Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN MAKALAH MATERI EPIDEMIOLOGI

"KARAKTERISTIK PASIEN UROLITIASIS

DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MATARAM"

NAMA ANGGOTA KELOMPOK:

1. DESSY EKARINI NIM 390STYC23


2. HENI HURIYANTI NIM 402STYC23
3. IKE KUSUMA DYAH NIM 407STYC23
4. FINTA WAHYU SANI NIM 339STYC23
5. LALU BAYU ARYA S. NIM 411STYC23
6. LALU DENDY SATRIA W. NIM 412STYC23\
7. JANUARI KRAMA PUTRA

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NTB


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI RPL S1 KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR

Segala Puji serta Syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang
pasien urolitiasis. Tujuan penyusun makalah ini ialah untuk melengkapi tugas kuliah
epidemologi.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
diharapkan penyusun demi perbaikan penulisan makalah selanjutnya. Oleh karena itu,
penyusun meminta maaf bila ada kesalahan atau kekurangan dalam kata-kata maupun
penulisan.

Mataram, November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang......................................................................................1
II. Rumusan Masalah.................................................................................2
III. Tujuan...................................................................................................2
IV. Manfaat………………………………………………………………..2

BAB II LANDASAN TEORI

I. Definisi...............................................................................................3
II. Epidemiologi......................................................................................3
III. Faktor Risiko......................................................................................3
IV. Anatomi Ginjal dan Ureter.................................................................4
V. Patofisiologi........................................................................................7
VI. Gejala dan Tanda................................................................................8
VII. Klasifikasi Urolitiasis.........................................................................10

BAB III PEMBAHASAN

I. Metode..................................................................................................14
II. Analisa dan Pembahasan......................................................................14

BAB IV KESIMPULAN..................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Urolitiasis merupakan penyakit umum yang masih menimbulkan beban kesehatan


yang signifikan pada populasi usia kerja,dan merupakan tiga penyakit terbanyak di bidang
urologi disamping infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat benigna (Hanley. JM,
2012). Penyakit ini merupakan tiga penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi
saluran kemih dan pembesaran prostat. Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan
yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia (Purnomo, 2011). Penyakit Batu
Saluran Kemih bisa dialami oleh berbagai profesi pekerjaan yang diakibatkan oleh
kebiasaan atau pola berkemih.

Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup bermakna, baik di
Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu diperkirakan sebesar 13% pada laki-
laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Angka kejadian BSK di Indonesia tahun 2002
berdasarkan data yang dikumpulkan dari seluruh rumah sakit di Indonesia adalah 37.636
kasus baru, dengan jumlah kunjungan 58.959 penderita. Sedangkan jumlah pasien yang di
rawat adalah 19.018 penderita, dengan jumlah kematian 378 penderita (Depkes RI, 2002).
Prevalensi batu ginjal berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter diindonesia sebesar 0,6 %
prevalensi tertinggi di yogyakarta 1,2% diikuti aceh 0,9%, jawa barat, jawa tengah, sulewasi
tengah masing-masing 0,8%. Di RS Bhayangkara urolitiasis menempati urutan keempat
dalam 10 penyakit dengan jumlah pasien terbanyak.

1
2. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan urolitiasis?

3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menganalis jumlah pasien urolitiasis di RS Bhayangkara
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan urolitiasis
b. Untuk mengetahui karakteristik penderita urolitiasis yang ada di RS
Bhayangkara
4. Manfaat
Untuk mengetahui karakteristik penderita urolitiasis yang berobat ke RS
Bhayangkara

2
BAB II

LANDASAN TEORI

1. DEFINISI

Urolitiasis adalah proses terbentuknya batu (kalkuli) pada traktus

urinarius. Kalkuli yang ditemukan pada ginjal disebut nephrolitiasis dan kasus ini

paling sering ditemukan. Jika kalkuli ditemukan pada ureter dan vesica urinaria

sebagian besar berasal dari ginjal. Urolitiasis adalah penyebab umum adanya

keluhan ditemukan darah dalam urin dan nyeri di abdomen, pelvis, atau inguinal.

Urolitiasis terjadi pada 1 dari 20 orang pada suatu waktu dalam kehidupan

mereka.

2. EPIDEMIOLOGI

Urolithiasis merupakan masalah kesehatan yang umum sekarang

ditemukan. Diperkirakan 10% dari semua individu dapat menderita urolitiasis

selama hidupnya, meskipun beberapa individu tidak menunjukkan gejala atau

keluhan. Setiap tahunnya berkisar 1 dari 1000 populasi yang dirawat di rumah

sakit karena menderita urolitiasis. Laki-laki lebih sering menderita urolitiasis

dibandingkan perempuan, dengan rasio 3:1. Dan setiap tahun rasio ini semakin

menurun. Dari segi umur, yang memiliki risiko tinggi menderita urolitiasis adalah

umur diantara 20 dan 40 tahun.

3. FAKTOR RISIKO

Risiko menderita urolitiasis meningkat akibat dari faktor-faktor apa pun

yang menyebabkan terjadinya urin yang stasis yang berkaitan dengan menurun

atau tersumbatnya aliran urin. Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya angka

insiden urolitiasis meliputi:

- Laki-laki: mengekskresi sedikit sitrat dan banyak kalsium

dibandingkan perempuan.

3
- Etnis: Etnis Amerika, Afrika atau Israel memiliki risiko tinggi

menderita urolitiasis.

- Riwayat keluarga: beberapa keluarga memiliki kecenderungan

memproduksi mukoprotein yang berlebihan pada traktus

urinariusnya, yang mana dapat meningkatkan terjadinya urolitiasis.

- Riwayat kesehatan: beberapa masalah kesehatan dapat meningkatkan

terjadinya urolitiasis meliputi penyakit di saluran cerna, infeksi

saluran kencing yang berulang dan sistinuria.

- Diet: dehidrasi atau menurunnya intake cairan meningkatkan

terjadinya urolitiasis ditambah dengan meningkatnya konsumsi

sodium, oksalat, lemak, protein, gula, karbohudrat kasar dan vitamin

C.

- Lingkungan: beberapa daerah memiliki risiko tinggi menderita

urolitiasis seperti yang beriklim tropis, pegunungan atau padang

pasir.

- Obat-obatan: bebrapa macam obat seperti ephedrin, guifenesin,

thiazid, indinavir dan allopurinol dapat menyebabkan terjadinya

urolitiasis.

4. ANATOMI GINJAL DAN URETER

Ureter merupakan saluran muskular dengan lumen yang sempit yang

membawa urin dari ginjal menju vesica urinaria. Bagian superior dari ureter yaitu

pelvis renalis dibentuk oleh 2-3 calyc major dan masing-masing calyc major

dibentuk oleh 2-3 calyc minor. Apex dari pyramidum renalis yaitu paila renalis

akan masuk menekuk ke dalam calyc minor. Pars abdominalis dari ureter

4
menempel peritoneum parietalis dan secara tofografi letaknya adalah

retroperitoenal. Ureter bejalan secara inferomedial menuju anterior dari psoas

major dan ujung dari processus transversus vertebrae lumbalis dan menyilang

arteri iliaca externa tepat di luar percabangan arteri iliaca commonis. Kemudian

berjalan di dinding lateral dari pelvis untuk memasuki vesica urinaria secara

oblique.

Ureter secara normal mengalami kontriksi dengan derajat yang

bervariasi pada tiga tempat, yaitu: 1). Junctura ureteropelvicum, 2). Saat ureter

melwati tepi dari aditus pelvicum, dan 3). Saat melewati dinding vesica urinaria.

Area-area yang menyempit ini merupakan lokasi yang potensial untuk terjadinya

obstruksi yang disebabkan oleh batu (kalkuli) ginjal.5,6

Gambar 1. Anatomi Struktur Internal dari ginjal dan Perjalanan Ureter.

Pada saat kedua ureter memasuki vesica urinaria mereka berjarak sekitar 5

cm. Dan saat vesica urinaria terisi penuh, muara dari kedua ureter ini berjarak

sama sekitar 5 cm, tetapi saat vesica urinaria dalam keadaan kosong muara dari

kedua ureter berjarak sekitar 2,5 cm. Diameter lumen dari ureter di junctura

ureteropelvicum sekitar 2 mm, di bagian tengah sekitar 10 mm, saat menyilang

5
arteri iliaca externa sekitar 4 mm, dan di junctura ureterovesicalis sekitar 3-4 mm.

Gambar 2. Diameter Lumen

Ureter pada Masing-

Masing Lokasi

Penyempitan.

Reseptor nyeri

pada traktus urinarius

bagian atas berperan

dalam

persepsi nyeri dari kolik renalis.

Reseptor ini terletak pada

bagian sub mukosa dari

pelvis renalis, calyx, capsula renalis, dan ureter pars superior. Terjadinya distensi

yang akut merupakan faktor penting dalam perkembangan nyeri kolik renalis

daripada spasme, iritasi lokal, atau hiperperistaltik ureter. Rangsangan pada

peripelvis capsula renalis menyebabkan nyeri pada regio flank, sedangkan

6
rangsangan pada pelvis renalis dan calyx menyebabkan nyeri berupa kolik renalis.

Iritasi pada mukosa juga dapat dirasakan oleh kemoreseptor pada pelvis renalis

dengan derajat yang bervariasi, tetapi iritasi ini berperan sangat kecil dalam

terjadinya nyeri kolik renalis atau kolik ureteral.

Serat-serat nyeri dari ginjal terutama saraf-saraf simpatis preganglion

mencapai medula spinalis setinggi T11-L2 melalui nervus dorsalis. Ganglion

aortorenal, celiac, dan mesenterika inferior juga terlibat. Sinyal transmisi dari

nyeri ginjal muncul terutama melalui traktus spinothalamikus.

Pada ureter bagian bawah, sinyal nyeri juga didistribusikan melalui saraf

genitofemoral dan ilioinguinal. Nervi erigentes, yang menginervasi ureter

intramural dan kandung kemih, bertanggung jawab atas beberapa gejala kandung

kemih yang sering menyertai kalkulus ureter intramural.

Gambar 3. Innervasi Ginjal dan Ureter.7

5. PATOFISIOLOGI

Adanya kalkuli dalam traktus urinarius disebabkan oleh dua fenomena

dasar. Fenomena pertama adalah supersaturasi urin oleh konstituen pembentuk

batu, termasuk kalsium, oksalat, dan asam urat. Kristal atau benda asing dapat

7
bertindak sebagai matriks kalkuli, dimana ion dari bentuk kristal super jenuh

membentuk struktur kristal mikroskopis. Kalkuli yang terbentuk memunculkan

gejala saat mereka membentur ureter waktu menuju vesica urinaria.

Fenomena kedua, yang kemungkinan besar berperan dalam

pembentukan kalkuli kalsium oksalat, adalah adanya pengendapan bahan kalkuli

matriks kalsium di papilla renalis, yang biasanya merupakan plakat Randall (yang

selalu terdiri dari kalsium fosfat). Kalsium fosfat mengendap di membran dasar

dari Loop of Henle yang tipis, mengikis ke interstitium, dan kemudian

terakumulasi di ruang subepitel papilla renalis. Deposit subepitel, yang telah lama

dikenal sebagai plak Randall, akhirnya terkikis melalui urothelium papiler.

Matriks batu, kalsium fosfat, dan kalsium oksalat secara bertahap diendapkan

pada substrat untuk membentuk kalkulus pada traktus urinarius.8

6. GEJALA DAN TANDA

Gejala pasti dari urolitiasis tergantung pada lokasi dan ukuran kalkuli

dalam traktus urinarius. Jika kalkuli berukuran kecil tidak menunjukkan gejala.

Namun perlahan keluhan akan dirasakan seiring bertanbahnya ukuran kalkuli

seperti:

- Nyeri atau pegal-pegal pada pinggang atau flank yang dapat menjalar ke

perut bagian depan, dan lipatan paha hingga sampai ke kemaluan.

- Hematuria:buang air kecil berdarah.

- Urin berisi pasir, berwarna putih dan berbau

- Nyeri saat buang air kecil


- Infeksi saluran kencing
- Demam.

Urolitiasis yang masih berukuran kecil umumnya tidak menunjukkan

gejala yang signifikan, namun perlahan seiring berjalannya waktu dan

perkembangan di saluran kemih akan menimbulkan gejala seperti rasa nyeri (kolik

renalis) di punggung, atau perut bagian bawah (kolik renalis).6


8
Kolik didefinisikan sebagai nyeri tajam yang disebabkan oleh

sumbatan, spasme otot polos, atau terputarnya organ berongga. Kolik renal berarti

nyeri tajam yang disebabkan sumbatan atau spasme otot polos pada saluran ginjal

atau saluran kencing (ureter). 7

Nyeri klasik pada pasien dengan kolik renal akut ditandai dengan nyeri

berat dan tiba-tiba yang awalnya dirasakan pada regio flank dan menyebar ke

anterior dan inferior. Hampir 50% dari pasien merakan keluhan mual dan mutah. 5

Kolik ginjal biasanya nyeri berat, pasien tidak bisa istirahat (posisi irrespektif).

Berbeda dengan pasien peritonitis yang cenderung berbaring saja dan tidak mau

bergerak. Gejala lain adalah lemas, berkeringat, dan nyeri ringan saat palpasi

abdominal ginjal. Namun untuk batu staghorn walaupun besar sering tanpa gejala

nyeri karena jenis batu ini membesar mengikuti system anatomi saluran ginjal.

Gejala dari batu ginjal atau batu ureter dapat diprediksi dari pengetahuan tempat

terjadinya obstruksi. Nyeri yang khas dirasakan pada testis untuk pasien pria dan

labia mayora pada pasien wanita

Lokasi dan karakteristik dari nyeri pada urolitiasis meliputi:

- Di ureteropelvic: nyeri bersifat ringan sampai berat dirasakan lokasinya agak

dalam dalam regio flank tanpa penyebaran ke regio inguinal, urgensi

(dorongan kuat untuk berkemih disertai dengan kandung kemih yang tidak

nyaman dan banyak berkemih), frekuensi (sering berkemih), disuria (nyeri

saat berkemih) dan stranguria (pengeluaran urin yang lambat dan nyeri akibat

spasme uretra dan kandung kemih).

- Di ureter: nyeri yang mendadak, berat, nyeri di regio flank dan ipsilateral dari

abdomen bagian bawah, menyebar ke testes atau vulva, mual yang terus

menerus tanpa muntah

- Di ureter bagian proksimal: nyeri menyebar ke regio flank atau area lumbar

- Di ureter di bagian medius: nyeri menyebar ke anterior dan caudal

9
- Di uterer di bagian distal: menyebar ke inguinal atau testes atau labia majora

- Waktu melewati vesica ruinaria: paling sering asimptomatis, retensio urin

posisional

7. KLASIFIKASI UROLITIASIS

7.1 Klasifikasi Berdasarkan Etiologi

Berdasarkan etiologinya urolitiasis dapat diklasifikasikan menjadi:

infeksi, non infeksi, genetik, atau efek samping obat. Dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Urolitiasis Berdasarkan Etiologi

Urolitiasis Non Infeksi

a. Kalsium oksalat

b. Kalsium phospat

c. Asam urat

Urolitiasis dengan Infeksi

a. Magnesium ammonium phospat

b. Karbonat apatit

c. Amonium urat

Genetik

a. Cistin

b. Xanthin

c. 2,8-dihidroksiadenin

Obat

7.2 Klasifikasi Berdasarkan Komposisi Kalkuli

Komposisi dari batu (kalkuli) sangat penting untuk menjadi dasar

diagnostik dan penanganan lebih lanjut. Kalkuli sering dibentuk oleh substansi

campuran. Pada tabel 2 di bawah menyajikan komposisi dari kalkuli yang relevan

dengan klinis dan komponen mineralnya.

10
Tabel 2. Komposisi Kalkuli

Nama Kimia Nama Mineral Formula Kimia

Kalsium Whewellite CaC2O4.H2O

oksalat

monohidrat
Kalsium Oksalat Wheddelite CaC2O4.2H2O
dihidrat
Kalsium phospat dasar Apatite Ca10(PO4)6..(OH)2

Kalsium Carbonic apatite Ca5(PO3)3..(OH)

hidroksil

phospat
B-trikalsium phospat Whitlockite Ca3(PO4)2

Karbonat apatite Dahlite Ca5(PO4)3OH


phospat
Kalsium Brushite PO4.2H2O

hidrogen

phospat
Kalsium karbonat Aragonite CaCO3

Oktakalsium phospat Ca8H2(PO4)6.5H2O

Asam urat Uricite C5H4N4O3

Asam urat dihidrat Uricite C5H4O3-2H2O

Amonium urat NH4C5H3N4O3

Sodium asam NaC5H3O3.H2O


urat

monohidrat
Magnesium Struvite MgNH4PO4.6H2O

amonium

phospat
Asam Newberyite MbHPO4.3H2O

magnesium

phospat trihidrat
Magnesium Dittmarite MgNH4(PO4).1H2O

amonium
11
phospat monohidrat
Sistin [SCH2CH(NH2)COOH]2

Gipsum Kalsium sulfat dihidrat CaSO4.2H2O

Zinc phospat Zn3(PO4)2.4H2O


tetrahidrat
Xantin

2,8-Dihidroksiadenin

Protein

Kolesterol

Kalsit

Potasium urat

Trimagnesium phospat

Melamin

Matrix

Batu obat Komponen

aktifnya

menjadi kristal di urin


Corpus alienum
di

kalkuli

7.3 Klasifikasi Berdasarkan Ukuran dan Lokasi

Berdasarkan diameter ukurannya secara dua dimensi dibagi menjadi >5

cm, 4-10 cm, 10-20 cm, dan > 20 cm. Sedangkan berdasarkan posisi anatominya

kalkuli dibagi menjadi: calyx superior, medius, atau inferior; pelvis renali; ureter

proksimal, medius, dan distal; dan vesica urinaria.

7.4 Klasifikasi Berdasarkan Gambaran Radiologis

Pembagian kalkuli berdasarkan gambaran radiologisnya menjadi tiga

yaitu: radiopak, radiopak lemah, dan radiolusen. Yang bersifat radiopak yaitu:

kalkuli kalsium oksalat dihidrat, kalsium oksalat monohidrat, dan kalsium


12
phospat. Yang gambaran radiologisnya radiopak lemah: magnesium amonium

13
phospat, apatite, dan sistin. Dan yang tergolong radiolusen: kalkuli asam urat,
amonium urat, xanthin, 2,8-didroksiadenin, batu karena obat-obatan

1
BAB III

PEMBAHASAN

I. Metode

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode deskriptif dengan


pendekatan kuantitatif. Penelitian ini mendeskripsikan kejadian yang terjadi
pada saat sekarang, yakni karakteristik urolitiasis. Sampel dalam penelitian ini
adalah masyarakat yang datang untuk berobat di RS Bhayangkara dari tanggal
16 November 2023 sampai dengan 21 November 2023.

II. Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian ini terkait gambaran distribusi frekuensi dari karakteristik


responden. Pada bagian ini dijelaskan mengenai karakteristik responden yang
menjadi sampel penelitian yaitu terdiri dari umur, jenis kelamin, tingkat
Pendidikan, pekerjaan dan status perkawinan.
Variabel Jumlah (N=31) Persentase (%)
Usia
17-25 tahun (Remaja) 2 6.5 %
26-45 tahun (Dewasa) 9 29 %
46-65 tahun (Lanjut Usia) 20 64.5%
Jenis Kelamin
Laki-Laki 24 77.4%
Perempuan 15 22.6%
Tingkat Pendidikan
Tidak Tamat Sekolah 8 26 %
SD 11 35 %
SMP 7 22.6%
SMA 3 9.6%
Perguruan Tinggi 2 6.4%
(D3/D4/S1/S2/S3)
Pekerjaan
Tidak Bekerja 3 9.7%
Wirausaha/Pegawai Swasta / Lainnya 15 48%

PNS 7 22.6%
Pelajar/Mahasiswa 6 19.3%

Status Perkawinan
Belum Menikah 0 0%
Menikah 22 71 %
Janda/Duda 9 29%

2
Berdasarkan pada hasil pengamatan seperti pada tabel

mayoritas pasien yang berobat ke RS Bhayangkara termasuk ke dalam

rentang usia 46-65 tahun (Lanjut Usia) yaitu sebanyak 20 orang

(64.5%), berjenis kelamin laki – laki sebanyak 24 orang (74.4%),

mayoritas pendidikan pasien yaitu SD sebanyak 11 orang (35%),

dengan pekerjaan mayoritas pasien yaitu sebagai wirausaha atau

pegawai swasta atau lainnya 15 orang (48%), serta mayoritas status

perkawinan responden yaitu menikah 22 orang (71%).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, responden dengan

usia dewasa dan lanjut memiliki kemungkinan mengalami urolitiasis,

Semakin bertambahnya usia maka semakin bertambah pula peningkatan

batu di ginjal dan mencapai tingkat maksimal pada usia dewasa, hal ini

diakibatkan dengan adanya bertambahnya jumlah daya kandungan di

dalam ginjal yang menyebab- kan proses pengendapan yang tinggi di

loop of henle .Anak-anak tidak cenderung mengalami pengenda-pan

batu oleh karena nefronnya yang masih belum berkembang secara

sempurna. Sedangkan pada lansia, beberapa dari nefronnya sudah tidak

bekerja dengan baik, dan sama-sama ditandai dengan penurunan dari

volume tubulus proksimal atau- pun loop of henle. Hal ini

mengakibatkan peluang terjadinya proses pengendapan batu itu sendiri

berkurang, penjelasan inilah yang mendasari alasan dari insiden batu

saluran kemih lebih besar terjadi pada usia dewasa jika dibandingkan

3
dengan usia anak-anak dan lansia.

Batu saluran kemih pada laki-laki lebih banyak daripada

wanita. Hal ini mungkin karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan

utama pembentuk batu pada wanita lebih rendah daripada laki-laki dan

kadar sitrat air kemih sebagai bahan penghambat terjadinya batu

(inhibitor) pada wanita lebih tinggi daripada laki- laki.(Lotan, 2012).

Tingkat pendidikan responden mayoritas yaitu lulusan SD

(Sekolah Dasar) yaitu sebesar 36%. Tingkat pendidikan merupakan

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang

terhadap sesuatu salah satunya seperti dalam memilih terapi

pengobatan. Menurut Budiman dan Riyanto (2013) mengatakan bahwa

semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula dalam

menerima informasi dan meningkatkan pengetahuan serta kecepatan

dalam memahami dan mengolah informasi juga meningkat.

4
BAB IV

KESIMPULAN

Simpulan penelitian ini ialah Responden yang menjadi sampel pengamatan


mayoritas merupakan laki - laki, dengan rentang usia 46-65 tahun (Lansia), pekerjaan
responden mayoritas sebagai pegawai swasta atau lainnya, pendidikan mayoritas tamat
SD (Sekolah Dasar), dan yang terakhir mayoritas status perkawinan dari responden yaitu
Menikah.

5
DAFTAR PUSTAKA

1. Armed Forces Health Surveillance Center. Urinary Stones, Active


Component, U.S. Armed Forces, 2001-2010. Medical Surveillance
Monthly Report (MSMR). 2011. December; Vol 18 (No12): 6-9.
2. Kidney stones in adults. National Institute of Diabetes and Digestive and
Kidney Diseases. https://www.niddk.nih.gov/health-information/urologic-
diseases/kidney-stones/definition-facts . Accessed Jan. 16, 2018.
3. Medical Definition of Urolithiasis. Medicine.Net.com.
https://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=6649 .
Accessed Jan. 16, 2018.
4. Yolanda S. What is Urolithiasis. News Medical Life Sciences.
https://www.news-medical.net/health/What-is-Urolithiasis.aspx. Accessed
Jan. 16, 2018.
5. Moore, Keith L., Arthur F Dalley, and A. M. R Agur. Clinically Oriented
Anatomy. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2010.
6. Skandalakis, John E., Panajiotis N. Skandalakis, Lee John Skandalakis,
and SpringerLink (Online service). Surgical Anatomy and Technique: A
Pocket Manual. New York, NY: Springer US, 1995.

Anda mungkin juga menyukai