Anda di halaman 1dari 62

Penatalaksanaan COVID-19

di IGD dan ICU


Pendahuluan(1)

• Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) disebabkan oleh Severe Acute


Respiratory Syndrome-Corona Virus-2 (SARS-CoV-2), RNA virus dan
sangat menular.
• Transmisi didominasi oleh penyebaran droplet dan kontak langsung
dengan pasien, dibandingkan penyebaran lewat udara (airborne)
yang partikelnya lebih kecil dan bertahan lama di udara.
• Masih belum ada terapi spesifik untuk infeksi COVID-19, terapi
masih berupa suportif termasuk tatalaksana respirasi, terutama pada
kasus berat.
Pendahuluan(2)

• Pasien COVID-19 derajat sedang–berat (15%) à oksigenasi dan


perawatan RS, 5% membutuhkan ICU dan terapi suportif (intubasi
dan ventilasi mekanis).
• Komplikasi (tersering) COVID-19 derajat berat à pneumonia berat.
• Komplikasi (lain) à ARDS, sepsis dan syok septik, kegagalan multi
organ, acute kidney injury dan cardiac injury yang sering terjadi pada
kelompok risiko, seperti usia lanjut (> 50 tahun) dan dengan
komorbid (penyakit kardiovaskular, penyakit paru, diabetes dan
imunosupresi).
Apakah COVID-19 berbahaya?

Pasien COVID-19

31 Agustus 2020 2 September 2020


Normal

RSUP Persahabatan
Apakah COVID-19 berbahaya?

RSUP Persahabatan
11 Agustus 2021
11 Agustus 2021
TRANSMISI
TRANSMISI
Untuk terinfeksi perlu
1.000 VP (Viral Particles)

Bernapas 20 VP/mnt
Berbicara 200 VP/mnt

Batuk 200 juta VP/mnt


Front Public Health. 2020; 8: 383. Published online 2020 Jul 29. doi: 10.3389/fpubh.2020.00383
Sel Target pada Infeksi SARS-CoV-2

https://www.the-scientist.com/news-opinion/receptors-for-sars-cov-2-present-in-wide-variety-of-human-cells-
Classification of COVID-19 Disease States and Potential Therapeutic Targets

J Heart Lung Transplant. 2020;39(5):405-7.


Phases, Clinical Progression, Management and Available Therapies
of COVID-19

Ann Transl Med 2020;8(11):693 | http://dx.doi.org/10.21037/atm-20-3989


PEDOMAN DIAGNOSIS

Rasio N/L >5,8


DEFINISI OPERASIONAL

SUSPEK PROBABLE

KONTAK
KONFIRMASI
ERAT

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
KASUS SUSPEK
Salah satu dari kriteria di bawah ini: *ISPA: demam (> 380C) /
riwayat demam; disertai salah
• ISPA* DAN pada 14 hari terakhir sebelum muncul satu gejala penyakit
gejala ada riwayat perjalanan / tinggal di pernapasan
negara/wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi • Batuk
lokal • Sesak napas
• Salah satu gejala/tanda ISPA* DAN pada 14 hari • Sakit tenggorokan
terakhir sebelum muncul gejala ada riwayat kontak
• Pilek
dengan kasus konfirmasi / probable COVID-19
• Pneumonia ringan-berat
• ISPA berat / Pneumonia berat yang membutuhkan
perawatan di RS DAN tidak ada penyebab lain
berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
KASUS PROBABLE

Tidak dilakukan RT-PCR


Kasus suspek yang
meninggal dengan ATAU
gambaran klinis
meyakinkan COVID-19 RT-PCR 1x negatif dan tidak
dilakukan pemeriksaan ke-2

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
KASUS KONFIRMASI

Dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 dibuktikan dari


pemeriksaan lab RT-PCR
• Kasus Konfirmasi dengan Gejala (Simptomatik)
• Kasus Konfirmasi tanpa Gejala (Asimptomatik)

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
KONTAK ERAT

Riwayat kontak dengan kasus probable / konfirmasi COVID-19

• Kontak tatap muka/berdekatan dalam radius 1 meter + jangka waktu > 15 menit
• Sentuhan fisik langsung (bersalaman, berpegangan tangan, dll)
• Orang yang memberikan perawatan langsung, tanpa menggunakan APD sesuai
standar
• Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian risiko
lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
KLASIFIKASI DERAJAT KEPARAHAN

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
KLASIFIKASI DERAJAT KEPARAHAN

RINGAN SEDANG
• Tanpa bukti pneumonia virus / hipoksia • Remaja / dewasa
• Demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas • Tanda klinis pneumonia (demam, batuk,
pendek, myalgia sesak, takipnea)
• Gejala tidak spesifik: nyeri tenggorokan, • Tanpa pneumonia berat (SpO2 > 93% room
kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual, air)
muntah, anosmia, ageusia à sebelum onset • Anak-anak
gejala pernpasan • Klinis pneumonia tidak berat (batuk / sulit
• Gejala atipikal pada pasien usia tua / napas + napas cepat dan/atau retraksi
immunocompromised dinding dada)
• Tanpa pneumonia berat
Kriteria napas cepat : usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit ;
usia 1–5 tahun, ≥40x/menit ; usia >5 tahun, ≥30x/menit.
Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
(PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia
(PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
KLASIFIKASI DERAJAT KEPARAHAN:
DERAJAT BERAT
Remaja/ Dewasa Anak-Anak

• Tanda klinis pneumonia DAN salah satu • Tanda klinis pneumonia DAN salah satu
• dari dari
• RR > 30 x/menit • Sianosis sentral / SpO2 < 93%
• Distres pernapasan berat • Distres pernapasan berat
• SpO2 <93% room air • Tanda bahaya umum (tidak mampu
menyusui / minum, letargi, penurunan
kesadaran, kejang)
• Napas cepat / tarikan dinding dada /
takipnea
Kriteria napas cepat : usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit ;
usia 1–5 tahun, ≥40x/menit ; usia >5 tahun, ≥30x/menit.

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
(PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia
(PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
KLASIFIKASI DERAJAT KEPARAHAN

KRITIS
Pasien dengan ARDS, sepsis, dan
syok sepsis

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
Klasifikasi Gejala Tanpa Gejala Gejala Ringan Gejala Sedang Gejala Berat

Isolasi Mandiri Isolasi Mandiri Rujuk ke RS Darurat Rujuk ke RS Rujukan


Tindak Lanjut
di Rumah di Rumah

10 sejak timbul 10 sejak timbul 1x PCR negatif + 3


Durasi Isolasi 10 hari tanpa gejala gejala + 3 hari bebas gejala + 3 hari bebas hari bebas gejala
gejala gejala

Pemantauan Lanjut isolasi mandiri


Lanjutan 7 hari

Berdasararkan rekomendasi WHO:


Dalam hal keterbatasan kapasitas pemeriksaan PCR Selesai
atau waktu tunggu terlalu lama. Bila memungkinkan,
tetap lebih baik evaluasi pemeriksaan PCR
Derajat COVID-19
TANPA • Terkonfirmasi, Asimtomatik
GEJALA • Orang Tanpa Gejala
RINGAN Kesadaran : Kompos mentis, Kontak (+)
Hemodinamik stabil (tanpa topangan)
Respirasi : Frekuensi 15-20/m, Otot bantu napas (-),
SpO2 >95%
SEDANG Kesadaran : Kompos mentis, Kontak (+)
Hemodinamik stabil (tanpa/dengan topangan)
Respirasi : Frekuensi 20-25/m, Otot bantu napas (+/-),
SpO2 95% à 93%
BERAT Kesadaran : Apatis à Somnolen, Kontak (+/-)
Hemodinamik tidak stabil
Respirasi : Frekuensi 25-30/m, Otot bantu napas (+/-),
SpO2 93% à 88%
KRITIS Kesadaran Somnolen à Koma, Kontak (-)
Hemodinamik tidak stabil
Respirasi : Frekuensi > 30/m, Otot bantu napas (-),
SpO2 < 88%
Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi COVID-19: Tanpa Gejala

Isolasi dan Pemantauan Non-farmakologis


• Isolasi mandiri di rumah 10 hari sejak • Ukur suhu tubuh 2x sehari
pengambilan spesimen diagnosis • Menggunakan masker jika keluar kamar
• Dipantau oleh petugas FKTP • Cuci tangan
• Kontrol di FKTP setelah 10 hari karantina • Jaga jarak
• PCR follow up dilakukan pada hari ke 11/12 • Terapkan etika batuk
• Cuci alat makan-minum segera dengan
sabun
• Jika terjadi peningkatan suhu tubuh > 380C à
lapor petugas ke FKTP

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi COVID-19: Tanpa Gejala
(Farmakologi)

• Vitamin C dengan pilihan:


• Vitamin C non-acidic 3-4x500mg (14 hari)
• Tablet hisap vitamin C 2x500mg (30 hari)
• Multivitamin dengan kandungan viamin C 1-2 tabler perhari (30 hari)
• Komorbid (+) à lanjutkan pengobatan
• Rutin meminum ACE-inhibitor dan ARB à konsultasi ke SpPD / SpJP
• Obar dengan sifat antioksidan
• Obat suportif lainnya

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi COVID-19: Gejala Ringan

Isolasi dan Pemantauan Non-farmakologis

• Isolasi mandiri di rumah selama • Sama dengan pasien tanpa gejala


maksimal 10 hari sejak muncul gejala + 3
hari bebas gejala demam dan gangguan
pernapasan
• Dipantau oleh petugas FKTP
• Kontrol di FKTP setelah masa isolasi
selesai
• PCR follow up dilakukan pada hari ke
11/12

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi COVID-19: Gejala
Ringan (Farmakologi)
• Vitamin C dengan pilihan: • Antivirus (salah satu di bawah ini)
• Vitamin C non-acidic 3-4x500mg (14 hari) • Oseltamivir (Tamiflu) 2x75mg 5-7 hari
• Tablet hisap vitamin C 2x500mg (30 hari) • Kombinasi lopinavir + ritonavir (Aluvia)
• Multivitamin dengan kandungan viamin C 1-2 2x400/100mg 10 hari
tabler perhari (30 hari)
• Favipiravir (Avigan) 2x600mg 5 hari
• Dianjurkan konsumsi vitamin C, B, E, zink
• Klorokuin fosfat 2x500mg (5-7 hari) atau
• Azitromisin 1x 500mg selama 5 hidroksiklorokuin 1x400mg (5-7 hari) diberikan jika
hari rawat inap dan tidak ada kontraindikasi
• Terapi simptomatik
• Pengobatan komorbid/komplikasi
• Obat suportif
Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi COVID-19: Gejala Sedang

Isolasi dan Pemantauan Non-farmakologis


• Rujuk ke RS dengan perawatan COVID-19/ RS • Istirahat total, berikan kalori dan hidrasi yang
darurat COVID-19 adekuat, cek keseimbangan elektrolit, terapi
• Isolasi di RS perawatan COVID-19/RS darurat oksigen
COVID-19 • Pemeriksaan darah perifer lengkap dengan
• PCR swab sesuai jadwal hitung jenis. Pantau CRP, fungsi ginjal, fungsi
hati dan foto toraks

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi COVID-19: Gejala Sedang
(Farmakologi)
• Vitamin C 3x200-400mg dalam 100cc NaCl Oseltamivir (Tamiflu)
2x75mg (5-7 hari)
0.9% habis dalam 1 jam IV ATAU
Kombinasi lopinavir + ritonavir (Aluvia)
Klorokuin fosfat Azitromisin 2x400/100mg (10 hari)
2x500mg 1x500mg IV/oral ATAU
(5-7 hari) (5-7 hari) Favipiravir (Avigan)
ATAU ATAU Hari 1: Loading dose 2x1600mg
Hidroksiklorokuin Hari 1: Levofloksasin Hari 2-5: 2x600mg
2x400mg dilanjutkan 1x400mg (curiga infeksi bakteri) ATAU
(5-7 hari) 1x750mg IV/oral (5-7 hari) Remdesivir
200mg IV drip/3 jam
1x100mg IV drip/3 (9-13 hari)

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi COVID-19: Gejala Sedang
(Farmakologi)

• Antikoagulan LMWH/UFH sesuai pertimbangan DPJP


• Pengobatan simptomatis
• Pengobatan komorbid/komplikasi

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
(PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN),
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI
COVID-19: GEJALA BERAT/KRITIS

Isolasi & Pemantauan


• Di ruang isolasi RS Rujukan / rawat secara kohorting
• PCR swab sesuai jadwal
Non Farmakologis
• Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi, O2
• Pantau: DPL, hitung jenis, CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, hemostasis, LDH,
d-dimer
• Perburukan à X-ray toraks serial
Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI
COVID-19: GEJALA BERAT/KRITIS

Monitoring Monitoring Keadaan Kritis


• Frekuensi napas > 30x/menit • Gagal napas yang butuh ventilasi mekanik,
• SpO2 < 93% syok, gagal multiorgan yang butuh ICU
• PaO2/FiO2 < 300 mmHg • Gagal napas + ARDS à pertimbangkan
• ↑ keterlibatan area paru > 50% pada ventilator mekanik
radiologi toraks dalam 24-48 jam • Pencegahan perburukan penyakit
• ↑ CRP progresif • ARDS/Efusi paru luas: high flow nasal
• Asidosis laktat progresif cannula / HFNC (lebih disarankan) atau
non-invasive mechanical ventilation / NIV
• Edema paru: batasi resusitasi cairan
• Posisikan pasien sadar dalam posis
tengkurap (awake prone position)

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
Bila HFNC tidak tersedia saat
diindikasikan, maka pasien
langsung diintubasi dan
mendapatkan ventilasi
mekanik invasif

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi
dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI COVID-19:
GEJALA BERAT/KRITIS (TERAPI OKSIGEN)

NRM (Non-Rebreathing Mask)


• 15 lpm à titrasi sesuai SpO2

HFNC (High Flow Nasal Canulla)


• FiO2 100% à titrasi sesuai SpO2 ,Berikan 1 jam à evaluasi
• Tenaga kesehatan WAJIB menggunakan respirator (PAPR, N95)
• Risiko aerosol! à lakukan di ruangan bertekanan negatif
• Apakah mencapai perbaikan & kriteria ventilasi aman (Indeks ROX)

Indeks ROX = (SpO2 / FiO2) / laju napas


•> 4,88 pada jam ke 2,6,12 à tidak perlu ventilasi invasif

•< 3,85 risiko tinggi untuk intubasi

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI COVID-19:
GEJALA BERAT/KRITIS (TERAPI OKSIGEN)

NIV (non-invasive ventilation) Kriteria ventilasi aman:


• Berikan 1 jam à evaluasi ► Vol. tidal < 8 mL/kg
• Perbaikan & mencapai kriteria ventilasi aman à lanjutkan ventilasi à
► Gejala gagal napas (-)
nilai ulang 2 jam kemudian
• Risiko aerosol! à lakukan di ruangan bertekanan negatif ► Peningkatan FiO2/PEEP
• Perhatian khusus
• Jangan digunakan pada pasien syok
• ARDS ringan – sedang à kombinasi awake prone position + Tenaga kesehatan WAJIB
HFNC/NIV 2x2 jam/hari à perbaikan oksigenasi & ↓ kebutuhan menggunakan respirator (PAPR,
intubasi N95)
• ARDS berat à langsung ventilasi invasif

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI COVID-19:
GEJALA BERAT/KRITIS (TERAPI OKSIGEN)

Ventilasi • Sama dengan protokol ventilator ARDS


Mekanik • Vol. tidal < 8 mL/kg
• P plateau < 30 cmH2O
Invasif • Titrasi PEEP & recruitment maneuver
(Ventilator) • Target driving pressure rendah

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI COVID-19:
GEJALA BERAT/KRITIS (TERAPI OKSIGEN)
ECMO (Extra Corporeal Kontraindikasi Absolut
Membrane Oxygenation) • Clinical Fraility Scale kategori > 3
Dapat diberikan bila fasilitas dan sumber daya
• Ventilasi mekanik >10 hari
tersedia, memenuhi indikasi, dan setelah pasien
menerima terapi posisi prone dan ventilator ARDS • Komorbid bermakna
yang maksimal • DM tidak terkontrol + disfungsi organ kronik
• Gagal organ multipe; berat
Indikasi • Injuri neurologik akut berat
• Perdarahan tidak terkontrol
• PaO2/FiO2 <60mmHg (>6 jam)
• Kontraindikasi pemakaian antikoagulan
• PaO2/FiO2 <50mmHg (>3 jam)
• pH <7,20 + Pa CO2 >80mmHg (>6 jam) • Dalam proses resusitasi jantung paru

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI COVID-19:
GEJALA BERAT/KRITIS (FARMAKOLOGI)

• Vitamin C 200-400mg/8 jam dalam 100cc Oseltamivir (Tamiflu)


NaCl 0.9% habis dalam 1 jam IV 2x75mg (5-7 hari)
ATAU
• Vitamin B1 1 ampul/24 jam IV Kombinasi lopinavir + ritonavir (Aluvia)
Klorokuin fosfat Azitromisin 2x400/100mg (10 hari)
Hari 1-3: 2x500 mg (oral) 1x500mg IV/oral ATAU
Hari 4-10: 2x250 mg (oral) (5-7 hari) Favipiravir (Avigan)
ATAU ATAU Hari 1: Loading dose 2x1600mg
Hidroksiklorokuin Levofloksasin Hari 2-5: 2x600mg
1x400 mg (oral) (curiga infeksi bakteri) ATAU
(5 hari) à EKG/3 hari 1x750mg IV/oral (5-7 hari) Remdesivir
200mg IV drip/3 jam
1x100mg IV drip/3 (9-13 hari)

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI COVID-19:
GEJALA BERAT/KRITIS (FARMAKOLOGI)

• Antikoagulan LMWH/UFH sesuai pertimbangan DPJP


• Deksametason 6 mg/24 jam (10 hari) atau kortikosteroid lain yang setara
pada kasus berat yang mendapat terapi oksigen / ventilator
• Tatalaksana bila terdapat
• Komorbid / komplikasi
• Syok
• Terapi tambahan lain sesuai kondisi klinis pasien / ketersediaan di faskes
apabila terapi standar tidak memberikan respons perbaikan

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
Tatalaksana gagal napas hipoksemia dan ARDS(1)

Kenali gagal napas hipoksemia berat pada pasien dengan gangguan


pernapasan yang mengalami perburukan dengan terapi O2 standar.
• Pasien dapat terjadi peningkatan work of breathing atau hipoksemia
meskipun dengan pemberian O2 via face mask dengan reservoir bag
(laju O2 10–15 L/menit, laju minimum yang dibutuhkan untuk
mempertahankan pengembangan reservoir bag; FiO2 0,60–0,95).
• Gagal napas hipoksemia pada ARDS umumnya terjadi akibat
intrapulmonary ventilation-perfusion mismatch atau shunt yang
umumnya membutuhkan ventilasi mekanis.
Tatalaksana gagal napas hipoksemia dan ARDS(2)

• High-flow nasal oxygen (HFNO) atau non-invasive ventilation (NIV)


à pasien tertentu dengan gagal napas hipoksemia.
• Monitor (harus) ketat untuk menilai perburukan klinis.
• Sistem HFNO dengan aliran sampai 60 L/menit dapat mencapai FiO2
sampai 1,0. HFNO mengurangi kebutuhan intubasi.
• NIV tidak direkomendasikan untuk kasus gagal napas hipoksemia
atau penyakit viral pandemik.
• Sistem HFNO dan NIV terbaru (interface yang baik), tidak
meningkatkan penyebaran udara ekspirasi à menurunkan risiko
transmisi airborne.
Tatalaksana gagal napas hipoksemia dan ARDS(3)

• Intubasi endotrakeal hanya boleh dilakukan oleh operator yang


terlatih dan berpengalaman dengan menggunakan APD terhadap
airborne.
• Gunakan ventilasi mekanis dengan lower tidal volumes (4–8 ml/kg
predicted body weight, PBW) dan lower inspiratory pressures
(plateau pressure <30 cmH2O).
• ARDS berat, direkomendasikan ventilasi dengan posisi telungkup
(prone position) lebih dari 12 jam.
• Gunakan strategi manajemen cairan konservatif untuk pasien ARDS
tanpa gangguan hipoperfusi jaringan.
Tatalaksana gagal napas hipoksemia dan ARDS(4)

• Pasien dengan ARDS sedang–berat à PEEP* tinggi lebih dianjurkan


daripada PEEP rendah.
• Pasien dengan ARDS sedang–berat (PaO2/FiO2 <150) à pelumpuh
otot (blockade neuromuscular) tidak boleh digunakan secara rutin.
• Pada keadaaan yang membutuhkan extra corporeal life support
(ECLS) à pertimbangkan merujuk pasien dengan hipoksemia
refrakter, meskipun dengan ventilasi mekanis.
• Hindari penghentian ventilasi mekanis à menurunkan PEEP dan
atelektasis.
*PEEP: Positive end-expiratory pressure
Indications for ECMO use in COVID-19
Indications
(1) Hypoxic respiratory failure despite optimal ventilation strategies
(as per ELSO guidelines for ARDS)
(2) Severe hypercapnia (pH <7.2 and PaCO2 >80 mmHg for >6 h)
(3) Prolonged ventilation <7 d
(4) Cardiogenic shock (refractory to conventional therapy—cardiac index
<2 L/min/m2, central venous oxygen saturation ScVO2 <65%)
(5) Murray score >3
(6) Single organ failure with minimal or no comorbidities

Contraindications
(1) Disseminated malignancy
(2) Significant brain injury
(3) Irreversible cardiac or pulmonary disease
(4) Current intracranial hemorrhage
(5) Severe or multiple comorbidities
(6) Multiorgan failure
(7) Immunocompromised status
(8) Advanced age (relative contraindication)
(9) Prolonged cardiopulmonary
JAMA Publishedresuscitation
online May>60
28,min before
2020; starting
J Card Surg. 2020
Mechanical Ventilation and Non-Mechanical Ventilation in
Patients with COVID-19 at Persahabatan Hospital
Case (Male) with HFNC (5-3, 7-3, 9-3-2020)
Case 2 (9-3, 12-3, 16-3-2020)
Prone Position in Patient with COVID-19
Situasi sedang “Tidak baik baik saja”

• Kasus meningkat, kematian meningkat


• Sejumlah Tenaga Kesehatan mengalami reinfeksi, walaupun sudah divaksin
• RS : overcapasity
• Ketersediaan obat
• Ketersedian oksigen
• Dokter, perawat dan nakes lainnya kelelahan dan stress

• Varian baru (lebih mudah menular, lebih virulens, menurunkan efek vaksin)
yang sudah terdeteksi di berbagai kota di Indonesia
• Cakupan vaksinasi masih rendah , tidak sesuai target
Alur Pasien yang Membutuhkan Bantuan Respirasi
Referensi
• Rachael Moses, Consultant Respiratory Physiotherapist. COVID-19 Respiratory Physiotherapy On
Call Information and Guidance. Lancashire Teaching Hospitals. March 2020.
• World Health Organisation. Clinical Management of Severe Acute Respiratory Infection (SARI)
when COVID-19 Disease is Suspected – Interim Guidance. WHO, 13 March 2020.
• O’Driscoll BR, et al. British Thoracic Society Guideline for oxygen use in adults in healthcare and
emergency settings. BMJ Open Resp Res 2017;4:e000170. doi:10.1136/bmjresp-2016-000170.
• The Italian Thoracic Society (AIPO - ITS) and Italian Respirarory Society (SIP/IRS). Managing the
Respiratory Care of Patients with COVID-19. Version - March 08, 2020.
• Treatment for severe acute respiratory distress syndrome from COVID-19. Lancet Respir Med
2020. Published online April 9, 2020 https://doi.org/10.1016/S2213-2600(20)30176-4.
• Surviving Sepsis Campaign: Guidelines on the Management of Critically Ill Adults with
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Crit Care Med 2020.
• Liao X, et al. Intensive Care Med. 2020;46:357–60
• Understanding pathways to death in patients with COVID-19. Published online April 6, 2020
https://doi.org/10.1016/S2213-2600(20)30165-X.
• Grasselli G , Zangrillo A , Zanella A , et al; the COVID-19 Lombardy ICU Network. Baseline
characteristics and outcomes of patients infected with SARS-CoV-2 admitted to ICUs of the
Lombardy region, Italy. JAMA. Published online April 6, 2020.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai