Anda di halaman 1dari 27

LITERATUR REVIEW

HYPERTIROID

Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pengampu : Rosliana Dewi, S.Kp., M.H.Kes.,M.Kep.,Ph.D.

Disusun Oleh:

KELOMPOK 14

Cep Nunu Nurahman ( C1AA21030 )

Hilma Ainul Witri ( C1AA21048 )

Muhammad Ilyasa Tahrim ( C1AA21081 )

Silmi Desliani ( C1AA21147 )

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

2023
1. TOPIK
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan kasus Hipertiroid

2. KATA KUNCI
Kata kunci yang digunakan adalah Hipertiroid, merokok, perilaku hidup
bersih, protein.

3. SUMBER YANG DIGUNAKAN


Penelaahan artikel dilakukan melalui media elektronik yaitu Google
Scholar dan Garuda. Artikel yang dipilih merupakan hasil penelitian pada
rentang tahun 2011-2023. Diperoleh sebanyak 700 dan 255 dari database
namun hanya 9 artikel yang sesuai dengan kriteria.

4. ALASAN PEMILIHAN SUMBER


a. Sumbernya jelas
b. Isi jurnalnya relevan
c. Sesuai dengan topik pembahasan literatur review

1
5. SUMMARY JURNAL
1) Diagnosa : Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung (Intervensi : Anjurkan
berhenti merokok)

Populasi &
No. Topik Peneliti Tahun Metode Hasil Kesimpulan
Sampel

1 Kolaborasi dalam Imam 2019 research - Disfungsi Tiroid yaitu Bukti kuat menunjukkan
Pengelolaan Tiroid di Subekti hipertiroidisme dan bahwa berhenti merokok
Indonesia: Fokus pada hipotiroidisme berhubungan adalah intervensi yang
Pencegahan dengan risiko timbulnya atau fundamental dalam pencegahan
Oftalmopati pada memburuknya OG. Mekanisme penyakit primer, sekunder, dan
Penyakit Grave hipertiroidisme dan tersier. Oleh karena itu, pasien
hipotiroidisme memengaruhi graves, terlepas dari ada atau
timbulnya dan progresi OG tidaknya OG dan
melalui aktivasi reseptor TSH keparahannya, harus
oleh TRAb dan TSH, yang dimotivasi untuk berhenti
meningkatkan ekspresi antigen merokok.
tiroid dan eksaserbasi reaksi
autoimun melawan antigen

2
bersama yang diekspresikan di
tiroid dan mata. Merokok
berhubungan dengan
hipertiroidisme graves dan OG.
Satu-satunya langkah
pencegahan primer OG ialah
menghentikan merokok.
2 Penatalaksanaan Noviyanti 2018 Study kasus Pasien yang Thyroid eye diseases (TED) Penyakit mata tiroid (Thyroid
Thyroid Eye Disease Choirunnisa mengalami sebagai suatu kondisi autoimun Eye Disease) adalah penyakit
pada Laki-Laki Usia Hasibuan, TED yang dihubungkan dengan radang orbital yang kompleks,
51 Tahun Muhammad status kadar tiroid yang tidak yang dapat mengancam
Yusran, normal, dimana terdapat penglihatan, melemahkan dan
Rani inflamasi berat yang merusak
Himayani menyebabkan remodelling
jaringan orbita, termasuk
akumulasi makromolekul
ekstraseluler dan lemak.
Kondisi ini ditandai dengan
retraksi kelopak mata,

3
proptosis (penonjolan bola
mata ke luar), miopati
ekstraokluler restriktif, dan
neuropati optik pada kasus ini
pasien merokok dan tidak
mengkonsumsi obat-obatan
dan alkohol.
3 Merokok Sebagai Febri 2021 research - Faktor eksternal yang dianggap Merokok merupakan faktor
Faktor Risiko Thyroid Nadyanti, mempengaruhi fungsi tiroid risiko untuk terjadinya Thyroid
Eye Disease M. Yusran dan penyakit tiroid autoimun, Eye Disease pada pasien
serta merupakan faktor terkuat hipertiroid
untuk berkembang menjadi
TED adalah merokok. Terdapat
penelitian yang menyebutkan
bahwa rokok adalah faktor
risiko yang dapat
mempengaruhi durasi, tingkat
keparahan dan meningkatkan
angka kejadian dari TED.

4
6. LITERATUR REVIEW ( Anjurkan Berhenti Merokok )
a) Pengertian Hipertiroid
Hiperthyroidisme adalah gangguan yang disebabkan oleh
kelebihan pengiriman TH (Thyroid Hormone) ke jaringan. Tingkat
kejadian terhadap penderita Graves hipertiroidisme 50% populasi dari
1000, sekitar 25% sampai 50% memiliki keterlibatan mata secara
klinis. Penderita GO memiliki tanda dan gejala meliputi iritasi kornea,
pembengkakan mata, retraksi kelopak mata, eritema konjungtiva,
disfungsi ekstraokular (Nadyanti & Yusran, 2021).

b) Pengertian Graves Ophthalmopathy (GO) atau Thyroid Eye


Disease (TED)
Associated Ophthalmopathy (TAO) yang dikenal dengan Graves
Ophthalmopathy (GO) atau Thyroid Eye Disease (TED) merupakan
salah satu tanda adanya penyakit graves. Thyroid Eye Disease ini
adalah suatu proses autoimun yang berpotensi mengancam
penglihatan, merusak penampilan dan menurunkan kualitas hidup.
Gejala thyroid eye disease dapat berupa mata kering, mata merah,
diplopia, nyeri pada gerakan mata dan perubahan kosmetik. Tanda-
tanda meliputi: proptosis (exophthalmos), retraksi kelopak mata,
kemosis, injeksi konjungtiva, prolaps lemak orbital, keratopati,
pembengkakan periorbital, miopati restriktif mulanya melibatkan
muskulus rektus inferior, kemudian melibatkan otot-otot rektus yang
lain dan neuropati optik (Hasibuan et al., 2018).

c) Anjurkan berhenti merokok pada pasien Hipertiroid


Penyakit tiroid merupakan masalah besar kedua di bidang
endokrinologi dan metabolisme, selain diabetes melitus. Hormon
tiroid berperan penting dalam berbagai proses metabolisme, mulai
dari metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, hingga regulasi
suhu tubuh serta aktivitas fisiologis pada hampir semua sistem organ
tubuh manusia. Oleh karena itu, apabila terdapat gangguan fungsi

5
tiroid, baik berupa kelebihan (hipertiroidisme) atau kekurangan
hormon tiroid (hipotiroidisme), akan mengganggu proses
metabolisme dan aktivitas fisiologis yang akan memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan berbagai jaringan termasuk sistem
saraf dan otak. penyakit graves menempati posisi penting mengingat
jumlahnya sekitar seperempat dari seluruh kasus tiroid, bahkan
merupakan penyebab sebagian besar kasus hipertiroidisme. Di antara
penyakit tiroid, penyakit graves menempati posisi penting mengingat
jumlahnya sekitar seperempat dari seluruh kasus tiroid, bahkan
merupakan penyebab sebagian besar kasus hipertiroidisme. Apabila
penyakit graves disertai tanda dan gejala mata disebut oftalmopati
graves (OG) yang berdampak buruk dan menurunkan kualitas hidup
(Subekti, 2020).
Oftalmopati adalah kelainan ekstratiroid pada penyakit graves yang
paling sering, mulai dari yang ringan (40-50%) hingga sedang-berat
(3-5%). Pasien penyakit graves mengalami oftalmopati dalam
berbagai bentuk seperti mata pedih, terasa ada pasir, nyeri
retrobulbar, diplopia sampai kehilangan penglihatan, dan penurunan
kualitas hidup, OG berdampak negatif terhadap pekerjaan, hobi dan
fungsi psikososial pasien, sehingga tata laksana OG memerlukan
pendekatan holistik yang mempertimbangkan manusia secara utuh
baik fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual (Subekti, 2020). Pada
pasien hipertiroid dengan oftalmopati Grave ataupun terdapat faktor
resiko terjadinya oftalmopati, maka harus dilakukan tindakan untuk
mencapai keadaan eutiroid secepatnya. Terapi dengan steroid
digunakan pada pasien dengan inflamasi berat ataupun adanya
neuropati optik akibat kompresi (Hasibuan et al., 2018). Penyebab
utama terjadinya Thyroid Eye Disease adalah adanya peradangan,
yang mengakibatkan terjadinya produksi berlebih dari
glycosaminglycans (GAG) dan adipogenesis (Nadyanti & Yusran,
2021)

6
Terdapat Studi menyebutkan empat parameter untuk memprediksi
penyakit graves tanpa oftalmopati yang akan berkembang atau tidak
berkembang menjadi OG yaitu aktivitas klinis, TRAb, durasi gejala
penyakit graves dan merokok
▪ Faktor Risiko Oftalmopati pada Penyakit Graves
Oftalmopati pada penyakit graves adalah bagian dari proses
autoimun yang kompleks dan melibatkan jaringan orbita
serta periorbital sekaligus berperan sebagai faktor risiko
yang berpengaruh pada progresifitas OG.Faktor tersebut
dibagi dua, yaitu kelompok yang tidak dapat dimodifikasi
dan yang dapat dimodifikasi.
➢ Faktor yang Tidak Dapat Dimodifikasi
Usia, jenis kelamin, dan genetik merupakan faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi. OG lebih
sering terjadi pada perempuan, tetapi pasien laki-
laki mengalami OG lebih berat dan pada usia lebih
tua.
➢ Faktor yang Dapat Dimodifikasi
Terdapat dua faktor yang dapat dimodifikasi, yaitu
faktor lingkungan dan faktor biokimia.
Pada faktor lingkungan seperti Merokok, Studi
Pfeilschifter menunjukkan bahwa pasien penyakit
graves yang tidak merokok 51,7% mengalami OG,
sedangkan pada pasien perokok aktif 68,2%
mengalami OG, dan pasien mantan perokok 64%
mengalami OG dan Terapi Yodium Radioaktif
untuk Penyakit Graves pada faktor lingkungan.
Sedangkan pada faktor biokimia, Disfungsi Tiroid.
Hipertiroidisme dan hipotiroidisme berhubungan
dengan risiko timbulnya atau memburuknya OG dan
TSH-Receptor Antibody Mekanisme yang

7
memperngaruhi timbulnya dan progresi OG
hipertiroidisme dan hipotiroidisme.

Pencegahan Oftalmopati Graves

Pencegahan penyakit selalu lebih baik daripada pengobatannya


terutama untuk OG karena sepertiga dari pasien pada akhir
perawatan tidak puas dengan abnormalitas penampilan fisik dan
fungsi residual mereka. Ada beberapa Pencegahan yang bisa
dilakukan yaitu Primer, Sekunder, dan Tersier.

▪ Pencegahan primer ditujukan untuk mencegah penyakit


dengan mengendalikan faktor risiko.
▪ Pencegahan sekunder mengacu pada upaya diagnosis dini
dan pengobatan penyakit subklinis, tanpa gejala, untuk
mencegah perkembangannya menuju penyakit yang jelas
secara klinis.
▪ pencegahan tersier meliputi semua tindakan yang diambil
setelah terjadinya penyakit klinis untuk mencegah atau
meminimalkan komplikasi dan kecacatan.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian literatur review diatas maka dapat ditarik kesimpulan.


Bahwa penyakit hipertiroid apabila tidak diobati dengan baik ditambah dengan
kondisi pasien yang memang perokok maka akan mengakibatkan Thyroid eye
disease yaitu penyakit yang berpotensi mengancam penglihatan, merusak
penampilan dan menurunkan kualitas hidup.

SARAN

Berdasarkan uraian kesimpulan diatas maka kami menyarankan untuk


pasien maupun perawat intervensi mengenai anjuran berhenti merokok itu harus
benar-benar ditegakkan agar terhindar dari resiko terjangkit penyakit Thyroid eye
disease atau Graves Ophthalmopathy.

8
2) Diagnosa : Risiko defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ( Intervensi :Identifikasi
faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan mengurangi motivasi perilaku hidup bersih dan sehat)

Populasi &
No. Topik Peneliti Tahun Metode Hasil Kesimpulan
Sampel

1 Beberapa Faktor Erent 2015 cross 154 orang yang Analisis penelitian mengenai Faktor risiko kejadian
Risiko Kejadian ersantika sectional terdiri dari 100 hubungan tingkat konsumsi hipertiroid di daerah endemis
Hipertiroid sari, Henry comparative orang dari makanan kaya iodium ini GAKI Kabupaten Magelang
Pada Wanita Usia Setyawan, daerah endemis menunjukkan ada hubungan adalah sering mengkonsumsi
Subur Di Kabupaten Ari dan 54 orang signifikan tingkat konsumsi makanan kaya iodium,
Magelang udiyono, dari daerah non makanan kaya iodium dengan konsumsi kapsul iodium dan
Agus endemis hipertiroid. Asupan iodium stress berat.
suwandono berlebihan dalam tubuh
menyebabkan fungsi otonom
dari tiroid mensintesis dan
melepaskan hormon tiroid
dalam jumlah yang
berlebihan.
2 Kualitas Tidur dan Helza 2021 cross 76 pasien yang Sebagian besar usia responden Penelitian ini membuktikan

9
Kualitas Hidup Risdianti, sectional mengalami yang mengalami bahwa kualitas hidup pasien
Pasien Yani hiperthyroidisme hiperthyroidisme yang berusia hiperthyroidisme di Rumah
Hiperthyroidisme di Sofiani, di Rumah Sakit 22-42 tahun. Hal ini Sakit Bhayangkara Tk. I R.
Rumah Sakit Toha Bhayangkara disebabkan karena adanya Said Sukanto Kramat Jati
Bhayangkara Tk. I R. Muhaemin Tk. I R. Said kecenderungan muncul pada Jakarta Timur berhubungan
Said Sukanto Kramat Sukanto Kramat usia dimana masa stres yang dengan kualitas tidur. Bila
Jati Jakarta Timur Jati Jakarta ekstrim yakni golongan usia kualitas tidur pasien
Timur dewasa. Individu dengan usia hiperthyroidisme baik, maka
yang matang akan 2 kali lebih mempunyai peluang 5 kali
berpikir secara rasional dan lebih baik kualitas hidupnya.
termotivasi dalam menjalani
hidupnya, sedangkan individu
dengan usia yang lebih muda
cenderung tidak terlalu
memperhatikan pentingnya
kualitas hidupnya.
3 Determinan Tingkat Fitri yani, 2022 Kuantitatif Masyarakat Kab. Hasil dari penelitian ini adalah Berdasarkan penelitian dapat
pengetahuan sikap Sugeng eko Peringsewu 91 peningkatan pengetahuan dari disimpulkan bahwa pada
dan perilaku terhadap Irianto, kelompok kasus audiens yang merupakan ibu tingkat pengetahuan paling

10
perilaku hidup bersih Achmad dan 91 rumah tangga Diharapkan banyak pada tingkat
dan sehat ( PHBS ) djamil, kelompok kesadaran mengenai pengetahuan kurang baik
tatanan rumah tangga Bambang control pentingnya perilaku hidup yaitu berjumlah 36 orang.
masyarakat setiaji bersih. Penerapan PHBS Diketahui bahwa pada
dipengaruhi oleh sikap. responden yang memiliki
Keluarga yang memiliki sikap sikap positif berjumlah 60
baik cenderung akan orang dan yang memiliki
melakukan penerapan sikap negative berjumlah 31
Perilaku Hidup Bersih dan orang. Dan dapat disimpulkan
Sehat (PHBS) dengan baik bahwa pada variable sikap
dan keluarga. Perilaku tidak dengan PHBS PHBS paling
baik dapat berdampak pada banyak pada sikap positif.
penerapan PHBS. Perilaku pada PHBS masih
cukup tinggi yaitu sebesar 53
orang.

11
7. LITERATUR REVIEW ( Identifikasi faktor-faktor yang dapat
meningkatkan dan mengurangi motivasi perilaku hidup bersih dan
sehat).
A. Program Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Program Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya
untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu
kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan
membuka jalan komunikasi, memberikan informasi dan melakukan
edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui
pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan
pemberdayaan masyarakat (empowerman) sebagai suatu upaya untuk
membantu masyarakat untuk mengenali dan mengatasi masalahnya
sendiri, dalam tatanan masing-masing, agar dapat menerapkan cara-
cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatan. Tujuan utama dari tatanan PHBS di tingkat
rumah tangga adalah tercapainya rumah tangga yang sehat (Aeni
dalam Yani et al., 2022).
Permasalahan kesehatan di masyarakat seringkali muncul tanpa
diketahui dan disadari penyebabnya. Hal ini terjadi karena masih
rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan.
Masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat paling sering muncul
adalah kematian ibu dan anak yang masih tinggi, penyakit menular,
tidak menular, gizi buruk, pola hidup tidak sehat (Natsir dalam Yani
et al., 2022).
Berikut adalah beberapa hal yang mempengaruhi PHBS di
lingkungan masyarakat:
1) Pengetahuan
Pengetahuan baik sangat berpengaruh terhadap PHBS semakin
seseorang berpengetahuan tinggi maka penerapan PHBS makin
baik, sedangkan apabila pengetahuan seseorang rendah dan tidak
melakukan penerapan PHBS dengan benar akan menimbulkan
berbagai macam penyakit pada keluarga dan lingkungan seperti

12
demam berdarah, serangan jantung diakibatkan rokok dan keadaan
lingkungan yang rusak karena banyaknya sampah dan air yang
kotor
2) Sikap
Menurut WHO, sikap menggambarkan suka atau tidak suka
seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengaiaman
sendiri atau dari orang lain yang paling dekat, Sikap membuat
seseorang mendekati atau menjauhi suatu objek. Sikap positif
terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu
tindakan yang nyata. Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
dipengaruhi oleh sikap. Keluarga yang memiliki sikap baik
cenderung akan melakukan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) dengan baik dan keluarga yang memiliki ikap tidak
baik akan melakukan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) tidak baik pula
3) Perilaku
Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku dapat dikatakan sebagai
totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil
bersama antara beberapa faktor. Sebagian besar perilaku manusia
adalah operant response yang berarti respons yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti olehstimulus tertentu yang disebut
reinforcing stimulation atau reinfocer yang akan memperkuat
respons.

B. Faktor penyebab kekurangan motivasi dan perilaku hidup bersih


dan sehat pada pasien hipertiroid
Tiroid adalah kelenjar endokrin yang terbesar pada tubuh manusia,
kelenjar tiroid terletak dibawah laring dan berada di bagian depan
trakea. Kelenjar tiroid dapat menghasilkan dua hormon utama yaitu
T3 yang disebut triiodotironin dan T4 yang disebut tiroksin, hormon
tersebut berperan dalam mengatur metabolisme tubuh.

13
Hiperthyroidisme masih sering terjadi akibat kadar hormon tiroid yang
tinggi dalam darah sehingga kelebihan hormon tiroid dapat
menyebabkan proses metabolik dalam tubuh berlangsung lebih cepat
dan dapat menimbulkan gejala seperti emosional, tremor, sulit
konsentrasi dan sulit tidur. Pasien hiperthyroidisme sering mengalami
masalah gangguan tidur. faktor-faktor yang menyebabkan pasien
kekurangan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat diantaranya:
1) Kualitas tidur yang tidak baik
Pasien hiperthyroidisme yang mengalami kesulitan tidur
disebabkan karena kelebihan hormon tiroid dapat meningkatkan
laju metabolisme dan meningkatkan kerja saraf simpatik sehingga
aktivitas saraf simpatik meningkat serta menimbulkan efek eksitasi
dari hormon tiroid pada sinaps dan mempengaruhi serotonin yang
dapat menyebabkan kesulitan tidur (Risdianti et al., 2021).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Mutalazimah,
didapatkan pasien hiperthyroidisme dengan gangguan tidur
sebanyak 53,8%, cemas sebanyak 53,8%, mudah marah sebanyak
61,5%, penurunan motivasi sebanyak 53,8%, penurunan aktivitas
sosial sebanyak 46,1%, sensitif suhu panas sebanyak 23,1%,
eksoftalmus sedang sebanyak 7,7%, mudah lelah sebanyak 84,6%,
edema kaki sebanyak 7,7%, lemah otot sebanyak 38,5%, kulit
lembek sebanyak 15,4%, kesulitan mengingat sebanyak 30,7%,
penurunan konsentrasi sebanyak 61,5% dan gangguan menstruasi
sebanyak 7,7%, masalah tersebut berdampak pada beberapa aspek
seperti kesehatan fisik, psikologis, sosial dan lingkungan.
Kecemasan yang dialami oleh pasien hipertiroid yang
mempengaruhi kualitas tidur adalah terbangun tengah malam, tidur
tidak nyenyak, sering mimpi buruk sehingga terbangun, terkadang
terasa sesak, jantung berdebar-debar dan sering terasa panas
sehingga banyak mengeluarkan keringat yang membuat tidur tidak
nyaman, akibatnya mereka sering tidak konsentrasi dan menahan
kantuk ketika berkerja atau melakukan aktivitas lainnya

14
2) Asupan Iodium yang berlebih
Pada penelitian (Ersantika Sari et al., 2015) menemukan
bahwa kejadian hipertiroidisme yang terjadi pada responden
dengan mengaku konsumsi makanan kaya iodiumnya tinggi ketika
sedang bekerja merantau ke kota yang merupakan daerah pesisir.
Asupan iodium yang berlebihan dalam tubuh mengebabkan fungsi
otonom dari tiroid mensintesis dan melepaskan hormon tiroid
dalam jumlah yang berlebihan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
jumlah iodium yang berlebihan dapat meblokir fungsi tiroid dalam
memproduksi hormon. Peristiwa ini ditandai dengan peningkatan
kadar hormon tiroid dalam darah terutama kadar FT4. Selain itu
kondisi kelebihan iodium juga dapat berakibat buruk terhadap
kesehatan yaitu terjadinya tirotoksikosis dan meningkatkan risiko
Iodine Induced Hyperthyroidsm (IIH).

3) Stress berat
Ada hubungan tingkat stress dengan kejadian hipertiroid.
Stress berkorelasi dengan peningkatan sekresi kortisol yang dapat
menghambat sekresi TSH. Dalam hal ini stress tidak berhubungan
langsung dengan kejadian hipertiroid, akan tetapi stress dapat
menjadi faktor risiko pemicu tingkat keparahan hipertiroid.
Paparan stress secara keseluruhan tidak berhubungan dengan
keparahan biokimiawi hipertiroid, namun berhubungan langsung
dengan keparahan klinis hipertiroid. Peristiwa hidup yang negatif
dan penyakit tiroid secara signifikan berhubungan dengan kejadian
hipertiroid (Ersantika Sari et al., 2015).

15
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian literatur review diatas maka dapat ditarik kesimpulan.


Bahwa hal yang mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan
masyarakat itu karena adanya pengetahuan tentang arti pentingnya menjaga
kebersihan di lingkungan, sikap yang positif yang dapat dibentuk mulai dari
lingkungan keluarga dan perilaku yang positif juga yang bisa meningkatkan dan
melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman
penyakit dan lingkungan. Selain itu, ternyata ada beberapa faktor yang menjadi
penyebab kurangnya motivasi PHBS pada pasien hipertiroid yaitu diantaranya
kualitas tidur yang tidak baik, konsumsi iodium yang berlebih dan adanya stress
yang berat.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas maka kami menyarankan bagi pasien


hipertiroid maupun masyarakat umum untuk bisa menegakkan perilaku hidup
bersih dan sehat agar senantiasa melindungi kesehatan setiap anggota rumah
tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan.

16
3) Diagnosa : Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan ( Intervensi: Berikan
makanan tinggi kalori dan tinggi protein )

Populasi &
No. Topik Peneliti Tahun Metode Hasil Kesimpulan
Sampel

1 Pengaruh Sri Nuryani 2018 pre-klinis Tikus putih Terdapat peningkatan Formula berisi susu
pemberian kedelai Wahyuningrum, eksperimental Galur Wistar signifikan berat badan tinggi kalsium dan
dan susu tinggi Hastin Dyah menggunakan betina, usia pada semua kelompok kedelai (dengan
kalsium terhadap Kusumawardani, hewan coba tiga bulan, tikus yang diberi perbandingan 3:2,7) yang
fungsi tiroid dan Ismi Setianingsih, tikus putih berat badan intervensi. Fungsi diberikan selama enam
massa tulang pada Alfien Galur Wistar 200±50 gram pencernaan yang minggu pada tikus
tikus hipertiroid Susbiantonny,Candra betina awalnya pada kondisi hipertiroid, belum
Puspitasari, Catur hipertiroid bekerja terbukti dapat membantu
Wijayanti. secara hiperaktif, sudah menormalkan fungsi
mulai berfungsi normal tiroid dan meningkatkan
dan berpengaruh densitas massa tulang
terhadap optimalisasi secara signifikan.Tetapi,
absorpsi makanan. Akan pada Fungsi pencernaan
tetapi pada penelitian yang awalnya pada

17
ini, pemberian formula kondisi hipertiroid
kedelai plus susu tinggi bekerja secara hiperaktif,
kalsium selama enam sudah mulai berfungsi
minggu belum dapat normal dan berpengaruh
memberikan perubahan terhadap optimalisasi
bermakna terhadap absorpsi makanan.
kadar TSH dan FT4
pada Fisiologis
Hormonal dan Densitas
Massa Tulang Tikus.
2 Hubungan Sri supadmi, Suryati 2011 cross 2 orang Sebagian besar WUS Berdasarkan penelitian
konsumsi energi, kumorowulan, Asih sectional WUS mempunyai umur tidak dapat hubungan
protein dengan setyani berumur 15 kurang atau sama yang bermakna antara
aktivitas kerja pada dan 49 tahun dengan 40 tahun yaitu konsumsi energi dengan
Wanita usia subur lebih dari 80%. Semua aktivitas kerja WUS,
hipertiroid wanita usia subur demikian juga tidak
memiliki tingkat terdapat hubungan yang
aktivitas yang sama. bermakna antara
Asupan energi dan konsumsi protein dengan

18
protein pada WUS aktivitas kerja.
separuh mengalami
kekurangan dari
kebutuha protein yang
seharusnya. Hal ini
terjadi karena kondisi
sebagian WUS
mempunyai status
Iodium hipertiroid.
3 Tiroidektomi Reyhan Zuhdi Gofita 2019 Cros 62 pasien Pada penelitian ini Jenis kelamin
meningkatkan IMT Widyawigata, Yan sectional dengan didapatkan mempengaruhi kenaikan
(indeks massa Wisnu Prajoko, metode pengaruh yang IMT pascaoperasi
tubuh) pada pasien Endang Mahati, consecutive signifikan (p = 0.007) tiroidektomi pada pasien
hipertiroid di RSUP Albertus Ari sampling dari faktor resiko jenis hipertiroid. Pengaruh
dr. Kariadi Adrianto kelamin terhadap jenis kelamin terjadi
semarang perubahan IMT pasien karena terdapat
yang dilakukan perbedaan hormonal
tiroidektomi. Dari 42 pada pria dan wanita
orang subjek penelitian yang menyebabkan

19
perempuan didapatkan perbedaan dalam
rerata kenaikan IMT penyimpanan lemak saat
senilai 2.13 sedangkan terjadinya penumpukan
pada 20 orang subjek lemak tubuh.
penelitian laki-laki
didapatkan rerata
kenaikan IMT senilai
3.54. hal ini sesuai
dengan penelitian
sebelumnya yang
menyatakan bahwa
rerata IMT pada laki-
laki lebih tinggi
dibandingkan pada
wanita.

20
8. LITERATUR REVIEW (Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein)
A. Asupan nutrisi pada pasien hipertiroid
Hipertiroid merupakan salah satu masalah gangguan hormonal
(endokrin) yang cukup banyak terjadi, disamping diabetes melitus
(DM) dan osteoporosis, dengan risiko kejadian 2 - 5 persen. Hormon
tiroid berperan penting dalam mengatur metabolisme homeostasis
tubuh, pertumbuhan, diferensiasi sel selama perkembangan, termasuk
perkembangan skeletal dan mengatur massa tulang pada orang
dewasa. Selain perlu diberikan pengobatan anti-tiroid, pasien
hipertiroid juga sebaiknya menjaga diet yang tepat untuk mencegah
penurunan densitas tulang. Berikut adalah beberapa asupan yang bisa
diberikan pada pasien hipertiroid:
a) Asam amino berperan utama dalam sintesis protein dalam tubuh,
selain itu juga sebagai prekursor sebagian besar koenzim,
hormon, dan asam nukleat. Protein yang tersintesis dari asam
amino akan menjalankan fungsi khususnya yaitu membangun
serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.
b) Kedelai mengandung protein dan isoflavon.
Protein merupakan sumber utama pembentukan kolagen tulang
untuk menjaga kekuatan dan daya tahan tulang. Sedangkan
isoflavon pada kedelai dari jenis genistein dan daidzein
merupakan zat goitrogenik alami yang dapat mencegah
pembentukan hormon tiroid, sehingga dapat membantu
pengurangan produksi hormon tiroid. Kelompok makanan kedelai
mengandung genistein dan daidzein yang berpengaruh terhadap
fungsi tiroid diantaranya dengan cara mengurangi asupan iodium,
menghambat organifikasi hormon tiroid, meningkatkan loss of
thyroxine pada sirkulasi hati, menghambat tiroperoksidase, dan
sebagai kompetitor T4 saat berikatan dengan TBG. Angka
kecukupan protein pada untuk wanita usia subur adalah 50 gram
(Supadmi, Sri, Suryati kumorowulan, 2011).

21
c) Kalsium, Fosfor dan Iodium.
Kalsium, fosfor dan magnesium adalah bagian dari tulang,
serta iodium merupakan bahan utama pembentukan hormon
tiroid. Fungsi dan metabolisme kalsium dan fosfor sangat erat
berhubungan. Sebagian besar kedua unsur ini terdapat sebagai
garam kalsium fosfat di dalam jaringan keras tubuh yaitu tulang
dan gigi. Iodium merupakan salah satu mineral mikro yang
dibutuhkan dalam pembentukan hormon tiroid, oleh karena itu
ketersediaan iodium dalam tubuh harus cukup dan
berkesinambungan. Tubuh manusia yang sehat mengandung 15-
20 mg iodium (Wahyuningrum et al., 2018).
Fosfor terkandung dalam hampir semua jenis makanan,
terutama bahan makanan yang mengandung protein tinggi seperti
daging, ikan, telur, susu dan hasil olahannya, serta kacang-
kacangan dan serealia. Kebutuhan harian fosfor untuk remaja dan
dewasa adalah 400-500 mg.
Iodium merupakan salah satu mineral mikro yang
dibutuhkan dalam pembentukan hormon tiroid, oleh karena itu
ketersediaan iodium dalam tubuh harus cukup dan
berkesinambungan. Tubuh manusia yang sehat mengandung 15-
20 mg iodium. Kelenjar tiroid harus mendapatkan kurang lebih 60
µg iodium tiap harinya untuk menyeimbangkan kebutuhan
tiroksin.14 Kebutuhan harian untuk remaja dan dewasa adalah
150 µg/hari. Kandungan iodium formula pangan adalah 24,2 ppm
atau 16 persen AKG iodium dalam tubuh. Kandungan dalam
formula cukup rendah, sehingga aman untuk dikonsumsi oleh
pasien hipertiroid.

B. Prosedur Tiroidektomi pada kenaikan status IMT pasien


hipertiroid
Langkah pertama dalam mengobati hipertiroidisme adalah untuk
menjadikan pasien eutiroid melalui pengobatan antitiroid. Setelah

22
pasien eutiroid, ada tiga pilihan terapi definitif yaitu dengan
melanjutkan terapi obat antitiroid, radioaktif iodine, dan tiroidektomi.
Pada penderita hipertiroid dapat mengalami efek metabolisme
karbohidrat yaitu meningkatkan glukoneogenesis dan absorbsi
glukosa usus sehingga pada hipertiroid sering terjadi penurunan berat
badan (kurus) tanpa penurunan nafsu makan dan muncul rasa
kelelahan akibat peningkatan kebutuhan energi. Wanita usia subur
yang mempunyai asupan protein masih kurang dari kecukupan
kebutuhan proteinnya dan apabila keadaan ini terus berlangsung maka
dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan hormon dari
kelenjar tiroid terutama pada tahapan transportasi hormon (Supadmi,
Sri, Suryati kumorowulan, 2011).
Tiroidektomi adalah prosedur bedah yang telah banyak dilakukan
karena prosedur ini memiliki angka mortalitas yang rendah.Prosedur
tiroidektomi pada pasien hipertiroid akan meningkatkan nilai serum
TSH, dan seiring dengan meningkatnya serum TSH, IMT pasien juga
akan meningkat (Widyawigata et al., 2019).
Akan ada kenaikan status IMT pasien hipertiroid pada periode
pascaoperasi tiroidektomi yang terbukti secara signifikan. Perbedaan
rerata status IMT tersebut disebabkan karena IMT pasien meningkat
seiring dengan peningkatan nilai serum TSH setelah dilakukannya
tiroidektomi. Jenis kelamin mempengaruhi kenaikan IMT
pascaoperasi tiroidektomi pada pasien hipertiroid. Pengaruh jenis
kelamin terjadi karena terdapat perbedaan hormonal pada pria dan
wanita yang menyebabkan perbedaan dalam penyimpanan lemak saat
terjadinya penumpukan lemak tubuh. Penumpukan lemak tubuh pada
kondisi overweight dan obese terjadi banyak pada lemak visceral,
dimana penyimpanan lemak pada area visceral lebih banyak pada pria
dibandingkan dengan wanita karena adanya perbedaan hormonal
(Widyawigata et al., 2019).

23
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian literatur review diatas makan dapat ditarik kesimpulan.


Bahwa pemberian makan tinggi protein itu sangat diperlukan pada pasien
hipertiroid karena protein merupakan sumber utama pembentukan kolagen tulang
untuk menjaga kekuatan dan daya tahan tulang. Selain mengobati hipertiroidisme
melalui pengobatan antitiroid pada langkah terakhir itu ada prosedur tiroidektomi

SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas maka kami menyarankan pemberian kalori


maupun protein pada pasien hipertiroid harus benar-benar diperhatikan karena
apabila asupan nya tidak terpenuhi dan berat badan pasien menurun drastis
mungkin prosedur tiroidektomi bisa dilaksanakan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ersantika Sari, E., Setyawan, H., Udiyono, A., Suwandono, A., Peminatan
Epidemiologi dan Penyakit Tropik FKM UNDIP, M., & Bagian Peminatan
Epidemiologi dan Penyakit Tropik FKM UNDIP, D. (2015). BEBERAPA
FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTIROID PADA WANITA USIA SUBUR
DI KABUPATEN MAGELANG " Studi Kasus di Klinik Litbang BP2GAKI
Magelang ". 3(3), 2356–3346. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Hasibuan, N. C., Yusran, M., Himayani, R., Kedokteran, F., Lampung, U., Ilmu,
B., Mata, K., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2018). Penatalaksanaan
Thyroid Eye Disease pada Laki-Laki Usia 51 Tahun Thyroid Eye Disease
Management on A 51 Years Old Man. Majority, 7(3), 158–162.

Nadyanti, F., & Yusran, M. (2021). Merokok Sebagai Faktor Risiko Thyroid Eye
Disease Smoking as Risk Factor for Thyroid Eye Disease. 10, 9–12.
https://www.jurnalmajority.com/index.php/majority/article/view/4/2

Risdianti, H., Sofiani, Y., & Muhaemin, T. (2021). Kualitas Tidur dan Kualitas
Hidup Pasien Hiperthyroidisme di Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I R. Said
Sukanto Kramat Jati Jakarta Timur. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara
Forikes, 12(April), 62–66. http://forikes-
ejournal.com/index.php/SF/article/view/1248

Subekti, I. (2020). Kolaborasi dalam Pengelolaan Tiroid di Indonesia: Fokus pada


Pencegahan Oftalmopati pada Penyakit Grave. EJournal Kedokteran
Indonesia, 7(3). https://doi.org/10.23886/ejki.7.11288.

Supadmi, Sri, Suryati kumorowulan, A. S. (2011). Hubungan konsumsi energi,


protein dengan aktivitas kerja pada wanita usia subur hipertiroid. 1, No.4 :1.

Wahyuningrum, S. N., Kusumawardani, H. D., Setianingsih, I., Susbiantonny, A.,


Puspitasari, C., & Wijayanti, C. (2018). Pengaruh Pemberian Kedelai Dan
Susu Tinggi Kalsium Terhadap Fungsi Tiroid Dan Massa Tulang Pada Tikus
Hipertiroid. Media Gizi Mikro Indonesia, 9(1), 11–26.
https://doi.org/10.22435/mgmi.v9i1.571

25
Widyawigata, R. Z. G., Prajoko, Y. W., Mahati, E., & Adrianto, A. A. (2019).
Tiroidektomi Meningkatkan Imt ( Indeks Massa Tubuh ) Pada Pasien
Hipertiroid Di Rsup Dr. Kariadi Semarang. Diponegoro Medical Journal
(Jurnal Kedokteran Diponegoro), 8(4), 1225–1235.

Yani, F., Irianto, S. E., Djamil, A., & Setiaji, B. (2022). Determinan Tingkat
Pengetahuan Sikap dan Perilaku Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) Tatanan Rumah Tangga Masyarakat. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal
Ilmiah STIKES Kendal, 12(3), 661–672.
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM

26

Anda mungkin juga menyukai