Anda di halaman 1dari 4

Alauddin Law Development Journal (ALDEV) Page Number

Vol. 5, No. 1, 2023

Perlindungan Hak Asasi Anak Sebagai Tenaga Kerja Pada Sektor Pertanian
Andi Nurazizah Ramadhani

Universitas Islam Negeri Alauddin Makasaar

@Andinurazizahr09@gmail.com

This is an open access article under the CC BY 4.0 license.

Gambaran tentang ketenagakerjaan di Indonesia berlanjut ketika Undang-undang Dasar NKRI 1945 dalam Pasal 27 ayat (2), menegaskan bahwa pekerjaan dan

kehidupan yang layak merupakan hak konstitusional bagi segenap rakyat Indonesia. Konsekuensi logis dari penegasan ini adalah, lahirnya kewajiban Negara untuk menyediakan

fasilitas dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada segenap rakyat untuk dapat memperoleh pekerjaan sekaligus menjadikan pekerjaan tersebut sebagai sesuatu yang layak

5
bagi kemanusiaan. Dengan demikian pelanggaran terhadap hak dasar yang dilindungi konstitusi merupakan pelanggaran hak asasi manusia.

Upaya perlindungan hukum terhadap anak yang bekerja dalam praktiknya mengalami banyak hambatan, diantaranya factor ekonomi, factor budaya, factor peran
6
serta masyarakat, serta lemahnya koordinasi dan kerjasama, dan keterbatasan aparatur pemerintah yang bertugas melakukan pengawasan.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan pendekatan perundang undangan (statute approach), disamping itu

tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam karya tulis ini yaitu studi kepustakaan yakni dengan mengkaji literatur literatur atau karya tulis yang sesuai dan berkaitan

dengan tulisan ini. Data yang diperoleh tersebut kemudian akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perlindungan Hukum Hak Asasi Anak Sebagai Tenaga Kerja Sektor Pertanian
1. Perlindungan Hukum Hak Asasi Anak

Anak sebagai sebuah pribadi yang sangat unik dan memiliki ciri yang khas. Perkembangan anak dengan kemampuan dirinya melakukan sesuatu

sangatlah dipengaruhi oleh lingkungan dalam membentuk perilaku anak. Sehingga peran dari orang tua, guru serta orang dewasa lainnya sangat dibutuhkan

dalam membentuk perilaku anak demi masa depan anak.

Salah satu bentuk perlindungan anak adalah dengan terwujudnya kepastian hukum bagi anak. Perlindungan adalah pemberian jaminan atas

keamanan, ketentraman, kesejahteraan, dan kedamaian di masa sekarang, nanti dan akan datang, hakikat perlindungan hukum terhadap anak bukan saja terletak

pada instrumen hukumnya, namun perangkat-perangkat lainnya seperti masyarakat, lingkungan, budaya dan jaminan masa depan yang cerah.

5
Kahfi, Ashabul. "Perlindungan hukum terhadap tenaga kerja." Jurisprudentie: Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum 3.2 (2016): 59-72.
6
Netti Endrawati, Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Anak Sektor Informal (Studi Kasus Kota Kediri) Universitas Islam Kediri jurnal dinamika hokum, Vol 12

No.2Mei 2012
e-ISSN: 26863782 p-ISSN: 27148742
Alauddin Law Development Journal (ALDEV) Page Number
Vol. 5, No. 1, 2023

7
Perlindungan hak asasi anak adalah meletakkan hak anak ke dalam status sosial anak dalam kehidupan masyarakat, sebagai bentuk

perlindungan terhadap kepentingan kepentingan anak yang mengalami masalah sosial. Selama ini anak hanya dipaksa menuruti kehendak orang tua tanpa

diperhatikan kehendak anak. Oleh karna itu perlindungan mutlak diperlukan. Proses perlindungan anak tersebut sebagai proses edukasi terhadap ketidakpahaman

dan kemampuan anak dalam melakukan suatu tugas tugas sosial kemasyarakatan. Perlindungan hak asasi anak dapat diberikan dengan cara sistematis, melalui

serangkaian program, stimulasi, latihan, pendidikan, bimbingan keagamaan, permainan dan dapat juga diberikan melalui bantuan hukum yang dinamakan

advokasi dan hukum perlindungan anak. Orang tua juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak, mereka juga harus mendapatkan

pendidikan dan pelatihan bagaimana mendidik anak yang baik dan menghargai hak hak anak.

Dari ketentuan yang disebutkan, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah memiliki kewajiban untuk memelihara hak-hak seluruh individu anak yang

dianggap sebagai bagian dari warga negara Indonesia. Ini meliputi hak atas kelangsungan hidup dan hak untuk mengalami proses pertumbuhan dan

perkembangan dalam lingkungan yang bebas dari ancaman kekerasan dan perlakuan yang tidak adil. Kewajiban Negara terhadap warga yang berada dalam

kondisi kurang mampu dan anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian memadai dijaga dan dilaksanakan oleh pemerintah. Prinsip ini ditegaskan dalam Pasal

34 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Keberadaan pekerja anak ini dilematis, satu sisi anak-anak bekerja untuk memberikan konstribusi pendapatan keluarga, namun mereka rentan

dengan eksploitasi dan perlakuan salah. Pada kenyataannya, sulit untuk memisahkan antara partisipasi anak, pembelajaran dengan eksploitasi anak. Pendidikan

yang rendah dan kepribadian yang belum matang akan membuat mereka tidak memiliki posisi tawar yang tinggi dalam dunia kerja atau lingkungan sosial.

KEPRES No 59 Tahun 2002 telah mengidentifikasi 13 jenis pekerjaan terburuk untuk anak yakni Pekerja tani, misalnya di perkebunan sama sekali

tidak mendapatkan hak-hak sebagai pekerja. Mereka bekerja 7 jam sehari tanpa cuti. Biasanya mereka dibayar berdasarkan banyaknya daun yang berhasil dipetik

atau getah yang disadap. Biasanya anak-anak tersebut dipekerjakan untuk membantu orang tuanya memenuhi target harian, dan tidak terdaftar sebagai pekerja.

Jarang dilakukan pemeriksaan terhadap pekerja anak di perkebunan karena :

 Anak-anak di tempat kerja tersebut seringkali bersama keluarganya.

 Daerah perkebunan secara geografis cukup tersembunyi.

Sanksi pidana bagi pelanggaran hak pekerja anak adalah sebagai berikut:

1. Pasal 183 undang undang ketenagakerjaan menyatakan :

7
Maulana Hassan Wadong, Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, H. 36

e-ISSN: 26863782 p-ISSN: 27148742


Alauddin Law Development Journal (ALDEV) Page Number
Vol. 5, No. 1, 2023

(1) barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pasal 74, dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan

paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

e-ISSN: 26863782 p-ISSN: 27148742

Anda mungkin juga menyukai