Anda di halaman 1dari 4

SOP Prosedur Bantuan Hidup Dasar (BHD)

Ditetapkan Oleh :
Nomor Dokumen
Direktur Klinik

No.Revisi : 00

Tgl.Terbit : 0 1 – 01 – 2023
Klinik Utama
Husada Medika
dr.Arifah Puji
Halaman : Astuti,Sp.M

1. Pengertian Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah suatu tindakan medik yang harus
diberikan kepada pasien dalam kondisi Gawat dan Darurat sehingga dapat
mempertahankan fungsi vital kehidupan yang terdiri dari sistem
pernapasan dan kardivaskuler.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan prosedur BHD pada pasien dengan
kondisi kegawatdaruratan sehingga dapat mempertahankan kehidupan.
3. Kebijakan 1. Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009
2. Kepmenkes RI No. 279/ Menkes/ SK/ IV/ 2006
3. Permenkes RI No. 269/ Menkes/ Per/ III/ 2008
4. Standar Pelayanan Medis
5. Standar Pengobatan
4. Referensi 1. Standar Pelayanan Medis, 2006
2. Kedaruratan Medis, 2000
3. Bantuan Hidup Jantung Dasar, PERKI 2014
5. Alat dan Bahan 1. Alat pelindung diri
- Masker
- Handscoen
2. Trolly emergency; isi:
- Laryngoskop lurus dan bengkok
- Magil force
- Endotrakheal tube
- Gudel/Mayo
- Infus set
- Papan resusitasi
- Gunting verband
- Ambu bag
- Spoit
- Set oksigen terapi
- Set suction
- EKG
6. Langkah-Langkah Bagan Alur
1. Keluarga psien diberikan penjelasan
tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Posisi pasien di atur terlentang di tempat
datar dan alas keras
3. Baju bagian atas pasien dibuka
4. Petugas menggunakan APD
5. Penolong/ Perawat/ Dokter menilai
kesadaran pasien di ruang Triase, dengan
cara:
a. Memanggil nama pasien
b. Menanyakan keadaannya
c. Menepuk bahu pasien/ menekan
bagian sternum pasien
6. Buka jalan napas dengan head tilt, chin
lift atau jaw thrust dan bersihkan jalan
napas dari sumbatan
7. Menilai pernapasan dengan cara:
a. Melihat pergerakan dada/ perut
b. Mendengar suara keluar/ masuk
udara dari hidung
c. Merasakan adanya udara dari mulut/
hidung menggunakan pipi atau
punggung tangan.
8. Jika pasien tidak nernapas, berikan napas
buatan dengan ambubag sebanyak 2 kali
dalam waktu 1 detik setiap hembusan
9. Periksa denyut jantung pasienn dengan
cara meraba arteri carotis, penilaian
pulsasi dilakukan kurang dri 10 detik, jika
dalam 10 detik penolong belum bisa
meraba pulsasi arteri, maka segera
lakukan kompresi dada. Jika arteri carotis
teraba cukup berikan napas buatan setiap
5-6 detik sekali.
10. Pemeriksaan arteri besar pada bayi tidak
dilakukan pada arteri carotis, melainkan
pada arteri brakhialis atau arteri
femuralis. Sedangkan untuk anak
berumur lebih dari satu tahun dapat
dilakukan mirip orang dewasa.
11. Jika arteri carotis tidak teraba lakukan
kombinasi napas buatan dan kompresi
jantung luar dengan perbandingan 30:2
untuk dewasa baik 1 atau 2 penolong dan
untuk anak dan bayi 30:2 bila satu
penolong, atau 15:2 bila 2 penolong.
12. Komponen yang perlu diperhatikan saat
melakukan kompresi dada:
a. Frekuensi minimal 100x permenit
b. Untuk dewasa kedalaman minimal 5
cm ( 2 inci )
c. Pada bayi dan anak kedalaman
minimal sepertiga diameter dinding
anreposterior dada, atau 4 cm
(1.5
inci) pada bayi dan sekitar 5 cm (2
inci) pada anak
d. Berikan kesempatan untuk dada
mengembang kembali secara
sempurna setelah setiap kompresi
e. Seminimal mungkin melakukan
interupsi
f. Hindari pemberian nafas buatan
berlebihan
13. Kompresi dada pada anak berumur 1 – 8
tahun:
a. Letakkan tumit satu tangan pada
setengah bawah sternum, hindarkan
jari-jari pada tulang iga anak.
b. Menekan sternum sekitar 5 cm
dengan kecepatan minimal 100x
permenit
c. Setelah 30 kompresi, buka jalan napas
dan berikan 2 kali napas buatan
sampai dada terangkat ( 1 penolong )
d. Kompresi dan napas bantuan dengan
rasio 15:2 bila 2 penolong
14. Kompresi pada bayi:
a. Letakkan 2 jari satu tangan pada
setengah bawah sternum, lebar 1 jari
di bawah garis intermamma
b. Menekan sternum sekitar 4 cm
kemudian angkat tanpa melepas jari
dari sternum dengan kecepatan
minimal 100 kali permenit
c. Setelah 30 kompresi, buka jalan napas
dan berikan 2 kali napas buatan
sampai dada terangkat ( 1 penolong )
d. Kompresi dan napas bantuan dengan
rasio 15:2 bila 2 penolong
15. Evaluasi setiap 2 menit
16. RJP dilakukan sampai:
a. Timbul napas spontan
b. Diambil alih petugas lain
c. Asistol yang menetap atau tidak
terdapat denyut nadi yang menetap
selama 10 menit atau lebih
d. Penderita yang tidak respon setelah
dilakukan bantuan hidup jantung
lanjut (ACLS) minimal 20 menit
7. Hal-Hal yang perlu - Kompetensi Penolong/Dokter dan perawat yang bertugas
diperhatikan
8. Unit terkait 1. UGD
9. Dokumen terkait 1. Buku register ruang tindakan
Form Informed consent
Status Rekam Medik

Anda mungkin juga menyukai