo-Karo, Isran Rasyid, and Rohani. “Manfaat Media Dalam Pembelajaran.”

Axiom:Jurnal Pendidikan & Matematika 07, no. 01 (2018): 94.

Kustandi, Cecep, and Daddy Darmawan. Pengembangan Media Pembelajaran :

Konsep & Aplikasi Pengembangan Media Pembelajaran Bagi Pendidik Di

Sekolah Dan Masyarakat Edisi Pertama. Jakarta: Kencana, 2020.

Kusumawati, Naniek. “Pengaruh Model Pembelajaran Scrambel Dengan Media

Question Card Terhadap Hasil Belajar IPA SIswa Kelas IV SDN Kertosari II

Kabupaten Madiun.” Ibriez:Jurnal Kependidikan Dasar Islam Berbasis

Sains 4, no. 1 (2019): 81.

Lailatul Fadilah. “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) BERBANTUAN MEDIA

PERMAINAN KARTU BELAJAR TERHADAP MINAT BELAJAR PADA

MATA PELAJARAN PPKn TEMA 4 KELAS 3 SDN DUKUH

MENANGGAL 1 SURABAYA.” UNIPA Surabaya (2020).


62

Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Edited by CV Pusaka Setia. Bandung,

2011.

Muhammad Surya Hamdani, Mawardi, Krisma Widi Wardani. “PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA PEMBELAJARAN TEMATIK

TERPADU KELAS 5 UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN

KOLABORASI.” Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar 3, no. 4 (2019): 440–447.

Muhibba, Iba, and Lubna Assagaf. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Tema

4 Kewajiban Dan Hakku Kelas 3. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2018.

Ni Nyoman Sukasih. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams

Game Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Minat Belajar PKn.” Jurnal

Ilmiah Sekolah Dasar 2, no. 3 (2018): 224–229.

Nuraini Soyomukti. Teori-Teori Pendidikan. Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2015.

Nurul Laili. “Pengembangan Permainan Question Card Sebagai Media

Pembelajaran Untuk Meningkatkan Berfikir Kritis Siswa.” Jurnal Ekonomi

Dan Pendidikan 16, no. 2 (2020): 61–68.

Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2015.

Oktayana Mahardika, I Kadek Dwi, and Made Putra. “‘Teams Games Tournament

Assisted by Question Card Increases Student Knowledge Competence in

Science Learning.’” International Journal of Elementary Education 4, no. 3

(2020): 301.
63

Pagarra, Hamzah, and dkk. Media Pembelajaran. Makasar: Badan Penerbit UNM,

2022.

Prayoga, Andi Sugistino, and dkk. “Efektifitas Pembelajaran Jarak Jauh Dalam

Perspektif Hak Asasi Manusia Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Indonesia.”

Jurnal Ilmiah Kajian Pendidikan Kewarganegaraan 1, no. 1 (2021): 84.

Putri, SD, T Subroto, and W Sunarto. “Pengaruh Metode Aktif Team Quiz

Berbantuan Question Card Terhadap Hasil Belajar.” Chemistry In Education

2, no. 1 (2013): 2–3.

Rahmi Ramadhani and Nuraini Sri Bina. Statistika Penelitian Pendidikan :

Analisis Perhitungan Matematis Dan Aplikasi SPSS. Jakarta: Kencana Prana

Media, n.d.

Ramdani, Peri. Media Pembelajaran Animasi. Sukabumi: Farha Pustaka, 2021.

Ramli, Muhammad. Media Dan Teknologi Pembelajaran. Banjarmasin: IAIN

ANtasari Press, 2012.

RI, Kementrian Agama. Mushaf Al-Qur’an Dan Terjemah. Jakarta: CV Pustaka

Jaya Ilmu, 2014.

Robert E Salvin. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media, 2015.

Salma Drayatun. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt Untuk

Meningkatkan Aktivitas Dan Motivasi Belajar Siswa Kelas Viid Smp Negeri

1 Kokop.” Jurnal Pena Sains 4, no. 1 (2017).

Septy Nurfadhillah. Pengertian Media Pembelajaran, Landasan Fungsi, Manfaat,


64

Jenis-Jenis, Media Pembelajaran Dan Cara Penggunaan Kedudukan Media

Pembelajaran. Sukabumi: CV Jejak, 2021.

Slamet Mamanda, Made Sumantri. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Teams Games Tournament Dengan Menggunakan Media Kartu Cetak

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar.” Journal Of Education Action Research

2, no. 4 (2018).

Suanto Ahmad. Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta:

Kencana Prana Media Group, 2013.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan

R&D. Bandung: Alfabeta, 2010.

———. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2015.

Syafrida Hafni Sahir. Merodologi Penelitian. Jogjakarta: Penerbit KBM

Indonesia, 2021.

Syahrum and Salim. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Edited by Rusydi Ananda.

Bandung: Citapustaka Media, 2014.

Syaodih, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya,

2013.

Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, and Sri Harmianto. Model-Model

Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta, 2011.

Wahyu Astuti, Firosalia Kristin. “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

TEAM GAMES TOURNAMENT UNTU MENINGKATKAN


65

KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA.” Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar

1, no. 3 (2017): 155–162.

Yulia Pratami Putri and Alpha Galih Adirakasiwi. “Analisis Minat Belajar Siswa

Kelas X SMA At-Taubah Pada Materi SLPTV Dengan Metode Pembelajaran

Daring.” Jurnal Cendikia:Jurnal Pendidikan Matematika 5, no. 3 (2021):

2934–2940.

Zainal Arifin. Penelitian Pendidikan Metode Dan Paradigma Baru. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2012.

Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Th.2003). IV. Jakarta: Sinar Grafika,

2011.

Anda mungkin juga menyukai