Tugas Makalah - Filsafat Ilmu - Epistemologi - Kelompok 2.
Tugas Makalah - Filsafat Ilmu - Epistemologi - Kelompok 2.
Disusun Oleh :
1. Widi Hardian Nugraha (1233040048)
2. Aliman Abdul Mukhlis (1233040057)
3. Ahmad Faiz Al Farizi (1233040064)
4. Siti Mariam (1233040068)
5. Dewi Ratna Sekar Ningsih (1233040074)
Segala puji Syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan Kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah Filsafat Ilmu dengan judul “Epistemologi Metode Ilmu Pengetahuan” . Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Filsafat Ilmu di
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada Teknik
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, Kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak – pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Epistemologi Ilmu Pengetahuan
2.2 Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan
2.3 Metode Ilmu Pengetahuan
2.4 Kebenaran Ilmu pengetahuan
2.5 Aliran Aliran Filsafat Epistemologi
1.3 Tujuan
Adapun tujan dibuat nya makalah ini adalah :
1.mengetahui pengertian epistemologi
2. mengetahui sumber ilmu pengetahuan
3. mempelajari metode ilmu pengetahuan
3. mempelajari kebenaran dalam ilmu pengetahuan
5. mengetahui aliran aliran filsafat epistemologi
BAB II
PEMBAHASAN
1) Alam
Salah satu sumber epistemologi adalah alam semesta ini. Yang dimaksud dengan
alam adalah alam materi, alam ruang dan waktu, alam gerakan, alam yang
sekarang kita tengah hidup didalamnya, dan kita memiliki hubungan dengan alam
ini dengan menggunakan berbagai alat Indera kita. Pada masa dahulu dan masa
sekarang ini ada beberapa ilmuan yang tidak mengakui alam sebagai suatu sumber
epistemologi. Plato tidak mengakui alam sebagai suatu sumber epistemologi,
karena hubungan manusia dengan alam adalah dengan perantaraan alat indera
dan sifatnya partikular (juz’i), karena ia meyakini bahwa particular bukanlah suatu
hakikat. Bahkan Descartes yang merupakan salah seorang dari dua filosof
( Descartes dan Francis Bacon) yang menempatkan ilmu pengetahuan
cenderung pada alam ia tidak mengakui alam sebagai sumber epistemologi dan
tidak mengakui indera sebagai alat epistemologi. Descartes mengatakan, “Alam
mesti dikaji dan dipelajari dengan menggunakan indera, tetapi hal ini tidak akan
mengantarkan kita pada suatu hakikat. Pengetahuan ilmiah hanya bermafaat bagi
aktivitas kita dan kita tidak memiliki suatu keyakinan bahwa apakah sesuatu yang kita
ketahui itu realitasnya adalah persis sebagaimana yang kita ketahui. Alam memiliki nilai
praktis (‘amali) dan bukan nilai teoritis (nazhari) serta ilmiah (‘ilmi).” Tetapi diantara
para ilmuwan dunia, sedikit sekali yang memiliki pandangan semacam itu.
Sebagian besar dari mereka adalah meyakini bahwa alam ini adalah sumber
epistemologi. Sekarang hipotesa yang ada adalah bahwa alam ini merupakan salah
satu sumber epistemologi. Alhasil, jika epistemologi itu diartikan secara lebih
umum, yakni epistemologi ialah sesuatu yang dapat memberikan kepada kita suatu
kekuatan dan tenaga praktis, ataupun sesuatu yang dapat menunjukkan suatu
hakikat, tentu tidak ada lagi keraguan padanya (epistemologi itu).
Di antara para ilmuwan yang ada pada masa sekarang ini, para ilmuwan yang memiliki
pola pikir materialis, menolak sumber dan alat ini. Sedangkan para ilmuan yang
mamiliki pola pikir ilahi (meyakini keberadaan Tuhan), mereka amat percaya dan yakin
terhadap sumber dan alat ini. Misalnya Bergson, atau yang biasa disebut William James.
Ia adalah seorang filosof terkenal berkebangsaan Amerika, dan banyak lagi para
ilmuwan lainnya yang percaya dan yakin terhadap sumber dan alat ini. Dengan demikian,
maka Islam tergolong kelompok yang mengakui hati sebagai suatu sumber
epistemologi dan alatnya adalah “penyucian jiwa” (tazkiyah an-nafs).
3) Sejarah
Sejarah adalah sumber lain epistemologi yang sekarang ini dianggap sebagai suatu
sumber yang sangat penting. Al- Qur’an juga sangat mementingkan sumber ini.
Karena menurut Al-Qur’an, selain alam, rasio dan hati, masih ada satu sumber lain yaitu,
sejarah. Jika kita mengatakan bahwa alam adalah sumber epistemologi, maka di
dalamnya juga berisi sejarah. Al-Qur’an secara jelas dan tegas menyatakan bahwa
sejarah merupakan bahan kajian. Dengan demikian, maka sejarah itu merupakan
salah satu sumber epistemologi.
Orang sering merasa bahwa pengindraan adalah alat yang paling vital dalam
memperoleh pengetahuan. Memang dalam hidup manusia tampaknya pengindraan
adalah satu- satunya alat untuk mencerap segala objek yang ada di luar diri manusia.
Karena terlalu menekankan pada kenyataan, paham demikian dalam filsafat disebut
realisme. Realisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa semua yang dapat
diketahui hanya kenyataan. Jadi, pengetahuan berawal dari kenyataan yang dapat
diindrai.
5) Nalar (Reasion)
Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran
atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam masalah ini tentang asas-asas pemikiran, yaitu sebagai berikut:
a) Principium Identitas yaitu sesuatu itu sama dengan dirinya sendiri (A=A).
Asas ini biasa disebut asas kesamaan.
b) Principium contradictioad yaitu apabila dua pendapat yang bertentangan, tidak
mungkin kedua-duanya benar dalam waktu yang bersamaan. Dengan kata
lain pada subjek yang sama tidak mungkin terdapat dua predikat yang
bertentangan pada satu waktu. Asas ini biasa disebut asas pertentangan.
c) Principium tertii exclusi yaitu apabila dua pendapat yang berlawanan tidak
mungkin keduanya benar dan tidak mugkin keduanya salah. Kebenaran hanya
terdapat satu diantara kedua itu, tidak perlu ada pendapat yang ketiga.
Asas ini biasa disebut asas tidak adanya kemungkinan ketiga.
6) Otoritas (Authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui
kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan, karena
kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang mempunyai
kewibawaan dalam pengetahuannya. Pengetahuan yang diperoleh melalui
otoritas ini biasanya tanpa diuji lagi karena orang yang telah menyampaikannya
mempunyai kewibawaan tertentu.
7) Intuisi (Intuision)
Intuisi adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia melalui proses kejiwaan
tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat pernyataan
berupa pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi tidak dapat
dibuktikan seketika atau melalui kenyataan karena pengetahuan ini muncul tanpa
adanya pengetahuan lebih dahulu. Dengan demikian, peran intuisi sebagai
sumber pengetahuan adalah adanya kemampuan dalam diri manusia yang dapat
melahirkan pernyataan pernyataan berupa pengetahuan.
8) Wahyu (Revelation)
Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi-Nya untuk
kepentingan umatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui wahyu, karena ada
kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu. Seseorang yang mempunyai
pengetahuan melalui wahyu secara dogmatic akan melaksanakan dengan baik.
Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan, karena kita
mengenal sesuatu dengan melalui kepercayaan kita.
9) Keyakinan (Faith)
Keyakinan adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui
kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan berupa wahyu dan
keyakinan ini sangat sukar untuk dibedakan secara jelas, karena keduanya
menetapkan bahwa alat lain yang dipergunakannya adalah kepercayaan.
Perbedaannya barangkali jika keyakinan terhadap wahyu yang secara dogmatik
diikutinya adalah peraturan yang berupa agama. Adapun keyakinan melalui
kemampuan kejiwaan manusia merupakan pematangan (maturation) dari
kepercayaan. Karena kepercayaan itu bersifat dinamik mampu menyesuaikan
dengan keadaan yang sedang terjadi. Sedangkan keyakinan itu sangat statik,
kecuali ada bukti- bukti baru yang akurat dan cocok buat kepercayaannya.
Metode ini mempunyai mekanisme kerja yaitu menggunakan standar rasio untuk
menentukan validitas ilmu pengetahuan dan juga untuk mencari sumber ilmu
pengetahuan. Akan tetapi, pemikiran ini obyeknya dibatasi pada sekup empiris saja.
Dan juga metode ini mengandalkan skeptisis dalam mencari sebuah kebenaran.
Namun kebanyakan metode ini selalu terus menerus. Metode rasional ini mempunyai
peranan yang sangat besar dalam epistemologi Barat, karena ini merupakan ciri filsafat
modern dan berpikir ilmiah.
b. Metode Dialogis
c. Metode Komparatif
3) mengungkapkan ciri-ciri dari obyek yang dibandingkan secara jelas dan terinci;
d. Metode Kritis
Salah satu cara mengembangkan pengetahuan adalah dengan kritik. Kritik
sangat berperan dalam mewujudkan dinamika ilmu pengetahuan. Kritik merupakan
motif utama bagi perkembangan intelektual. Tanpa kritik tak ada motif rasional
untuk mengubah teori-teori kita. Akan tetapi dalam kritik biasanya terjadi
kontradiksi. Kontradiksi tidak boleh dibiarkan, harus dicari solusinya agar mendapat
kepastian. Menerima kontradiksi menyebabkan kritik berhenti dan membawa
kejatuhan ilmu.
f) Metode ‘Ibrah
Metode ini merupakan upaya untuk menggali pengetahuan filsafat pendidikan
Islam melalui sejarah pendidikan Islam. Termasuk dimensi pendidikan pada sejarah
yang diabadikan dalam al-Qur’an.
Kebenaran dalam sudut pandang Filsafat Ilmu sebagai mana yang ditulis oleh J.
Sudarminta dalam bukunya Epistemologi Dasar “Secara umum kebenaran biasanya
dimengerti sebagai kesesuaian antar apa yang dipikirkan dan atau dinyatakan dengan
kenyataan yang sesungguhnya. Dalam pengertian ini kata kenyataan yang
sesungguhnya menjadi tolak ukur penentu penilaian Dalam sebuah perkembangan
Kebenaran terdapat beberapa teori yang mengemukakan tentang kebenaran. Secara
klasik terdapat tiga teori tentang kebenaran yaitu:
Rasionalisme
Aliran ini berpendapat semua pengetahuan bersumber dari akal pikiran
atau rasio. Tokohnya antara lain Rene Descrates (1596–1650), yang
membedakan adanya tiga ide, yaitu innate ideas (ide bawaan), sejak
manusia lahir atau juga dikenal dengan adventitinous ideas , yaitu idea
yang berasal dari luar manusia, dan faktitinousideas , atau ide yang
dihasilkan oleh pikiran itu sendiri. Tokoh lain yaitu Spinoza (1632−1677),
Leibniz (1666−1716).
Empirisme
Aliran ini berpendirian bahwa semua pengetahuan manusia diperoleh
melalui pengalaman indra. Indra memperoleh pengalaman (kesan-kesan)
dari alam empiris, selanjutnya kesan-kesan tersebut terkumpul dalam diri
manusia menjadi pengalaman. Tokohnya antara lain:
o John Locke (1632−1704), berpendapat bahwa pengalaman dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) pengalaman luar
( sensation ), yaitu pengalaman yang diperoleh dari luar dan (2)
pengalaman dalam, batin ( reflexion ). Kedua pengalaman tersebut
merupakan idea yang sederhana yang kemudian dengan proses
asosiasi membentuk idea yang lebih kompleks.
o David Hume (1711−1776), yang meneruskan tradisi empirisme.
Hume berpendapat bahwa ide yang sederhana adalah salinan
( copy ) dari sensasi- sensasi sederhana atau ide-ide yang
kompleks dibentuk dari kombinasi ide-ide sederhana atau kesan-
kesan yang kompleks. Aliran ini kemudian berkembang dan
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan terutama pada abad 19 dan 20.
Realisme
Realisme merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan bahwa objek-
objek yang kita serap lewat indra adalah nyata dalam diri objek tersebut.
Objek- objek tersebut tidak bergantung pada subjek yang mengetahui atau
dengan kata lain tidak bergantung pada pikiran subjek. Pikiran dan dunia
luar saling berinteraksi, tetapi interaksi tersebut memengaruhi sifat dasar
dunia tersebut. Dunia telah ada sebelum pikiran menyadari serta akan
tetap ada setelah pikiran berhenti menyadari. Tokoh aliran ini antara lain
Aristoteles (384−322 SM), menurut Aristoteles, realitas berada dalam
benda-benda konkret atau dalam proses-proses perkembangannya.
Bentuk ( form ) atau ide atau prinsip keteraturan dan materi tidak dapat
dipisahkan. Kemudian, aliran ini terus berkembang menjadi aliran realisme
baru dengan tokoh George Edward Moore, Bertrand Russell, sebagai
reaksi terhadap aliran idealisme, subjektivisme, dan absolutisme. Menurut
realisme baru: eksistensi objek tidak bergantung pada diketahuinya objek
tersebut.
Kritisisme
Kritisisme menyatakan bahwa akal menerima bahan-
bahan pengetahuan dari empiri (yang meliputi indra dan pengalaman).
Kemudian akal akan menempatkan, mengatur, dan menertibkan dalam
bentuk-bentuk pengamatan yakni ruang dan waktu. Pengamatan
merupakan permulaan pengetahuan sedangkan pengolahan akal
merupakan pembentukannya. Tokoh aliran ini adalah Immanuel Kant
(1724−1804). Kant mensintesiskan antara rasionalisme dan empirisme.
Positivisme
Tokoh aliran ini di antaranya August Comte, yang memiliki pandangan
sejarah perkembangan pemikiran umat manusia dapat dikelompokkan
menjadi tiga tahap, yaitu:
o Tahap fteologis, yaitu manusia masih percaya pengetahuan atau
pengenalan yang mutlak. Manusia pada tahap ini masih dikuasai
oleh takhayul-takhayul sehingga subjek dengan objek tidak
dibedakan.
o Tahap Metafisis, yaitu pemikiran manusia berusaha memahami dan
memikirkan kenyataan, tetapi belum mampu membuktikan dengan
fakta.
o Tahap Positif, yang ditandai dengan pemikiran manusia untuk
menemukan hukum-hukum dan saling hubungan lewat fakta. Oleh
karena itu, pada tahap ini pengetahuan manusia dapat berkembang
dan dibuktikan lewat fakta (Harun H 1983: 110 dibandingkan
dengan Ali Mudhofir 1985: 52 dalam Kaelan 1991: 30).
Skeptisisme
Menyatakan bahwa indra adalah bersifat menipu atau menyesatkan.
Namun, pada zaman modern berkembang menjadi skeptisisme medotis
(sistematis) yang mensyaratkan adanya bukti sebelum suatu pengalaman
diakui benar. Tokoh skeptisisme adalah Rene Descrates (1596−1650).
Pragmatisme
Aliran ini tidak mempersoalkan tentang hakikat pengetahuan, namun
mempertanyakan tentang pengetahuan dengan manfaat atau guna dari
pengetahuan tersebut. Dengan kata lain kebenaran pengetahuan
hendaklah dikaitkan dengan manfaat dan sebagai sarana bagi suatu
perbuatan. Tokoh aliran ini, antara lain C.S Pierce (1839−1914),
menyatakan bahwa yang terpenting adalah manfaat apa (pengaruh apa)
yang dapat dilakukan suatu pengetahuan dalam suatu rencana.
Pengetahuan kita mengenai sesuatu hal tidak lain merupakan gambaran
yang kita peroleh mengenai akibat yang dapat kita saksikan (Ali Mudhofir
1985: 53 dalam Kaelan 1991: 30).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
dan sumber-sumber pengetahuan. Sehingga kita mengetahui dengan jelas dari mana kita
tersebut antara lain adalah alam, akal, hati, pengalaman indera, sejarah, intuisi,
keyakinan, dan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui akal, indra, dan
Dan tanpa sumber-sumber tersebut maka kita tidak tahu darimana pengetahuan itu berasal.
DAFTAR PUSAKA
1.https://www.studocu.com/id/document/sekolah-tinggi-ilmu-ekonomi-indonesia/
manajemen/makalah-epistemologi-ilmu/51986505
3. https://www.dictio.id/t/apa-saja-aliran-aliran-dalam-epistemologi/129501