5 Dina Afriani 1910125120020 5E PGSD Proposal PTK
5 Dina Afriani 1910125120020 5E PGSD Proposal PTK
Disusun Oleh :
Nama : Dina Afriani
NIM : 1910125120020
No. Absen : 5
Kelas : 5E PGSD
Proposal ini disusun sebagai tugas ujian akhir semester mata kuliah
Metodologi Penelitian. Saya berusaha menyusun proposal ini dengan segala
kemampuan, namun proposal ini kemungkinan masih banyak memiliki
kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun akan saya terima dengan senang hati
demi perbaikan proposal selanjutnya. Semoga proposal ini bisa memberikan
informasi mengenai “Penerapan Model Pembelajaran PBL, NHT dan Talking
Stick untuk Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Pantun Kelas IV SDN 3 Pantai
Hambawang Barat” dan bermanfaat bagi para pembacanya. Atas perhatian dan
kesempatan yang diberikan untuk membuat proposal ini saya ucapkan terima
kasih.
Banjarmasin, Desember 2021
Penulis
Dina Afriani
NIM 1910125120020
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2
Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan 3
model pembelajaran, yaitu PBL, NHT dan Talking Stick terhadap peningkatan
hasil belajar menulis pantun.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik melakukan
penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan judul
penelitian “Penerapan Model Pembelajaran PBL, NHT dan Talking Stick untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Pantun Kelas IV SDN 3 Pantai
Hambawang Barat”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimakah aktivitas guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
materi materi menulis pantun melalui model pembelajaran PBL
dengan kombinasi NHT, dan Talking Stick pada siswa kelas IV
Semester 2 SDN 3 Pantai Hambawang Barat ?
2. Bagaimakah aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
materi menulis pantun melalui model pembelajaran PBL dengan
kombinasi NHT, dan Talking Stick pada siswa kelas IV Semester 2
SDN 3 Pantai Hambawang Barat ?
3. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia materi
menulis pantun melalui model pembelajaran PBL dengan kombinasi
NHT, dan Talking Stick pada siswa kelas IV Semester 2 SDN 3 Pantai
Hambawang Barat ?
3
Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar mata pelajaran
Bahasa Indonesia masih rendah pada materi menulis pantun, salah
satunya yaitu pelaksanaan pembelajaran yang kurang menarik
sehingga siswa kurang semangat mengikuti pembelajaran.
3. Cara mengatasinya
Berdasarkan permasalahan yang muncul diatas, maka perlu adanya
strategi atau intervensi dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran PBL dengan kombinasi NHT, dan Talking Stick. Dengan
menerapkan 3 kombinasi model pembelajaran tersebut diharapkan
siswa mampu memahami cara menulis pantun.
4. Alasan memilih model
Alasan Penggunaan model pembelajaran PBL dengan kombinasi
NHT, dan Talking Stick karena memiliki beberapa kelebihan. Menurut
(Shoimin, 2016) kelebihan-kelebihannya, yaitu siswa didorong untuk
memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata, tidak
ada siswa yang mendominasi dalam kelompok karena ada nomor yang
membatasi, menguji kesiapan siswa dalam pembelajaran, dan siswa
berani mengemukakan pendapat.
5. Langkah – Langkah model
Adapun langkah-langkah kombinasi model pembelajaran ini yaitu:
a. Guru meorientasi siswa kepada menemukan ketentuan dalam
menulis pantun.
b. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang terdiri
antara 4-5 siswa. Masing-masing anggota kelompok memperoleh
nomor yang berbeda-beda dan guru membantu siswa
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan ketentuan dalam menulis pantun.
c. Guru memberikan tema-tema yang berbeda tentang pantun kepada
setiap kelompok. Selanjutnya, guru memberikan arahan menulis
pantun sesuai dengan ketentuannya yang didapatkan.
4
d. Dari perintah tersebut, siswa bersama kelompoknya membahas dan
menyatukan idenya dalam menulis pantun.
e. Selanjutnya, guru memanggil salah satu nomor secara acak.
Kemudian, nomor kepala siswa yang dipanggil mengacungkan
tangan dan membacakan pantun hasil kerja kelompok kepada
seluruh kelas.
f. Guru meminta siswa yang lain untuk memberikan tanggapan
terhadap hasil tulisan pantun temannya.
g. Setelah semua perwakilan kelompok selesai membacakan pantun
dan kembali duduk berpisah, selanjutnya guru menyiapkan sebuah
tongkat untuk salah satu siswa untuk menyampaikan hasil
kesimpulan pembelajaran Bahsa Indonesia materi menulis pantun
yang dilakukan. Cara menentukannya, guru dan siswa bersama-
sama menyanyikan lagu dengan menggilirkan tongkat secara
bergantian. Siswa yang memegang tongkat saat lagu berakhir akan
memaparkan hasil kesimpulan dari pembelajaran yang dilakukan.
h. Kemudian, guru melaksanakan evaluasi dan refleksi dari apa yang
telah dilakukan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi
menulis pantun.
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui aktivitas guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi
materi menulis pantun melalui model pembelajaran PBL dengan
kombinasi NHT, dan Talking Stick pada siswa kelas IV Semester 2
SDN 3 Pantai Hambawang Barat ?
2. Mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
materi menulis pantun melalui model pembelajaran PBL dengan
kombinasi NHT, dan Talking Stick pada siswa kelas IV Semester 2
SDN 3 Pantai Hambawang Barat ?
3. Mengetahui peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia materi menulis
pantun melalui model pembelajaran PBL dengan kombinasi NHT, dan
Talking Stick pada siswa kelas IV Semester 2 SDN 3 Pantai
Hambawang Barat ?
5
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru dapat kesempatan untuk berperan aktif dalam
mengembangkan pengetahuan dan kinerja secara professional serta
dengan hasil penelitian ini diharapakan dapat memperbaiki proses
pembelajaran yang mana mampu menambah wawasan dan inovasi
baru yang dapat dijadikan bahan kajian materi dalam mengefektifkan
dan mensuk-seskan kegiatan belajar mengajar di kelas sehingga dapat
mengopti-malkan hasil belajar siswanya.
2. Bagi Siswa hasil penelitian ini diharapkan dapat peningkatan atau
perbaikan pendidikan siswa di sekolah serta bermanfaat dalam
menambahkan pemahaman dan pengusaan dalam materi menulis
pantun pada mata pelajaran Bahasa Indonesia hingga memumpuk dan
meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan, kenyaman,
kesenangan dalam diri siswa untuk mengikuti proses pembelajaran di
kelas.
3. Bagi Kepala Sekolah bermanfaat untuk sekolah yaitu permasalahan
aktual di sekolah dapat teratasi dan sekolah tersebut dapat menentukan
kebijakan sendiri dalam meningkatkan pembelajaran sesuai dengan
kemampuan dan kondisi masing-masing serta meningkatkan
kemampuannya dalam membimbing dan mensurvei guru-guru
disekolahnya agar dapat meningkatkan kinerja dalam proses belajar
mengajar terutama mata pelajaran Bahasa Indonesia.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
9
Dari uraian di atas, terkait dengan teori behaviorisme,
kognitivisme, teori belajar psiko sosial, teori gagne serta yang terakhir
adalah teori fitrah yang sesuai dengan pendidikan Islam, maka penulis
menyimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku
dan perubahan pemahaman, yang pada mulanya seorang anak tidak
dibekali dengan potensi fitrah, kemudian dengan terjadinya proses
belajar maka seorang anak beubah tingkah laku dan pemahamannya
semakin betambah.
2. Pembelajaran
Menurut Komalasari (2010) dalam (Faizah, 2017), dijelaskan
bahwa, pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau
proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan
atau didesain, dilaksanakan, dievaluasi secara sistematis agar subjek
didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara
efektif dan efisien. Terdapat dua konsep yang tidak bisa dipisahkan
dalam kegiatan pembelajaran yaitu belajar dan mengajar. Belajar
mengacu kepada apa yang dilakukan siswa, sedang mengajar mengacu
kepada apa yang dilakukan oleh guru.
Pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut, pertama
pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri
dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain tujuan
pembelajaran, media pembelajaran, pengorganisasian kelas, evaluasi
pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remedial dan
pengayaan). Kedua, pembelajaran dipandang sebagai suatu proses
yang meliputi kegiatan yang dilakukan oleh guru mulai dari
perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program
tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Menurut Muhaimin dalam (Arfani, 2018), prinsip-prinsip
pembelajaran ada lima, yaitu:
a. Prinsip kesiapan, proses belajar sangat dipengaruhi oleh kesiapan
individu sebagai subjek yang malakukan kegiatan belajar. Kesiapan
10
belajar adalah kondisi fisikpsikis (jasmani-mental) individu yang
memungkinkan subjek dapat melakukan belajar
b. Prinsip motivasi, motivasi dapat diartikan sebagai tenaga
pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke
arah suatu tujuan tertentu. Jadi agar pembelajaran sukses, harus
adanya motivasi pada siswa, baik itu motivasi internal ataupun
eksternal.
c. Prinsip perhatian, dalam proses pembelajaran, perhatian merupakan
faktor yang besar pengaruhnya. Kalau siswa mempunyai perhatian
yang besar dapat membuat siswa untuk mengarahkan diri pada
tugas yang akan diberikan, melihat masalah-masalah yang
diberikan, memilih dan memberikan fokus pada masalah yang
harus diselesaikan, dan mengabaikan hal-hal lain yang tidak
relevan.
d. Prinsip persepsi, sekali siswa memiliki persepsi yang salah
mengenai apa yang dipelajari maka untuk selanjutnya akan sukar
diubah persepsi yang sudah melekat tadi, sehingga dengan
demikian ia akan mempunyai struktur kognitif yang salah.
e. Retensi, retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat setelah
mempelajari sesuatau. Dengan retensi membuat apa yang telah
dipelajari dapat bertahan atau tertinggal lebih lama dalam struktur
kognitif dan dapat diingat kembali jika diperluhkan.
12
juga merupakan kumpulan proses dan nilai yang dapat dikembangkan dalam
kehidupan nyata. Banyak siswa yang tidak dapat mengembangkan
pemahamannya terhadap konsep-konsep pelajaran Bahasa Indonesia karena
antara perolehan pengetahuan dan prosesnya tidak terintegrasi dengan baik
sehingga siswa mengalami kesulitan belajar Bahasa Indonesia.
14
a. Faktor lingkungan keluarga, Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini
merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan
perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja merupakan faktor
pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar
seseorang.
b. Faktor lingkungan sekolah, sekolah adalah lembaga formal terjadinya
proses belajar mengajar. Selain pendidikan dalam keluarga, pendidikan
disekolah diperoleh secara teratur, sistematis, bertingkat mulai TK
sampai perguruan tinggi.
c. Faktor lingkungan masyarakat, kegiatan siswa dalam masyarakat dapat
menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetepi kalau
kegiatan siswa terlalu banyak maka akan tergaggu belajarnya, karna ia
tidak bisa mengatur waktu
F. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hal yang tidak asing lagi dalam dunia pendidikan.
Dimana penilaian tersebut bertujuan melihat kemajuan belajar siswa dalam
hal penguasaan materi pembelajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan.Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar
adalah minat, yaitu keinginan yang dapat menimbulkan perhatian akibat
adanya suatu hal yang menarik. Menurut Slameto (2003:57) dalam (Meuthia
Karina, Syafrina, & Habibah, 2017), memaparkan bahwa minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai
dengan rasa senang”. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh cara-cara belajar
yang dilakukan oleh siswa itu sendiri.
Mutu pendidikan sangatlah erat kaitannya dengan mutu guru dan mutu
siswa. Guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran merupakan faktor
penentu kunci keberhasilan dalam pelaksanaan pendidikan. Seorang guru
yang profesional tidak cukup hanya dengan menguasai materi pelajaran saja,
akan tetapi seorang guru harus mampu mengayomi, menjadi contoh, dan
selalu mendorong siswa untuk lebih baik dan maju. Selain faktor guru, dalam
mewujudkan peningkatan mutu pendidikan juga tidak terlepas dari faktor
15
siswa karena siswa merupakan titik pusat proses pembelajaran. Oleh karena
itu, dalam meningkatkan mutu pendidikan haruslah pula diikuti dengan
peningkatan mutu siswa. Peningkatan mutu siswa dapat dilihat pada tingkat
hasil belajar siswa. Menurut Susanto (2013: 5) dalam (Yosefa Awe & Benge,
2017), hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik
yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari
belajar. Pengertian tentang hasil belajar dipertegas oleh Nawawi yang
menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan
siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam
skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran
tertentu. Bagi seorang siswa mendapatkan hasil belajar yang baik merupakan
sebuah kebanggaan. Siswa yang mendapatkan hasil belajar yang baik akan
selalu berusaha untuk menjaga dan meningkatkan hasil belajar yang telah
diperolehnya. Akan tetapi, untuk mendapatkan hasil belajar yang baik
bukanlah hal yang mudah, karena keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh
beberapa faktor dan memerlukan usaha yang besar untuk meraihnya. Berhasil
atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang
mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang
yang belajar (internal) meliputi kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan
motivasi, dan cara belajar serta ada pula dari luar dirinya (eksternal) meliputi
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Satu
diantara faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang belajar adalah minat
dan motivasi.
G. Model Pembelajaran
Berikut ini penjelasan 3 kombinasi model yang digunakan.
1. Problem Based Learning (PBL)
Menurut Duch, Problem-Based Learning (PBL) atau Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) adalah metode pengajaran yang bercirikan
adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para siswa belajar
berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh
pengetahuan ( (Fadhilah Amir & dkk, 2020). Sejalan dengan itu, Finkle
dan Torp (1995) juga menyatakan bahwa PBM merupakan pengembangan
16
kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan
strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan
keterampilan dengan menempatkan para siswa dalam peran aktif sebagai
pemecahan permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik.
Dua definisi di atas mengandung arti bahwa PBL atau PBM merupakan
setiap suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan
sehari-hari.
Langkah-langkah model pembelajaran PBL, yaitu :
a. Tahap pertama, adalah proses orientasi siswa pada masalah. Pada tahap
ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang
diperlukan, memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah, dan mengajukan masalah.
b. Tahap kedua, mengorganisasi siswa. Pada tahap ini guru membagi
siswa kedalam kelompok, membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.
c. Tahap ketiga, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok.
Pada tahap ini guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
yang dibutuhkan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
d. Tahap keempat, mengembangkan dan menyajikan hasil. Pada tahap ini
guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan laporan,
dokumentasi, atau model, dan membantu mereka berbagi tugas dengan
sesama temannya.
e. Tahap kelima, menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil
pemecahan masalah. Pada tahap ini guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan
yang mereka lakukan
2. Numbered Head Tongethet (NHT)
Numbered Head Together (NHT) memberikan kesempatan pada siswa
untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang
paling tepat. Selain itu, metode ini juga mendorong siswa untuk
meningkatkan semangat kerjasama mereka. Metode ini bisa digunakan
17
untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Ngatini (2012) dalam (Efi Bidari, Kartika Dewi, & Wahju Andjariani,
2021), juga berpendapat bahwa model pembelajaran Numbered Head
Together (NHT) mengajarkan kepada siswa agardapat bekerja sama dan
selalu siap untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang
diberikan guru. Dalam hal ini maka siswa akan menjadi termotivasi dan
lebih disiplin dalam mengerjakan tugas dan memperhatikan apa yang
diinstruksiskan guru. Menggunankan metode Numbered Head Together
(NHT) mampu mengaktifkan siswa dalam belajar, sehingga siswa yang
terlibat aktif menimbulkan semangat, minat, antusiasme, serta menambah
motivasi belajar. Dengan situasi pembelajaran yang seperti ini diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar.
Langkah-langkah model pembelajaran NHT, yaitu :
a. Penomoran; Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 3
sampai 5 orang secara heterogen dan kepada setiap anggota kelompok
diberi nomor 1 sampai 5.
b. Pengajuan pertanyaan; Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa.
Pertanyaan dapat bervariasi dan spesifik dalam bentuk kalimat tanya.
c. Berpikir Bersama Siswa menyatakan pendapat terhadap jawaban
pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui
jawaban tersebut.
d. Pemberian Jawaban; Guru menyebut nomor tertentu kemudian siswa
yang nomornya dipanggilmengacungkan tangannya dan mencoba
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
3. Talking Stick
Menurut Rusna dan Nursalam (2018) dalam (Suban Molan, Finsensia
Ansel , & Mbabho, 2020),model pembelajaran kooperatif tipetalking
stickadalah suatu model pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat,
kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab
pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya,
selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus-menerus sampai semua
kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru.
18
Langkah-langkah model pembelajaran Talking Stick, yaitu :
a. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
b. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan
mempelajari materi pelajaran.
c. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, guru
mempersilahakan siswa untuk menutup bukunya.
d. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu
guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat
tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian
besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari
guru.
e. Guru memberikan kesimpulan.
f. Evaluasi.
g. Penutup.
J. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan kelas
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “Jika diterapkan model
Problem Based Learning (PBL) kombinasi dengan Numbered Head Together
(NHT) dan Talking Stick pada pembelajaran Bahasa Indonesia materi menulis
Pantun maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas IV SDN 3 Pantai
Hambawang Barat tahun pelajaran 2021/2022”
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (PTK) yang merupakan
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar yang berupa tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitan Tindakan dibedakan menjadi dua macam, yaitu Penelitian
Tindakan dan Penelitian Tindakan Kelas. Dimana penelitian tindakan
bertujuan mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara
pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan
langsung di dunia kerja atau dunia actual yang lain, dengan cara tidak
terlibat langsung di dalam kegiatan, peneliti hanya mengamati orang yang
melakukan tindakan tersebut, sedangkan PTK terlibat langsung dalam
pelaksanakan kegiatan tersebut. Istilah penelitian tindakan kelas (PTK)
atau Classroom action research sebenarnya tidak terlalu dikenal diluar
negeri, istilah ini dikenal di Indonesia untuk suatu penelitian tindakan
(action research) yang aplikasinya dalam kegiatan belajar mengajar dikelas
dengan maksud memperbaiki proses belajar mengajar, dengan tujuan
untuk meningkatkan atau memperbaiki praktek pembelajaran menjadi
lebih efektif. Sejalan dengan itu juga Buorg mengemukakan salah satu
cara yang strategis bagi guru untuk meningkatkan atau memperbaiki
layanan pedidikan bagi guru dalam konteks pembelajaran di kelas, melalui
penelitian tindakan kelas.
Pembahasan ini menggunakan istilah penelitian tindakan kelas (PTK)
yang sebenarnya merupakan action research. Ide tentang penelitian
tindakan pertama kali dikembangkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946,
yang memperkenalkan 4 langkah PTK, yakni : perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi. Namun, ide untuk menerapkan penelitian tindakan
dalam memperbaiki pembelajaran dicetuskan oleh Stephen Corey pada
tahun 1953.
22
Kemmis (1983) dalam (Farhana, Awiria, & Muttaqien, 2019),
mendefinisikan penelitian tindakan sebagai suatu bentuk penelaah atau
inquiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan
pendidikan tertentu (misalnya guru atau kepala sekolah) dalam situasi
social (termaksud pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan
kebenaran serta keabsahan dari:
a. Praktik-praktik sosial kependidikan yang mereka lakukan sendiri.
b. Pemahaman mereka mengenai praktik-praktik tersebut.
c. Situasi kelembagaan tempat praktik-praktik itu dilaksanakan.
Guru dapat melakukan penelitian dalam upaya menemukan cara atau
prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru
dalam proses belajar mengajar dikelas. Keberhasilan PTK dievaluasi
dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil
pembelajaran yangterjadi pada siswa. PTK dapat dimanfaatkan sebagai
alat untuk pengembangan kurikulum, pengembangan sekolah,
pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya.
Pada umumnya, guru melaksanakan PTK dengan cara belajar dari
tindakannya dalam mengajar dan berupaya meningkatkan aktivitas siswa
dalam belajar. Guru dapat mempelajari cara membuat siswa untuk terlibat
aktif dalam belajar dengan mengamati perilaku siswa dalam belajar. Jadi,
guru harus membuat rencana yang baik dalam mempelajari tindakannya
dan kaitannya dengan perilaku siswa. Oleh sebab itu, dalam upaya
membuat rencana untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar (KBM).
2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Beberapa karateristik PTK yang perlu dipahami oleh guru dan
mahasiswa program studi kependidikan adalah sebagai berikut:
h. PTK merupakan penelitian tindakan di kelas yang dirancang dan
dilakukan oleh guru untuk menanggulangi masalah-masalah yang
ditemukan di kelas. Fokus permasalahan terkait praktik pembelajaran
yang muncul di kelas. Penelitian ini dimulai dari identifikasi
permasalahan nyata yang berkaitan dengan praktik pembelajaran
seharihari yang dihadapi guru dikelas.
23
i. PTK dilakukan dengan menerapkan tindakan tertentu untuk
memperbaiki PBM di kelas. Tindakan yang dilakukan harus dilandasi
rasional atau kerangka berfikir yang jelas sehingga diyakini akan
dapat mengatasi permasalahan. Pemilihan tindakan perlu dilakukan
dengan menganalisis akar permasalahan dan mengkaji teori yang
sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
j. PTK dilakukan secara evaluative dan reflektif untuk memahami
permasalahan dan dampak tindakan yang diterapkan dalam
pembelajaran. Evaluasi dan refleksi tentang proses belajar mengajar
yang terjadi saat pelaksanaan tindakan merupakan dasar dan
menentukan tindakan perbaikan pada siklus selanjutnya.
k. PTK dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerja guru, terutama
peningkatan kemampuan guru dalam kegiatan belajar mengajar.
l. PTK dapat dilaksanakan secara fleksibel dan dapat disesuaikan
dengan keadaan yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar
mengajar.
m. Hasil PTK tidak dapat digeneralisasikan karena bersifat kontekstual
dan situasional sesuai dengan kondisi didalam kelas yang diteliti.
Variable-variable atau faktor-faktor yang ditelaah selalu terkait
dengan keadaan dan suasana di kelas yang merupakan tempat
penelitian.
n. PTK dapat dilaksanakan secara individual oleh guru, atau secara
kolaboratif oleh beberapa orang guru.
o. PTK merupakan penelitian yang bersifat informal. Proses pelaksanaan
PTK dari mulai perancangan, pelaksanaan, refleksi, dan penyusunan
laporannya dilakukan atas inisiatif dan kemauan guru sendiri.
3. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Beberapa prinsip yang mendasari penelitian tindakan kelas dapat
diadopsi dari pendapat Hopkins (1992) dalam (Farhana, Awiria, &
Muttaqien, 2019), tentang prinsip dalam menerapkan penelitian kelas,
yakni:
24
a. Pelaksanaan PTK tidak boleh mengganggu komitmen dan tugas utama
guru dalam mengajar. PTK merupakan intervensi praktik yang
dilakukan oleh guru untuk meningkatkan proses belajar mengajar,
namun tidak boleh mengganggu KBM.
b. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu
yang berlebihan dari guru, sehingga tidak mengganggu proses
pembelajaran.
c. Metodologi yang digunakan harus cukup reliable, sehingga guru dapat
mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis yang meyakinkan,
mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya,
serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk “menjawab”
hipotesis yang dikemukakannya.
d. Masalah penelitian yang ada akan diselesaikan oleh guru hendaknya
masalah yang cukup merisaukannya, dan terkait dengan tanggung
jawab profesionalnya sebagai guru.
e. Ketika melaksanakan PTK, guru harus bersikap konsisten dan menaati
prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya.
f. Walaupun guru hanya bertanggung jawab dalam pembelajaran di
kelas, namun dalam pelaksanaan PTK sedapat mungkin harus
menggunakan wawasan holistik sekolah. Jadi, permasalahan yang
ditemukan oleh guru seharusnya tidak dianalisis berdasarkan dalam
konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu saja, namun perlu
ditinjau dalam perspektif visi dan misi sekolah secara keseluruhan.
4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
PTK adalah salah satu model penelitian praktis yang dapat digunakan
untuk memperbaiki kinerja guru. Beberapa manfaat penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. PTK dapat digunakan sebagai cara bagi guru untuk meliti sendiri
praktik-praktik pembelajaran yang dilakukannya dikelas. Manfaat
pelaksanaan PTK bagi guru adalah untuk memperbaiki praktik-praktik
pembelajarannya agar lebih efektif.
25
b. Guru dapat melakukan PTK sambil melaksanakan tugas sehari-hari,
sehingga ia tidak perlu mengorbankan target kurikulum yang harus
dicapai. Hal tersebut dimungkinkan karena PTK tidak membutuhkan
waktu dan tenaga secara khusus, sehingga tidak membebani pekerjaan
guru.
c. PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori pembelajaran dan
praktiknya di kelas. Jika ada praktik pembelajaran yang tidak cocok
dengan sebuah teori belajar, maka PTK guru dapat mengadaptasi teori
yang ada untuk kepentingan proses dan produk pembelajaran yang
efektif, optimal, dan fungsional.
d. Melalui pelaksanaan PTK, guru dapat melihat, merasakan dan
menghayati secara langsung Apakah praktik-praktik pembelajaran
yang selama ini dilakukan memiliki efektivitas yang tinggi atau tidak.
Ditinjau dari aspek yang hendak diperbaiki, maka PTK dapat
dimanfaatkan untuk melakukan inovasi pembelajaran. Guru yang
melaksanakan PTK pada umumnya mencoba mengubah, mengembangkan,
meningkatkan gaya mengajarnya agar sesuai dengan tuntunan kelas.
Secara tidak langsung guru yang melaksanakan PTK telah melakukan
inovasi pembelajaran. Inovasi pembelajaran yang dilakukan melalui PTK
berangkat dari permasalahan nyata yang dihadapi guru di kelas.
5. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Ketika melaksanakan PTK, guru harus mengikuti tahapan mulai dari
membuat perencanaan,melaksanakan tidakan dan observasi, serta
melakukan evaluasi dan refleksi,perencanaan PTK,harus di deskripsikan
secara rinci dalam proposal PTK. Berikut ini di jelasakan mengenai
langkah-langkah pelaksanaan PTK secara rinci, mulai dari pemilihan topik
sampai kegiatan refleksi.
a. Pemilihan Topik dan Identifkasi Permasalahan Penelitian
Perumusan permasalahan penelitian merupakan titik tolak dari
kegiatan penelitian.Kegiatan penelitian dilaksanakan karena ada
masalah yang harus dipecahkan.tindakan dalam PTK dirancang untuk
mengatasi masalah yang di hadapi dalam proses belajar mengajar
26
(PMB). Guru sering terjebak pada pemilihan judul PTK terlebih
dahulu sebelum mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan
penelitian. Jika rumusan masalah telah dinyatakan secara jelas, maka
PTK akan dapat dilasankan secara lebih terarah.
b. Analisis dan Perumusan Masalah PTK
Setelah dilakukan identifikasi masalah, langkah selanjutnya adalah
melakukan analisis dan pemilihan masalah. Hasil identifikasi masalah
hanya memberikan gambaran tentang bermacam-macam masalah
dalam suatu kerangka system tertentu. Mungkkin masalah yang di
hadapi guru/peneliti cukup banyak, sehingga peneliti harus memilih
dan menentukan prioritas dari sekian masalah yang di hadapi. Peneliti
dituntut utuk menganalisis dan memilih serta menentukan masalah
peneliti berdasarkan kriteria tertentu. Masalah penelitian yang di pilih
hendaknya benar-benar merupakan kebutuhan nyata yang mendesak
untuk di selesaikan.
c. Mengkaji Teori dan Menetapkan Hipotesis Tindakan
Mengkaji teori sangat bermanfaat dalam menentukan solusi dan
kebutuhan perumusan hipotesis tindakan. Perumusan hipotesis yang
sahih seharusnya di turunkan dari kajian teori, kajian penelitian yang
relevan, dan diskusi dengan para pakar. Analisis kelayakan suatu
hipotesis sangat diperlukan, sebab akan menentukan keberhasilan
tujuan penelitian. Hipotesis tindakan dalam PTK sedikit berbeda
dengan hipotesis pada penelitian konvensional (formal) yang pada
umumnya bersifat kuantitatif dan umumnya mengarah pada hubungan
sebab akibat perbedaan.
d. Pembuatan Rencana Tindakan Perbaikan
Langkah utama dalam membuat perencanaan tindakan setelah guru
melakukan identifikasi permasalahan dan menganalisis akar masalah.
Rencana tindakan dibuat secara rinci setelah peneliti mengkaji teori
dan menetapkan landasan berfikit serta hipotesis tindakan (bersifat
optional). Perencanaan PTK merupakan suatu scenario atau program
kerja yang akan dilakukan pada saat pelaksanaan PTK. Perencanaan
27
tindakan meliputi semua langkah tindakan secara rinci, segala
keperluan pelaksanaan PTK (materi atau bahan ajar, metode mengajar,
serta teknik dan instrument observasi), dan perkiraan kendala yang
mungkin timbul pada pelaksanaan.
e. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan di lakukan sesuai dengan rencana tindakan
(RPP) yang telah dipersiapkan. Penelitian dapat melakukan modifikasi
untuk menjamin tercapainya tujuan. Modifikasi tersebut pada
umumnya dilakukan dengan adanya dinamika proses belajar mengajar
dan respon siswa yang dengan harapan guru. Namun garis besar
rencana tindakan jangan diubah agar arah perbaikan tetap dapat di
lakasanakan dan dikendalikan. Guru sebagai peneliti harus melakukan
pengolahan dan pengendalian agar tidak terjadi penyimpangan
prosedur skenario belajar yang mungkin menghambat pelaksanaan
tindakan perbaikan.
f. Observasi
Observasi dilakukan ketika peneliti melaksanakan proses belajar
mengajar yang merupakan tindakan perbaikan. Observasi dilakukan
sebagai upaya untuk merekam segala peristiwa dan kegiatan yang
terjadi selama tindakan itu berlangsung, namun tidak boleh
mengganggu kegiatan belajar mengajar. Guru dapat melaksanakan
observasi dalam PTK secara mandiri tanpa dibantu teman sejawat,
namun kemungkinan ada hal-hal yang luput dari perhatian yang di
butuhkan dalam melakasanakan refleksi.
g. Evaluasi dan Refleksi
Kegaiatan refleksi dilakukan dengan mengacu kepada data PTK
berkaitan dengan tindakan yang dilakukan guru (peneliti) melalui
kegiatan pembelajaran dikelas, aktifitas siswa dalam pembelajaran,
suasana kelas, dan berbagai aktifitas yang terjadi selama
berlangsungnya pembelajaran di kelas selama kegiatan PTK, jadi
refleksi harus dimulai dengan melakukan evaluasi proses
pembelajaran dengan menganalisis data proses belajar mengajar dan
28
kemugkinan dampaknya terhadap hasil belajar, pada umumnya data
proses belajar mengajar adalah data kualitatif yang diperoleh
berdasarkan observasi, sedangkan data hasil belajar adalah data
kuantitatif yang diperoleh berdasarkan hasil tes atau teknik penilaian
lain (portofolio, penilaian kinerja dan sebagainya).
Langkah-langkah pelaksanaan refleksi adalah sebagai berikut :
1. Melakukan analisis data hasil observasi. Pada langkah ini guru
harus mengingat kembali apa yang telah dilakukan selama KBM
dalam upaya melakukan evaluasi tidakan yang telah dilakukan
dalam pembelajaran.
2. Menjelaskan tindakan dan dampaknya. Pada langkah ini guru
memeriksa kembali praktik pembelajaran berdasarkan tujuan PTK.
Guru sebaiknya melakukan pertemuan untuk membahas hasi
evaluasi tindakan dan skenario tindakan yang telah dilkukan. Guru
perlu bertanya pada siswa tentang kesan dan pendapat tentang
pembelajaran yang dilakukan.
3. Membuat usulan perbaikan untuk pelaksanaan pada siklus
selanjutnya. Guru sebaiknya bertanya pada siswa untuk usulan
perbaikan pembelajaran dan mempertimbangkan usulan tersebut
sepanjang tidak mengubah tindakan utama yang sedang diteliti.
Pada langkah ini guru harus memutuskan tidakan perbaikan yang
akan dilakukan berdasarkan kelemahan dan kendala yang ditemui
pada tindakan sebelumnya.
Atas dasar inilah peneliti memilih penelitian tindakan kelas karena
ingin meningkatkan hasil belajar menulis pantun kelas IV SDN 3 Pantai
Hambawang Barat melalui model pembelajaran PBL dengan kombinasi
NHT, dan Talking Stick. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara
kolaboratif dengan teman sejawat (guru kelas, kepala sekolah, dan guru
lain) dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia
pada materi menulis pantun melalui model pembelajaran PBL dengan
kombinasi NHT, dan Talking Stick pada siswa kelas IV SDN 3 Pantai
Hambawang Barat tahun pelajaran 2021/2022. Dalam penelitian ini
29
peneliti bertindak sebagai observer (pengamat) dan guru kelas sebagai
pengajar.
C. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas IV SDN 3 Pantai Hambawang Barat yang
beralamat di desa Tubau, Barabai. Pemilihan tempat tersebut berdasarkan
pertimbangan bahwa lokasi penelitian belum pernah diteliti orang lain, selain
itu keadaan kelas sangat mendukung untuk berlangsungnya proses belajar
mengajar yang efektif. Sarana yang ada seperti meja dan kursi cukup dan
bahkan sangat leluasa untuk mengadakan pembelajaran. Cahaya atau
penerangan pun juga sangat baik
30
E. Skenario Tindakan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dengan model Kurt Lewin. Model tersebut dapat dilakukan dua
siklus atau seterusnya. Apabila siklus pertama tidak berhasil, maka penelitian
bisa diulang kembali untuk memperbaiki siklus selanjutnya. Siklus dilakukan
sampai tujuan penelitian dapat tercapai.
Setiap siklus model Kurt Lewin terdapat empat komponen, yaitu:
perencanaan, pelaksaan atau tindakan, pengamatan dan yang terakhir adalah
refleksi.
1. Siklus I
a. Perencanaan
Peneliti menyiapkan rencana pembelajaran yang dilengkapi dengan skenario
tindakan. Skenario tindakan ini berisi langkah-langkah yang harus ditempuh
guru dan siswa.
b. Pelaksanaan
Implementasi tindakan dilaksanakan sesuai dengan persiapan-persiapan yang
telah dilakukan sebelumnya. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari proses
kegiatan belajar mengajar, evaluasi dan refleksi yang dilakukan pada akhir
siklus. Pada siklus I peneliti melaksanakan kegiatan belajar mengajar
mengenai menulis pantun melalui model pembelajaran PBL dengan kombinasi
NHT, dan Talking Stick pada siswa kelas IV Semester 2 SDN 3 Pantai
Hambawang Barat
c. Pengamatan/Observasi
Observasi pada penelitian ini dilakukan terhadap proses aktivitas siswa
dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Sasarannnya
kepada aktivitas siswa secara individual dalam pembelajaran menulis pantun.
Peneliti dibantu oleh rekan guru (observer) yang akan mengamati jalannya
kegiatan belajar mengajar dalam setiap siklusnya. Hasil dari pengamatan
observer didiskusikan sebagai bahan pertimbangan bagi perencanaan pada
siklus selanjutnya. Evaluasi pada siklus I dilakukan dengan cara memberikan
tes soal kepada siswa untuk dikerjakan secara individu. Evaluasi dilaksanakan
di akhir pertemuan pada setiap tindakan.
d. Refleksi
31
Refleksi pada siklus I dilaksanakan segera setelah tahap implementasi
tindakan dan observasi diakhir siklus selesai. Peneliti mengkaji, melihat dan
mempertimbangkan atas hasil yang telah dilaksanakan dalam tindakan pada
siklus I. Hasil refleksi dijadikan dasar untuk perbaikan pada siklus (tindakan)
selanjutnya. Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes siklus I, jika hasil
belajar siswa meningkat dalam pembelajaran menulis pantun melalui model
pembelajaran PBL dengan kombinasi NHT, dan Talking Stick pada siswa
kelas IV Semester 2 SDN 3 Pantai Hambawang Barat maka penelitian
dilanjutkan ke siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Peneliti menyiapkan rencana pembelajaran yang dilengkapi dengan
skenario
tindakan. Skenario tindakan ini berisi langkah-langkah yang harus
ditempuh
guru dan siswa.
b. Pelaksanaan
Implementasi tindakan dilaksanakan sesuai dengan persiapan-persiapan yang
telah dilakukan sebelumnya. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari proses
kegiatan belajar mengajar, evaluasi dan refleksi yang dilakukan pada akhir
siklus. Pada siklus II peneliti melaksanakan kegiatan belajar mengajar
mengenai menulis pantun melalui model pembelajaran PBL dengan kombinasi
NHT, dan Talking Stick pada siswa kelas IV Semester 2 SDN 3 Pantai
Hambawang Barat dengan focus perbaikan hasil refleksi siklus I
c. Pengamatan/Observasi
Observasi pada siklus II dilakukan sama seperti pada siklus I. Hasil dari
pengamatan observer didiskusikan sebagai bahan pertimbangan bagi
perencanaan pada siklus selanjutnya. Evaluasi pada siklus II dilakukan dengan
cara memberikan tes soal kepada siswa untuk dikerjakan secara individu.
Evaluasi dilaksanakan di akhir pertemuan pada setiap tindakan
d. Refleksi
Refleksi pada siklus II dilaksanakan segera setelah tahap implementasi
tindakan dan observasi selesai. Peneliti mengkaji, melihat dan
mempertimbangkan atas hasil yang telah dilaksanakan dalam tindakan
32
pada
siklus II. Hasil refleksi dijadikan dasar untuk perbaikan pada siklus
(tindakan)
selanjutnya. Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes siklus II, jika
hasil
belajar siswa meningkat dalam pembelajaran menulis pantun melalui
model pembelajaran PBL dengan kombinasi NHT, dan Talking Stick
pada siswa kelas IV Semester 2 SDN 3 Pantai Hambawang Barat maka
penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya.
34
menggunakan 3 kombinasi model pembelajaran PBL, NHT dan Talking
Stick.
a. Analisis Aktivitas Guru
Analisis data kualitatif yaitu observasi aktivitas guru dalam
melakasanakan pembelajaran, data ini dikumpulkan kemudian disajikan
dalam bentuk tabel persentasi. Rentang skor aktivitas guru diperoleh
dengan cara penghitungan sebagai berikut :
∑ skor minimal =1x8=8
∑ skor maksimal = 4 x 8 = 32
Rentang nilai = 32 – 8 = 24
Interval kelas =
35
Skor Minimal =1x6=6
Skor Maksimal = 4 x 6 = 24
Range = Skor Maksimal – Skor Minimal
= 24 – 6 = 18
Interval = 18 : 4 = 4,5 = 5
Persentase Klasikal pada Klasifikasi tertentu (%) =
1 21 – 24 Sangat Aktif
2 16 – 20 Aktif
3 11 – 15 Cukup Aktif
4 6 – 10 Kurang Aktif
c. Disiplin Belajar
Data disiplin belajar diambil menggunakan angket dan dianalisis
dengan krtiteria sebagaimana tabel dibawah ini :
Keterangan Kriteria:
Skor Minimal = 1 x 10 = 10
Skor Maksimal = 4 x 10 = 40
36
Range = Skor Maksimal – Skor Minimal
= 40 - 10 = 30
Interval = 30 : 4 = 7,5 = 8
Tabel 1.5 Kriteria Disiplin Belajar Siswa Menggunakan Skor
(Individual)
No. Skor Kriteria
1. 34 – 40 Sangat Disiplin
2. 26 – 33 Disiplin
3. 17 – 25 Cukup Disiplin
4. 10 – 17 Kurang Disiplin
37
G. Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila:
1. Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila persentase aktivitas
siswa minimal 85%.
2. Nilai test rata-rata siswa minimal 80.
3. 80% siswa dari jumlah seluruh siswa mendapat nilai evaluasi di atas
KKM yaitu 80.
4. Indikator aktivitas guru sangat baik
Aktivitas guru dalam pembelajaran dikategorikan berhasil apabila
mencapai skor pada lembar observasi dengan rentang antara 26 – 32
dengan kategori sangat baik.
5. Indikator aktivitas siswa sangat aktif
Adanya peningkatan hasil belaja siswa dalam proses belajar
Bahasa Indonesia materi menulis pantun melalui 3 kombinasi model
pembelajaran PBL, NHT dan Talking Stick di kelas IV Semester 2
SDN 3 Pantai Hambawang Barat. Indikator proses belajar mengajar
adalah apabila aktifitas siswa sudah menjadi lebih aktif yakni apabila
85% dari jumlah seluruh siswa sudah mencapai skor dengan kategori
sangat aktif dengan rentang skor 21 – 24.
38
DAFTAR PUSTAKA
Ali Wafa, A., Djuanda, D., & Sunaengsih, C. (2017). Penerapan Permainan
“Pantun Cerdas” untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa Kelas
IV-A SDN Padasuka I pada Materi Membuat Pantun. Jurnal Pena Ilmiah,
42.
Efi Bidari, Y., Kartika Dewi, G., & Wahju Andjariani, E. (2021). Pengaruh
Metode NHT dengan Pendekatan Saintifik pada Subtema Hidup Bersih
dan Sehat di Rumah terhadap Hasil dan Keaktifan Belajar Siswa Kelas II
Sekolah Dasar. Jurnal Primary, 2(1), 3.
Fadhilah Amir, N., & dkk. (2020). Penggunaan Model Problem Based Learning
(Pbl) pada Pembelajaran Tematik Siswa Sekolah Dasar. Uniqbu Journal of
Social Sciences, 1(2), 25.
Farhana, H., Awiria, & Muttaqien, N. (2019). Penelitian Tindakan Kelas. Medan:
Harapan Cerdas.
Febri Anzar, S., & Mardhatillah. (2017). Analisis Kesulitan Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas V SD Negeri 20 Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 4(1), 54-55.
Hardani, & dkk. (2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta:
Pustaka Ilmu.
Himawati, A., Sri Markamah, E., & Hartono. (2017). Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dalam Pembelajaran
Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Didaktika Dwija Indria, 1-2.
39
Indrayeni, S., Hakim, N., & Burhanudin, D. (2019). Kemampuan Menulis Pantun
Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Lirik. Jurnal Tuah: Pendidikan dan
Pengajaran Bahasa, 1(1), 71.
Meuthia Karina, R., Syafrina, A., & Habibah, S. (2017). Hubungan antara Minat
Belajar dengan Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran IPA pada Kelas
V SD Negeri Garot Geuceu Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, 2(1), 62.
Nugroho, A., Ramadan Lazuardi, D., & Murti, S. (2019). Pengembangan Bahan
Ajar LKS Menulis Pantun Berbasis Kearifan Lokal Siswa Kelas VII SMP
Xaverius Tugumulyo. Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan
Pengajarannya, 5(1), 2.
Pane, A., & Darwis Dasopang, M. (2017). Belajar dan Pembelajaran. Jurnal
Kajian Ilmu-ilmu Keislaman, 3(2), 335-337.
Sardiyanah. (2018). Faktor yang Mempengaruhi Belajar. Jurnal Kajian Islam &
Pendidikan, 10(2), 71-79.
40
Suban Molan, A., Finsensia Ansel , M., & Mbabho, F. (2020). Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Terhadap Ketrampilan
Berbicara di Kelas V Sekolah Dasar. Prima Magistra: Jurnal Ilmiah
Kependidikan, 1(2), 178.
Yosefa Awe, E., & Benge, K. (2017). Hubungan Antara Minat dan Motivasi
Belajar Dengan Hasil Belajar IPA Pada Siswa SD. Journal of Education
Technology, 1(4), 232.
41