413-430 62 Hardianti Gaus Et Al
413-430 62 Hardianti Gaus Et Al
(Status Keberlanjutan Perikanan Bagan Perahu di Teluk Kao, Provinsi Maluku Utara)
Hardianti Gaus 1, Imran Taeran 2, Faizal Rumagia 2, Irham 3 , M. Djanib Achmad 2 dan
Darmiyati Muksin 2
1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelauatan Konsentrasi Perencanaan Pembangunan Perikanan Program Pascasajana
Universitas Khairun, Ternate, Indonesia
2 Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Khairun, Ternate,
Indonesia
3 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Khairun, Ternate,
Indonesia.
Info Article :
Diterima :18 Okt. 2023
Disetujui : 31 Okt. 2023
Dipublikasi : 30 Okt. 2023
Abstract
Article type : The boat lift-net used by fishermen in Saramaake and Akesahu Village consist of one-boat lift-net
Riview Article and two-boat lift netLocal fishermen always operate boat lift-net fishing gear continuously
Common Serv. Article without knowing the existence of available fish resources and the sustainability status in the
Research Article waters around Kao Bay. The objectives of this research are to assess the sustainability status of
the boat lift-net fisheries operated in the Kao Bay. The data was obtained through survey and
Keyword : indepth interview to the respondent that related to the research objective. Data analysis was
Boat lift-net, Sustainability, carried out. Analysis of the sustainability of the fishing boat fishery was carried out using a
Rapfish, Kao Bay. multidimensional scaling (MDS) approach called RAP-PL which is a development of the
RAPFISH method which is used to assess the sustainability status of capture fisheries. The
Korespondensi : results of the the multidimensional analysis of the sustainability status of the boat lift-net fihery
Faizal Rumagia in Saramaake and Akesahu Village based on existing conditions, in Saramaake Village the index
Universitas Khairun, value was obtained at 56.05%, and for Akesahu Village the index value was slightly increased,
Ternate, Indonesia namely 57.22%
Email:
faizrumagia22@gmail.com
Copyright©2023, Hardianti Gaus, Imran Taeran, Faizal Rumagia, Irham , M. Djanib Achmad, Darmiyati Muksin
413
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 16. No. 2 (Oktober 2023)
Teluk Kao merupakan salah satu teluk mengetahui ketersediaan dan status keberlanjutan
penyumbang perikanan pelagis kecil di Provinsi pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan Teluk
Maluku Utara, dengan target tangkapan adalah Kao. Menurut Hak et al. (2013), kesalahan dalam
cumi (Loligo sp.), selar (Selaroides laptollepus) dan mengantisipasi perkembangan alat tangkap dapat
kembung (Restrelliger sp.). Bagan merupakan alat menyebabkan banyaknya sumberdaya ikan
tangkap yang berbentuk panjang dan lebar yang mengalami kepunahan dan menghancurkan
sama, konstruksi alat tangkap bagan terdiri dari habitat ikan. Pengembangan dan pemanfaatan
jaring, bambo, pipa, besi, tali temali, lampu dan sumberdaya perikanan haruslah memperhatikan
kapal bermesin. Bagian jaring bagan terbuat dari sifat dari kegiatan perikanan tersebut yang harus
bahan waring yang dibentuk menjadi kantong. bersifat ramah lingkungan, serta memiliki
Bagian kantong terdiri dari lembaran-lembaran keragaan alat tangkap yang dapat menunjang
warna yang dirangai atau dijahit sedemikian rupa keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya
sehingga dapat membentuk kantong berbentuk perikanan (Nurhaeda et al., 2019), sehingga untuk
bujur sangkar yang dikarenakan adanya kerangka mengetahui status kegiatan perikanan bagan di
yang dibentuk oleh bamboo (Sudirman & perairan Teluk Kao Provinsi Maluku Utara, maka
Mallawa 2004). Penggunaan alat tangkap bagan diperlukan adanya suatu kajian terhadap
tidak lepas dari perkembangan wilayah, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya
kemudahan teknologi, tingkat investasi yang perikanan bagan perahu di wilayah ini.
rendah, dan metode penangkapan yang bersifat Penelitian terdahulu mengenai perikanan
one day fishing (Sugihartanto & Rahmat, 2018), tangkap secara umum maupun spesifik ke
Kegiatan penangkapan ikan menggunakan perikanan bagan perahu di perairan Kabupaten
alat tangkap bagan yang terus-menerus dilakukan Halmahera Timur dan Kabupaten Halmahera
di Teluk Kao tentunya akan mempengaruhi Barat telah dilakukan yaitu Naim, (2022) tentang
kondisi sumberdaya ikan di wilayah ini. produktivitas bagan satu perahu dan bagan dua
Pengembangan perikanan tangkap yang tidak perahu di perairan Halmahera Barat. Sementara
terjaga dan terkelola dengan baik akan penelitian dari Abdullah et al. (2021) berkaitan
berpengaruh pada kualitas dan kuantitas dengan strategi pengembangan perikanan pelagis
ekosistem perairan yang cenderung akan besar yang berkelanjutan di Kabupaten
mengalami penurunan (Atmaja et al., 2011). Halmahera Selatan. Namun demikian, penelitian
Kegiatan penangkapan ikan haruslah berkaitan dengan bagan perahu yang
memperhatikan beberapa hal, diantaranya berkelanjutan di Teluk Kao Provinsi Maluku
kontruksi alat tangkap, cara pengoperasian, dan Utara Kabupaten Halmahera Timur dan
cara penanganan ikan. Hal ini agar pengoperasian Kebupaten Halmahera Barat belum pernah
alat tangkap dapat memperhatikan kelestarian dilakukan termasuk tentang pengembangan
sumberdaya ikan dan habitatnya, tidak perikanan bagan perahu berkelanjutan yang
membahayakan nelayan, serta konsumen. Salah dilakukan melalui hasil analisis keberlanjutan
satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut adalah yang menggunakan pendekatan RAPFISH.
penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan Kegiatan perikanan bagan di Teluk Kao saat
dan berkelanjutan. ini telah diperhadapkan dengan adanya kehadiran
Bagan merupakan salah satu jenis alat industri pertambangan yang cukup besar yang
tangkap yang beroperasi menggunakan bantuan dapat membahayakan lingkungan, ekosistem dan
cahaya sebagai alat bantu penangkapan untuk sumberdaya ikan yang ada di perairan Teluk Kao,
menarik perhatian ikan yang bersifat fototaksis sehingga berpengaruh pada kegiatan operasi
positif. Bagan perahu (boat lift net) yang penangkapan ikan oleh alat tangkap bagan di
dioperasikan di Teluk Kao selama ini wilayah ini. Permasalahan yang muncul akibat
menggunakan toknologi penangkapan yang masih kondisi tersebut diantaranya, kondisi lingkungan
sederhana dengan alat bantu cahaya lampu perairan Teluk Kao menjadi kurang baik, hasil
petromaks, dan teknik penangkapan ikan yang tangkapan ikan menjadi beragam ukurannya, dan
masih manual, dimana jaring diturunkan ke semakin meningkatnya hasil tangkapan
kolom perairan dan diangkat kembali setelah ikan sampingan (bycatch). Berdasarkan uraian
telah terkumpul dalam kantong dan badan jaring, sebelumnya maka perlu adanya penelitian terkait
Nelayan setempat selalu mengoperasikan alat pengembangan dan pengelolaan perikanan bagan
tangkap bagan perahu secara terus menerus tanpa perahu di Teluk Kao, sehingga dapat
414
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 16. No. 2 (Oktober 2023)
Motode penelitian yang digunakan dalam Analisis keberlanjutan dinyatakan dalam indeks
penelitian ini adalah survei dan wawancara keberlanjutan perikanan bagan perahu. Analisis
mendalam (indepth interview) pada responden dilakukan melalui tiga tahapan:
yang terlibat dala kegiatan perikanan bagan di 1. Penentuan atribut; Adapun atribut-atribut dari
lokasi penelitian. Data yang dikumpulkan terdiri setiap aspek yang akan digunakan untuk
atas data primer dan data sekunder. Observasi menilai keberlanjutan perikanan bagan perahu
dilakukan untuk menentukan responden atau yang diadaptasi dari Pitcher & Preikshot (2001)
nelayan/pemilik bagan, data teknis alat tangkap dan Pitcher et al. (2013), adalah sebagai
bagan perahu, yang dikumpulkan secara langsung berikut :
di lapangan dan wawancara dilakukan terhadap 1) Aspek Ekologi
nelayan pemilik bagan atau nelayan yang telah a. Tingkat pemanfaatan SDI
ditentukan untuk pengisian kuesioner dan b. Ukuran ikan hasil tangkapan
memberikan informasi lainnya yang berkaitan c. Jumlah hasil tangkapan
dengan status keberlanjutan alat tangkap bagan. d. Keragaman ikan
e. Hasil tangkapan sampingan (by
2.I. Analisis Data catch)
Analisis keberlanjutan perikanan bagan f. Lokasi daerah penangkapan
perahu dilakukan dengan pendekatan g. Musim tertutup (closed season)
multidimensional scaling (MDS) menggunakan h. Kualitas lingkungan
metode RAPFISH yang digunakan untuk menilai 2) Aspek Teknologi:
status keberlanjutan perikanan tangkap (Pitcher & a. Selektifitas alat
Preikshot, 2001; Kavanagh & Pitcher, 2004; b. Penanganan hasil tangkapan
Tesfamichael & Pitcher, 2006; Pitcher et al., 2013). c. Ukuran bagan
415
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 16. No. 2 (Oktober 2023)
d. Penggunaan alat bantu cahaya yang tersedia, sesuai dengan scientific judgment
e. Dampak negatif terhadap habitat dari pembuat skor, maka setiap atribut
f. Keamanan bagi nelayan diberikan skor yang mencerminkan
g. Mengancam ikan yang dilindungi keberlanjutan dari aspek perikanan bagan
3) Aspek Ekonomi: perahu tersebut. Rentang skor berkisar antara 0
a. Modal usaha – 3 atau tergantung pada keadaan masing-
b. Biaya operasional penangkapan masing atribut yang dimulai dari nilai buruk
c. Pendapatan (0) sampai baik (3). Nilai ”buruk”
d. Pola pemasaran hasil tangkapan mencerminkan kondisi yang paling tidak
4) Aspek Sosial: menguntungkan bagi pembangunan yang
a. Tingkat pendidikan nelayan berkelanjutan. Sebaliknya nilai ”baik”
b. Pengalaman kerja mencerminkan kondisi yang paling
c. Pelatihan tenaga kerja menguntungkan bagi keberlanjutan
d. Ketersediaan wadah kelompok pembangunan. Diantara dua ekstrim nilai ini
nelayan terdapat satu atau lebih nilai antara, tergantung
5) Aspek Kebijakan: dari jumlah peringkat pada setiap atribut.
a. Subsidi BBM Jumlah peringkat pada setiap atribut akan
b. Kemudahan investasi sangat ditentukan oleh tersedia tidaknya
c. Retribusi usaha dan pajak perikanan literatur yang dapat digunakan untuk
d. Pembatasan ukuran kapal menentukan jumlah peringkat. Kriteria
2. Penilaian setiap atribut dalam skala pembuatan skor atribut perikanan bagan
ordinansi berdasarkan kriteria keberlanjutan perahu yang berkelanjutan diadaptasi dari
setiap aspek, melalui proses pengamatan dan Pitcher & Preikshot (2001), Tesfamichael &
wawancara di lapangan ataupun data sekunder Pitcher (2006) dan Pitcher et al. (2013) (Tabel 1).
Tabel 1. Kriteria pembuatan skor atribut pengembangan perikanan bagan perahu yang berkelanjutan
di Teluk Kao.
No Atribut Skor Baik Buruk Kriteria penilaian
Aspek Ekologi
1 Tingkat pemanfaatan SDI 0; 1; 2;3 3 0 kelebihan tangkap (0) sedang (1);
maksimum (2); rendah (3)
2 Ukuran Ikan hasil tangkapan 0; 1; 2;3 3 0 semakin kecil (0); tetap (1): sedikit
lebih kecil (2); semakin besar (3)
3 Jumlah hasil tangkapan 0; 1; 2;3 3 0 menurun (0) semakin menurun (1),
meningkat (2), semakin meningkat (3).
4 Keragaman ikan 0; 1; 2;3 3 0 tidak beragam (0); sangat berkurang
(0); berkurang sedikit (1); tetap (3).
5 Hasil tangkapan 0; 1; 2;3 3 0 sangat banyak > 50%; (0), banyak 30-49
samping(by catch) % (1); sedang 10 -30% (2); sedikit <
10% (3)
6 Lokasi daerah penangkapan 0; 1; 2;3 3 0 semakin jauh (0); sedikit lebih jauh
(1); tetap (2); semakin dekat (3)
7 Musim tertutup 3 0 tidak ada (0); ada tapi tidak efektif (1);
(closed season) 0; 1; 2;3 baru berjalan (2); berjalan dengan baik
(3)
8 Kualitas lingkungan 0; 1; 2;3 3 0 sangat rusak (0); baik (1); sedikit
menurun (2); sangat baik (3).
Aspek Teknologi
1 Selektifitas alat 0; 1; 2;3 3 0 tidak selektif (0); kurang selektif (1);
cukup selektif (2); sangat selektif (3).
2 Penanganan hasil tangkapan 0; 1; 2;3 3 0 tidak baik (0); kurang baik (1); cukup
baik (2); sangat baik (3).
416
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 16. No. 2 (Oktober 2023)
417
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 16. No. 2 (Oktober 2023)
yang berulang-ulang, kesalahan pemasukan data pada saat melakukan aktivitas penangkapan,
atau ada data yang hilang, dan tingginya nilai stres kegiatan penangkapan ikan dilaksanakan pada
(nilai stres dapat diterima jika nilainya < 25% malam hari yang terjadi sepanjang tahun dengan
(Pitcher & Preikshot, 2001; Pitcher et al., 2013; target tangkapan ikan teri dan cumi. Operasi
Fauzi & Anna, 2002). Analisis nilai galat pada penangkapan ikan tidak dilakukan jika kondisi
pendugaan nilai ordinasi optimasi pengelolaan laut berombak dan cuaca yang tidak
perikanan pantai digunakan pendekatan analisis memungkinkan
Monte Carlo. Potensi perikanan tangkap Desa Saramaake
III. HASIL DAN PEMBAHASAN dan Desa Akesahu dapat dikatakan sudah
Kondisi geografi di Teluk Kao Desa berkembang, karena sebagian besar masyarakat
Saramaake Kabupaten Halmahera Timur memiliki mempunyai mata pencarian di sektor perikanan,
dua dusun yang terletak pada titik kordinat bila dibandingkan dengan sektor pertanian, hanya
1003’06.2”N 127058’09.9”E, jumlah penduduk Desa saja Pemerintah Kabupaten Halmahera Timur dan
Saramaake 811 jiwa dan untuk kondisi geografi Halmahera Barat belum mengambil alih dalam
Desa Akesahu Kabupaten Halmahera Barat pengelolaan hasil perikanan di Desa Saramaake
terletak pada kordinat 1002’52.6”N 127038’50.6’E, dan Desa Akesahu, yang terjadi saat ini nelayan
jumlah penduduk desa Akesahu sebanyak 235 sendiri melakukan penjualan kemandirian dan
jiwa. Adapun kedua desa tersebut berada pada adapun nelayan memilih memasukan hasilnya ke
pesisir Teluk Kao Halmahara yang sebagian langganan di Kota Ternate. Hasil wawancara yang
masyarakat memiliki mata pencarian utama diperoleh data alat penangkapan ikan sebanyak
sebagai nelayan. Nelayan umumnya adalah 186 unit. Jenis data alat tangkap dapat di lihat pada
nelayan tradional, hal ini dapat dilihat pada unit Tabel 3.
penangkapan ikan dan armada yang digunakan
Tabel 3. Jenis alat penangkapan ikan di Desa Saramaake dan Desa Akesahu
Jumlah atal tangkap (unit)
No Jenis alat tangkap bagan
Desa Saramaake Desa Akesahu
1 Bagan satu perahu 100 1
2 Bagan dua perahu - 50
3 Bagan rakit - 1
4 Jaring insang 4 30
Jumlah 104 82
3.3. Status Keberlanjutan Perikanan Bagan sajikan pada Tabel 4. Nilai yang menentukan
Perahu posisi relatif dari setiap kegiatan perikanan
Analisis status keberlanjutan perikanan bagan perahu terhadap nilai indiks yang berada
bagan perahu di Desa Saramaake dan Desa pada kisaran buruk (bad) dengan nilai nol dan
Akesahu dalam dimensi ekolagi, teknologi, baik (good) dengan nilai 100, selanjutnya nilai
ekonomi, sosial, dan kebijakan dengan dari kelima dimensi disajikan pada Tabel 4 dan
menggunakan metode RAPFISH yang diplotkan dalam gambar oridinasi status
menghasilkan nilai indeks keberlanjutan keberlanjutan (Gambar 2, 4,6, 8, 10,12).
perikanan bagan perahu sebagai mana dapat di
Tabel 4. Nilai indeks dan status keberlanjutan kegiatan perikanan bagan perahu menurut
dimensi di Desa Saramaake dan Desa Akesahu
Saramaake Akesahu
Dimensi
Nilai Indeks Status Nilai Indeks Status
Ekologi 38,7 Buruk 57,3 Baik
Teknologi 68,2 Baik 68,2 Baik
Ekonomi 66,56 Baik 83,01 Sangat baik
Sosial 38,2 Buruk 24,2 Buruk
Kebeijakan 38,2 Buruk 24,2 Buruk
418
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 16. No. 2 (Oktober 2023)
dengan hasil simulasi Monte Carlo, menghasilkan 1) Indeks dan keberlanjutan dimensi ekologi
sensivitas pada setiap atrbut-atribut. Gambar Analsis status keberlanjutan dengan
3,5,7,9,11, dan Gambar 13, yang menunjukan setiap menggunakan RAPFISH (MDS) terhadap sembilan
atribut berkontribusi pada kelima dimensi status atribut dimensi ekologi diperoleh nilai indeks
keberlanjutan yaitu dimensi ekologi, teknologi, keberlanjutan perikanan bagan perahu di Teluk
ekonomi, sosial, dan kebijakan. Kao yaitu Desa Saramaake sebesar 38,7% dan
untuk nilai indeks keberlanjutan di Desa Akesahu
sebesar 57,3% (Gambar 2).
Berdasarkan hasil analisis leverage atribut hasil tangkapan sampingan (by catch) yang
menunjukan bahwa ketiga atribut yang memiliki pengaruh sebesar 6,69, lokasi daerah
mempunyai daya ungkit tinggi terhadap status penangkapan dengan nilai 4,84, dan musim
keberlanjutan perikanan bagan perahu yaitu tertutup (closed seasin) dengan nilai 4,14. Hal ini
419
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 16. No. 2 (Oktober 2023)
berarti bahwa perlu adanya perhatian yang serius keberlanjutan. Sementara itu lokasih daerah
dalam merumuskan kebijakan upaya pengkapan saat ini sangat jauh di kedua lakosi
meningkatkan status keberlanjutan dimensi dan untuk musim tertutup di Desa Saramaake
ekologi yang patut dipertimbangkan ketiga atribut perlu diterapkan karena nelayan setempat terus
tersebut. menerus melakukan pengkapan setiap saat,
Hasil tangkapan sampingan (by catch) dengan kondisi laut tidak berombak, sedangkapn
perikanan bagan perahu di Desa Saramaake sangat di Desa Akesahu adanya musim tertutup
banyak jika dibandingkan dengan di Desa disesuaikan dengan jenis hasil tangkapan yang
Akesahu sedikit hasil sampingan, perbedaan menjadi target utama penangkapan.
jumlah hasil sampingan kedua lokasi tersebut 2) Indeks dan keberlanjutan dimensi teknologi
karena memiliki ukuran alat tangkap yang Analisis status keberlanjutan dengan
berbeda, namun memiliki jenis hasil tangkapan menggunakan RAPFISH (MDS) terhadap tujuh
sampingan yang sama yaitu ikan sardin, ikan atribut dimensi teknologi diperoleh nilai indeks
Peperek, atribut hasil tangkapan samping keberlanjutan perikanan bagan perahu di Desa
memberikan pengaruh besar terhadap status Saramaake dan Desa Akesahu adalah sebesar
keberlanjutan, sehingga upaya-upaya yang perlu 68,2% dengan status baik, dapat disajikan pada
dilakukan dengan cara mengevaluasian untuk (Gambar 4).
420
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 16. No. 2 (Oktober 2023)
421
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 16. No. 2 (Oktober 2023)
kerena atribut yang sangat berpengaruh dalam pengungkit atau berpengaruh dalam status
dimensi ekonomi yaitu atribut modal usaha dan keberlanjutan dimensi ekonomi. Adapun kedua
biaya operasih, nelayan Desa Akesahu atribut tersebut diharapkan perlu ditingkatkan
menggunakan bagan perahu yang berukuran kecil sebagai penggerak utama dalam peningkatan
sehingga memiliki biaya operasih yang kecil, pendapatan masyarakat dan kemampuan
sedangkan di Desa Saramaake yang memiliki nilai melaksanakan usaha perikanan tangkapa bagan
indeks status keberlanjutan kecil, karena nelayan perahu di Desa Saramaake dan Akesahu. Dahuri
menggunakan alat tangkap yang berukuran besar (2001) menyatakan bahwa, secara sosial ekonomi,
singga biaya operasi juga cukup besar dan pola pembangunan berkelanjutan mensyaratkan bahwa
pemasaran hasil tangkapan tidak sesuai. manfaat (keuntungan) yang diperoleh dari
Atribut yang dapat dijadikan sebagai faktor kegiatan penggunaan suatu wilayah pesisir serta
pengungkit (faktor sensitif) dalam peningkatan sumberdaya alam yang harus diprioritaskan untuk
keberlanjutan usaha perikanan bagan perahu pada meningkatkan kesejahteraan penduduk sekitar
dimensi ekonomi, berdasarkan hasil analisis kegiatan tersebut, terutama masyarakat yang
leverage menunjukan bahwa atribut biaya ekonomi lemah, guna menjamin kelangsungan
operasional penangkapan dan pola pemasaran pertumbuhan ekonomi sendiri dan pengembangan
hasil tangkapan. Kedua atribut ini sebagai atribut ekonomi wilayah itu sendiri.
Gambar 7. Sensitifitas atribut dalam dimensi ekonomi yang mempengaruhi usaha perikanan
bagan perahu yang dinyatakan dalam bentuk nilai root mean square (RMS).
422
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 16. No. 2 (Oktober 2023)
Saramaake sebesar 38,2% dengan status tidak tidak berkelanjutan (skor antara 26-50/ buruk),
berkelanjutan (buruk) dan untuk Desa Akesahu sebagaimana disajikan pada Gambar 8.
memiliki nilai indeks sebesar 24,2%, dengan status
423
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 16. No. 2 (Oktober 2023)
Berdasarkan hasil analisis leverage, status perubahan yang positif dalam pengelolaan
keberlanjutan perikanan bagan perahu di Desa kegiatan perikanan. Pendekatan pemberdayaan
Saramaake dan Desa Akesahu pada dimensi sosial, masyarakat pesisir meliputi: penciptaan lapangan
menunjukan bahwa satu atribut utama yang kerja alternatif sebagai sumber pendapatan lain
mempunyai daya ungkit tinggi adalah atribut bagi keluarga, mendekatakan masyarakat dengan
pengalaman kerja dengan nilai 19,79 atribut ini sumber modal dengan penekanasn pada
perlu dipertahankan dan dikembangkan karena penciptaan mekanisme mendanai diri sendiri (self
memiliki nilai positif terhadap keberlanjutan financing mechanism), mendekatkan masyarakat
dimensi sosial dan untuk kedua atribut lainnya dengan sumber teknologi baru yang lebih berhasil
yaitu atribut pelatihan tenaga kerja dengan nilai dan berdaya guna, mendekatkan masyarakat
12,02, atribut ketersediaan wadah kelompok dengan pasar, serta membangun solidaritas serta
nelayan dengan nilai 10,37. Hal ini dalam upaya aksi kolektif di tengah masyarakat. (Nikijuluw,
meningkatkan status keberlanjutan pada dimnesi 2001).
sosial, kedua atribut ini memerlukan perhatian Pengembangan sistem pendidikan
dan pertimbangan yang lebih serius lagi. nonformal melalui penyuluhan dan pelatihan
Upaya peningkatan kemampuan nelayan dapat meningkatkan kapasitas nelayan (Noviyati,
dalam kegiatan perikanan tangkap dengan alat 2017). Pembinaan masyarakan nelayan melalui
tangkap bagan perahu, terutama dalam penyuuhan dan pelatihan yang merupakan kunci
peningkatan sumberdaya manusia. Adapun utama pembangunan perikanan nasional melalui
peningkatan kemampuan sumberdaya masyarakat pengutan dan pembinaan masyarakat pesisir
nelayan sangan penting di Desa Saramaake dan untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan
Desa Akesahu, maka dilakukan melalui keterampilan terkait dengan usaha penangkapan
peningkatan keterampilan nelayan, agar dapat ikan. Sumberdaya manusia dapat bersaing
memanfaatkan teknologi penangkapan ikan yang memerlukan adanya pengembangan sumberdaya
sesuai pada kegiatan penangkapan ikan, manusia melalui pendidikan, pelatihan dan
peningkatan keterampilan dan kerjasama nelayan penyuluhan tentang teknik pengkapan ikan,
di Desa Saramaake dan Desa Akesahu dapat pengelolaan keuangan, pengelolaan lingkungan
dilakukan pembentukan wadah kelompok, (Kusumastanto dan Wahyudin, 2012). Hal ini dapat
dengan mengikut sertakan nelayan dalam diharapkan menjadi faktor utama yang membantu
berbagai kegiatan pelatihan yang berkaitan tingkat keberlanjutan dan pemanfaatan
dengan perikanan tangkap, misalnya kegiatan sumberdaya perikanan bagan perahu secara
pelatihan alat tangkap bagan perahu yang lebih opimal, yang didasarkan pada kaidah-kaidah yang
efektif dan efesien kepada nelayan di Desa berbasis sumberdaya alam yang lestari dan
Saramaake dan Desa Akesahu. Menurut berkelanjutan.
Carbonetti et al., (2014), mendidik masyarakat 5) Indeks dan keberlanjutan dimensi kebijakan
melalui pemanfaatan pengetahuan lokal juga Analisis RAPFISH (MDS), pada dimensi
merupakan bagian terpenting untuk memberikan kebijakan yang memiliki nilai indeks
424
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 16. No. 2 (Oktober 2023)
keberlanjutan terhadap empat atribut, dengan sebesar 24,2%, dengan status tidak berkelanjutan
nilai indeks keberlanjutan yang diperoleh di Desa (buruk) dapat di lihat pada Gambar 10.
Saramaake sebesar 40,1%, dan Desa Akesahu
Hasil analisis yang diperoleh menunjukan pengelolaan perikanan bagan perahu yang
bahwa nilai indeks keberanjutan dimensi berkelanjutan di wilayah Teluk Kao.
kebijakan dengan status tidak berkelanjutan Analisis sensitivitas (Gambar 11),
(buruk) keberlanjutan perikanan bagan perahu di menunjukan bahwa faktor-faktor yang
Desa Saramaake dan Desa Akesahu, saat ini bisa memberikanan pengaruh terhadapa kegiatan
dikatakan status yang tidak berkelanjutan, dalam perikanan bagan perahu yang tidak berkelanjutan
artian bahwa kebijakan pembangunana dan di Desa Saramaake dan Desa Akesahu pada
pengelolaan perikanan bagan perahu, perlu dimensi kebijakan diantaranya adalah retribusi
mendapatkan perhatian yang serius dalam usaha dan pajak perikanan dan memudahkan
investasi
Gambar 11. Sensitifitas atribut dalam dimensi kebijakan yang mempengaruhi perikanan bagan
perahu yang dinyatakan dalam bentuk nilai root mean square (RMS).
Berdasarkan hasil analisis LEVERAGE menjadi faktor utama dalam pengelolaan dan
terhadap dimensi kebijakan, dua atribut utama pengembangan perikanan bagan perahu yang
yang memiliki daya ungkit tinggi adalah atribut berkelanjutan yaitu atribut penerapan hukum dan
retribusi usaha dan pajak perikanan dengan nilai kebijakan dengan nilai 8,08 dan atribut subsidi
21,19 dan atribut kemudahan investasi dengan BBM dengan nilai 7,72.
nilai 12,42. Hal ini berarti bahwa dalam upaya Retribusi usaha dan pajak perikanan perlu
meningkatkan status keberlanjutan pada dimensi diterapkan oleh pemerintah daerah setempat
kebijakan, kedua atribut ini patut diperhatikan untuk perikanan bagan perahu di Desa Saramaake
dan dipertimbangkan yang lebih serius, dan untuk dan Desa Akesahu karena sampai saat ini belum
dua atribut lainnya juga patut diperhatikan karena ada penerapan kebijakan retribusi usaha dan
425
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 16. No. 2 (Oktober 2023)
pajak perikanan, adapun atribut kemudahan ap, sehingga kebijakan ini sepatuhya pemerintah
investesi masih memberikan kontribusih buruk, daerah setempat terus memperhatikan
karena peran pemerintah masih sangat minim kesejahteraan nelayan, termasuk dalam aspek-
pada kemudahan investasi yang dibutuhkan para aspek kebijakan perikanan tangkap yang dapat
pelaku usaha sehingga perlu adanya kemudahan meningkatkan kemampuan usaha nelayan dalam
investasi untuk mendorong peningkatan usaha pengembangan sumberdaya perikanan bagan
perikanan tangkap terkhususnya pada perikanan perahu, agar tetap berkelanjutan, untuk itu perlu
bagan perahu. Dan untuk penerapan hukum dan adannya peraturan dari instansi atau lembaga-
kebijakan disertai dengan atribut subsidi BBM, lembaga yang berkaitan dengan pengelolaan dan
pada umumnya terdistribusi subsidi BBM yang pemanfaatan dalam kegiatan perikanan bagan
terdistribusi di Kabupaten Kota dan tidak perahu di Desa Saramaake dan Desa Akesahu,
tersalurkan di Desa terpencil terkhususnya di harus mendapatkan perhatian yang serius,
Desa Saramaake dan Desa Akesahu. Menurut sehingga stakehilder dapat ditegaskan dalam
Besweni (2009) menunjukan bahwa penggunaan kepentingan bersama yang lebih bermanfaat lagi,
BBM untuk penangkapan ikan menjadi sensitif untuk pemerintah dan masyarakat, dalam kaidah-
dimensi teknologi, karena biaya operasional kaidah pengelolaan sumberdaya perikanan dan
pengkapan ikan. Hal ini sesuai dengan kondis lingkunangan yang berkelanjutan.
lapangan hendaknya mengonsumsi bahan bakar
minyak yang banyak pada perikanan bagan 6) Indeks dan keberlanjutan multidimensi
perahu karena mempunya daerah operasi Analisis RAPFISH (MDS), untuk
penangkapan relatif jauh. maka sangat multidimensi status keberlanjutan perikanan
memerlukan sebuah kebijakan pada masalah bagan perahu di Desa Saramaake dan Desa
supsidi BBM tersebut. Penggunaan BBM yang Akesahu, berdasarkan kondisi di lokasi, atribut-
rendah dengan biaya yang terjangkau dan bantuan atribut yang sensitif berpengaruh pada nilai
supsidi BBM nelayan terdistribusi secara adil. indeks keberlanjutan dimensi ekologi, teknologi,
Maka pengembangan usaha perikanan bagan ekonomi, sosial, dan kebijakan, agar dapat
perahu yang berkelanjutan di Desa Saramaake dan ditingkatkan nilai indeks kedepannya terus
Desa Akeshu meningkat yang lebih baik. Akan tetapi nilai
Penerapan hukum dan kembijakan dalam indeks keberlanjutan dari kelima dimensi yang
keberlanjutan perikanan bagan perahu di Desa perlu diperbaiki, nilai indeks keberlanjutan
Saramaake dan Desa Akesahu dapat diharapkan dimensi keseluruhan perlu ditingkatkan sehingga
untuk mendorong terbentuknya tata kelola yang statusnya cukup berkelanjutan menjadi
baik dalam pemanfaatan dan pengembangan berkelanjutan. Adapun nilai indeks multidimensi
perikanan tangkap. Penerapan kebijakan yang keberlanjutan perikanan bagan perahu di Teluk
baik akan berdampak pada keberlanjutan sistem Kao Desa Saramaake dan Desa Akesahu dapat di
pengembangan dan pengusahaan perikanan tangk lihat pada Gambar 12.
426
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 16. No. 2 (Oktober 2023)
427
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 16. No. 2 (Oktober 2023)
Gambar 13. Peran masing-masing atribut multidimensi yang dinyatakan dalam bentuk nilai
root mean square (RMS) dalam pengembangan perikanan bagan perahu.
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh hl tersebut yaitu kesalahan dalam pembuatan skor
Monte Carlo tarif kepercayaan 95% yang setiap atribut relatif kecil, variasi yang
menunjukkan nilai indeks keberlanjutan memberikan skoring karena perbedaan opini
perikanan bagan perahu diperairan Desa relatif kecil, dalam proses analisis data yang
Saramaake dan Desa Akesahu tidak banyak dilakukan secara berulang-ulang dengan hasil
memiliki perbedaan nilai indeks keberlanjutan yang stabil, dan kesalahan memasukan data yang
antara analisis MDS dengan metode Montr Carlo, hilang dapat dihindari. Tabel 5. Perbedaan nilai
yang dihasilkan disetiap dimensi maupun indeks keberlanjutan antara hasil analisis MDS
multidemensi agar dapat mengidentifikasikan hal- dan Monte Carlo.
Tabel 5. Perbedaan nilai indeks keberlanjutan antara hasil analisis MDS dan Monte Carlo.
Nilai Indeks Keberlanjutan (%)
Dimensi
MDS Monte Carlo
Keberlanjutan Perbedaan
Saramaame Akesahu Saramaame Akesahu
Ekologi 38,7 57,3 35,18 53,428 -0,47
Teknologi 68,2 68,2 67,59 67,92 0,51
Ekonomi 66,56 83,01 79,44 65,64 0,94
Sosial 38,2 24,2 37,62 38,1 -0,58
Kebijakan 38,2 24,2 39,54 25,84 0,15
Multi-
55,47 57,68 55,39 57,68 0,23
Dimensi/Gabungan
Sumber: Hasil analisis data primer.
Berdasarkan pada hasil analisis RAPFISH dengan nilai koefisien determinasi (R 2) dari
yang menunjukan bahwa atribut yang dibahas kisaran 0,90-0,95, dengan demikian alat tangkap
pada penelitian ini dalam status keberlanjutan yang digunakan pada kedua lokasih saat ini selalu
pada kegiatan perikanan tangkap bagan perahu di memiliki perubahan-perubahan, yang sudah
kedua lokasih yang cukup baik, kondisi ini dijelaskan 90-95% dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil
terlihat dari nilai stress diperoleh dari hasil analisis cukup memadai apabila nilai stress lebih
analisis data yang berkisaran antara 12-16%, kecil dari 0,25 (25%) dan nilai R² mendekati nilai
428
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 16. No. 2 (Oktober 2023)
1.0 (Pitcher & Preikshot, 2001; Fauzi & Anna, 2002; Kavanagh & Pitcher, 2004).
Tabel 6. Hasil analisis RAP-MDS untuk nilai stress dan koefisien determinasi (R²)
Dimensi Keberlanjutan
Parameter Multi-Dimensi
Ekologi Teknologi Ekonomi Sosial Kebijakan
/Gabungan
Stress 0,14 0,15 0,15 0,16 0,16 0,12
R2 0,95 0.94 0,94 0,91 0,90 0,95
Iterasi 3 3 3 3 3 2
REFERENSI
Abdullah, R.M. dan Taeran I. 2021. Sustainable Development Strategy of Large Pelagic Fishery In South
Halmahera District. Jurnal Agribisnis Perikanan, 2: 713-724.
Anderson, C.N.K., Hsieh Cs, Sandin S, Hewitt R, Hollowed A, Beddington J, May RM, Sugihara G. 2008.
Why fishing magnifies fluctuations in fish abundance. Nature 452: 835–839.
Anderson, L.G. and Juan C.S. 2010. Bioeconomics of Fisheries Management. Wiley-Blackwell Publication.
Singapore. 297 pp
Baskoro, M.S. 2006. Identifikasi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berwawasan Lingkungan. BBPPI
Semarang.
Basri, Y.Z. 2007. Bunga Rampai Pembangunan Ekonomi Pesisir. Universitas Trisakti.
Besweni. 2009. Kebijakan Pengelolaan Rumpon yang Berkelanjutan di Barat daya Pelabuhanratu.
Distertasi. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.
(BPS) Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara. 2012. Maluku Utara Dalam Angka.
[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 1985. Clupeoid Fishes of The World. FAO
Species Catalogue Vol. 7. FAO Fisheries Departement.
[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 1995. Code of Conduct for Responsible
Fisheries. FAO Fisheries Departement.
[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2009. Fisheries management. The
ecosystem approach to fisheries. FAO Technical Guidelines for Responsible Fisheries. No. 4,
Suppl. 2, Add. 2. Rome (IT): Italia. 112 pp.
Carbonetti, B., Pomeroy, R., Richards, D.L. 2014. Overcoming the lack of political will in small scale
fisheries. Marine Policy, 44: 295–301.
Charles, A.T. 2001. Sustainable Fishery Systems. Blackwell Science. London. 370p.
Dahuri, R. 2001. Pendayagunaan Sumberdaya Kelautan untuk Kesejahteraan Masyarakat. Jakarta: LIPI.
Fathul B. 2008. Perikanan Bagan Perahu dan Pengembangannya di Perairan Teluk Bima. Skripsi. Bogor:
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. 60 hal.
429
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 16. No. 2 (Oktober 2023)
430