Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY. M DI DESA SUMUREJO RT 1/RW 5


KELURAHAN GUNUNG PATI KECAMATAN GUNUNG PATI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Keluarga

Dosen Pengampu: Ns. Diana Daya, M. Kep

Disusun Oleh:

DYAH DEWI AYU ANDINI

20101440121021

PRODI D-III KEPERAWATAN

STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG

2023
A. Konsep Keluarga
a) Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dau individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010).
Keluarga adalah suatu system sosial yang berisi dua atau lebih orangyang
hidup bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atauadopsi, tingga
bersama dan saling menguntungkan, mempunyai tujuan bersama, mempunyai generasi
penerus, saling pengertian dan saling menyayangi (Achjar, 2010).
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga didefinsikan
dengan istilah kekerabatan dimana invidu bersatu dalam suatu ikatan perkawinan
dengan menjadi orang tua. Dalam arti luas anggota keluarga merupakan mereka yang
memiliki hubungan personal dan timbal balik dalam menjalankan kewajiban dan
memberi dukungan yang disebabkan oleh kelahiran, adopsi, maupun perkawinan
(Stuart,2014)
b) Karakteristik Keluarga Sejahtera
Berdasarkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, psikososial,
ekonomi, dan aktualisasi keluarga dalam masyarakat keluarga dikelompokkan
menjadi 5 tahap yaitu sebagai berikut :
1) Keluarga pra sejahtera Adalah yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan
sandang, papan dan kesehatan atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah
satu atau lebih indikator keluarga sejahteraan tahap 1.
2) Keluarga sejahtera tahap I Keluarga yang telah memenuhi kebutuhan dasar secara
minimal serta memenuhi kebutuhan sosial psikologinya, yaitu kebutuhan
pendidikan, keluarga berencana (KB), interaksi dalam keluarga, interaksi dengan
lingkungan tempat tinggal dan transportasi.
3) Keluarga sejahtera tahap II Keluarga telah dapat memenuhi kebutuhan secara
minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan untuk menabung dan
memperoleh informasi.
4) Keluarga sejahtera tahap III Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikososial dan pengembangan, tetapi belum
dapat memberikan sumbangan baik internal atau keluarga, serta berfikir dengan
menjadi pengurus lembaga masyarakat, yayasan sosial, kegamaan, kesenian,
olahraga, pendidikan dan sebagainya.
5) Keluarga sejahtera tahap III (plus) Keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, pengembangan, serta telah
mampu memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
c) Tipe Keluarga
Tipe keluarga dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
1) Tipe keluarga tradisional
 Nuclear family atau keluarga inti merupakan keluarga yang terdiri atas suami,
istri dan anak.
 Dyad family merupakan keluarga yang terdiri dari suami istri namun tidak
memiliki anak
 Single parent yaitu keluarga yang memiliki satu orang tua dengan anak yang
terjadi akibat peceraian atau kematian.
 Single adult adalah kondisi dimana dalam rumah tangga hanya terdiri dari satu
orang dewasa yang tidak menikah
 Extended family merupakan keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah
dengan anggota keluarga lainnya
 Middle-aged or erdely couple dimana orang tua tinggal sendiri dirumah
dikarenakan anak - anaknya telah memiliki rumah tangga sendiri.
 Kit-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersamaan dan
menggunakan pelayanan bersama.
2) Tipe keluarga non tradisional
 Unmaried parent and child family yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua
dan anak tanpa adanya ikatan pernikahan.
 Cohabitating couple merupakan orang dewasa yang tinggal bersama tanpa
adanya ikatan perkawinan.
 Gay and lesbian family merupakan seorang yang memiliki persamaan jenis
kelamin tinggal satu rumah layaknya suami-istri
 Nonmarital Hetesexual Cohabiting family,keluarga yang hidup bersama tanpa
adanyanya pernikahan dan sering berganti pasangan
 Faster family, keluarga menerima anak yang tidak memiliki hubungan darah
dalam waktu sementara (Widagdo,2016).
d) Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan pola perilaku interpersonal, sifat, dan kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam situasi dan posisi tertentu. Adapun macam
peranan dalam keluarga antara lain (Istiati, 2010):
1) Peran Ayah
Sebagai seorang suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya,
ayah berperan sebagai kepala keluarga, pendidik, pelindung, mencari nafkah, serta
pemberi rasa aman bagi anak dan istrinya dan juga sebagai anggotadari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat di lingkungandi mana dia tinggal.
2) Peran Ibu
Sebagai seorang istri dari suami dan ibu dari anak - anaknya, dimana peran ibu
sangat penting dalam keluarga antara lain sebagai pengasuh dan pendidik anak -
anaknya, sebagai pelindung dari anak-anak saat ayahnya sedang tidak ada
dirumah, mengurus rumah tangga, serta dapat juga berperan sebagai pencari
nafkah. Selain itu ibu berperan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan
sosial serta sebagai anggota masyarakat di lingkungan dimana dia tinggal.
3) Peran Anak
Peran anak yaitu melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangan baik fisik, mental, sosial maupun spiritual.
e) Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga adalah ukuran dari bagaimana sebuah keluarga beroperasi
sebagai unit dan bagaimana anggota keluarga berinteraksi satu sama lain. Hal ini
mencerminkan gaya pengasuhan, konflik keluarga, dan kualitas hubungan keluarga.
Fungsi keluarga mempengaruhi kapasitas kesehatan dan kesejahteraan seluruh
anggota keluarga (Families, 2010).
Fungsi keluarga menurut (Marilyn M. Friedman, 2010):
1) Fungsi Afektif
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi
kebutuhan psikologis anggota keluarga
2) Fungsi Sosialisasi
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak sebagai
anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status pada anggota
keluarga
3) Fungsi reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan untuk
keberlangsungan hidup masyarakat
4) Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya
5) Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan
kesehatan
f) Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahapan tugas perkembangan keluarga tahap perkembangan keluarga menurut
Friedman (2010) adalah :
1) Tahap 1 : Keluarga pemula
Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga
baru, keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari keluarga asal
atau status lajang ke hubungan baru yang intim. Adapun tugas perkembangan
keluarga yaitu :
 Membangun perkawinan yang saling memuaskan.
 Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
 Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orangtua).
2) Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak
Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berumur 30
bulan. Biasanya orang tua bergetar hatinya dengan kelahiran anak pertama
mereka, tapiagak takut juga. Kekhawatiran terhadap bayi biasanya berkurang
setelah beberapa hari, karena ibu dan bayi tersebut mulai mengenal. Ibu dan ayah
tiba - tiba berselisih dengan semua peran-peran mengasyikkan yang telahdipercaya
kepada mereka. Peran tersebut pada mulanya sulit
karena perasaan ketidakadekuatan menjadi orang tua baru. Adapun
tugas perkembangan keluarga yaitu :
 Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
(mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga).
 Rekonsilisiasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan
anggota keluarga.
 Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
 Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran
- peran orang tua dan kakek - nenek.
3) Tahap III : Keluarga yang anak usia prasekolah
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2,5
tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang, keluarga
mungkin terdiri tiga hingga lima orang, dengan posisi suami - ayah, istri – ibu,
anak laki-laki–saudara, anak perempuan – saudari. Keluarga menjadi lebih
majemuk dan berbeda. Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :
 Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi,
keamanan.
 Mensosialisasikan anak.
 Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-
anak yang lain.
 Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga
(hubungan perkawinan dan hubungan orangtua dan anak) dan diluar keluarga
(keluarga besar dan komunitas).
4) Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk
sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga
biasanya mencapai jumlah anggota maksimum, dan hubungan keluarga di akhir
tahap ini. Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :
 Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan
 Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia
 Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat
 Meningkatkan komunikasi terbuka
5) Tahap V : Keluarga dengan anak remaja
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan
keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap
ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama
jika anak masih tinggal dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun. Adapun tugas
perkembangan keluarga yaitu :
 Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi
dewasa dan semakin mandiri
 Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
 Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak
6) Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda
Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama
meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong, ketika anak
terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak
panjang,tergantung pada berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau
berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah. Adapun
tugas perkembangan keluarga yaitu :
 Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
 Mempertahankan keintiman pasangan
 Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
 Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
 Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7) Tahap VII : Orang tua pertengahan
Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan dari bagi
orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai
ketikaorangtua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat
seorang pasangan pensiun, biasanya 8-16 tahun kemudian.
Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :
 Mempertahankan kesehatan
 Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak -
anak
 Meningkatkan keakraban pasangan
8) Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau
kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah
satu pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Adapun
tugas perkembangan keluarga yaitu :
 Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
 Adaptasi dengan perubahan, kehilangan pasangan, teman, dll
 Mempertahankan keakraban suami-istri dan saling merawat
 Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
B. Konsep Masalah Kesehatan/Penyakit Hipertensi
a) Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada
dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang (Kemenkes.RI, 2014).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian / mortalitas (Trianto, 2014)
Jadi, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas).
(Referensi : Novia, 2020).
b) Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan
tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya
hipertensi :
a) Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau transport
Na.
b) Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c) Stress karena lingkungan.
d) Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
(Aspiani, 2016)
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan ;
a) Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya.
Diderita oleh seitar 95% orang. Oleh karena itu,penelitian dan pengobatan lebih
ditunukan bagi penderita esensial.
Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini.
1) Faktor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur
(jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamn (pria
lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit
putih).
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau makan
berlebih,stress, merokok, minum alcohol,minum obat-obatan (efedrin,
prednisone, epinefrin).
b) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat stenosis
arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis
stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi
pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan
pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara langsung meningkatkan
tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis
andosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada
stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di angkat,tekanan darah akan kembali
ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma, yaitu
tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan
kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang
menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi garam dan
peningkatan CTR karena hipersensitivitas system saraf simpatis aldosteronisme
primer (peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebab-nya) dan hipertensi
yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi
sekunder.
(Aspiani, 2016).
*(Referensi : Novia, 2020).
c) Pathofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien
dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal menyekresi
epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat,
yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume instravaskuler. Semua factor tersebut cenderung menyebabkan
hipertensi (Aspiani, 2016).
*(Referensi : Novia, P. 2020).
d) Manifestasi Klinik
Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan.
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing,
leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, lemas dan impotensi. Nyeri
kepala umumnya pada hipertensi berat, dengan ciri khas nyeri regio oksipital
terutama pada pagi hari. Anamnesis identifikasi faktor risiko penyakit jantung,
penyebab sekunder hipertensi, komplikasi kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien.
Perbedaan Hipertensi Esensial dan sekunder Evaluasi jenis hipertensi
dibutuhkan untuk mengetahui penyebab. Peningkatan tekanan darah yang
berasosiasi dengan peningkatan berat badan, faktor gaya hidup (perubahan
pekerjaan menyebabkan penderita bepergian dan makan di luar rumah), penurunan
frekuensi atau intensitas aktivitas fisik, atau usia tua pada pasien dengan riwayat
keluarga dengan hipertensi kemungkinan besar mengarah ke hipertensi esensial.
Labilitas tekanan darah, mendengkur, prostatisme, kram otot, kelemahan,
penurunan berat badan, palpitasi, intoleransi panas, edema, gangguan berkemih,
riwayat perbaikan koarktasio, obesitas sentral, wajah membulat, mudah memar,
penggunaan obat-obatan atau zat terlarang, dan tidak adanya riwayat hipertensi pada
keluarga mengarah pada hipertensi sekunder (Adrian, 2019).
*(Referensi : Novia, 2020).
e) Pathway

Faktor Predisposisi : jenis kelamin, usia, merokok, stress, kurang olahraga, genetic, alcohol,
konsentrasi garam, obesitas.

Hipertensi

Kerusakan Vaskuler Pembuluh Darah

Penyumbatan Pembuluh Darah

Vasokontriksi

Gangguan Sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh Darah Retina

Vasokontriksi
Resistensi Pembuluh Suplai O2 Otak Pembuluh Sistemik Koroner Spasme
Darah Meningkat Menurun Darah Ginjal Arteriole
Vasokontriksi Iskemi
Blood Flow
Sinkop Miocard Diplopia
Nyeri Akut Gangguan Menurun
Pola Tidur Nyeri
Respon RAA Resti
Akut
Perfusi Perifer Cedera
Tidak Efektif Rangsang
Aldosteron
Penurunan Fatique
Hipervolemia Curah
Jantung Intoleransi
Aktivitas
*(Referensi : Novia, 2020).
f) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk mengontrol hipertensi secara umum dibagi menjadi dua jenis
manajemen penatalaksanaan yaitu sebagai berikut:
a. Penatalaksanaan non farmakologis.
 Diit yang terkontol Dengan membatasi atau kurangi konsumsi garam
yang berlebih. Kemudian menurunkan berat badan dapat
menyebabkan tekanan darah menurun serta penurunan aktivitas renin
dan aldosteron dalam plasma.
 Menerapkan pola hidup sehat Terapkan pola hidup sehat seperti tidak
merokok, istirahat cukup, serta rutin berolahraga untuk membantu
mengontrol tekanan darah dalam batas normal.
b. Penatalaksanaan farmakologis.
Untuk memilih obat anti hipertensi terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan diantaranya memiliki efektivitas yang tinggi, Memberikan efek
samping yang ringan, Mengutamakan obat oral, Harga obat relatif murah
sehingga memungkinkan dijangkau oleh klien tanpa mengurangi kualitas
obat, Memungkinkan untuk dikonsusi dalam jangka panjang. Antara lain
obat hipertensi yaitu obat obat golongan betablocker yang berfungsi
menghambat hormon adrenalin sehingga dapat mengontrol tekanan darah
misalnya atenol, bisoprolol, metoprolol. Selain itu diuretik juga menjadi
salah satu obat yang sering dianjurkan untuk penderita hipertensi yang
bekerja dengan cara mengeluarkan natrium dan cairan dalam tumbuh yang
berlebih (Setiani, 2018).
g) Komplikasi
Beberapa komplikasi hipertensi yang bisa terjadi adalah:
a) Serangan jantung.
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pengerasan dan penebalan arteri
dinding pembuluh darah arteri. Ini disebut dengan aterosklerosis. Aterosklerosis
menyebabkan penyumbatan pembuluh darah, sehingga jantung tidak
mendapatkan cukup oksigen. Akibatnya, Anda bisa terkena serangan jantung.
Gejala peringatan serangan jantung yang paling umum adalah nyeri dada dan
sesak napas.
b) Gagal jantung.
Saat tekanan darah tinggi, otot jantung memompa darah lebih keras agar dapat
memenuhi kebutuhan darah ke semua bagian tubuh. Hal ini membuat otot
jantung lama-lama menebal sehingga jantung kesulitan memompa cukup darah.
Konsekuensinya, gagal jantung bisa terjadi. Gejala umum dari gagal jantung
adalah sesak napas, kelelahan, bengkak di pergelangan tangan, kaki, perut, dan
pembuluh darah di leher.
c) Stroke.
Stroke bisa terjadi saat aliran darah kaya oksigen ke sebagian area otak
terganggu, misalnya karena ada sumbatan atau ada pembuluh darah yang pecah.
Penyumbatan ini terjadi karena adanya aterosklerosis dalam pembuluh darah.
Pada orang yang punya hipertensi, stroke mungkin terjadi ketika tekanan darah
terlalu tinggi sehingga pembuluh darah di salah satu area otak pecah. Gejala
stroke meliputi kelumpuhan atau mati rasa pada wajah, tangan, dan kaki,
kesulitan berbicara, dan kesulitan melihat.
d) Aneurisma.
Tekanan darah yang sangat tinggi dapat menyebabkan salah satu bagian
pembuluh darah melemah dan menonjol seperti balon, membentuk aneurisma.
Aneurisma biasanya tidak menyebabkan tanda atau gejala selama bertahun-
tahun. Namun, jika aneurisma terus membesar dan akhirnya pecah, ini bisa
mengancam nyawa.
e) Masalah ginjal.
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan pembuluh
darah di ginjal menyempit dan melemah. Hal ini kemudian dapat mengganggu
fungsi ginjal dan menyebabkan penyakit ginjal kronis.
f) Masalah mata.
Tak hanya bisa memengaruhi pembuluh darah di ginjal, tekanan darah tinggi
juga bisa memengaruhi pembuluh darah di mata. Pembuluh darah di mata juga
bisa menyempit dan menebal akibat tekanan darah tinggi. Pembuluh darah
kemudian bisa pecah dan mengakibatkan kerusakan mata, mulai dari
penglihatan kabur sampai kebutaan.
g) Sindrom metabolic.
Sindrom metabolik merupakan kumpulan dari kelainan metabolisme dalam
tubuh. Salah satu faktor risikonya adalah tekanan darah tinggi. Tekanan darah
tinggi yang dibarengi dengan kondisi kadar gula darah tinggi, kadar kolesterol
tinggi (kadar kolesterol baik rendah dan kadar trigliserida tinggi), dan lingkar
pinggang besar didiagnosis sebagai sindrom metabolik.
h) Kesulitan dalam mengingat dan focus.
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan perubahan
kognitif. Anda mungkin akan mengalami masalah dalam berpikir, mengingat,
dan belajar. Tanda-tandanya seperti kesulitan dalam menemukan kata-kata saat
berbicara dan kehilangan fokus saat dalam pembicaraan.
*(Referensi : Aprisal, 2018.).
h) Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Aspiani (2016 : 217-218) pemeriksaan penunjang pada klien
hipertensi antara lain :
a) Laboratorium.
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal.
2) Kreatinin serum dan BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat pada hipertensi
karena parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut.
3) Darah perifer lengkap.
4) Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa).
b) EKG.
1) Hipertrofi ventrikel kiri.
2) Iskemia atau infark miokard.
3) Peninggian gelombang P.
4) Gangguan konduksi
c) Foto Rontgen.
1) Bentuk dan besar jantung.
2) Pembendungan, lebarnya paru.
3) Hipertrofi parenkim ginjal.
4) Hipertrofi vascular ginjal. (Referensi : Nur, 2018).
C. Asuhan Keperawatan Keluarga
PENGKAJIAN
a) Pemeriksaan fisik.
Pengkajian adalah tahap awal yang dilakukan untuk menentukan langkah langkah
berikutnya. Data dari hasil pengkajian dapat diperoleh dengan cara wawancara serta
observasi terkait kondisi klien maupun lingkungan sekitarnya. Data yang perlu dikaji
dalam pengkajian keluarga diantaranya :
1. Identitas klien dan penanggung jawab yang meliputi nama, jenis kelamin, umur,
alamat, pekerjaan serta pendidikan terahir. Kemudian ada genogram keluarga
terdiri dari tiga generasi, tipe keluarga suku bangsa dan agama
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga berisi :
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini yang sedang dilalui oleh keluarga
b. Tahap keluarga yang belum terpenuhi serta kendalanya.
c. Riwayat keluarga inti terdiri dari riwayat kesehatan kepala keluarga
kemudian riwayat kesehatan istri serta anak.
d. Riwayat keluarga sebelumnya berisi tentang riwayat kesehatan keluarga asal
dari kepala keluarga serta istri
3. Lingkungan
a. Karakteristik rumah digambarkan denahnya kemudian didiskripsikan
karakteristik lingkungan rumahnya
b. Karakteristik tetangga sekitar rumah dan komunitas rukun warga
c. Perkumpulan keluarga serta komunikasi dengan masyarakat
d. Sistem yang dapat mendukung keluarga
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga berkaitan dengan bagaimana keluarga dalam
berkomunikasi dengan anggota lainnya.
b. Struktur kekuatan keluarga.
c. Struktur peran terkait dengan peran formal maupun informal.
d. Nilai atau norma keluarga.
5. Fungsi keluarga :
a. Fungsi afektif, fungsi yang ada didalam keluarga untuk saling
mendukung, menghargai serta saling mengasihi. Keluarga dapat
membangun rasa kasih sayang dan mendidik untuk selalu berinteraksi
secara terbuka dengan anggota lainnya yang dapat membuat konsep diri
keluarga menjadi positif.
b. Fungsi sosialisasi, yaitu meningkatkan keluarga untuk berinteraksi
dengan orang lain diluar rumah dimulai sejak lahir di didik untuk
disiplin, sesuai dengan norma-norma serta berakhlak.
c. Fungsi seksual, berfungsi untuk memberdayakan penerus dalam
mempertahankan genetik dan meningkatkan SDM. Dengan adanya
fungsi seksual ini dapat terjalinnya kehidupan masyarakat yang semakin
luas
d. Fungsi ekonomi berfungsi untuk mata pencaharian SDM untuk
kebutuhan sehari hari yang harus tercapai diantaranya sembako sandang
dan papan
e. Perawatan keluarga, yaitu untuk mensejahterakan kesehatan keluarga
dengan membiasakan diri ketika terdapat anggota yang mengalami
gangguan kesehatan segerah untuk dibawa kepelayanan kesehatan agar
mendapat penatalaksaan sesuai dengan penyakit yang sedang diderita.
6. Stres dan koping keluarga
a. Stressor jangka pendek dan panjang dikatakan stressor jangka pendek
bila dapat diselesaikan tidak lebih dari 6 bulan sedangkan stressor jangka
panjang melebihi 6 bulan
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi
c. Strategi yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
d. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pada seluruh anggta keluarga
7. Keadaan umum : pasien nampak lemah.
8. Tanda-tanda vital.
Suhu tubuh kadang meningkat, pernapasan dangkal dan nadi juga cepat, tekanan
darah sistolik diatas 140 mmHg dan diastolic di atas 90 mmHg.
Review of sistem.
 Sirkulasi.
 Gejala : Riwayat hipertensi, atherosclerosis, penyakit jantung kongesti/katup
dan penyakit serebrovaskuler. Tanda : Kenaikan tekanan darah Nadi :
denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut. Denyut
apical : titik point of maksimum impuls, mungkin bergeser atau sangat kuat.
 Frekuensi/irama : takikardia, berbagai disritmia. Bunyi jantung : tidak
terdengar bunyi jantung I, pada dasar bunyi jantung II dan bunyi jantung III.
Murmur stenosis valvular. Distensi vena jugularis/kongesti vena. Desiran
vaskuler tidak terdengar di atas karotis, femoralis atau epigastrium (stenosis
arteri).
 Ekstremitas : perubahan warana kulit, suhu dingin, pengisian kapiler
mungkin lambat atau tertunda.
 Neurosensory.
 Gejala : Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala sub occipital.
Episode bebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan
dan episode statis staksis.
 Tanda : Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi. Pola/isi bicara,
afek, proses pikir atau memori.
 Respon motoric : penurunan kekuatan, genggaman tangan. Perubahan retinal
optic : sclerosis, penyempitan arteri ringan-mendatar, edema, papiladema,
exudat, hemoragi.
 Nyeri/ketidaknyamanan.
 Gejala : Angina (penyakit arteri coroner/keterlibatan jantung). Nyeri tungkai
yang hilang timbul/klaudasi. Sakit kepala oxipital berat. Nyeri
abdomen/masa.
 Pernafasan (berhubungan dengan efek cardiopulmonal tahap lanjut dari
hipertensi menetap/berat).
 Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja tachypnea, ortopnea,
dispnea, nocturnal paroxysmal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
 Tanda : Distress respirasi/pengunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas
tambahan, sianosis.
 Keamanan.
 Keluhan : Gangguan koordinasi/cara berjalan.
 Gejala : Episode parastesia unilateral transien, hipotensi postural.
 Aktivitas sehari-hari
 Aktivitas.
Gejala : Kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
 Eliminasi.
Gejala : Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya : infeksi, obstruksi
atau riwayat penyakit ginjal masa lalu).
 Makanan dan cairan.
Gejala : Makanan yang disukasi mencakup makanan tinggi garam, lemak,
kolesterol serta makanan dengan kandungan tinggi kalori.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema, kongesti vena,
distensi vena jugularis, glikosuria.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas kasus hipertensi diatas adalah:

1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan darah 151/80
mmHg (D.0009)
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Utama


Perfusi perifer tidak efektif Perfusi perifer (L.02008) Perawatan Sirkulasi
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan (I.02079)
peningkatan tekanan darah keperawatan selama 4x8 jam 1. Periksa
151/80 mmHg (D.0009)
diharapkan perfusi perifer sirkulasi
meningkat dengan kriteria perifer(mis.
hasil: Nadi perifer,
1. Denyut nadi perifer suhu)
perifer dari 1 2. Identifikasi
(menurun) ke 5 faktor resiko
(meningkat) gangguan
2. Kelemahan otot dari 1 sirkulasi (mis.
(meningkat) ke 5 Diabetes,
(menurun) hipertensi,
3. Tekanan darah kolesterol
sistolik dari 1 tinggi)
(memburuk) ke 5
3. Hindari
(membaik)
pengukuran
4. Tekanan darah
tekanan darah
diastolic dari 1
pada
(memburuk) ke 5
ektstermitas
(membaik)
dengan
keterbatasan
perfusi
4. Anjurkan
berolahraga
rutin
5. Anjurkan
menggunakan
obat penurun
tekanan darah,
antikoagulan
6. Anjurkan
minum obat
pengontrol
tekanan darah
secara teratur
Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
berhubungan dengan keperawatan selama 4x8 jam (I.05178)
kelemahan (D.0056) diharapkan toleransi aktifitas 1. Identifkasi
meningkat dengan kriteria fungsi tubuh
hasil: yang
1. Frekuensi mengakibatka
nadi n kelelahan
meningkat 2. Monitor
dari skala 2 kelelahan fisik
cukup dan emosional
menurun ke 3. Monitor pola
skala 4 cukup dan jam tidur
meningkat 4. Lakukan
2. Kekuatan latihan rentang
tubuh bagian gerak aktif
atas 5. Anjurkan
meningkat melakukan
dari skala 2 aktifitas secara
cukup bertahap
menurun ke 6. Anjurkan
skala 4 cukup strategi koping
meningkat untuk
3. Warna kulit mengurangi
membaik dari
skala 2 cukup kelelahan
memburuk ke
skala 4 cukup
membaik
4. Tekanan
darah
membaik dari
skala 2 cukup
memburuk ke
skala 4 cukup
membaik
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, H. A, Komang. 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Sagung Seto.


Agustina, A. 2019. Studi Kasus “Asuhan Keperawatan Pada Ny. M. P. H. Dengan Hipertensi
Grade II Di Puskesmas Sukuman, Desa Penfui, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang”.
Kupang : Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang
Aprisal. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Tn. M. R Dengan Gangguan Sistem Cardiovaskuler
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kambang Tahun 2018. Padang : Program
Studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang.
Firman S. 2020. Konsep Dasar Keluarga. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
Friedman, E. T, Bowden, V & Jones, E. 2010. Buku Ajar Keperawatan.
Godeliva, P. 2020. Studi Kasus “Asuhan Keperawatan Pada Ny. D. A Dengan Hipertensi Di
Puskesmas Npaan Kecamatan Bikomi Utara”. Kupang : Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kupang.
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Nabila. 2019. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Yang Menderita Gout Dengan
Fokus Studi Insomnia Di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Sokaraja. Purwokerto : Prodi
DIII Keperawatan Purwokerto.
Novia, P. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertensi Yang Di Rawat Di
Rumah Sakit. Samarinda : Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jurusan
Keperawatan Prodi DIII Keperawatan.
Nur, M. 2018. Asuhan Keperawatan Hipertensi Dengan Fokus Studi Nyeri Akut Pada Tn. D
dan Ny. Y Di RSUD Tidar Kota Magelang. Semarang : Program Studi DIII
Keperawatan Magelang Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang.
PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikatory Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai